FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap...

73
PENERAPAN SANKSI PIDANA OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN SEORANG AYAH TERHADAP ANAK KANDUNGNYA Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : RONGGO NIM. E.1105128 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap...

Page 1: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

PENERAPAN SANKSI PIDANA OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI

KARANGANYAR TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN

SEORANG AYAH TERHADAP ANAK KANDUNGNYA

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

RONGGO

NIM. E.1105128

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PENERAPAN SANKSI PIDANA OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN

SEORANG AYAH TERHADAP ANAK KANDUNGNYA

Disusun Oleh :

RONGGO NIM. E.1105128

Disetujui untuk Dipertahankan

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Hartiwiningsih, SH. Mhum Winarno Budyatmojo, SH. MS NIP. 195702031985032001 NIP. 196005251987021002

Page 3: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

PENERAPAN SANKSI PIDANA OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN

SEORANG AYAH TERHADAP ANAK KANDUNGNYA

Disusun Oleh :

RONGGO NIM. E.1105128

Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

pada: Hari : .................................. Tanggal : ..................................

TIM PENGUJI

1. Ismunarno, S.H., M.HUM. : ...............................

NIP. 196604281990031001 2. Winarno Budyatmojo, SH. MS : .................................

NIP. 196005251987021002 3. Dr. Hartiwiningsih, SH. Mhum : ................................

NIP. 195702031985032001

MENGETAHUI Dekan,

(Moh. Jamin, S.H., M.Hum.) NIP. 196109301986011001

Page 4: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

ABSTRAK RONGGO, E.1105128, PENERAPAN SANKSI PIDANA OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN SEORANG AYAH TERHADAP ANAK KANDUNGNYA Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan Hukum (Skripsi). 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya tersebut di Pengadilan Negeri Karanganyar serta hambatan dalam memutus perkara.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dan apabila dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum empiris atau non-doktrinal. Lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Kakranganyar. Jenis data yang dipergunakan meliputi data primer dan sekunder. Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu melalui observasi, wawancara, dan penelitian kepustakaan baik berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, dan sebagainya. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan analisis isi untuk kemudian diambil kesimpulan secara deduktif.

Dari penelitian ini dapat diperoleh hasil bahwa Hakim dalam menerapkan putusan dalam Kasus tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung di Pengadilan Negeri Karanganyar, diputus oleh hakim menggunakan ketentuan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga serta mempertimbangkan ketentuan dalam KUHP karena tindak pidana itu dilakukan setelah Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga diberlakukan.

Hambatan yang dialami oleh hakim dan Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan hakim dalam menerapkan sanksi pidana pada pelaku tindak pidana terhadap kekerasan dalam rumah tangga antara lain : Hambatan yang dialami selama pemeriksaan adalah terdakwa berbelit-belit dalam memberikan jawaban selama pemeriksaan di persidangan, Hakim lebih mempertimbangkan unsur kemanusiaan mengingat kasus ini adalah nama baik keluarga. Dalam kasus ini korban sulit dimintai penjelasan secara detail mengingat kondisi mental yang ada pada korban. Trauma yang dialami korban sehingga, perlu kesabaran dalam mengorek keterangan. Dalam memutus perkara juga faktor kemanusiaan tidak bisa ditinggalkan, mengingat masalah ini menyangkut masalah keluarga.

Faktor yang memberatkan terdakwa yang menjadi pertimbangan hakim :Perbuatan terdakwa dapat menimbulkan trauma psikologis bagi korban; Perbuatan terdakwa dilakukan terhadap korban yang mengalamai cacat mental dan masih anak kandung terdakwa sendiri yang seharusnya terdakwa lindungi. Perbuatan terdakwa mengakibatkan korban mengandung bahkan sudah melahirkan bayi. Terdakwa berbelit-belit dalam persidangan; Perbuatan terdakwa telah merusak silsilah keluarga; obyek tindak pidana yang dalam hal ini adalah Anggota Keluarga yang perlu dilindungi dan dihormati. Terdakwa melakukan perbuatan berulang kali terhadap anak kandungnya. Faktor yang meringankan : Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan; Terdakwa belum pernah dihukum; Terdakwa adalah kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga.

Page 5: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

MOTTO

“..........................tegakkanlah keadilan, dan menjadi saksi Allah, meskipun atas

dirimu sendiri atau ibu bapakmu, dan karib kerabatmu .........................janganlah

kamu turuti hawa nafsu sehingga kamu berlaku tiada adil, sesungguhnya Allah

mengetahui apa yang kamu kaerjakan” (Q.S An-Nisa : 135)

Jadilah pohon kurma, tinggi cita-citanya, kebal dari penyakit, dan apabila dilempar

dengan batu, ia membalas dengan kurmanya (Dr. Aidh Al Qarni)

Bahagia adalah bukan pada saat kita mendapatkan apa yang kita mau, tetapi bahagia adalah pada saat kita menghargai apa yang kita punya (Dian Paramitha Sastrowardoyo) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q. S. Alam Nasyrah : 6,7)

Page 6: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa kasih sayang dari hati yang paling dalam skripsi ini Ronggo persembahkan kepada kedua orang tua tercinta Bapak Harjoto Hadi Putra dan Ibu Sophia tersayang semoga dengan selesainya skripsi anandamu ini bisa membuat Bapak dan Ibu bahagia (amin)

Kedua kakak aku Mbak Emma dan Mbak Reni yang Ronggo sayangi

Keluarga besar Banjarsari dan Keluarga besar Percetakan Negara Sahabat-sahabatku, dan

Almamater Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Page 7: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah, Swt. Yang Maha Pengasih dan Penyayang serta

diiringi rasa syukur kehadirat Ilahi Rabbi, penulisan hukum (skripsi) yang berjudul

“PENERAPAN SANKSI PIDANA OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI

KARANGANYAR TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN

SEORANG AYAH TERHADAP ANAK KANDUNGNYA”, dapat penulis selesaikan.

Penulisan hukum ini dapat membahas tentang tindak pidana yang dilakukan oleh

seorang ayah terhadap anak kandungnyabdi Pengadilan Negeri Karanganyar. Penulis

yakin bahwa penulisan hukum ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada:

1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan ijin kepada Penulis untu menyusun penulisan

hukum ini.

2. Bapak Ismunarno, S.H., M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Pidana terima kasih

Pak atas nasehatnya.

3. Ibu Dr. Hartiwiningsih, SH. Mhum selaku Pembimbing I saya, yang mana telah

menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan hingga

tersusunnya skripsi ini.

4. Bapak Winarno Budyatmojo, SH. MS, selaku Pembimbing II saya, yang mana telah

menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan hingga

tersusunnya skripsi ini.

5. Bapak Pius Triwahyudi, SH, Msi selaku pembimbing akademik, terima kasih pak atas

nasehat-nasehatnya.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu hukum khususnya kepada

Penulis.

7. Bapak Harjono,S.H., M.H selaku Ketua Bagian Non Reguler terima kasih atas

dedikasinya terhadap Mahasiswa Non Reguler yang telah menjadi Ayah bagi kami.

Page 8: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

8. Staf dan Karyawan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9. Ketua Pengadilan Negeri Karanganyar beserta jajarannya, terima kasih atas

bimbingannya selama penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri

Karanganyar.

10. Terima kasih kepada Bapak dan Ibuku tersayang yang selalu memberikan

dukungannya kepada Ronggo, dan juga yang selalu mendoakan yang terbaik buat

saya hingga saya bisa menyelesaikan skripsi saya ini. Semoga Bapak dan Ibu

diberikan kesehatan(amin), juga kepada kedua kakak saya Mbak Emma dan Mbak

Reni terima kasih atas dukungannya semoga kalian dimudahkan dalam pekerjaannya

dan dimurahkan rezekinya(amin).

11. Untuk keluarga besarku, terima kasih atas doa-doa dan dukungannya yang selalu

memberikan semangat dan arti tersendiri. Yang ti yang selalu menasehatiku, makasih

ya eyang.

12. Buat Widya terima kasih buat sejuta kasih sayang, ketulusan, dan kesabaran yang

telah kamu berikan, yang selalu ada di saat aku butuhkan yang selalu memberi

nasehat dan suport di saat aku putus asa, semoga rasa sayang itu tak kan putus dan

mendapat ridho Allah, Swt.

13. Untuk sahabat-sahabatku semua makasih ya.

14. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

penyusunan penulisan hukum ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini terdapat banyak

kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang

membangun sehingga dapat memperjelas isi penulisan hukum ini. Semoga Allah, Swt

membalas segala amal kebaikan sermuanya dan mudah-mudahan penulisan hukum ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama bagi Penulis, kalangan akademisi,

praktisi serta masyarakat umum. Amin ya Robbal ‘alamin.

Surakarta, Juli 2009

Penulis

Ronggo

Page 9: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...................................................... iii

ABSTRAK..................................................................................................... iv

HALAMAN MOTTO.................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI.................................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Perumusan Masalah .............................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 8

E. Metode Penelitian ................................................................. 9

F. Sistematika Skripsi................................................................ 14

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 16

A. Kerangka Teori ...................................................................... 16

1. Tinjauan Umum Tentang Pidana .................................... 16

a. Pengertian Pidana ..................................................... 16

b. Jenis-jenis Pidana ..................................................... 16

2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana........................ 19

a. Pengertian Tindak Pidana......................................... 19

b. Unsur-unsur Tindak Pidana...................................... 21

c. Jenis-jenis Tindak Pidana......................................... 22

d. Tempat dan Waktu Tindak Pidana ........................... 24

3. Tinjauan Tentang Tindak pidana perbuatan Cabul......... 25

4. Tinjauan Umum Tentang Anak ..................................... 26

a. Pengertian Anak...................................................... 26

b. Perlindungan Terhadap Anak Dari Tindak

Page 10: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Pidana...................................................................... 28

5. Tinjauan Umum Tentang Kekerasan Dalam Rumah

Tangga dalam Persfektif Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga ................................................................ 30

a. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga.......... 30

b. Ruang Lingkup Rumah Tangga ............................... 30

c. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 31

6. Tinjauan Umum Tentang Putusan Pengadilan............... 32

B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 37

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 42

A. Penerapan Sanksi Pidana Oleh Hakim Terhadap Pelaku

Tindak Pidana Pencabulan Seorang Ayah Terhadap Anak

Kandungnya di Pengadilan Negeri Karanganyar.................. 42

B. Hambatan Yang Dihadapi Hakim Dalam Mengadili Perkara

Tindak Pidana Perbuatan Cabul Yang dilakukan Ayah

Terhadap Anak Kandungnya di Pengadilan Negeri

Karanganyar .......................................................................... 59

BAB IV : PENUTUP.................................................................................... 65

A. Kesimpulan ............................................................................ 65

B. Saran ...................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tindak pidana yang sering terjadi di dalam masyarakat dewasa ini semakin

canggih dan semakin banyak seiring dengan berkembangnya keadaan masyarakat.

Kejahatan-kejahatan seperti pencurian, pembunuhan, perjudian, perkosaan dan lain

sebagainya saat ini menjadi tindak pidana yang sering diberitakan di media masa,

baik cetak atau elektronik. Hal ini membuktikan bahwa kejahatan semakin sering

terjadi dan menunjukkan ketidakpatuhan masyarakat terhadap hukum.

Perbuatan yang melanggar kesusilaan merupakan salah satu tindak pidana

yang saat ini sering sekali terjadi. Anehnya yang menjadi korbannya adalah anak-

anak dibawah umur yang oleh pandangan awam dapat diduga korban belum patut

untuk menimbulkan gairah seksual. Sebagai masyarakat timur yang menjunjung

tinggi nilai moral, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita sedang mengalami

krisis moral yang sangat serius, sebab moral merupakan nilai prima yang sangat

dijunjung tinggi dan diletakkan pada keadaan teratas.

Sesuai dengan sifat hukum yang memaksa, maka setiap perbuatan yang

melawan hukum itu dapat dikenakan penderitaan yang berupa hukuman. Hukum

pidana adalah hukum yang mengatur tentang kejahatan-kejahatan dan pelanggaran-

pelanggaran terhadap kepentingan negara, kepentingan umum, kepentingan

masyarakat dan kepentingan individu yang mana dapat diancam dengan hukuman.

Hukum yang baik dan sempurna tidak hanya tergantung pada asas-asas, sistematika,

perumusan Pasal-Pasal dan sanksi-sanksi yang ada melainkan tergantung juga pada

tata pelaksanaan serta pada manusia yang menjadi pendukung dan pelaksana dari

hukum itu sendiri.

Di antara anggota masyarakat yang rawan menjadi korban kejahatan

kesusilaan adalah kaum perempuan dan anak-anak. Anak mempunyai kedudukan

yang sangat strategis dalam bangsa, negara dan masyarakat maupun keluarga.

Page 12: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Mereka adalah tumpuan harapan masa depan bangsa dan negara. Untuk itu anak perlu

dihindarkan dari perbuatan pidana yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik,

mental dan rohaninya. Menyadari kenyataan di atas, norma hukum juga memberikan

perlindungan khusus terhadap anak karena kalau dilakukan terhadap orang dewasa

tidak dikualifikasikan sebagai tindak pidana atau pelanggaran hukum, tetapi apabila

dilakukan terhadap anak-anak akan menjadi tindak pidana. (Darwan Prinst, 2003: 99).

Adapun perlindungan yang diberikan kepada anak oleh KUHP adalah sebagai

berikut:

1. Menjaga kesopanan anak (Pasal 283)

2. Larangan bersetubuh dengan orang yang belum dewasa (Pasal 287)

3. Larangan berbuat cabul dengan anak (Pasal 290, 292, 294, 295, 297)

4. Larangan menculik anak (Pasal 330)

5. Larangan menyembunyikan orang yang belum dewasa (Pasal 331)

Kekerasan yang dialami anak ada beberapa bentuk, diantaranya kekerasan

fisik (memukul, menampar), psikologis (mengancam/intimidasi), ekonomi

(merampas uang yang dimiliki anak, tidak memenuhi kebutuhan pokok), dan

kekerasan seksual (perkosaan, pelecehan seksual, pencabulan, perdagangan

perempuan dan anak, serta prostitusi).

Salah satu permasalahan yang timbul dan cukup peka dirasakan mencolok

dan menjauh dari nilai manusiawi adalah dengan semakin meningkatnya kejahatan

perkosaan untuk cabul yang dilakukan oleh orang dewasa terutama oleh ayah

kandungnya yang disertai dengan tindakan kekerasan ataupun janji dari pelaku yang

berupa ancaman ataupun imbalan yang tidak masuk akal, serta kejahatan kesusilaan

yang dilakukan kepada anak-anak perempuan yang belum dewasa yang bahkan

mempunyai hubungan darah dengan pelaku.

Di berbagai tempat banyak kita lihat terjadi eksploitasi terhadap anak-anak

oleh orang tuanya sendiri. Begitu banyak tindak kekerasan seksual terhadap anak

Page 13: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

sehingga anak kehilangan kesempatan menikmati masa kanak-kanaknya karena

banyak di antara mereka terpaksa bekerja baik sebagai pemulung, buruh atau

melakukan pekerjaan kasar lainnya. Anak-anak seringkali mengalami pelecehan

seksual bahkan tidak jarang pelakunya adalah juga sama-sama anak yang karena rasa

keingintahuannya yang besar terhadap seks.

Dalam rangka mengantisipasi semakin meningkatnya kejahatan terhadap

anak adalah dengan memfungsikan instrumen hukum pidana secara efektif. Hal ini

dilakukan dengan penegakan hukum dengan cara mengupayakan penanggulangan

terhadap perilaku yang melanggar hukum baik secara preventif dan represif.

Sebagaimana tujuan pemidanaan yang tercantum dalam konsep rancangan KUHP

Nasional, yaitu:

Untuk mencegah dilakukannya tindak pidana dengan penegakan norma hukum demi

pengayoman negara dan masyarakat.

Untuk memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan dan membimbing

agar terpidana insyaf dan menjadikannya sebagai seorang anggota masyarakat

yang berbudi dan berguna.

Untuk menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan

keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.

Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

Berdasarkan tujuan pemidanaan seperti yang tersebut di atas, penjatuhan pidana

bukanlah semata-mata sebagai pembalasan dendam akan tetapi yang paling

penting adalah pemberian bimbingan dan pengayoman bagi terpidana.

Penanganan yuridis kasus-kasus kesusilaan mengalami hambatan-hambatan,

menyangkut rumusan tindak pidana dalam Pasal-Pasal yang belum tegas, pembuktian

dalam hukum acaranya, dan sifatnya yang sebagian merupakan delik aduan. Faktor

utamanya adalah terkait dengan pengaturan KUHP yang merupakan produk hukum

warisan pemerintah kolonial Belanda, sehingga tidak relevan lagi dengan perubahan

dan perkembangan masyarakat.

Page 14: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Hakim dalam mengambil keputusan kemungkinan dipengaruhi oleh hal yang

pada diri dan sekitarnya karena pengaruh dari faktor agama, kebudayaan, pendidikan,

nilai, norma dan sebagainya, sehingga dapat dimungkinkan adanya perbedaan

putusan terhadap kasus yang sama. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan cara

pandang sehingga mempengaruhi pertimbangan dalam memberikan keputusan.

(Oemar Seno Adji, 1997: 12).

Di samping hal tersebut, faktor yang mempengaruhi putusan hakim adalah

unsur pembuktian, karena unsur pembuktian merupakan unsur penting yang dijadikan

bahan pertimbangan dalam menentukan berat ringannya pidana yang dijatuhkan.

Delik tentang kesusilaan ini paling banyak menimbulkan kesulitan dalam

penyelesaian baik terhadap penyidikan maupun penuntutan maupun pada tahap

pengambilan keputusan. Selain kesulitan dalam batasan juga kesulitan dalam

pembuktiannya, misalnya perkosaan dan pelecehan seksual yang pada umumnya

dilakukan tanpa kehadiran orang lain. (Leden Marpaung, 1996: 3).

Sebagai salah satu dari pelaksana hukum, hakim diberi wewenang oleh

undang-undang untuk menerima, memeriksa dan memutus suatu perkara pidana. Oleh

karenanya hakim dituntut secara moral maupun secara hukum untuk dapat berbuat

adil, yang artinya bahwa putusan hakim tersebut didasarkan pada fakta-fakta dan

bukti-bukti otentik dan akurat. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP di

dalam Pasal 183 yang menyebutkan, sebagai berikut: hakim tidak boleh menjatuhkan

pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti

yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi

dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Ketentuan dari Pasal tersebut

bertujuan untuk menjamin tegaknya keadilan, kebenaran dan kepastian hukum bagi

seseorang. Oleh karena itu untuk menjatuhkan hukuman pidana ada syarat yang

berhubungan antara satu sama lain dan harus terpenuhi, yaitu:

1. Adanya alat bukti yang sah

Setiap menjatuhkan putusan sekurang-kurangnya harus ada dua alat bukti yang

sah.

Page 15: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

2. Adanya keyakinan hakim

Dalam hal ini keyakinan hakim harus dari alat-alat bukti yang sah sesuai dengan

yang telah ditentukan dalam ketentuan-ketentuan undang-undang dan tidak berasal

dari keadaan lain yang ditemukannya diluar persidangan.

Dalam perkara perbuatan cabul terhadap anak di bawah umur yang terjadi,

sangat diperlukan pembuktian yang sah bahwa tindak pidana tersebut benar-benar

telah terjadi terhadap seorang korban. Hal ini harus dibuktikan dalam pengadilan

dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang. Pasal 184 ayat (1) Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana, yang dimaksud alat bukti yang sah adalah

1. Keterangan saksi

2. Keterangan saksi ahli

3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan terdakwa

Sedangkan dalam ayat (2) disebutkan bahwa hal yang secara umum sudah

diketahui tidak perlu dibuktikan.

Dalam hal pembuktian suatu kejahatan bukan hanya masalah yuridis formal

semata melainkan juga masalah teknis yang memerlukan penanganan-penaganan

yang bersifat teknis pula. Penanganan teknis dalam rangka pembuktian tersebut

memerlukan ilmu pengetahuan lain diluar ilmu hukum dan hukum acara pidana.

Semisal saja cabang-cabang ilmu kriminalistik seperti: ilmu kedokteran kehakiman,

ilmu tetang racun (toksikologi), ilmu tentang senjata api (balistik), ilmu tentang sidik

jari (daktiloscopi) dan lain sebagainya.

Kita menyadari bahwa anak merupakan generasi muda penerus cita-cita

bangsa dan merupakan sumber daya manusia yang sangat penting bagi kelangsungan

hidup suatu bangsa. Sehingga agar anak dapat berkembang secara baik, diperlukan

kepedulian baik dari orang tua, masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan

perlindungan, pendidikan dan perhatian bukan sebaliknya justru orang tua yang

Page 16: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

merenggut masa depan si anak. Keputusan yang diambil dalam sidang pengadilan

terhadap suatu perkara tindak pidana pencabulan seorang ayah terhadap anak

kandungnya, seringkali tidak memperhatikan kepentingan anak terbukti dimana

pelaku kejahatan hanya dijerat dengan Pasal yang lebih ringan.

Berangkat dari keadaan tersebut di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang lebih mendalam dan menuangkannya dalam

penulisan hukum ini dengan judul: “PENERAPAN SANKSI PIDANA OLEH

HAKIM PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR TERHADAP PELAKU

TINDAK PIDANA PENCABULAN SEORANG AYAH TERHADAP ANAK

KANDUNGNYA”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mempermudah

penulis dalam membatasi masalah yang akan diteliti sehingga tujuan dan sasaran

yang akan dicapai menjadi jelas, searah dan mendapatkan hasil yang diharapkan.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana

pencabulan seorang ayah terhadap anak kandungnya di Pengadilan Negeri

Karanganyar?

2. Hambatan apa yang dihadapi oleh hakim dalam megadili perkara tindak pidana

pencabulan yang dilakukan ayah terhadap anak kandungnya di Pengadilan Negeri

Karangnyar?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas. Hal tersebut dimaksudkan

untuk memberikan arah dalam penelitian.

Page 17: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Berdasarkan uraian di atas dan rumusan masalah yang telah ditetapkan maka

penulis mempunyai tujuan dalam mengadakan penelitian ini yang terbagi menjadi

dua, yaitu:

1. Tujuan obyektif

Tujuan obyektif dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui penerapan Sanksi Pidana oleh hakim dalam menjatuhkan

pidana kepada pelaku perbuatan cabul yang dilakukan oleh ayah terhadap anak

kandungnya di Pengadilan Negeri Karangnyar.

b. Untuk mengetahui hambatan yang dialami oleh hakim dalam mengadili

perkara tindak pidana pencabulan yang dilakukan oleh ayah terhadap anak

kandungnya.

2. Tujuan subyektif

Tujuan subyektif dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis sendiri terutama dibidang ilmu

hukum, khususnya hukum pidana.

b. Untuk memperoleh data-data yang penyusun pergunakan dalam penulisan

hukum sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan dalam Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Di dalam penelitian hukum tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut.

Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari adanya penelitian adalah :

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum pidana terutama yang

berhubungan dengan pemeriksaan tindak pidana perbuatan cabul.

Page 18: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

b. Memberikan gambaran lebih nyata mengenai pemeriksaan tindak pidana

pebuatan cabul yang dilakukan oleh ayah terhadap anak kandungnya sebagai

suatu pengetahuan.

c. Memberikan gambaran tentang perlindungan hukum terhadap anak yang

menjadi korban tindak pidana perbuatan cabul.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari peneitian ini adalah:

a. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penyusun terhadap penerapan ilmu

yang diperoleh selama perkuliahan.

b. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

c. Untuk melengkapi syarat akademis guna mencapai jenjang sarjana Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

E. Metode Penelitian

Di dalam suatu penelitian metode merupakan faktor yang sangat penting

sebagai proses penyelesaian suatu permasalahan yang diteliti. Definisi metode itu

sendiri adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tingkat ketelitian jumlah

dan jenis yang akan dihadapi, definisi lain mengenai metode menurut Moh. Nazir

adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan

penjelasan kebenaran (Moh. Nazir, 1983:42), sedangkan penelitian diartikan “semua

proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanan penelitian” (Moh. Nazir,

1983:99).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan mengenai arti dari metode

penelitian yaitu cara yang diatur secara sistematis dalam rangka perencanaan dan

pelaksanaan penelitian sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan.

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian.

Page 19: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Untuk memperoleh data yang diperlukan guna penulisan ini, menggunakan

bentuk penelitian empiris sosiologis dengan metode penelitian deskriptif. Adapun

pengertian penelitian deskriptif adalah:

a. Menurut Soerjono Soekanto

Penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti

mungkin tentang manusia, keadaan atau hipotesa agar dapat membantu di

dalam memperkuat teori lama atau dalam penyusunan teori baru. (Soerjono

Soekanto, 1986: 52)

b. Menurut Whitney

Studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi tepat. (Moh. Nazir,

1983: 63)

Berdasarkan pengertian diatas maka metode penelitian ini dimaksudkan

untuk menggambarkan dan menguraikan tentang dasar pertimbangan hakim

dalam memutus tindak pidana perbuatan cabul terhadap anak di bawah umur

dengan cara studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar.

2. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang akan

dibahas, maka penulis melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Karanganyar

karena pernah terjadi tindak pidana perbuatan cabul yang korbannya adalah anak-

anak dan pelakunya telah memperoleh putusan hukum yang tetap.

3. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Data primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber data untuk

tujuan penelitian. Adapun data tentang penelitian ini diperoleh dari hakim

Pengadilan Negeri Karanganyar.

b. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh untuk mendukung data primer. Data

sekunder meliputi data yang diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan

melalui literatur-literatur, himpunan perundangan yang berlaku, hasil

Page 20: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

penelitian berwujud laporan maupun bentuk lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini.

4. Sumber Data

Mengenai sumber data, diperoleh dari :

a. Sumber data primer

Sumber data primer yakni hakim Pengadilan Negeri Karanganyar yang

memeriksa dan memutus perkara pencabulan terhadap anak yang dilakukan

oleh ayah kandungnya sendiri.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang dipergunakan sebagai bahan

penunjang data primer. Dalam penelitian ini data sekunder yaitu: buku

literatur, peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan dan laporan

penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang sesuai dan mencakup permasalahan yang

diteliti, maka dalam penulisan ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

a. Studi lapangan

Data dalam studi lapangan didapat melalui observasi dan wawancara

dengan tujuan agar diperoleh data secara mendalam dan dilakukan terhadap

mereka yang benar-benar mengetahui, agar data yang didapat lebih akurat

sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Jenis wawancara yang

digunakan adalah wawancara bebas terpimpin yang bersifat komprehensif

dengan menggunakan catatan dan kerangka pertanyaan yang telah ditentukan

pokok pemasalahannya.

b. Studi kepustakaan

Dalam studi kepustakaan digunakan metode analisis isi yang artinya

adalah teknik untuk menarik kesimpulan dengan mengidentifikasi Pasal-Pasal

secara obyektif dan sistematis yaitu dengan cara mempelajari buku ilmiah

Page 21: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

serta peraturan perundang-undangan yang dihubungkan dengan pokok

permasalahan yang diteliti.

6. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dengan lengkap dari lapangan harus dianalisis.

Dalam tahap analisis data, data yang telah terkumpul diolah dan dimanfaatkan

sehingga dapat dipergunakan untuk menjawab persoalan penelitian. Analisis data

yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif karena data yang

diperoleh bukan angka atau yang akan di-angkakan secara statistik. Menurut

Soerjono Soekanto, analisis data kualitatif adalah suatu cara analisis yang

menghasilkan data diskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden

secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari

sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 1986: 154)

Dalam operasionalisasinya, peneliti membatasi permasalahan yang diteliti

dan juga membatasi pada pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam

penelitian. Dari hasil penelitian tersebut data yang sudah diperoleh disusun sesuai

dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian data tersebut diolah dalam

bentuk sajian data. Setelah pengumpulan data selesai, peneliti melakukan

penarikan kesimpulan atau verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat dalam

reduksi data maupun sajian datanya. Misalnya untuk mengetahui jawaban, tentang

bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana

pencabulan yang dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak kandungnya sendiri,

maka penulis menanyakan langsung ke pokok permasalahannya. Kemudian dari

jawaban yang diperoleh tersebut diolah menjadi sajian data untuk kemudian

dianalisis. Setelah data tersebut selesai dianalisis kemudian disimpulkan. Apabila

di dalam kesimpulannya dirasa kurang baik, maka penulis kembali melakukan

kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus dan juga pendalaman data.

Model analisis kualitatif yang digunakan adalah model analisis interaktif yaitu

model analaisis data yang dilaksanakan dengan menggunakan tiga tahap/komponen

berupa reduksi data, sajian data serta penarikan kesimpulan/verivikasi dalam suatu

Page 22: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

proses siklus antara tahap-tahap tersebut sehingga data terkumpul akan berhubungan

satu dengan lainnya secara otomatis (Sutopo HB, 1997: 86).

Dalam penelitian ini proses analisis sudah dilakukan sejak proses

pengumpulan data masih berlangsung. Peneliti terus bergerak di antara tiga

komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama proses data terus

berlangsung. Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga

komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian yang masih tersisa.

Agar lebih jelas proses/siklus kegiatan dari analisis tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut: (Sutopo HB, 1997: 87)

Gambar : 1

Bagan model analisis data interaktif (Interactive Model Of Analysis)

Ketiga Komponen tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut

a. Reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus

bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sampai sesudah penelitian

lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data bukanlah

merupakan suatu hal yang terpisah dari analisis dan merupakan bagian dari

analisis.

Pengumpulan Data

II Sajian Data

I Reduksi Data

III Penarikan

Kesimpulan/Verifikasi

Page 23: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

b. Penyajian Data

Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Dari permulaan pengumpulan data, seorang analis kualitatif mulai

mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi. Kesimpulan-

kesimpulan itu akan ditangani dengan longgar dan tetap terbuka, tetapi

kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas meningkat lebih

terperinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan juga di

verifikasi selama penelitian berlangsung. Singkatnya makna-makna yang

muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya

yakni merupakan validitasnya (Soerjono Soekanto, 1986: 18 - 19).

Model analisis ini merupakan proses siklus dan interaktif. Seorang

peneliti harus bergerak diantara empat sumbu kumparan itu selama

pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan

reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama sisa waktu

penelitiannya. Kemudian komponen-komponen yang diperoleh adalah

komponen-komponen yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan

permasalahan yang diteliti. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan

disajikan secara deskriptif yaitu secara apa adanya sesuai dengan

permasalahan yang diteliti dan data-data yang diperoleh.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh maka penulis menyusun

skripsi ini dalam empat bab ditambah daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang

apabila disusun secara sistematis adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Page 24: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Dalam bab ini penulis akan memberikan gambaran awal mengenai

penelitian yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang

dipergunakan dalam penelitian ini, dan sistematika penulisan hukum

untuk memberikan pemahaman terhadap isi penelitian dalam garis

besar

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan mengenai Kajian Teori yang berisi

pengertian dan tinjauan umum mengenai pidana dan Tindak Pidana,

Tindak Pidana Perbuatan Cabul, tinjauan umum tentang anak,

Tinjauan Umum Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam

Perspektif Undang Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Tinjauan umum

tentang Putusan pengadilan serta Kerangka Pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan mencoba menyajikan hasil penelitian

mengenai pertimbangan-pertimbangan hakim dalam memutus perkara

pidana, yang menjadi perlindungan hukum terhadap korban dan

menyajikan proses pemeriksaan terhadap tindak pidana perbuatan

cabul yang dilkukan oleh ayah terhadap anak kandungnya di

Pengadilan Negeri Karanganyar

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan rumusan masalah dari hasil penelitian

dan saran-saran berdasarkan kesimpulan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 25: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Pidana.

a. Pengertian Pidana.

Pada dasarnya pidana adalah sama dengan penderitaan. Perbedaanya

hanya terletak, penderitaan pada tindakan lebih kecil atau ringan, dari pada

penderitaan yang dijatuhi oleh pidana. Pidana berasal dari kata straf (Belanda) yang adakalanya disebut

sebagai hukuman. Mencantumkan pidana pada setiap larangan dalam

hukum pidana, disamping bertujuan untuk kepastian hukum dan dalam

rangka membatasi kekuasaan negara, juga bertujuan untuk mencegah bagi

orang yang berniat untuk melanggar hukum pidana.

b. Jenis-Jenis Pidana

KUHP sebagai induk pidana telah merinci jenis-jenis pidana,

sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 10 KUHP, dimana dibedakan

adanya pidana pokok dan pidana tambahan.

1) Pidana pokok terdiri dari:

a) Pidana mati

Berdasarkan Pasal 69 maupun berdasarkan hak yang

tertinggi bagi manusia, pidana mati adalah pidana yang terberat,

yang pelaksanaanya berupa penyerangan terhadap hak hidup

manusia, yang sesungguhnya hak itu hanya mutlak milik Tuhan. Kejahatan-kejahatan yang diancam dengan pidana mati

hanyalah kejahatan-kejahatan yang dianggap sangat berat saja,

seperti:

(1) Kejahatan-kejahatan yang mengancam keamanan negara

(Pasal 104, 111 ayat (2), 124 ayat 3 jo 129)

Page 26: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

(2) Kejahatan-kejahatan pembunuhan terhadap orang-orang

tertentu dan atau dilakukan dengan faktor-faktor pemberat,

misalnya (Pasal 140 (3), 340)

(3) Kejahatan terhadap harta benda yang disertai unsur/faktor

yang sangat memberatka (Pasal 365 ayat (4), 368 ayat (2))

(4) Kejahatan-kejahatan pembajakan laut, sungai dan pantai

(Pasal 444).

Tindak pidana mati tidak dengan mudah dijatuhkan,

menggunakan upaya pidana mati selalu diancamkan juga

alternatifnya, yaitu pidana penjara seumur hidup, atau pidana

penjara setinggi-tingginya 20 tahun.

b) Pidana penjara

Pidana penjara adalah bentuk pidana yang berupa

kehilangan kemerdekaan. Batas waktu pidana penjara minimal 1

hari sampai pidana penjara seumur hidup. Namun pada

umumnya pidana penjara maksimum adalah lima belas tahun. Seseorang yang dipidana penjara akan kehilangan hak-hak

tertentu:

(1) hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilu

(2) hak memangku jabatan politik

(3) hak untuk bekerja pada perusahaan-perusahaan

(4) hak mendapat ijin tertentu

(5) hak untuk mengadakan asuransi hidup

(6) hak untuk tetap dalam ikatan perkawinan

(7) hak untuk kawin

(8) beberapa hak sipil lainya.

c) Pidana kurungan

Pidana kurungan relatif sama dengan pidana penjara namun

pada pidana kurungan batas waktu minimal satu hari dan

maksimal satu tahun. Pidana kurungan diancamkan pada tindak

Page 27: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

pidana yang dianggap ringan seperti tindak pidana kealpaan dan

pelanggaran. Perbedaannya dengan pidana penjara adalah

pelaksanaan pidana kurungan lebih ringan dari pada pelaksanaan

pidana penjara.

d) Pidana denda

Pidana denda banyak diancamkan pada banyak jenis

pelanggaran baik sebagai alternatif dari pidana kurungan maupun

berdiri sendiri. Begitu juga bagi kejahatan-kejahatan ringan

maupun culpa, pidana denda sering dijadikan alternatif dari

pidana kurungan.

e) Pidana tutupan.

Pidana tutupan ini ditambahkan kedalam Pasal 10

berdasarkan UU No. 20 Tahun 1946, yang maksudnya

sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 ayat 1 yang menyatakan

bahwa, dalam mengadili orang yang melakukan kejahatan, yang

diancam dengan pidana penjara, karena terdorong oleh maksud

yang patut dihormati, hakim boleh menjatuhkan pidana tutupan. Tempat dan menjalani pidana tutupan dan segala sesuatu

yang perlu untuk menjalani UU No. 20 Tahun 1946 diatur lebih

lanjut dalam PP tahun 1948, yang dikenal dengan PP rumah

tutupan.

2) Pidana tambahan terdiri dari:

Ada 3 jenis pidana tambahan:

(a) Pidana pencabutan hak-hak tertentu.

(b) Pidana perampasan barang-barang tertentu

(c) Pidana pengumuman keputusan hakim.

2. Tinjauan Tentang Tindak Pidana.

a. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana.

Tindak pidana juga merupakan pengertian yuridis yang berbeda dengan

Page 28: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

pengertian kejahatan yang dapat diartikan secara yuridis atau

kriminologis. Para ahli hukum pidana sering menggunakan istilah

straafbaar feit untuk menyebut tindak pidana. Sedangkan di dalam Kitab

Undang-undang Hukum Pidana tidak diberikan penjelasan mengenai

perkataan “straafbaarfeit” tersebut. Perkataan “feit” dalam bahasa Belanda diartikan “sebagian dari

kenyataan”, sedang “straafbaar” berarti “dapat dihukum”, sehingga

secara harfiah perkataan “straafbaar feit” berarti “sebagian dari

kenyataan yang dapat dihukum” yang sudah barang tentu tidak tepat, oleh

karena kelak akan kita ketahui bahwa yang dapat dihukum adalah

manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan, atau tindakan.

(Drs. P.A.F. Lamintang, S.H.,1997:181) Dengan adanya pendapat tersebut diatas, timbul doktrin-doktrin dan

berbagai pendapat tentang apa sebenarnya yang disebut dengan

“strafbaar feit” tersebut, pendapat tersebut misalnya :

Simons : Dalam rumusannya “strafbaar feit” itu adalah :“Tindakan

melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja atau pun tidak

dengan sengaja oleh sesorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas

tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan

yang dapat di hukum”.

Alasan dari Simon mengapa “strafbaar feit” harus dirumuskan

seperti di atas karena :

1) Untuk adanya suatu strafbaar feit itu disyaratkan bahwa disitu

terdapat suatu tindakan yang dilarang ataupun yang diwajibkan

dengan undang-undang, dimana pelanggaran terhadap larangan atau

kewajiban seperti itu telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat

dihukum.

2) Agar suatu tindakan seperti itu dapat dihukum maka tindakan itu

harus memenuhi semua unsur dari delik seperti yang dirumuskan

dengan undang-undang.

Page 29: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

3) Setiap “strafbaar feit” sebagai setiap pelanggaran tehadap suatu

larangan atau kewajiban menurut undang-undang itu, pada

hakekatnya merupakan tindakan melawan hukum atau merupakan

suatu “onrechtmatige handeling”. ( Lamintang, 1997:184)

Jadi sifat melawan hukum itu timbul dari suatu kenyataan bahwa

tindakan manusia tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan, hingga pada dasarnya sifat tersebut bukan suatu unsur dari

delik yang mempunyai arti yang tersendiri seperti halnya dengan unsur

yang lain.

Moeljatno : Untuk lebih jelasnya dalam membahas masalah tindak

pidana maka penulis menguraikan istilah tindak pidana. Menurut

Moeljatno perbuatan pidana adalah:

“Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan yang mana disertai (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar aturan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan pada perbuatan ( yaitu suatu kejadian atau keadaan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang sedangkan ancaman pidananya ditujukan pada orang yang menimbulkan kejahatan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang), sedang ancaman pidanya ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu” (Moeljatno, 1982 : 37). Pompe : strafbaarfeit adalah: “Tidak lain dari pada suatu tindakan

yang menurut sesuatu rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai

suatu tindakan yang dapat dihukum” (Lamintang, 1990 :174). Perbedaaan pemakaian istilah tidak menjadikan masalah asalkan

diketahui apa yang dimaksudkannya dan dalam hal ini yang terpenting

adalah isi dari pengertian istilah dari tindak pidana, dan yang terpenting

dalam teori tentang tindak pidana adalah bahwa “ tiada seorang pun dapat

dipidana apabila tindakannya itu benar-benar bersifat melanggar hukum

dan telah dilakukan berdasarkan suatu bentuk “schuld”, yaitu sengaja

atau tidak sengaja”.

Page 30: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

b. Unsur-unsur tindak pidana

Jika kita menjabarkan suatu rumusan delik kedalam unsur-

unsurnya, maka yang akan kita jumpai pertama kali adalah tindakan

manusia, dengan seseorang melakukan tindakan yang terlarang dan

melanggar undang-undang. Sungguhpun demikian setiap tindak pidana

yang terdapat dalam KUHP itu dapat kita jabarkan ke dalam unsur-unsur

yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua unsur yaitu unsur

subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif adalah unsur yang melekat

pada diri pelaku atau yang berhubungan dengan diri pelaku, dan termasuk

didalamnya segala sesuatu yang terkandung di dalamnya, sedangkan

unsur objektif adalah unsur yang berhubungan dengan keadaan, yaitu di

dalam, dimana tindakan dari pelaku dapat dilaksanakan. Unsur subjektif

dan unsur objektif terdiri dari :

1) Unsur subjektif

(a) Kesengajaan atau kelalaian (dolus atau Culpa).

(b) Maksud dari suatu percobaan (poging) seperti yang dimaksudkan

dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP.

(c) Macam-macam maksud (oogmerk) seperti yang terdapat dalam

kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan dan lain-

lain.

(d) Merencanakan terlebih dahulu, seperti yang terdapat dalam

kejahatan menurut Pasal 340 KUHP.

(e) Perasaan takut (vrees) seperti yang terdapat dalam rumusan tindak

pidana menurut Pasal 308 KUHP.

2) Unsur objektif

(a) Sifat melawan hukum

Page 31: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

(b) Kualitas dari pelaku, misalnya seorang pegawai negeri sipil

melakukan kejahatan yang diatur dalam menurut Pasal 415

KUHP.

(c) Kausalitas, yaitu hubungan antara suatu tindakan sebagai

penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat.

Unsur-unsur tindak pidana, dapat dibedakan setidak-tidaknya dari

dua sudut pandang, yakni: (1) dari sudut teoritis dan (2) dari sudut

undang-undang. Dari sudut teoritis maksudnya ialah berdasarkan

pendapat para ahli hukum, yang tercermin pada bunyi rumusannya.

Sedangkan sudut undang-undang adalah bagaimana kenyataan tindak

pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam Pasal-Pasal

peraturan perundang-undangan yang ada.

c. Jenis-jenis tindak pidana

Menurut Van Hammel pembagian tindak pidana menjadi tindak

pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran. Dimana hal itu

dipengaruhi oleh pembagian tindak pidana yang disebut “rechtsdeliden

dan wethsdelideen”. Dikatakan bahwa kejahatan adalah ”rechtsdeliden”

yaitu perbuatan-perbuatan yang meskipun tidak ditentukan dalam

undang-undang, sebagai suatu perbuatan pidana , telah dirasakan sebagai

“onrecht”, sebagai suatu perbuatan yang bertentangan dengan tata

hukum. Sedangkan pelanggaran adalah sebaliknya ”wethsdelideen” yaitu

perbuatan-perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui

setelah ada wet yang menentukan demikian.

Tindak pidana dapat dibeda-bedakan atas dasar-dasar tertentu, yaitu

:

1) Menurut sistem KUHP, dibedakan antara kejahatan dimuat dalam

buku II dan pelanggaran dimuat dalam buku III. Kejahatan

umumnya diancam dengan pidana yang lebih berat dari pada

pelanggaran.

Page 32: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

2) Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana

formil dan tindak pidana materil. Tindak pidana materil adalah

tindak pidana yang dimaksudkan dalam suatu ketentuan hukum

pidana yang dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang

mengakibatkan suatu akibat tertentu, tanpa merumuskan wujud dari

perbuatan itu, sedangkan tindak pidana formil adalah tindak pidana

yang dimaksudkan sebagai wujud perbuatan tanpa menyebutkan

akibat yang disebabkan oleh perbuatan itu.

3) Berdasarkan bentuk kesalahannya, dapat antara tindak pidana

sengaja dan tindak pidana tidak sengaja.

4) Berdasarkan macam perbuatannya, dibedakan antara tindak pidana

aktif / pasif dapat juga disebut tindak pidana komisi dan tindak

pidana positif / negatif, disebut juga tindak pidana omisi.

5) Kesengajaan dan Kealpaan

Kesengajaan adalah delik yang dilakukan dengan sengaja seperti

Pasal 338, sedangkan kealpaan adalah delik yang terjadi karena

tidak sengaja atau lalai, contoh Pasal 359 KUHP (Lamintang, 1997

: 214).

6) Delik yang berdiri sendiri dan Delik yang diteruskan

Delik yang berdiri sendiri adalah delik yang terdiri dari satu atau

lebih tindakan untuk menyatakan suatu kejahatan, contoh pencurian

Pasal 362 KUHP, delik yang diteruskan adalah delik-delik yang

pada hakekatnya merupakan suatu kumpulan dari beberapa delik

yang berdiri sendiri, contoh Pasal 221, 261, 282, KUHP

(Lamintang, 1997 : 216).

7) Delik Tunggal dan Delik Berangkai

Delik tunggal merupakan delik yang dilakukan hanya satu

perbuatan untuk terjadinya delik itu. Sedangkan delik berangkai

merupakan delik yang dilakukan lebih dari satu perbuatan untuk

terjadinya delik itu (Andi hamzah, 1994 : 101).

Page 33: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

d. Tempat dan waktu tindak pidana

Untuk dapat menentukan secara pasti tentang waktu dan tempat

kejadian dilakukannya sesuatu tindak pidana itu tidaklah mudah. Hal ini

disebabkan karena pada hakekatnya tindak pidana merupakan suatu

tindakan manusia, dimana pada waktu melakukan tindakannya seringkali

manusia telah menggunakan alat yang yang dapat bekerja atau dapat

menimbulkan akibat pada waktu dan tempat yang lain dimana orang

tersebut telah menggunakan alat-alat yang bersangkutan. Dapat pula

terjadi bahwa perbuatan dari seorang pelaku telah menimbulkan akibat

pada waktu dan tempat yang lain daripada waktu dan tempat dimana

pelaku tersebut telah melakukan perbuatannya. Jadi tempus delicti adalah

waktu dimana terjadinya suatu tindak pidana dan yang dimaksud dengan

locus delicti adalah tempat tindak pidana berlangsung. Menurut Van Bemmelen dalam buku Lamintang menerangkan

bahwa yang harus dipandang sebagai tempat dan waktu dilakukannya

tindak pidana itu pada dasarnya adalah tempat dimana seorang pelaku

telah melakukan perbuatannya secara materiil. Yang harus dianggap

sebagai “locus delicti” itu adalah :

a) Tempat dimana seorang pelaku itu telah melakukan sendiri

perbuatannya.

b) Tempat dimana alat yang telah dipergunakan oleh seorang itu

bekerja.

c) Tempat di mana akibat langsung dari sesuatu tindakan itu telah

timbul.

d) Tempat dimana akibat konstitutif itu telah timbul. (Lamintang, 1997

: 227).

3. Tinjauan tentang tindak pidana perbuatan cabul

Bila kita membicarakan perbuatan cabul memang tidak terlepas dari

perbuatan yang mengarah kepada kejahatan seksual. Yang dimaksud

Page 34: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

perbuatan cabul adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan atau

perbuatan keji dalam lingkungan nafsu birahi.

Tindak pidana perbuatan cabul sebagaimana diatur dalam Pasal 289

KUHP adalah barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekuasaan

memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukannya

perbuatan cabul yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana

penjara paling lama sembilan tahun. KUHP mengkategorikan penyimpangan

seksual orang dewasa yang dilampiaskan kepada anak-anak sebagai perbuatan

cabul.

Tindak pidana perbuatan cabul tidak didefinisikan secara jelas oleh

KUHP. Namun dengan kualifikasi yang ditetapkan dalam Pasal 289 KUHP,

bahwa perbuatan cabul merupakan penyerangan kesusilaan dengan perbuatan.

Pasal tersebut merumuskan bahwa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa atau membiarkan dilakukannya perbuatan cabul (ontuchtige

handelingen) diancam dengan pidana maksimum sembilan tahun. Menurut

komentar para penulis Belanda, perbuatan cabul merupakan pengertian umum

yang meliputi bersetubuh (verkrachting) yang dalam Pasal 285 KUHP

dikualifikasikan sebagai perkosaan untuk bersetubuh. (Wirdjono

Prodjodikoro, 2002: 117)

Kata diketahui atau patut disangka merupakan unsur kesalahan

(dolus/culva) terhadap umur yakni pelaku dapat menduga bahwa umur anak

atau remaja tersebut belum 15 tahun.

Sebagaimana diutarakan pada butir sembilan, Pasal 290 KUHP diambil

alih oleh RUU KUHP. Dalam RUU KUHP dicantumkan umur 16 tahun agar

sinkron dengan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

4. Tinjauan umum tentang anak

a. Pengertian Anak

Page 35: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Karena adanya pluralisme hukum dalam sistem perundang-undangan

di Indonesia, maka pengertian anak di bawah umur mempunyai pengertian

dan batasan yang berbeda-beda antara satu perundang-undangan dengan

perundang-undangan yang lainnya. Untuk lebih jelasnya, akan dipaparkan

dalam uraian di bawah ini:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW)

Pasal 330 ayat (1) memuat batas antara belum dewasa

(Minderjerighed) dengan telah dewasa (Merderjeringed) yaitu 21

tahun kecuali:

(a) Anak itu sudah kawin sebelum berumur 21 tahun yang berlaku

bagi bangsa Timur Asing kecuali Tionghoa

(b) Pendewasaan Pasal 419 Bw yang menyatakan dengan

menggunakan pelunakan, seorang anak belum dewasa atau

bolehlah diberikan kepadanya hak kedewasaan yang tertentu.

2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-Undang ini tidak secara langsung mengatur masalah ukuran

penggolongan anak, tetapi secara tersirat tercantum dalam Pasal-Pasal

sebagai berikut:

(a) Pasal 6 ayat (2)

(b) Memuat tentang ketentuan syarat perkawinan bagi seorang yang

belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat ijin dari orang

tua.

(c) Pasal 7 ayat (1)

(d) Memuat batasan minimum usia untuk dapat kawin bagi pria

adalah 19 tahun dan bagi wanita adalah 16 tahun.

(e) Pasal 47 ayat (1)

(f) Menyatakan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun

atau belum pernah melakukan pernikahan ada di bawah

kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak mencabut

kekuasaan orang tuanya.

Page 36: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

(g) Berarti anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum

pernah kawin, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua

berada di bawah kekuasaan wali.

Dari Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974,

dapat disimpulkan bahwa dalam Undang-Undang tersebut menentukan

batas belum dewasa atau sudah dewasa adalah 16 tahun dan 19 tahun.

3) UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

Dalam Pasal 1ayat (2), anak dirumuskan dalam perkara Anak

Nakal dengan syarat:

(a) antara umur 8 tahun sampai dengan 18 tahun

(b) anak belum pernah kawin, apabila seorang anak pernah

mengalami perceraian walaupun belum genap 18 tahun dianggap

telah dewasa.

4) KUHP

Dalam Pasal 35, 45 dan 47 merumuskan anak dengan batasan

kurang dari 16 tahun. Setelah adanya undang-undang Pengadilan

Anak Pasal tersebut tidak berlaku. Tetapi batasan umur anak sebagai

korban pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 285, 287, 290, 292,

293, 294, 295, 297 yaitu belum genap berumur 15 tahun.

5) UU No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak

Mendefinisikan anak sebagai seorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan belum pernah kawin.

6) UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Anak didefinisikan sebagai seorang yang belum berusia 18 tahun

termasuk anak yang masih dalam kandungan.

b. Perlindungan terhadap anak dari tindak

pidana

Ketentuan larangan melakukan tindak pidana secara umum

sesungguhnya adalah berlaku bagi tindak pidana yang dilakukan terhadap

Page 37: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

anak sehingga juga dianggap sebagai melindungi anak dari tindak pidana.

(Darwan Prinst, 2003: 103)

Pernyataan hak-hak anak dalam konvensi hak anak menyatakan

tentang hak-hak anak yang tercantum dalam Pasal-Pasal konvensi tersebut

berhak dinikmati oleh anak seluruhnya. Selain hal tersebut anak-anak

berhak memperoleh perlindungan khusus dari segala bentuk penyia-

nyiaan, kekejaman dan penindasan dalam bentuk apapun dan harus

memperoleh kesempatan serta fasilitas yang dijamin oleh hukum dan

sarana lain sehingga secara jasmani, mental, akhlak, rohani dan sosial

mereka dapat berkembang dengan sehat dan wajar dalam keadaan bebas

yang bermanfaat. Atas pernyataan tersebut pemerintah telah mengeluarkan

berbagai undang-undang demi memberikan perlindungan hukum terhadap

anak dalam menikmati hak-haknya.

Dalam hal seorang anak yang menjadi korban suatu tindak pidana

undang-undang mewajibkan pemerintah dan lembaga negara yang lain

untuk memberikan perlindungan khusus. UU No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak mengkategorikan anak sebagai korban tindak pidana

sebagai anak dalam situasi darurat. Perlindungan khusus bagai anak yang

menjadi korban tindak pidana dilakukan melalui:

1) Upaya rehabilitasi, baik dalam lembaga maupun diluar lembaga.

2) Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa

untuk menghindari labelisasi.

3) Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli baik

fisik, mental maupun sosial.

4) Pemberian aksesbilitas untuk mendapatkan informasi mengenai

perkembangan perkara. (Pasal 64 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2002)

Untuk anak-anak yang diekploitasi secara ekonomi dan atau seksual

merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, yang dilakukan

melalui:

Page 38: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

(a) Penyebarluasan dan atau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang diekploitasi

secara ekonomi dan atau seksual.

(b) Pemantauan, pelaporan dan pemberian sanksi.

(c) Pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja,

LSM dan masyarakat dalam penghapusan ekploitasi terhadap anak

secara ekonomi dan atau seksual.

5. Tinjauan Umum Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Perspektif

Undang Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga

a. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga Secara toeritis kekerasan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga

mengakibatkan terjadinya kerusakan fisik maupun psikis adalah kekerasan yang

bertentangan dengan hukum. Oleh karenanya merupakan kejahatan. Menurut

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang dimaksud Kekerasan dalam Rumah

Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis, dan/ atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara

melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

b. Ruang Lingkup Rumah Tangga

Lingkup rumah tangga yang terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

meliputi:

1) Suami, istri, dan anak;

2) Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan,

Page 39: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga;

dan/atau

3) Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah

tangga tersebut.

c. Bentuk-Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Dengan lahirnya Undang-Undang No.23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Indonesia telah mengatur

bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan di dalam lingkup rumah tangga,

yaitu meliputi :

a) Kekerasan fisik;

Berdasarkan Pasal 6 disebutkan pengertian kekerasan fisik adalah perbuatan

yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat.

b) Kekerasan psikis

Berdasarkan Pasal 7 pengertian kekerasan psikis adalah perbuatan yang

mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya

kemampuan untuk bertindak, rasa tak berdaya, dan atau penderitaan psikis

berat pada seseorang.

c) Kekerasan seksual;

Berdasarkan Pasal 8 kekerasan seksual meliputi:

(1) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang

menetap dalam rumah tangga tersebut.

(2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup

rumah tangganya dengan orang lain dengan tujuan komersil atau tujuan

tertentu.

d) Penelantaran rumah tangga.

Berdasarkan Pasal 9 Penelantaran Rumah Tangga meliputi:

(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah

tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena

persetujuan atau perjanjian, ia wajib memberikan kehidupan,

perawatan dan pemeliharaan kepada orang tersebut.

Page 40: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

(2) Penelantaran sebagaimana disebut pada ayat 1 juga berlaku bagi setiap

orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara

membatasi dan atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau

di luar rumah sehingga berada di bawah kendali orang tersebut.

6. Tinjauan umum tentang Putusan pengadilan

Pada dasarnya putusan hakim mempunyai peranan yang menentukan

dalam menegakkan hukum dan keadilan. Oleh karena itu didalam

menjatuhkan putusan, hakim diharapkan agar selalu berhati-hati. Hal ini

dimaksudkan untuk menjaga agar putusan yang diambil tidak mengakibatkan

rasa tidak puas, tidak bertumpu pada keadilan yang dapat menjatuhkan

wibawa pengadilan.

Yang dimaksud dengan putusan seperti yang menjadi ketentuan umum

dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Pasal 1) putusan

pengadilan didefinisikan sebagai pernyataan hakim yang diucapkan dalam

sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan / bebas / lepas dari

segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam

undang-undang (dalam hal ini KUHAP). Sedangkan Pasal 195 KUHAP

merumuskan bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai

kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang terbuka untuk umum.

Kejaksaan Agung Republik Indonesia dalam bukunya yang berjudul

Peristilahan Hukum dalam Praktek tahun 1985 halaman 221 menekankan

bahwa hasil atau kesimpulan dari suatu yang telah dipertimbangkan dan

dinilai dengan semasak-masaknya yang dapat berbentuk tulisan maupun lisan.

(Leden Marpaung, 1992: 406).

Dengan demikian untuk sahnya suatu putusan pengadilan harus memenuhi

syarat-syarat antara lain:

Page 41: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

1) Memuat hal-hal yang diwajibkan dalam Pasal 197 ayat (1) dan (2)

KUHAP

2) Diucapkan di sidang terbuka untuk umum.

Hal-hal tersebut di atas yang harus dinyatakan sebagai syarat mutlak suatu

putusan, sedangkan hal-hal lain seperti hadirnya terdakwa bukan suatu syarat

mutlak. Hal ini menunjukkan bahwa putusan hakim merupakan kesimpulan

yang vital karena tidak saja mengandung aspek-aspek psikologi tetapi juga

aspek yuridis. Oleh sebab itu suatu putusan harus dituangkan dalam bentuk

rumusan yang memuat jalan pikiran hakim dan pertimbangan yang digunakan

hakim untuk menjatuhkan putusan tersebut.

Bagian pertimbangan sudah selayaknya disusun oleh hakim serapih-

rapihnya, oleh karena putusan hakim selain mengenai pelaksanaan suatu

peraturan hukum pidana, juga mengenai hak-hak asasi dari seorang terdakwa

sebagai warga negara atau penduduk dalam negara, yang mana hak tersebut

wajib dilindungi oleh Badan-badan pemerintah. (Leden Marpaung, 1992: 423)

Pertimbangan hakim dalam suatu putusan yang mengandung

penghukuman terdakwa, harus ditujukan kepada hal terbuktinya suatu

peristiwa pidana yang didakwakan kepada terdakwa. Oleh sebab itu suatu

tindak pidana selalu terdiri dari beberapa bagian yang merupakan syarat

perbuatan tersebut dapat dipidana, sehingga tiap-tiap bagian tersebut harus

ditinjau apakah perbuatan tersebut dapat dianggap nyata telah terjadi.

Dengan demikian hakim dapat memberikan putusan yang sesuai dengan

hukum dan rasa keadilan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kebebasan

hakim dalam menemukan hukum tidaklah berarti ia menciptakan hukum, akan

tetapi hakim harus berperan aktif sebagai penegak hukum dan keadilan untuk

menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam

masyarakat.

Page 42: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Aktifitas tersebut dapat direflektir dalam Hukum Acara Pidana, dimana

hakim itu harus berusaha mencari dan menemukan kebenaran dari suatu

perkara yang dihadapkan kepadanya. (Oemar Seno Adji, 1997: 262).

Dalam penentuan hukuman, seorang hakim diharapkan berpandangan

tidak hanya tertuju apakah putusan itu sudah benar menurut hukum,

melainkan juga terhadap akibat yang mungkin timbul. Dengan berpandangan

luas seperti ini maka hakim berkemungkinan besar mampu untuk menyelami

kenyataan-kenyataan yang hidup dalam masyarakat dan juga akan lebih dapat

memahami serta meresapi makna dari putusan yang dijatuhkannya.

Sebaliknya, hakim yang tidak mampu berorientasi dengan masyarakat

akan lebih mudah mengundang reaksi masyarakat melalui putusan-putusannya

yang kurang mencerminkan perasaan keadilan. Oleh karena itu putusan hakim

sebaiknya informatif agar dapat memberikan gambaran yang lengkap baik

tentang kasusnya maupun tentang pertimbangan hukumnya. Selain itu putusan

hakim harus edukatif agar masyarakat dapat mengikuti hukum dengan baik.

Hakim pada umumnya melakukan penilaian tentang :

a) Pengambilan putusan mengenai perbuatan, yaitu apakah terdakwa

memang melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya.

b) Keputusan mengenai aturan pidananya, yaitu apakah perbuatan yang

dilakukan terdakwa itu memang merupakan suatu perbuatan pidana, yang

selanjutnya disusul dengan apakah terdakwa dengan demikian dapat

dijatuhi pidana.

Dalam membuat keputusannya hakim sangatlah mungkin untuk

melakukan suatu kekhilafan. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Riduan

Syahroni, bahwa hakim adalah manusia biasa yang selamanya sunyi dari

kekhilafan dan kesalahan. Karena itulah, dalam menyelenggarakan peradilan

semua putusan yang diberikannya terhadap perkara-perkara yang diajukan

padanya mutlak sudah benar dan adil, melainkan ada kemungkinan ini dan

Page 43: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

betapapun besarnya usaha menghindari kemungkinan ini, putusan yang

diberikannya itu ada yang tidak tepat dan dirasakan tidak adil. (Riduan

Syahroni, 1980: 35).

Pada dasarnya dalam sistem peradilan dimanapun, suatu putusan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap itu tidaklah dapat dirubah lagi. Hal

ini dikarenakan adanya asas nebis in idem yang melarang adanya dua kali

putusan dalam perkara yang sama. Namun dengan pertimbangan bahwa hakim

adalah manusia yang tidak terhindar dari kesalahan, maka dibuka

kemungkinan untuk mempergunakan lembaga peninjaun kembali.

Menurut hukum acara pidana putusan hakim dibagi menjadi tiga macam,

yakni:

1) Putusan bebas

Di dalam suatu persidangan pengadilan, seorang terdakwa dibebaskan

apabila ternyata perbuatannya yang tersebut dalam surat dakwaan

seluruhnya atau sebagian tidak terbukti, secara sah dan meyakinkan (Pasal

191 ayat (1) KUHAP) ketiadaan terbukti ini ada dua macam:

a) Ketiadaan terbukti yang oleh undang-undang ditetapkan sebagai

minimum, yaitu adanya hanya pengakuan terdakwa saja, tanpa

dikuatkan oleh alat-alat bukti yang lain.

b) Minimum yang ditetapkan oleh UU telah dipenuhi yaitu adanya dua

orang saksi atau lebih, akan tetapi hakim tidak yakin akan kesalahan

terdakwa (M. Prodjohamidjojo, 1982: 130).

2) Putusan lepas

Apabila suatu perbuatan yang dalam surat dakwaan itu terbukti, tetapi

tidak merupakan suatu kejahatan atau pelanggaran, maka terdakwa harus

dilepas dari segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2) KUHAP). Hal ini

akan terjadi jika:

Page 44: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

a) Adanya kekeliruan dalam surat dakwaan, yakni apa yang didakwakan

tidak cocok dengan salah satu penyebutannya oleh hukum pidana dari

perbuatan yang diancam dengan hukuman pidana.

b) Adanya hal-hal yang khusus, yang mengakibatkan terdakwa tidak

dijatuhi hukuman pidana menurut Pasal dalam KUHAP, yakni sakit

karena jiwa (Pasal 44 KUHP), atau karena menjalankan perintah

jabatan (Pasal 51 KUHP). (M. Prodjohamidjojo, 1982: 31)

3) Putusan penghukuman

Seorang hakim akan menjatuhkan putusan-putusannya apabila

perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa dianggap terbukti dan

merupakan kejahatan tindak pidana (Pasal 193 ayat (1) KUHP). Akan

tetapi jika putusan ini dikenakan pada anak berumur 16 tahun atau belum

kawin, hakim masih punya leluasa untuk memilih hukumnya.

Menurut Pasal 45 KUHP, hakim leluasa untuk memilih antara tiga

macam tindakan terdakwa, yaitu:

a) Menjatuhkan suatu hukuman pidana kepada terdakwa.

b) Menyerahkan terdakwa kembali kepada orang tua atau wali.

c) Memerintahkan terdakwa diserahkan kepada pemerintah agar

dipelihara, dalam tempat pendidikan sampai berumur 18 tahun.

Putusan hakim dapat dieksekusi bila putusan tersebut telah mempunyai

kekuatan hukum tetap, yang telah diterima oleh para pihak yang

bersangkutan.

Putusan yang berupa penghukuman terdakwa dapat berupa pidana

seperti yang diatur dalam Pasal 10 KUHP, yaitu:

a) Pidana Pokok

(1) Pidana mati

(2) Pidana penjara

(3) Kurungan

(4) Denda

b) Pidana Tambahan

Page 45: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

(1) Pencabutan hak-hak tertentu

(2) Perampasan barang-barang tertentu

(3) Pengumuman putusan hakim

B. Kerangka Pemikiran

Perbuatan cabul merupakan istilah yang lazim digunakan pada bentuk

tindak pidana yang berkenaan dengan kejahatan kesusilaan. Apabila suatu

tindakan tidak termasuk dalam kualifikasi tindakan perkosaan maka pada proses

penuntutan akan dijerat dengan Pasal tentang perbuatan cabul. Secara yuridis

formal perbuatan cabul tidak didefinisikan secara jelas namun akibat yang

mungkin atau dapat terjadi setelah peristiwa pidana tersebut telah diatur dalam

perundang-undangan yang berlaku. Hal ini menjadi amat serius apabila yang

menjadi korban adalah anak-anak yang oleh hukum hanya diatur secara umum

sehingga tergantung dari pertimbangan hakim dalam menegakkan keadilan bagi

korban.

Dengan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, dimana putusan

tersebut memungkinkan tercapainya keadilan bagi korban baik secara mental

maupun dalam bentuk materi akan mengakibatkan terciptanya supremasi hukum

di dalam masyarakat agar tidak mengulangi atau melakukan kejahatan yang

serupa. Hal ini dapat menciptakan keamanan dan ketertiban hukum di dalam

masyarakat.

Keamanan dan ketertiban hukum dimungkinkan terjadi apabila

masyarakat mulai atau setia menjunjung hukum dan perundang-undangan yang

berlaku sehingga masyarakat mau melaksanakan apa yang diperintahkan

ataupun menjauhi yang menjadi larangan peraturan-peraturan hukum. Suasana

aman dan tertib hukum yang selalu senantiasa terjadi bila dijunjung tinggi oleh

masyarakat dan dipatuhi. Hal ini dapat terjadi apabila hukum menjamin

Page 46: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

tegaknya keadilan dan rasa aman dari masyarakat. Untuk itu negara harus

menjamin tegaknya keadilan dan hukum tersebut.

Negara dalam hal ini sebagai pengayom masyarakat harus menjamin

tegaknya hukum dan keadilan. Suatu tindak pidana yang diproses secara hukum

merupakan salah satu upaya negara dalam menegakkan keadilan, tetapi

perlindungan hukum dan keadilan yang selalu diutamakan oleh masyarakat

belum sepenuhnya ditegakkan oleh negara terbukti dengan perundang-undangan

yang sangat sedikit dalam menjamin perlindungan bagi korban.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perbuatan cabul dipandang

sebagai kejahatan yang paling merugikan dan mencemaskan masyarakat apalagi

yang dilakaukan oleh seorang ayah terhadap anak kandungnya sebagaimana

yang terjadi di Kabupaten Karanganyar, namun paling kontroversial apalagi

yang menjadi korban adalah orang yang dipandang belum memiliki visi

terhadap masa depan.

Hampir setiap berita tentang kejahatan kesusilaan menghiasi lembaran

surat kabar yang berupa kejahatan seksual terhadap anak-anak khususnya yang

dilakukan oleh ayah kandungnya. Namun hukum yang berlaku tidak mengatur

secara khusus terhadap kejahatan kesusilaan tersebut. Pelaku hanya dijerat

dengan Pasal tentang perbuatan cabul.

Tuntutan terhadap adanya proses dan efeksibelitas tegaknya keadilan

dalam kasus kejahatan seksual terhadap anak-anak khususnya anak kandung,

tidak terlepas dari terpenuhinya sistem penegakan hukum pidana yang kondusif.

Dalam arti perlu juga adanya sensitivitas aparat penegak hukum dan masyarakat

dalam menyingkapi kasus-kasus kejahatan berupa perbuatan cabul

terhadap anak kandung tersebut. Sehingga dalam putusan pengadilan akan

diperoleh keadilan yang saebenar-benarnya atau seadil-adilnya sesuai dengan

ketentuan atau koridor hukum yang berlaku.

Page 47: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Kejahatan kesusilaan walaupun jumlahnya tidak sebanyak jika

dibandingkan dengan kejahatan terhadap harta benda (kekayaan) dan kejahatan

terhadap nyawa, namun sampai sekarang ini kejahatan terhadap kesusilaan

terutama tindak pidana pencabulan sering menimbulkan kekhawatiran bagi

masyarakat. Tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung kadangkala tidak

disadari oleh para korban karena mereka tidak menyadari bahwa telah menjadi

korban dari tindak pidana kesusilaan, hal ini dikarenakan usia mereka yang

masih anak-anak. Korban dari tindak pidana pencabulan tersebut tidak

menyadari bahwa pada saat itu dia telah menjadi korban dari suatu tindak

pidana yang dampaknya sangat besar untuk ditanggung oleh korban yang masih

anak-anak tersebut. Anak yang menjadi korban tentunya perlu mendapat

perlindungan hukum dan pelakunya tentunya di seret ke pengadilan dengan

proses hukum sesuai dengan tata cara hukum acara yang berlaku di Indonesia.

Putusan hakim tentunya mengacu pada ketentuan hukum yang berlaku

di Indonesia saat ini. Tidak terkecuali yang terjadi di Pengadilan Negeri

Karanganyar. Hakim dalam menerapkan putusan terhadap pelaku tindak pidana

pencabulan terhadap anak kandungmnya tentunya sesuai dengan peraturan-

peraturan yang berlaku baik itu masalah perlindungan anak maupun Undang-

undang penghapusan kekrasan dalam Rumah tangga serta peraturan lain yang

berkaitan dengan kasus tindak pidana pencabulan oleh ayah terhadap anak

koandungnya. Putusan yang dihasilkan tentunya bermuara pada tercapainya rasa

keadilan bagi masyarakat, khususnya anak sebagai korban tindak pidana

kejahatan berupa perbuatan cabul yang dilakukan oleh ayah kandungnya. Untuk

lebih jelasnya digambarkan dalam bagan alur kerangka berpikir di bawah ini.

Berikut disampaikan bagan kerangka berpikir :

Page 48: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Gambar 2 : Alur Kerangka Berpikir

Anak berhak mendapatkan perlindungan

Pada kenyataannya banyak anak menjadi korban kekerasan

Aparat penegak hukum mempunyai kewajiban untuk menanganinya

Proses penanganan di tingkat Pengadilan Negeri

KUHP KUHAP UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

UU No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah tangga

Keadilan tercapai

Page 49: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan Saksi Pidana oleh Hakim terhadap Pelaku Tindak Pidana

Pencabulan Seorang Ayah Terhadap Anak kandungnya di Pengadilan Negeri

Karangnyar.

PUTUSAN

Nomor: 1 27/Pid.B/2008/PN.Kray

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Karanganyar yang mengadili perkara pidana dengan

acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan

putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa:

Nama Lengkap : SARDI Bin KASAN DIYONO

Tempat lahir : Karanganyar

Umur/tanggal lahir : 54 tahun / 10 April 1954

Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Dukuh Gandri RT 01 R\\7 09, Desa Wonokeling,

Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar

Agama : Islam

Pekerjaan : Tani

Terdakwa Ditahan Oleh :

- Penyidik sejak tanggal 19 April 2008 sampai dengan tanggal 8 Mei 2008;

- Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 9 Mei 2008 sampai dengan

tanggal 16 Juni 2008;

- Penuntut Umum sejak tanggal 17 Juni 2008 sampai dengan tanggal 1 Juli

2008:

- Majelis Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar sejak tanggal 2 Juli sampai

dengan tanggal 31 Juli 2008;

Page 50: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

- Perpanjangan Ketua Pengadilan Negeri Karanganyar sejak tanggal 1 Agustus

2008 sampai dengan tanggal 29 September 2008;

Terdakwa dalam perkara ini berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Karanganyar Nomor 127/Pid.B/2008/PN.Kray tertanggal 20

Juli 2008 telah ditetapkan KADI SUKARNO, SH.MHum sebagai Penasehat

Hukum Terdakwa dalam perkara ini namun sampai pada hari persidangan yang

telah ditetapkan Penasehat Hukum tersebut tidak pernah hadir di persidangan;

Pengadilan Negeri tersebut:

Telah membaca:

1. Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Karanganyar Nomor:

27/Pen.Pid/2008/PN.Kray tanggal 3 Juli 2008 tentang Penunjukan Majelis

Hakim:

2. Penetapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar Nornor:

127/Pen.Pid/2008/PN.Kray tanggal 3 Juli 2008 tentang Hari Sidang;

3. Berkas perkara atas nama Terdakwa SARDI Bin KASAN DIYONO beserta

seluruh lampirannya

Setelah mendengar keterangan saksi-saksi dan Terdakwa di persidangan;

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana dan Penuntut Umum pada

tanggal 27 Agustus 2008 yang pada pokoknya menuntut agar Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Karanganyar yang memeriksa dan mengadili perkara ini

memutuskan:

1. Menyatakan Terdakwa SARDI Bin KASAN DIYONO bersalah melakukan

tindak pidana kekerusan seksual dalam lingkup rumah tangga, sebagaimana

diatur dalam Pasal 46 UU RI nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Dalam dakwaan alternatif KESATU;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa SARDI Bin KASAN DIYONO

dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun, dikurangi selama

Terdakwa berada dalam tahanan. Dengan perintah Terdak ia tetap ditahan;

3. Menetapkan supaya Terdakwa dibebani biaya perkara sebesar Rp.1.000,-

(Seribu rupiah):

Page 51: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Menimbang. bahwa atas tuntutan Penuntut Umum tersebut, Terdakwa

telah mengajukan pembelaan secara lisan pala tanggal 27 Agustus 2008 yang

pada pokoknya menyatakan mohon keringanan hukuman karena Terdakwa

menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi tindak pidana lagi;

Menimbang, bahwa atas pembelaan Terdakwa tersebut, Penuntut

Umum menyatakan tetap pada tuntutannya dan Terdakwa juga tetap pada

pembelaannya;

Menimbang. bahwa Terdakwa diajukan di persidangan oleh Penuntut

Umum dengan surat dakwaan Nomor Reg Perk: PDM-35/KNYARIEp.2/0608

tanggal 2 Juli 2008 yang selengkapnya sebagai berikut:

KESATU:

Bahwa Terdakwa SARDI Bin KASAN DIYONO pada waktu-waktu yang

tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan September 2007 atau setidak-tidaknya

pada waktu-waktu lain dalam tahun 2007 di rumah Terdakwa yang beralamat di

Dukuh Gandri Rt 01 RW 09, Desa Wonokeling. Jatiyoso. Karanganyar atau

setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalam Daerah

Hukum Pengadilan Negeri Karanganyar, telah melakukan perbuatan kekerasan

seksual sehagaimana dimaksud dalarn Pasal 8 huruf a Undang-undang RI nomor

23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yaitu

pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap

dalam Iingkup rumah tangga teesebut. Perbuatan mana dilakukan Terdakwa

dengan cara:

Terdakwa yang merupakan ayah kandung dari korban (NARTI, umur 25

tahun hasil perkawinan antara Terdakwa dengan SAWI) yang tinggal dalam satu

rumah, ketika pulang dan sawah melihat korban sedang tidur lelap dengan

memakai rok tipis sehingga timbul nafsu Terdakwa, lalu Terdakwa masuk ke

kamar tidur korban dan di dalam kamar tidur tersebut Terdakwa mendekati korban

kemudian menyingkap rok dan menurunkan celana dalam korban sampai ke lutut.

Selanjutnya Terdakwa juga menurunkan celana pendek dan celana dalam yang

dipakai korban setelah itu Terdakwa menindih korban yang sedang tidur di atas

tempat tidur lalu kedua kaki korban dipegangi oleh tangan Terdakwa dan dipaksa

Page 52: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

agar membuka selanjutnya kemaluan Terdakwa yang sudah tegang terdakwa

pegangi lalu dimasukkan ke vagina korban sampai keluar air mani, korban sempat

terbangun dan berteriak tapi korban yang menderita cacat mental tersebut tidak

dapat memberontak dan melawan atas perbuatan Terdakwa. Perbuatan Terdakwa

menyetubuhi korban tersebut telah dilakukan Terdakwa berulangkali yaitu

sebanyak 5 (jima) kali atau setidak-tidaknya lebih dan satu kali sehingga akibat

perbuatan Terdakwa korban NARTI berdasar hasil Visum Et Repertum dan

Puskesmas Jatiyoso No. 445/38.15/V/2008 tangal 3 Mei 2008 yang dibuat dan

ditandatangani oleh dr.SUPARDI, korban dinyatakan hamil kurang lebih 30

minggu;

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

46 Undang-undang RI nomor 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga

ATAU

KEDUA :

PRIMAIR:

Bahwa Terdakwa SARDI Bin KASAN DIYONO pada waktu-waktu yang

tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan September 2007 atau setidak-tidaknya

pada waktu-waktu lain dalam tahun 2007 di rumah Terdakwa yang beralamat di

Dukuh Gandri RT 01 RW 09, Desa Wonokeling, Jatyoso, Karanganyar atau

setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalam Daerah Hukum

Pengadilan Negeri Karanganyar, dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan. Perbuatan

mana dilakukan Terdakwa dengan cara Ketika Terdakwa pulang dan sawah,

Terdakwa melihat korban (NART1, anak kandung Terdakwa yang berumur 25

tahun) sedang tidur lelap dengan memakai rok tipis sehingga timbul nafsu

Terdakwa. lalu Terdakwa masuk ke kamar tidur korban dan di dalam kamar tidur

tersebut Terdakwa korban kemudian menyingkap rok dan menurunkan celana

dalam korban sampai ke lutut. Selanjutnya Terdakwa juga menurunkan celana

pendek dan celana dalam yang dipakai korban setelah itu terdakwa menindih

korban yang sedang tidur di atas tempat tidur lalu kedua kaki korban dipegangi

Page 53: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

oleh tangan Terdakwa dan dipaksa agar membuka selanjutnya kemaluan

Terdakwa yang sudah tegang Terdakwa masukkan ke vagina korban sampai

keluar air mani, korban sempat terbangun dan berteriak tapi korban yang

menderita cacat mental tersebut tidak dapat memberontak dan tidak berdaya

melawan perbuatan Terdakwa. Perbuatan Terdakwa menyetubuhi korban tersebut

telah dilakukan terdakwa berulangkali yaitu sehanyak 5 (lima) kali atau setidak-

tidaknya lebih dan satu kali sehingga akibat perbuatan Terdakwa korban NARTI

berdasar hãsil Visum Et Repertum dan Puskesmas Jatiyoso No. 445/38.15/V/2008

tangal 3 Mei 2008 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.SUPARDI, korban

dinyatakan hamil kurang lebih 30 minggu;

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

285 KU HP;

SUBSIDAIR:

Bahwa Terdakwa SARDI Bin KASAN DIYONO pada waktu-waktu yang

tidak dapat dipastikan lagi dalam bulan September 2007 atau setidak-tidaknya

pada waktu-waktu lain dalam tahun 2007 di rumah Terdakwa yang beralamat di

Dukuh Gandri RT 01 RW 09. Desa Wonokeling, Jatiyoso. Karanganyar atau

setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk di dalani Daerah Hukum

Pengadilan Negeri Karanganyar. bersetubuh dengan seorang wanita di luar

perkawinan. padahal di ketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau

tidak berdaya. Perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara:

Terdakwa yang merupakan ayah kandung dan korban (NARTI, umur 25

tahun) ketika pulang dari sawah, Terdakwa melihat korban sedang tidur lelap

dengan memakai rok tipis sehingga timbul nafsu Terdakwa, lalu Terdakwa masuk

ke kamar tidur korban dan di dalam kamar tidur tersebut Terdakwa mendekati

korban kemudian menyingkap rok dan menurunkan celana dalam korban sampai

ke lutut. Selanjutnya Terdakwa juga menurunkan celana pendek dan celana dalam

yang dipakai korban setelah itu Terdakwa menindih korban yang sedang tidur di

atas tempat tidur lalu kedua kaki korban dipegangi oleh tangan Terdakwa dan

dipaksa agar membuka selanjutnya kemaluan Terdakwa yang sudah tegang

Page 54: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Terdakwa masukkan ke vagina korban sampai keluar air mani. Korban sempat

terbangun dan berteriak tapi korban yang menderita cacat mental tersebut tidak

dapat memberontak dan tidak berdaya melawan perbuatan Terdakwa. Perbuatan

Terdakwa menyetubuhi korban tersebut telah dilakukan Terdakwa berulangkali

yaitu sebanyak 5 (lima) kali atau setidak-tidaknya lebih dan satu kali sehingga

akibat perbuatan Terdakwa korban NARTI berdasar hasil Visum Et Repertum dari

Puskesmas Jatiyoso No. 445/38.1 tanggal 3 Mei 2008 yang dibuat dan

ditandatangani oleh dr.SUPARDI, korban menyatakan hamil kurang lebih 30

minggu

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

286 KUHP;

Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum tersebut, terdakwa

menyatakan telah mengerti dan tidak akan mengajukan keberatan/eksepsi;

Menimbang. bahwa untuk membuktikan kebenaran dakwaannya di

persidangan. Penuntut Umum telah menghadirkan saksi-saksi yang memberikan

keterangan di bawah sumpah sebagai berikut:

1. Saksi SAWI Binti TODIKROMO:

- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa karena Terdakwa adalah suami saksi;

- Bahwa saksi menerangkan sekitar bulan April 2008 diberitahu oleh tetangga

saksi kalau anak saksi yang bernama Narti hamil, lalu saksi memeriksakan

Narti ke bidan dan oleh bidan Narti dinyatakan hamil sekitar 7 bulan;

- Bahwa atas kehamilan Narti tersebut saksi tidak tahu siapa yang menghamili

dan kapan kejadiannya karena korban Narti tidak bisa bicara;

- Bahwa saksi sempat curiga terhadap Terdakwa karena Narti yang menderita

cacat mental sejak kecil tidak pernah ke luar rumah, tidak pernah punya teman

laki-laki dan di rumah yang laki-laki hanya Terdakwa;

- Bahwa saksi sempat bertanya kepada Terdakwa mengenai siapa yang

menghamili Narti tetapi Terdakwa menjawab tidak tahu:

- Bahwa Narti adalah anak kandung saksi dengan Terdakwa;

Page 55: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

- Bahwa saat ini anak yang dikandung Narti telah lahir dan dirawat oleh saksi;

- Bahwa Terdakwa pernah dipanggil polisi untuk memperagakan adegan-

adegan dalam foto rekonstruksi;

Menimbang. bahwa atas keterangan saksi Terdakwa menyatakan benar

dan tidak keberatan;

2. Saksi SUYADI Bin PARTO WIYONO

- Bahwa saksi kenal dengan tetapi tidak ada hubungan keluarga dan pekerjaan:

- Bahwa saksi menerangkan pada sekitar bulan April 2008, masyarakat Dusun

Gandri. Desa Wonokeling. Jatiyoso, Karanganyar curiga dengan perubahan

fisik dan korban Narti karena perut korban membuncit seperti orang hamil

padahal korban belum mempunyai suami. Kemudian atas inisiatif warga

diperiksakan ke bidan dan hasilnya ternyata korban telah haniil sekitar 7

hulan.

- Bahwa selaku Kepala Dusun sempat didatangi oleh Terdakwa yang mengakui

perbuatannya dan meminta maaf atas perbuatan tersebut;

- Bahwa selang beberapa hari saksi selaku Kepala Dusun didatangi beberapa

pemuda di rumah saksi yang meminta kejelasan dan kejadian yang menimpa

Narti. Kemudian saksi mempertemukan para pernuda tersebut dengan

Terdakwa;

- Bahwa dalam pertemuan tersebut, Terdakwa mengaku yang menghamili Narti

dan perbuatan tersebut dilakukan Terdakwa sebanyak 5 (lima) kali;

- Bahwa saksi dan para pemuda yang melaporkan perbuatan Terdakwa ke

Polsek Jatiyoso;

- Bahwa saksi mengetahui kalau Narti yang merupakan anak kandung

Terdakwa dengan Sawi dan sejak kecil mengalami cacat mental;

Menimbang. bahwa atas ketetangan saksi, terdakwa menyatakan keberatan

mengenai pengakuan terdakwa diberikan karena Terdakwa merasa di paksa;

3. Saksi MARDI:

Page 56: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa tetapi tidak ada hubungan keluarga dan

pekerjaan

- Bahwa saksi menerangkan pada bulan April 2008 sekitar jam 20.30 WIB saksi

dan para pemuda berkumpul di tempat saksi Suyadi selaku Kepala Dusun

Dusun Gandri. Desa Wonokeling. Jatiyoso. Karanganyar untuk meminta

kejelasan atas kehamilan Narti;

- Bahwa dalam pertemuan tersebut, Terdakwa mengakui kalau terdakwa yang

telah menghamili Narti dan dalam pertemuan tersebut Terdakwa juga

mengakui kalau perbuatan tersebut dilakukan sebanyak 5 (lima) kali;

- Bahwa saksi mengetahui kalau Narti adalah anak kandung Terdakwa dan

saksi Sawi;

- Bahwa Narti sejak kecil mengalami cacat mental sehingga tidak bisa diajak

bicara;

- Bahwa Terdakwa membuat pengakuan karena kemauannya sendiri tanpa ada

paksaan dari siapapun;

Menimbang. bahwa atas keterangan saksi, Terdakwa menyatakan

keberatan mengenai bahwa Terdakwa membuat pengakuan tersebut karena

Terdakwa merasa dipaksa;

4. Saksi KARNO:

- Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa tetapi tidak ada hubungan keluarga dan

pekerjaan;

- Bahwa saksi menerangkan bulan April 2008 sekitar jam 20.30 WIB saksi dan

para pemuda berkumpul di tempat saksi Suyadi selaku Kepala Dusun Gandri.

Desa Wonokeling, Jatiyoso. untuk meminta kejelasan atas kehamilan Narti;

- Bahwa dalam pertemuan tersebut Terdawa mengakui kalau Terdakwa yang telah

menghamili Narti dan dalam pertemuan tersebut Terdakwa juga mengakui

kalau perbuatan tersebut dilakukan sebanyak 5 (lima) kali;

- Bahwa saksi mengetahui kalau Narti adalah anak kandung Terdakwa dan saksi

Sawi:

Page 57: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

- Bahwa Narti sejak kecil mengalami cacat mental sehingga tidak bisa diajak

bicara;

- Bahwa Terdakwa mengakui perbuatannya terhadap korban Narti atas

kernauannya sendiri;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi Terdakwa sempat menyangkal

bahwa pengakuan Terdakwa diberikan karena Terdakwa merasa dipaksa;

Menimbang, bahwa di persidangan telah didengar keterangan Terdakwa

yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa Terdakwa sekitar bulan September 2007 di rumah Terdakwa yang

beralamat di Dukuh Gandri RT 01 RW 09, Desa Wonokeling, Jatiyoso,

Karanganyar, ketika pulang dan sawah karena melihat korban sedang tidur

lelap dengan memakai rok tipis sehingga timbul nafsu Terdakwa, lalu

Terdakwa masuk ke kamar tidur korban dan di dalam kamar tidur tersebut

Terdakwa mendekati korban kemudian menyingkap rok dan menurunkan

celana dalam korban sampai ke lutut;

- Bahwa selanjutnya Terdakwa juga menurunkan celana pendek dan celana

dalam yang dipakai korban setelah itu Terdakwa menindih korban yang

sedang tidur di atas tempat tidur lalu kedua kaki korban dipegangi oleh

tangan Terdakwa dan di paksa agar membuka selanjutnya kemaluan

terdakwa yang sudah tegang Terdakwa pegangi lain di masukkan ke vagina

korban sampai keluar air mani;

- Bahwa Terdakwa telah (lima) kali menyetubuhi Narti;

- Bahwa pada waktu terdakwa melakukan perbuatan tersebut Narti sempat

terbangun dan berteriak “ah oh ah oh”

- Bahwa Terdakwa melakukan perbuatannya terhadap korban Narti dalam

keadaan sadar

- Bahwa Terdakwa sudah lama tidak melakukan hubungan seksual dengan

isteri Terdakwa karena alat kemaluan korban tidak bisa bangun

Page 58: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

- Bahwa Terdakwa melakukan hubungan seksual dengan korban Narti sampai

5 (lima) kali karena kalau dengan korban Narti alat kemaluan Terdakwa bisa

bangun:

- Bahwa Narti dari kecil sudah mengalami cacat mental dan sulit diajak

komunikasi karena tidak bisa bicara;

- Bahwa Terdakwa adalah ayah kandung dari korban Narti, umur 25 tahun

hasil perkawinan antara Terdakwa dengan saksi Sawi yang tinggal dalam

satu rumah;

- Bahwa Terdakwa mengetahui akibat dan perbuatannya, Narti menjadi hamil;

Menimbang. bahwa Penuntut Umum telah mengajukan alat bukti berupa

surat yaitu:

1. Visum Et Repertum dan Puskesmas Jatiyoso Nomor 445/38.15/V/2008

tertanggal 3 Mei 2008 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Supardi pada

kesimpulan menyebutkan: korban nama Narti, perempuan, umur dua puluh

lima tahun, teraba bagian-bagian janin. tinggi fundus uteri pèrtengahan antara

pusar dan tulang dada, pemeriksaan kehamilan positif, korban dinyatakan

hamil kurang lebih 30 minggu;

2. Duplikat Kutipan Akta Nikah Nornor KK.11.13.16/PW.01/115/2008

tertanggal 5 Mei 2008 yang dibuat dan ditandatangani oleh Drs. H. Wiliarso

Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Karanganyar;

3. Fotocopy Kartu Keluarga Nomor 3313022605053179 atas nama Kepala

Keluarga Sardi

Menimbang, bahwa untuk jelas dan ringkasnya putusan ini segala sesuatu

yang termuat dalam berita acara persidangan dianggap telah termuat dalam putusan

ini dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dan putusan ini dan telah turut

dipertimbangkan dalam putusan ini;

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke depan persidangan dengan

surat dakwaan yang berbentuk alternatif, yaitu Dakwaan Kesatu melanggar Pasal

46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau Dakwaan Kedua Primair

melanggar Pasal 285 KUHP, Subsidair melanggar Pasal 286 KUHP;

Page 59: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Menimbang, bahwa karena surat dakwaan berbentuk alternatif, maka

dalam hal ini Majelis Hakim mempunyai kewenangan dalam menentukan Pasal

mana yang lebih tepat untuk dipertimbangkan serta dikenakan atas perbuatan

Terdakwa dalam perkara ini, dengan berdasarkan pada fakta-fakta yang tepat di

dalam persidangan, sehingga dalam perkara ini Majelis menetapkan dakwaan

alternatif kesatu yaitu, Pas 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang unsur-

unsurnya sebagai berikut:

1 Setiap orang;

2. Yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sehagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 huruf a UU RI nomor 23 tahun 2004

Menimbang, bahwa Majelis Hakini akan mempertimbangkan unsur-unsur

tersebut sebagai berikut:

Ad. 1. Unsur Setiap Orang

Menimbang. bahwa terhadap unsur tersebut adalah menunjuk pada

subyek hukum atau pelaku yang melakukan suatu tindak pidana, dimana

dalam perkara ini adalah Terdakwa SARDI Bin KASAN DIYONO, yang

identitasnya seperti dalam surat dakwaan dan berdasarkan keterangan

saksi saksi dan keterangan Terdakwa bahwa Terdakwa adalah pelaku

atau subyek hukum yang melakukan tindak pidana sehingga tidak terjadi

kesalahan orang (error in persona) dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur ini telah terpenuhi;

Ad. 2. Yang Melakukan Perbuatan Kekerasan Seksual Sebagaimana

Dimaksud Dalam Pasal 8 Huruf a UU RI Nomor 23 Tahun 2004

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan perbuatan kekerasan

seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a UU RI nomor 23

Tahun 2004 adalah pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap

orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan pemaksaan adalah

suatu perbuatan menyuruh orang melakukan sesuatu sedemikian rupa

Page 60: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

sehingga orang itu melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak

sendiri;

Sedangkan yang dimaksud dengan lingkup rumah tangga sesuai

dengan Pasal 2 ayat (1) UU RI Nomor 23 Tahun 2004 yaitu meliputi:

a. Suami, istri dan anak;

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sehagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah.

Perkawinan, persusuan, pengasuhan dan perwalian yang menetap

dalam rumah tangga dan/atau:

c. Orang yang bekerja membantu rurnah tangga dan menetap dalam

rumah tangga tersebut;

Menimbang, bahwa berdasarkan Fakta yang terungkap di

persidangan bahwa Terdakwa Sardi Bin Kasan Diyono pada bulan

September 2007 di rumah Terdakwa yang beralamat di Dukuh Gandri RT

01 RW 09, Desa Wonokeling, Jatiyoso, Karanganyar, ketika pulang dan

sawah dalam keadaan rumah kosong Terdakwa melihat korban Narti

sedang tidur lelap dengan memakai rok tipis sehingga timbul nafsu

Terdakwa, lalu Terdakwa masuk ke kamar tidur korban dan di dalam

kamar tidur tersebut Terdakwa mendekati korban kemudian menyingkap

rok dan menurunkan celana dalam korban sampai ke lutut;

Menimbang, bahwa selanjutnya Terdakwa juga menurunkan

celana pendek dan celana dalam yang dipakai oleh korban setelah itu

Terdakwa menindih korban yang sedang tidur di atas tempat tidur lalu

kedua kaki korban dipegangi oleh tangan Terdakwa dan dipaksa agar

membuka selanjutnya kemaluan Terdakwa yang sudah tegang Terdakwa

pegangi lalu dimasukkan ke vagina korban sampai keluar air mani, Korban

sempat terbangun dan berteriak “ah oh oh” tapi korban yang menderita

cacat mental tersebut tidak dapat memberontak dan melawan atas

perbuatan Terdakwa. Perbuatan Terdakwa menyetubuhi korban tersebut

telah dilakukan Terdakwa berulangkali yaitu sebanyak 5 (lima) kali atau

setidak-tidaknya lebih dari satu kali sehingga akibat perbuatan Terdakwa

Page 61: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

korban Narti berdasar hasil Visum Et Repertum dan Puskesmas Jatiyoso

No. 445/38.1 5/V/2008 tangal 3 Mei 2008 yang dibuat dan ditandatangani

oleh dr.SUPARDI, korban dinyatakan hamil kurang lebih 30 minggu;

Menimbang, bahwa perbuatan Terdakwa terhadap korban Narti

dilakukan secara sadar oleh Terdakwa karena terdakwa sudah lama tidak

melakukan hubungan seksual dengan isteri Terdakwa karena alat

kemaluan Terdakwa tidak bisa tegang sedangkan alat kemaluan Terdakwa

tegang ketika berhubungan seksual dengan korban Narti;

Menimbang, bahwa perbuatan Terdakwa diakui di depan Kepala

Dusun Dusun Gandri, Desa Wonokeling, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten

Karanganyar dan di hadapan pemuda desa;

Menimbang, bahwa berdasarkan Fotocopy Kutipan Akta Nikah

atas nama Sardi dengan Sawi dan Fotocopy Kartu Keluarga atas nama

Kepala Keluarga Sardi, bahwa korban Narti adalah anak kandung

Terdakwa Sardi bin Kasan Diyono dengan saksi Sawi;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur ini telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa berdasarkan pentimbangan-pertimbangan

tersebut, ternyata perbuatan Terdakwa telah memenuhi seluruh unsur dan

dakwaan alternatif kesatu Penuntut Umum sehingga Majelis Hakim

berkeyakinan bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan

melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya yaitu melanggar

Pasal 46 UU RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga;

Menimbang, bahwa dan kenyataan yang diperoleh selama

persidangan dalam perkara ini Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal

yang dapat melepaskan Terdakwa dan pertanggungjawaban pidana, baik

sebagai alasan pembenar maupun alasan pemaaf, oleh karenanya Majelis

Hakim berkeyakinan bahwa perbuatan yang dilakukan Terdakwa harus

dipertanggung jawabkan kepadanya;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa mampu bertanggung

jawab, maka terdakwa harus dinyatakan bersalah atas tindak pidana yang

Page 62: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

didakwakan terhadap diri Terdakwa dan oleh karena itu harus dijatuhi

pidana;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap diri

Terdakwa maka perkara dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan;

Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan terdakwa dapat menimbulkan trauma psikologis bagi

korban;

- Perbuatan terdakwa dilakukan terhadap korban yang mengalamai

cacat mental dan masih anak kandung Terdakwa sendiri yang

seharusnya Terdakwa lindungi;

- Perbuatan Terdakwa mengakibatkan korban mengandung bahkan

sudah melahirkan hayi;

- Terdakwa berbelit-belit dalam persidangan;

- Perbuatan Terdakwa telah merusak silsilah keluarga;

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan;

- Terdakwa belum pernah dihukum;

- Terdakwa adalah kepala keluarga yang menjadi tulang punggung

keluarga;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap diri Terdakwa

telah dikenakan penahanan yang sah, maka masa penahanan tersebut harus

dikurangkan seluruhnya dan pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan

terhadap diri Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu

ditetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dinyatakan bersalah

dan dijatuhi pidana maka kepada terdakwa dibebani untuk membayar

biaya perkara ini yang jumlahnya seperti tercantum dalam amar putusan

ini.

Page 63: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Mengingat Pasal 46 Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Pasal-Pasal

dalam KUHP serta peraturan-peraturan lain yang bersangkutan dengan

perkara ini:

M E N G A D I L I

1. Menyatakan Terdakwa SARDI Bin KASAN DIYONO telah terbukti sëcara

sah dan mcyakinkan hersalah melakukan tindak pidana KEKERASAN

SEKSUAL DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 10 (sepuluh) tahun;

3. Memerintahkan masa penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan

seluruhnya dan pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

5. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 1.000,00 (seribu

rupiah);

Hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Karanganyar

Hasil wawancara terhadap hakim yang menangani kasus kekerasan Dalam Rumah

Tangga di Pengadilan Negeri Karanganyar sebagai berikut :

Nurhayati Nasution, SH

a) Selama berdinas sebagai hakim dan menangani kasus Kekerasan Dalam

Rumah Tangga mengacu Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentang

Penghapusan kekerasan dalam Rumah Tangga dan juga

mempertimbangkan ketentuan dalam KUHP, Selain itu juga berpijak pada

Undang-Undang No. 23 Tahun 2004. Putusan tetap menitik beratkan atau

tetap menggunakan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam

Rumah Tangga dan peraturan lain yang bersangkutan dengan perkara ini;.

Page 64: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

b) Pada prinsipnya hakim dalam memutus disesuaikan dengan tuntutan jaksa

Penuntut Umum.

c) Hakim tidak perlu bersusah payah dalam hal menjatuhkan putusan.

d) Kasus ini adalah kasus keluarga yang lebih mengedepankan unsur

kemanusiaan.

e) Penerapan Pasal-Pasal tentang Ketentuan Pemidanaan dalam KUHP

tetap menjadi pertimbangan serta Pasal-pasal dalam Undang-undang No.

23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

Tangga, Dalam kasus ini mengacu pada Undang-undang No. 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga,

karena mempunyai nilai minimal hukuman.

f) Sulitnya memberikan penjelasan secara detail kepada terdakwa masalah

perlindungan anak dan kesejahteraan anak

g) Dalam kasus ini korban sulit dimintai penjelasan secara detail mengingat

kopndisi mental yang ada pada korban

h) Trauma bagi korban sehingga, perlu kesabaran dalam mengorek

keterangan.

B. Hambatan yang dihadapi Hakim dalam Mengadili Perkara Tindak Pidana

Perbuatan Cabul yang dilakukan ayah terhadap anak kandungnya di Pengadilan

Negeri Karanganyar

Berdasarkan Penjelasan di atas bahwa pada kenyataannya banyak hambatan yang

dialami hakim di dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku kekerasan dalam rumah

tangga. Berdasarkan hasil penelitian terhadap hakim di Pengadilan Negeri Karanganyar,

diperoleh keterangan bahwa hambatan –hambatan yang dialami hakim dalam

menerapkan sanksi pidana pada pelaku tindak pidana terhadap Kekerasan dalam

Rumah tangga antara lain adalah masalah :

- Dalam memutus faktor kemanusiaan tidak bisa terlepas, mengingat dalam kasus ini

menyangkut masalah nama baik keluarga.

- Terdakwa berbelit-belit dalam memberikan jawaban selama pemeriksaan di

persidangan

Page 65: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

- Hakim lebih mempertimbangkan unsur kemanusiaan mengingat kasus ini adalah

nama baik keluarga.

- Dalam kasus ini korban sulit dimintai penjelasan secara detail mengingat kondisi

mental yang ada pada korban

- Trauma bagi korban sehingga, perlu kesabaran dalam mengorek keterangan.

- Terdakwa berbelit-belit dalam memberikan jawaban selama pemeriksaan di

persidangan

Dalam memberikan putusan Hakim juga berpegangan pada beberapa faktor :

- Perbuatan terdakwa dapat menimbulkan trauma psikologis bagi korban;

- Perbuatan terdakwa dilakukan terhadap korban yang mengalamai cacat mental

dan masih anak kandung Terdakwa sendiri yang seharusnya Terdakwa lindungi;

- Perbuatan Terdakwa mengakibatkan korban mengandung bahkan sudah

melahirkan bayi;

- Terdakwa berbelit-belit dalam persidangan;

- Perbuatan Terdakwa telah merusak silsilah keluarga

- Obyek tindak pidana yang dalam hal ini adalah Anggota Keluarga yang perlu

dilindungi dan dihormati,

Faktor yang meringankan :

- Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan;

- Terdakwa belum pernah dihukum;

- Terdakwa adalah kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga;

- serta uraian fakta-fakta dan dasar hukum yang dikemukakan penuntut umum setelah

dihubungkan dengan keterangan saksi dan para terdakwa di persidangan.

Mengenai penerapan sanksi pidana, Hakim tetap berpegang pada Undang-

Undang Terbaru sesuai Tuntutan jaksa yaitu menggunakan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga namun Pasal-Pasal dalam

KUHP serta peraturan lain yang berkaitan dengan kasus ini tetap menjadi pertimbangan

dalam memutus perkara Pidana Perbuatan cabul ini. Hal ini , berkaitan dengan tujuan

pemidanaan, yaitu bukan semata-mata sebagai pembalasan atas perbuatan para terdakwa,

melainkan bertujuan untuk membina dan mendidik agar para terdakwa menyadari

Page 66: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

dan menginsyafi kesalahannya sehingga dapat menjadi masyarakat yang baik di

kemudian hari atau dengan kata lain bertujuan untuk melindungi masyarakat.

B. Pembahasan

Analisa Putusan Kasus Tindak Pidana Perbuatan Cabul yang dilakukan oleh

ayah terhadap anak kandungnya di Pengadilan Negeri Karanganyar.

Seperti yang telah diuraikan di muka, bahwa penelitian ini dilakukan di

Pengadilan Negeri Karanganyar, tepatnya di propinsi Jawa Tengah. Perkara tindak

pidana ini diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Negeri Karanganyar yang

menjatuhkan putusan pidana berupa Kekerasan Dalam Rumah Tangga berdasarkan

data dari putusan Pengadilan Negeri Karanganyar, bahwa dalam pemeriksaan di

persidangan telah ditemukan alat bukti berupa keterangan para saksi, keterangan

terdakwa dan barang bukti, dimana setelah Majelis Hakim menghubungkannya dan

menyesuaikan antara satu dengan yang lain bukti-bukti tersebut, dan telah dinilai cukup

kebenaranya, maka diperoleh adanya fakta-fakta hukum. Kemudian hakim

mempertimbangkan apakah dengan adanya fakta-fakta hukum yang telah terungkap telah

dapat menyebabkan terdakwa bersalah atau tidak melakukan perbuatan yang

didakwakan penuntut umum. Bahwa untuk menentukan terdakwa bersalah atau tidak

bersalah melakukan tindak pidana, harus terlebih dahulu diteliti apakah fakta-fakta

hukum yang telah terungkap tersebut telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang

didakwakan Penuntut Umum. Disini. terdakwa telah didakwa melanggar Pasal 285 dan

286 KUHP serta Pasal 46 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Dengan telah terbukti dan telah terpenuhinya semua unsur yang dimaksudkan

dalam Pasal 46 Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Pasal-Pasal dalam KUHP serta peraturan-

peraturan lain yang bersangkutan dengan perkara ini, maka didapat keyakinan bahwa

terdakwa telah melakukan tindak pidana kekerasan fisik dalam rumah tangga berupa

Tindak Pidana Pencabulan terhadap anak kandung oleh ayah. Selanjutnya, karena

Page 67: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

dakwaan disusun secara alternatif oleh Penuntut Umum dan telah terbukti, maka Majelis

Hakim berkesimpulan yang sama terhadap apa yang dikemukakan oleh Penuntut Umum

tentang fakta-fakta dan dasar-dasar hukumnya. Di dalam persidangan juga tidak terbukti

adanya alasan-alasan pembenar yang menghapuskan kesalahan terdakwa dan tidak

ditemukan alasan pemaaf yang dapat menghapuskan sifat melawan hukumnya, sehingga

terdakwa harus dijatuhi hukuman.

Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana yang jauh lebih ringan

karena terdakwa belum pernah dihukum, terdakwa menyesal dan mengakui terus terang

sehingga tidak mempersulit jalannya persidangan. Adapun hal yang memberatkan adalah

perbuatan terdakwa tega melakukan perbuatan cabul terhadap korban yang merupakan

anak kandungnya, padahal korban adalah anak kandungnya sendiri yang seharusnya

dilindungi. Seperti kita ketahui bahwa pemerintah telah mengeluarkan Undang-

Undang Nomor 23 Tahhun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga yang bertujuan untuk melindungi anggota keluarga dari tindak kekerasan dalam

rumah tangga. Tindak pidana ini diputus dengan menggunakan UU No. 23 Tahun 2004

tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, melainkan dan juga menpertimbangkan Pasal-

pasal dalam KUHP, mengingat tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga itu

dilakukan pada saat UU No. 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga

dan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan merupakan salah satu unsur yang

terdapat dalam undang-undang ini.

Alasan yang dikemukakan hakim untuk tetap menggunakan Undang-Undang

Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam

memutus perkara tindak pidana terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah

bahwa hakim memutus perkara tersebut berdasarkan dakwaan dari Jaksa Penuntut

Umum yang menuntut terdakwa dengan UU No. 23 Tahun 2004 namun juga

mempertimbangkan ketentuan-ketentuan dalam KUHP. Penggunaan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, tersebut

dilakukan karena prinsip tujuan pemidanaan bukan semata-mata sebagai pembalasan

atas perbuatan para terdakwa agar menjadi jera, melainkan bertujuan untuk membina

dan mendidik agar para terdakwa menyadari dan menginsyafi kesalahannya sehingga

Page 68: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

tidak akan melakukan tindak pidana lagi dan dapat menjadi masyarakat yang baik di

kemudian hari, sehingga tetap menggunakan UU No. 23 tahun 2004 serta

mempertimbangkan Pasal-pasal dalam KUHP.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap hakim di Pengadilan Negeri Karanganyar,

diperoleh keterangan bahwa hambatan yang dihadapi hakim selama dalam pemeriksaan

sebelum menjatuhkan putusan antara lain:

- Terdakwa berbelit-belit dalam memberikan jawaban selama pemeriksaan di

persidangan

- Hakim lebih mempertimbangkan unsur kemanusiaan mengingat kasus ini adalah

nama baik keluarga.

- Dalam kasus ini korban sulit dimintai penjelasan secara detail mengingat kopndisi

mental yang ada pada korban

- Trauma bagi korban sehingga, perlu kesabaran dalam mengorek keterangan.

- Perlu kerja ekstra keras dalam menangani perkara kekerasan dalam rumah tangga

- Dalam memutus perkara juga factor kemanusiaan tidak bisa ditinggalkan,

mengingat masalah ini menyangkut masalah keluarga.

Selain itu beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan hakim

dalam menerapkan sanksi pidana pada pelaku tindak pidana terhadap Kekerasan dalam

Rumah tangga antara lain obyek tindak pidana yang dalam hal ini adalah Faktor yang

memberatkan dan faktor yang meringankan, serta uraian fakta-fakta dan dasar hukum

yang dikemukakan penuntut umum setelah dihubungkan dengan keterangan saksi dan

para terdakwa di persidangan. Kita ketahui bahwa Undang-Undang Penghapusan

Kekerasan dalam Rumah Tangga tidak ada pernyataan secara eksplisit bahwa kekerasan

dalam rumah tangga sebagai masalah publik, namun adanya campur tangan negara dan

peran aktif masyarakat untuk mencegah Kekerasan dalam rumah tangga merupakan

indikasi bahwa Kekerasan dalam rumah tangga urusan publik. Selama ini pemahaman

tentang masalah publik/bukan domestik masih dimaknai sebatas arti negara, karena

kasus-kasus Kekerasan dalam rumah tangga dapat dilaporkan ke kepolisian dan

selanjutnya diproses di pengadilan dan peran masyarakat belum nampak, padahal Pasal 15

UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Page 69: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

memberikan jawaban pada masyarakat untuk mencegah berlangsungnya tindak pidana,

memberikan perlindungan, memberikan pertolongan darurat dan membantu proses

pengajuan penelapan permohonan perlindungan.

Penerapan sanksi Pidana bagi pelaku tindak pidana kekerasan dalam rumah

tangga di Pengadilan Negeri Karanganyar dalam menerapan Sanksi Pidana pada Pelaku

Kekerasan Dalam rumah tangga belum mengacu Pada UU No. 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sedangkan faktor-faktor yang menjadi

pertimbangan hakim dalam memutus perkara kekerasan dalam rumah tangga oleh faktor-

faktor lainnya. Termasuk faktor yang ikut menentukan bagaimana respon yang

diberikan pemegang peranan ialah :

1. Sanksi-sanksi yang terdapat di dalamnya

2. aktifitas dari lembaga-lembaga/badan-badan pelaksana hukum (para hakimnya

sendiri) dan juga jaksa

3. Fakta-fakta hukum yang terjadi dalam persidangan.

Mengenai masalah penggunaan UU No. 23 Tahun 2004 dalam memutus perkara

tindak pidana terhadap Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga, hal ini

diserahkan pada hakim. Ini berarti prinsip kebebasan hakim untuk memutus perkara yang

menurutnya paling tepat dan sesuai dengan kondisi serta situasi yang ada dalam

masyarakat. Namun demikian, kebebasan tersebut bukan berarti kebebasan tanpa batas

yang hanya mengikuti seleranya sendiri sehingga dapat berbuat sewenang-wenang dan

bila perlu melakukan penyelewengan. Kebebasan hakim ini diikat dengan tanggung

jawab, yaitu tanggung jawab untuk menciptakan hukum sesuai dengan Pancasila dan

rasa keadilan masyarakat atau nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.

Page 70: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa :

1. Hakim dalam menerapkan putusan dalam Kasus tindak pidana pencabulan

terhadap anak kandung di Pengadilan Negeri Karanganyar, diputus oleh hakim

menggunakan ketentuan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga serta mempertimbangkan ketentuan

dalam KUHP karena tindak pidana itu dilakukan setelah Undang-Undang No. 23

Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga diberlakukan.

2. Hambatan yang dialami oleh hakim dan Faktor-faktor yang mempengaruhi

pertimbangan hakim dalam menerapkan sanksi pidana pada pelaku tindak pidana

terhadap kekerasan dalam rumah tangga antara lain :

Hambatan yang dialami selama pemeriksaan adalah:

- Terdakwa berbelit-belit dalam memberikan jawaban selama pemeriksaan di

persidangan

- Hakim lebih mempertimbangkan unsur kemanusiaan mengingat kasus ini

adalah nama baik keluarga.

- Dalam kasus ini korban sulit dimintai penjelasan secara detail mengingat kondisi

mental yang ada pada korban

- Trauma bagi korban sehingga, perlu kesabaran dalam mengorek keterangan.

- Perlu kerja ekstra keras dalam menangani perkara kekerasan dalam rumah

tangga

- Dalam memutus perkara juga faktor kemanusiaan tidak bias ditinggalkan,

mengingat masalah ini menyangkut masalah keluarga.

Faktor yang memberatkan terdakwa yang menjadi pertimbangan hakim :

Page 71: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

- Perbuatan terdakwa dapat menimbulkan trauma psikolgis bagi korban;

- Perbuatan terdakwa dilakukan terhadap korban yang mengalamai cacat

mental dan masih anak kandung Terdakwa sendiri yang seharusnya Terdakwa

lindungi;

- Perbuatan Terdakwa mengakibatkan korban mengandung bahkan sudah

melahirkan hayi;

- Terdakwa berbelit-belit dalam persidangan;

- Perbuatan Terdakwa telah merusak silsilah keluarga

- obyek tindak pidana yang dalam hal ini adalah Anggota Keluarga yang perlu

dilindungi dan dihormati,

- Terdakwa melakukan perbuatan berulang kali terhadap anak kandungnya.

Faktor yang meringankan :

- Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan;

- Terdakwa belum pernah dihukum;

- Terdakwa adalah kepala keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga;

B. Saran

1. Perlu adanya koordinasi yang baik dan teratur antara instansi pemerintah yang

berwenang dan pihak-pihak yang terkait dengan upaya perlindungan keluarga

untuk menjaga dari segala bentuk kekerasan.

2. Tindak pidana pencabulan dengan anak sering terjadi di dalam masyarakat,

sebelumnya masyarakat akan menganggap memperbincangkan hal-hal yang

menyangkut lingkungan nafsu seksual adalah tabu dan merasa risih, hal ini

mengakibatkan masyarakat khususnya yang menjadi korban tindak pidana

perbuatan cabul tidak mau bahkan tidak tahu bahwa perbuatan tersebut dapat

dipidana. Untuk itu diperlukan adanya penyuluhan-penyuluhan kepada

masyarakat tentang tindak-tindak pidana yang diancam pidana khususnya tindak

pidana perbuatan cabul.

Page 72: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman dan Riduan Syahroni, 1978. Hukum Dan Peradilan. Alumni.

Andi Hamzah, 1987. Peranan Hukum Dan Peradilan. Jakarta: Bina Aksara.

Bambang Poernomo, 1987. Pertumbuhan Hukum Menyimpang Diluar Kodifikasi Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara.

Bambang Waluyo, 2000. Pidana Dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika.

Burhan Ashshofa, 1998. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rindu Cipta.

Cholid Narbuko, 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Darwan Prinst, 2003. Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Joko Poernomo, 2002. Metode Penelitian Hukum. Surakarta: UNS Press.

Leden Marpaung, 1992. Proses Penanganan Perkara Pidana Bagian Kedua Di Kejaksaan Dan Pengandilan Negeri, Upaya Hukum Dan Eksekusi. Jakarta: Sinar Grafika.

---------------------, 1996. Kejahatan Terhadap Kesusilaan Dan Masalah Prevensinya. Jakarta: Sinar Grafika.

Moh. Nazir, 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mulyana W Kusumah, 1982. Hukum Dan Hak-hak Anak. Jakarta: Radjawali.

Oemar Seno Adji, 1989. KUHAP Sekarang. Jakarta: Erlangga.

---------------------, 1997. Hukum Hakim Pidana. Jakarta: Erlangga.

Prodjohamijojo, 1982. Komentar Atas KUHAP. Jakarta: Pradya Paramitha.

Riduan Syahroni, 1980. Masalah Bertumpuknya Beribu-ribu Perkara Di Mahkamah Agung. Bandung: Alumni.

Soemitro dan Abdulkadir, S.H, 1996. BPK Hukum Pidana. Surakarta: UNS Press.

Page 73: FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET …/Penerapan...penerapan sanksi pidana oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana pencabulan terhadap anak kandung yang dilakukan oleh ayahnya

Soerjono Soekanto, 1986. Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Tehnik. Bandung: PT. Transito.

Sutopo, HB, 1997. Pengantar Penelitian Kualitatif (Dasar-dasar Teoritis dan Praktis). Surakarta: Pusat penelitian.

Wirdjono Prodjodikoro, 1989. Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia. Bandung: PT. Eresco.

----------------------------, 2002. Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Bandung: PT. Eresco.

____________, 1946. UU No. 1 Tahun 1946 Tentang KUHP. Jakarta: Sekretariat RI.

_____________, 1981. UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP. Jakarta: Sekretariat RI.

, 1997. UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah tangga. Jakarta: Sekrerariat RI.