RESENSI BUKU TEKNOLOGI CANGGIH DAN KEBEBBASAN MANUSIA.docx
-
Upload
linur-huda -
Category
Documents
-
view
235 -
download
11
Transcript of RESENSI BUKU TEKNOLOGI CANGGIH DAN KEBEBBASAN MANUSIA.docx
RESENSI BUKU TEKNOLOGI CANGGIH DAN KEBEBASAN
MANUSIA
PAPER
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Sejarah
yang dibina oleh Bapak Haryono
Oleh:
Muhammad Linur Huda 100731403604
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
April 2013
1. Deskrisi pengarang dan buku
Nama pengarang : Lewis H. Laphan(penyunting)
Judul : taknologi Canggih dan Kebebasan Manusia
Tebal : xxiii + 201 halaman
Kota terbit : Jakarta
Penerbit : Yayasan Obor
Tahun penerbitan : 1989
20 judul dalam jurnal ini adalah sebuah kumpulan tulisan yang merupakan masukan
untuk sebuah simposium , yang diselenggarakan di bulan Desember 1983 di Wasngton oleh
Lembaga Smitsonian di kota Washington D.C. dengan tema “Jalan Setelah 1984: Teknologi
Canggih dan Kebebasan Manusia.” Buku George Orwell Sembilan Belas Delapan Puluh
Empat dipergunakan sebagai batu loncatan manusia untuk meneliti dampak-dampak
teknologi terhadap kebebasan manusia. Dalam simposium tersebut berbagai cendekiawan
telah memberikan pandangan mereka terhadap dampak-dampak teknologi mutakhir, baik
yang telah ada maupun yang sudah dikembangkan.
Dalam pembagian isi, buku ini terbagi menjadi empat bagian isi. Masing-masing pada
empat bagian ini adalah: Jalan Setelah 1984, Dilema, Prespektif Asing, dan Media serta
sebuah epilog. Permasalahan pada buku ini telah dikelompokkan dengan baik menurut tema
yang akan di bahas dalam buku ini. Hal ini memudahkan para pencari informasi untuk lebih
pada pokok bahasan yang diinginkan. Informasi yang dapat kita dapatkan dalam buku ini
memberikan uraian yang menarik. Jika kita ambil salah satu contoh adalah tentang bab
pertama tentang Jalan Setelah 1984. Pada bab ini menguraikan mengenai mesin yang dapat
berfikir (komputer). Upaya untuk membuat alat tersebut awalnya memberikan harapan
terutama ahli teknologi. Tetapi semakin lama mereka berusaha membuatnya, mereka
menemukan banyak halangan yang tidak mudah. Bahkan dalam masa buku ini dibuat
membuat alat yang bisa berfikir layaknya manusia sangat mustahil.
2. Pandangan penulis tentang sejarah
Penulis disini dengan menggunakan kesamaan pijakan dengan para penulis dibunga
rampai ini menggunakan filsafat yang oleh David Bebbyngton (1979: 17-20) termasuk dalam
aliran pemikiran yang melihat perkembangan sejarah sebagai proses yang bergerak secara
linier kearah kemajuan, dan filosofis yang mewakili aliran ini adalah Comte. Metode Filsafat
yang tersaji didalam buku ini adalah metode Empiris. Buku ini memberikan penekanan
bahwa pengalaman terutama dalam pengembangan teknologilah yang menyajikan pengertian
benar, sehingga semua pengertian dalam intropeksi dibandingkan dengan cerapan-cerapa dan
impresi disusun secara geometris.
Pandangan penulis terutama kaitannnya dengan filsafat sejarah pada intinya adalah
bahwa proses sejarah teknologi itu ditentukan oleh siapa yang menggunakannya, ia
mengibaratkan teknologi itu bersifat netral dengan pisau dan garpu. Selama keduanya
digunakan sebagaimana tugas dan fungsinya maka tidak akan ada dampak negatif yang akan
ditemui. Jika pisau dan garpu digunakan untuk menyayat daging bistik jelas tidak ada
pengaruh buruk yang muncul. Namun jika ia digunakan untuk melakukan tindakan yang
bertujuan untuk mengganggu orang lain seperti kriminalitas, pembunuhan, penodongan dan
lain-lain inilah yang menimbulkan efek yang negatif.
Sejarah dipengaruhi oleh kebebasan pelaku yang ada didalamnya. Jika sebuah
masyarakat yang ditindas dan ditutup oleh penguasa dengan tidak memberikan peluang
kepada anggota masyarakat untuk berfikir kritis, akan membawa masyarakat menjadi
masyarakat yang tidak memiliki kemampuan untuk lebih kreatif dan daya cipta yang tinggi.
Namun perlu dingat meskipun masyarakat dengan keadaan ditindas dan ditutup, semangat
mereka tentang kemerdekaan manusia tidak dapat dipadamkan secara habis, betapapun
hebatnya penindasan dan pengawasan yang dilakukan pemegang kekuasaan sentralyang
multak itu. Jika manusia sungguh-sungguh ingin merdeka han memiliki hak asasinya, maka
manusia akan selalu berhasil mengatasi penindasan dalam bentuk apapun meskipun itu
mempergunakan alat-alat yang canggih.
Para individu-individu dalam pergerakan sejarah memiliki kesempatan-kesempatan
untuk memungkinkan peluang mereka dalam menikmati kebebasan yang lebih besar dan
berkesinambungan. Dalam sistem-sistem yang dikawal dengan ketat dan bek, hubungan-
hubungan antara manusia dipersempit, kebebasan antara hubungan manusia dengan manusia
dan upaya manusia untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dihari ini tidak dapat berjalan
dengan mulus.
Kaitannya dengan sejarah Indonesia, buku ini memberikan argumen bahwa jika kita
di Indonesia mengatakan bahwa bangsa kita ingin menggapai modernisasi masyarakat dan
manusa Indonesia maka kita harus melepaskan dirikita dari kebekuan dan ikatan-ikatan
feodal dalam budaya kita. Hal ini disetujui oleh Elliot D. Chapple bahwa untuk mengubah
masyarakat tradisional, kita perlu memotong tali-temali yang dipergunakan oleh kekuasaan
sentral atau establishment untuk memaksakan keseragaman atau sedikitnya apa yang terlihat
sebagai keseragaman, dalam menerima petunjuk-petunjuk dari dari atas.