RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA...

103
i RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESIS RITA AMBARWATI 21160921000003 PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Transcript of RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA...

Page 1: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

i

RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA

TESIS

RITA AMBARWATI

21160921000003

PROGRAM MAGISTER AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA

RITA AMBARWATI

21160921000003

TesisSebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Pertanian pada Program Magister AgribisnisFakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PROGRAM MAGISTER AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 3: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

iii

PENGESAHAN UJIAN

Tesis yang berjudul “Respon Ekspor Karet Alam Indonesia”, yang ditulis oleh

Rita Ambarwati NIM 21160921000003, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam

Sidang Munaqasyah, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jumat tanggal 5 Juli 2019. Tesis ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pertanian

pada Program Magister Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I

Dr. Ir. Iskandar Andi Nuhung, MS

Penguji II

Dr. Ir. Nunuk Adiarni, MMNUP. 9903004012

Pembimbing I

Dr. Ir. Edmon Daris, MSNIP.19580429 198803 1 001

Pembimbing II

Prof. Dr. Ujang Maman, MSiNIP.19620716 200003 1 001

Mengetahui,

DekanFakultas Sains dan Teknologi

Prof. Dr. Lily Surayya E.P,M.Env.StudNIP.19690404 200501 2 005

KetuaProgram Magister Agribisnis

Dr. Iwan Aminudin, S.Hut, MSiNIP.19700209 201411 1 001

Page 4: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

iv

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA TESIS INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

TESIS ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Juli 2019

Rita Ambarwati

NIM 21160921000003

Page 5: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

v

DAFTAR RIWAYAT HDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 08 Januari 1985. Penulis

merupakan anak ketiga dari tiga orang bersaudara dari pasangan Bpk Djemin

Sumpeno dan Ibu Sriyati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Anyelir I Depok tahun

1997 dan melanjutkan ke pendidikan menegah pertama negeri di SMPN 2 Depok,

lulus pada tahun 2000. Kemudian pada tahun 2003, lulus dari sekolah menengah

atas negeri di SMAN 3 Depok dan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

penulis diterima di Institut Pertanian Bogor Fakultas Pertanian Program Studi

Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Penulis tercatat sebagai pegawai

negeri sipil Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian sejak tahun

2009.

Pada tahun 2016, penulis melanjutkan pendidikan Sarjana Strata Dua (S2),

Program Magister Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Negeri

Syarif Hidyatullah Jakarta.

Page 6: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

vi

RINGKASAN

Rita Ambarwati. Respon Ekspor Karet Alam Indonesia (Di bawah bimbinganEdmon Daris sebagai Pembimbing I, Ujang Maman sebagai Pembimbing II).

Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar didunia. Selama kurun periode 2011-2017 ekspor Indonesia mengalami fluktuasi,tidak sejalan dengan konsumsi karet alam dunia yang terus mengalamipeningkatan. Karet alam Indonesia sangat besar sekali ketergantungannyaterhadap fluktuasi kondisi pasar karet alam internasional seperti daya beli dankebutuhan dunia, harga ekspor serta kebijakan pemerintah Penelitian ini bertujuanuntuk 1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alamnasional; dan 2) menganalisis respon ekspor karet alam akibat perubahan faktor-faktor tersebut.

Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 2008-2017. Datadianalisis menggunakan regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecilatau Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis faktor yang mempengaruhiekspor karet alam. Variabel bebas yang diduga mempengaruhi ekspor karet alamIndonesia yaitu harga riil karet alam di pasar internasional, harga riil karet sintetis,nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika, produksi karet alam nasional,adanya penetapan kebijakan kuota ekspor dan jumlah ekspor karet alamsebelumnya. Analisis elastisitas jangka pendek dan jangka panjang digunakanuntuk mengetahui respon ekspor karet alam iindonesia akibat perubahan faktoryang mempengaruhi jumlah ekspor.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas secarasimultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor karet alam Indonesia pada tarafkepercayaan 95%. Pada taraf kepercayaan 95%, perilaku ekspor karet alamIndonesia nyata dipengaruhi oleh variabel produksi karet alam nasional dan nyatadipengaruhi oleh adanya penetapan kebijakan kuota ekspor karet alam pada tarafkepercayaan 50%. Sedangkan variabel kebijakan penetapan pembatasan jumlahekspor memberikan pengaruh paling besar terhadap kenaikan dan penurunanjumlah ekspor karet alam Indonesia dibandingkan faktor lainnya.

Hasil analisis elastisitas menunjukkan ekspor karet alam Indonesia lebihresponsif terhadap perubahan jumlah produksi dibandingkan perubahan faktorlainnya. Hal ini berarti setiap perubahan produksi karet alam akan direspon untukmenaikan atau menurunkan jumlah karet alam Indonesia yang akan diekspor.Oleh karena itu guna meningkatkan ekspor karet alam, disaran untukmeningkatkan produksi karet alam Indonesia. Sehingga diperlukan upaya tepatyang dapat dilakukan dalam peningkatan produksi karet alam nasional.

Kata Kunci: karet alam, ekspor, respon, regresi, elastisitas.

Page 7: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat Nya

sehingga penyusunan tesis dengan judul Respon Ekspor Karet Alam Indonesia

dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Pembimbing I dan Prof. Dr. Ujang

Maman, MSi selaku Pembimbing II, dengan kesibukannya berkenan meluangkan

waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi

penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

Dr. Ir. Iskandar Andi Nuhung, MS dan Dr. Ir. Nunuk Adiarni, MS selaku dosen

penguji yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun

penelitian ini. Terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada semua

dosen yang telah mengajar penulis, dan teman-teman kuliah yang telah

mendukung penulis selama mengikuti perkuliahan di Magister Agribisnis,

Fakultas Teknologi dan Sains.

Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada suami, putri-putri dan keluarga tercinta serta Direktorat

Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk mengikuti kuliah Magister Agribisnis, Fakultas Teknologi

dan Sains. Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak lain yang telah membantu namun

namanya tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Juli 2019

Rita Ambarwati

Page 8: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 12

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 13

1.5. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................... 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsumen dan Produsen Karet Alam....................................................... 15

2.2. Karet Alam Indonesia ............................................................................... 18

2.3. Perdagangan Internasional ........................................................................ 24

2.3.1. Ekspor ............................................................................................. 26

2.3.2. Teori Pembentukan Harga .............................................................. 29

2.3.3. Teori Nilai Tukar ............................................................................ 30

2.4. Kebijakan Perdagangan Internasional....................................................... 34

2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 36

2.6. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 39

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian .................................................................................... 45

3.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 45

3.3. Metode Analisis ........................................................................................ 45

3.4. Pengujian Statistik .................................................................................... 47

3.5. Pengujian Asumsi Klasik .......................................................................... 48

3.7. Elastisitas .................................................................................................. 49

Page 9: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

ix

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Indonesia......... 51

4.2. Elastisitas .................................................................................................. 54

4.3. Pembahasan............................................................................................... 56

4.3.1. Harga Riil Karet Alam di Pasar Internasional ................................ 56

4.3.2. Harga Riil Karet Sintetis di Pasar Internasional ............................. 58

4.3.3. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika.................................. 60

4.3.4. Produksi Karet Alam....................................................................... 63

4.3.5. Penetapan Kebijakan Kuota Ekspor................................................ 71

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 73

5.2. Saran.......................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75

LAMPIRAN .................................................................................................... 81

Page 10: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

x

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Produksi Karet Alam Beberapa Negara .................................................... 2

1.2. Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia.................................................. 3

1.3. Perkembangan Konsumsi Karet Alam Dunia dan

Ekspor Karet Alam Indonesia Tahun 2011-2017 ..................................... 5

2.1. Permintaan Karet Alam Berdasarkan Negara Konsumen......................... 16

2.2. Negara Konsumen Utama Karet Alam Dunia........................................... 17

2.3. Produski Karet Alam Beberapa Negara .................................................... 18

2.4. Luas dan Pertumbuhan Areal Tanaman Karet di Indonesia

Berdasarkan Status Pengusahaan .............................................................. 19

2.5. Produksi dan Pertumbuhan Tanaman Karet di Indonesia

Berdasarkan Status Pengusahaan .............................................................. 20

2.6. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 44

4.1. Hasil Pendugaan Parameter Ekspor Karet Alam Indonesia...................... 52

4.2. Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang......................................... 54

Page 11: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1. Jumlah Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Negara Tujuan............... 4

1.2. Ramalan Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia............................... 6

1.3. Harga Rata-Rata Ekspor Karet Alam di Pasar Internasional .................... 8

1.4. Perbandingan Harga Karet Alam di Pasar Internasional dan

Harga Karet Alam di Tingkat Petani Indonesia ........................................ 9

1.5. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dan Total Ekspor

Karet Alam Indonesia ............................................................................... 11

2.1. Kurva Perdagangan Internasional ............................................................. 27

2.2. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 44

4.1. Produksi, Jumlah Ekspor dan Konsumsi Domestik Karet Alam

Indonesia ................................................................................................... 65

Page 12: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Nominal Variabel Bebas...................................................................... 81

2. Hasil Pengolahan Data ................................................................................. 82

3. Luas Areal dan Produksi Karet Kering Perkebunan Indonesia

Menurut Provinsi dan Status Pengusahaannya............................................ 86

4. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha ............................................................................ 87

Page 13: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris dimana sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam

kegiatan perekonomian nasional. Sektor pertanian merupakan sektor yang cukup

dapat diandalkan dalam pemulihan ekonomi nasional ketika terjadi krisis

ekonomi. Salah satu subsektor pertanian yang menjadi andalan adalah

subsektor perkebunan.

Karet alam merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai

kontribusi cukup besar terhadap pendapatan devisa negara dari ekspor.

Penerimaan devisa dari ekspor karet alam tahun 2017 sebesar US$ 5,1 miliar atau

sekitar 68,8 triliun rupiah dari volume 2,9 juta ton. Selain itu pengembangan

perkebunan karet juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja sebanyak 2,4 juta

KK dengan rata-rata kepemilikan 1,25 ha (Badan Pusat Statistik, 2018). Peranan

karet selain sebagai sumber devisa negara diantaranya adalah sebagai sumber

lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja, pemasok bahan baku industri karet serta

berperan penting mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-

wilayah pengembangan karet.

Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir karet alam terbesar di

dunia. Indonesia mempunyai potensi sumberdaya yang sangat memadai guna

meningkatkan produksi, baik melalui pengembangan areal baru maupun

peningkatan produktivitas dengan meremajakan areal tanaman karet tua melalui

Page 14: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

2

penggunaan klon-klon unggul terbaru. Berdasarkan status pengusahaannya,

sebagian besar produsen karet nasional merupakan perkebunan karet rakyat.

Hal ini menandakan bahwa rakyat atau petani sangat bergantung pada kestabilan

dari keragaan karet alam.

Karet alam diproduksi terutama oleh negara-negara di Asia Tenggara.

Dalam periode sepuluh tahun terakhir, data dari Asean Rubber Bussines Council

(2018) menunjukan bahwa Indonesia dilihat dari sisi produksi merupakan

penghasil karet alam terbesar kedua setelah Thailand. Pada periode tahun 2017

karet alam Indonesia memberikan kontribusi sebesar 27,38% dari total produksi

karet alam dunia (13.282 juta ton) dengan produksi karet sekitar 3,63 juta ton atau

menyumbang sekitar sepertiga persen untuk pemenuhan konsumsi karet alam

dunia (Tabel 1.1). Terganggunya produksi karet alam nasional tentunya dapat

mengakibatkan ketidakseimbangan pasokan karet alam dunia.

Tabel 1.1. Produksi Karet Alam Beberapa Negara

2011 2012 2013 2014 2015 2016 20171 Thailand 3.569 3.778 4.170 4.324 4.473 4.347 4.4292 Indonesia 2.990 3.012 3.237 3.153 3.145 3.358 3.6293 Vietnam 789 877 947 967 1.013 1.032 1.1494 Malaysia 996 923 826 669 722 674 7315 China 727 802 865 840 794 774 7986 India 893 919 796 705 575 624 7197 Srilanka 158 152 130 99 89 79 848 Philipina 106 111 111 113 100 91 989 Kamboja 81 83 85 97 127 145 19310 Brazil 166 171 187 193 199 206 21211 Lainnya 715 749 984 991 1.036 1.100 1.230

Total 11.259 11.658 12.150 12.150 12.272 12.429 13.282

No NegaraJumlah Produksi per Tahun (Ribu Ton)

Sumber: Asean Rubber Bussines Council (2018)

Page 15: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

3

Data dari Badan Pusat Statistik (2018) menunjukkan total volume ekspor

karet alam Indonesia sembilan tahun terakhir cenderung berfluktuasi, rata-rata

pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia meningkat 2,3% tiap tahunnya lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan impor karet alam yang mencapai 5,8% tiap

tahunnya. Pada tahun 2009 total volume ekspor mencapai 1,9 juta ton dengan total

nilai sebesar US$ 3,2 miliar, meningkat menjadi 2,9 juta ton pada tahun 2017

dengan total nilai sebesar US$ 5,1 miliar (Tabel 1.2).

Tabel 1.2. Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia, Tahun 2008-2017.

Volume (Ton)Nilai

(000 US$)Volume (Ton)

Nilai(000 US$)

2008 2.295.456 6.056.574 12.587 24.1322009 1.991.263 3.241.364 12.761 18.9682010 2.350.640 7.322.550 17.151 37.8582011 2.555.739 11.762.317 16.627 62.3952012 2.444.438 7.861.378 27.124 70.4882013 2.701.995 6.906.952 24.528 52.0462014 2.623.425 4.741.489 28.753 48.3662015 2.630.313 3.699.055 32.747 41.1592016 2.578.791 3.370.341 29.114 32.6472017 2.992.529 5.102.200 29.773 41.527

Rata-RataPertumbuhanper tahun

2,30% 5,80%

Ekspor Karet Alam Impor Karet AlamTahun

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2018), negara-negara importir

utama karet alam Indonesia tersebar di lima benua yaitu benua Asia, Afrika,

Australia, Amerika, dan Eropa dengan pangsa utama di Asia. Volume ekspor ke

Unites States mencapai 589,37 ribu ton atau 19,69% dari total berat ekspor karet

alam Indonesia dengan nilai US$ 1004,44 juta. Peringkat kedua adalah Jepang,

dengan berat ekspor sebesar 463,69 ribu ton atau 15,49% dari total berat karet

alam Indonesia dengan nilai US$ 789,28 juta. Peringkat ketiga adalah China,

Page 16: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

4

dengan berat ekspor sebesar 445,54 ribu ton atau 14,89% dari total berat ekspor

karet alam Indonesia dengan nilai US$ 764,11 juta. Peringkat keempat adalah

India dengan berat ekspor 258,98 ribu ton atau sekitar 8,65% dari total berat

ekspor karet alam Indonesia dengan nilai US$ 441,73 juta. Peringkat kelima

adalah Korea dengan berat ekspor 192,83 ribu ton atau 6,44% dari total berat

ekspor karet alam dengan nilai US$ 327,94 juta (Gambar 1.1).

1 Amerika20%

2 Jepang15%

3 China15%4 India

9%

5 Korea6%

6 Lainnya35%

Gambar 1.1. Jumlah Persentase Ekspor Karet Alam Indonesia menurut NegaraTujuan Tahun 2017 (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2018).

Peranan karet alam Indonesia tidak hanya dirasakan oleh Indonesia tetapi

juga negara-negara importir. Negara-negara importir mempunyai kepentingan

yang kuat akan kesinambungan pasokan karet alam sebagai bahan baku industri

strategis seperti industri ban, otomotif, industri peralatan militer, industri sarana

medis dan lain-lain. Melihat pentingnya peranan komoditi karet alam Indonesia

terhadap perekonomian nasional maupun internasional maka perlu diteliti dan

dikaji lebih lanjut mengenai ekspor karet alam Indonesia.

1. 2. Perumusan Masalah

Page 17: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

5

Kegiatan ekspor dan impor merupakan salah satu motor penggerak dalam

pertumbuhan perekonomian suatu negara. Interaksi ekonomi dengan luar negeri

pada saat ini hampir tidak bisa diabaikan oleh setiap negara. Hal ini disebabkan

semakin banyak dan beragamnya kebutuhan masyarakat yang tidak dapat

dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga mendorong terjadinya kegiatan

perdagangan luar negeri baik berupa barang maupun jasa antar negara. Salah satu

komoditi hasil tanaman tropis yang diperdagangkan dalam perdagangan

internasional adalah karet alam.

Konsumsi karet alam dunia terus mengalami peningkatan. Hal tersebut

berarti bahwa peluang ekspor karet alam dari Indonesia ke pasar internasional

masih besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi karet dunia. Namun faktanya,

pertumbuhan konsumsi karet alam dunia tersebut tidak sejalan dengan

pertumbuhan volume ekspor karet alam Indonesia yang telah dilakukan. Pada

periode tahun 2011-2017, konsumsi karet alam dunia mengalami petumbuhan

3,32%, sedangkan pertumbuhan ekspor karet alam dari Indonesia 1,98% (Tabel

1.3).

Tabel 1.3. Perkembangan Konsumsi Karet Alam Dunia dan Ekspor Karet AlamIndonesia Tahun 2011-2017

Tahun Konsumsi Dunia Ekspor IndonesiaVolume (ton) Pertumbuhan Volume (ton) Pertumbuhan

2011 11.007.000 2.555.7392012 11.027.000 0,18% 2.444.438 -4,55%2013 11.322.000 2,60% 2.701.995 9,53%2014 11.855.000 4,49% 2.623.425 -2,99%2015 12.167.000 2,56% 2.630.313 0,26%2016 12.685.000 4,08% 2.578.791 -1,99%2017 13.219.000 4,04% 2.992.529 13,83%

Pertumbuhan 2011-2017 3,22% 1,98%Sumber: IRSG (2018) dan BPS (2018), diolah

Page 18: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

6

Tabel 1.3 juga menunjukkan bahwa konsumsi karet alam dunia selalu

meningkat tiap tahun meskipun persentase peningkatnnya tidak selalu sama.

Sedangkan volume ekspor karet dari Indonesia meskipun tumbuh 1,98% selama

periode 2011-2017, tetapi volumenya fluktuatif sehingga pertumbuhannya tidak

selalu positif. Lambatnya pertumbuhan ekspor karet alam Indonesia

dibandingkan konsumsi karet alam dunia diikuti oleh turunnya pangsa pasar karet

alam di pasar internasional. Hasil penelitian Lindung dan Jamil (2018)

menunjukkan bahwa mulai tahun 2010 sampai tahun 2016 terjadi penurunan

pangsa pasar karet alam Indonesia dengan rata-rata 0,79%. Kondisi tersebut

berbeda dengan Thailand dan Vietnam yang justru semakin meningkat pangsa

pasarnya.

Konsumsi karet alam dunia diperkirakan terus meningkat di masa

mendatang. Proyeksi konsumsi karet alam dunia selama lima tahun ke depan

menurut Gapkindo (2018) meningkat jika dibandingkan dengan produksi dan

konsumsi karet alam tahun 2017. Konsumsi karet dunia meningkat sebesar 16,6%

dengan rata-rata produksi meningkat sebesar 16,8% (Gambar 1.2).

Gambar 1.2. Ramalan Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia(Sumber : Gapkindo, 2018).

2020 2021 2022 2023 2024Produksi (Ribu Ton) 15.009 15.496 15.978 16.441 16.856Konsumsi (Ribu Ton) 14.784 15.261 15.736 16.183 16.587Stok Akhir (Ton) 1.149 1.384 1.626 1.884 2.153

- 5.000

10.000 15.000 20.000

Ribu

Ton

Tahun

Produksi (Ribu Ton) Konsumsi (Ribu Ton) Stok Akhir (Ton)

Page 19: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

7

Peningkatan konsumsi karet disebabkan adanya peningkatan jumlah

penduduk dunia sebagai konsumen akhir barang jadi karet, peningkatan

permintaan karet sebagai bahan baku barang jadi karet yang makin terdiversifikasi

dengan teknologi, peningkatan pendapatan masyarakat, pertumbuhan ekonomi

dan kesejahteraan negara-negara konsumen, penerapan berbagai kebijakan

pemerintah serta kebijakan pengembangan industri hilir atau barang jadi karet

(konsumsi domestik) yang dilakukan oleh negara-negara produsen utama karet

alam, dan lain lain.

Data dari Badan Pusat Statistik (2018) menunjukkan sampai dengan tahun

2017 sekitar 81,78% dari total produksi karet alam Indonesia diekspor ke negara-

negara importir, sedangkan sisanya dikonsumsi oleh industri-industri barang jadi

karet domestik. Oleh karena itu, karet alam Indonesia sangat besar sekali

ketergantungannya terhadap fluktuasi kondisi pasar karet alam di luar negeri

seperti daya beli dan kebutuhan dunia, harga ekspor serta kebijakan pemerintah.

Dengan terjadinya berbagai perubahan di pasar karet internasional, Indonesia

sebagai negara produsen kedua dengan tingkat pertumbuhan produksi cukup

tinggi, perlu terus mengadakan penyesuaian-penyesuaian agar dapat

mengantisipasi perubahan pasar karet internasional di masa mendatang. Untuk itu

perlu dipertanyakan faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku ekspor karet

alam Indonesia.

Di pasar internasional, harga karet alam cenderung berfluktuasi yang

merupakan ciri khas dari komoditas ekspor pertanian. Harga karet alam di pasar

internasional selama tahun 2009 terus mengalami peningkatan dan mencapai

Page 20: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

8

puncaknya di tahun 2011 dengan harga US$ 4520/ton. Pada tahun 2012, harga

karet alam di pasar internasional mulai mengalami penurunan dan terus berlanjut

sampai dengan harga US$ 1650/ton pada tahun 2017 (Gambar 1.3).

Gambar 1.3. Harga Rata-Rata Karet Alam di Pasar Internasional(Sumber: IRSG, 2018).

Pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan konsumsi rata-rata 4,7% per

tahun, konsumsi karet alam dunia, mencapai 10,998 juta ton. Permintaan karet

alam terus meningkat di atas rata-rata produksi karet alam dunia. Sementara

produksi karet alam dunia pada tahun yang sama baru mencapai 10,677 juta ton

dengan perhitungan laju pertumbuhan sebesar 3,6% sehingga terdapat defisit

sebesar 321 ribu ton. Permintaan karet alam yang tinggi tidak diimbangi oleh

penawaran karet alam yang ada sehingga mendorong kenaikan harga jual karet

alam di pasar internasional. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian negara-

negara importir seperti Amerika, Jepang, China dan India semakin membaik

sehingga mendorong permintaan karet alam sebagai bahan baku ban dan termasuk

barang hasil industri karet (IRSG, 2018).

[VALUE]

[VALUE]

[VALUE]

[VALUE]

[VALUE]

[VALUE]

[VALUE][VALUE] [VALUE]

[VALUE]

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

US$

/Ton

Tahun

Page 21: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

9

Harga karet alam di pasar internasional setelah tahun 2011 mengalami

penurunan tajam yang disebabkan karena melimpahnya pasokan karet,

pertumbuhan ekonomi negara importir yang bergerak lamban serta persaingan

ketat dari karet sintetis. Karet sintetis yang menggunakan minyak bumi sebagai

bahan baku menjadi murah karena harga minyak bumi yang sudah berada

dibawah US$ 50 per barel dibandingkan pada tahun-tahun sebelum tahun

2011 harga minyak bumi masih US$ 100 per barel. Kedua tipe karet ini dapat

saling melengkapi dan karenanya mempengaruhi permintaan masing-masing

komoditi, ketika harga minyak mentah naik, permintaan untuk karet alam akan

meningkat.

Perkembangan harga karet alam di pasar internasional tentunya akan sangat

mempengaruhi harga karet alam domestik. Kondisi yang terjadi saat ini disparitas

antara harga karet alam internasional dengan harga yang diterima petani masih

sangat tinggi. Pada tahun 2017 harga ekspor karet mulai mengalami kenaikan

akan tetapi tidak terlalu berarti karena perbedaan harga tersebut (Gambar 1.4.).

Selama satu tahun tersebut harga karet internasional mengalami penurunan

sebesar 21,3% dan disparitas harga petani dengan harga internasional mencapai

189,6% (Ditjenbun, 2018).

Page 22: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

10

Gambar 1.4. Perbandingan Harga Internasional dan Harga Petani Karet AlamIndonesia Tahun 2017 (Sumber: Ditjenbun, 2018).

Harga sangat berpengaruh erat ketika berada dalam suatu pasar

internasional.

Peningkatan harga karet alam di pasar internasional, akan mendorong eksportir

untuk meningkatkan jumlah karet alam yang ditawarkan ke luar negeri. Harga

karet alam yang berfluktuatif bahkan cenderung menurun ini tentunya akan

berdampak pada perdagangan karet alam dan upaya pengembangan ekspor karet

alam Indonesia serta secara langsung mempengaruhi pendapatan.

Fluktuasi pada harga karet alam yang terus mengalami penurunan,

mendorong dilakukannya Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) yaitu

pengaturan suplai dalam jangka pendek dengan cara membatasi ekspor/penjualan

karet alam. AETS merupakan salah satu skema kerja dari International Tripartite

Rubber Council (ITRC) yang didirikan pada tahun 2001 di Bali oleh tiga negara

produsen utama karet yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia. AETS merupakan

instrumen yang digunakan ITRC dalam mengatasi penurunan harga karet. AETS

Page 23: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

11

dilakukan dengan membatasi suplai ekspor sehingga diharapkan harga karet alam

di pasar internasional bisa kembali naik.

Kebijakan bersama yang dilakukan oleh Indonesia, Malaysia, dan Thailand

yakni mengurangi produksi karet alam sebesar 4 persen dan penawaran ekspor

sebesar 10 sampai 14 persen pertahun pada tahun 2002 dan 2003 mengakibatkan

meningkatnya harga karet alam Indonesia, Malaysia, Thailand dan dunia masing

masing sebesar 5,45; 6,14; 3,93; dan 6,04 persen. Khusus untuk industri karet

alam Indonesia, peningkatan harga tersebut dapat meningkatkan perolehan devisa

masing masing sebesar 18,43 persen dan 1,36 persen pada tahun 2002 dan 2003

(Napitupulu, 2004).

Kegiatan ekspor sebagai salah satu bentuk perdagangan internasional juga

berkaitan erat dengan fluktuasi nilai tukar. Depresiasi nilai tukar riil domestik

berarti bahwa barang-barang domestik menjadi lebih murah dibandingkan dengan

barang-barang asing. Perubahan ini mendorong konsumen dalam negeri dan luar

negeri untuk membeli lebih banyak barang domestik dan membeli lebih sedikit

barang dari negara lain. Hasilnya ekspor meningkat dan impor menurun, dan

perubahan ini meningkatkan ekspor neto negara (Mankiw, 2012).

Fluktuasi nilai tukar menyebabkan harga barang ekspor menjadi tidak tentu,

karena barang ekspor yang dikirim ke luar negeri dihitung dengan menggunakan

satu satuan mata uang asing. Sama halnya yang terjadi dengan ekspor karet alam.

Akan tetapi teori nilai tukar riil dengan ekspor neto tidak selalu berlaku dalam

perdagangan karet alam Indonesia. Gambar 1.5. menunjukkan dalam jangka

panjang, baik ekspor karet alam maupun nilai tukar bergerak sangat fluktuatif.

Page 24: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

12

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ribu

Ton

Rp/U

S$

Tahun

Nilai Tukar Riil (Rupiah/Dollar) Volume Ekspor (Ribu Ton)

Gambar 1.5. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dan Total Ekpor KaretAlam Indonesia (Sumber: BPS, 2018).

Depresiasi nilai tukar riil yang terjadi pada tahun 2008 ke tahun 2009 tidak

diiringi dengan peningkatan ekspor karet alam. Turunnya permintaan karet alam

di pasar internasional terjadi karena melemahnya konsumsi karet dari negara-

negara AS dan Eropa karena sedang mengalami resesi ekonomi. Hal yang sama

terjadi sepanjang tahun 2013 sampai dengan tahun 2016. Apresiasi nilai tukar rill

yang terjadi pada tahun 2012 ke 2013 diiringi oleh pengingkatan ekspor karet

alam akibat adanya peningkatan karet dunia.

Berdasarkan dari uraian-uraian di atas, ekspor karet alam Indonesia yang

fluktuatif tidak sejalan dengan konsumsi karet alam dunia yang terus meningkat.

Harga karet alam di pasar internasional yang semakin menurun, keberadaan karet

sintetis, adanya kebijakan pembatasan jumlah ekspor serta fluktuasi nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika berkaitan erat dengan kondisi ekspor karet alam

Indonesia. Sehingga dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia?

Page 25: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

13

2. Bagaimana respon ekspor karet alam Indonesia terhadap faktor-faktor tersebut?

1. 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, tujuan yang diharapkan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor karet alam

nasional;

2. Mempelajari dampak perubahan faktor-faktor tersebut pada respon ekspor

karet alam Indonesia baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menjadi masukan

untuk menentukan kebijakan yang bermanfaat bagi pengembangan karet alam

nasional. Sehingga pengembangan industri karet alam Indonesia kedepannya

dapat dilakukan secara terencana, terarah dan berdaya saing serta berkelanjutan.

1. 4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik bagi penulis maupun pihak-

pihak lain yang berkepentingan. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil

penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah atau instansi terkait diharapkan dapat memberikan masukan

dan bahan pertimbangan baik dalam perencanaan maupun dalam pengambilan

keputusan terkait dengan ekspor karet alam Indonesia.

2. Bagi pelaku usaha dan industri karet diharapkan dapat menjadi informasi yang

membantu dalam membuat keputusan dalam industri perkaretan nasional.

3. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan

dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

Page 26: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

14

4. Bagi penulis diharapkan dapat menjadi media untuk mengaplikasikan ilmu

pengetahuan selama menuntut ilmu dan sebagai salah satu syarat kelulusan.

1. 5. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian

yang telah diuraikan, maka ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia dan melihat

dampak perubahan dari faktor-faktor tersebut terhadap ekspor karet alam

Indonesia dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir. Keterbatasan penelitian

ini adalah tidak dibedakannya bentuk dan kualitas dari jenis karet alam yang

diekspor. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2018), dari total volume

ekspor karet alam Indonesia yang diekspor terdiri dari 4 (empat) jenis kode HS,

yaitu Natural Rubber in Smoked Sheets RSS Grade I. TSNR10, TSNR20, dan

TSNR CV.

Page 27: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Konsumen dan Produsen Karet Alam

Gambaran umum tentang permintaan karet alam adalah penting, baik bagi

para produsen maupun konsumen. Penawaran karet alam tidak hanya tergantung

pada harga rill lokal dan luas areal tanaman, tetapi juga pada komposisi dan umur

tanaman. Permintaan karet alam tergantung pada harga relatif (karet alam dan

karet sintetis), konsumsi karet untuk industri otomotif, serta konsumsi karet untuk

barang jadi karet lainnya. Konsumsi ban berhubungan dengan produksi ban itu

sendiri dan produksi kendaraan bermotor. Secara umum, permintaan karet alam

tergantung pada perkembangan ekonomi dari negara-negara konsumen (Anwar,

2004)

Secara umum pemanfataan karet alam dapat dibedakan dalam dua kategori

industri barang jadi yaitu industri ban dan industri non ban. Namun, sebelum

sampai ke industri barang jadi, karet alam harus melalui industri antara untuk

diolah menjadi lateks pekat, karet konvensional (Ribbed Smoked Sheet), dan karet

spesifikasi teknis/karet remah (Crumb Rubber/SIR). Kemudian selanjutnya akan

menjadi bahan baku bagi industri ban dan produk umum non – ban

(Manggabarani, 2012).

Konsumsi karet alam dunia sampai dengan periode tahun 2000 menaik

secara drastis jika dibandingkan tahun 1980an, walaupun terjadi resesi ekonomi

dunia pada awal tahun 1980-an dan krisis ekonomi Asia pada tahun 1997. Selama

tahun 1985-1995 pertumbuhan konsumsi karet alam yang rendah dan stagnan

Page 28: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

16

terjadi di Eropa, dan menurun di Amerika Serikat serta Jepang pada tahun 1995-

2000. Akan tetapi laju pertumbuhan konsumsi karet alam yang tinggi dicapai oleh

beberapa negara-negara Asia, seperti Cina (IRSG, 2002). Gambaran secara

keseluruhan dari perkembangan konsumsi karet alam untuk tahun 1988-2000

dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Permintaan Karet Alam Berdasarkan Negara Konsumen, Tahun 1988Tahun 2000

1988 1995 2000 1988-1995 1995-20001 Amerika Serikat 941 1232 1192 4,42 -0,672 Eropa 1315 1322 1476 0,08 2,333 Cina 600 687 1080 2,07 11,444 Jepang 623 823 752 4,79 -1,925 Lainnya 1636 2124 2821 4,26 6,56

Total 5115 6197 7320 3,02 3,62

Negara KonsumenKonsumsi (ribu ton), tahun

NoPertumbuhan/tahun (%)

Sumber: Internarional Rubber Study Group (IRSG), 2002.

Ekonomi karet dunia sampai dengan periode tahun 2000 mengalami

beberapa perubahan, dimana terjadi pergeseran secara bertahap pada permintaan

dari negara-negara maju (barat) ke negara-negara berkembang (timur).

Industrialisasi yang cepat pada negara-negara berkembang menyebabkan

terjadinya perpindahan atau pemindahan lokasi industri dari negara-negara barat

yang padat modal ke negara berkembang yang mempunyai sumber tenaga kerja

murah, bahan baku dan jumlah penduduk yang besar sebagai pasar yang potensial

(Anwar, 2004).

Memasuki periode mulai tahun 2011, penggerak utama untuk pasar karet

global adalah kawasan Asia-Pasifik dimana permintaan akan karet alam tumbuh

dengan kuat, dipimpin oleh China, konsumen karet terkemuka di dunia dan yang

diperkirakan akan mengkonsumsi hampir 40% dari total konsumsi karet dunia

pada tahun 2021 (sebagian besar digunakan dalam industri manufaktur ban).

Page 29: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

17

Sementara itu, pertumbuhan yang kuat dalam konsumsi karet juga diperkirakan

terjadi di Indonesia, India, Vietnam, dan Thailand karena industri otomotif yang

berkembang di negara-negara ini (Gapkindo, 2018).

Negara yang paling banyak menggunakan karet alam dalam kurun waktu

tujuh tahun terakhir adalah China, Amerika Serikat, India dan Jepang. Pada tahun

2017, China menggunakan karet alam sebesar 39,87% dari total konsumsi karet

alam dunia sebesar 13,1 juta ton (Tabel 2.2).

Tabel 2.2. Negara Konsumen Utama Karet Alam Dunia (Ribu Ton).No Negara 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2017(%)1 China 3.621,90 3.859,90 4.150,00 4.760,00 4.680,00 4.899,70 5.219,20 39,872 USA 1.029,30 949,5 913 932,1 936,5 932 969,1 7,43 India 957,4 987,7 958,2 1.012,20 987 1.034,30 1.072,60 8,194 Japan 772,2 719,3 705,4 709 691 677 680,5 5,25 Malaysia 402,2 441,4 434,1 447,3 474,7 493,5 488,6 3,736 Indonesia 460,2 501,5 534 539,6 579,4 590,5 610,5 4,667 Thailand 487 505 520 541 600,6 649,9 701,5 5,368 Korea 401,5 396,3 396 402,1 387,7 381,3 384,3 2,949 Brazil 381,6 343,4 395,3 413,3 404,5 427,6 429,1 3,28

10 Germany 276,1 238 249,5 227,4 219,3 227,5 236,3 1,8111 Lain2nya 2.217,60 2.085,00 2.066,50 2.175,20 2.206,30 2.197,40 2.298,30 17,56

TotalDunia

11.007,00 11.027,00 11.322,00 12.159,20 12.167,00 12.511,00 13.090,00 100

Sumber: Gapkindo, 2018

Produksi karet alam dunia meningkat 17,97% selama sepuluh tahun

terakhir, dari 11,25 juta ton menjadi 13,28 juta ton pada tahun 2017 (Tabel 2.3).

Pertumbuhan tersebut berasal dari negara-negara produsen Thailand, Indonesia,

Vietnam, Malaysia, dan lainnya. Produksi karet Thailand sebagai produsen utama

karet dunia mengalami pertumbuhan sebesar 24,10% diikuti oleh Indonesia

mengalami pertumbuhan sebesar 21,37%. Malaysia yang dulunya merupakan

produsen karet dunia ketiga selama sepuluh terakhir mengalami penurunan

sebesar 26,62%. Posisi Malaysia digantikan oleh negara Vietnam yang mengalami

pertumbuhan cukup signifikan sebesar 45,63 %.

Page 30: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

18

Tabel 2.3. Produksi Karet Alam Beberapa Negara

2011 2012 2013 2014 2015 2016 20171 Thailand 3569 3778 4170 4324 4473 4347 4429 24,102 Indonesia 2990 3012 3237 3153 3145 3358 3629 21,373 Vietnam 789 877 947 967 1013 1032 1149 45,634 Malaysia 996 923 826 669 722 674 731 -26,615 China 727 802 865 840 794 774 798 9,776 India 893 919 796 705 575 624 719 -19,487 Srilanka 158 152 130 99 89 79 84 -46,848 Philipina 106 111 111 113 100 91 98 -7,559 Kamboja 81 83 85 97 127 145 193 138,27

10 Brazil 166 171 187 193 199 206 212 27,7111 Lainnya 715 749 984 991 1036 1100 1230 72,03

Total 11.259 11.658 12.150 12.150 12.272 12.429 13.282 17,97

No NegaraJumlah Produksi per Tahun (Ribu Ton) Pertumbuhan

(%)

Sumber: Gapkindo, 2018

Dari data yang ditunjukkan pada Tabel 2.3 terlihat bahwa telah terjadi

pergeseran pada peta produsen utama karet alam dunia, dimana Malaysia telah

melakukan pendalaman terhadap industri karet alam dalam negerinya melalui

peningkatan nilai tambah dari produk barang jadi karet, terutama produk sarung

tangan dan produk latek pekat lainnya. Sementara itu Thailand dan Vietnam

meningkatkan produksi dan ekspor karet alamnya secara agresif dengan

memasuki pasar yang ditinggalkan oleh Malaysia. Sedangkan Indonesia belum

dapat memanfaatkan peluang tersebut dan industri barang jadi karet dalam negeri

kurang didorong untuk berkembang dengan baik (Gapkindo, 2018).

2. 2. Karet Alam Indonesia

Karet sebagai bahan baku berbagai industri merupakan salah satu komoditi

perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian di Indonesia.

Perkembangan luas areal karet alam Indonesia setiap tahunnya mengalami

peningkatan. Perkebunan karet di Indonesia sebagian besar pengusahaannya

Page 31: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

19

dilakukan oleh rakyat. Pada tahun 2017, total luas areal karet Indonesia mencapai

3.659.129 ha dengan status pengusahaan lahan diantaranya seluas 3.103.310 ha

(85%) merupakan perkebunan karet milik rakyat, seluas 233.086 ha (6%)

merupakan perkebunan karet milik negara dan seluas 322.733 ha (9%) merupakan

perkebunan karet milik swasta. Akan tetapi selama kurun waktu 10 (sepuluh)

tahun terakhir laju pertumbuhan perkebunan karet swasta lebih tinggi

dibandingkan perkebunan rakyat dan negara (Tabel. 2. 4.).

Tabel. 2.4. Luas dan Pertumbuhan Areal Tanaman Karet di Indonesia BerdasarkanStatus Pengusahaan Tahun 2008-2017

PerkebunanBesar Negara

PerkebunanBesar Swasta

PerkebunanRakyat

2008 245.517 278.243 2.900.325 3.424.0852009 239.317 243.349 2.952.604 3.435.2702010 259.500 237.170 2.948.745 3.445.4152011 240.324 282.793 2.933.011 3.456.1282012 243.753 285.084 2.977.364 3.506.2012013 247.068 282.858 3.026.020 3.555.9462014 229.940 308.917 3.067.388 3.606.2452015 230.168 315.308 3.075.627 3.621.1032016 230.651 316.033 3.092.365 3.639.0492017 233.086 322.733 3.103.310 3.659.129

Pertumbuhan(%)

-5,06 15,98 6,99 6,86

Status Pengusahaan (Hektar)TotalTahun

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018

Semenjak tahun 2008 sampai dengan tahun 2017, produksi karet alam

Indonesia berdasarkan status pengusahaannya mengalami pertumbuhan tertinggi

pada perkebunan karet rakyat sebesar 40%, perkebunan karet swasta sebesar 14%,

sedangkan perkebunan karet negara menurun sebesar 4%. Selama beberapa tahun

tersebut jumlah perkebunan karet rakyat meningkat, sementara perkebunan negara

Page 32: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

20

sedikit berkurang, kemungkinan karena perpindahan fokus mereka ke perkebunan

kelapa sawit yang luas (Tabel 2.5.)

Tabel 2.5. Produksi dan Pertumbuhan Tanaman Karet di Indonesia BerdasarkanStatus Pengusahaan Tahun 2008-2017

PerkebunanBesar Negara

PerkebunanBesar Swasta

PerkebunanRakyat

2008 260.894 333.746 2.148.718 2.743.3582009 245.502 276.810 1.918.035 2.440.3472010 263.583 277.908 2.193.363 2.734.8542011 252.623 320.172 2.417.389 2.990.1842012 255.581 325.655 2.431.018 3.012.2542013 255.616 325.875 2.655.942 3.237.4332014 227.783 341.964 2.583.439 3.153.1862015 225.999 350.766 2.568.633 3.145.3982016 238.022 365.182 2.754.747 3.357.9512017 249.286 380.910 2.999.310 3.629.506

Pertumbuhan(%)

-4 14 40 32

TahunStatus Pengusahaan (Ton)

Total

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018

Provinsi utama yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total produksi

karet alam Indonesia yang mencapai 3.629.506 ton pada tahun 2017 berasal dari

Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan provinsi penghasil karet terbesar di

Indonesia dengan jumlah produksi mencapai 997.682 ton (27,5%), diikuti oleh

Provinsi Sumatera Utara mencapai 461.968 ton (12,79%), Provinsi Riau mencapai

361.817 ton (10%), Provinsi Jambi mencapai 325.170 ton (8,83%) dan Provinsi

Kalimantan Barat mencapai 252.766 ton (7,39%).

Indonesia memiliki tingkat produktivitas paling rendah jika dibandingkan

dengan negara-negara kompetitor utama penghasil karet lainnya, yaitu

menghasilkan 1,18 ton per hektar. Thailand dapat memproduksi 1,8 ton per hektar

per tahun, diikuti oleh Vietnam sebesar 1,7 ton per hektar per tahun sedangkan

Page 33: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

21

Malaysia sebesar 1,5 ton per hektar (Asean Rubber Bussines Council, 2017).

Data dari tahun 2008 sampai dengan saat ini berdasarkan status pengusahaannya,

perkebunan karet swasta memiliki tingkat produktivitas tertinggi dengan rata-rata

sebesar 1,15 ton per hektar, sedangkan perkebunan karet rakyat produktivitasnya

paling rendah hanya 0,82 ton per hektar (Badan Pusat Statistik, 2018).

Tingkat produktivitas perkebunan karet rakyat yang rendah disebabkan oleh

usia pohon karet di Indonesia yang sudah tidak produktif atau tidak menghasilkan

atau sudah tua yang belum diremajakan sehingga mengurangi hasil panen, bahan

tanam yang digunakan oleh perkebunan karet rakyat juga bukan berasal dari

bahan tanam anjuran yang bersertifikasi, serta teknologi penanaman dan

pemeliharaan kebun yang masih sederhana. Oleh karena itu, perlu ada perbaikan

teknologi bagi karet rakyat. Teknologi yang dapat dikembangkan adalah teknologi

yang mampu meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani. Teknologi

yang dikembangkan juga diarahkan untuk dapat mempersingkat masa tanaman

belum menghasilkan seperti pembukaan lahan yang berorientasi konservasi,

penggunaan jarak tanam dengan sistem jarak tanam ganda, penggunaan klon-klon

unggulan serta pengusahaan tanaman sela (Manggabarani, 2012).

Kendala dalam pengembangan teknologi bagi karet rakyat adalah saat

peremajaan, apabila kebun karetnya diremajakan, maka petani akan kehilangan

pendapatan. Oleh karena itu perlu juga dikembangkan model peremajaan bertahap

sekaligus penerapan teknologi jarak tanam ganda agar petani dapat mengusahakan

tanaman sela secara berkelanjutan (Ditjen. Perkebunan, 2017).

Page 34: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

22

Potensi pemanfaatan tanaman karet sangat tergantung dari kreativitas

manusia karena pada dasarnya semua bagian dari tumbuh-tumbuhan bisa

dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Demikian pula dengan tanaman karet

relatif dapat dimanfaatkan semua bagiannya untuk kehidupan manusia. Kemajuan

teknologi yang ditemukan manusia membuat pemanfaatan karet alam semakin

meluas. Produk utama dari tanaman karet adalah lateks, namun tanaman karet

juga dapat dimanfaatkan kayu dan bijinya.

Agribisnis karet yang akan datang tidak hanya menghasilkan getah, namun

diarahkan juga untuk mendapatkan kayu yang berkualitas. Pembangunan

agribisnis seperti ini perlu adanya aktifitas pemeliharaan tanaman dan penyadapan

agar tidak melukai kayu karet. Dalam tataniaganya perlu ada lembaga-lembaga

tersendiri yang mengelola kayu karet, baik mulai dari panen, pengolahan hasil di

tingkat petani, transportasi, dan pabrik barang jadi kayu karet (Ditjen.

Perkebunan, 2017).

Pada saat ini produk karet alam Indonesia yang diekspor masih berupa produk

setengah jadi yaitu dalam bentuk karet remah (crumb rubber). Karet remah

(crumb rubber) merupakan karet alam (lateks) yang telah diolah secara khusus

sehingga mutunya terjamin secara teknis. Penetapan mutu pada karet remah

didasarkan pada sifat-sifat teknis dimana warna atau visual yang menjadi dasar

penentuan golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak

berlaku. Karet remah memiliki mutu yang baik karena diproduksi secara khusus

dan teruji secara teknis dengan menggunakan Standard Indonesian Rubber (SIR).

Page 35: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

23

Karet remah diproduksi secara khusus agar dapat bersaing dengan bahan

pengganti karet lain seperti karet sintesis (Manggabarani, 2012).

Industri karet dilihat dari bahan bakunya dapat dibedakan menjadi dua yaitu

industri karet berbahan baku karet alam dan industri karet berbahan baku karet

sintetis. Perbedaan yang mendasar dari kedua karet ini adalah karet alam didapat

dari getah pohon karet yang dibekukan sedangkan karet sintetis terbuat dari

minyak bumi, batu bara, gas alam, dan minyak atau acetylene. Keunggulan yang

dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Ada pun kelebihan-

kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah sebagai berikut;

memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang

baik sehingga pengolahannya mudah, mempunyai daya aus yang tinggi, tidak

mudah panas (low heat build up), memiliki daya tahan yang tinggi terhadap

keretakkan (groove cracking resistance), dapat dibentuk dengan panas yang

rendah dan memiliki daya lengket yang tinggi terhadap berbagai bahan

(Nazaruddin dan Paimin, 1992).

Hal yang perlu dicermati, terlepas dari semakin membaiknya kembali pangsa

pasar karet alam, adalah kehadiran karet sintetis telah dapat menggantikan

sebagian dari kebutuhan bahan baku yang sedianya dipasok oleh karet alam.

Napitupulu (2004) mengatakan bahwa perkembangan teknologi karet sintetis

dapat mempengaruhi permintaan dan sekaligus harga karet alam. Styrene

Butadiene Rubber (SBR) merupakan jenis karet sintetis yang paling banyak

diproduksi & dipergunakan. Memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor

(panas) yang ditimbulkan juga tergolong rendah, namun bila tidak ditambahkan

Page 36: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

24

bahan penguat, maka kekuatannya lebih rendah dibandingkan dengan

vulkanisir karet alam.

Karet alami dan karet sintetis dalam pembuatan berbagai produk bersifat

saling melengkapi. Di sisi lain, harga karet sintetis dipengaruhi pula oleh harga

minyak yang menjadi bahan baku asalnya, dan harga karet sintetis ini dapat pula

mempengaruhi harga karet alami. Ketika dalam kondisi harga minyak murah,

maka biaya produksi karet sintetis bisa dianggap relatif lebih ekonomis ketimbang

karet alami.

2. 3. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai pedagangan antar

atau lintas negara, yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional

dibagi menjadi dua kategori, yakni perdagangan barang (fisik) dan perdagangan

jasa. Perdagangan jasa, antara lain, terdiri dari biaya transportasi, perjalanan

(travel), asuransi, pembayaran bunga, dan remittance seperti gaji tenaga kerja

Indonesia (TKI) diluar negeri, dan pemakaian jasa konsultasan asing di Indonesia

serta fee atau royalty teknologi. Perdagangan barang, antara lain terdiri dari

barang-barang fisik yang diperdagangankan ke luar negeri (Tambunan, 2000).

Sejak abad ke tujuh belas dan delapan belas sudah muncul konsep mengenai

perdagangan internasional, yang memunculkan filosofi ekonomi yang disebut

merkantilisme. Para penganut merkantilisme berpendapat bahwa satu-satunya cara

sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak

mungkin ekspor dan sedikit mungkin impor (Salvatore, 1997).

Page 37: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

25

Selanjutnya muncul beberapa teori mengenai perdagangan internasional

diantaranya:

1. Teori keunggulan absolut

Teori keunggulan absolut dikemukakan oleh Adam Smith pada abad ke

delapan belas. Adam Smith mengemukakan bahwa perdagangan dua negara

didasarkan kepada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah

negara lebih efisien daripada negara lain dalam memproduksi sebuah komoditi,

namun kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi

lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan

cara masing-masing melakukan spesialisasi dan memproduksi komoditi yang

memiliki keunggulan absolut dan menukarkan dengan komoditi lain yang

memiliki kerugian absolut (Salvatore, 1997). Melalui proses ini, sumber daya

di kedua negara dapat digunakan dengan cara yang paling efisien. Output yang

diproduksi pun akan menjadi meningkat.

2. Teori keunggulan komparatif

David Ricardo memperkenalkan hukum keunggulan komparatif yang

ditulis dalam bukunya Principle of Political Economy and Taxation tahun

1817. Meskipun suatu negara kurang efisien dibanding (atau memiliki kerugian

absolut) dengan negara lain dalam memproduksi dua komoditi, namun masih

tetap terdapat dasar untuk dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan

kedua belah pihak. Negara tersebut harus melakukan spesialisasi dalam

memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih

kecil, dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar

Page 38: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

26

(Salvatore, 1997). Hukum keunggulan komparatif inilah yang menjadi dasar

bagi suatu negara untuk saling menukarkan komoditi melalui ekspor dan

impor.

3. Teori proporsi faktor produksi

Teori faktor proporsi (factor proportion) dari Heckscher Ohlin disebut

juga teori modern. Teori Heckscher-Ohlin (H-O) mempunyai dua kondisi

penting sebagai dasar dari munculnya perdagangan internasional, yaitu

ketersediaan faktor produksi dan intensitas dalam pemakaian faktor produksi

atau proporsi faktor produksi. Suatu negara akan melakukan perdagangan

dengan negara lain disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan

komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi

(Salvatore, 1997).

Perdagangan internasional pada dasarnya merupakan kegiatan yang

menyangkut penawaran ekspor dan permintaan impor antar negara, dimana saat

melakukan ekspor, negara menerima devisa dan sebaliknya pada saat impor,

devisa dikeluarkan untuk pembayaran. Ekspor suatu negara merupakan impor

bagi negara lain, begitu juga sebaliknya (Boediono, 1995).

2. 3. 1. Ekspor

Ekspor memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara

terutama bagi negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Manfaat

ekspor secara langsung yakni jika suatu negara dapat memproduksi barang dengan

spesialisasi maka biaya yang dikeluarkan relatif rendah. Hal ini dikarenakan

negara memperoleh keuntungan berupa peningkatan jumlah output yang akan

Page 39: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

27

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu manfaat ekspor secara tidak

langsung yakni berupa peningkatan penggunaan teknologi, mendorong inovasi,

meningkatkan produktivitas tenaga kerja, menurunkan biaya produksi, dan lain

sebagainya. Ekspor akan menghasilkan devisa yang akan dimanfaatkan sebagai

pembiayaan dalam kegiatan impor dan pembangunan sektor-sektor ekonomi

dalam negeri.

Ekspor merupakan bentuk perdagangan internasional yang memberikan

rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan

tumbuhnya industri - industri besar, bersama dengan struktur politik yang stabil

dan lembaga sosial yang fleksibel (Todaro, 2003). Bagi Indonesia, sendiri

perdagangan internasional khususnya ekspor, mempunyai peranan sangat penting,

yakni sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Pada negara-negara yang

kaya akan sumber daya alam (SDA), ekspor SDA seperti komoditas-komoditas

pertanian dan pertambangan seringkali lebih penting daripada ekspor produk-

produk manufaktur.

Ekspor adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab itu

ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai.

Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya

akan menaikkan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya pendapatan nasional

tidak akan mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah apabila

pendapatan nasional bertambah atau ekspor dapat mengalami perubahan

walaupun pendapatan nasional tetap. Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan

Page 40: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

28

dengan cara mengeluarkan barang-barang dari dalam ke luar negeri dengan

memenuhi ketentuan yang berlaku (Tan, 2004).

Perdagangan internasional antara negara dirumuskan dengan model

sederhana (Salvatore, 1997) sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kurva Perdagangan Internasional (Sumber: Salvatore, 1997)

Pada Gambar 2.2 di atas menjelaskan terdapat perdagangan internasional

antara negara A (eksportir) dan negara B (importir), sehingga pada perdagangan

internasional antara negara A sebagai negara pengekspor dan negara B sebagai

negara pengimpor terjadi keseimbangan harga komoditi relatif. Selain itu

perdagangan internasional terjadi akibat kelebihan penawaran negara A dan

kelebihan permintaan pada negara B. Pada negara A harga suatu komoditas

sebesar Pa, dan di negara B harga komoditas tersebut sebesar Pb, cateris paribus.

Pada pasar internasional harga yang dimiliki oleh negara A akan lebih kecil yaitu

berada pada harga P* sehingga negara A akan mengalami kelebihan penawaran

(excess supply) di pasar internasional.

Pada negara B, terjadi harga yang lebih besar dibandingkan harga pada

pasar internasional. Sehingga akan terjadi kelebihan permintaan (excess demand)

Page 41: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

29

di pasar internasional. Pada keseimbangan di pasar internasional kelebihan

penawaran negara A menjadi penawaran pada pasar internasional yaitu pada

kurva ES. Sedangkan kelebihan permintaan negara B menjadi permintaan pada

pasar internasional yaitu sebesar ED. Kelebihan penawaran dan permintaan

tersebut akan terjadi keseimbangan harga sebesar P*. Peristiwa tersebut akan

mengakibatkan negara A mengekspor, dan negara B mengimpor komoditas

tertentu dengan harga sebesar P* di pasar internasional. Dari penjelasan di atas

didapat bahwa perdagangan internasional (ekspor-impor) terjadi karena terdapat

perbedaan antara harga domestik (Pa dan Pb), dan harga internasional (P*);

permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada komoditas tertentu. Selain itu, nilai

tukar mata uang (exchange rate) pada pasar internasional antara suatu negara

dengan negara lain secara tidak langsung akan menyebabkan ekspor dan impor

pada suatu negara.

Indonesia disebut sebagai net-eksportir dan memiliki spesialisasi dalam

ekspor komoditas pertanian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ervani (2013)

bahwa komoditas pertanian Indonesia menunjukkan nilai positif untuk

Perdagangan Indeks Balance (TBI) volume ekspor-impor dan nilai ekspor-impor.

2. 3. 2. Teori Pembentukan Harga

Harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa.

Terbentuknya harga bisa dikaji atau dilihat dari tiga pendekatan (Kotler dan

Amstrong, 2001). Pendekatan-pendekatan tersebut sebagai berikut:

a. Pendekatan permintaan dan penawaran (supply demand approach)

Page 42: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

30

Harga akan ditentukan pada suatu titik pertemuan antara kurva

permintaan dan kurva penawaran. Dari tingkat permintaan dan penawaran yang

ada dapat ditentukan harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara

mencari harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima

produsen, sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang

ditawarkan. Jadi harga merupakan interaksi dari dua kekuatan yaitu permintaan

dan penawaran yang ada di pasar.

Penawaran ekspor juga dipengaruhi oleh tingkat bunga dan nilai tukar

valuta asing di negara pengekspor dan di negara pengimpor serta berbagai

kebijakan pemerintah maupun kebijakan internasional yang nantinya akan

mempengaruhi ekspor. Permintaan dan penawaran akan barang ekspor akan

menentukan harga rata-rata ekspor dan volume ekspor. Harga rata-rata ekspor

dikalikan dengan volume ekspor akan menentukan penerimaan devisa dari

ekspor.

b. Pendekatan biaya (cost oriented approach)

Harga ditentukan dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan

produsen dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup

pricing atau break even analysis. Harga yang ditawarkan oleh penjual tentunya

terlebih dahulu didasarkan oleh semua biaya yang telah dikeluarkan untuk

menghasilkan suatu barang dan jasa serta ditambahkan sedikit keuntungan

yang diharapkan sebelum produk dan jasa tersebut dilepas ke pasar.

c. Pendekatan pasar (market approach)

Page 43: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

31

Harga untuk produk yang dipasarkan dirumuskan dengan cara

menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti

situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain. Pendekatan

pasar bisa dilakukan dengan membandingkan produk kita dengan produk

pesaing di pasar untuk menentukan besaran harga produk kita.

2. 3. 3. Teori Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas nilai tukar nominal dan

nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara.

Sedangkan nilai tukar riil berkaitan dengan harga relatif dari barang-barang di

antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat, dimana pelaku ekonomi

dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang

dari negara lain (Mankiw, 2012).

Nilai tukar dikenal sebagai kurs dalam keuangan yaitu sebuah perjanjian

yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di

kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Nilai

tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari

suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore, 1997).

Ada beberapa bentuk sistem nilai tukar (exchange rate) valuta asing yang

digunakan oleh negara-negara di dunia. Terdapat tiga sistem nilai tukar yang

dipakai (Samuelson dan William, 1993):

a. Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)

Merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter tertinggi

suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap

Page 44: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

32

negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas

penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya penetapan

nilai tukar tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran

maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa

mengendalikannya dengan membeli atau menjual nilai tukar mata uang yang

berada dalam devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali

ke nilai tukar tetapnya. Dalam sistem nilai tukar tetap ini, bank sentral

melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.

b. Sistem nilai tukar mengambang (managed floating exchange rate)

Sistem nilai tukar mengambang adalah apabila uang suatu negara tidak

dinilai secara mengambang terhadap mata uang asing tertentu. Sistem nilai

tukar mengambang dikaitkan dengan jumlah mata uang yang dominan yang

dijadikan patokan.

c. Sistem tukar mengambang bebas (free floating exchange rate)

Suatu sistem nilai tukar di mana nilai tukar mata uang tidak ditentukan

oleh pemerintah tetapi melalui mekanisme yang berlaku. Permintaan dan

penawaran uang yang terjadi di pasar akan menyebabkan nilai suatu mata uang

yang dapat menguat dan melemah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar, permintaan dan penawaran

valuta asing sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekspor dan impor serta aliran

modal dari dan ke luar negeri. Dilihat dari faktor yang mempengaruhinya,

perkembangan ekspor dan impor antara lain dipengaruhi oleh harga relatif antara

suatu negara dengan negara mitra dagangnya. Semakin tinggi laju inflasi suatu

Page 45: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

33

negara dibandingkan dengan negara lainnya, maka harga barang ekspor suatu

negara akan lebih mahal dan dapat menurunkan ekspor serta pada lanjutannya

akan menurunkan nilai tukar suatu negara (Simorangkir dan Susena, 2004).

Pada sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang

akan mengakibatkan perubahan ke atas ekspor maupun impor. Jika kurs

mengalami depresiasi, yaitu nilai mata uang dalam negeri menurun dan berarti

nilai mata uang asing bertambah tinggi kursnya (harganya) akan menyebabkan

ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta asing

mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai kurs

dolar meningkat, maka volume ekspor juga akan meningkat (Sukirno, 2002).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai tukar (Sukirno, 1994a)

yakni:

a. Perubahan dalam citarasa masyarakat, perubahan ini akan mengubah corak

konsumsi atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri maupun dari

impor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan

keinginan mengimpor berkurang dan di dalam negeri akan mampu menaikkan

ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan

keinginan masyarakat untuk mengimpor akan semakin besar. Perubahan-

perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing;

b. Kenaikan harga umum (inflasi) sangat berpengaruh besar terhadap pertukaran

valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk

menurunkan nilai sesuatu valuta asing;

Page 46: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

34

c. Pertumbuhan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi, suku bunga dan

tingkat pengembalian investasi yang rendah akan cenderung menyebabkan

modal dalam negeri akan mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan

tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar

negeri masuk ke dalam negara tersebut. Apabila lebih banyak modal mengalir

ke suatu negara, permintaan atas mata uangnya bertambah. Maka nilai mata

uang akan bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila

banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat

pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain.

2. 4. Kebijakan Perdagangan Internasional

Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari

kebijakan ekonomi makro yang merupakan tindakan atau peraturan yang dibuat

oleh pemerintah yang mempengaruhi struktur / komposisi dan arah transaksi

perdagangan dan pembayaran internasional. Tujuan dari kebijakan ekonomi

perdagangan internasional ini adalah untuk melindungi kepentingan ekonomi

nasional dari pengaruh buruk/negatif dari luar negeri, melindungi industri nasional

dari persaingan barang-barang impor, menjaga keseimbangan neraca

perdagangan, menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil serta

melindungi atau meningkatkan lapangan kerja (Tambunan, 2001).

Kebijakan terhadap perdagangan internasional dibedakan menjadi dua

bentuk yaitu kebijakan tarif dan kebijakan non tarif. Kebijakan tarif terkait dengan

Page 47: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

35

pengenaan pajak dan bea masuk pada barang yang diperdagangkan. Ditinjau dari

aspek asal komoditi ada 2 macam tarif yakni tarif ekspor (export tariff) dan tarif

impor (import tariff). Sedangkan kebijakan non tarif berkaitan dengan instrumen

kebijakan yang kompleks untuk menyembunyikan motif proteksi (Amir, 1999).

Salah satu kebijakan yang dilakukan pada komoditi karet adalah kebijakan

non tarif dengan pembatasan kuota ekspor. Pembatasan kuota ekspor merupakan

pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diekspor dengan tujuan

menjaga ketersediaan komoditi dalam memenuhi kebutuhan domestik serta untuk

mempengaruhi harga dunia jika negara eksportir merupakan pemasok besar

komoditi tersebut.

Melalui International Tripartite Rubber Council (ITRC), tiga negara

produsen karet terbesar di dunia, yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia dibentuk

tanggal 12 Desember 2001 yang disahkan melalui Joint Declaration dan

beranggotakan tiga negara produsen karet alam dunia. Tujuan dari pembentukan

ITRC adalah tercapainya harga karet alam yang remuneratif bagi produsen dan

menjaga keseimbangan supply-demand karet alam. ITRC memiliki skema kerja

sebagai berikut;

a. Supply Management Scheme (SMS): mengelola produksi dengan tujuan agar

tercapai keseimbangan karet alam dalam jangka panjang.

b. Agreed Export Tonnage Scheme (AETS): mengatur supply dalam jangka

pendek dengan cara membatasi ekspor/penjualan karet alam.

c. Demand Promotion Scheme (DPS): meningkatkan konsumsi karet alam baik

domestik maupun global.

Page 48: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

36

Pentingnya menjaga kestabilan harga dalam rangka memajukan usaha

perkebunan karet dan menimbang fungsi dari organisasi komoditi internasional,

ITRC sebagai stabilitator harga karet menyepakati untuk melakukan stock holding

yakni dengan mengurangi ekspor (masing masing negara sebesar 10 persen serta

produksi (Supply Management Scheme - SMS) sebesar 4 persen per tahun pada

tahun 2002 dan 2003. Pengumuman kerja sama tripartite ini mengakibatkan

membaiknya harga karet alam pada Januari 2002 menjadi US$ 0,68 per kg di

pasar internasional. Pada pertengahan tahun 2002, harga karet alam telah

mencapai US$ 1 per kg, dan pada tahun 2005 harga karet alam telah menyentuh

tingkat US$ 2 per kg. Perubahan positif dari harga karet alam membuat petani dan

pengusaha perkebunan karet pada umumnya sangat bergairah berinvestasi di

perkebunan karet dan meningkatkan produkasinya.

2. 5. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang “Analisis Harga dan Daya Saing Ekspor Karet Alam di

Provinsi Lampung”, oleh Atik (2018). Dalam penelitian ini, metode yang

digunakan adalah metode regresi linear berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan faktor yang mempengaruhi harga karet di Provinsi Lampung secara

signifikan hanya harga karet alam internasional. Sedangkan luas tanaman karet

provinsi Lampung, produksi karet provinsi Lampung, nilai tukar rupiah dan

tingkat suku bunga tidak signifikan terhadap harga karet di Provinsi Lampung.

Penelitian yang dilakukan oleh Sinclair, dkk (2015) tentang “Analisis

Respon Penawaran dan Permintaan Karet Alam Indonesia”. Penelitian ini

menggunakan analisis metode persamaan simultan dan metode 2 SLS (Two Stage

Page 49: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

37

Least Squares). Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor-faktor dominan yang

mempengaruhi pernawaran dan permintaan karet alam Indonesia adalah harga

karet alam Indonesia, penambahan jumlah kendaraan bermotor Indonesia, rasio

harga karet alam Indonesia terhadap karet sintetis dunia, produksi karet alam

Indonesia tahun sebelumnya, dan ekspor karet alam Indonesia tahun sebelumnya.

Tidak ada satu pun faktor dominan yang responsif terhadap penawaran dan

permintaan karet alam Indonesia, walaupun tidak responsif ada faktor yang paling

besar pengaruhnya terhadap ekspor karet alam Indonesia yaitu rasio harga karet

alam dunia terhadap harga karet sintetis.

Penelitian yang dilakukan oleh Kristiningsih (2011) tentang “Pengaruh Nilai

Tukar Rupiah terhadap Ekspor Karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan

Jepang”. Penelitian ini yang menggunakan Penelitian analisis VECM (Vector

Error Correction Model) menunjukkan pada jangka pendek, volume ekspor pada

lag 1 mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang.

Variabel yang mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat

secara signifikan dan positif dalam jangka panjang adalah nilai tukar riil, harga

internasional karet alam dan harga karet alam negara kompetitor. Sebaliknya pada

perdagangan karet alam Indonesia ke Jepang, harga internasional karet alam dan

harga karet alam negara kompetitor berpengaruh signifikan namun negatif.

Besarnya pengaruh perubahan nilai tukar riil pada ekspor karet alam ke Amerika

Serikat negatif, namun positif pada ekspor karet alam ke Jepang.

Silalahi (2008), tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet

Alam”. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

Page 50: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

38

secara signifikan mempengaruhi ekspor karet Indonesia selama kurun waktu 30

tahun (1978-2007) adalah produksi karet, nilai tukar rupiah, konsumsi karet dunia

dan GDP Amerika.

Penelitian yang dilakukan oleh Tety (2002) yang berjudul “Penawaran dan

Permintaan Karet Alam Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional”.

Penelitian ini menggunakan metode LIML (Limited Information Maximum

Likelihood), FIML (Full Information Maximum Likelihood), 2 SLS (Two Stage

Least Squares) dan 3 SLS (Three Stage Least Squares). Hasil penelitian ini

menunjukkan peubah-peubah yang berpengaruh terhadap penawaran ekspor karet

alam Indonesia ke masing-masing negara tujuan ekspor (Amerika Serikat, Jepang,

Singapura dan Korea Selatan) adalah harga ekspor karet alam Indonesia, produksi,

nilai tukar rupiah terhadap Amerika Serikat, pajak ekspor dan jumlah karet ekspor

bedakala ke masing-masing negara tujuan. Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap penawaran karet alam negara-negara pesaing Indonesia (Thailand dan

Malaysia) adalah harga ekspor karet alam, produksi dan nilai tukar mata uang

negara pengekspor.

Burger et al. (2002) dalam penelitiannya yang berjudul “Exchange Rates

and Natural Rubber Prices, the Effect of the Asian Crisis” menganalisis peran

nilai tukar dalam pembentukan harga di pasar komoditas dunia, dalam hal ini

diwakili oleh pasar karet alam. Penelitian ini menunjukkan bahwa harga karet

alam sangat dipengaruhi oleh krisis Asia. Hal ini tidak mengejutkan karena

sebagian besar karet diproduksi di Thailand, Indonesia dan Malaysia. Estimasi

dampak pada dolar AS-ditandai dengan substansialnya harga pasar dunia

Page 51: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

39

substansial: nilai tukar riil dari tiga produsen utama telah naik sebesar 40 persen,

setelah awalnya yang lebih tinggi. Dampak tersebut dihitung dengan model,

termasuk nilai tukar gabungan dari tiga produsen utama, nilai tukar riil tertimbang

dari tujuh negara pengimpor utama yang tidak menggunakan dolar AS dihitung

dampaknya pada sisi permintaan, harga bijih mineral dan logam untuk

menentukan tingkat aktivitas industri dan dana spekulatif serta pasokan bulanan

karet alam dan permintaan bulanan untuk semua jenis karet dihitung untuk

dampak volume. Hasil simulasi untuk periode sampel maupun periode

pascasampel sangat baik. Harga pasar dunia merespon perubahan nilai tukar pada

sisi penawaran dan pada sisi impor. Terdapat bukti yang kuat dalam pergerakan

bersama harga karet dengan mineral, bijih dan logam.

Sinuraya (2000), tetang penelitiannya yang berjudul “Respon Produksi dan

Ekspor Karet Sumareta Utara”. Dengan menggunakan data time series selama

periode tahun 1974 sampai dengan 1997 dan metode persamaan simultan dan

metode 2 SLS (Two Stage Least Squares) menunjukkan dalam jangka pendek

produksi karet, negara dan swasta tidak responsif terhadap perubahan harga karet,

upah tenaga kerja dan harga pupuk. Sedangkan dalam jangka pendek dan jangka

panjang volume ekspor karet Sumatera Utara lebih responsif terhadap perubahan

jumlah produksi dibanding dengan perubahan harga ekspor karet.

2. 6. Kerangka Pemikiran

Salah satu motor penggerak dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara

adalah kegiatan ekspor dan impor. Karet merupakan salah satu komoditas ekspor

strategis bagi perekonomian nasional yang memiliki peran penting sebagai sumber

Page 52: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

40

devisa, sumber lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja, pemasok bahan baku

industri karet serta berperan penting mendorong pertumbuhan sentra-sentra

ekonomi baru. Secara umum, penawaran ekspor komoditas tertentu dari suatu

negara adalah kelebihan penawaran domestik atau produksi komoditas itu yang

tidak dibeli konsumen negara (wilayah) tersebut atau tidak disimpan dalam bentuk

stok akibat adanya rangsangan harga dunia yang lebih tinggi dari harga domestik

(Labys, 1973).

Teori penawaran menyatakan bahwa jumlah penawaran berhubungan positif

dengan harga. Demikian juga dalam kegiatan ekspor yang besar kecilnya jumlah

ekspor dipengaruhi oleh harga. Pada penawaran, kuantitas yang ditawarkan

berhubungan positif dengan harga barang. Kuantitas yang ditawarkan meningkat

ketika harga meningkat dan menurun ketika harga menurun (Sukirno, 1994;

Mankiw, 2007; Hanafie, 2010). Maka perilaku ekspor karet alam Indonesia dapat

dirumuskan sebagai berikut:

XRt = f (PRXt) ................................................................................(2.6.1)

Selain dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, jumlah penawaran juga

dipengaruhi oleh harga barang lain yang berhubungan dengan barang tersebut

(Krugman dan Wells, 2012). Harga barang lain mempunyai hubungan negatif

dengan jumlah penawaran. Jika harga barang lain turun maka jumlah penawaran

akan meningkat. Hasil penelitian Sidabalok (2017) menunjukkan adanya pengaruh

harga barang lain (kopi) terhadap volume ekspor barang yang diekspor (teh).

Penelitian ini mengkaji tentang ekspor karet alam, maka barang lain yang

dianggap berhubungan adalah karet sistesis karena dengan keunggulan sifat yang

Page 53: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

41

dimilikinya membuat karet sintetis bisa saling melengkapi. Saat ini karet sintetis

digunakan bersama-sama dengan karet alam terutama untuk indutri ban dan

otomotif. Maka perilaku ekspor karet alam Indonesia dapat dirumuskan menjadi:

XRt = f (PRXt, PRSt) .....................................................................(2.6.2)

Para eksportir saat membandingkan harga di negara asing dengan harga

domestik, harus mengkonversi ke mata uang umum yang berlaku secara

internasional seperti dolar Amerika (Thompson, 2006). Depresiasi nilai tukar riil

domestik berarti bahwa barang-barang domestik menjadi lebih murah

dibandingkan dengan barang-barang asing. Perubahan ini mendorong konsumen

dalam negeri dan luar negeri untuk membeli lebih banyak barang domestik dan

membeli lebih sedikit barang dari negara lain. Hasilnya ekspor meningkat dan

impor menurun, dan perubahan ini meningkatkan ekspor neto negara (Mankiw,

2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2013) menunjukkan nilai

tukar dalam jangka panjang dan jangka pendek memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap jumlah ekspor Indonesia. Dengan demikian perilaku ekspor

karet alam Indonesia dapat dirumuskan menjadi:

XRt = f (PRXt, PRSt, ERt) ...............................................................(2.6.3)

Karet merupakan salah satu komoditas yang memiliki peran penting bagi

perekonomian Indonesia, dimana salah satu faktor yang menentukan ekspor karet

alam Indonesia adalah tingkat produksi (Yanita, 2016). Peubah yang berpengaruh

terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia ke negara tujuan ekspor adalah

produksi (Tety, 2002). Oleh karena itu perilaku ekspor karet alam Indonesia

menjadi:

Page 54: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

42

XRt = f (PRXt, PRSt, ERt, XPt) ......................................................(2.6.4)

Dalam perdagangan internasional, biasanya suatu negara memberlakukan

pembatasan terhadap arus bebas ekspor atau impor melalui kebijakan

perdagangan. Kebijakan perdagangan internasional lainnya yang mengarah pada

pembatasan arus ekspor dan impor dengan hambatan non tarif misalnya kebijakan

kuota, Voluntary Export Restraint (VER) antidumping, dan persayaratan konten

lokal (Krugman dan Obstfeld, 2002). Kuota adalah hambatan perdagangan

nontarif yang paling penting, yaitu pembatasan kuantitatif langsung pada jumlah

komoditas yang diizinkan untuk diimpor. Sedangkan Voluntary Export Restraint

(VER) merujuk pada kasus di mana negara pengimpor mendorong negara lain

untuk mengurangi ekspor komoditasnya “secara sukarela” (Salvatore, 1997).

Dengan kata lain bahwa VER merupakan kuota perdagangan yang diberlakukan

dari sisi negara pengekspor bukan importir (Krugman dan Obstfeld, 2002). Maka

perilaku ekspor karet alam Indonesia menjadi:

XRt = f (PRXt, PRSt, ERt, XPt, QXRt) .............................................(2.6.5)

Karet merupakan tanaman perkebunan yang digolongkan dalam tanaman

tahunan. Karakteristik dari tanaman tahunan khususnya karet adalah adanya

tenggang waktu yang cukup lama antara saat tanam dengan saat pertama kali

hasilnya dapat disadap atau dihasilkan. Oleh karena itu berbagai hubungan yang

dirancang untuk menjelaskan jumlah ekspor karet alam secara ideal haruslah

mempertimbangkan tentang waktu antara jumlah ekspor karet antara saat ini

dengan jumlah ekspor karet alam sebelumnya.

Page 55: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

43

Pembahasan dalam model regresi linier yang baku mengasumsikan bahwa

perubahan pada satu variabel bebas mengakibatkan perubahan variabel terikat

dengan periode waktu yang sama dan selama periode pengamatan. Hal ini berbeda

dalam ilmu ekonomi. Pada umumnya suatu penyebab baru menimbulkan akibat

setelah selang waktu tertentu yang disebut lag. Pada komoditas pertanian

dibutuhkan jangka waktu tertentu dalam rangka penyesuaian variabel terikat

sebagai akibat perubahan variabel bebas (Koutsoyiannis, 1977).

Berdasarkan uraian di atas, maka secara matematis persamaan ekspor karet

alam Indonesia dapat dirumuskan menjadi:

XRt = f (PRXt, PRSt, ERt, XPt, QXRt, XRt-1)

Dimana PRXt adalah harga karet alam di pasar internasional, PRSt adalah

harga karet sintetis di pasar internasional, ERt adalah nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika, XPt adalah produksi karet alam nasional, QXRt adalah ada

tidaknya kebijakan pembatasan jumlah karet alam yang diekspor dan XRt-1 adalah

jumlah ekspor karet alam tahun sebelumnya yang merupakan peubah bedakala

(time lag). Sehingga dapat disimpulkan ekspor karet alam Indonesia adalah fungsi

dari harga karet alam, harga karet sintetis, nilai tukar, produksi, kebijakan kuota

ekspor dan peubah bedakala jumlah ekspor karet alam Indonesia.

Respon ekspor karet alam Indonesia adalah tingkat kepekaan jumlah karet

alam yang diekspor terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam

itu sendiri. Dengan penggunaan lag dalam fungsi ekspor karet alam maka dapat

dihitung elastisitas penawaran ekspor karet alam terhadap variabel bebasnya, baik

pada jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk lebih jelasnya, maka dapat

Page 56: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

44

dilihat skema kerangka pemikiran mengenai analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia dan mengenai respon ekspor karet

alam Indonesia pada jangka pendek dan jangka panjang seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 2.2.

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran

Page 57: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan

adalah jumlah ekspor karet alam Indonesia, sedangkan variabel bebasnya

(independent variabel) yaitu harga karet alam, harga karet sintetis, nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika, adanya kebijakan penetapan jumlah kuota ekspor

karet alam, produksi karet alam nasional dan jumlah ekspor karet alam Indonesia

tahun sebelumnya.

3. 2. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui pencatatan dari berbagai

sumber penerbitan maupun dari kantor atau instansi yang berkaitan dengan karet.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data runtut

waktu (time series) dengan rentang waktu 10 tahun. Periode data yang digunakan

adalah data dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2017 yang berasal dari

beberapa sumber, yaitu Badan Pusat Statistik, dan Internasional Rubber Study

Group (IRSG), Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Gabungan

Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) serta instansi terkait lainnya.

3. 3. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk dapat menjawab variabel yang

mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia dilakukan dengan metode regresi

linier berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square

Page 58: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

46

(OLS). Kemudian untuk mengetahui respon ekspor karet alam Indonesia terhadap

perubahan variabel-variabel bebasnya menggunakan nilai elastisitas.

Variabel terikat dan variabel bebas yang digunakan yaitu harga riil karet

alam, harga riil karet sintetis, nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika,

adanya kebijakan penetapan jumlah kuota ekspor karet alam (dummy), produksi

karet alam nasional dan jumlah ekspor karet alam Indonesia tahun sebelumnya.

Persamaan perilaku ekspor karet alam Indonesia dirumuskan sebagai berikut:

XRt = β0 + β1 PRXt + β2 PRSt + β3 ERt + β4 XPt + β5 QXRt + β6 XRt-1 + et

Tanda parameter / dugaan yang diharapkan (hipotesis) adalah:

β1, β4> 0; β2, β3, β5 < 0; 0 < β6 < 1

Dimana:

β0 = intersep/konstanta

β1, β2, β3, β4, β5, β6 = koefisien regresi

XRt = jumlah ekspor karet alam pada periode t

PRXt = harga riil karet alam pada periode t

PRSt = harga rill karet sintetis pada periode t

ERt = nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika periode t

XPt = jumlah produksi karet alam pada periode t

QXRt = kebijakan kuota ekspor karet alam pada periode t

XRt-1 = jumlah ekspor karet alam pada periode t-1

et = error term

Page 59: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

47

3. 4. Pengujian Statistik

3. 4. 1. Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur besarnya variasi

perubahan variabel bebas (independen) dapat menjelaskan variasi perubahan

secara keseluruhan terhadap variabel terikat (dependen). R2 memiliki nilai antara

0 dan 1 (0 < R2 <1). Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan

semakin baik model regresi yang terbentuk, artinya keseluruhan variabel bebas

secara bersama-sama mampu menerangkan variabel terikatnya (Basuki, 2017).

3. 4. 2. Uji F

Uji F atau pengujian statistik simultan digunakan untuk melihat apakah

variabel bebas secara bersama-sama (serentak) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan dalam pengujian ini

bisa dilaksanakan dengan menggunakan nilai probability value (p value) maupun

F-hitung. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian yang menggunakan p

value atau F-hitung adalah jika p value < 0,05 atau F-hitung ≥ F-tabel maka

variabel bebas secara bersama-sama (serentak) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika p value ≥ 0,05 atau F-hitung

< F-tabel maka variabel bebas secara bersama-sama (serentak) tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Ghozali, 2009).

3. 4. 3. Uji t

Uji t atau pengujian parsial dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia. Uji t disebut juga uji signifikan

Page 60: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

48

individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara

parsial terhadap variabel terikat (Ghozali, 2009).

3. 5. Pengujian Asumsi Klasik

3. 5. 1. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan

yang lain. Kriteria dalam menentukan uji heteroskedastisitas adalah sebagai

berikut:

1. Ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan

telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola tertentu dan tidak menyebar diatas dan dibawah angka nol

pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. 5. 2. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu keselahan periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan terdapat autokorelasi. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan

antara nilai Durbin Watson (DW) dengan nilai du (batas atas) dan dl (batas

bawah).

3. 5. 3. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna (mendekati

sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas (Kuncoro, 2001). Pengujian

Page 61: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

49

multikolinearitas dapat dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan

tolerance. Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10

atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2009).

3. 6. Elastisitas

Konsep elastisitas digunakan untuk mengetahui respon ekspor karet alam

Indonesia terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan nilai elastisitas

kita dapat mengetahui apakah ekspor karet alam bersifat responsif terhadap

perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Elastisitas dapat diartikan

tingkat kepekaan perubahan jumlah barang yang diperjualbelikan berubah apabila

terjadi perubahan harga dan faktor lain yang mempengaruhinya.

Nilai elastisitas bermanfaat tidak hanya untuk perusahaan, tapi juga untuk

pemerintah. Bagi perusahaan nilai elastisitas dapat menjadi landasan dalam

menyusun kebijakan penjualan. Sedangkan untuk pemerintah nilai elastisitas

dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui dari sifat barang (ekspor dan

impor) dapat disusun suatu kebijakan ekonomi yang akan dilaksanakan (Sukirno,

1994).

Secara umum untuk menghitung nilai elastisitas dalam jangka pendek

(short-run) dan jangka panjang (long-run) dapat dirumuskan sebagai berikut

(Sukirno, 1994):

Page 62: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

50

ESR = *x

y=

x

y

ELR =̅( )

Dimana:

ESR = Elastisitas jangka pendek variabel terikat Y terhadap variabel bebas X;

ELR = Elastisitas jangka panjang variabel terikat Y terhadap variabel bebas X;

= parameter dugaan dari variabel bebas;

b = parameter dugaan dari variabel lag;̅ = nilai rata-rata variabel bebas;y = nilai rata-rata variabel terikat

Jika nilai elastisitas yang diperoleh besar dari satu maka maka variabel yang

dipengaruhinya bersifat responsif terhadap perubahan variabel yang

mempengaruhinya. Jika nilai elastisitas yang diperoleh kecil dari satu maka

variabel yang dipengaruhinya bersifat tidak responsif terhadap variabel yang

mempengaruhinya.

Page 63: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Indonesia

4. 1. 1. Analisis Regresi

Secara keseluruhan semua tanda dan besaran parameter dugaan untuk semua

variabel bebas sesuai dengan harapan berdasarkan teori ekonomi.

Persamaan regresi berganda untuk penelitian ini dari hasil pengolahan data

didapatkan model persamaan sebagai berikut:

XRt = 226837,9 + 22,489PRXt - 6,922PRSt - 9,558ERt + 0,783XPt -

111215QXRt + 0,003XRt-1

Pada persamaan regresi berganda yang diperoleh, faktor yang

mempengaruhi peningkatan dan penurunan ekspor karet alam terbesar adalah

adanya penetapan kebijakan kuota ekspor. Hal ini terlihat dari nilai koefisien

regresi yang paling besar terdapat pada variabel kebijakan pembatasan kuota

jumlah ekspor karet bila dibandingkan nilai koefisien regresi pada variabel bebas

lainnya.

Berdasarkan tabel 4.1 nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,967. Hal ini

berarti keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama mampu menerangkan

variabel terikatnya sebesar 96,7%. Sedangkan sebanyak 3,3% sisanya dijelaskan

oleh faktor lain di luar model. Variabel bebas secara bersama-sama nyata

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat sebagaimana

ditunjukkan uji statistik F-hitung sebesar 14,537 lebih besar dari F-tabel sebesar

8,94 pada taraf kepercayaan 95%.

Page 64: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

52

Uji t digunakan untuk memperkirakan pengaruh faktor-faktor yang

mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia secara parsial, dengan hasil sebagai

berikut:

a. Harga riil karet alam memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan

terhadap ekspor karet alam Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa variabel

harga rill karet alam tidak berpengaruh terhadap ekspor karet alam Indonesia;

b. Harga riil karet sintetis memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan

terhadap ekspor karet alam Indonesia. Hal ini menunjukan harga karet sintetis

tidak berpengaruh terhadap ekspor karet alam Indonesia;

c. Nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika memiliki hubungan negatif dan

tidak signifikan terhadap ekspor karet alam Indonesia. Hal ini juga menunjukan

nilai tukar tidak mempengaruhi ekspor karet alam Indonesia;

d. Produksi karet alam memiliki hubungan positif dan signifikan pada taraf

kepercayaan 95% terhadap ekspor karet alam Indonesia. Nilai koefisien dari

variabel ini adalah 0,783. Hal ini berarti jika produksi karet alam meningkat 1

ton, sementara variabel lainnya tetap maka ekspor karet alam Indonesia akan

meningkat sebesar 0,783 ton.

e. Kebijakan pembatasan kuota ekspor memiliki hubungan negatif dan signifikan

pada taraf kepercayaan 50% terhadap ekspor karet alam Indonesia.

Nilai koefisien dari variabel ini adalah 111215. Hal ini berarti jika

diberlakukan kebijakan pembatasan kuota ekspor, sementara variabel lainnya

tatap maka akan menurunkan ekspor karet alam Indonesia sebesar 111215 ton.

Page 65: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

53

Tabel. 4.1. Hasil Pendugaan Parameter Ekspor Karet Alam Indonesia (XR)

Constant 226837,9 0,153Harga Karet Alam (PRX) 22,489 0,18Harga Karet Sintetis (PRS) -6,922 -0,049Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (ER) -9,558 -0,126Produksi Karet Alam (XP) 0,783 4,028**Kebijakan Kuota Ekspor Karet Alam (QXR) -111215 1,627*

VariabelNilai Parameter

Pendugaant Hitung

R2 = 0,967Keterangan:**: nyata pada taraf kepercayaan 95%*: nyata pada taraf kepercayaan 50%

4. 1. 2. Pengujian Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan

yang lain. Gambar Lampiran 2 menunjukkan bahwa pada scatterplot pencaran

data menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu y dan tidak

membentuk pola beraturan tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

model regresi bebas dari masalah heterokedastisitas.

b. Hasil Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu keselahan periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Pengujian ini dilakukan dengan

membandingkan antara nilai Durbin Watson (DW). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan terdapat autokorelasi. Dapat dilihat bahwa nilai Durbin Waston untuk

penelitian ini adalah sebesar 2,800 (Lampiran 2). Karena nilai tersebut terletak

Page 66: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

54

antara 4 - dU = 2,03 dan 4 - dL = 3,31 pada tabel klasifikasi autokorelasi maka

dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari masalah autokorelasi.

c. Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas atau tidak. Diketahui bahwa pada

variabel harga karet alam, harga karet sintetis dan nilai tukar memiliki nilai

tolerance lebih kecil dari 0,10 dan nilai VIF lebih dari 10 (Lampiran 2) . Hal ini

menunjukkan terjadi multikolinearitas terhadap variabel harga karet alam, harga

karet sintetis dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Masalah multikolineritas biasanya timbul karena kita hanya mempunyai

jumlah observasi yang sedikit (Basuki, 2017). Pada data time series, terdapat

kemungkinan regresor-regresor yang diikutsertakan dalam model memiliki trend

yang serupa, yaitu sama-sama meningkat atau menurun seiring berjalannya waktu

sehingga menyebabkan kolinearitas di antara variabel tersebut. Multikolinearitas

tidak melanggar asumsi-asumsi regresi. Secara tidak bias, estimasi yang konsisten

akan muncul dan standard error-nya akan terestimasi dengan benar. Dampak dari

mulitikolinearitas hanya akan mempersulit mendapatkan koefisien estimasi

dengan standard error kecil (Gujarati, 2010).

4. 2. Elastisitas

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa elastisitas produksi lebih tinggi

dibandingkan elastisitas harga karet alam, harga karet sintetis, nilai tukar, dan

kebijakan nilai tukar. Nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang untuk

produksi karet alam masing-masing adalah sebesar 0,9463 dan 0,9492. Nilai

Page 67: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

55

elastisitas untuk produksi karet alam baik jangka pendek dan jangka panjang yang

diperoleh kurang dari satu (inelastis). Dilihat dari nilai elastisitasnya, respon

perubahan jumlah ekspor karet alam Indonesia lebih responsif terhadap perubahan

produksi karet alam nasional dibandingkan dengan perubahan variabel lain,

walaupun nilainya lebih kecil dari satu baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang.

Respon ekspor karet alam Indonesia lebih responsif terhadap perubahan

produksi karet alam dibandingkan faktor lain. Hal ini dapat disebabkan para

eksportir belum memiliki sarana penyimpanan karet alam yang baik dan belum

berkembangnya sektor industri riil yang menggunakan karet alam sehingga

dengan adanya peningkatan produksi karet alam akan meningkatkan jumlah karet

alam yang diekspor. Rendahnya konsumsi alam domestik mencerminkan belum

berkembangnya industri hilir yang berbasis karet alam di dalam negeri

(Elwamendri, 2000).

Tabel. 4.2. Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Jangka Pendek Jangka PanjangHarga Karet Alam 0,0189 0,0189Harga Karet Sintetis 0,0052 0,0053Nilai Tukar Rupiah 0,0347 0,0347Produksi 0,9463 0,9492Kebijakan Kuota Ekspor Karet Alam 0,0176 0,0177

Peubah / VariabelElastisitas

Page 68: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

56

4. 3. Pembahasan

4. 3. 1. Harga Riil Karet Alam di Pasar Internasional

Harga riil karet alam berhubungan positif dengan ekspor karet alam

Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian sesuai dengan harapan

atau teori ekonomi. Menurut hukum penawaran, peningkatan harga sebuah produk

akan diikuti dengan peningkatan jumlah produk yang ditawarkan, sebaliknya

semakin rendah harga suatu produk maka semakin sedikit penawaran terhadap

penawaran tersebut (Mankiw, 2007). Akan tetapi perilaku ekspor karet alam

Indonesia tidak nyata dipengaruhi oleh perubahan harga karet alam di pasar

internasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Tety (2002) menunjukkan jumlah ekspor

karet alam Indonesia ke negara tujuan Amerika Serikat, Singapura, Jepang dan

Korea Selatan dipengaruhi oleh harga ekspor karet alam, jumlah produksi, nilai

tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan jumlah ekspor sebelumnya. Akan tetapi

harga ekspor karet alam tidak nyata mempengaruhi jumlah ekspor karet alam ke

Amerika Serikat dan Jepang. Harga ekspor karet alam hanya nyata mempengaruhi

jumlah ekspor karet alam ke Singapura dan Korea Selatan.

Dilihat dari elastisitasnya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka

panjang ekspor karet alam Indonesia kurang responsif terhadap perubahan harga

karet alam. Hal ini senada oleh penelitian yang dilakukan oleh Sinclair, dkk

(2015) bahwa faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penawaran dan

permintaan karet alam Indonesia adalah harga karet alam Indonesia, penambahan

jumlah kendaraan bermotor Indonesia, rasio harga karet alam Indonesia terhadap

Page 69: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

57

harga karet sintetis dunia, produksi karet alam Indonesia tahun sebelumnya dan

ekspor karet alam Indonesia tahun sebelumnya. Akan tetapi tidak ada satu pun

faktor dominan yang responsif terhadap penawaran dan permintaan karet alam

Indonesia.

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang memiliki siklus

tahunan. Satu pohon tanaman karet memerlukan waktu sekitar lima sampai tujuh

tahun untuk mulai berproduksi. Hal ini lah yang menyebabkan ekspor karet alam

kurang responsif terhadap perubahan harga karet alam dan elastisitas baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang tidak terlalu tampak berbeda jauh.

Ekspor karet alam Indonesia tidak signifikan nyata dipengaruhi oleh harga

karet alam, hal ini menunjukkan belum diterapkan sistem resi gudang terhadap

komoditi karet oleh pelaku usaha baik petani, eksportir dan pengusaha.

Sehingga perubahan harga karet tidak akan mempengaruhi jumlah ekspor karet

alam yang diekspor (Ditjen Industri Agro, 2016). Selain itu Indonesia merupakan

salah satu produsen karet alam terbesar di dunia, akan tetapi posisi Indonesia

adalah sebagai penerima harga (price taker) yang terbentuk di pasar internasional.

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang diperdagangan secara

internasional dimana pembentukan harga karet alam ditentukan di bursa

komoditas TOCOM (Tokyo Commodity Exchange) berlokasi di Tokyo, Jepang

dan SICOM (Singapore Commodity Exchange) berlokasi di Singapura.

Kondisi yang terjadi saat ini harga karet alam di pasar internasional sangat

fluktuatif dan cenderung menurun. Disparitas harga karet alam di pasar

internasional sangat tinggi terhadap harga karet yang diterima di tingkat petani

Page 70: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

58

karet. Hal ini dikarenakan ekspor karet alam tidak dilakukan oleh petani secara

langsung melainkan dilakukan oleh eksportir. Karet alam berasal dari lateks/

getah pohon karet yang disadap oleh pekebun, dimana sebagian besar diekspor

dalam bentuk produk setengah jadi dalam bentuk karet remah/ crumb rubber hasil

olahan industri.

Perkebunan rakyat belum memiliki sebuah mekanisme sistem penjualan dan

ekspor hasil karet yang baik. Harga karet alam di pasar internasional seharusnya

dijadikan patokan pemilik perkebunan untuk bisa memperoleh keuntungan yang

tinggi akibat adanya disparitas harga. Akan tetapi para pemilik perkebunan rakyat

yang menggantungkan mata pencahariannya hanya pada komoditi karet semata

(monokultur) pasti akan langsung menjual hasil panen karetnya untuk bisa segera

mendapatkan imbalan dan pengembalian modal. Hal inilah menjadi salah satu

penyebab lain variabel harga karet alam tidak signifikan mempengaruhi

perubahan jumlah ekspor karet alam Indonesia.

Sistem resi gudang dapat diterapkan dalam menghadapi harga karet alam

yang terus turun. Selain itu upaya peningkatan daya saing karet alam Indonesia

serta pengembangan industri hilir berbahan baku karet alam juga perlu

ditingkatkan. Diharapkan kedepannya harga karet alam Indonesia dapat lebih

stabil karena tidak lagi diekspor dalam bentuk barang mentah melainkan produk

barang jadi yang memiliki nilai tambah.

4. 3. 2. Harga Riil Karet Sintetis di Pasar Internasional

Harga riil karet sintetis menunjukkan hubungan negatif terhadap ekspor

karet alam Indonesia. Perilaku ekspor karet alam Indonesia tidak nyata

Page 71: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

59

dipengaruhi oleh perubahan harga riil karet sintetis dan dilihat dari elastisitasnya

baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang ekspor karet alam

Indonesia kurang responsif terhadap perubahan harga karet sintetis.

Karet alam hanya dihasilkan oleh negara-negara beriklim tropis, yang

memerlukan waktu lima sampai tujuh tahun untuk sebatang pohon karet mencapai

usia produksinya. Hal ini mendorong negara-negara Barat untuk melakukan

serangkaian penelitian dan produksi karet sintetik. Karet sintetis adalah karet

yang terbuat dari bahan baku yang berasal dari minyak bumi. Sejak perang dunia

kedua penelitian mengenai karet sintetis dilakukan secara intensif oleh beberapa

negara maju dengan tujuan untuk memperoleh karet yang sifatnya-sifatnya tidak

dimiliki oleh karet alam.

Saat ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam (43,7%) dibawah karet

sintetis (56,3%), akan tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan

oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit

ditandingi oleh karet sintetis. Ada pun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet

alam dibanding karet sintetis adalah memiliki daya elastis atau daya lenting yang

sempurna, memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah,

mempunyai daya aus yang tinggi, tidak mudah panas (low heat build up), dan

memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakkan (groove cracking

resistance). Sedangkan karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap

berbagai zat kimia dan harganya yang cendrung bisa dipertahankan supaya tetap

stabil. Bila ada konsumen yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah

tertentu, biasanya supply barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti

Page 72: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

60

ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu

mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Harga karet alam bisa

turun drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan para produsennya. Negara

produsen juga terkadang mengeluarkan kebijakan pemerintah yang menginginkan

suatu kondisi tertentu terhadap industri karet dalam negerinya, maka akan

mempengaruhi pasar karet alam secara internasional (Puslitbangbun, 2013).

Keunggulan masing-masing dari karet alam dan karet sintetis, membuat

kedua tipe karet ini dapat saling melengkapi (sebagai barang komplementer) dan

karenanya dapat mempengaruhi permintaan masing-masing komoditi. Mengingat

saat ini karet sintetis sudah biasa digunakan bersama-sama dengan karet alam

terutama untuk industri ban dan otomotif. Oleh karena itu harga karet sintetis akan

memberi hubungan negatif terhadap pergerakan ekspor karet alam Indonesia.

Walaupun keberadaan karet sintetis berpengaruh terhadap perdagangan

karet alam, kedua karet ini memiliki pasarnya masing-masing. Karet alam maupun

karet sintetis tidak akan saling mematikan atau bersaing secara penuh.

Keduanya mempunyai sifat saling melengkapi atau komplementer (Zuhra, 2006).

4. 3. 3. Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Dolar Amerika

Nilai tukar riil rupiah terhadap dolar Amerika berhubungan negatif terhadap

ekspor karet alam Indonesia. Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

mengalami depresiasi, eksportir akan beruntung karena produk mereka menjadi

lebih murah di negara pengimpor, sehingga jumlah produk ekspor yang diminta

akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan jumlah ekspor dan

meningkatkan keuntungan eksportir. Sebaliknya jika rupiah terapresiasi, harga

Page 73: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

61

barang ekspor di negara pengimpor menjadi lebih mahal sehingga kemungkinan

permintaan akan berkurang dan pada akhirnya mengurangi volume ekspor dan

mengurangi keuntungan eksportir (Hastuti, 2006). Hal senada oleh hasil penelitian

yang dilakukan oleh Ginting (2013) menunjukkan nilai tukar dalam jangka

panjang dan jangka pendek memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor Indonesia.

Hal ini menunjukan semakin kuatnya nilai tukar (apresiasi) akan menyebabkan

semakin menurunnya ekspor Indonesia.

Dalam penelitian ini perilaku ekspor karet alam Indonesia tidak nyata

dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini

mengindikasikan bahwa sebenarnya untuk produk-produk pertanian yang

mengalami peningkatan pada saat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

mengalami depresiasi bukan disebabkan oleh bertambahnya jumlah ekspor tetapi

lebih disebabkan oleh nilai tukar itu sendiri.

Ekspor karet alam Indonesia tidak nyata dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah

terhadap dolar juga disebabkan Amerika merupakan salah satu konsumen terbesar

untuk ekspor karet alam Indonesia. Amerika merupakan negara tujuan utama

ekspor karet alam Indonesia mencapai 589,37 ribu ton atau 19,69% dari total

jumlah ekspor karet alam Indonesia sehingga nilai tukar rupiah terhadap rupiah

tidak mempengaruhi volume ekspor karet Indonesia ke Jepang.

Hasil penelitian oleh Tety (2002) juga menunjukkan hal yang senada.

Jumlah ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat, Singapura, Jepang dan

Korea Selatan dipengaruhi oleh harga karet alam, jumlah produksi, nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika, adanya pajak ekspor dan jumlah ekspor karet alam

Page 74: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

62

bedakala. Akan tetapi perilaku ekspor karet alam Indonesia ke negara-negara

tujuan tersebut tidak ada yang signifikan terhadap perubahan nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika.

Dilihat dari elastisitasnya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka

panjang ekspor karet alam Indonesia kurang responsif terhadap nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika. Penelitian yang dilakukan oleh Sinuraya (2000), juga

menunjukkan perilaku ekspor karet alam Provinsi Sumatera Utara tidak responsif

terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Hal ini berarti

diperlukan upaya sangat besar dalam meningkatkan jumlah ekspor karet alam jika

memakai variabel nilai tukar.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang terjadi beberapa

tahun ini sedianya dapat berdampak positif bagi para eksportir. Dengan adanya

perang dagang yang meningkat di pasar dunia, peluang dari ekspor semakin besar

dengan meningkatkan diversifikasi produk maupun pasar (Mulyani, 2019).

Tidak terkecuali untuk komoditas karet, yang pada umumnya di ekspor dalam

bentuk barang mentah (crumb rubber) dapat mulai meningkatkan daya saing

produk karet alam dengan mengekspor karet dalam bentuk bentuk barang jadi

yang harganya lebih stabil dibandingkan dalam bentuk barang mentah yang

harganya lebih fluktuatif di pasar dunia. Selain itu perlu dilakukan diversifikasi

pasar ekspor karet alam Indonesia ke negara-negara baru karena ekspor karet alam

Indonesia pada negara-negara tujuan utama, seperti negara-negara Amerika, Cina

dan Jepang akan jenuh dan cenderung menurun.

Page 75: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

63

Hal yang sangat penting yang harus dilakukan pemerintah adalah menjaga

atau mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap rupiah. Jika masyarakat

sudah tidak percaya pemerintah, maka besar kemungkinan rupiah akan

terdepresiasi semakin dalam. Masyarakat tidak percaya lagi akan rupiah, karena

masyarakat lebih percaya mata uang lain atau mengalihkan uangnya dalam bentuk

barang.

4. 3. 4. Produksi Karet Alam

Produksi karet alam menunjukkan hubungan positif terhadap ekspor karet

alam Indonesia yang dapat diartikan semakin meningkatnya produksi karet alam

nasional maka akan meningkatkan jumlah ekspor karet alam. Ekspor karet alam

Indonesia nyata dipengaruhi oleh produksi karet alam. Besarnya nilai koefisien

regresi dari variabel harga karet alam adalah sebesar 0,783. Hal ini berarti bahwa

apabila produksi karet alam nasional meningkat satu satuan dengan asumsi faktor

lain dalam keadaan cateris paribus (tetap), maka volume ekspor karet alam

Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,783.

Dilihat dari nilai elastisitasnya meskipun ekspor karet alam Indonesia tidak

elastis terhadap perubahan produksi karet alam baik, akan tetapi ekspor karet alam

Indonesia relatif lebih responsif terhadap produksi karet alam yaitu sebesar 0,9463

dalam jangka pendek dan 0,9492 dalam jangka panjang. Ini berarti bahwa setiap

perubahan produksi karet alam nasional dalam jangka pendek maupun jangka

panjang akan direspon para eksportir untuk menaikan atau menurunkan jumlah

karet alam Indonesia yang akan diekspor.

Page 76: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

64

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tety (2002) menunjukkan jumlah

ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat responsif terhadap perubahan

jumlah produksi. Dimana dengan meningkatnya jumlah produksi karet alam

Indonesia sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan volume ekspor karet alam

Indonesia ke Amerika Serikat meningkat sebesar 1,031% (jangka pendek) dan

1,256% (jangka panjang). Pada penelitian yang dilakukan oleh Sinuraya (2000)

menunjukkan hal yang sama meskipun dengan nilai elastisitas yang lebih rendah

(sebesar 0,336 untuk elastisitas jangka pendak dan sebesar 0,716 untuk elatisitas

jangka panjang), bahwa ekspor karet Sumatera Utara lebih ditentukan oleh

perubahan produksi dibandingkan dengan perubahan harga ekspor dan nilai tukar

rupiah.

Penelitian yang dilakukan oleh Kamaludin (2018) menunjukkan Indonesia

memiliki kecenderungan untuk meningkatkan nilai ekspor komoditas karet alam

dari tahun ke tahun. Hal serupa terjadi pada kedua negara pengekspor karet alam

dari negara pesaing, yaitu Thailand dan Malaysia. Peningkatan ini terjadi di

samping meningkatnya permintaan dunia akan komoditas karet alam sebagai

akibat dari industri pengembangan, juga didorong oleh peningkatan produksi karet

alam dalam negeri.

Karet merupakan salah satu komoditas yang memiliki peran penting bagi

perekonomian Indonesia, dimana Indonesia memperoleh devisa besar dari ekspor

karet remah. Indonesia sendiri sebagai produsen karet alam nomor dua di dunia.

Sebagai komoditas yang diperdagangankan dalam pasar internasional, salah satu

Page 77: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

65

faktor yang menentukan ekspor karet alam Indonesia adalah tingkat produksi

(Yanita, 2016).

Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara produsen karet alam lain

memiliki luas lahan terluas di dunia yang mencapai 3.659.129 hektar pada tahun

2017 dengan produksi karet alam mencapai 3.629.506 ton dengan jumlah ekspor

mencapai 2.992.529 ton. Hampir sekitar 80% produksi nasional merupakan

sebagai komoditi ekspor (Gambar 4.1). Hal ini disebabkan karena produsen karet

alam adalah negara berkembang yang kegiatan industri dalam negerinya belum

terlalu besar, serta penyerapan konsumsi karet alam domestik masih sangat rendah

sehingga sebagian besar produksinya dialokasikan untuk ekspor (Elwamendri,

2000).

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Produksi (000 Ton) Volume Ekspor (000 Ton) Konsumsi Domestik (000 Ton)

Gambar 4.1. Produksi, Jumlah Ekspor dan Konsumsi Domestik KaretAlam Indonesia (Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan,2018).

Page 78: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

66

Kondisi perkebunan karet di Indonesia hampir sebagian besar merupakan

usaha monokultur. Hal ini tentunya akan menambah jumlah persediaan karet alam

yang akan diekspor ke luar negeri dikarenakan masih rendahnya konsumsi

domestik. Selain itu karet merupakan jenis komoditi perkebunan yang siklus

hidupnya tahunan dan dapat diproduksi setiap hari. Hal ini terlihat meskipun

kondisi harga ekspor karet alam mengalami penurunan sejak tahun 2012, akan

tetapi total produksi karet alam nasional mengalami pertumbuhan sebesar 3,2%

dan volume ekspor karet alam terus meningkat sebesar 2,3% tiap tahunnya (BPS,

2018).

Hal yang dihadapi oleh perkebunan karet Indonesia adalah tingkat

produktivitas masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara kompetitor

utama penghasil karet lainnya, yaitu menghasilkan 1,18 ton per hektar. Sedangkan

Thailand dapat memproduksi 1,8 ton per hektar per tahun, diikuti oleh Vietnam

sebesar 1,7 ton per hektar per tahun sedangkan Malaysia sebesar 1,5 ton per

hektar (Asean Rubber Bussines Council, 2018).

Data dari tahun 2018 sampai dengan saat ini berdasarkan status

pengusahaannya, perkebunan karet swasta memiliki tingkat produktivitas tertinggi

dengan rata-rata sebesar 1,15 ton per hektar, sedangkan perkebunan karet rakyat

produktivitasnya paling rendah yaitu hanya 0,82 ton per hektar (Badan Pusat

Statistik, 2018). Sedangkan potensi yang dimiliki oleh karet alam Indonesia dapat

mencapai 1,7 ton per hektar jika dikelola sesuai dengan Good Agricultural

Practices (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017).

Page 79: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

67

Usaha yang dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas kebun antara

lain : (1) penggunaan bahan tanam seragam dan klon unggul berproduksi tinggi

dengan komposisi klon dan umur yang seimbang dan penempatan klon pada

agroekosistem yang sesuai, (2) penerapan teknik budidaya berupa pengolahan

tanah, pemupukan dengan takaran, frekuensi dan cara aplikasi yang tepat, serta

pengendalian penyakit, (3) penerapan sistem eksploitasi sesuai sifat fisiologis klon

dan pengendalian kering alur sadap (KAS) dan (4) peremajaan bagi kebun-kebun

yang kurang produktif (Boerhendhy dan Amypalupy, 2011).

Berdasarkan status pengusahaannya, komoditas karet didominasi oleh

perkebunan karet rakyat yaitu 85 persen dari luas total lahan karet yang ada. Pada

perkebunan karet rakyat, tingkat produktivitasnya yang rendah disebabkan oleh

usia pohon karet di Indonesia yang sudah tidak produktif atau tidak menghasilkan

atau sudah tua yang belum diremajakan sehingga mengurangi hasil panen, bahan

tanam yang digunakan oleh perkebunan karet rakyat juga sebagian besar (40

persen) bukan berasal dari bahan tanam anjuran yang bersertifikasi, serta

teknologi penanaman dan pemeliharaan kebun yang masih sederhana (Ditjen,

Perkebunan, 2017).

Peremajaan tanaman karet merupakan salah satu upaya menjaga pasokan

produksi karet alam dunia yang berkelanjutan. Apalagi, serapan oleh industri

dalam negeri maupun kebutuhan ekspor diprediksi terus meningkat di tahun-tahun

mendatang. Dari luas total lahan karet yang ada, sekitar 40 persen sudah tua dan

perlu untuk diremajakan. Peremajaan karet mendesak dilakukan karena banyak

tanaman karet yang berusia lebih dari 30 tahun (Ditjen. Perkebunan, 2017).

Page 80: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

68

Namun, biaya peremajaan kebun karet sekitar Rp. 67,2 juta per ha terhitung cukup

besar, sehingga membebani petani dengan sekitar 85 persen dari kebun karet

merupakan perkebunan rakyat.

Selain itu perlu ada perbaikan teknologi bagi karet rakyat. Teknologi yang

dapat dikembangkan adalah teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas

lahan dan pendapatan petani. Perbaikan teknologi akan dapat mengurangi biaya

pengolahan sehingga petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Teknologi yang dikembangkan juga diarahkan untuk dapat mempersingkat masa

tanaman belum menghasilkan seperti pembukaan lahan yang berorientasi

konservasi, penggunaan jarak tanam dengan sistem jarak tanam ganda,

penggunaan benih atau klon-klon unggulan serta pengusahaaan tanaman sela

(Manggabarani, 2012). Benih karet yang diperoleh dari sumber yang unggul jika

ditanam akan menjadi tanaman yang memiliki produktivitas tinggi. Penggunaan

benih atau klon-klon unggulan akan menghasilkan getah dalam jumlah yang

banyak dengan kandungan kadar karet kering yang tinggi.

Kendala lain dalam pengembangan teknologi bagi karet rakyat adalah saat

peremajaan, apabila kebun karetnya diremajakan, maka petani akan kehilangan

pendapatan. Oleh karena itu perlu juga dikembangkan model peremajaan bertahap

sekaligus penerapan teknologi jarak tanam ganda agar petani dapat mengusahakan

tanaman sela secara berkelanjutan (Ditjen. Perkebunan, 2017).

Tanaman kopi dan kakao merupakan tanaman sela yang potensial pada

perkebunan karet. Tumpang sari tanaman karet dengan kopi dan kakao dapat

meningkatkan kesuburan tanah dengan mempertahankan status N dan P yang

Page 81: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

69

lebih tinggi dan mempertahankan status kelembaban tanah yang lebih baik apabila

dibandingkan dengan monokultur. Tanaman kopi dan kakao yang ditanam dengan

baik dapat mulai menghasilkan pada tahun ketiga tanpa mengganggu

pertumbuhan tanaman karet. Diversifikasi dan sistem penanaman berkelanjutan

sangat penting dalam menghadapi penurunan tajam harga karet saat ini dan

tantangan lingkungan (George dan Meti, 2018).

Areal pertanaman karet sistem jarak tanam ganda lebih berpeluang bagi

pengembangan tumpangsari karet - tanaman pangan dalam jangka panjang, karena

sampai tanaman karet berumur 8-9 tahun, penetrasi cahaya pada areal jarak 3-4 m

dari barisan tanaman karet masih lebih dari 80%. Pengembangan teknologi

tumpangsari karet - tanaman pangan dapat melindungi petani dari fluktuasi harga

karet dan memberikan nilai tambah. Hasil analisis menunjukkan tumpangsari

karet sistem jarak tanam ganda dengan padi gogo, jagung, dan kedelai layak

dikembangkan dengan marginal benefit cost ratio (MBCR) 1,98 (Sahuri, 2019).

Strategi pengembangan ekspor karet alam Indonesia dapat dilakukan dengan

pendekatan produktivitas karet alam Indonesia. Upaya peningkatan produktivitas

dilakukan melalui peremajaan kembali perkebunan karet Indonesia dengan

menggunakan klon unggul dan teknologi tepat guna. Mengetahui besarnya biaya

yang dubutuhkan dalam peremajaan tanaman karet maka diperlukan peran dari

pemerintah dalam menyiapkan skema kebijakan dalam peremajaan tanaman karet

serta pengembangan produksi benih karet dalam jumlah yang masif dan

bersertifikat.

Page 82: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

70

Salah satu skema kebijakan yang dapat diterapkan dalam upaya

pengembangan usaha perkebunan berkelanjutan khususnya perkebunan karet

rakyat yaitu dengan penghimpunan dana melalui kebijakan pungutan ekspor.

Penghimpunan dana merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun

2014 tentang Perkebunan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

24 Tahun 2015 tentang Penghimpunan Dana Perkebunan yang dilakukan atas

komoditas perkebunan strategis yaitu kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, kakao,

tebu dan tembakau. Pungutan atas ekspor komoditas perkebunan strategis tersebut

wajib dibayarkan oleh pelaku usaha perkebunan yang melakukan ekspor

komoditas perkebunan, dan/atau turunannya, pelaku usaha industri berbahan baku

hasil perkebunan, dan/atau eksportir atas perkebunan dan/atau turunannya.

Penggunaan dana dalam rangka pengembangan perkebunan. Dana perkebunan

yang dihimpun digunakan untuk kepentingan pengembangan sumber daya

manusia perkebunan, penelitian dan pengembangan perkebunan, promosi

perkebunan, peremajaan perkebunan dan/atau sarana dan prasarana perkebunan.

Permasalahan lain dari sisi produksi yang dihadapi oleh perkebunan karet

Indonesia yang sebagian besar adalah perkebunan rakyat yaitu bahan olahan karet

(bokar) yang dihasilkan umumnya bermutu rendah serta sistem pemasaran bokar

masih belum efisien dan pembentukan harganya kurang transparan sebagai akibat

lemahnya kelembagaan pemasaran pedesaan. Sehingga peningkatan harga karet

alam belum bisa sampai di tingkat petani. Kelembagaan pertanian, jika dikaitkan

dengan seluruh sistem agribisnis karet memiliki peran yang sangat penting dalam

memperkuat posisi tawar petani pada rantai pasar agribisnis karet, sehingga petani

Page 83: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

71

mempunyai kekuatan untuk menaikkan posisi tawar melalui upaya kolektifikasi

modal, kolektifikasi produksi, kolektifikasi pemasaran, serta efisiensi biaya

transaksi.

4. 3. 5. Penetapan Kebijakan Kuota Ekspor

Penetapan adanya kebijakan pembatasan ekspor karet alam berhubungan

negatif terhadap ekspor karet alam Indonesia. Ekspor karet alam Indonesia nyata

dipengaruhi oleh adanya kebijakan pembatasan kuota ekspor. Dilihat dari nilai

elastisitasnya, perilaku ekspor karet alam Indonesia tidak responsif dipengaruhi

oleh adanya kebijakan pembatasan jumlah ekspor karet alam baik dalam panjang

maupun jangka pendek.

Pembatasan kuota ekspor merupakan salah satu kebijakan yang dibentuk

oleh International Tripartite Rubber Council (ITRC), yaitu tiga negara produsen

karet terbesar di dunia, yaitu Thailand, Indonesia dan Malaysia sebagai salah satu

langkah untuk menaikan harga ekspor karet alam di perdagangan internasional.

Kondisi yang terjadi saat ini, pasokan karet alam di perdagangan

internasional tidak lagi dikuasai oleh 3 negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia)

yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC). Kondisi

saat ini, banyak negara-negara yang tidak tergabung dalam ITRC seperti Vietnam,

Laos, Philipina, India dan Srilanka memberikan kontribusi untuk permintaan karet

dunia. Bahkan negara Vietnam saat ini sudah menggeser posisi Malaysia sebagai

produsen utama karet alam.

Kebijakan pembatasan kuota ekspor tersebut dapat menjadi tidak optimal,

dikarenakan tidak menutup kemungkinan pembatasan kuota ekspor yang

Page 84: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

72

dilakukan oleh tiga negara produsen karet tersebut akan digantikan oleh negara-

negara yang tidak tergabung dalam ITRC. Pembatasan kuota ekspor akan

menyebabkan stok karet alam dalam negeri berlebih (over supply). Di Indonesia

sendiri, kondisi dalam negeri hanya bisa mengkonsumsi 18 persen dari total

produksi karet hal ini menandakan belum berkembangnya industri hilir berbahan

dasar karet alam. Saat ini, kita tergantung pada impor produk-produk karet olahan

karena kurangnya fasilitas pengolahan-pengolahan domestik dan kurangnya

industri manufaktur yang berkembang baik. Oleh karena itu inti dari kebijakan

pembatasan kuota ekspor agar tidak terjadi kelebihan stok karet alam (over

supply) adalah dengan mengurangi produksi dalam negeri dengan program

peremajaan (replanting) karet alam (Kementerian Perekonomian, 2019).

Implementasi dari kebijakan kuota ekspor karet alam perlu dilanjutkan

dengan memaksimalkan penggunaan karet dalam negeri guna meningkatkan

konsumsi domestik secara signifikan di masing-masing negara. Di Indonesia

sendiri, penggunaan karet alam terdapat pada proyek-proyek infrastruktur, seperti

jalan provinsi dan kabupaten yang tersebar di seluruh negeri, damper jalur rel,

pemisah jalan, bantalan jembatan, dan vulkanisir ban. Selain itu perlu didorong

untuk berkembangnya industri hilir berbahan baku karet alam (Kementerian

Perekonomian, 2019).

Page 85: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan respon ekspor karet alam Indonesia

dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Harga karet alam, harga karet sintetis, nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika, produksi karet alam nasional, dan adanya penetapan kebijakan kuota

ekspor karet alam secara bersama-sama mampu menerangkan variabel ekspor

karet alam Indonesia sebesar 96,7%. Variabel bebas secara bersama-sama

nyata mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya

sebagaimana ditunjukkan uji statistik F-hitung sebesar 14,537 lebih besar dari

F-tabel sebesar 8,94 pada taraf kepercayaan 95%. Pada taraf kepercayaan 95%,

perilaku ekspor karet alam Indonesia nyata dipengaruhi oleh variabel produksi

karet alam nasional dan nyata dipengaruhi oleh adanya penetapan kebijakan

kuota ekspor karet alam pada taraf kepercayaan 50%. Sedangkan variabel

kebijakan penetapan pembatasan jumlah ekspor memberikan pengaruh paling

besar terhadap kenaikan dan penurunan jumlah ekspor karet alam Indonesia

dibandingkan faktor lainnya;

2. Respon ekspor karet alam Indonesia lebih responsif terhadap perubahan

produksi karet alam nasional dibandingkan dengan variabel bebas lainnya baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti setiap perubahan

produksi karet alam akan direspon untuk menaikan atau menurunkan jumlah

karet alam Indonesia yang akan diekspor.

Page 86: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

74

5. 2. Saran

Dari hasil penelitian diperoleh penurunan atau peningkatan jumlah ekspor

karet alam Indonesia paling besar dipengaruhi oleh adanya penetapan kebijakan

kuota jumlah ekspor. Dimana faktor yang signifikan mempengaruhi ekspor karet

alam Indonesia adalah faktor produksi dan adanya penetapan kebijakan kuota

jumlah karet alam yang akan diekspor. Akan tetapi dilihat dari nilai elastisitasnya,

respon ekspor karet alam Indonesia paling responsif terhadap faktor produksi.

Oleh karena itu yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini dalam upaya

peningkatan ekspor karet alam Indonesia adalah dengan peningkatan produksi

karet alam nasional. Sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dikaji

lebih jauh cara peningkatan produksi karet alam nasional yang tepat dapat

diterapkan di perkebunan karet nasional.

Page 87: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. 2004. Prospek Karet Indonesia di Pasar Internasional: SuatuAnalisis Integrasi Pasar dan Keragaan Ekspor. Disertasi. FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor.

Amir, MS. 1999. Ekspor Impor, Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT. PustakaBinaman Pressindo.

Arnawa, I Ketut. 2011. Elastisitas dan Faktor-Faktor Yang MempengaruhiPenawaran Kedelai di Tingkat Industri. Agrimeta, Jurnal PertanianBerbasis Keseimbangan Ekosistem. Volume 1, Nomor 02, hal: 1-7.

Awat, N. 1995. Metode Statistika dan Ekonometri. Yogyakarta: Liberty.

Asean Rubber Bussines Council. 2017. Natural Rubber Statistic.http://aseanrubber.net/arbc/nr_stats/No.2_2017_(9_Dec_2017).pdf. 8November 2018.

Atik, Yansen. 2018. Analisis Harga dan Daya Saing Ekspor Karet Alam diProvinsi Lampung. Tesis. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Karet Indonesia Tahun 2017. Jakarta: BadanPusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2019. Indeks Harga Konsumen dan Inflasi BulananIndonesia. https://www.bps.go.id/statictable/2009/06/15/907/indeks-harga-konsumen-dan-inflasi-bulanan-indonesia-2005-2019.html.

Badan Pusat Statistik. 2019. Indeks Harga Konsumen Beberapa Negara.https://www.bps.go.id/statictable/2009/06/15/907/indeks-harga-konsumen-dan-inflasi-bulanan-indonesia-2005-2019.html.

Basuki, Agus Tri. 2017. Pengantar Ekonometrika. Yogyakarta: Danisa Media.

Boediono, 1995. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi: Ekonomi Moneter.Yogyakarta: BPFE UGM.

Boerhendhy, I., & Amypalupy, K. 2011. Optimalisasi Produktivitas Karet MelaluiPenggunaan Bahan Tanam, Pemeliharaan, Sistem Eksploitasi, danPeremajaan Tanaman. Jurnal Litbang Pertanian, Vol.30(1), Hal: 23-29.

Page 88: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

76

Burger K, Smit H, Vogelvang B. 2002. Exchange Rates and Natural RubberPrices, the Effect of the Asian Crisis. Paper prepared for the presentationat the Xth EAAE Congress ‘Exploring Diversity in the European Agri-Food System’, 28-31 August 2002, Zaragoza.

Daras, Usman dan Juniaty Towaha. 2013. Keunggulan Karet Alam dibandingKaretSintetis.http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/component/content/article/49-infotekno/182-keunggulan-karet-alam-dibanding-karet-sintetis.2 Mei 2019.

Direktorat Jenderal Industri Agro. 2016. Pemanfaatan Sistem Resi Gudang KaretMasih Minim. http://agro.kemenperin.go.id/3292-Pemanfaatan-Resi-Gudang-Karet-Masih-Minim. 28 Agustus 2019.

Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. 2017. Roadmap Karet2015 – 2045. Jakarta: Ditjen. Perkebunan.

______________________________________________. 2018. StatistikPerkebunan Indonesia Komoditi Karet. Jakarta: Ditjen. Perkebunan.

Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional. 2018. InternationalTripartite Rubber Council (ITRC).http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/apec-oi/organisasi-komoditi-internasional/itrc. 19 November 2018.

Dewan Karet Indonesia (Indonesian Rubber Council). 2018. Data Industri KaretIndonesia Tahun 2017. Jakarta: Dewan Karet Indonesia.

Drajat, B dan N. Cicilia. 2000. Perkembangan Karet Alam Dunia. TinjauanKomoditas Perkebunan, Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia danDirektorat Jenderal Perkebunan, Vol.2, No.1

Elwamendri, 2000. Perdagangan Karet Alam antar Negara Produsen Utama danAmerika Serikat. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Ervani, Eva. 2013. Export and Import Performance Of Indonesia’s AgricultureSector. Journal of Economics and Policy 6 (1): 54-63. DOI: 10.15294/jejak.v6i1.3748

Gapkindo. 2018. Indonesia Natural Rubber Statistic Book. Jakarta: GabunganPerusahaan Karet Indonesia.

Ginting, Ari Mulianta. 2013. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Ekspor Indonesia.Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, Hal 1-18.

Page 89: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

77

George, S dan Meti, S. 2018. Cocoa and Coffee as Intercrops in Mature RubberPlantation: Effects On Growth and Yield of Rubber and Physico-ChemicalProperties of Soil. Rubber Science, 31(1): 31-40.http://www.rubberscience.in/about-journal.html.

Gujarati, D. dan Dawn C. Porter. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika, Buku 1.Jakarta: Salemba Empat.

Gujarati, D. dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika, Buku 2.Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.Semarang: Universitas Diponegoro.

Haryadi. 2007. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Bogor: Biografika.

Hastuti W. 2006. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Harga Ekspor KomoditiKayu Indonesia. Tesis Magister Ekonomi, Universitas Indonesia.

Indonesia investment. 2018. Karet (Alam). https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/karet/item185. 16 November 2018.

IRSG. 2002. Rubber Statistical Bulletin. International Rubber Study Group.Singapore.

____. 2018. Rubber Statistical Bulletin. International Rubber Study Group.Singapore.

Kamaludin, R. 2018. Competitiveness And Exports Sustainability of TheIndonesian Natural Rubber. Sriwijaya International Journal of DynamicEconomics and Business, Vol 2 (1), Hal: 85-98.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2019. Siaran Pers: PerbaikiHarga Karet Alam, Pemerintah Batasi Kuota Ekspor dan TingkatkanPenggunaan Karet di Dalam Negeri. Bagian Hubungan MasyarakatKementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta.

Kristiningsih, Titien. 2011. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Ekspor Karetalam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang. Tesis. Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor.

Krugman, P.R. and Obstfeld, M. 2002.International Economics: Theory andPolicy 6th Edition. Boston: Pearson Education International.

Page 90: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

78

Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif. Yogyakarta: AMP YKPN.

Kotler dan Amstrong. 2001. Prinsip – Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition ofEconometric Methods 2nd. Ed., Macmillan Publishers Ltd. London.

Labys, W. C. 1973. Dynamic Commodity Models: Spesification, Estimation andSimulation. Lexington: D.C. Heat and Company.

Lindung dan Jamil, A.S. 2018. Posisi Daya Saing dan Tingkat Konsentrasi PasarEkspor Karet Alam Indonesia di Pasar Global. Jurnal Agrisep Vol.17No.2. Hal 119-128. DOI: 10.31186/jagrisep.17.2.119-128.

Mankiw, dkk. 2012. Pengantar Ekonomi Makro, Volume 2. Jakarta: SalembaEmpat.

Manggabarani, Achmad. 2012. Karet Alam Sebagai ATM Petani dan SumberDevisa Negara. Jakarta: Media Perkebunan.

Mubyarto dan Awan Setya Dewanta. 1991. Karet: Kajian Sosial-Ekonomi.Yogyakarta: Aditya Media.

Napitupulu, D.M.T., 2004. Model Perdagangan Karet Alam Indonesia. SimulasiKebijakan Menghadapi Kesepakatan Tripartite dan Perdagangan Bebas.Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Brawijaya.

Nazaruddin dan Farry B. Paimin. 1992. Karet, Budidaya dan Pengolahan, StrategiPemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pratama, Akdi Martin. 2018. Sri Mulyani: Ekspor Dapat Untung dari PelemahanRupiah. https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/07/205217626/sri-mulyani-eksportir-dapat-untung-dari-pelemahan-rupiah. 28 Februari 2019.

Sahuri. 2019. Teknologi Tumpangsari Karet - Tanaman Pangan: Kendala DanPeluang Pengembangan Berkelanjutan. Jurnal Litbang Pertanian, Vol.38,No 1, Hal: 23-34. DOI: 10.21082/jp3.v38n1.2019, p23-34.

Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga.

Samuelson, Paul A dan Nordhus William D., 1993. Mikro Ekonomi. Jakarta:Erlangga.

Page 91: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

79

Sidabalok,S. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi EksporKomoditas Teh Indonesia. Jurnal Pendidikan Sosial Humaniora,Vol.2No.2. Hal.291 -297.

Silalahi, Agnes Verawaty. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor KaretIndonesia. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Sinuraya, Julia F. 2000. Respon Produksi dan Ekspor Karet Sumatera Utara.Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Sinclair, dkk. 2015. Analisis Respon Penawaran dan Permintaan Karet AlamIndonesia. Indonesian Journal of Agriculture Economic, Volume 6,Nomor 1: 29-38.

Simorangkir, Iskandar dan Susena. 2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. PusatPendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia. Jakarta: BankIndonesia.

Sukirno, Sadono. 1994a. Teori Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: RajaGrafindo.

______________. 1994b. Teori Pengantar Teori Mikroekonomi. Jakarta: RajaGrafindo.

_____________. 2002. Ekonomi Pembangunan Proses Masalah dan DasarKebijaksanaan. Jakarta: UI-Press.

Sudrajat, S.W.M. 1988. Mengenal Ekonometrika Pemula. Bandung: Armico.

Syarifuddin, Ferry. 2015. Konsep, Dinamika dan Respon Kebijakan Nilai Tukardi Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia Institute.

Tambunan, Tulus. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran.Jakarta: Pustaka LP3ES.

Tan, Syamsurizal. 2004. Ekonomi Internasional. Jakarta: Citra Indonesia.

Tety, Ermi. 2002. Penawaran dan Permintaan Karet Alam Indonesia Di PasarDomestik dan Internasional. Tesis. Fakultas Pertanian, Institut PertanianBogor.

Todaro, M.P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, dalam HarisMunandar (Penerjemah). Jakarta: Erlangga.

Page 92: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

80

Yanita, M., et al (2016, September 6). Determinant Analysis for Rubber Export inIndonesia. International Journal of Scientific and Research Publications,Volume 6, Issue 9: 478-481. Retrieved fromhttp://www.ijsrp.org/research-paper-0916.php?rp=P575808.

Zuhra, CF. 2006. Karya Ilmiah; Karet. Departemen Kimia, Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Page 93: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

Harga KaretAlam*

Harga KaretSintetis*

Nilai Tukar** Produksi**Volume

Ekspor**Kuota Ekspor

(US Dollar/Ton) (US Dollar/Ton) (Rupiah/Dollar) (Ton) (Ton) (Ton)

2008 2530 2510 10950 2751296 2295456 0 91 992009 1800 1520 9400 2440347 1991263 1 95 982010 3380 2300 8991 2734854 2350640 0 100 1002011 4520 3770 9068 2990184 2555739 0 105 1032012 3160 2900 9670 3012254 2444438 1 110 1052013 2520 2060 12189 3237433 2701995 0 117 1072014 1710 1880 12440 3153186 2623425 0 124 1092015 1370 1300 13795 3108260 2630313 0 132 1092016 1380 1440 13436 3357951 2578791 1 137 1102017 1650 1920 13548 3629506 2992529 1 142 112

Lampiran 1

Data Nominal Variabel Bebas

Sumber:

** Badan Pusat Statistik (2019)

TahunIHK

Indonesia**

IHKUSA**

81

Page 94: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

Harga Karet AlamHarga Karet

SintetisNilai Tukar Produksi Volume Ekspor Kuota Ekspor

(US Dollar/Ton) (US Dollar/Ton) (Rupiah/Dollar) (Ton) (Ton) (Ton)

2008 2812 2790 13022 2751296 2295456 02009 1923 1624 10222 2440347 1991263 12010 3380 2300 8991 2734854 2350640 02011 4159 3469 8427 2990184 2555739 02012 2732 2616 8435 3012254 2444438 12013 2018 1805 9527 3237433 2701995 02014 1266 1595 8729 3153186 2623425 02015 953 904 8567 3108260 2630313 02016 915 955 7883 3357951 2578791 12017 1032 1201 7533 3629506 2992529 1

Tahun

Tahun 2010

Page 95: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

Tahun 2015

Harga Karet AlamHarga Karet

SintetisNilai Tukar Produksi Volume Ekspor Kuota Ekspor

(US Dollar/Ton) (US Dollar/Ton) (Rupiah/Dollar) (Ton) (Ton) (Ton)

2008 4044 4012 20969 2751296 2295456 02009 2766 2336 16461 2440347 1991263 12010 4861 3308 14478 2734854 2350640 02011 5981 5981 13571 2990184 2555739 02012 3928 3928 13584 3012254 2444438 12013 2901 2372 15342 3237433 2701995 02014 1821 2002 14057 3153186 2623425 02015 1370 1300 13795 3108260 2630313 02016 1316 1374 12695 3357951 2578791 12017 1485 1728 12131 3629506 2992529 1

Tahun

Page 96: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

82

Lampiran 2

1. Descriptives

2. Korelasi

Descriptive Statistics

10 915.00 4159.00 2119.0000 1124.2136010 904.00 3469.00 1925.9000 847.9830310 7533.00 13022.00 9133.6000 1566.2180410 2440347 3629506 3041527 340642.5962610 1991263 2992529 2516459 268380.9558010 .00 1.00 .4000 .5164010 .00 2701995 2217206 806821.9348210

Harga Karet AlamHarga Karet SintetisNilai TukarProduksiVolume EksporKuota EksporVolume Ekspor (t-1)Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Correlations

1 -.390 -.324 -.597 .956** -.047 .413.265 .361 .068 .000 .897 .235

10 10 10 10 10 10 10-.390 1 .949** .293 -.524 -.359 -.387.265 .000 .411 .120 .309 .270

10 10 10 10 10 10 10-.324 .949** 1 .372 -.441 -.332 -.463.361 .000 .290 .202 .349 .178

10 10 10 10 10 10 10-.597 .293 .372 1 -.630 -.338 -.903**.068 .411 .290 .051 .339 .000

10 10 10 10 10 10 10.956** -.524 -.441 -.630 1 .173 .452.000 .120 .202 .051 .633 .190

10 10 10 10 10 10 10-.047 -.359 -.332 -.338 .173 1 .318.897 .309 .349 .339 .633 .371

10 10 10 10 10 10 10.413 -.387 -.463 -.903** .452 .318 1.235 .270 .178 .000 .190 .371

10 10 10 10 10 10 10

Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N

Volume Ekspor

Harga Karet Alam

Harga Karet Sintetis

Nilai Tukar

Produksi

Kuota Ekspor

Volume Ekspor (t-1)

VolumeEkspor

HargaKaret Alam

Harga KaretSintetis Nilai Tukar Produksi Kuota Ekspor

VolumeEkspor (t-1)

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.

Page 97: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

83

3. Regression _Model

Variables Entered/Removedb

VolumeEkspor(t-1), KuotaEkspor,Produksi,HargaKaretSintetis,NilaiTukar,HargaKaret Alam

a

. Enter

Model1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: Volume Eksporb.

Model Summaryb

.983a .967 .900 84764.65597Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Volume Ekspor (t-1), KuotaEkspor, Produksi, Harga Karet Sintetis, Nilai Tukar,Harga Karet Alam

a.

Dependent Variable: Volume Eksporb.

Model Summaryb

2.885Model1

Durbin-Watson

Dependent Variable: Volume Eksporb.

ANOVAb

6.3E+011 6 1.044E+011 14.537 .025a

2.2E+010 3 71850469026.5E+011 9

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Volume Ekspor (t-1), Kuota Ekspor, Produksi, Harga KaretSintetis, Nilai Tukar, Harga Karet Alam

a.

Dependent Variable: Volume Eksporb.

Page 98: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

84

Coefficientsa

226837.9 1485990 .153 .88822.489 125.144 .094 .180 .869-6.922 142.677 -.022 -.049 .964-9.558 75.565 -.056 -.126 .907

.783 .194 .994 4.028 .028-111215 68370.492 -.214 -1.627 .202

.003 .113 .008 .024 .983

(Constant)Harga Karet AlamHarga Karet SintetisNilai TukarProduksiKuota EksporVolume Ekspor (t-1)

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Volume Ekspora.

Coefficientsa

.040 24.793

.055 18.336

.057 17.545

.182 5.491

.640 1.561

.096 10.422

Harga Karet AlamHarga Karet SintetisNilai TukarProduksiKuota EksporVolume Ekspor (t-1)

Model1

Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Volume Ekspora.

Collinearity Diagnosticsa

5.986 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00.700 2.923 .00 .00 .00 .00 .00 .40 .00.215 5.274 .00 .01 .01 .00 .00 .35 .01.081 8.594 .00 .01 .00 .01 .00 .00 .05.011 23.199 .00 .08 .15 .03 .08 .00 .05.006 32.175 .00 .38 .51 .02 .07 .01 .13.000 160.641 1.00 .52 .32 .95 .85 .23 .76

Dimension1234567

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant)Harga

Karet AlamHarga Karet

Sintetis Nilai Tukar Produksi Kuota EksporVolume

Ekspor (t-1)

Variance Proportions

Dependent Variable: Volume Ekspora.

Residuals Statisticsa

1966574 2906883 2516459 263881.26459 10-2.084 1.480 .000 1.000 10

53604.547 84586.648 70260.302 10166.544 10

1816428 3428527 2638851 423146.70363 10-111365 85646.25 .00000 48938.89694 10

-1.314 1.010 .000 .577 10-1.696 1.581 -.060 .906 10

-1133070 209672.2 -122392 386172.01447 10-6.824 3.160 -.411 2.506 102.699 8.062 5.400 1.792 10.000 25.419 2.860 7.945 10.300 .896 .600 .199 10

Predicted ValueStd. Predicted ValueStandard Error ofPredicted ValueAdjusted Predicted ValueResidualStd. ResidualStud. ResidualDeleted ResidualStud. Deleted ResidualMahal. DistanceCook's DistanceCentered Leverage Value

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: Volume Ekspora.

Page 99: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

85

NPar Tests

4. Scatterplot Uji Heterokedastisitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

10.0000000

.57735027.294.173

-.294.928.355

NMeanStd. Deviation

Normal Parametersa,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

StandardizedResidual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Page 100: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

86

Lampiran 3.

Luas Areal dan Produksi Karet Kering Perkebunan Indonesia Menurut Provinsi danStatus Pengusahaannya Tahun 2017

Luas Areal(Ha)

Produksi(Ton)

Luas Areal(Ha)

Produksi(Ton)

Luas Areal(Ha)

Produksi(Ton)

Luas Areal(Ha)

Produksi(Ton)

1 Aceh 18.159 7.270 17.900 14.356 80.031 78.739 116.090 100.365

2 Sumatera Utara 68.488 87.451 106.736 127.255 275.083 249.449 450.307 464.155

3 Sumatera Barat - - - - 130.686 159.707 130.686 159.707

4 Riau 12.608 17.861 27.585 37.061 310.121 307.901 350.314 362.823

5 Jambi - - 0 0 375.804 320.600 375.804 320.600

6 Sumatera Selatan 12.609 12.896 37.090 51.230 788.830 933.940 838.529 99.806

7 Bengkulu 7.509 7.944 15.491 16.701 75.960 101.620 98.960 126.265

8 Lampung 16.916 14.897 6.806 7.888 134.160 139.109 157.882 161.894

9 Bangka Belitung - - - - 47.680 59.783 47.680 59.783

10 Kepulauan Riau - - 4.521 353 20.981 21.545 25.502 25.398

11 DKI Jakarta - - - 26.968 - - - -

12 Jawa Barat 27.420 22.373 27.524 7.373 7.818 4.920 62.762 54.261

13 Jawa Tengah 26.411 29.876 6.968 - 3.821 2.197 37.200 39.446

14 D.I. Yogyakarta - - - 7.694 26 10 26 10

15 Jawa Timur 17.752 19.356 7.395 5.033 - - 25.147 27.050

16 Banten 0 0 5.927 381 10.006 7.980 15.933 13.013

17 Bali - - 520 - - - 520 381

18 Nusa Tenggara Barat - - - - - - - -

19 Nusa Tenggara Timur - - - 22.900 - - - -

20 Kalimantan Barat 2.725 2.246 13.643 3.317 350.525 243.064 366.893 268.210

21 Kalimantan Tengah 3.889 3.893 5.759 12.679 271.587 156.324 281.235 163.534

22 Kalimantan Selatan 12.909 16.202 1.129 28.997 159.706 153.851 183.905 182.732

23 Kalimantan Timur 2.449 4.307 20.922 - 48.963 51.130 72.334 84.434

24 Kalimantan Utara - - - - 1.412 231 1.412 231

25 Sulawesi Utara - - - - - - - -

26 Sulawesi Tengah 1.726 1.500 - 3.656 2.225 5.382 3.725

27 Sulawesi Selatan - - 5.413 7.224 2.414 1.548 7.827 8.808

28 Sulawesi Tenggara - - - - 299 28 229 28

29 Gorontalo - - - - - - - -

30 Sulawesi Barat - - - - - - - -

31 Maluku 1.516 1.214 1.243 0 - - 2.759 1.214

32 Maluku Utara - - - - - - - -

33 Papua Barat - - - - - - - -

34 Papua - - - - 3.741 3.373 3.741 3.373

233.086 249.286 322.733 380.910 3.103.310 2.999.310 3.659.129 3.629.506

Sumber : Statistik Karet Indonesia (Badan Pusat Statistik 2018)

INDONESIA

Perkebunan Besar Negara Perkebunan Besar Swasta Perkebunan Rakyat Jumlah

No Provinsi

Page 101: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

87

Lampiran 4.

Luas Areal menurut Status Tanaman, Produksi Karet Kering, dan ProduktivitasPerkebunan Indonesia menurut Provinsi, Tahun 2017.

TBM TM TTM Jumlah1 Aceh 21.391 83.245 11.454 116.090 100.365 1.2062 Sumatera Utara 37.368 408.923 4.016 450.307 464.155 1.1353 Sumatera Barat 10.782 119.044 860 130.686 159.707 1.3424 Riau 26.146 309.376 14.792 350.314 362.823 1.1735 Jambi 56.408 304.958 14438 375.804 320.600 1.0516 Sumatera Selatan 110.422 711.006 17.101 838.529 998.066 1.4047 Bengkulu 16.943 80.609 1.408 98.960 126.265 1.5668 Lampung 29.246 127.688 948 157.882 161.894 1.2689 Bangka Belitung 3.566 37.280 6.834 47.680 59.783 1.604

10 Kepulauan Riau 3.474 18.638 3.390 25.502 25.398 1.36311 DKI Jakarta - - - - - -12 Jawa Barat 15.569 38.570 8.623 62.762 54.261 1.40713 Jawa Tengah 9.653 26.775 772 37.200 39.446 1.47314 D.I. Yogyakarta 9 10 7 26 10 1.00015 Jawa Timur 6.006 17.933 1.208 25.147 27.050 1.50816 Banten 1825 12.309 1.799 15.933 13.013 1.05717 Bali 161 359 0 520 381 1.06118 Nusa Tenggara Barat - - - - - -19 Nusa Tenggara Timur - - - - - -20 Kalimantan Barat 55.777 301.894 9.222 366.893 268.210 88821 Kalimantan Tengah 47.310 228.951 4.974 281.235 163.534 71422 Kalimantan Selatan 24.682 156.535 2.688 183.905 182.732 1.16723 Kalimantan Timur 16.657 54.864 813 72.334 84.434 1.53624 Kalimantan Utara 801 529 82 1.412 231 43725 Sulawesi Utara - - - - - -26 Sulawesi Tengah 1.057 3.975 350 5.382 3.725 93727 Sulawesi Selatan 1.905 5.752 170 7.827 8.808 1.53128 Sulawesi Tenggara 132 66 101 299 28 42429 Gorontalo - - - - - -30 Sulawesi Barat - - - - - -31 Maluku 1.273 1.486 0 2.759 1.214 81732 Maluku Utara - - - - - -33 Papua Barat - - - - - -34 Papua 411 3.190 140 3.741 3.373 1.057

498.974 3.053.965 106.190 3.659.129 3.629.506 1.188

Sumber : Statistik Karet Indonesia (Badan Pusat Statistik 2018)

INDONESIA

Luas (Ha) Produksi(Ton)

Produktivitas(Kg/Ha)

No Provinsi

Page 102: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

88

Lampiran 4.

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (MiliarRupiah), Tahun 2013-2017.Kategori Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

A Pertanian, Kehutan dan Perikanan 1.275.048,40 1.409.655,70 1.555.207,00 1.671.330,30 1.785.880,70

1Pertanian, Peternakan, Perburuan dan JasaPertanian

994.778,40 1.089.549,70 1.183.968,60 1.266.848,60 1.344.732,20

a. Tanaman Pangan 332.111,90 343.252,30 397.408,60 425.179,10 437.803,60

b. Tanaman Holtikultura 137.368,80 160.568,60 174.453,20 187.402,60 196.131,70

c. Tanaman Perkebunan 358.172,40 398.260,70 405.291,50 428.782,60 471.307,80

d. Peternakan 147.981,90 167.008,00 184.151,50 201.085,50 213.468,10

e. Jasa Pertanian dan Perburuan 19.143,40 20.460,10 22.663,80 24.398,80 26.021,00

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 69.599,20 74.618,00 82.321,80 87.389,90 91.618,20

3 Perikanan 210.670,80 245.488,00 288.916,60 317.091,80 349.530,30

B Pertambangan dan Penggalian 1.505.745,80 1.039.423,00 881.694,10 890.868,30 1.028.772,20

1 Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi 520.088,10 509.783,30 384.515,90 364.985,60 390.480,00

2 Pertambangan Batubara dan Lignit 282.193,10 259.766,60 229.973,90 231.697,80 323.364,50

3 Pertambangan Bijih Logam 98.468,40 93.615,20 74.264,20 73.301,00 94.322,30

4 Pertambangan dan Penggalian Lainnya 149.996,20 176.257,90 192.940,10 220.883,90 220.605,40

C Industri Pengolahan 2.007.426,80 2.227.584,00 2.418.891,70 2.545.203,50 2.739.415,00

1 Industri Batubara dan Pengilangan Migas 314.215,50 337.200,60 320.845,10 286.399,90 309.142,30

2 Industri Makanan dan Minuman 491.142,40 562.016,60 647.071,90 740.810,20 834.402,70

3 Industri Pengolahan Tembakau 82.684,30 95.668,10 108.651,60 117.086,30 121.986,20

4 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 129.912,00 139.031,60 139.393,60 143.545,00 150.427,10

5 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 24.810,00 28.600,20 31.440,90 35.214,10 36.988,00

6Industri Kayu, Barang dar Kayu dan Gabusdan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan danSejenisnya

66.958,00 76.071,90 77.993,40 80.077,60 81.582,90

7Industri Kertas dan Barang dari Kertas,Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

74.319,00 84.372,50 87.760,40 89.650,00 97.060,00

8 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 157.042,10 180.037,20 209.788,20 223.404,70 236.186,409 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 76.466,30 80.262,90 85.951,40 79.100,90 85.868,8010 Indutri Barang Galian Bukan Logam 69.400,60 76.852,00 83.371,00 89.056,00 89.605,5011 Industri Logam Dasar 74.495,10 82.118,80 90.159,30 89.559,70 98.846,60

12Industri Barang Logam; Komputer, BarangElektronik, Optik dan Peralatan Listrik

186.194,90 198.080,60 226.678,10 241.756,50 252.740,00

13 Industri Mesin dan Perlengkapan 25.504,20 33.078,80 37.287,50 40.169,50 43.092,4014 Industri Alat Angkutan 192.768,00 207.401,40 220.511,00 236.558,90 246.915,3015 Industri Furniture 24.930,60 28.117,70 31.339,70 32.124,20 33.868,60

16Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasidan Pemasangan Mesin dan Peralatan

16.583,80 18.673,10 20.648,60 20.690,00 20.702,20

D Pengadaan Listrik dan Gas 98.686,80 114.905,10 129.833,70 142.344,40 162.339,901 Ketenagalistrikan 74.358,30 84.150,80 100.645,20 112.792,30 132.975,902 Pengadaan Gas dan Produksi Es 24.328,50 30.754,30 29.188,50 29.552,10 29.364,00

EPengadaan Air, Pengolalaan Sampah,Limbah dan Daur Ulang

7.209,00 7.840,60 8.546,30 8.942,50 9.720,30

F Konstruksi 905.990,50 1.041.949,50 1.177.084,10 1.287.659,30 1.409.833,80

GPerdagangan Besar dan Eceran; ReparasiMobil dan Sepeda Motor

1.261.145,60 1.419.239,40 1.532.876,70 1.635.259,00 1.767,30

1Perdagangan Mobil, Sepeda Motor danReparasinya

258.942,30 292.839,10 311.606,10 334.787,80 356.588,00

2Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobildan Sepeda Motor

1.002.203,30 1.126.400,30 1.221.270,60 1.300.471,20 1.411.130,30

Page 103: RESPON EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TESISrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47698/1/RITA... · Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia..... 3 1.3. Perkembangan Konsumsi

89

Lanjutan

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (MiliarRupiah), Tahun 2013-2017.Kategori Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

H Transportasi dan Pergudangan 375.305,90 466.968,90 578.464,30 644.999,50 735.229,601 Angkutan Rel 3.142,50 4.227,90 6.577,30 7.319,10 9.172,002 Angkutan Darat 190.200,70 225.881,60 281.079,10 300.985,00 328.306,703 Angkutan Laut 30.061,90 36.074,90 39.307,30 39.907,10 41.985,804 Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 11.164,60 13.137,30 14.266,80 14.185,40 15.077,505 Angkutan Udara 77.721,80 108.791,90 143.664,00 177.904,10 220.966,60

6Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan,Pos dan Kurir

63.014,40 78.855,30 93.569,80 104.698,80 119.721,00

IPenyediaan Akomodasi dan MakanMinum

289.498,30 321.062,10 341.555,80 363.055,50 387.467,10

1 Penyedian Akomodasi 63.489,00 74.255,10 80.790,50 86.421,40 91.822,702 Penyedian Makan Minum 226.009,30 246.807,00 260.765,30 276.634,10 295.644,40J Informasi dan Komunikasi 341.009,40 369.457,30 406.016,50 449.188,90 515.888,90

K Jasa Keuangan dan Asuransi 370.131,90 408.438,80 464.399,90 520.087,50 571.128,501 Jasa Perantara Keuangan 237.169,60 256.028,90 290.943,10 327.378,20 353.059,702 Asuransi dan Dana 76.004,50 87.336,50 99.041,10 109.268,60 124.062,203 Jasa Keuangan Lainnya 48.278,50 55.244,70 63.465,30 71.824,50 81.422,004 Jasa Penunjang Keuangan 8.679,30 9.828,70 10.950,40 11.616,20 12.584,60L Real Estate 364.275,00 294.573,40 327.601,40 350.488,20 379.782,50

M,N Jasa Perusahaan 144.604,10 165.990,60 190.267,90 211.623,60 238.217,00

OAdministrasi Pemerintahan, Pertahanandan Jaminan

372.195,00 404.629,60 449.382,40 479.793,60 502.238,90

P Jasa Pendidikan 307.862,30 341.818,40 387.611,40 418.346,80 446.785,30Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 96.881,30 109.147,20 123.191,50 132.544,60 144.966,50

R,S,T,U Jasa Lainnya 140315,50 163548,80 190581,00 211455,60 239122,009.308.331,60 10.306.232,40 11.163.205,70 11.963.191,10 13.064.506,50

237.802,40 263.472,90 363.127,10 443.583,00 524.290,80

9.546.134,00 10.569.705,30 11.526.332,80 12.406.774,10 13.588.797,30

Nilai Tambah Bruto Atas Harga Dasar

Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk

Produk Domestik BrutoSumber : Badan Pusat Statistik (2017)