RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP KINERJA KETUA...
Transcript of RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP KINERJA KETUA...
RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP KINERJA
KETUA KELOMPOK TERBANG 32 PROVINSI
BANTEN TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh :
Diniyati Arifin
NIM: 1110053100020
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 M
i
ABSTRAK
Diniyati Arifin, Respon Jamaah Haji Terhadap Kinerja Ketua Kelompok
Terbang 32 Provinsi Banten Tahun 2013. Di bawah bimbingan Dra. Hj.
Jundah Sulaiman, MA.
Sebagai icon penting kementerian agama, penyelenggaraan ibadah haji
kerap menjadi sorotan tajam mata masyarakat Indonesia dan seluruh belahan
dunia. Masyarakat yang tengah berkembang ini hanya menganggap bahwa
keberhasilan kinerja para petugas haji kerap hanya diukur dari sejauh mana
kementerian ini sukses menyelenggarakan pengelolaan ibadah tahunan tersebut.
Oleh karena itu, opini tersebut selalu akan menjadi tolak ukur kementerian agama
untuk lebih selektif dalam memilih calon-calon petugas haji, khususnya petugas
yang menyertai jamaah haji. Kinerja petugas haji sangat diperhitungkan demi
kelancaran dan kenyamanan ibadah jamaah haji, terlebih seorang ketua kloter.
Kinerja ketua kloter yang profesional akan menentukan keberhasilan
penyelenggaraan ibadah haji sesuai amanat undang-undang perhajian no. 13 tahun
2008. Komunikasi aktif, terampil, dan bijak dalam segala hal sangat di tuntut dari
seorang ketua kloter.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas kerja petugas
haji khususnya TPHI atau ketua kelompok terbang 32 dan respon jamaah haji
terhadap kinerja ketua kloter 32 provinsi Banten. Bagaimana respon jamaah haji
provinsi Banten tahun 2013 terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32. Untuk penelitian ini, menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yang
mana hasil data tersebut diperoleh dari angket yang disebarkan oleh penulis
kepada responden, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data Primer, yaitu
data yang diperoleh langsung dari narasumber dan responden berupa catatan
tertulis dari hasil wawancara, angket, dan dokumentasi. Data Sekunder, yaitu data
yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam buku dan literatur
yang terkait dengan judul penelitian.
Dari hasil penelitian penulis, menunjukan bahwa suatu respon jamaah haji
terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten yang diterima, untuk
kriteria sangat puas sebesar 17,1% responden, puas sebesar 29,9% responden,
cukup puas sebesar 37,1% responden, tidak puas sebesar 13,9% dan sangat tidak
puas sebesar 2,1%. Jadi, mayoritas respon jamaah haji terhadap kinerja ketua
kelompok terbang 32 Provinsi Banten merasa puas dengan prosentase sebesar
29,9% responden.
Kata Kunci: Respon Jamaah Haji dan Kinerja Ketua Kelompok Terbang
ii
KATA PENGANTAR
حيمحمنِالرِ الرِ ِللا ِِمِ سِ ب ِ
Alhamdulillahi Raabbil ‘alamin, tidak ada kata terindah terucap dari lisan
maupun terbesit dalam hati penulis selain rasa syukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga jari jemari ini mampu
menuangkan kata demi kata untuk menjadi sebuah karya yang bermakna.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW,
yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang tinggi
akan peradaban dan budi pekerti yang luhur.
Suka dan cita mengiringi pembuatan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang dengan
tulus ikhlas ikut serta membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa
dorongan moril maupun materil. Dengan kerendahan hati dan rasa hormat,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Wakil Dekan Bid. Akademik Suparto, M.Ed, Ph.D, Pembantu
Dekan Bid. Adm. Umum Drs. Jumroni, M. Si, Pembantu Dekan Bid.
Kemahasiswaan Dr. H. Sunandar, M. Ag.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA dan H. Mulkanasir, BA., S.Pd., MM selaku
Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah, yang telah
membantu dalam menyelesaikan studi di Konsentrasi Manajemen Haji dan
Umrah.
iii
3. Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak masukan kepada penulis dan ikhlas meluangkan
waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan, petunjuk, dan saran
yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Tim Penguji Skripsi dalam sidang Munaqasyah, sehingga penulis
mendapatkan masukan dan saran demi kebaikan skripsi penulis.
5. Seluruh Dosen FakultasDakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selama ini telah memberikan
ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang telah diberikan, bermanfaat dan
berguna untuk penulis serta mengamalkannya kembali
6. Pimpinan dan segenap staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu peneliti dalam mencari referensi
berupa buku-buku yang menunjang dalam skripsi ini.
7. Papah dan Mamahku tercinta, Drs. H. Zaenal Arifin, MM., M. Sc dan Hj. Titi
Suniti, S. Ag yang telah menjaga dengan kesabaran, membesarkan dengan
cinta dan kasih sayang, mendidik dengan pengorbanan yang tidak
mengharapkan balik jasa dari buaian hingga saat ini, serta do`a-do`anya
dengan harapan penulis menjadi manusia yang berguna untuk masyarakat,
negara, dan agama Islam. Dan Kepada adik-adikku tersayang, Uswatun
Khasanah, Ulfa Khairunnisa, dan Syifa Rakhmatul Ummah yang selalu
memberi semangat juga keceriaan. Serta sepupuku Nurul Pratiwi dan segenap
iv
keluarga besar Alm. Hj. Nursiah. Semoga Allah SWT menjadikan kita
keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah.
8. Drs. H. Tutun Hs, MA selaku TPHI Kloter 32 yang menjadi narasumber
dalam penulisan skripsi ini. Serta keluarga besar baruku, jamaah haji kloter
32 provinsi Banten yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan data-
data penelitian sehingga selesainya skripsi ini.
9. Fuad Fauzi, S.E, suamiku tercinta yang selalu menemani dan membantu
penulis dalam suka duka selama penulisan skripsi ini. Yang selalu
memberikan warna indah disetiap hari-hari penulis, cinta, limpahan do’a,
motivasi, dan bimbingan yang tak ternilai. Semoga kamu selalu menjadi
bagian terindah dalam hidup penulis.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah
angkatan 2010 yang penulis banggakan yang tidak dapat disebutkansatu
persatu, juga untuk teman-teman KKN GARUDA 2013, terima kasih atas
dukungan dan semangatnya yang tak pernah putus kepada penulis sehingga
bisa menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis.
v
Akhir kata, dengan harapan yang tinggi, semoga Allah SWT membalas
amal dan kebaikan mereka dengan pahala yang berlipat ganda atas bantuannya
kepada penulis secara moril maupun materil. Terima kasih atas segalanya. Kurang
dan lebihnya penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat. Amin.
Jakarta, 03 Juli 2014
Diniyati Arifin
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................... 4
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................... 5
E. Tinjauan Pustaka ......................................................... 7
F. Sistematika Penulisan .................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Respon ......................................................................... 10
1. Definisi Respon .................................................... 10
2. Komponen Respon ............................................... 13
3. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon ................... 15
B. Kinerja ......................................................................... 16
1. Definisi Kinerja .................................................... 16
2. Profesionalitas Kinerja ......................................... 19
C. Jamaah Haji dan Kelompok Terbang .......................... 21
1. Pengertian Jamaah Haji ………………………… 21
2. KelompokTerbang ................................................ 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ....................................................... 28
B. Subyek dan Obyek Penelitian ..................................... 29
C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................... 29
D. Populasi dan Sampel ................................................... 29
E. Instrumen Penelitian .................................................... 30
F. Sumber Data ................................................................ 32
G. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 33
H. Teknik Analisis Data .................................................. 34
BAB IV DESKRIPSI JAMAAH HAJI KELOMPOK TERBANG 32
A. Profil Jamaah Haji Kelompok Terbang 32 JKG ........... 37
B. Uraian Tugas Tim Pemandu Haji Indonesia ................. 39
C. Rencana Perjalanan Haji ................................................ 51
D. Kasus-Kasus Haji di Kloter 32 JKG ............................. 52
vii
BAB V ANALISIS RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP KINERJA
KETUAKELOMPOK TERBANG PROVINSI BANTEN
TAHUN 2013…………………………………………… 55
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………… 67
B. Saran ……………………………………………….. 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Operasional Variabel Indikator ........................................................ 31
Tabel 4.1 : Kasus-kasus Haji di Kloter 32 JKG ................................................ 52
Tabel 5.1: Prosentase penilaian responden terhadap kinerja ketua kelompok
terbang 32 Provinsi Banten 2013 …………………………….................. 55
Tabel 5.2 : Prosentase penilaian responden terhadap penguasaan materi manasik
haji ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun2013 .................. 57
Tabel 5.3 : Prosentasi penilaian responden terhadap pelayanan informasi ketua
kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ................................ 58
Tabel 5.4 : Prosentase penilaian responden terhadap pelaksanaan program haji
ketuakelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun2013 ........................ 59
Tabel 5.5 : Prosentase penilaian responden terhadap kemampuan kerja ketua
kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ................................. 60
Tabel 5.6 : Prosentase penilaian responden terhadap ketepatan dan kecepatan kerja
ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ...................... 62
Tabel 5.7 : Prosentase penilaian responden terhadap inisiatif kerja ketua kelompok
terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ………………………..…... 63
Tabel 5.8 : Prosentase penilaian responden terhadap pengetahuan dan integritas
pelaksanaan bimbingan ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten
tahun 2013 ………………………………………………………........ 64
Tabel 5.9 : Prosentase penilaian responden terhadap Komunikasi kerja ketua kelompok
terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 ……………………………... 66
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Teori S-O-R .............................................................................. 12
Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Kelompok Terbang ................................... 24
Gambar 2.3 : Struktur Organisasi Penyelenggara Ibadah Haji ....................... 25
Gambar 2.4 : Struktur Organisasi Penyelenggara Ibadah Haji Pusat ............. 27
Gambar 4.1 : Rencana Perjalanan Haji ........................................................... 51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hikmah disyariatkan ibadah haji antara lain yaitu merupakan
menifestasi ketundukkan kepada Allah SWT. Menunaikan kewajiban haji ini
adalah rukun Islam kelima bagi umat Islam yang memiliki kemampuan
(istito’ah)mengerjakannya. Melaksanakan haji pun merupakan ungkapan
syukur atas nikmat harta dan kesehatan dari Allah SWT. Pemahaman tersebut
didasarkan pada al-Qur’an surat Ali Imran yang menyebutkan:
“Disana terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam
Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia; dan (diantara)
kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imron [3]: 97)
Berkaitan dengan batasan atau kriteria istitho’ah (mampu) itu adalah
segala sesuatu yang menjadikannya bisa melakukan rukun haji dengan
sempurna, tanpa ada hambatan apapun. Tanpa hambatan disini maksudnya
adalah adanya rasa aman selama perjalanan, nafkah keluarga yang
ditinggalkan selama haji cukup dan terutama merasa terbina dan terpandu
oleh para petugas haji khususnya.
2
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan salah satu icon penting
kementerian agama. Masyarakat yang tengah berkembang ini hanya
menganggap bahwa keberhasilan kinerja kementerian agama kerap hanya
diukur dari sejauh mana kementerian ini sukses menyelenggarakan
pengelolaan ibadah tahunan tersebut. Apabila tidak sukses, maka dapat
dipastikan ratusan jari telunjuk menuding kementerian agama. Bahkan,
celakanya ketika penyelenggaraan ibadah haji terlaksana dengan sukses,
masyarakat malah kurang memberikan apresiasi dan penilaian sebagaimana
penilaian manakala penyelenggaraan ibadah haji dianggap gagal, tetapi justru
menganggap biasa-biasa saja.1
Oleh karena itu, opini tersebut selalu akan menjadi tolak ukur
kementerian agama untuk lebih selektif dalam memilih calon-calon petugas
haji, khususnya petugas yang menyertai jamaah haji.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan
ibadah haji mengamanatkan perlunya penyempurnaan sistem dan manajemen
penyelenggaraan ibadah haji secara terus menerus agar penyelenggaraan haji
dapat berjalan aman, tertib dan lancar dengan menjunjung tinggi asas
keadilan, transparansi, profesionalitas dan akuntabilitas.2
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghasilkan dan
terwujudnya amanat undang-undang tersebut adalah melalui penyempurnaan
sistem rekrutmen petugas haji Indonesia (Nomor : D/78 Tahun 2013). Secara
1Mundzir Suparta, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia: Penyelenggaraan Haji dalam
Perspektif Pengawasan (Jakarta: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemeneag RI, 2012),
hlm. 209. 2Strategi Pencitraan Penyelenggaraan Ibadah Haji (Jakarta: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan
Umrah Kemeneag RI, 2012), hlm. 1-2.
3
prinsip keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji Indonesia bertumpu pada
profesionalisme petugas haji, oleh karenanya untuk menghasilkan petugas
yang berkompeten, memiliki komitmen, loyal dan berakhlaqul karimah perlu
melakukan analisis kebutuhan pelayanan dan jabatan yang akurat, seleksi
administrasi dan kesehatan yang ketat serta tes kompetensi.
Organisasi terkecil dalam penyelenggaraan ibadah haji adalah
kelompok terbang (kloter), yaitu sekelompok jamaah haji yang jumlahnya
sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat yang digunakan. Dalam setiap
kloter ditunjuk petugas operasional yang menyertai jamaah haji sejak di
asrama haji atau embarkasi, di Arab Saudi sampai kembali ke tanah air yang
terdiri dari unsur Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI) yang juga berfungsi
sebagai ketua kelompok terbang, Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia
(TPIHI) dan Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).3 Dalam pelaksanaannya
juga dibantu oleh petugas daerah yaitu Tim Petugas Haji Daerah (TPHD),
Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD) serta ketua rombongan dan ketua regu.
Dengan demikian, Petugas haji merupakan ujung tombak dalam
kualitas layanan yang diberikan kementerian agama terhadap jamaah haji di
tanah suci Makkah dan Madinah. Untuk itu baik buruknya layanan tergantung
sejauh mana kompetensi petugas yang mendampingi jamaah haji sehingga
jamaah haji dapat merasakan kepuasan dalam beribadah.
3Achmad Nidjam, Alatief Hanan, Manajemen Haji: Studi Kasus Dan Telaah Implementasi
Knowlegde Worker (Jakarta: Zikrul Hakim, 2001) hal. 62.
4
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Respon Jamaah HajiTerhadap Kinerja Ketua
Kelompok Terbang 32 Provinsi Banten Tahun 2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasikan
permasalahan yang terjadi pada kinerja ketua kelompok terbang 32 yang
mempengaruhi respon jamaah haji provinsi Banten tahun 2013:
1. Masih kurangnya pendekatan emosional antara ketua kelompok terbang 32
terhadap jamaah hajinya selama proses haji berlangsung.
2. Kurangnya koordinasi antar ketua kelompok terbang ketika proses
pemberangkatan ke Mina.
3. Masih kurangnya peran aktif ketua kelompok terbang 32 dalam memandu
jamaahnya.
4. Masih terdapat kekeliruan para jamaah haji dalam mengakses kevalidan
informasi dari ketua kelompok terbang 32.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka untuk
memudahkan penelitian penulis memfokuskan pada respon jamaah haji
terhadap kinerja ketua kelompok terbang (kloter) 32, khususnya dalam
penyelenggaraan ibadah haji bagi jamaah haji Indonesia tahun 2013 provinsi
Banten.
5
Dari latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Bagaimana respon jamaah haji provinsi Banten tahun 2013 terhadap
kinerja ketua kelompok terbang 32?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak pada perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kinerja ketua kelompok terbang 32 tingkat provinsi
Banten dalam melayani jamaah hajinya.
b. Untuk mengetahui respon jamaah haji kloter 32 selama pelaksanaan
ibadah haji tahun 2013 terhadap ketua kelompok terbangnya.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna
bagi dua aspek positif, yaitu:
1. Aspek Teoritis
a. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan mengenai kinerja dan tugas kelompok terbang dalam
melayani dan membimbing jamaah haji
b. Bagi Pembaca
6
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan mengenai
pokok permasalahan yang terjadi pada kegiatan operasional
penyelenggaraan ibadah haji serta manfaat yang dapat diambil
jamaah haji dalam melaksanakan rukun dan wajib haji sesuai
dengan syariat agama.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya serta dapat dijadikan informasi
tambahan atas pemecahan masalah yang berhubungan dengan
kinerja petugas haji yang menyertai jamaah haji khususnya ketua
kloter.
2. Aspek Praktis
a. Petugas Haji Yang Menyertai Jamaah Haji
Menjadi masukan yang positif bagi para petugas haji yang
bersangkutan untuk lebih mengefektifkan tugas dan tanggungjawab
serta pengawasan yang lebih intensif terhadap calon jamaah haji.
b. Jamaah Haji
Jamaah haji dapat memperoleh berbagai informasi yang relavan dan
berguna dalam melaksanakan ibadah haji, baik menyangkut
persiapan di tanah air, pelaksanaan di tanah suci, dan menjaga
kemakburan haji.
7
E. Tinjauan Pustaka
Dalam beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang
harus diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah
penulis mengadakan kajian kepustakaan, penulis menemukan beberapa
skripsi yang memiliki judul yang hampir serupa dengan yang akan penulis
teliti. Judul-judul tersebut antara lain:
1) Ali Hassan, “Respon Jamaah Haji Tahun 2010 Terhadap Pelayanan PT.
Arofah Satya Prakarsa Tour Jakarta”. Skripsi mahasiswa jurusan
Manajemen Dakwah 2011 ini berisi tentang tanggapan jamaah haji
mengenai pelayanan yang diberikan PT. Arofah Satya Prakarsa untuk
memenuhi kepuasan jamaah selama di tanah suci.
2) Firdaus, “Respon Jamaah Haji Tahun 2013 Terhadap Bimbingan Manasik
Haji KBIH Darunnisa Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan”. Skripsi
mahasiswa jurusan Manajemen Haji dan Umrah 2013 ini berisi tentang
pelaksanaan bimbingan manasik hajiyang mempengaruhi respon jamaah
haji KBIH Darunnisa.
Meskipun judul yang penulis teliti tidak jauh berbeda dengan kedua
skripsi tersebut, namun yang membedakan dalam penelitian ini penulis lebih
memfokuskan terhadap kinerja petugas haji Indonesia khususnya bagi ketua
kloter 32 dalam memandu jamaah hajinya sehingga respon yang baik maupun
tidak baik pun timbul dari pelayanan yang diberikan ketua kloter selama
perjalanan ibadah haji.
8
F. Sistematika Penulisan
Dalam rangka menjabarkan berbagai pola kinerja ketua kloter dalam
memandu dan melayani jamaah hajinya, maka disusun sistematika penulisan
skripsi yang terdiri dari lima bab.
Bab I Pendahuluan
Yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Berisikan teori-teori yang mendasari sub bab diantaranya: pengertian
respon dan komponennya,pengertian jamaah haji, kualitas kinerja yang terdiri
dari pengertian kinerja dan profesionalitas kinerja, jamaah haji dan kelompok
terbang yang terdiri dari definisijamaah haji, pengertian kelompok terbang
dan klasifikasi petugas yang menyertai jamaah haji yang disertai dengan
gambar bagan-bagan panitia penyelenggaraan ibadah haji.
Bab III Metodologi Penelitian
Yang terdiri dari metode penelitian, subyek dan obyek penelitian,
tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
Bab IV Deskripsi Jamaah Haji Kelompok Terbang 32
9
Berisi tentang profil jamaah haji kloter 32 JKG, uraian tugas TPHI,
rute perjalanan haji, kasus-kasus haji di kloter 32.
Bab VAnalisis Respon Jamaah Haji Terhadap Kinerja Ketua Kloter 32
Hasil analisis penelitian dari respon jamaah haji terhadap kinerja
ketua kloter 32 provinsi Banten tahun 2013.
Bab VIPenutup
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran sebagai sumbangan penulis
untukmelengkapi kekurangan yang ada disertai dengan harapan-harapan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Respon
1. Definisi Respon
Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau
tanggapan (reaction). Respon adalah istilah psikologi yang digunakan
untuk menamakan reaksi terhadap rangsangan yang diterima oleh panca
indra. Hal yang menunjang dan melatarbelakangi ukuran sebuah respon
adalah sikap, persepsi, dan partisipasi.Respon pada prosesnya didahului
sikap seseorang karena sikap meruapakan kecenderungan atau kesediaan
seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan
tertentu.Jadi, berbicara mengenai respon atau tidak respon terlepas dari
pembahasan sikap.Respon diungkapkan oleh Swatha dan Handoko
mendefinisikan respon sebagai predisposisi (keadaaan mudah terpengaruh)
untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat
memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, respon dapat diartikan
sebagai suatu tanggapan, reaksi dan jawaban.Marbun dalam kamus politik,
menyatakan bahwa respon adalah tanggapan, reaksi dan jawaban.
10
11
Beberapa tokoh mendefinisikan respon secara berbeda-beda seperti
definisi dari tokoh seperti Soejono Soekanto dan Young. Soejono
Soekanto, menyebut kata respon dengan kata response yaitu perilaku yang
merupakan konsekuensi dari perilaku sebelumnya. Ia mendefinisikan
respon seperti dalam kutipan berikut ini4:
“Interaksi dengan perorangan atau kelompok masyarakat, terlihat
dari adanya aksi dan reaksi serta mengandung rangsangan dan respons”.
Sedangkan menurut Young respon adalah tanggapan seseorang
terhadap stimulus yang dihadapinya, yang terjadi setelah memberikan
persepsi terhadapnya.Persepsi menunjukkan adanya aktivitas merasakan,
menginterpretasikan dan memahami objek-objek baik fisik maupun sosial.
Prof. Dr. Ma’rifat dalam bukunya: Sikap Manusia, perubahan serta
pengukurannya. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang
mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel
penting, yaitu:
a. Perhatian
b. Pengertian
c. Penerimaan
4Soejono Soekanto, 1975. hal. 58-60 artikel di akses pada 4 Februari 2014 dari http://junsu.blog.fisip.uns.ac.id/2013/06/20/definisi-responsmenurut-para-ahli/. 15:58 WIB.
12
Gambar 2.1 Teori S-O-R5
Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung
pada proses yang terjadi pada individu. Setiap tingkah laku pada
hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respon) terhadap
rangsangan atau stimulus. Menurut Gulo, respon adalah suatu reaksi atau
jawaban yang bergantung pada stimulus atau merupakan hasil stimulus
tersebut.
Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-
orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan
sebagiannya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan
seseorang.Respon seseorang bisa berbentuk baik atau buruk, positif atau
negatif.Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung
untuk menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif
cenderung untuk menjauhi objek tersebut.
5 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2003) cet,3 h. 254
Stimulus
Organisme:
•perhatian
•Pengertian
•Penerimaan
Response (perubahan sikap)
13
2. Komponen Respon
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M Caffe respon
terdiri dari tiga komponen yaitu:
a. Kognisi (Pengetahuan)
Istilah kognisi berasal dari kata cognoscare yang artinya
mengetahui. Aspek kognisi banyak mempermasalahkan bagaimana
cara memperoleh pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya serta
bagaimana dengan kesadaran itu ia bereaksi terhadap lingkungannya.
Setiap perilaku sadar yang dilakukan oleh manusia didahului oleh
proses pengetahuan yang memberi arah terhadap perilaku. Setelah
seseorang mendapatkan pengetahuan maka yang terjadi adalah
seseorang tadi akan menentukan sikap.
b. Afeksi (Sikap)
Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk bertindak,
beroperasi, berfikir dan merasa dalam mengahadapi objek, ide, situasi
dan nilai.Sikap seseorang timbul dari adanya pengalaman yang tidak
dibawa sejak lahir, namun merupakan hasil dari belajar seseorang
terhadap objek atau lingkungan sekitarnya.Sikap bersifat evaluatif
yang mengandung nilai menyenangkan atau tidak
menyenangkan.Objek sikap dirasakan adanya motivasi, tujuan, nilai
dan kebutuhan.
14
Sayogo dan Fujiwati, mengemukakan bahwa sikap merupakan
kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk
berkelakuan dengan suatu pola tertentu terhadap suatu objek berupa
manusia, hewan atau benda akibat pendirian atau persamaannya
terhadap objek tersebut.
c. Konasi
Atau secara sosiologis disebut dengan tindakan. Aspek konatif
kepribadian ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan dan implus
untuk berbuat. Konasiberupa bereaksi, berusaha, berkemauan, dan
berkehendak.
Menurut Freud konasi merupakan wujud dari kognisi dan
afeksi dalam bentuk tingkah laku. Pada perkembangan
kepribadiannya, Freud memandang bahwa tahun-tahun permulaan
masa kanak-kanak merupakan dasar pembentukkan kepribadian.
Segala sesuatu yang ada dalam pikirannya ia wujudkan dalam bentuk
perilaku yang nyata.
Studi tentang respon bisa dilihat dalam perilaku individu atau
kelompok.Perilaku merupakan keadaan jiwa atau berfikir dan sebagainya
dari seseorang untuk memberikan respon atau tanggapan terhadap situasi
di luar subjek tersebut.Respon ada dua jenis yaitu respon aktif yang
disertai oleh tindakan individu akibat adanya rangsangan, kedua adalah
respon pasif yaitu rangsangan yang tidak disertai oleh tindakan.
15
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
respon merupakan suatu reaksi atas stimulus yang mana dalam berinteraksi
antara pelakunya dengan mendapatkan rangsangan dari suatu perilaku
yang memicu individu atau kelompok untuk bersikap baik itu dengan
tindakan atau tanpa tindakan.
3. Faktor-faktor Terbentuknya Respon
Tanggapan yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi apabila
terpenuhi faktor penyebabnya. Hal itu perlu diketahui agar individu yang
bersangkutan dapat menanggapi dengan baik pada proses awalnya
individu mengadakan tanggapan. Karena tidak semua individu dapat
melakukan stimulusdengan baik, sebab tergantung dari individu itu sendiri
dalam menanggapi stimulus.Stimulus akan mendapatkan pemilihan dan
individu akan bergantung kepada dua faktor, yaitu:
a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia
terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Maka seseorang yang
mengadakan tanggapan terhadap suatu stimulus tetap dipengaruhi oleh
esistensi kedua unsur tersebut.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berada pada lingkungan. Faktor ini
intensitas dan jenis benda perangsang atau orang yang menyebutnya
dengan faktor stimulus.6
Manusia memiliki alat indera yang sesuai dengan fungsinya,
oleh karena itu harus terus diperhatikan dengan cara menggali segala
6Bimo Walito, Psikologi Belajar, (Jakarata:Rin Eka Cipta, 1997), h.6.
16
sesuatu yang ada disekitarnya. Allah telah mengisyaratkan bahwa
manusia harus berusaha menggunakan alat indranya dalam menggali
lingkungan eksternal. Seperti yang dikatakan oleh Bimo Walgito “alat
indra itu penghubung antara individu dengan dunia luarnya”.7
B. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Whitmore secara sederhana mengemukakan, kinerja adalah
pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang. Pengertian yang
menurut Whitemore merupakan pengertian menuntut kebutuhan paling
minim untuk berhasil. Oleh karena itu, Whitemore mengemukakan
pengertian kinerja yang dianggapnya representatif, maka tergambarnya
tanggung jawab yang besar dari pekerjaan seseorang.8
Berdasarkan pengertian diatas, kinerja yang nyata jauh melampaui apa
yang diharapkan adalah kinerja yang menetapkan standar-standar tertinggi
orang itu sendiri, selalu standar-standar yang melampaui apa yang diminta
atau diharapkan orang lain. Dengan demikian, menurut Whitemore kinerja
adalah suatu perbuatan, suatu prestasi, atau apa yang diperlihatkan seseorang
melalui keterampilan yang nyata.9
7Ibid, h.6
8Hamzah B. Uno & Dr. Nina L., Teori Kinerja Dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
hlm. 59-60. 9 Hamzah B. Uno & Dr. Nina L., Teori Kinerja Dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2012),
hlm. 60.
17
Bertolak dari pandangan Whitemore diatas, kinerja menuntut adanya
pengekspresian potensi seseorang dan tanggung jawab atau kepemilikan yang
menyeluruh. Jika tidak, maka hal ini tidak akan menjadi potensi seseorang,
tetapi sebagian akan menjadi milik orang lain. Oleh karena itu, pengarahan
dari pimpinan suatu organisasi akan menjadi penting dalam rangka
mengoptimalkan potensi seseorang. Pengarahan pimpinan misalnya dalam
bentuk memerintah, menuntut, memberikan instruksi, membujuk dengan
ancaman-ancaman yang jelas atau tersembunyi, tidak bisa menghasilkan
kinerja optimum yangn tahan lama, walaupun mungkin bawahan bisa
menjalankan pekerjaan itu.
Pandangan lain dikemukakan King, yang menjelaskan kinerja adalah
aktifitas seseorang dalam melaksanakan tugas pokok yang dibebankan
kepadanya. Mengacu dari pandangan ini, dapat diinterpretasikan bahwa
kinerja seseorang dihubungkan dengan tugas-tugas rutin yang dikerjakannya.
Berbeda dengan King, ahli lain Galton dan Simon, memandang bahwa kinerja
atau “performance” merupakan hasil interaksi atau berfungsinya unsur-unsur
motivasi (m), kemampuan (k) dan persepsi (p) pada diri seseorang.10
Memang banyak batasan yang diberikan para ahli mengenai istilah
kinerja. Semuanya mempunyai visi yang sedikit berbeda, tetapi secara prinsip
mereka setuju bahwa kinerja mengarah pada suatu upaya dalam rangka
mencapai prestasi kerja yang lebih baik. Maier sebagaimana yang dikutip
oleh As’ad, mengatakan bahwa kinerja merupakan kesuksesan seseorang
10
Ibid., hal. 61.
18
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Senada dengan hal tersebut, Lawler dan
Porter seperti dikutip oleh As’ad, berpendapat bahwa kinerja merupakan
“succesfull role achievement” yang diperoleh seseorang dari perbuatannya.
Pengertian ini menjelaskan, kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang
menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan.
Pandangan lain dikemukakan oleh McDaniel, yang memandang
kinerja adalah interaksi antara kemampuan seseorang dengan motivasinya.11
Berdasarkan pandangan ini, dapat ditegaskan bahwa kinerja merupakan
penjumlahan antara kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki seseorang.
Istilah kinerja terjemahan dari performance. Karena itu, istilah kinerja
juga sama dengan istilah perfomansi. Selanjutnya, Simamora menyatakan,
kinerja adalah keadaan atau tingkat perilaku seseorang yang harus dicapai
dengan persyaratan tertentu. Sementara itu, dengan kalimat yang senada,
Bernandin dan Russel seperti yang dikutip oleh Gomes, menyatakan istilah
kinerja dengan perfomansi adalah sejumlah catatan yang dihasilkan dari
fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu
tertentu. Selanjutnya, Suprihanto menyatakan kinerja dengan istilah prestasi
kerja, yaitu hasil kerja seorang karyawan selama periode tertentu
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar, target, atau
kriteria yang telah ditentukan lebih dahulu dan telah disepakati bersama.12
11
McDaniel, Theory: Strain Under Load, (2000), hal. 2.diakses dalam http://www.accel-team.com/motivation/index.html 12
Ibid., hlm. 62.
19
Berdasarkan pembahasan diatas, maka kinerja dapat disimpulkan
sebagai perilaku seseorang yang membuahkan hasil kerja tertentu setelah
memenuhi sejumlah persyaratan.
2. Profesionalitas Kinerja
Dalam membahas pengertian kinerja profesional, ada dua kata
kunci yang harus dijelaskan, yaitu kata kinerja dan profesional. Istilah
kinerja dikutip dari bahasa Inggris, perfomance atau jobperfomance,
sebagaimana dikemukakan juga oleh para ahli dalam berbagai literatur
manajemen sumber daya manusia.
Kinerja memiliki posisi penting dalam manajemen dan organisasi.
Karena, keberhasilan dalam melakukan pekerjaan sangat ditentukan oleh
kinerja. Hal ini berarti, jika seseorang bekerja dalam organisasi, kinerjanya
merupakan serangkaian perilaku dan kegiatan secara individual sesuai
dengan harapan atau tujuan organisasi. Bahkan, Hodgetts dan Kuratko
menegaskan bahwa kinerja berkait dengan seberapa baik seseorang
melakukan pekerjaannya.
Kinerja dapat dilihat langsung dalam kehidupan sehari-hari sebagai
kegiatan profesional. Dalam hal ini, berdasarkan perbandingan kinerja dan
kualifikasinya, seseorang dapat dikelompokkan ke dalam kategori, sebagai
berikut:13
13
Ibid. hlm.118-119.
20
a. Penggerak (dynamo)
Seseorang bertindak seolah-olah masih berada dalam posisi di
tengah-tengah saat meniti karier (bukan saat melakukan pekerjaan) ke
atas. Selalu punya rencana strategi personal yang terus dilakukan dan
dipenuhi. Orang ini selalu bekerja untuk mempelajari sesuatu yang baru
dan continue mengasah kemampuan serta keahliannya.
b. Penjelajah (cruisers)
Bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya, sehingga
sebagai konsekuensinya jauh dari stres dan sangat menikmati kehidupan
pekerjaannya. Sesekali penjelajah dapat pula mengerjakan sesuatu
dengan baik, meski sebenarnya tak terkait dengan kemampuan yang
digunakannya dalam keseharian pekerjaan.
c. Pecundang (loosers)
Dalam dunia profesi, seseorang biasa dikatakan pecundang jika
tidak mempunyai keahlian, meski hanya standar dasar.
Orang-orang profesional adalah orang-orang yang diandalkan
dan dipercaya karena mereka ahli, terampil, punya komitmen moral,
bertanggung jawab, tekun, penuh disiplin, dan serius dalam
menjalankan tugas pekerjaannya. Semua itu membuat istilah
profesional identik dengan mutu, komitmen, tanggung jawab dan
bayaran yang tinggi.
21
C. Jamaah Haji dan Kelompok Terbang
1. Jamaah Haji
Secara bahasa, jamaah berasal dari bahasa arab“jama’a” yang
memiliki arti berkumpul. Sedangkan jamaah menurut istilah dapat
diartikan sebagai sekelompok orang banyak dan dikatakan juga
sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan tujuan yang sama.14
Dalam ensiklopedi Islam, haji berarti menyengaja atau menuju dan
mengunjungi. Secara etimologi bahasa Arab dimana kata haji mempunyai
arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’,
haji adalah menuju ke Baitullah dan tempat-tampat tertentu untuk
melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula.Yang dimaksud dengan
tempat-tempat tertentu dalam definisi di atas, selain Ka’bah dan Mas’a
(tempat sa’i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina.Sedangkan yang
dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari
Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.Sedangkan amal
ibadah tertentu ialah tawaf, sa’i, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar
jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.15
14
http//:www.ahlisunnahwaljama’ah.com, diakses pada tanggal 4 Februari 2014. 15
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik
Indonesia, Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia, 2010) hal.
87
22
Sedangkan jamaah haji adalah Warga Negara Indonesia yang
beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah
Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.16
2. Kelompok Terbang
Kelompok Terbang (kloter) adalah pengelompokkan jamaah
ibadah haji berdasarkan jadwal keberangkatan penerbangan ke Arab
Saudi.Sedangkan petugas kloter merupakan petugas operasional ibadah
haji yang menyertai jamaah dalam kelompok terbang.17
Petugas Haji Indonesia adalah petugas yang diangkat oleh menteri
agama yang bertanggung jawab melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan
kepada jamaah haji, baik petugas yang menyertai jamaah haji (kloter)
ataupun Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH).
Adapun gugus tugas kloter terdiri dari Tim Pemandu Haji
Indonesia (TPHI) selaku ketua kloter dibantu oleh satu orang Tim
Pembimbing ibadah Haji Indonesia (TPIHI) dan tiga orang Tim Kesehatan
Haji Indonesia (TKHI), juga dibantu oleh TPHD, TKHD, serta Ketua
Rombongan dan Ketua Regu.18
1. Petugas Haji Yang Menyertai Jamaah Haji
a) TPHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang
administrasi dan manajerial (ketua kloter).
16
http://www.daftarhajiumroh.com/faq/, diakses pada tanggal 4 Februari 2014. 17
http://perjalananumroh.com. 18
Kementerian Agama RI. Haji Dari Masa Ke Masa (Jakarta:Ditjen PHU, 2012).h. 182.
23
b) TPIHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang
bimbingan ibadah (pembimbing ibadah).
c) TKHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam bidang
pelayanan kesehatan baik dokter, perawat atau petugas kesehatan
lainnya seperti ahli gizi, ahli rekam medik, tenaga farmasi ataupun
seni tarian.
d) TPHD adalah petugas haji yang ditetapkan oleh Gubernur/Walikota
atau Bupati untuk melayani daerah masing masing dalam bidang
pelayanan umum dan ibadah.
e) TKHD adalah petugas haji yang ditetapkan oleh Gubernur/Walikota
atau Bupati untuk melayani daerah masing masing dalam bidang
kesehatan.19
f) Ketua Regu adalah petugas yang dipilih dari jamaah haji untuk
memimpin sepuluh orang anggota.
g) Ketua Rombongan adalah petugas yang dipilih dari jamaah haji
untuk memimpin 4 (empat) regu dan ditetapkan dengan surat
keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi,
berdasarkan rekomendasi Kepala Kantor kementerian Agama
Kabupaten/Kota.20
19
http://www.petugashaji.com/2013/02/html. 11:01. 13-02-2014. 20
Anggito Abimanyu. Buku Pintar Penyelenggaraan Ibadah Haji.(Jakarta:Dirjen PHU, 2012) h. 1.
24
Berikut adalah struktur penyelenggaraan ibadah haji dan struktur petugas
kloter21
:
Gambar 2.2
STRUKTUR ORGANISASI KLOTER
Bagan 2.2
21
Slide Pelatihan Petugas Haji 2013.
TPHI
TKHI
KARU
JEMAAH HAJI
(TPHD DAN TKHD)
KAROM TPIHI
25
Gambar 2.3
STRUKTUR ORGANISASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
(Permanen Sistem)
PUSAT
Arab Saudi
Tingkat Provinsi
Tingkat Kabupaten/Kota
Sumber:Slide Pelatihan Petugas Haji 2013.
KEMENTERIAN
AGAMA RI
Lembaga/Intansi
Terkait
Kementerian Terkait
Direktorat Jenderal
Penyelenggaran
Haji dan Umrah
Sekretariat
Direktorat Pembinaan Haji dan
Umrah
Direktorat Pelayanan Haji
Direktorat Pengelolaan Dana
Haji
Lembaga/Instansi
Terkait
Bendahara BPIH
Kepala Staf
Sekretaris
Koordinator
Provinsi
Bendahara
BPIH Sektor
Luar Negeri
Kepala
Kantor Misi
Haji
Indonesia
Koordinator Untuk
Arab Saudi
Koordinator Harian
Koordinator
Kabupaten/Ko
ta
Lembaga/Instansi
Terkait
Kepala Staf
Sekretaris
26
Mekanisme pengelompokkan bimbingan calon jamaah haji diatur
berdasarkan pertimbangan domisili jamaah dan keluarga. Setiap 11 orang
calon jamaah haji dikelompokkan dalam 1 regu dan setiap 4 regu (44 orang)
dikelompokkan dalam satu rombongan. Penugasan pembimbing diatur oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.22
Dalam pelaksanaannya petugas yang menyertai jamaah diberikan
buku panduan dan monitoring pelaksanaan tugas sekaligus menjadi bahan
laporan kinerja.Sedangkan PPIH pusat, embarkasi, dan Arab Saudi
pengendalian dilakukan oleh pimpinan masing-masing sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Pada akhir operasional penyelenggaraan ibadah haji, PPIH pusat,
embarkasi, dan Arab Saudi menyusun laporan pelaksanaan tugas sebagai
bahan rapat kerja evaluasi nasional penyelenggaraan ibadah haji.23
Adapun struktur dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji pusat sebagai
berikut:
22
http://perjalananumroh.com. 23
Anggito Abimanyu. Op., Cit. h. 196.
27
Gambar 2.4
STRUKTUR ORGANISASI
PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) PUSAT
Sumber: Slide Pelatihan Petugas Haji 2013.
SEKSI PENERANGAN
SEKSI MEDIA CENTER
HAJI (MCH)
SEKSI HUMAS
SEKSI KEAMANAN
SEKSI KESEHATAN
SEKSI PELAPORAN DAN
EVALUASI
SEKSI PENGUMPULAN
DAN PENGELOLAAN
DATA
SEKSI MONITORING
BID. KESEHATAN DAN
KEAMANAN
BID. HUMAS. DAN
PENERANGAN
BID. PENGENDALIAN
OPERASIONAL
SEKSI TATA USAHA
SEKSI PERLENGKAPAN
DAN TEKNIK
SEKSI KEUANGAN
SEKSI URUSAN
DALAM
SEKRETARIS
WK. SEKRETARIS
Ketua
WK. Ketua 1
WK. Ketua 2
WK. Ketua 3
Penanggung
Jawab
PENGARAH
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah untuk diambil
kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah peneliti tidak
membuat perbandingan variabel pada sampel yang lain, dan mencari
hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.24
Sehingga menghasilkan
kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.
Penelitian ini juga didukung dengan pendekatan kualitatif. Hal
tersebut sejalan dengan Kaplan yang dikutip oleh Neuman bahwa pada
umumnya penelitian sosial menggunakan kombinasi analisis logika yang
dikonstruksikan (kuantitatif) dan logika dalam praktek (kualitatif), walaupun
proporsi dari masing-masing tipe logika tersebut bervariasi. Penelitian
menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif
yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan untuk saling melengkapi
gambaran hasil studi mengenai fenomena yang diteliti dan untuk memperkuat
analisis penelitian.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R&D, 2011.hal. 8.
28
28
29
B. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang dapat
memberikan informasi. Mereka adalah ketua kloter 32, ketua rombongan dan
para jamaah haji kloter 32 provinsi Banten tahun 2013.
Obyek penelitian ini adalah respon jamaah haji terhadap pelayanan
dari ketua kloter 32 provinsi Banten dengan mengukur kualitas kinerjanya.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan dan penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu Arab Saudi
dan Indonesia (kloter 32 tingkat provinsi Banten). Sedangkan waktu
penelitian dilakukan pada saat penulis menunaikan ibadah haji pada kloter 32
provinsi Banten (40 hari), terhitung dari tanggal 03 Oktober-12 November
tahun 1434 H/2013 M. dan penulis melanjutkan penelitian pada kloter
bersangkutan dimulai daripertengahan bulan Februari sampai awal bulan
April 2014.
D. Populasi dan Sampel
Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah berjumlah 449 jamaah
dari 10 rombongan haji kloter 32 JKG provinsi Banten pada tahun 2013.
b) Sedangkan model sampel yang diambil adalahpurposive sampling,yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Karena
30
pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan dengan
mempertimbangkan dalam pemilihan jamaahnya yang lebih menguasai
dan memahami tentang haji di kloter 32 pada setiap rombongannya.25
Oleh
karena itu penulis mengambil sampel sebanyak 50 orang dari 10
rombonganjamaah haji kloter 32 provinsi Banten.
c) Jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Slovin dengan
rumus :
Dimana, n = jumlah sampel
N = populasi
e = persentase kesalahan yang ditolerir (14%)
=
= 46 responden, namun penulis
menambahkan 4 responden. Jadi, sampel penelitian menjadi 50 responden.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan metode survei, yaitupenelitian
yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang tepat.
Pengumpulan data ini dengan mengambil sampel dari objek populasi tetapi
dapat mencerminkan populasi dengan memperhatikan keseimbangan antara
jumlah variable, akurasi, tenaga, waktu dan biaya.26
25
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cet. 14.
(Bandung: Alfabeta, 2011) h. 85. 26
http://sirusa.bps.go.id
31
Tabel 3.1
Operasional Variabel Peneltian
Variabel Dimensi Indikator
Respon
Jamaah Haji
A. Kognitif
B. Afektif
C. Konatif
A. Pengetahuan
1. Kecerdasan
2. Keterampilan
B. Perasaan
1. Suka/Senang
2. Percaya Diri
C. Kecenderungan
1. Berandai-andai
2. Tindakan
3. Kebiasaan
Kinerja Ketua
Kloter 32
A. Kualitas Kerja
B. Kecepatan/Ketepatan
Kerja
A.
1. Mengguasaimateri manasik
haji.
2. Pelayanan informasi yang
mudah.
3. Pelaksanaan ibadah haji
dan umroh sesuai program
yang direncanakan.
B.
1. Kecakapan dan
kemampuan untuk cepat
tanggap terhadap kritikan
dan keluhan yang
disampaikan oleh jamaah.
2. Ketepatan dalam
menentukan petugas yang
32
C. Inisiatif dalam Kerja
D. Kemampuan Kerja
E. Komunikasi
berkompeten.
C.
1. Keterampilan dalam
pengambilan solusi.
D.
1. Pengetahuan dan
kecakapan petugasdalam
melaksanakan tugas dan
fungsinya di tanah air dan
di tanah suci.
E.
1. Petugas menggunakan
komunikasi Persuasif
kepada jamaah haji.
F. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang akurat, peneliti menggunakan data
primer dan sekunder yaitu:
1. Data Primer
Dalam teknik pencatatan yang digunakan adalah dengan cara
merekam menggunakan tape recorder lalu mencatat kembali hasil
wawancara sesuai apa adanya. Data yang diperoleh dari metode ini
merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumber respondennya berupa angket/kuesioner. Dalam hal ini data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yaitu dari pihak petugas
33
haji (ketua kloter, ketua rombongan) dan sampel jamaah haji kloter 32
provinsi Banten.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mencari dan
mengumpulkan data dengan mempelajari dokumen, literatur, majalah,
makalah, dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Data tersebut diambil untuk mengetahui informasi lain mengenai
kinerja ketua kloter 32 tentang tugas dan tanggungjawabnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Peneliti melakukan observasi secara langsung ketika pelaksanaan
ibadah haji tahun 2013 di tanah suci, hal ini guna mengetahui keadaan
sebenarnya yang terjadi pada lokasi penelitian berkaitan dengan Respon
Jamaah Haji Terhadap Kinerja Ketua Kelompok Terbang 32. Dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini penulis telah melakukan observasi
selama proses haji berlangsung.
2. Wawancara
Wawancara ini merupakan bentuk komunikasi langsung antara
peneliti dengan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-
34
jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden
merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal.
Untuk mendapatkan data-data yang valid dan sah, penulis
melakukan wawancara pribadi kepada Bpk. Drs. H. Tutun Hs, MA (selaku
ketua kloter), ketua rombongan empat kloter 32, Bpk. H. Zaenal Arifin,
MM., M. Sc dan sampel dari jumlah populasi jamaah haji tahin 2013
kloter 32 provinsi Banten.
3. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan
menyebarkan angket, sehingga dalam waktu relatif singkat dapat
menjangkau banyak responden. Secara garis besar ada dua cara
penggunaan kuesioner, yaitu disebarkan kemudian diisi oleh responden
dan dapat digunakan sebagai pedoman wawancara dengan
responden.27
Pengumpulan data juga dilakukan dengan via telepon.
4. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah
penelitian, dapat berupa buku, majalah, artikel, foto, gambar dan lain-lain.
H. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisis data tersebut. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisa deskriptif kuantitatif. Maksudnya adalah untuk
27
Dr. Etta M. Sangadji & Dr. Sopiah.Metodologi Penelitian:Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010.h.47.
35
menjawab perumusan masalah mengenai sampai sejauh mana respon jamaah
haji terhadap kinerja ketua kloter 32 provinsi Banten.
Pada metode ini penulis menggunakan skala 5 tingkat (likert) yang
terdiri dari :
Sangat Puas (SP), Puas (P), Cukup Puas (CP), Tidak Puas (TP), dan
Sangat Tidak Puas (STP).
Kelima penilaian tersebut kemudian diberi bobot sebagai berikut:
1. SP jawaban Sangat Puas diberi bobot nilai 5
2. P jawabanPuas diberi bobot nilai 4
3. CP jawaban Cukup Puas diberi bobot nilai 3
4. TP jawaban Tidak Puas diberi bobot nilai 2
5. STP jawaban Sangat Tidak Puas diberi bobot nilai 1
Pengertian dari deskriptif kuantitatif, yaitu analisa yang dilakukan
terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklarifikasikan,
mentabulasikan, dan dilakukan perhitungan secara statistik.
Dalam penelitian ini digunakan 2 variabel yang diwakili oleh huruf X
dan Y, dimana X merupakan kinerja ketua kelompok terbang 32 provinsi
Banten tahun 2013. Dan Y merupakan respon jamaah haji.
Adapun teknis analisis data dari penelitian ini adalah dengan cara:
1. Rekapitulasi Data
- Skor jawaban responden x jumlah item x jumlah responden28
28
Dr. Riduwan dan Dr. H. Sunarto, M. Si. Pengantar Statistik. Bandung: Alfabeta,
2013.h.29.
36
2. Rumus Frekuensi Relative
Adalah perhitungan rasio atau bilangan persen.
Rumus: P =
x 100%
Keterangan:
P = Presentase
F = Frekuensi
n = Jumlah Responden29
29
Ibid. hlm.43.
37
BAB IV
DESKRIPSI JAMAAH HAJI KELOMPOK TERBANG 32 PROVINSI
BANTEN
A. Profil Jamaah Haji Kelompok Terbang 32 JKG
Sebelum penulis melaporkan hasil penelitian dan upaya pemecahan
masalah yang muncul dalam kelompok terbang 32 JKG provinsi Banten
tahun 2013, berikut deskripsi umum Kloter 32 JKG :.30
1. Jumlah Petugas : 5 (lima) orang,(L=4 dan P=1);
1.1. TPHI : Drs. H. Tutun HS, MA
1.2. TPIHI : Drs. H. Akhmad Fauzi, M. Pd
1.3. Dokter Kloter : dr. Saeful Rahman
1.4. Paramedis 1 : Saufi Firmansyah
1.5. Paramedis 2 : Anik Sutriasih
2. Jumlah Jamaah : 449 Orang,(L=206 dan P=243)
3. Jumlah Jamaah dan Petugas : 454 Orang, (L=210 dan P=244)
4. Asal Jamaah : Kota Tangerang Provinsi Banten
30
Laporan Pelaksanaan Tugas TPHI tahun 2013 oleh Drs. H. Tutun Hs, MA.
38
5. Jumlah Rombongan : 10 Rombongan
6. Jumlah Regu : 40 Regu
7. Jumlah KBIH di Kloter 32 JKG : 7 KBIH yaitu;
7.1. Asy-Syifa : dipimpin oleh H. Marsid Umar Miun = 47 orang
7.2. Shofa Marwa : dipimpin oleh H. Sutardi MuhammadSuja = 47
orang
7.3. Nurul Hidayah : dipimpin oleh Dr. H. Isra Hidayat = 53 orang
7.4. Al-Yasir : dipimpin oleh KH. Abdul Ghoni = 37 orang
7.5. An-Nur : dipimpin oleh H. Fathurrahman = 53 orang
7.6. Multazam : dipimpin oleh H. Muh. Sudarmono Trimah = 67
orang
7.7. Gunung Djati : dipimpin oleh H. Djoko Purwanto Mulyono =73
orang
8. Jamaah Mandiri : 72 Orang
di Rombongan 1 = 47 orang
di Rombongan 5 = 25 orang.
9. Jamaah Wafat : Nihil
10. Jamaah Tanazul Reguler : 1 orang
11. Tarwiyah : 58 orang dengan pernyataan materi cukup
12. Nafar Awal : 87 orang
13. Nafar Tsani : 367 orang
14. Jumlah Jamaah Akhir : 453 orang, (L=209 dan P=244)
15. Masuk Asrama Pondok Gede : Rabu, 2 Oktober 2013, Jam 07.00 WIB.
38
39
16. Berangkat dari Halim PK : Kamis, 3 Oktober 2013, Jam 02.00 WIB.
17. Nomor Penerbangan : GA-7216 Garuda Indonesia
18. Tiba Di Bandara Jeddah : Kamis, 3 Oktober 2013, Jam 07.00 WAS.
19. Berangkat dari Bandara Madinah: Selasa, 12 November 2013, Jam 07.45
WAS.
20. Nomor Penerbangan : GA-7516 Garudan Indonesia
21. Tiba di Halim PK Jakarta : Selasa, 12 November 2013, Jam 21.20
WIB.
B. Uraian Tugas Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI)
1. Di Daerah Asal
a. Masa pembinaan Jamaah Haji di Daerah
1) Memeperkenalkan diri kepada karu/karom dan PPIH Daerah dalam
acara manasik haji.
2) Berperan aktif dalam pembinaan manasik dan rencana pelaksanaan
ibadah haji di Arab Saudi.
3) Berintegrasi dengan seluruh petugas Kloter 32 JKG dan menyusun
rencana kerja.
4) Bagi jamaah haji gelombang II diingatkan agar menyiapkan
pakaian ihram di tas tentengan.
5) Memberikan informasi dan penyuluhan tentang hak-hak jamaah
haji, diantaranya uang bekal selama di Arab Saudi sebesar SR.
1.500, setiap jamaah haji menempati pemondokkan sesuai hasil
40
qur’ah, mendapat jatah makan selama di Arafah Mina, di Hotel
Transit, di terminal Hijrah Madinah dst.
6) Menjelaskan tugas dan fungsi ketua regu dan rombongan serta
mengadakan konsolidasi dengan karu dan karom.
2. Di Asrama Embarkasi
a. Melapor kepada PPIH Embarkasi dalam hal ini seksi pendayagunaan
petugas dan minta penjelasan seperlunya.
b. Membantu kelancaran sebelum keberangkatan jamaah haji;
penerimaan jamaah, penimbang barang, pemeriksaan kesehatan,
penempatan di kamar.
c. Mengingatkan jamaah haji tentang kelengkapan dokumen haji
(SPMA, bukti setor BPIH warna biru), pelaksanaan ibadah dan lain-
lain.
d. Meminta daftar manifest Kloter 32 JKG ke Bagian Dokumen Asrama
Pondok Gede.
e. Memberitahukan Karu/Karom tentang jadwal pemantapan
Karu/Karom.
f. Memantau pelayanan katering bagi jamaah haji.
g. Rapat koordinasi pembagian kerja petugas Kloter 32 JKG, termasuk
Karu/Karom.
h. Mengajak jamaah haji untuk mengikuti ceramah-ceramah dan
bimbingan manasik yang diselenggarakan oleh PPIH Embarkasi.
41
i. Membantu kelancaran kegiatan pemantapan ketua regu dan ketua
rombongan oleh PPIH Embarkasi.
j. Membantu kelancaran pembagian paspor, uang bekal (living cost),
gelang identitas dan uang honor Karu/Karom.
k. Menghubungi PPIH Embarkasi Cq. Bidang pemberangkatan untuk
mengetahui kepastian jadwal keberangkatan.
l. Mengingatkan jamaah haji agar dokumen, uang dan barang
bawaannya jangan sampai ada yang tertinggal. Paspor diletakkan di
tas paspor dan digantung di leher.
3. Di Bandara Halim Perdanakusuma (Pemberangkatan)
a. Menertibkan jamaah haji sewaktu naik pesawat.
b. Memebantu jamaah haji untuk mendapatkan tempat duduk.
c. Membantu jamaah haji menempatkan barang bawaan pada tempatnya.
4. Di Pesawat
a. Memperkenalkan diri kepada awak pesawat (puser).
b. Memimpin do’a keberangkatan.
c. Mencocokkan manifest jamaah haji dengan jumlah jamaah haji yang
riil berangkat.
d. Berkoordinasi dengan TKHI untuk mengelompokkan jamaah haji
resiko tinggi dan sakit.
e. Memberi penyuluhan kepada jamaah haji agar selalu mematuhi tata
tertib selama dalam penerbangan.
42
f. Mengingatkan waktu shalat dan menjelaskan tata cara bertayammum
di pesawat.
g. Bersama petugas kloter (TKHI, TPHD, TKHD, Karu dan Karom)
menyobek lampiran paspor lembar “D” untuk diserahkan kepada
petugas sektor di bandara King Abdul Aziz Jeddah/ Bandara Amir
Muhammad Bin Abdul Aziz Madinah.
5. Di Bandara Jeddah
a. Mengingatkan kembali kepada jamaah haji supaya menyiapkan paspor
untuk diperiksa oleh petugas imigrasi Arab Saudi.
b. Mengingatkan agar menyiapkan kunci kopernya masing-masing guna
memudahkan pemeriksaan barang bawaan.
c. Mengingatkan jamaah haji tentang pemeriksaan paspor di Bandara
King Abdul Aziz Jeddah/Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz
Madinah.
d. Memberikan penerangan kepada jamaah haji tentang proses yang akan
dilakukan selama berada di bandara dan tujuan perjalanan selanjutnya.
e. Mengatur jamaah ketika masuk ruang tunggu pria-wanita dipisah.
f. Melaporkan kedatangan kepada petugas sektor Bandara Jeddah dan
menyerahkan laporan kedatangan disertai sobekan lembar “D” dari
DAPIH.
g. Mengumpulkan paspor dan menyerahkan kepada petugas sektor
melalui ketua regu dan ketua rombongan.
43
h. Menginformasikan kepada jamaah haji tentang fasilitas di bandara
seperti kamar mandi, cara mempergunakan kran air, musholla, arah
kiblat, bank, pos dan lain-lain.
i. Mengingatkan jamaah haji untuk segera mandi, berpakaian ihram dan
shalat sunnat ihram bagi jamaah haji gelombang II.
6. Di Makkah
a. Membantu petugas sektor dalam penyerahan kembali paspor yang
sudah terkumpul kepada jamaah haji.
b. Mengadakan koordinasi dengan seksi pemberangkatan dan ketua
Regu/ketua Rombongan untuk mempersiapkan keberangkatan ke
Madinah/Makkah termasuk mengatur kemungkinan pemecahan
rombongan mengingat kepasitas bus yangn berbeda-beda.
c. Memberikan pengumuman mengenai waktu keberangkatan dari
Jeddah ke Madinah (gelombang I), ke Makkah (gelombang II).
d. Mengatur pembagian tugas kepada seluruh petugas kloter untuk
pengawalan jamaah haji selama perjalanan.
e. Memberikan penjelasan kepada jamaah haji bahwa selama berada di
Arab Saudi paspor disimpan oleh Muassasah.
f. Mengatur pengelompokkan jamaah haji sesuai dengan bus yang
tersedia.
g. Mengatur jamaah haji menuju bus yang telah ditentukan sesuai
kelompoknya, bersama petugas seksi pemberangkatan.
44
h. Mengingatkan jamaah haji untuk berniat ihram bagi jamaah haji
gelombang II.
i. Mengingatkan karu/karom untuk membimbing pembacaan talbiyah di
bus selama perjalanan dari Jeddah ke Makkah, bagi jamaah haji
gelombang II.
7. Di Arafah
a. Pada saat kedatangan
1) Membantu penempatan jamaah haji kloternya ke kemah maktab.
2) Mengadakan koordinasi dengan seluruh petugas kloter yang
berada dalam satu maktab dan petugas PPIH Arab Saudi di
Arafah.
3) Menunjukkan fasilitas disekitar padang Arafah dan menegaskan
untuk tidak keluar kemah kecuali ada udzur.
4) Membuat dan menyampaikan laporan kepada petugas PPIH Arab
Saudi di Arafah tentang keadaan jamaah haji.
5) Memberikan bimbingan kepada jamaah haji tentang wukuf, mabit
dan melontar jumrah baik langsung maupun melalui KBIH.
6) Mempersiapkan pelaksanaan wukuf termasuk menetapkan khotib
dan petugas lain serta menyiapkan sarana dan prasarananya.
7) Menghubungi maktab apabila terjadi kekurangan kemah, air dan
perlengkapannya.
b. Pada tanggal 9 Dzulhijjah dan waktu Wukuf
1) Memberikan arahan kepada jamaah haji tentang kesiapan wukuf.
45
2) Mengatur pelaksanaan wukuf.
3) Mencatat data kematian bersama dengan TKHI.
4) Mengawasi pelaksanaan pelayanan kesehatan bekerjasama
dengan TKHI.
c. Persiapan berangkat ke Mina
1) Menyampaikan pengumuman tentang persiapan untuk
meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah dan Mina.
2) Mengadakan pengecekan tentang kelengkapan dan jumlah
kloternya sebelum meninggalkan Arafah.
3) Mengatur jamaah haji untuk tertib naik bus.
4) Mengingatkan supir supaya berhenti mabit di Muzdalifah.
5) Menghubungi maktab apabila terjadi kekurangan bus.
6) Mengingatkan jamaah haji melalui ketua Rombongan untuk
melakukan mabit di Muzdalifah dan mengumpulkan kerikil untuk
melontar jumroh sesuai dengan nafar yang diambil masing-
masing.
8. Di Muzdalifah
a. Mengawasi jamaah haji yang turun dari bus untuk mabit dan mencari
kerikil dan mengingatkan agar tidak ada yang tersesat jalan atau
tertinggal dari regu/rombongan.
b. Mengatur dan melanjutkan perjalanan jamaah haji dari Muzdalifah
menuju Mina setelah mabit.
9. Di Mina
46
a. Membantu penempatan jamaah haji di kemah-kemah maktab sesuai
dengan kelompoknya masing-masing.
b. Melapor jika terdapat kekurangan baik kemah maupun air.
c. Mengatur jamaah haji kloternya untuk melakukan lontar jumroh
Aqobah sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dan secara rombongan
bersama Karu/Karom.
d. Menghimbau jamaah haji untuk tidak melakukan Thawaf Ifadhah pada
tanggal 10 Dzulhijjah. Hal ini untuk menjaga kesehatan agar tidak
terlalu lelah dan dihimbau kepada jamaah haji agar thawaf Ifadhah
dilakukan setelah kembali dari Mina.
10. Di Makkah Sesudah Wukuf
a. Saat datang dari Mina
1) Mengatur kembali penempatan jamaah haji di pemondokkan dan
mengecek kembali jumlah jamaah haji kloternya.
2) Melaporkan kepada sektor tentang kondisi jamaah haji setelah
selesai pelaksanaan Wukuf.
3) Bersama dengan KBIH memberikan bimbingan thawaf ifadhah,
thawaf wada’ dan pembayaran Dam.
b. Selama di Makkah
1) Mengurus jamaah haji yang harus dipulangkan lebih dini.
2) Mengatur pelaksanaan thawaf ifadhah dan thawaf wada’
47
11. Saat Tiba Di Madinah
a. Pada saat tiba di terminal hijrah.
1) Melaporkan kepada petugas sektor di terminal hijrah tentang
jumlah dan kondisi jamaah haji kloternya serta bus yang
digunakan. Kemudian menandatangani lembar bayan tarhil.
2) Menanyakan kepada petugas sektor di terminal hijah tentang
majmu’ah/group dan gedung yang akan ditempati.
3) Menghimbau kepada jamaah haji untuk tidak meninggalkan bis
jauh-jauh dan lama.
b. Pada saat tiba di pemondokkan
1) Membantu kelancaran penempatan jamaah haji di pemondokkan.
2) Memberikan penjelasan kepada jamaah haji tentang penempatan
jamaah haji ada yang mendapatkan kamar tingkat atas dan ada
pula di bawah dan menghimbau agar jamaah haji yang sudah tua
ditempatkan di kamar lantai dasar.
3) Menyampaikan hal-hal yang diperlukan jamaah haji pada saat
selesai penempatan jamaah haji.
4) Mengadakan koordinasi dengan Majmu’ah.
5) Melaporkan kedatangannya kepada ketua sektor yang
mewilayahinya tentang jumlah jamaah haji dan petugas dan
kloternya.
48
6) Mengurus dan menyantuni jamaah haji sakit, sesat jalan, udzur
dan wafat.
7) Memberi pengertian kepada jamaah haji yang terpisah gedung
atau kloter.
8) Mengatur pembagian tugas kepada seluruh petugas kloter untuk
memberikan pelayanan secara adil walaupun terpisah
pemondokkan.
9) Meminta kepada jamaah haji agar segera memulai shalat Arba’in
di Masjid Nabawi setelah istirahat sejenak.
12. Selama Berada Di Madinah
a. Memberikan penjelasan kepada jamaah haji sebelum meninggalkan
pemondokkan untuk shalat berjamaah di Masjid Nabawi.
b. Mengadakan kunjungan bersama TPIHI, TKHI, TPHD dan TKHD ke
kamar-kamar pemondokkan yang ditempati jamaah haji kloternya.
c. Mengatur jadwal pelaksanaan ceramah bimbingan ibadah.
d. Membantu jamaah haji yang sesat jalan untuk dikembalikan
kepemondokkannya atau menyerahkan kepada petugas sektor.
e. Menghubungi Majmu’ah dan mengumumkan kepada jamaah haji
tentang pelaksanaan ziarah.
f. Meyampaikan laporan ke kepala Daerah Kerja Madinah tentang
perhitungan shalat Arba’in jamaah haji kloternya.
g. Menghubungi petugas pembimbing ibadah dari sektor untuk
pelaksanaan bimbingan ibadah.
49
h. Memberikan bimbingan tentang shalat arba’in, ziarah dan manasik
haji secara langsung atau bersama dengan petugas pembimbing ibadah
dari sektor/pembimbing KBIH.
i. Mengurus jamah haji yang sakit untuk diantar ke BPHI/RSAS
bersama TKHI.
j. Melaporkan jamaah haji yang meninggal kepada Majmu’ah.
k. Menghadiri rapat yang diadakan oleh ketua sektor dan kepala Daker
serta mengadakan koordinasi antar petugas Kloter, Sektor, Daker dan
Majmu’ah.
l. Menyampaikan laporan ke Daker tentang perhitungan arba’in dan
rencana meninggalkan Madinah.
m. Tiga hari sebelum meninggalkan Madinah bersama para ketua
Rombongan dengan membawa surat dari Daker mengecek seluruh
paspor jamaah haji kloternya di Muassasah dan menanyakan kepastian
keberangkatannya.
n. Mengingatkan jamaah haji untuk menyiapkan barang bawaannya dan
menyelesaikan keluhan jamaah haji kemudian dilaporkan kepada
Sektor/Daker.
o. Mengumumkan kepada jamaah haji tentang kepastian waktu untuk
meninggalkan Madinah.
p. Memastikan tidak ada barang bawaan jamaah yang tertinggal dalam
Bandara Madinah.
q. Pencatatan dan pelaporan ke Sektor Bandara AMMA Madinah.
50
13. Di Pesawat (Pemulangan)
a. Memberikan penerangan di pesawat.
b. Mengecek jumlah jamaah haji dalam pesawat dengan cara
mencocokkannya dengan manifest/daftar penumpang.
c. Menyobek lampiran paspor (Lembar Debarkasi) untuk diserahkan
kepada PPIH Embarkasi bersama petugas kloter lainnya (TKHI,
TPHD, dan TKHD).
d. Mencatat identitas jamaah haji yang menggunakan Surat Perjalanan
Laksana Paspor (SPLP)
e. Mengingatkan jamaah haji agar menyiapakan dokumen paspor dan
buku kesehatan, ketika akan mendarat untuk memudahkan
pemeriksaan.
14. Di Terminal Debarkasi (Pemulangan)
a. Megingatkan kembali kelengkapan dokumennya untuk memudahkan
pemeriksaan.
b. Melaporkan kepada PPIH setempat tentang kondisi jamaah haji
dengan menyerahkan buku laporan akhir tugas dan sobekan paspor.
c. Memberiakn petunjuk kepada jamaah haji dalam rangka kembali ke
daerah masing-masing.
d. Mengadakan koordinasi dengan petugas daerah yang mengurus
kepulangan jamaah haji masing-masing.31
31
Modul III Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Koter)
51
C. Rencana Perjalanan Haji
Menunaikan ibadah haji sangat dibutuhkan manajemen yang baik.
Persiapan haji harus terencana dan tersusun sesuai dengan kalender Arab
Saudi. Berikut ini adalah rancangan rencana perjalanan ibadah haji tahun
2013.
Gambar 4.1
Rencana Perjalanan Haji (RPH) 1433 H/2013 M
RPH 1433 H Wukuf
Pemulangan
Pemberangkatan
Kloter 1 : 10 September 2013
Wukuf : Senin, 14 Oktober
2013
Kloter Terakhir : 09 Oktober
2013
Kloter 1 : 20 Oktober 2013
Kloter Terakhir : 18
November 2013
1. Masa Operasi pemberangkatan : 30 hari.
2. Masa operasi pemulangan : 30 hari.
3. Gelombang I : 15 hari
4. Gelombang II : 15 hari
5. Masa Tinggal Jemaah Haji di Arab Saudi
: 41 hari.
*Mengacu kepada kalender ummul qura Arab Saudi 1433H
52
D. Kasus-kasus Haji di Kloter 32 JKG
Berbagai hal yang tidak diduga dapat terjadi dalam operasional haji.
Penanganan dan penyelesaian kasus-kasus pun yang terjadi terhadap jamaah
haji selalu diupayakan oleh petugas haji sebagai bentuk pelayanan petugas
haji kepada jamaah haji. Adapun bebrapa kasus-kasus yang terjadi selama
proses haji berlangsung di dalam kloter 32 JKG sebagai berikut:32
Tabel 4.1
Kasus-kasus Haji Kloter 32
No Tempat Di- Permasalahan Alternatif Solusi Yang
Ditempuh
1. Embarkasi Berdasarkan laporan dokter
kloter bahwa jamaah an.
Rusmidah binti Muhammad
Romli No. Pasport A.
5763335 menderita penyakit
gagal ginjal dan dalam satu
minggu harus melakukan 2x
cuci darah.
Berdasarkan hasil
pemeriksaan dari pihak
KKP bandara Soekarno-
Hatta, bahwa calon jamaah
tersebut tidak
diberangkatkan bersama
kloter 32 JKG, alasannya
resiko tinggi dan dirawat di
rumah sakit haji Pondok
Gede.
2. Bandara
KAA Jeddah
Jamaah calon haji an. Hindun
binti Niang Ahmad No.
Pasport A. 5594092, terjadi
depresi berat/lupa ingatan dan
meronta ingin pulang ke
tanah air, jamaah tersebut
TPHI bersama dokter kloter
(TKHI) melaporkan kepada
sektor Jeddah dan kemudian
dirujuk ke BPHI Makkah
lalu disafari wukufkan dan
dikembalikan ke
32
Laporan Pelaksanaan Tugas TPHI tahun 2013 oleh Drs. H. Tutun Hs, MA.
53
tidak didampingi oleh
keluarganya.
pemondokkan untuk thawaf
ifadhoh dan setelah selesai
dikembalikan ke BPHI
Makkah.
3. Makkah Pemondokkan jauh dari
Masjidil Haram + 2,5 Km.
Dan jalan dalam posisi
menanjak, banyak jamaah
yang sakit, antara lain:
penyakit jantung.
TPHI bersama dokter kloter
merujuk jamaah tersebut ke
sektor kemudian dibawa ke
BPHI Makkah dan dirawat
sampai disafari wukufkan
dan dikembalikan ke
pemondokkan untuk thawaf
ifadhoh.
4. Prosesi
Armuna
1.Di Arafah, salah satu
jamaah haji an. Siswoyo
Riyono, lebih dari 3x buang
air besar, bolak-balik ke
WC.
2. Di Muzdalifah, kloter 32
JKG maktab 40 berdiri
berdesakan selama + 1 jam
setengah untuk mengantri
naik bus menuju Mina,
dikarenakan kurangnya
koordinasi antar ketua
kloter.
1. TPHI dan Dokter Kloter
berusaha mengobati di
kemah tetapi penyakitnya
masih saja terus terjadi
kemudian dirujuk ke
Satop Armuna Arafah.
2. TPHI langsung bertindak
cepat sedangkan ketua
rombongan membantu
menenangkan jamaah haji
agar bersabar.
54
5. Madinah 1. Kloter 32 JKG mendapatkan
hotel yang terpisah, yaitu:
Hotel Mawaddah Noor dan
Hotel Majid Al-Araq. Kedua
hotel ini agak jauh jaraknya +
300 m.
2. Dalam pengecekkan paspor
dan DAPIH di Muassasah di
Madinah, ditemukan 1 orang
jamaah yang tidak ada
DAPIH dan boarding pass
pesawat untuk kepulangan ke
tanah air.
1. TPHI membagi tempat
tinggal petugas kloter
terutama TKHI dan
paramedis dibagi 2
tempat.
2. Lapor ke Daker Madinah
kemudian Daker membuat
dan memberikan boarding
pass dan tiket kepulangan ke
tanah air.
6. Pesawat
(Pemulangan)
Terdapat 2 orang jamaah haji
yang perlu perawatan dan
pengawasan dokter kloter
karena penyakit jantung dan
Hindun N. Karena penyakit
stres berat.
TPHI dan Dokter kloter
meminta kepada puser agar
2 jamaah tersebut
ditempatkan di bangku
paling depan bersama
dokter kloter dan paramedis
agar dapat diawasi
kondisinya selama dalam
perjalanan.
55
BAB V
ANALISIS RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP KINERJA KETUA
KLOTER 32 PROVINSI BANTEN TAHUN 2013
Dalam penelitian ini penulis telah terjun langsung dalam mengamati
proses perhajian di kelompok terbang 32 dalam masa haji tahun 1434 H/2013 M.
Penulis melihat dan merasakan beberapa permasalahan yang timbul dalam kloter
tersebut, dimana hal ini akan berdampak terhadap respon jamaah haji di kelompok
terbang 32 pada profesionalitas kinerja ketua kloter tersebut. Adapun respon
jamaah haji terhadap kinerja ketua kloter 32 adalah:
Tabel 5.1
Prosentase penilaian responden terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32
Provinsi Banten 2013
Sangat Puas
(%)
Puas (%) Cukup Puas
(%)
Tidak Puas
(%)
Sangat
Tidak Puas
(%)
17,1 29,9 37,1 13,9 2,1
Dari data di atas, didapat suatu respon jamaah haji terhadap kinerja
ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten yang diterima, untuk kriteria
sangat puas sebesar 17,1% responden, puas sebesar 29,9% responden, cukup
puas sebesar 37,1% responden, tidak puas sebesar 13,9% dan sangat tidak
55
56
puas sebesar 2,1%. Dari data tersebut terlihat bahwa mayoritas respon jamaah
haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten merasa puas
dengan prosentase sebesar 29,9% responden.
Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa respon jamaah haji kloter 32
terhadap kinerja TPIH adalah positif (baik). Hal ini terlihat dari interaksi
antara jamaah dengan para petugas haji yang akhirnya menentukan bentuk
perilaku yang ditampilkan jamaah. Maka, jamaah haji cenderung untuk
menyukai atau mendekati objek (TPIH). Demikian pula jika dikaitkan dengan
ketiga komponen respon, yaitu kognisi (pengetahuan), afeksi (sikap), dan
psikomotorik (tindakan). Pengetahuan seseorang (jamaah) berhubungan
dengan bagaimana jamaah haji memperoleh pemahaman tentang dirinya dan
lingkungannya serta bagaimana kesadaran itu bereaksi terhadap keadaan
disekitarnya. Setelah jamaah haji mendapatkan pengetahuan maka yang
terjadi adalah para jamaah akan menentukan sikap. Dan sikap jamaah
cenderung untuk bertindak. Inilah yang menghasilkan respon (stimulus)
jamaah untuk memberikan penilaian kepada kinerja ketua kloternya.
Penilaian tersebut sesuai dengan apa yang dilakukan oleh ketua kloter
dan para anggotanya. Baik itu dari ketanggapan, kerjasama, dan komunikasi
yang aktif serta saling berkoordinasi dengan para petugas haji lainnya.
Dibawah ini dijelaskan mengenai respon jamaah haji secara rinci
disetiap indikatornya:
57
1. Penguasaan Materi Manasik Haji
Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap penguasaan
materi manasik haji ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013,
maka diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.2
Prosentase penilaian responden terhadap penguasaan materi manasik haji
ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013
Sangat Puas
(%)
Puas (%) Cukup Puas
(%)
Tidak Puas
(%)
Sangat Tidak
Puas (%)
11,3 28,7 46 14 -
Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji
terhadap penguasaan materi manasik haji ketua kelompok terbang 32 selama
sebelum dan berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar
11,3% responden menjawab sangat puas, 28,7% responden menjawab puas,
46% responden menjawab cukup puas, 14% responden menjawab tidak puas,
dan 0% responden menjawab sangat tidak puas.
Manasik haji merupakan salah satu makanan pokok bagi seluruh calon
jamaah haji yang akan menunaikan ibadah haji. Namun, ada yang paling inti
dari yang pokok, yaitu petugas haji.Petugas haji yang memiliki skill dan
pengetahuan menyeluruh menjadi prioritas dalam penyelenggaraan ibadah
haji terlebih pengalaman yang cukup dalam perhajian. Aspek kognisi ini
tergambar ketika seseorang, baik petugas haji dan jamaahnya menyadari
bahwasannya setiap perilaku yang dilakukannya berawal dari proses
58
pengetahuan yang memberi arah terhadap perilaku masing-masing. Hal ini
pun yang menghasilkan penilaian responden terhadap sejauh mana
penguasaan ilmu manasik yang diajarkan kepada mereka sesuai dengan
syariat agama Islam.
2. Pelayanan Informasi
Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap pelayanan
informasi ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka
diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.3
Prosentasepenilaian responden terhadap pelayanan informasi ketua
kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 dalam menangani
masalah.
Sangat Puas
(%)
Puas (%) Cukup Puas
(%)
Tidak Puas
(%)
Sangat Tidak
Puas (%)
20 31,3 41,7 4 3
Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji
terhadap pelayanan informasi dan administrasi ketua kelompok terbang 32
selama berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 20%
responden menjawab sangat puas, 31,3% responden menjawab puas, 41,7%
responden menjawab cukup puas, 4% responden menjawab tidak puas, dan
3% responden menjawab sangat tidak puas.
Data ini menunjukan bahwa mayoritas responden jamaah haji
merespon positif dari apa yang mereka rasakan selama proses perhajian
59
berlangsung. Dalam salah satu komponen respon, ini termasuk dalam kategori
afeksi atau sikap seseorang yang kemudian menimbulkan sikap yang
cenderung bertindak. Hal tersebut tergambar ketika ketua kloter selalu
memberikan pelayanan informasi secara menyeluruh, bertujuan agar
memudahkan jamaah haji dalam mengakses atau mencari informasi dan
jadwal selama di tanah suci. Jamaah pun sangat responsif ketika ketua kloter
menempelkan informasi di dinding hotel agar mudah dibaca dan lebih
dipahami. Bukan itu saja, jamaah dapat menanyakan langsung ke ketua
rombongan dan ketua regu masing-masing kelompok.
3. Pelaksanaan Program Haji
Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap pelaksanaan
program haji ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka
telah diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.4
Prosentase penilaian responden terhadap pelaksanaan program haji ketua
kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013.
Sangat Puas
(%)
Puas (%) Cukup Puas
(%)
Tidak Puas (%) Sangat Tidak
Puas (%)
8 42 40,4 8,8 -
Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji
terhadap pelaksanaan program haji ketua kelompok terbang 32 selama
berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 8% responden
menjawab sangat puas, 42% responden menjawab puas, 40,4% responden
60
menjawab cukup puas, 8,8% responden menjawab tidak puas, dan 0%
responden menjawab sangat tidak puas.
Data tersebut menunjukan bahwa respon jamaah haji kloter 32
menjawab sangat puas, puas dan cukup puas terhadap pelaksanaan program
haji ketua kelompok terbang 32 lebih besar dibandingkan jawaban tidak puas
dan sangat tidak puas. Oleh karena itu, data ini menunjukan tingkat respon
jamaah haji terhadap pelaksanaan program haji ketua kelompok terbangnya
masih cukup tinggi. Program-program haji selama kurang lebih sebulan
berjalan dengan lancar, termasuk fasilitas-fasilitas transportasi dari
pemerintah yang cukup menampung para jamaah haji Indonesia menunjukkan
aspek psikomotorik atau konatif dan atau suatu tindakan yang mencerminkan
kesungguhan pemerintah khususnya kementerian agama untuk selalu
memperbaiki dan mengevaluasi permasalahan perhajian Indonesia terutama
dari segi pelayanan terhadap setiap jamaah haji Indonesia.
4. KemampuanKerja
Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap kemampuan
kerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka telah
diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.5
Prosentase penilaian responden terhadap kemampuan kerja ketua kelompok
terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 dalam menangani masalah.
Sangat Puas
(%)
Puas (%) Cukup Puas
(%)
Tidak Puas
(%)
Sangat Tidak
Puas (%)
27,7 23 39 10,3 -
61
Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji
terhadap kemampuan kerja ketua kelompok terbang 32 selama
berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 27,7% responden
menjawab sangat puas, 23% responden menjawab puas, 39% responden
menjawab puas, 10,3% responden menjawab tidak puas, dan 0% responden
menjawab sangat tidak puas.
Data tersebut, membuktikan bahwa kemampuan seorang ketua kloter
dalam menangani segala tantangan selama memandu jamaah haji dapat
dikatakan layak dan masuk kriteria ataupun syarat menjadi seorang petugas
haji yang profesional. Kemampuan ini dilihat ketika ketua kloter dapat
menangani salah satu jamaah hajinya yang harus di tanazulkan. Kemudian
melihat dan membaca permasalahan yang terjadi dengan seluruh alternatif
solusi yang sudah direncanakan dan dilakukannya. Bahkan kemampuan
seorang ketua untuk selalu berkomunikasi menggunakan bahasa arab dan
inggris. Ini merupakan aspek afektif dan kognitif yang ditunjukkan ketua
kloter agar apa yang sudah di rencanakan berjalan sesuai dengan harapan.
5. Ketepatan dan Kecepatan Kerja
Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap ketepatan
dan kecepatan kerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013,
maka telah diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:
62
Tabel 5.6
Prosentase penilaian responden terhadap ketepatan dan kecepatan kerja
ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013.
Sangat Puas
(%)
Puas (%) Cukup Puas
(%)
Tidak Puas
(%)
Sangat Tidak
Puas (%)
22 14,8 30,4 30,8 2
Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji
terhadap ketepatan dan kecepatan kerja ketua kelompok terbang 32 selama
berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 22% responden
menjawab sangat puas, 14,8% responden menjawab puas, 30,4% responden
menjawab cukup puas, 30,8% responden menjawab tidak puas, dan 2%
responden menjawab sangat tidak puas.
Hasil tersebut berdasarkan penilaian dari respon jamaah atas kinerja
baik ketua kloter dan petugas haji yang menyertai jamaah lainnya. Nampak,
pemecahan setiap kendala dan permasalahan yang ada di kelompok
terbangnya langsung dikerjakan dengan segera mungkin. Sebagai contoh
ketika penulis kehilangan DAPIH, yaitu Dokumen Administrasi Perjalanan
Ibadah Haji saat tiba di bandara KAA-Jeddah, ketua kloter langsung
mengumumkan kepada seluruh jamaah agar mengecek kembali DAPIH
masing-masing dan mengembalikan jika terdapat ketidaksesuaian data.
Akhirnya, dua hari setelah tiba di maktab-Mekkah, ketua kloter berhasil
menemukan dan mendatangi langsung kamar penulis untuk memberikannya.
Salah satu insiden tersebut menggambarkan aspek konatif (tindakan) yang
cepat seorang petugas dalam setiap permasalahan yang ada.
63
6. Inisiatif Kerja
Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap inisiatif
kerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka telah
diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.7
Prosentase penilaian responden terhadap inisiatif kerja ketua kelompok
terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013 dalam menangani masalah.
Sangat Puas
(%)
Puas (%) Cukup Puas
(%)
Tidak Puas
(%)
Sangat Tidak
Puas (%)
11,5 37,5 33,5 17,5 -
Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji
terhadap inisiatif kerja ketua kelompok terbang 32 selama berlangsungnya
proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 11,5% responden menjawab sangat
puas, 37,5% responden menjawab puas, 33,5% responden menjawab cukup
puas, 17,5% responden menjawab tidak puas, dan 0% responden menjawab
sangat tidak puas.
Data tersebut menunjukan, bahwa respon jamaah haji kloter 32 sangat
responsif dan baik. Melihat kinerja ketua kelompoknya yang terampil,
menandakan kecerdasan yang dimilikinya. Sebagai seorang pemimpin harus
cepat dan tanggap dalam keadaan apapun, begitupun inisiatif dan alternatif
strategi pun harus dipersiapkan untuk mencegah timbulnya kemungkinan-
kemungkinan yang tidak diinginkan. Hal serupa yang dilakukan ketua kloter
adalah menempelkan setiap pengumuman penting di dinding hotel jamaahnya
64
agar mereka mengingat jadwal dan program-program apa saja yang akan
dilakukan selama di tanah suci. Ketajaman daya nalar seorang pemimpin
harus dijadikan sebagai senjata baginya untuk memperkuat dan
mempertahankan apapun yang akan dihadapi kedepannya. Ini merupakan
salah satu inisiatif seorang pemimpin, tidak hanya dengan ucapan saja tetapi
lebih kepada tindakan yang menunjukkan profesionalitas seorang petugas.
7. Pengetahuan dan Integritas Pelaksanaan Bimbingan
Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap
pengetahuan dan integritas pelaksanaan bimbingan ketua kelompok terbang
32 Provinsi Banten tahun 2013, maka telah diperoleh hasil penelitiannya
seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Tabel 5.8
Prosentase penilaian responden terhadap pengetahuan dan integritas
pelaksanaan bimbingan ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun
2013.
Sangat Puas
(%)
Puas (%) Cukup Puas
(%)
Tidak Puas
(%)
Sangat Tidak
Puas (%)
9,6 29,2 44,8 16,4 -
Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji
terhadap pengetahuan dan integritas pelaksanaan bimbingan ketua kelompok
terbang 32 selama berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar
9,6% responden menjawab sangat puas, 29,2% responden menjawab puas,
44,8% responden menjawab cukup puas, 16,4% responden menjawab tidak
65
puas, dan 0% responden menjawab sangat tidak puas.Data tersebut
menunjukan bahwa respon jamaah haji kloter 32 menjawab sangat puas, puas
dan cukup puas terhadap pengetahuan dan integritas pelaksanaan bimbingan
ketua kelompok terbang cukup baik. Oleh karena itu data ini menunjukan
tingkat respon jamaah haji terhadap pengetahuan dan integritas pelaksanaan
bimbingan ketua kelompok terbangnya masih cukup tinggi.
Sebagai seorang leader, loyalitas, solidaritas dan integritas yang tinggi
perlu dimiliki demi kebersamaan dan menghilangkan unsur diskriminasi
antara ketua dengan anggotanya. Pengetahuan, kecerdasan dan ketekunan pun
menjadi kunci utama kesuksesan dan keberhasilan seorang ketua. Dalam
aspek konatif ini seseorang cenderung untuk bersikap baik itu mengetahui
kepribadiannya maupun lingkungan sekitarnya. Ketua kloter 32 terlihat
sangat peduli dengan kondisi para jamaahnya, terbukti dengan salah satu
progamnya yaitu mengunjungi kamar–kamar jamaah haji kelompok
terbangnya sambil mendengarkan keluhan dan masukan positif dari
jamaahnya agar selalu tercipta keharmonisan sesama jamaah haji.
8. Komunikasi Kerja
Dari sampel yang diteliti sebanyak 50 responden terhadap komunikasi
kerja ketua kelompok terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013, maka telah
diperoleh hasil penelitiannya seperti tertera pada tabel dibawah ini:
66
Tabel 5.9
Prosentase penilaian responden terhadap Komunikasi kerja ketua kelompok
terbang 32 Provinsi Banten tahun 2013.
Sangat Puas
(%)
Puas (%) Cukup Puas
(%)
Tidak Puas
(%)
Sangat Tidak
Puas (%)
21 35,5 18,5 12,5 12,5
Dari data yang didapat, menghasilkan suatu respon jamaah haji
terhadap komunikasi kerja ketua kelompok terbang 32 selama
berlangsungnya proses perhajian tahun 2013 yaitu sebesar 21% responden
menjawab sangat puas, 35,5% responden menjawab puas, 18,5% responden
menjawab cukup puas, 12,5% responden menjawab tidak puas, dan 0%
responden menjawab sangat tidak puas.
Peran aktif ketua kloter 32 sangat dibutuhkan oleh jamaah hajinya,
terlebih ketika kejadian di Mudzdalifah menuju Mina. Permasalahan yang
terjadi sebenarnya karna kesalahpahaman antar setiap ketua kloter maktab 40.
Karena kurangnya ketepatan waktu keberangkatan untuk meninggalkan
Mudzdalifah mengakibatkan beberapa jamaah merasa kesal dan inilah yang
dikhawatirkan bisa membatalkan niat suci ibadah hajinya. Disinilah terbukti
bahwa komunikasi sangat penting dalam dunia kerja. Dalam komunikasi
kerja seorang ketua mencakup 3 aspek komponen dari respon itu sendiri, baik
itu bagaimana cara mengetahui keadaan sekitar, kemudian menentukan sikap
apa yang pantas dan sesuai dengan kondisi tersebut dan bertindak tegas
dengan maksud menertiban suasana dan menjaga kemakburan haji jamaah
haji kelompok terbangnya sampai nantinya tiba di tanah air Indonesia.
67
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan hasil penelitian penulis tentang
respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang 32 provinsi
Banten tahun 2013, maka dapat penulis tarik kesimpulansebagai berikut:
1. Respon Jamaah Haji
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, secara
keseluruhan dari 50 responden (jamaah haji) kelompok terbang 32 provinsi
Banten tahun 2013, untuk kriteria sangat puas sebesar 17,1% responden, puas
sebesar 29,9% responden, cukup puas sebesar 37,1% responden, tidak puas
sebesar 13,9% dan sangat tidak puas sebesar 2,1%. Dari data tersebut terlihat
bahwa mayoritas respon jamaah haji terhadap kinerja ketua kelompok terbang
32 Provinsi Banten merasa puas dengan prosentase sebesar 29,9% responden,
meskipun respon jamaah cukup puas lebih tinggi dari pada puasterhadap
kinerja ketua kelompok terbang 32 provinsi Banten. Hasil tersebut tergambar
merata pada rangkaian indikator-indikator kinerja ketua kloter mulai dari
penguasaan materi manasik haji, pelayanan informasi dan administrasi,
pelaksanaan program haji, kemampuan kerja, kecepatan/ketepatan kerja,
inisiatif kerja, pengetahuan dan integritas pelaksanaan bimbingan, dan
67
68
komunikasi kerja petugas kepada jamaah hajinya. Secara lebih rinci
dilakukan pengkategorian tingkat kepuasan pada masing-masing bagian:
a. Manasik Haji. Dimana 46% merasakan cukup puas terhadap
penguasaan materi manasik haji. Dalam cakupannya, manasik haji
masuk ke dalam aspek kognisi dan aspek konasi. Hal ini tergambar
ketika seseorang, baik petugas haji dan jamaahnya menyadari bahwa
setiap perilaku yang dilakukannya berawal dari proses pengetahuan
yang memberi arah terhadap perilaku masing-masing. Selain
mengedepankan ilmu manasik yang komprehensif juga praktek
manasik agar lebih jelas. Hal ini pun yang menghasilkan penilaian
responden terhadap sejauh mana penguasaan ilmu manasik yang
diajarkan kepada mereka sesuai dengan syariat agama Islam.
b. Pelayanan Informasi. Dimana 41,7% merasa cukup puas terhadap
pelayanan informasi.Dalam salah satu komponen respon, ini
termasuk dalam kategori afeksi atau sikap seseorang yang kemudian
menimbulkan sikap yang cenderung bertindak. Hal tersebut
tergambar ketika ketua kloter selalu memberikan pelayanan
informasi secara menyeluruh, bertujuan agar memudahkan jamaah
haji dalam mengakses atau mencari informasi dan jadwal selama di
tanah suci. Jamaah pun sangat responsif ketika ketua kloter
menempelkan informasi di dinding hotel agar mudah dibaca dan
lebih dipahami. Bukan itu saja, jamaah dapat menanyakan langsung
ke ketua rombongan dan ketua regu masing-masing kelompok.
69
c. Program Kerja. 42% merasa puas terhadap pelaksanaan program
haji. Program-program haji selama kurang lebih sebulan berjalan
dengan lancar, termasuk fasilitas-fasilitas transportasi dari
pemerintah yang cukup menampung para jamaah haji Indonesia
menunjukkan aspek psikomotorik atau konatif dan atau suatu
tindakan yang mencerminkan kesungguhan pemerintah khususnya
kementerian agama untuk selalu memperbaiki dan mengevaluasi
permasalahan perhajian Indonesia terutama dari segi pelayanan
terhadap setiap jamaah haji Indonesia.
d. Kemampuan Kerja. 39% merasa cukup puas terhadap kemampuan
kerja. Kemampuan ini dilihat ketika ketua kloter dapat menangani
salah satu jamaah hajinya yang harus di tanazulkan. Kemudian
melihat dan membaca permasalahan yang terjadi dengan seluruh
alternative solusi yang sudah direncanakan dan dilakukannya.
Bahkan kemampuan seorang ketua untuk selalu berkomunikasi
menggunakan bahasa arab dan inggris. Ini merupakan aspek afektif
dan kognitif yang ditunjukkan ketua kloter agar apa yang sudah di
rencanakan berjalan sesuai dengan harapan.
e. Kecepatan dan ketepatan kerja. Terlihat 30,8% merasa tidak puas
terhadap kecepatan/ketepatan kerja. Sedangkan 30,4% responden
merasa cukup puas. Hal ini terjadi dikarenakan kejadian saat proses
ARMUNA berlangsung khususnya di Mudzdalifah. Setiap
permasalahan yang ada di kelompok terbangnya langsung dikerjakan
70
dengan segera mungkin. Sebagai contoh ketika penulis kehilangan
DAPIH, yaitu Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji saat
tiba di bandara KAA-Jeddah, ketua kloter langsung mengumumkan
kepada seluruh jamaah agar mengecek kembali DAPIH masing-
masing dan mengembalikan jika terdapat ketidaksesuaian data. Salah
satu insiden tersebut menggambarkan aspek konatif (tindakan) yang
cepat seorang petugas dalam setiap permasalahan yang ada.
f. Inisiatif Kerja. Dimana 37,5% merasa puas terhadap inisiatif kerja.
Data tersebut menunjukan, bahwa respon jamaah haji kloter 32
sangat responsif dan baik. Melihat kinerja ketua kelompoknya yang
terampil, menandakan kecerdasan yang dimilikinya. Sebagai seorang
pemimpin harus cepat dan tanggap dalam keadaan apapun, begitupun
inisiatif dan alternatif strategi pun harus dipersiapkan untuk
mencegah timbulnya kemungkinan-kemungkinan yang tidak
diinginkan. Hal serupa yang dilakukan ketua kloter adalah
menempelkan setiap pengumuman penting di dinding hotel
jamaahnya agar mereka mengingat jadwal dan program-program apa
saja yang akan dilakukan selama di tanah suci.
g. Pengetahuan.Dimana 44,8% merasa cukup puas terhadap
pengetahuan dan integritas pelaksanaan bimbingan. Ketua kloter 32
terlihat sangat peduli dengan kondisi para jamaahnya, terbukti
dengan salah satu progamnya yaitu mengunjungi kamar–kamar
jamaah haji kelompok terbangnya sambil mendengarkan keluhan dan
71
masukan positif dari jamaahnya agar selalu tercipta keharmonisan
sesama jamaah haji.
h. Komunikasi. Dimana 35,5% merasa puas terhadap komunikasi kerja
ketua kloter 32. Dalam komunikasi kerja seorang ketua mencakup 3
aspek komponen dari respon itu sendiri, baik itu bagaimana cara
mengetahui keadaan sekitar, kemudian menentukan sikap apa yang
pantas dan sesuai dengan kondisi tersebut dan bertindak tegas
dengan maksud menertiban suasana dan menjaga kemakburan haji
jamaah haji kelompok terbangnya sampai nantinya tiba di tanah air
Indonesia.
Secara keseluruhan, pelayanan dari petugas Kloter 32 JKG terhadap
seluruh jamaah sudah sesuai dengan SOP masing-masing. Petugas Maktab 40
Mekkah sangat kooperatif kepada Ketua Kloter/TPHI 32 JKG, termasuk hal-hal
yang sangat dibutuhkan oleh Kloter 32 JKG. Menurut penilaian sebagian besar
jamaah haji (48%) Kloter 32 yang melaporkan kepada TPHI pada saat didalam
pesawat menuju Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, bahwasannya petugas
Kloter 32 JKG telah melaksanakan tugas pelayanan dan bimbingan dengan baik,
terutama ketua kloter yang intens terhadap segala hal yang berkaitan dengan
kebutuhan jamaah haji. Dikutip dari: Catatan Sukses Penyelenggaran Haji Tahun
2013, bahwa Kementerian Agama khususnya Penyelenggara Ibadah Haji telah
sukses melakukan seleksi atau rekrutmen petugas haji dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kompetensi dan pengalaman masing-masing.
72
B. Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan diatas, maka penulis dapat sampaikan
sedikit masukan atau saran kepada petugas haji Indonesia yang kiranya dapat
memberikan manfaat bagi petugas haji Indonesia, khususnya TPHI Kloter 32
JKG, yaitu:
1. Hendaknya petugas haji (TPHI) lebih komunikatif kepada seluruh jamaah
hajinya agar mereka mengenal baik ketua kelompok terbangnya dan
mengajarkan beberapa bahasa asing (bahasa Arab dan bahasa Inggris)
yang sering digunakan dalam keseharian baik untuk membeli makanan
maupun untuk menanyakan arah jalan. Dimaksudkan agar para jamaah haji
bisa lebih mandiri meskipun tanpa pengawasan langsung dari petugas.
2. Alangkah baiknya jika seorang ketua Kloter lebih siap dan sigap dalam
segala hal permasalahan yang terjadi selama proses perhajian supaya dapat
meminimalisir keadaan jamaah yang terkadang emosional.
Dengan adanya hasil penelitian ini, harapan penulis kedepannya
Kementerian Agama agar terus memperoleh petugas haji yang profesional
dan dedikatif, Kementerian Agama dapat melakukan rekrutmen yang
selektif yang diseimbangkan dengan kinerja dari para petugas haji. Karena
dengan pemilihan petugas haji yang profesional akan menciptakan
kesatuan manajerial yang baik pula untuk perhajian Indonesia dari tahun
ke tahun.
73
DAFTAR PUSTAKA
Suparta, Mundzir.Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia: Penyelenggaraan
Haji dalam Perspektif Pengawasan. Jakarta: Dirjen Penyelenggaraan
Haji dan Umrah Kemeneag RI, 2012.
Nidjam, A dan Alatief, Hasan. Manajemen Haji. Jakarta: Zirul Hakim, 2004.
Undang-undang RI No. 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
2009. Jakarta: Kementerian Agama R.I.
Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Nomor
: D/ 78 Tahun 2013 Tentang Rekrutmen Petugas Haji Indonesia.
Kementerian Agama Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah.Strategi
Pencitraan Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1433H/2012M. Jakarta:
2012.
Mamang Sangadji., Dr. Etta. M.SidanSopiah., Dr. MM., S.Pd.Metodologi
Penelitian: Pendekatan Praktis Dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi
Offset, 2010.
Walito, Bimo. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Effendy, onong Uchjana. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.Cet. 3. Bandung:
PT. Citra Aditya, 2003.
Kementerian Agama RI. Haji Dari Masa Ke Masa.Jakarta:Ditjen PHU, 2012.
Uno, Prof. Dr. Hamzah B dan Lamatenggo, Dr. Nina. Teori Kinerja Dan
Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008.
Sugiyono, Prof. Dr., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Cet.
Ke-14. Bandung: Alfabeta, 2011.
Riduwan, Dr., dan H. Sunarto, Dr., Pengantar Statistika. Cet. 6. Bandung:
Alfabeta, 2013.
Abimanyu, Anggito. Buku Pintar Penyelenggaraan Ibadah Haji.Jakarta:Dirjen
PHU, 2012.
74
Kementerian Agama RI. ModulIII :Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai
Jamaah Haji. 2013
Tutun Hs, MA, Drs. H. Laporan Pelaksanaan Tugas TPHI. Tangerang: 2013.
http://sirusa.bps.go.id.
http://www.petugashaji.com.
http://www.informasihaji.com.
Slide Pelatihan Petugas Haji 2013.
Hasil Wawancara
Nama : Drs. H. Tutun HS, MA
Jenis kelamin informan : Laki-Laki
Jabatan : Pelaksana Bimas Selaku Ketua Kloter 32 (TPHI)
Hari, Tanggal Wawancara : Senin, 17 Maret 2014
Waktu Wawancara : 08:56 – s/d.
Tempat Wawancara : Kantor Kementerian Agama Kota Tangerang
Pertanyaan dan Jawaban
1. Apa faktor pendorong anda menjadi seorang petugas haji, khususnya TPHI?
Jawab: Faktor pendorong saya menjadi seorang petugas haji yang pertama
adalah keinginan untuk melaksanakan ibadah haji. Kedua melalui pemerintah
diadakan tes seleksi calon petugas haji dengan persyaratan:
1) Harus orang yang sudah berpengalaman (pernah menunaikan ibadah
haji).
2) Sudah sarjana S1.
3) Tes pengetahuan agama, B. Arab dan B. Inggris.
4) Mengerti manasik haji, prosedur, dan pelayanan haji.
5) Tes dalam bentuk tulisan dan lisan.
2. Bagaimana pelatihan pembekalan yang diberikan oleh pemerintah
(Kementerian Agama) kepada para petugas haji?
Jawab: Setelah dinyatakan lulus, para petugas mengikuti Diklat + 10 hari
mengenai: manasik, problem solving, decision making, perhajian, dan
psikologi masyarakat. Selama proses Diklat pun dibentuk beberapa kelas atau
kelompok, nah disinilah masing-masing kelompok memecahkan kasus-kasus
dalam perhajian. Misalnya: Bagaimana jika ada jamaah yang tersesat atau
hilang di Arafah, jamaah yang sakit, ribut tenda, hilang uang, hilang DAPIH,
dll.
3. Adakah rapat koordinasi antar petugas kloter? Apa saja yang dibahas?
Jawab: Ada, sesama petugas kloter melaksanakan tugasnya sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP). Tetapi TPHI membantu tugas kloter
lainnya, misalnya: ada pasien yang dirujuk ke rumah sakit dan selalu
mengontrol jamaah haji setiap pagi. Terutama petugas kloter kepada jamaah
haji, yaitu melayani 24 jam jamaah yang sakit dan yang ada masalah.
4. Adakah strategi khusus dalam memandu jamaah? Jelaskan!
Jawab: Ya, strategi untuk mendekati jamaah, yaitu dengan melakukan
pendekatan secara emosional dan persuatif. Jamaah kita dekati, kita ajak
bicara atau ngobrol, menanyakan masalah yang ada, terutama kita datangi dan
sapa mereka “apa kabar bu/pak?, bagaimana sehat?”. Waah, jamaah sudah
senang tuh karena mereka merasa diperhatikan.
Strategi lainnya yaitu ada jadwal untuk mengontrol jamaah, kalau Dokter
setiap hari (visitasi). Selain mengontrol, kasih pengarahan, jika ada
pemberitahuan hal-hal yang baru segera disampaikan atau ditempel. Dan
setiap hasil rapat dari maktab, disampaikan kepada jamaah melalui ketua-
ketua rombongan dan ketua rombongan biasanya dibantu oleh ketua regu.
5. Siapakah yang paling berperan penting dalam membantu tugas anda selama
proses haji berlangsung?
Jawab: Yang paling berperan membantu saya dalam memandu jamaah
adalah ketua rombongan dan ketua regu.
6. Bagaimana pola bimbingan yang anda persiapkan kepada jamaah haji kloter
32?
Jawab: Pola bimbingan yang diberikan kepada jamaah; sebenarnya, mereka
(jamaah) sudah terstruktur dari KBIH. Dan biasanya mereka juga minta
informasi untuk keberangkatan. Selain itu, meminta untuk pemantapan dan
itu disampaikan oleh TPIHI.
7. Bentuk pelayanan apa yang menjadi prioritas bagi ketua kloter kepada jamaah
hajinya?
Jawab: Segala bentuk pelayanan menjadi prioritas bagi seorang petugas.
Adapun bentuk pelayanan yang menjadi prioritas saya adalah bagaimana
mengkoordinir jamaah agar mereka dapat melaksanakan seluruh rangkaian
ibadah sesuai dengan syariat agama dan merasa nyaman. Seperti; bagaimana
dia nyaman dalam beribadah, tempat tidurnya dicukupkan dan terutama yang
sangat krusial adalah ketika pemberangkatan ke ARMUNA. Pokoknya
apapun yang ada diberikan kepada jamaah.
8. Mengapa bisa terjadi sedikit kesalahpahaman antara petugas haji kloter 32
dengan jamaah hajinya ketika di Muzdalifah?
Jawab: Ketika tragedi Muzdalifah, ini bisa dibilang yang paling krusial
sekali. Sebenarnya itu semua sudah kewenangan maktab dan sudah
dirapatkan sebelumnya, bahwa yang awal duluan. Karena ketua kloter yang
lain tidak mau aktif menenangkan jamaahnya, akhirnya mereka (jamaah)
saling ribut untuk menaiki bus- bus yang telah disiapkan sesuai dengan
maktabnya masing-masing.
Hal ini juga dikarenakan bus yang tadinya dikasih 10 bus oleh pemerintah
dikurangi menjadi 7 bus yang beroperasi saat proses ARMUNA dan kita
memakai sistem Taraddudi. Ini pun sudah dikonfirmasi kepada seluruh ketua
rombongan dan telah disepakati oleh ketua-ketua kloter. Akan tetapi, mereka
(para ketua kloter) tidak sesuai dengan komitmen. Oleh karena itu, untuk
kloter 32, saya tongkrongin terus...!
9. Apakah ada faktor penghambat kinerja anda?
Jawab: Kalau selama proses haji tidak ada, bahkan kalau misalnya ada
hambatan itu sudah alamiah. Hakikatnya kerja kita itu yaitu melayani mereka.
Hambatan yang paling terlihat adalah ada jamaah yang sakit dan sudah tua
serta memakai kursi roda.
10. Adakah target yang belum terlaksana?
Jawab: Alhamdulillah, target semua dapat terlaksana dengan baik. Terutama
bagi wanita yang belum thawaf ifadhoh, jika ada kita tanazzulkan ke kloter
yang lain atau langsung ketemu di Bandara Madinah.
11. Berkaitan dengan kinerja anda, apa saja rutinitas yang dilakukan?
Jawab: Rutinitas saya yaitu laporan setiap hari ke Sektor tentang keberadaan
jamaah. Kemudian rapat dengan seluruh petugas, ketika datang ke Mekkah
persiapan apa saja yang perlu disiapkan dan tentang persiapan ke ARMUNA.
Karena kita menyatu, jika ada sesuatu apapun yang terjadi selalu klita
rapatkan, termasuk kepada ketua rombongan.
Narasumber,
Drs. H. Tutun HS, MA
KUESIONER
“RESPON JAMAAH HAJI TERHADAP KINERJA KETUA KELOMPOK TERBANG 32
PROVINSI BANTEN TAHUN 2013”
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Jamaah Haji Kloter 32
Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb,
Sehubungan dengan diadakannya penelitian skripsi, maka saya selaku mahasiswi
di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Manajemen Haji Dan Umroh
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, mengharapkan kesediaan kepada
Bapak/Ibu jamaah haji dapat meluangkan waktunya untuk mengisi angket ini.
Mengenai pernyataan yang saudara/i berikan akan dijamin kerahasiaannya dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas waktu dan kesempatan yang
diberikan Bapak/Ibu jamaah haji untuk mengisi angket ini, saya ucapkan terima kasih.
Mohon maaf apabila ada hal-hal yang kurang berkenan, semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Petunjuk Pengisian Angket
1. Tulislah identitas anda pada tempat yang tersedia.
2. Bacalah pernyataan – pernyataan dalam angket di bawah ini secara teliti dan
cermat.
3. Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya,
dengan cara memberi tanda cek list ( ) pada kolom pilihan yang tersedia.
4. Jawablah sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga kesimpulan yang diambil
dari data ini bisa benar.
5. Periksa kembali daftar pernyataan, jangan sampai ada yang terlewatkan.
Keterangan :
SP : Sangat Puas
CP : Cukup Puas
P : Puas
TP : Tidak Puas
STP : Sangat Tidak Puas
NO PERNYATAAN JAWABAN
SSS SS S TS STS
KUALITAS KERJA
1 Ketua kloter memiliki integritas yang tinggi dalam melayani permasalahan perhajian di kloter 32.
2 Ketua kloter 32 masih minim dalam pendekatan secara emosional terhadap jamaahnya, sehingga masih ada
jamaahnya yang kurang mendapatkan perhatian.
3 Ketua kloter 32 kurang jelas dalam menyampaikan informasi ketika berada di tanah suci,
sehingga terjadinya kesalahpahaman antar jamaah haji kloter 32.
4 Ketua kloter 32 jarang terjun langsung dalam penanganan permasalahan yang ada pada para jamaahnya.
5 Ketua kloter 32 jarang menegur jamaah haji yang kurang berdisiplin selama proses perhajian.
6 Ketua kloter berpengalaman dalam manasik haji.
7 Ketua kloter 32 kurang berpengalaman dalam mengatur jamaahnya.
8 Anda dapat menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji dengan tenang.
KECEPATAN /KETEPATAN KERJA
9 Ketua kloter 32 memberikan informasi dengan tepat dan benar.
10 Ketua kloter 32 tanggap dalam setiap permasalahan.
11 Setiap ada informasi yang up to date dari Pemerintah Indonesia maupun Arab Saudi ketua kloter 32
langsung menyampaikannya kepada para jamaahnya melalui ketua rombongan.
12 Ketua kloter tanggap dalam setiap keadaan jamaah haji kelompoknya
13 Ketua kloter 32 adil terhadap seluruh jamaah hajinya.
14 Ketua kloter 32 bijak dalam mengambil keputusan.
15 Anda merasa nyaman selama proses haji berlangsung.
INISIATIF DALAM KERJA
16 Jamaah haji kloter 32 Provinsi Banten kurang antusias kepada kinerja pelayanan ketua kloternya.
17 Ketua kloter 32 lebih memperhatikan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan para jamaahnya.
18 Ketua kloter mengontrol jamaah hajinya ke kamar-kamar.
19 Ketua kloter memberikan taushiyah kepada jamaah hajinya
20 Ketua kloter 32 memberikan solusi disetiap permasalahan.
KEMAMPUAN KERJA
21 Ketua kloter 32 masih belum kompeten dalam melayani masalah jamaah hajinya.
22 Jamaah kloter 32 sulit untuk menyamakan persepsi informasi yang didapat karena masih kurang
validnya informasi yang diberikan ketua kloter satu dengan ketua kloter lainnya.
23 Terkadang ada informasi yang diberikan ketua kloter 32 yang masih membingungkan para jamaahnya.
24 Ketua kloter memandu anda dengan baik.
25 Ketua kloter menyelesaikan masalah dengan baik.
KOMUNIKASI
26 Anda mengenal baik ketua kloter 32.
27 Ketua kloter memberikan informasi dengan jelas.
28 Ketua kloter 32 ramah dan sopan terhadap jamaahnya.
29 Ketua kloter 32 masih pilih kasih dalam melayani jamaahnya.
30 Kurang adanya koordinasi antara ketua kloter 32 dengan petugas lainnya.
31 Ketua kloter 32 melakukan komunikasi dengan baik kepada para jamaahnya
32 Ketua kloter sering menyapa jamaah hajinya.
33
Ketua kloter 32 kurang peduli terhadap jamaahnya yang memiliki masalah selama berlangsungnya masa
haji.
NO PERNYATAAN JAWABAN
SP P CP TP STP
PENGUASAAN MATERI MANASIK HAJI
1 Ketua kloter berpengalaman dalam perhajian
2 Ketua kloter menguasai materi manasik haji
3 Ketua kloter memberikan praktek manasik haji kepada jamaah
PELAYANAN INFORMASI DAN ADMINISTRASI
4 Petugas kloter memberikan pelayanan informasi yang up to date
5 Ketua kloter memberikan informasi dengan tepat dan jelas
6 Masih terdapat informasi yang membingungkan jamaah
7 Ketua kloter selalu mempertegas informasi dengan menempelkan kertas informasi di dinding hotel
8 Informasi mudah di dapat melalui ketua kloter dan ketua rombongan
9 Ketua kloter dan petugas lainnya tertib administrasi
PELAKSANAAN PROGRAM HAJI
10 Ketua kloter menyiapkan anggotanya untuk memandu dan melayani jamaahnya 24 jam
11 Menyediakan pos-pos untuk jamaah haji
12 Ketua kloter mengadakan rapat dan koordinasi antar petugas
13 Ketua kloter selalu mengadakan evaluasi di setiap ada kesempatan
14
Ketua kloter membagi tugas kepada anggotanya untuk mengontrol jamaah hajinya ke setiap kamar
dengan rutin
satu kali seminggu.
KEMAMPUAN KERJA
15 Ketua kloter selalu memberikan solusi di setiap permasalahan perhajian kloternya
16 Ketua kloter mampu bersosialisasi kepada seluruh jamaahnya
17 Ketua kloter terampil dalam memandu jamaah hajinya
18 Ketua kloter dapat mengurusi jamaah haji yang tanazul
19 Ketua kloter menyelesaikan masalah perhajian dengan baik
20 Ketua kloter mampu dalam membimbing ketua rombongan dan jamaahnya
KETEPATAN DAN KECEPATAN KERJA
21 Ketua kloter tanggap dalam setiap permasalahan
22 Ketua kloter tepat dalam memberikan solusi kepada kelompok hajinya
23 Ketua kloter cepat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
24 Ketua kloter bisa mengatur jadwal dengan tepat dan baik
25 Ketua kloter bijaksana dalam mengambil keputusan
INISIATIF KERJA
26 Ketua kloter memberikan tausiyah kepada jamaah hajinya
27 Ketua kloter mengontrol jamaah hajinya sambil mendengarkan kebutuhan jamaahnya
28 Ketua kloter lebih memperhatikan kepentingan jamaah daripada pribadi
29 Ketua kloter selalu memiliki strategi strategi di setiap keadaan perhajian
PENGETAHUAN DAN INTEGRITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN
30 Ketua kloter cerdas dan mempunyai rasa tanggungjawab dalam membimbing jamaah
31 Ketua kloter mengutamakan fasilitas demi kenyamanan ibadah jamaah hajinya
32 Ketua kloter mengadakan bimbingan manasik haji bergilir untuk setiap rombongan di hotel
33 Solidaritas dan ketekunan ketua kloter menjadi kunci bagi jamaah
34 Anda merasa nyaman selama proses haji berlangsung
KOMUNIKASI KERJA
35 Ketua kloter ramah dan sopan terhadap jamaahnya.
36 Ketua kloter melakukan komunikasi dengan baik kepada para jamaahnya
37 Ketua kloter sering menyapa jamaah hajinya.
38
Ketua kloter kurang peduli terhadap jamaahnya yang memiliki masalah selama berlangsungnya
masa haji.