REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU...

29
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis Rapat Rapat Ke Sifat Rapat Dengan Hari I Tanggal Pukul T em pat Rapat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara Anggota yang hadir Nama Anggota Pimpinan Pansus Pemilu: 2007-2008 Rapat Kerja IV (Empat) Terbuka Menteri Dalam Negeri, Menteri Sekretaris Negara & Menteri Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB- selesai Ruang Rapat Komisi II DPR Rl (KK 111/Gd. Nusantara) Drs. Ferry Mursyidan Baldan I Ketua Pans us Pemilu Suroso, SH/Kabagset Pansus Pemilu Pembahasan DIM RUU Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD 39 dari 50 orang anggota Pansus Pemilu 11 orang ljin 1. Drs. Ferry Mursyidan Baldan/F-PG/Ketua 2. DR. Yasona H. Laoly, SH, MS/F·PDIP/Waket 3. DR. H.B. Tamam Achda, M,Si/F-PPP/Waket 4. Ignatius Mulyono/F·PD/Waket 5. DR. lr. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc/F-PAN/Waket Fraksi Partai Golkar : Fraksi Kebangkitan Bangsa : 6. Drs. H.A. Mudjib Rochmat 31. H.A. Effendy Choirie, M.Ag. MH 7. Mustokoweni Murdi, SH 32. Prof. DR. Moh. Mahfud MD 8. Dr. Mariani Akib Baramuli, MM 33. Drs. H. Saifullah Ma'Shum, M.Si

Transcript of REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU...

Page 1: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS

RUU TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Tahun Sidang Masa Persidangan Jenis Rapat Rapat Ke Sifat Rapat Dengan

Hari I Tanggal Pukul T em pat Rapat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara

Anggota yang hadir

Nama Anggota

Pimpinan Pansus Pemilu:

2007-2008

Rapat Kerja IV (Empat) Terbuka Menteri Dalam Negeri, Menteri Sekretaris Negara & Menteri Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB- selesai Ruang Rapat Komisi II DPR Rl (KK 111/Gd. Nusantara) Drs. Ferry Mursyidan Baldan I Ketua Pans us Pemilu Suroso, SH/Kabagset Pansus Pemilu Pembahasan DIM RUU Tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD 39 dari 50 orang anggota Pansus Pemilu 11 orang ljin

1. Drs. Ferry Mursyidan Baldan/F-PG/Ketua 2. DR. Yasona H. Laoly, SH, MS/F·PDIP/Waket 3. DR. H.B. Tamam Achda, M,Si/F-PPP/Waket 4. Ignatius Mulyono/F·PD/Waket 5. DR. lr. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc/F-PAN/Waket

Fraksi Partai Golkar : Fraksi Kebangkitan Bangsa : 6. Drs. H.A. Mudjib Rochmat 31. H.A. Effendy Choirie, M.Ag. MH 7. Mustokoweni Murdi, SH 32. Prof. DR. Moh. Mahfud MD 8. Dr. Mariani Akib Baramuli, MM 33. Drs. H. Saifullah Ma'Shum, M.Si

Page 2: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

9. Drs. TM. Nurlif 10. H. Muhammad Sofhian Mile, SH, MH 11. Rambe Kamarul Zaman, M.Sc.

Fraksi PDI Perjuangan : 12. Tjahjo Kumolo, SH 13. DR. Sutradara Gintings 14. Alexander Litaay 15. Pataniari Siahaan 16. Jacobus Mayong Padang 17. Nursuhud 18. lrmadi Lubis 19. Drs. Eka Santosa 20. Hj. Tumbu Saraswati, SH

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan : 21. Drs. H. Hasrul Azwar, MM 22. Ora. Hj. Lena Maryana Mukti 23. Lukman Hakim Saifuddin

Fraksi Partai Demokrat : 24. Drh. Jhonny Allen 25. DR. Syarief Hasan, SE, ME, MBA 26. DR. Benny Kabur Harman, SH 27. lr. Agus Hermanto, MM

Fraksi Partai Amanat Nasional : 28. Patrialis Akbar, SH 29. lr. Tjatur Sapto Edy, MT 30. Abdillah Toha, SE

Anggota yang berhalangan hadir (ljin) : 1. Drs. Agun Gunandjar Sudarsa 2. Dra. Chairun Nisa, MA 3. Drs. Simon Patrice Morin 4. H. Hardisoesilo 5. H. Asep Ruchimat Sudjana 6. Drs. H. Akhmad Muqowam

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera : 34. Agus Purnomo, S.IP 35. Mustafa Kamal, SS 36. H. Jazuli Juwaini, MA

Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi : 37. Prof. DR. M. Ryaas Rasyid, MA

Fraksi Partai Bintang Reformasi : 38. H. Bachrum R. Siregar, SE

Fraksi Partai Damai Sejahtera : 39. Pastor Saut M. Hasibuan

7. H. Totok Daryanto, SE 8. Drs. H. Ali Masykur Musa, M.Si 9. Hj. Badriyah Fayumi, Lc 10. Drs. Almuzzammil Yusuf 11. Drs. Ali Mochtar Ngabalin, M.Si

Page 3: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

KETUA RAPAT (Drs. FERRY MURSYIDAN BALDAN): Bismillahirrahmanirrahim. Assa/amu'alaikum Warrahmatul/ahi Wabarakaatuh. Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua.

Perkenan kami untuk mencabut skorsing rapat yang tadi sudah kita buka untuk kemudian kita skors selama 15 menit dan persis 14.20 WIB kami mencabut kembali dan rapat dinyatakan dilanjutkan.

(SKORSING RAPAT DICABUT PUKUL 14.20 WIB)

Yang terhormat Menteri Dalam Negeri; Yang terhormat Menteri Sekretaris Negara; Yang terhormat Menteri Hukum dan HAM; Yang terhormat segenap jajaran dari Pemerintah; Yang terhormat Bapakllbu Anggota Pansus/Pimpinan Pansus.

Pada hari ini adalah rapat pertama kali untuk membahas materi Rancangan Undang­undang tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD. Saya kira buku yang sudah Bapak/lbu terima memang buku yang tidak sangat enak untuk dibawa-bawa dan tidak enak dilihat tetapi harus atau mau/tidak mau dibaca. Pada kesempatan kali ini karena rapat pertama kali, kami menawarkan waktu rapata samapai Pukul 17.00 WIB atau Pukul 18.00 WIB. Pukul 17.00 WIB ya? Yang pasti kita menyiapkan supaya kita bisa berbuka supaya kalaupun macet, tidak perlu tergopoh-gopoh kembali ke rumah.

Kemudian, di hadapan Bapakllbu sekalian sudah ada 2 kertas. Yang pertama, berkaitan dengan jadwal. Jadwal ini memang kami susun setelah ada pertemuan Pimpinan Pansus Pemilu dengan Pimpinan Pansus Parpol bersama dengan Mendagri, Mensesneg dan Menkumham untuk mengkordinasikan penjadwalan-penjadwalan. Untuk kali pertama juga pada hari ini sudah dimulai rapat dengan ternan-ternan Pansus Parpol yang selesai Pukul 13.00 WIB dan kemudian kita lanjutkan. Pada prinsipnya, saya kira kita ingin juga pada kesempatan yang akan datang kita akan bisa berbagi, di pihak pemerintahnya bisa berbagi yang setidak-tidaknya pembagian ini diserahkan kepada pihak pemerintah bagaimana mengaturnya dan yang pasti kita akan tetap agar mekanisme rapat-rapat kedua pansus ini tetap berjalan. Dari rancangan jadwal yang ada di hadapan Bapakllbu sekaian, itu ada 8 kali rapat kita untuk selama Bulan Ramadhan ini. 8 kali rapat itu ada dalam 8 hari yang kita jadwal memang tidak dalam rangkaian rapat-rapat yang panjang. Artinya, kita bisa 2 sesi tetapi kita buat sedemikian rupa sehingga untuk minggu ini saja misalnya hari ini siang, besok kita mulai pada malam hari setelah buka puasa. Nah kalau ini kita sepakati menjadi pedoman yang istilahnya kalau kita mau merubah format, kita lakukan untuk per minggu. Artinya, untuk jadwal minggu depannya nanti kita putuskan lagi pada rapat besok hari. Jadi, saya kira kita bisa bicara karena prinsipnya kita mempunyai fleksibelitas terhadap ini. Jadi, hari ini kita mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB. Kemudian, besok malam pukul19.30 WIB atau pukul 20.00 WIB. Pukul20.00 WI B-lah kalau kita tawarkan supaya lebih fin itu pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 23.30 WIB. Untuk minggu ini saja kita sepakati jadwal dan baru nanti kemudian untuk besok kita lihat lagi apakah kita mau buka 2 sesi dan sebagainya. Bisa disetujui ini?

Silahkan Pak Tjahjo.

T JAHJO KUMOLO, SH/F-PDIP: Terima kasih Ketua. Assalamu'a/aikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh.

Yang saya hormati Bapak Mendagri; Yang saya hormati Bapak Mensesneg; Yang saya hormati Bapak Menkumham.

Saya kira DPR dan Pemerintah sepakat untuk kedua Rancangan Undang-undang ini dipercepat pembahasannya dengan cara apapun, mau pagi atau siang atau sore dibahas dan yang terpenting sesuai dengan target harapan bersama. Kalau tidak salah, sudah ada pertemuan

Page 4: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

Pimpinan dengan pihak pemerintah untuk membagi. Mendagri inikan Menteri Dalam Negeri dan bukan Menteri Dalam Negeri urusan RUU semua, kan tidak dan tentunya perlu ada waktu untuk memimpin departemennya. Mensesneg juga termasuk juga Menteri Hukum dan HAM. Kalau tidak salah, kami dengar dibagi 2 dan tidak harus selalu semua Undang-undang dipimpinan oleh Mendagri. Apakah ini bisa sepakati jangan sampai nanti timbul suatu masalah kenapa kok hadir Mendagri, kenapa kok yang mimpin Menteri Hukum dan HAM, kenapa kok yang mimpin ini menteri. Saya kira itu perlu kesepakat.

T erima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Tjahjo. Jadi, memang untuk disepakati dengan ternan-ternan di Pansus Parpol juga kita pada

prinsipnya masing-masing mengatur jadwal, tetapi kita melakukan sinkronisasi. Kalau tiba saatnya ketika harus sama-sama, maka kita bisa mengerti atau memahami ketika tidak harus lengkap bertiga pada 1 kesempatan rapat kerja. ltu yang kita coba bangun. Jadi, masing-masing mengatur ritmenya. Tadi di Rapat Pimpinan juga muncul pertanyaan apakah dari 8 hari rapat untuk pansus ini bisa kita selesaikan seluruh pembahasan untuk terhadap DIM yang masuk kategori substansi, yakni 8 kali rapat. Tadi Pimpinan bersepakat kita mulai dulu ini, minggu ini, hari ini dan besok, nanti untuk besok hari kita lihat ritmenya. Kita bahkan berpikir kalau mung kin saja kita bersepakat juga kita gunakan Hari Jumat dan Sabtu, tetapi itu harus kita lihat pada tiap jadwal. Sementara, jadwal kita ada 8 hari yang bisa kita gunakan sampai dengan 4 Oktober 2007 sebelum Reses, karena Reses tanggal 10 Oktober 2007. Kalau misalnya disepakati, kita akan lihat dan nanti kita akan masuk pada soal kategorisasi masalah atau DIM. Nah kalau ini kita sepakati, kita hari ini Pukul 14.00 sampai dengan 17.00 WIB, besok malam hari dan untuk jadwal minggu depan, besok kita akan sepakati lagi untuk hari-harinya, tetapi prinsipnya Hari Senin dan Selasa, kami Pimpinan sudah minta ijin Pimpinan Dewan sudah dapat digunakan. Jadi, Pak Menteri memang hari pansus ini hanya Hari Rabu dan Kamis. Saya kira kalau ini kita lihat ritme pembahasannya, tetapi sebagaimana sudah kita sampaikan bahwa ada kehendak dari Pimpinan untuk kita menyelesaikan setidaknya seluruh rangkai proses pembahasan materi-materi pada level pansus atau rapat kerja selama di Bulan Puasa ini sehingga setelah puasa kita sudah bisa selesaikan dan akan kita lanjutkan dengan Rapat Panja. ltu skenario awal yang kita coba, kita juga punya skenario lain kalau nanti kita tidak bisa mencapai.

Baik, sementara jadwal bisa kita sepakati ya? Hari ini pukul 14.00 WIB sampai dengan Pukul 17.00 WIB dan besok, kita mulai malam hari. Yang jadwal minggu depan, nanti kita bersepakat lagi pada besok malam.

(RAPAT: SETUJU)

Yang kedua, di hadapan Bapak/lbu juga terdapat adanya kategorisasi (DIM). Dari 1386 DIM, ini ada sejumlah DIM yang masuk kategori tetap. Tetap itu ada 440 DIM, kemudian ada usulan perubahan dan penyesuaian pasal dan urutan yang tidak terkait dengan substansi, ini ada 300 DIM. Kemudian usul perubahan redaksional, ini ada 20 DIM. Ada DIM-DIM yang berkaitan dengan perubahan substansi dan dia terkait satu dengan lainnya, itu ada sejumlah 626 DIM dari 1386 DIM. Pimpinan juga sudah dibantu oleh Tim Ahli, kita sudah mengakategorisasikan dari persoalan yang muncul ini dan setidaknya dari kategori 626 DIM ini, itu ada 14 isu-isu yang cukup mengemuka. Diantaranya katakanlah kita mulai dengan adanya judul, konsideran, definisi dan ketentuan umum, dan baru masuk ke sistem pemilu, syarat partai ikut pemilu, jumlah dan alokasi kursi serta daerah pemilihan, electoral threshold, keterwakilan perempuan, daftar pemilihan, pencalonan dan penghitungan suara, kampanye, perlengkapan pemungutan suara, penyelesaian sengkete pemilu dan pidana pemilu dan hal-hal yang lain diantaranya terkait dengan soal hak pilih TNIIPOLRI. lni kita bagi dalam kategori isu-isu yang cukup mengemuka dan itu membagi habis dari 626 DIM. Mudah-mudahan ini bisa, kita akan sampaikan dan nanti kita akan bagikan ya kalau itu disepakati. ltu kira-kira kita mengukur bagaimana antara jadwal waktu dengan beban yang ada pada kita harus diselesaikan.

Pertama, kami Pimpinan akan menyampaikan apakah disetujui dengan kita mengesahkan dulu untuk DIM-DIM yang kategori tetap yang masuk Timsin dan masuk perubahan redaksional atau ke Tim Perumus dengan catatan dalam hal misalnya terdapat DIM-DIM yang ternyata dia

Page 5: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

terkait dengan substansi tentunya dia tidak bisa masuk dalam kategori ini. Barangkali ada saja 1 atau 2 DIM yang nyangkut yang sebetulnya, tetapi ini prinsip yang kami coba sisir. Jadi, DIM-DIM yang pendapat fraksinya tetap dan kemudian ada usulan yang berbunyi penyesuaian urutan atau rumusan atau peletakan, kemudian juga perubahan redaksional. Jadi, itu ada 440 DIM tambah 300 DIM tambah 20 DIM. Jadi, ada sekitar 760 DIM yang dikategorikan untuk bisa dinyatakan tetap dan kita serahkan kepada Timus atau Timsin dengan catatan bahwa jika ternyata dalam pengkategorian ini tersangkut ada DIM-DIM yang sebetulnya masih bagian proses perubahan substansi, itu kita setujui untuk itu memang masih menjadi rangkaian.

Drs. SAIFULLAH MA'SHUM, M.Si/F-KB: Pimpinan. Terima kasih Pimpinan.

Pertama, kami sampaikan apresiasi kami terhadap kerja teman-teman pimpinan yang telah menyiapkan rekaptulasi DIM dan jadwal. Saya kira ini sangat membantu kerja pansus dalam rangka memenuhi jadwal dan tingkat waktu sesuai dengan kesepakatan kita bersama. Dengan merujuk kepada rekapitulasi DIM, saya kira kita bisa dipermudah dan langsung masuk kepada klasifikasi atau rekapitulasi yang dari kategori DIM yang secara substansial berubah. Jadi, yang sangat besar itu jumlahnya sampai dengan 626 DIM. Sebelum itu, kami ingin usul mungkin atau tidak untuk mempermudah itu, ada mekanisme baru yaitu melalui Pimpinan mungkin dilaksanakan oleh kawan-kawan Tim Ahli bersama dengan Staf untuk melakukan komplilasi, merumpunkan masalah yang jadi sekian DIM itu dibuat rumpun masalah sehingga inikan klasifikasinya urut yang 10, 12, 13 sampai terus dan ini belum mencermin rumpun masalah. Kalau saya boleh usul, kalau ada rumpun masalah maka akan cepat sekali nanti ketika kita membahas DIM ini menyangkut soal organisasi pemilu, maka DIM-DIM nomor berapa saja yang terkait dengan itu. lni masih pekerjaan yang agak berat, tetapi kalau ada maka akan mempermudah kerja pansus ini sehingga pembahasan akan cepat selesai dan lebih efisien. Karena sekarang belum ada rumpun masalah dan komplilasinya seperti apa, saya kira itu kemudianlah kita tugaskan kepada Tim Ahli, tetapi sekarang kita mulai dulu dari, saya setuju dengan rekapitulasi DIM ini.

Yang kedua, menurut saya kita kalau bisa sepakati untuk kali ini dan rapat dalam Raker mencoba mengesampinkan dulu rekapitulasi kategori tetap jelas ya, rumusan tetap, penyesuaian pasal usul Timsin sudah kita lewati saja, perubahan redaksional juga langsung kita lewati, dan langsung kepada perubahan substansial pansus. Saya kira kalau itu langsung dimulai, Raker ini/kita akan membahas hanya 626 DIM dengan catatan akan dipermudah kalau ada komplilasi berdasarkan rumpun-rumpun masalah atau materi dari pembahasan dari RUU itu sendiri.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Saifullah. Saya kira di hadapan kami (Pimpinan), memang sudah ada yang saya katakan tadi. Ada 4

kategori masalah yang itu membagi habis 626 DIM yang masuk kategori DIM substabsi, tetapi memang belum kami sampaikan, misalnya tadi ada berapa yang harus kita detailkan. Misalnya, ketika kita bicara sistem pemilu disini, itu DIM tersendiri, dia terkait dengan DIM 775 misalnya padahal nanti juga terkait dengan soal mekanisme pencalonan, bukankah ada calon yang ada abjad, ada nomor urut terkait juga dengan masalah ketika penghitungan suara dan penetapan calon terpilih. Jadi, masih harus kita rapikan tetapip sementara memang sudah ada. lnilah kategori masalah yang membagi 626 DIM, tetapi memang sedang kita sempurnakan dan mudah-mudahan besok sudah bisa disampaikan semuanya untuk bisa lebih jelas seperti tadi misalnya kami sampaikan bahwa misalnya terkait dengan hak pilih TNI/POLRI. ltukan harus masuk dalam kategori sebagai salah satu masalah penting juga, tetapi ini terkait dengan masalah lain-lain. Lain­lain itu ada terkait dengan azas pemilu dan lain sebagainya. Kita akan sempurnakan, tetapi prinsipnya sudah ada. Yang kategori masalah ini memang bagi habis 626 DIM, mudah-mudahan mata kami tidak mata agak bayang-bayang sehingga karena jumlahnya cukup banyak, tetapi kita akan coba kategorikan dan itulah yang kami Pimpinan coba tawarkan. Saya kira ketika besok hari sudah mulai masuk kepada materi ketika masuk substansi kita terkait pada bab berapa, kemudian masuk kepada terkait DIM berapa. Jadi, dalam 1 substansi masalah yang bisa kita melakukan pendalaman sehingga lamanya pembicaran saya kira karena memang menyangkut kategori

Page 6: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

masalah yang harus didalami. Jadi, lebih menarik, lebih substantif pembicaraan dalam rapat pansus.

Baik, Pak Pataniari silahkan.

PANATIARI SIAHAAN/F·PDIP: Terima kasih. Kami setuju usul Pak Saifullah Ma'sum buat cluster-cluster, tetapi saya pikir walaupun

sudah ada 760 DIM dianggap tetap tetapi dibuka kemungkinan terjadi perubahan dalam rangka substansi berubaha total karena kami pikir disini memang Pimpinan sudah membantu kita hanya mengumpulkan kata-kata tetap, tetapi bisa saja tetap itu pada suatu saat berubah akan terjadi perubahan, karena pemilu inikan suatu rangkaian pemikiran sampai pelaksanaan. Jadi, tetap dibuka kemudian itu sehingga kita sadar memang kita mulai bahas 626 DIM. ltulah hal terjadi persoalan akan berurut ke depan.

Sekian, terima kasih atas perhatiannya.

Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSAIF·PG: Pak Ketua. Terima kasih Pimpinan.

Kami ingin mengusulkan beberapa hal. Yang pertama, yang berkenaan dengan pembahasan DIM ini dan menyikapi apa yang disampaikan oleh Saudara Tjahjo Kumolo. Kami sependapat bahwa semakin cepat penyelesaian kedua RUU ini yang juga terkait dengan kedua RUU di Pansus yang satunya, ini akan lebih baik. Hal ini sejalan dengan, yang agenda ke depan ini, kita juga akan segera melakukan seleksi untuk penetapan Anggota KPU. Yang berkenaan dengan itu, kalau melihat beban pekerjaan yang sementara kita lihat di layar di muka, kami yakin kalau metoda pembahasannya dimulai nomor urut DIM per DIM, maka tidak akan tercapai.

Yang kedua, saya juga appreciate dengan adanya pengelompokan mana yang bersifat tetap, mana yang diserahkan ke Tim Perumus dan seterusnya. Lalu akan dibahas pada posisi yang memang harus dibahas karena substansinya belum mendapatkan persetujuan, ada yang usul yang sejumlah mencapai 626 DIM tersebut. 626 DIM inipun kalau dibahas DIM per DIM, tidak akan mungkin juga selesai. Oleh karena itu, saya sepakat/setuju rapat hari ini bisa kita akhiri segera Pak Ketua dan dilanjutkan besok malam, menugaskan kepada Pimpinan untuk mengelompokan dari 626 DIM ini sesungguhnya rumpunnya seperti apa. Nah, judulnya berikan. Misalnya, tentang sistem pemilu. Pasti sistem pemilu itu yang seperti apa? Di dalam DIM ada proporsional cara terbuka. Nah bagaimana penyikapan fraksi-fraksi kan kelihatan, DIM nomor berapa? ltu telos kolom-kolomnnya. Selesai itu, masuk yang disampaikan Pak Ketua 4 Das. Jadi, kalau jumlahnya 14 maka saya yakin Pimpinan dengan senang hati bisa mengerjakan untuk besok malam kita rapat.

Jadi, itu Pak Ketua. Dengan pengalaman itu, beberapa hal kehadiran ketiga menteri di hadapan kita semua mewakili pemerintah akan menjadi efektif karena tidak mungkin Pak Menteri kita ajak bicara pada titik koma dan sebagainya , itu sudah terlalu teknis dan itu urusan Panja. Jadi, saya setuju pada hal-hal yang prinsip saja (pada pengelompokan), kta bicarakan, kita putuskan mana yang penting, redaksional serahkan ke Panja dan kita bentuk panja, mudah-mudahan apa harapan Pak Tjahjo Kumolo UU ini bisa segera kita selesaikan bersama.

Demikian. Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh.

KETUA RAPAT: Saya begini. Sebelum berlanjut, karena saya katakan tadi ada kategori 14 substansi yang

mengemuka yang sudah kami rancang, tetapi memang belum diperbanyak. lnilah yang membagi 626 DIM yang berkaitan dengan perubahan substansi, masuk ke dalam sini, tetapi kami katakan tadi kategori-kategori ini harus kita perbaiki lagi. lni belum kita bagikan. lnsya Allah akan bisa membantu kita tanpa melihat. Jadi, kita mencoba menyisir hal-hal yang sifatnya baik, percepatan pembahasan, keharusan penyisiran DIM per DIM itu kita gabungkan. Jadi, tidak ada 1 DIM pun yang terlewat karena ada dalam 1 rangkaian yang harus kita bahas secara menyeluruh dan memang pendekatan kita tentu tidak DIM 1 dan seterusnya Pak Agun, tetapi saya kira dalam kategori, dia bisa loncat.

Page 7: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

Pak Pata, saya kira catatan itu memang itulah yang kami sampaikan bahwa kalaupun ada kategori yang sudah masuk tetap, perubahan redaksional, itu bukan berarti mungkin saja ada kesalahan dalam pengetikan yang sebetulnya dia terkait dengan substansi lain tetappi terketik itu tetap atau perubahan redaksional, itu masuk yang dimungkinkan untuk kita rangkaikan dengan masalah yang lain dan bahkan saya kira, sebagaimana kita sepakati, perubahan terhadap DIM yang sudah kita sampaikan, itu juga masih dibuka sepanjang itu disampaikan secara resmi, karena DIM pertama disampaikan secara resmi. Kalau ada perubahan terhadap DIM yang sudah disampaikan, ya disampaikan secara resmi.

ltu yang saya kira aturan main yang sudah kita sepakati pada pertemua-pertemuan yang lalu. Silahkan Pak Agus.

IR. AGUS HERMANTO, MM/F·PD: Terima kasih Pimpinan. Bagi kami, saya pikir ini sudah dikelompokan dan tadi sudah ada susulan, kategorinya

sudah ada. Menurut kami, hari ini memang tidak usah terlalu lama. Paling tidak, besok sudah bisa memulai Panja karena disini Panja-nya pun sudah ada. Dalam hal ini, tentunya di dalam pembahasan panja itu tentunya kalau toh masih ada hal-hal yang terlalu lama, nanti bisa juga Tim Kecil sehingga setelah semuanya selesai baru dipanjakan kembali dan ini tentunya jauh lebih singkat dan lebih cepat. Hari ini, yang paling penting adalah justru pembentukannya Panja-nya itu sendiri dan kalau pembahasan secara Pansus tentunya malah berlama-lama. Jadi, lebih fokus mulai besok kalau memungkinkan sudah langsung di Panja saja. Mungkin itu yang kami usulkan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira kita tetap harus, panja akan kita bentuk, tetapi tidak seketika langsung. Kalau

boleh kita bentuk sekarang, tetapi tidak langsung bekerja karena itu menghilangkan eksistensi pansus. Saya kira makanya kita belakangkan bentuk ini, tetapi upaya atau kehendak kita adalah untuk mempercepat. Kami pimpinan juga tidak ada lagi, saya ingin dari anggota.

ABDILLAH TOHA, SE/F-PAN: Pimpinan. Saya perlu klarifikasi sedikit. T adi Pimpinan mengatakan bahwa kalau ada peru bah an

DIM, maka akan disampaikan secara resmi. Kita disini sudah mendapatkan mandat dari fraksi. Jadi, dalam proses negoisasi/diskusi, saya kira bisa saja terjadi suatu perubahan-perubahan tanpa harus ada suara fraksi kita merubah DIM dan kecuali kalau ada aturan lain yang saya tidak ketahui.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira semua aturan kita ketahui, tetapi kesepakatan yang harus kita terang

benderangkan. Pembahasan dimungkinkan kita mempunyai sikap, tetapi ketika ada DIM, pernyataan ada huruf A, tetapi begitu kita persilahkan juru bicara ini, yang dia sampaikan huruf c. Nah ini yang dimana? Tetapi itu yang saya katakan harus disampaikan supaya tidak jenut, tetapi kalau pembahasan dari huruf a menjadi huruf c ya tidak apa-apa tetapi ketika di awal, ketika fraksi lain katakanlah menyampaikan pendapat dia tetap, tetapi ada 1 fraksi menyatakan pendapatnya huruf A, tiba-tiba kita sampaikan ternyata hasilnya huruf c. Nah itu supaya tidak timbul pertanyaan dari yang mana? Tetapi dinamika pembahasan tentu saya kira memungkinkan. Saya kira tidak akan rijit bahwa ini dan sebagainya, tetapi pada prinsipnya ini supaya aturan main itu ya kan ada baiknya basa-basi nya misalnya terhadap DIM ini tertulis seperti ini, tetapi kami punya ini, itukan baiknya. Jadi, resmi. Jadi, artinya formal tidak harus ada surat, surat diverifikasi dan seterusnya, nanti saat distempel, Ketua Fraksi juga agak susah, tetapi kita semuanya levelnya Ketua Fraksi cuman statusnya saja. Kalau palpon, semuanya dapat. Jadi, saya kira itu. Fleksibel Pak, tetapi aturan main itu kita ingatkan supaya waktu itu agar kita tidak terpaku bahwa seolah-olah harus sempurna waktu itukan, wah kita ini, kita katakan sampaikanlah apa yang mungkin kita sampaikan pada batas waktunya dan ketika pembahasan pun masih dimungkinkan untuk ada usul perubahan. Ya itu Pak, sebetulnya pada level itu pada waktu itu. Saya kira tidaklah merijitkan, kemudian Bapak harus keras seperti ini. Misalnya, huruf a terus dan itu bukan pembahasan namanya. Yang penting

Page 8: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

ada penjelasan awalnya walaupun di forum ini kan penyampaian sudah resmi, harus nama fraksi saya kira tidak bisa lagi.

Jika tidak ada, saya ingin dengar tanggapan dari Pemerintah. Oke, sebentar. Pak Patrialis silahkan.

H. PATRIALIS AKBAR, SH/F-PAN: Terima kasih. Saya kira hari ini juga kita tuntaskan sekalian mengenai mekanisme pembahasan. Jadi,

setiap pembahasan dan besok kita tidak lagi bicara masalah mekanisme. Jadi, kita tuntaskan selesaikan. Apakah 1 putaran atau 2 putaran dan dari fraksi mana, saya kira itu lebih baik Pak. Jadi, besok tidak lagi berkutat masalah acara dan langsung bicara masalah substantif.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Ya, terima kasih. Sebenarnya mekanisme sudah kita sepakati prinsipnya. Jadi, waktu itu kita sudah adakan

dan yang termasuk yang tadi soal adanya kemungkinan mengusulkan perubahan DIM yang tertulis. Jadi, memang itu untuk pembicaraan paling banyak 2 kali putaran. lni standar Pak Patrialis ya. Saya kira kita tidak menyampaikan, tetapi ada hal yang harus kita pertimbangkan dan waktu itu kita sudah bicara juga akan ada, Pemerintah dengan kita sudah bersepakat bahwa kita tidak membahas pembahasan RUU ini dalam pendekatan sekedar nomor urut DIM, tetapi kita sudah sepakat dalam pengelompokan. Nah apakah pengelompokan pada bab apakah pada substansi atau isi-isi pokok yang mengemuka, nah kemudian rasanya kita memilih karena itu memilih bahwa itu pada isu-isu yang mengemuka akan lebih mempercepat, karena itu akan banyak terangkai dan tersebar dalam beberapa, bab-bab yang lain.

Silahkan dari Pemerintah kalau tidak ada lagi dari Bapakllbu Anggota.

MENTERI DALAM NEGERI Rl: Terima kasih Pimpinan; dan Seluruh Anggota yang saya hormati.

Kami dari pihak pemerintah pada prinsipnya, saya akan selalu menyesuaikan dengan kegiatan 2 pansus yang kadang-kadang kita akan lakukan secara simultan atau bergantian. Prinsip, kami sangat menghormati ini. Namun demikian, dalam pelaksanaan kegiatan nanti kalau bisa dirumuskan misalnya minggu per minggu, kami juga akan lebih menyesuaikan lagi. Ada 2 pansus yang akan kami pimpin, tetapi kami akan membagi kekuatan untuk bisa hadir dalam 2 tempat.

Yang kedua, masalah format kehadiran 3 menteri. Memang saya laporkan, Pemerintah telah menunjukan 3 menteri sebagai suatu pengemban tugas untuk menghadiri kegiatan ini. Namun, tentu karena masalah kegiatan juga bisa bersamaan sehingga kehadiran itu mung kin tidak bisa setiap saat 3 menteri, kita laporkan dulu, tetapi tetap ada penanggung jawab masing-masing. Kami sedang akan merumuskan di dalam sini siapa yang di dalamnya.

Yang ketiga, format yang dilakukan di dalam rangka pengelompokan beberapa isu dan sebagainya. Saya memandang bahwa ini merupakan suatu hal untuk mempermudah dan mempercepat pembahasan. Kategori pada kelompok yang memang di isu mengemuka, tentu akan mendapatkan penajaman-penajaman. Dengan demikian, ini merupakan suatu pokok pembahasan yang kita angkat bersama.

Yang lainnya, ini merupakan pokok pembahasan yang akan kita angkat bersama, yang lainnya akan diatur menurut sudah ditentukan pada Panja atau yang lain, kami sangat mendukung itu, dengan demikian fokus pembahasan lebih tajam dan mudah-mudahan yang dikeluarkan juga lebih sempurna.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik terima kasih, Dengan kita sudah mendapatkan, bahwa kita akan menjelaskan kategori 14, mungkin bisa

ditayangkan, 14 klasifikasi DIM, perubahan substansi, jadi ada judul konsideran, definisi dari

Page 9: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

Ketentuan Umum, Sistem Pemilu, Jumlah alokasi kursi Daerah Pemilihan, ... , parlemantery, kemudian keterwakilan perempuan, Daerah Daftar Pemilih pencalonan, kemudian ketentuan calon terpilih, kampanye, waktu dan .... , kemudian perlengkapan pemunggutan suara, kemudian sengketa pemilu dan pidana dll terus sampai terakhir. lni artinya pengkategorian ini akan sudah menyisir 626 DIM substansi tadi. Memang tadi masih belum, kita lihat misalnya mewakili TNI, kemudian tadi kalau kita lihat DIM No. 4, dikategori No. 4 itu diawalnya saja memang satu DIM, tetapi kalau kita lihat lagi kebelakang, mulai dari pengajuan calon, ada yang pakai daftar abjad, ada yang pakai nomor urut, kemudian bagaimana ketika penentuan calon terpilihnya, ada yang langsung dihitung perolehan suara calon, ada yang harus dihitung dulu kategori peroleh suara partai, ada ... dst, itu yang terkait. ltu yang tadi kenapa kami belum bagikan, tetapi ada upaya awal kami, karenanya saya kira dengan tentu persetujuan Bapak dan lbu sekalian kita akan menajamkan lagi supaya lebih.

Kemudian saya kira ada juga tawaran kami untuk melanjutkan Rapat ini, karena dari yang namanya ada hal yang berjudul konsideran, definisi dalam ketentuan umum itu ada DIM No. 1 sampai DIM No. 39, itu sebenarnya ada tiga kategori masalah. Pertama, adalah berkaitan dengan di konsideran dari mulai Judul, kemudian konsideran Menimbang Mengingat, kemudian Ketentuan Umum. Ketentuan Umum juga saya kira ada enam kategori, ada definisi Pemilu, ada KPU dan Pengawas ada soal penduduk pemilih, ada kampanye Pemilu, ada soal peserta Pemilu, ada PPB, Pengertian-pengertian dalam ketentuan umum. Kami menawarkan, kalau memang kita mau bersepakat membahas, apakah itu saja kita bahas lebih dulu nanti sampai Ketentuan Umum baru yang lain, sudah masuk pada Bab II, sudah masuk pada substansi yang lebih.

Bagaimana kita lanjut ya? Terima kasih,

Pertama kita akan meminta penjelasan dari F-PPP terkait dengan Judul yang berkaitan dengan DIM No. 1 itu adalah Pemilu Legislatif yang menjadi penganti dari Pemilu DPR dan DPRD dan ini saya kira juga terkait dengan DIM No. 11 dan DIM No. 16 sekaligus.

Silahkan.

ORA. LENA MARY ANA MUKTIIF-PPP: Terima kasih Pimpinan, Bismil/ahirohmanirohim, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Kami mengajukan perubahan judul dari semula yang tercantum dalam RUU menjadi Pemilihan Umum Anggota Legislatif dan Dewan Perwakilan Daerah dengan alasan kami bahwa berdasarkan UUD 1945 di Pasal 19, Pasal 20, Pasal 20a, Pasal 21, Pasal 22, bahwa yang mempunyai lembaga yang memiliki fungsi legislasi adalah DPR dan DPRD, baik ditingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten, sementara di UUD di Pasal 22c dan Pasal 22d, Dewan Perwakilan Daerah bisa memberikan pertimbangan dalam rangka penyusunan RUU Otonomi Daerah.

Oleh karena itu untuk sistematika berpikir dan singkronisasinya DPR Rl dan DPRD baik tingkat Kota maupun Kabupaten, kami anggap sebagai Pemilu Anggota Legislatif dan kemudian diikuti dengan Dewan Perwakilan Daerah, itulah yang kami usulkan dan barangkali dari Bapak Lukman Hakim, kalau memang belum lengkap penjelasan dari kami bisa salah.

ltu Pimpinan yang bisa kami sampaikan menyangkut perubahan judul dari F-PPP dan dalam kesempatan ini, karena awal pembahasan DIM kami ingin menyampaikan kepada Bapak dan lbu yang terhormat, bahwa DIM F-PPP yang berisi tercantum disini kosong itu dalam konsideran adalah tetap, maksudnya tetap itu adalah lupa diketik bahwa itu tetap dan sementara di DIM substansi, kalau ada DIM F-PPP yang kosong disitu kami ingin menyampaikan bahwa terbuka kemungkinan untuk mendiskusikan dengan Fraksi lain untuk mencari rumusan, baik itu menyangkut substansi maupun redaksional dari DIM yang dimaksud. lni penting kami sampaikan, supaya jangan masyarakat maupun yang hadir disini bertanya-tanya maksudnya apa F-PPP ini kosong tidak berpendapat atau yang lain.

ltulah yang bisa kami sampaikan Pimpinan. Terima kasih.

Page 10: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

KETUA RAPAT: F-PPP cukup, Fraksi-fraksi lain yang ingin merespon atau menanggapi sebelum Pemerintah.

Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSAIF·PG: F-PG untuk judul ini memilih sikap tetap dengan pertimbangan bahwa rumusan judul ini

konsisten dengan apa yang dirumuskan dalam Pasal 22e konstitusi kita, bahwa Pemilihan Umum diselenggarakan selama lima tahun untuk memilih Anggota DPR, Anggota DPD, Anggota DPRD, Presiden dan Wakil Presiden. Sehingga kita mengenal ada Pemilihan Umum untuk Anggota DPR, untuk Anggota DPD dan DPRD, dan judul itu konsisten dengan apa yang dirumuskan dalam konstitusi, sehingga tidak bisa kita menafsirkan lain, walaupun kami bisa memahami, bisa mengerti apa yang diusulkan oleh rekan-rekan dari F-PPP bahwa ini ada pembedaan yang cukup signifikan · antara Lembaga Legislatif dengan Dewan Perwakilan Daerah. Karena dalam pemikiran kami menjadi penting mengingatkan untuk kita semua bahwa apa yang disampaikan dalam konsep Pemerintah ini tentang Draft RUU Pemilu ini dengan menggunakan sistem dua kamar, sebagai Lembaga Perwakilan, ini sebetulnya gagasan pemikiran yang ingin menekankan bahwa Dewan Perwakilan Daerah itu tidak bisa dipersamakan kewenangan pada posisi Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia yang dibawah ada namanya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, itu hakekatnya kami hargai, kami posisikan, tetapi kami tetap mengambil judul seperti apa yang tertuang dalam konstitusi karen a kami yakin segenap warga negara juga sudah mengetahui dan menyadari bahwa memang terjadi perbedaan bahwa DPD tidak sama sekali sejak awal dibentuk dalam rangka pembentukan dua kamar. Tetapi dia sebagai sebuah lembaga yang harus berdomisili di Daerah bersidang-sidang di Daerah, sewaktu-waktu bersidang di Jakarta mengurusi persoalan-persoalan Daerah, memperkuat ikatan Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jadi, kami dengan alasan kami tetap Bapak. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Sebetulnya F-PPP ingin mengusulkan DPR dan DPD-nya saja Bapak Agun, kalau DPD­

nya sudah oke dia. Ada lagi Fraksi-fraksi lain yang tetap. Saya persilahkan Pemerintah.

MENTERI DALAM NEGERI: Dari Pemerintah tetap bertumpu pada norma peraturan yang berlaku yang tadi sudah

disebutkan oleh rekan terdahulu. Kita mengacu pada gagasan UUD 1945, memang eksplisit sekali dalam Pasal 22e telah dibunyikan seperti itu, pada Butir 2 pada Pemilihan Umum diselenggarakan Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden, dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Didalamnya kami menganggap bahwa itu merupakan satu konsistensi, kemudian juga ada satu pemahaman, kalau kita bicara dalam DPRD itu sendiri karena memang DPRD menurut Undang-undang No. 32 tahun 2004 memang sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Jadi kalau nanti dia dikatakan legislatif saja nanti malah jadi rancu. Jadilah inilah yang kita katakan, lebih baik eksplisit menurut Undang-undang karena itu akan memberikan suatu pemahaman yang lebih fokus.

Terima kasih.

KETUA RAP AT: Kami kembalikan kepada Fraksi PPP.

ORA. LENA MARY ANA MUKTIIF-PPP: Kalau boleh kami usulkan karena tadi ada dispute antara Pasal yang kami kemukakan

dengan penjelasan dari F-PG tadi, kalau boleh kami usulkan, kami minta waktu dulu untuk ini dimasukkan ke Panja untuk dibahas karena kami masih minta perubahan ini, meskipun kami tadi bisa menerima penjelasan dari Pemerintah menyangkut juga Undang-undang No. 32 Tahun 2004 soal Pemerintahan Daerah bahwa DPRD adalah penyelenggara Pemerintah tetapi dalam Pasal­pasal yang sudah kami sebutkan tadi bahwa DPR dan DPRD, Kabupaten/Kota dan Provinsi itu jelas mempunyai tiga fungsi yang tidak dipunyai oleh DPD dan ini hanya runtutan berpikir saja tanpa ingin merubah substansi, karena Lembaga DPR Rl, DPRD Provinsi Kabupaten/Kota secara

Page 11: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

tegas disebutkan rnernpunyai tiga fungsi yang disitu bisa kita paharni sebagai fungsi legislasi. Oleh karena itu karni rnengusulkan DPR Rl rnaupun DPRD ini sebagai Anggota Legislatif. Jadi ini untuk rneringkaskan judul saja tanpa berrnaksud untuk rnerubahan substansi yang ada, karena ketiga Lernbaga di DPR Rl, DPRD Provinsi rnaupun Kabupaten/Kota jelas di Undang-undang rnenegaskan rnernpunyai fungsi pengawasan, fungsi budgeting, dan fungsi legislasi penyusunan Undang-undang. Jadi kalau rnasih boleh diijinkan untuk rnasuk Panja, kita rnasukkan Panja dulu Pirnpinan.

Terirna kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira begini, Pirnpinan rnengusulkan jangan langsung di Panja, tetapi kita sirnpan dulu, kita tunda dulu,

nanti kita bahas pada DIM No. 16 terrnasuk ketika bicara penyebutan Ketentuan Urnurn tentang DPR dan barangkali ketika itu argurnennya bisa rnerata.

Bapak Lukrnan rninta ijin tidak dipanjakan dulu langsung kita bekerja ini sebagai sebuah. Oke silahkan Bapak Lukrnan.

LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN/F·PPP: Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bapak Menteri dan Para Anggota Pans us yang saya hormati,

Sebetulnya usulan F-PPP ini didasari dengan perlunya penegasan pada diri kita rnasing­rnasing bagairnana kita rnernpersepsikan dua Lernbaga Negara, DPR dan DPRD yang belakangan ini kernudian rnuncul di rnasyarakat, ada pernaharnan yang berbeda-beda ini. Betul bahwa konstitusi kita rnengatakan pada tahap Pernilu keputusan sebagairnana yang tertuang dalarn rancangan yang diusulkan oleh Pernerintah dalarn perurnusan kalirnatnya. Jadi Pernilu adalah dalarn rangka untuk rnernilih Anggota DPR, DPD dan DPRD, itulah runtutan kalirnat yang ada dalarn konstitusi kita, narnun kita perlu paharni bahwa konteks dalarn konstitusi itu adalah dalarn rangka rnenjelaskan apa tujuan Pernilu dan untuk apa Pernilu itu diselenggarakan, jadi Pernilu diadakan atau diselenggarakan untuk rnernilih Anggota DPR, DPD dan DPRD.

Ketika kita ingin rnenjabarkan dalarn Undang-undang Ketentuan konstitusi itu, rnaka rnenurut saya perlu adanya ketegasan apakah DPD itu kita setarakan dengan DPR dalarn hal aturan-aturan yang akan kita rurnuskan dalarn Undang-undang Pernilu ini, karena ini nanti juga berirnplikasi pada Susduk, tetapi sebelurn berirnplikasi kepada Susduk juga sebenarnya dalarn aturan-aturan nanti apakah kita akan kesanakan khususnya dalarn fungsi legislasinya itu. ltulah kenapa karni ingin rnernbedakan karena legislasi itu hakekatnya ada di DPR bukan di DPD. Sehingga karni rnelihat bahwa DPD tiba-tiba ada ditengah-tengah DPR dan DPRD, ini sesuatu institusi yang berbeda tetapi ada ditengah-tengah antara DPR dan DPRD.

Menanggapi apa yang disarnpaikan oleh Pernerintah tadi bahwa karni rnernandang bahwa DPRD itu adalah Lernbaga Legislasi karena fungsi dia rnernbuat Peraturan Perundang-undangan dalarn hal ini Perda-perda itu. Jadi, DPRD rneskipun dia juga diatur dalarn Undang-undang Pernda, tetapi secara institusional dia adalah Lernbaga Legislasi yang hakekatnya sarna dengan DPR dalarn konteks legislasi. lni sernua berbeda dengan DPD yang dia bukan Lernbaga Legislasi, itulah kenapa karni rnengusulkan rurnusan ini untuk rnernbedakan, ada Lernbaga Anggota Legislasi dan ada Anggota DPD yang itu dipilih dalarn Pernilihan Urnurn.

ltu saja sebenarnya latar belakang usulan. Terirna kasih.

KETUA RAPAT: Saya kira ternan-ternan dua Fraksi saja, jadi dibatasi. Bapak Saifullah.

Drs. SAIFULLAH MA'SHUM, M.Si/F-KB: Terirna kasih Pirnpinan, Saya bisa rnernaharni argurnentasi konstitusional dan yuridik dari ternan-ternan F-PPP,

karni ingin rnencoba rnenarnbahkan dan rnernperkuat argurnentasi Mas Agun dan Pernerintah rnenyangkut soal kurang tepatnya kalau judul itu dirubah rnenjadi Anggota Legislatif, bukan

Page 12: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

Anggota DPR dan DPRD. Justru dengan mempertimbangkan dan mencermati argumentasi kawan­kawan F-PPP tadi memperkuat keyakinan kita bahwa tidak tepat sekali usulan itu, karena kalau itu kita gunakan dalam Anggota Legislatif itu justru mengurangi eksistensi DPR Rl itu sendiri, tetapi disampaikan oleh kawan-kawan dari F-PPP, DPR tidak hanya menanggung fungsi legislasi, ada fungsi pengawasan dan anggaran. Padahal yang kita pilih adalah Anggota DPR yang mempunyai tiga fungsi dan melekat sekaligus. Kalau dibatasi hanya Anggota Legislatif, konotasinya adalah hanya fungsi legislasi saja yang kita jadikan melekat pada eksistensi DPR Rl itu sendiri. Justru karena tiga fungsi itulah kalau dalam menggunakan istilah Anggota legislatif, eksistensinya tidak utuh.

Kedua, kalau kita ingin fokus memberikan perbedaan posisi DPD tidak pada Judul tetapi pada Pasal-pasal, kita nanti bisa akomodasi, substansinya memang kita tegaskan sekali bahwa itulah kelamin kita dan itulah kelamin DPD. Oleh karena itu kami mohon kearifan kawan-kawan F­ppp untuk tidak langsung Panja dan tidak perlu diendapkan Bapak Fery, langsung saja kita minta persetujuan untuk sekali lagi ini, puasa-puasa saya kira kita mempercepat saja untuk duduk saja kita. Mung kin memulai cukup bag us, sedekah dari F-PPP untuk meloloskan judulluar biasa nanti.

KETUA RAPAT: Bapak Ryaas silahkan.

PROF. DR. M. RYAAS RASYID, MAIF·BPD: lni supaya jangan F-PPP sendirian, saya mempunyai satu pertimbangan bahwa logika

dibalik usul F-PPP itu cukup jelas, bahwa memang DPD berbeda dengan DPR, pertanyaan yang agak konyol, kenapa tidak kita buat saja Undang-undang DPD sendiri, itu tidak mungkin lagi ditarik kebelakang, tetapi logika mereka sangat masuk akal, dan argumen terakhir tentang Lembaga Legislatif hanya menyelenggarakan fungsi legislasi itu sama sekali tidak ada dalam teori, semua lembaga-lembaga legislasi menggunakan fungsi-fungsi itu, tetap namanya lembaga legislatif, itu kalau kita baca teori klasik seperti itu.

Jadi tidak bisa kita mengargumentasikan bahwa kalau namanya legislatif lalu hanya menjalankan fungsi membuat Undang-undang lalu pengawasan dan budgeting tidak ada itu tidak arif judulnya seperti itu. Sekedar untuk memberi spirit F-PPP. Jadi saya kira argumen Pemerintah juga bahwa DPRD adalah bagian dari Pemerintah Daerah itu tidak membatalkan fungsi DPRD sebagai Lembaga Legislatif, ini saya kira walaupun dalam DIM fraksi kami tidak mengusulkan perubahan, tetapi kami ingin mengimbangkan diskusi hari ini bahwa logika dibalik F-PPP itu sama sekali murni dan bisa diterima.

Kedua, tidak ada larangan dalam Undang-undang Dasar bahwa judulnya harus sesuai dengan yang ada dalam Undang-undang Dasar, kita tidak melanggar Undang-undang Dasar kalau kita menggunakan kata legislatif disini, tetap tetap saja keputusannya kepada semua pihak, saya hanya ingin memberikan suatu pembenaran bahwa F-PPP tidak salah dalam membaca logika Undang-undang Dasar.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: '

Tadi ada dua, saya kira sebelum Pemerintah saya minta Bapak Patrialis. Siapa lagi ada lagi.

Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSAIF-PG: Saya hanya ingin klarifikasi saja apa yang disampaikan Prof. Ryaas Rasyid justru itu yang

menjadi argumen saya, tetapi toh kesimpulannya menjadi berbeda. Karena argumen itu Fraksi kami tidak menggunakan istilah legislatif. Karena kami tidak

bisa yang namanya Dewan Perwakilan Daerah tidak bisa juga dikatakan bahwa dia bukan Lembaga Legislatif, tidak bisa juga lebih baik kita hindar perdebatan itu, artinya bahwa apa yang diargumenkan Bapak Ryaas itu sama, tetapi kesimpulannya saya judulnya daripada nanti mengundang orang berdebat, ya sudah judulnya ikuti saja Pasal 22 itu, itu maksud saya.

KETUA RAPAT: Ya

Page 13: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

PROF. DR. M. RYAAS RASYID, MAIF·BPD: Ketika beliau mengatakan tidak bisa dikatakan legislatif DPD ini, lalu posisinya apa DPD

ini.

KETUA RAPAT: Saya kira begini, ini perdebatan Bapak Ryaas menyampaikan pandangannya, kemudian

Bapak Agun menyampaikan bahwa suatu hal yang dikutip adalah bahwa sama cara berpikirnya, logika berpikirnya, tetapi itu tidak apa-apa, payung itu bisa dipakai di musim hujan dan musim panas, tetapi saya kira sederhanakanlah persoalannya.

Saya lanjutkan dulu Bapak Patrialis yang sudah membuka buku-buku.

H. PATRIALIS AKBAR, SH/F-PAN: Terima kasih Bapak Ferry, Saya kira DIM dari F-PPP hikmahnya sangat besar, jadi substansi dalam posisi substantif

saya kira ini juga akan menjadi acuan kedepan bagi Pansus ini ketika membahas pada posisi­posisi DPR, DPRD dan DPD. Dari segi substantif saya kira itu penting dan itu benar, jadi catatan bagi Pansus kita ini.

Kedua, sebetulnya konstitusi kita selain dari Pasal 22e, Ayat (2) yang dikatakan Bapak Agun, posisi DPRD itu juga secara tegas dicantumkan dalam Pasal 18. jadi Bapak Mendagri bahwa DPRD itu bagian dari Pemerintahan Daerah itu berada posisi pada Pasal 18, kita acuannya lebih tinggi didalam konstitusi kita, kemudian juga ternyata didalam rumusan konstitusi kita, itu pada kalanya menyusun pada satu Pasal secara bersama-sama keberadaan DPRD, kemudian juga pada sisi lain diatur pada Pasal yang berbeda, namun kedua lembaga itu tidak pernah dijadikan satu dinamakan sebagai Lembaga Legislatif atau fungsi-fungsi legislasi saja, apalagi kita lihat dalam konstitusi kita bahwa DPR itu memang pada hakikinya adalah fungsi legislasi pada Pasal 20 Ayat (1) tetapi pada sisi lain ternyata DPR juga diberikan posisi untuk memberikan p.ertimbangan-pertimbangan, persetujuan-persetujuan, ketika misalnya calon Hakim Agung itu hanya mendapatkan persetujuan dari DPR, KPK juga, jadi memang agak meluas dalam konstitusi kita, meskipun hakikinya DPR itu adalah Lembaga Legislatif.

Kemudian DPD demikian juga, sebetulnya DPD itu Bapak Ryaas memang dia tidak secara eksplisit dicantumkan sebagai Lembaga yang memiliki fungsi-fungsi legislasi tetapi DPD memiliki kewenangan yang berkaitan dengan kekuasaan-kekuasaan legislatif, jadi ada kekuatannya. Oleh karena itu saya kira, supaya tidak terlalu jauh, kemudian mengikuti juga mekanisme konstitusi kita, bukan berarti F-PPP kita salahkan, saya kira memang ada baiknya kita memisahkan antara DPR, DPD dan DPRD, atau DPR, DPRD dan DPD. Jadi tiga-tiganya kita sebutkan nama lembaga itu, walaupun sebetulnya ketika kita membahas Pasal 22 ini yang lebih prinsip lagi pada waktu itu adalah sebetulnya antara Undang-undang Pemilihan DPR, DPD dan DPRD sebetulnya sama dengan Undang-undang Pemilihan Presiden karena itu satu nafas, kalau kita ingin mengangkat bahwa kenapa Presiden itu dipisahkan sebetulnya juga ini merupakan satu persoalan juga. Sekarang tergantung kemauan kita, bahkan sebetulnya pelaksanaan Pemilu itu sendiri sebetulnya juga satu kali, sama dilaksanakan kalau kita mengembangkan lagi dan itu bisa dilihat pada Risalah Rapat Badan Pekerja MPR, tetapi kita sudah melakukan satu kali, setelah perubahan Undang-undang Dasar ini, dimana pelaksanaan Pemilu Legislatif katakanlah demikian dengan Pemilu Presiden dibedakan.

Saya kira begitu, T erima kasih.

KETUA RAPAT: Bapak Sutradara Ginting.

DR. SUTRADARA GINTINGS/F-PDIP: Saudara sekalian, Pertama, apa yang diusulkan didalam RUU ini, katanya institusional memilih Anggota

institusi, apa yang diusulkan F-PPP itu pendekatannya fungsional. Kedua, kalau memang pendekatannya fungsional maka secara universal fungsi Lembaga

Legislasi itu menyusun aturan, menyusun budget dengan aturan, mengawasi aturan, jadi bukan mengawasi macam-macam. Kalau itu yang menjadi fungsi universal yang disepakati maka

Page 14: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

sebenarnya didalam sistem kita, kalau kita mau jujur, ekskutif itu melakukan fungsi legislatif juga yaitu membuat Undang-undang, DPD itu juga mempunyai fungsi legislasi tetapi bukan total legislature. Tetapi memang ada unsur-unsur itu.

Oleh sebab itu yang nomor tiga yang saya kemukakan pendapat F-PPP ini menurut saya baik konseptor maupun empiris betul, tetapi tidak perlu di formalisasikan dalam bentuk judul, karena dalam judul ini kita bicara Pemilihan Anggota lnsitusi, sedangkan nanti fungsinya kita bicara ditempat lain, saya menghargai argumen ini, tetapi menurut hemat saya Saudara-saudara dari F­ppp tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa harus fungsinya yang dimasukkan disini, tetapi mengingatkan kita bahwa ada perbedaan fungsional antara DPR, DPRD dan DPD itu memang berbeda. Oleh sebab itu kami meminta argumentasinya tetapi judulnya tetap dengan pendekatan insitusional saja, nanti yang fungsional kita atur didalam Pasal-pasal berikutnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pemerintah sebagai pemilih RUU.

MENTERI DALAM NEGERI: Banyak yang bisa kita dengar dan banyak yang bisa kita serap sebagai suatu

pembelajaran, tetapi kami tetap sependapat bahwasannya tetap kita bicara dengan dasar yang sudah normatif, ini adalah Pasal 22 ini, dengan demikian kami melihat dari judulnya ini bisa dipisahkan Pemilu Anggota, jadi Undang-undang ini memang dalam judulnya memang mengantar rekan kita untuk memilih Anggota-anggota institusi yang dimaksud.

Kami sependapat bahwasannya DPR dan DPRD tidak akan tugas, fungsi dan bobot yang sama, tetapi mung kin bisa dimasukkan dalam porsi yang lain apakah itu dalam bentuk susduk dsb, nanti akan terlihat jelas fungsinya yang berbeda, tetapi dalam judul ini kaitannya hanya tentang Pemilihan Umum Anggota yang dimaksudkan tadi, sehingga kalau eksplisit masing-masing point didata Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah mungkin lebih fokus kepada pemilihan anggotanya, itu judulnya saja.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih, F-PPP ada yang ingin disampaikan? Cukup. Dengan demikian karena sesungguhnya

mudah-mudahan kami tidak salah menangkap apa yang di sampaikan F-PPP menarik, karena paling tidak dia menghentakkan kalau Komisi II itu Bapak Rambe, Bapak Patrialis, saya kira ada sesuatu yang penting, padahal menurut kepentingannya kami memandang bahwa ini hanya sekedar untuk judul saja.

Saya kira kita tidak harus buru-buru mengatakan ini ke Panja, Pimpinan ingin menawarkan ini sebagai judul, nanti ada bagian lain yang terkait dengan judul, ada bagian lain yang terkait dengan substansinya kalau disetujui, kita tidak bawa panja, tetapi kita kaitkan dengan rangkaian setidaknya pada DIM 16, DIM 95. Jadi, ini kalau·misalnya sudah, oh ternyata ingin seperti itu kalau itu bisa dipisahkan, saya kira bisa mencapai kesepakatan. Jadi, kita lempar ke panja, tetapi kita simpan untuk dibahas dan sekaligus ketika membahas soal DPD dan juga fungsi-fungsi legislasi yang ada disini karena DIM 95, DIM 16 dan sebagainya karena terkait. Ya Pak Lukman, bisa?Baik Pak Menteri, kita simpan dan belum kita panjakan. Terima kasih.

(RAPAT: SETUJU)

Kemudian, DIM No. 2. lni usul dari PAN. DIM 2 dan DIM 10 saya harapkan, karena DIM terkait. Silahkan, karena ada perubahan yakni perubahannya Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan tidak langsung Presiden, DPR. Silahkan PAN dalam usulannya.

H. PATRIALIS AKBAR, SH/F-PAN: Terima kasih Pimpinan. Jadi, ini memang kita usulkan sesuai dengan substantif yang ada dalam kinstitusi kita.

Bahkan juga berdasarkan sejarah dilakukannya perubahan UUD 1945, antara lain dimana pada

Page 15: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

hakikinya sebelum dilakukan perubahan UUD 1945 dalam Pasal 5 itu bahwa yang megang kekuasaan bentuk UU itu adalah Presiden Rl. Kemudian, dengan era reformasi (tuntutan reformasi) ingin dilakukan pembagian dan pemisahan fungsi dalam ketatanegaraan kita dimana lembaga yang punya kewenangan untuk membuat UUD itu dicabut dari Presiden dan diserahkan kepada DPR sebagaimana tercantum dalam Pasal 20 ayat (1) UU kita. Meskipun di dalam pembahasan suatu RUU dilakukan bersama. Jadi, posisi Presiden bukanlah sebagai pembentuk UU tetapi posisi Presiden hanya ikut bersama-sama membahas. Artinya, membahas secara bersama-sama dalam Pasal 20 ayat (2). Tetapi yang mempunyai kewenangan itu adalah DPR. Oleh karen a itu, maka sangat tepat dan kita sudah mulai melakukan, berani melakukan peru bah an sesuai dengan nilai-nilai konstitusi dimana dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa itu tidak lagi tercantum Presiden Rl disitu, tetapi DPR dengan Presiden Rl karena bukan kewenangan Presiden. Bahkan secara konstitusi kalau 1 RUU sudah dibahas secara bersama dan disetujui bersama, maka secara administratif Presiden wajib mensahkan UU itu dengan waktu paling lama 30 hari. Jadi, kami hanya ingin mengembalikan tempat pada posisi konstitusi itu sendiri.

Demikian Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Sebelum Pemerintah, saya persilahkan barangkali ada 2 atau 3 fraksi ingin merespon

usulan dari PAN. Pak Saifullah silahkan.

Drs. SAIFULLAH MA'SHUM, M.Si/F-KB: Terima kasih Pimpinan. Untuk yang kedua kali, saya ingin merespon dan menyebut bagus usulan sangat konsisten

dari PAN yang mengingatkan tentang perubahan konstitusi kita yang harus berimplikasi kepada perubahan untuk betul dan sistematika serta rumusan dalam perundang-undangan kita. Prinsipnya, saya bisa menyetujui itu dengan catatan kita melihat dulu rujukan di UU No. 10 Tahun 2004 tentang Latar Belakang Perundang-undangan. Kalau seandainya memang di UU No. 10 Tahun 2004 itu kontuksinya dan tentunya ini adalah mendahulukan Presiden daripada DPR, saya kira ini catatan kita dan ini perlu sekali kita melakukan penyempurnaan pad a UU NO. 10 atau pada ininya? Oleh karena itu, ini substansial sekali. Kalau kita ingin konsisten, saya setuju dengan usulan PAN untuk merombak tentang mendahulukan DPR daripada Presiden sekaligus dengan catatan kita punya masalah terhadap UU No. 10 yang sudah disepakati bahwa mendahulukan Presiden daripada DPR.

Demikian, terima kasih.

PASTOR SAUT M. HASIBUAN/F-PDS: Terima kasih Pimpinan. Rekan-rekan yang saya hormati; dan Bapak-bapak para menteri.

Pandangan kami mengapa kami katakan tetap seperti usulan pemerintah, karena konteks ini kami anggap bahwa Presiden selaku Kepala Negara disebutkan. Jadi, pikiran kami sederhana. Kami menganggap Presiden sebagai Kepala Negara, maka cukup Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa itu tetap Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Presiden Rl dan se/anjutnya.

Demikian Pimpinan dan terima kasih.

IRMADI LUBIS/F-PDIP: Terima kasih Pimpinan. Kami dari Fraksi PDIP tetap, karena Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan Presiden

Rl adalah sebagai implementasi daripada Pasal 20 ayat (4), yaitu Presiden mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama untuk menjadi UU. Memang itu tugasnya Presiden. Jadi, dalam pengundangannya tidak bersamaan dengan DPR melainkan Presiden yang diamanatkan oleh UUD di Pasal20 ayat (4).

Page 16: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSAIF·PG: Fraksi Partai Golkar pada DIM No. 2 ini tetap. Alasanya, kembali kita merujuk kepada

konstitusi. Pasal 20 itu secara runtun diawali dengan ayat (1) yang menyatakan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk UU, dilanjutkan ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap RUU harus mendapatkan persetujuan bersama dengan Presiden, ayat (3), jika rancanga itu tidak mendapat persetujuan bersama, dia batal, tidak boleh dimajukan lagi dan ayat (4), setiap RUU yang telah mendapatkan persetujuan bersama, maka Presiden mempunyai kewajiban mengesahkan. Jadi, kami melihat bahwa runtut dari Pasal 20 ini lebih kepada kewenangan administratif penyelenggaraan ketatanegaraan kita. Memang benar memegang kekuasaan membentuk UU ada di DPR, tetapi lebih pada tingkatan proses pembahasan, tetapi kalau sudah menjadi dokumen hukum, disahkan menjadi sebuah hukum, itu yang mengesahkannya adalah Presiden. ltu Pasal 20 ayat (4) yang tadi disinggung oleh Pak lrmadi Lubis dan itu pula yang kami sikapi.

Yang kedua, gagasan pemikiran itu sehingga dalam RUU yang telah mendapatkan persetujuan Presiden Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Presiden Rl .... dan yang terakhir, dia yang tanda tangan. Jadi, tidak mungkin kalau kop di depannya itu ini-ini tanda tangan, nanti ada 2 orang yang tanda tangan, tidak tahu DPR dengan Presiden karena kami tetap melihat Pasal 20 ayat (4) seperti itu sehingga dalam Pasal 5 Presiden mengingkari tidak mau menandatangani, maka berlakulah Pasal 20 ayat (5). Dia wajib diundangkan dan yang mengundangkan adalah Menteri Sekretaris Negara, Menteri Hukum dan HAM sebagaimana diatur dalam UU NO. 10 Tahun 2004.

Demikian Pimpinan. Jadi, kami pada rumusan ini tetap, tetapi saya sangat menghargai gagasan/pemikiran dari Fraksi PAN ini yang menjadi pemahaman kepada kita semua tentang landasan filosofi yang digagas oleh PAN ini dengan mengingatkan kita semua betapa dulu Presiden memegang kekuasan membentuk UU. Di Pasal 5 yang menyatakan Presiden membentuk UU dengan persetujuan DPR. Jadi, wajar kalau dahulu kala DPR itu dijuluki dengan D4 karena semua RUU dari Presiden berdasarkan Presiden sehingga itu terbawa pada posisi selanjutnya. Nah tampaknya pasca reformasi ini setelah amandemen selesai, ternyata tentang pengesahan UU itu tetap kita tidak memberikan kepada DPR, tetapi diberikan kepada Presiden untuk pengesahannya.

Demikian Pimpinan, terima kasih.

ABDILLAH TOHA, SE/F-PAN: Saya tambah sedikit sebelum ke Pemerintah. Jadi, usulan dari PAN ini sebetulnya tidak ada hubungan dengan siapa yang

mengesahkan dan siapa yang menandatangani. Kalau itu, lain cerita. lni adalah pembukaan dari sebelum kita mengatakan menimbang, mengingat dan sebagainya. Artinya, yang menimbang, mengingat dan sebagainya itu kita bersama-sama, DPR bersama Presiden. Kita tidak berbicara tentang pengesahan dan sebagainya. Saya kira sah-sah saja.

Kemudian, kalau kita lompat DIM No. 10. Di dalam RUU itu sendiri, itu bunyinya adalah dengan persetujuan bersama DPR Rl dan Presiden Rl memutuskan. Kalau memutuskannya bersama, kenapa tidak menimbang dan mengingatnya bersama.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH: Dari Pemerintah melihat dan mendengarkan apa yang disampaikan Fraksi PPP memang

merupakan suatu acuan untuk kita perlu mempertimbangkan sesuatu yang mungkin muncul dan sesuatu berkembang dengan dinamika politik dan prosedur perumusan UU itu sendiri, tetapi dari pemerintah kami tetap mengacu kepada UU No. 10 Tahun 2004. Kalimat-kalimat yang dicantumkan itu sudah merupakan suatu format dalam bentuk Perundang-undangan. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, memang disitu dikatakan Presiden Rl. lni juga bukan berarti meninggalkan apa yang dilakukan oleh DPR Rl, kan nanti di bawahnya akan muncul Dengan persetujuan bersama DPR Rl dan Presiden Rl dan baru pada klausul memutuskan. Dengan demikian, kami lebih melihat ini merupakan suatu format perundang-undangan dan sudah memang

Page 17: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

harus kita patuhi karena nanti pun konsekuensinya pada baris bawah pada waktu pengesahan juga memang disahkan oleh Presiden. lni yang kami lihat sebagai acuan bahwa bentuknya format sudah baku kemudian apa yang menjadi makna pembahasan bersama juga sudah diakomodir pada waktu mengawali sebelum kata-kata memutuskan tadi. Demikian penjelasan dari kami Pak.

KETUA RAPAT: Baik, kita sudah mendengarkan tanggapan dan pendapat dari Pemerintah. Memang

terhadap hal ini, saya kira sudah sesuatu yang diingatkan dari Fraksi PAN adalah bahwa agar karena memang meskipun dia ada pembahasan bersama, maka sejak menimbang itu dilakukan secara bersama. Sedangkan dalam format yang ada, memang seolah-olah bahwa ini adalah bagian dari pengusulnya. Nah ini saya kira tentu berkaitan dengan aturan tentang pedoman UU NO. 10 Tahun 2004 Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang saya kira secara substansi banyak menyampaikan bahwa bisa mengerti pemahaman itu. Apakah kemudian kita menggunakan sebuah hal yang disampaikan oleh PAN, tetapi saya kira putar sekali lagi dan biar PAN dulu menyampaikan penjelasan tambahan.

H. PATRIALIS AKBAR, SH/F-PAN: Saya kira mungkin bisa cepat selesai. Persoalan UU itukan ada 2 hal. Pertama, ada

masalah kewenangan. Yang kedua, masalah administratif. Nah tadi kami menitikberatkan pertama masalah kewenangan. Yang kedua, ketika kita bicara masalah administratif, bagaimana halnya karena di dalam Pasal 20 ayat (5) UUD itu memprediksi kemungkinan Presiden tidak memberikan pengesahan terhadap suatu RUU yang sudah disetujui bersama. Karena ada prediksi seperti itu, maka dicantumkan Pasal 20 ayat (5) ini meskipun sudah dilakukan persetujuan bersama. Pertanyaannya adalah bagaimana halnya kalau suatu RUU yang sudah disetujui bersama, tetapi Presiden tidak mensahkan. Apakah format UU kita masih mengatakan Dengan Rahmat Ketuhanan Yang Maha Esa, Presiden Rl? Padahal Presiden sendiri tidak mensahkan. Kalau Presiden tidak mensahkan, maka Menteri Hukum dan HAM juga tidak akan mungkin mengundang. Yang terjadi adalah memang pelanggaran konstitusi. Namun demikian, ini adalah substantif. Namun demikian, karena sekarang kita masih ada UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pedoman Tata Cara Pembuatan Peraturan Perundang-undangan, maka tentu kami juga tidak berkeberatan kalau memang kita masih mengacu kepada UU No. 10 Tahun 2004, tetapi lontaran ini sangat penting disampaikan untuk pengetahuan kita semua termasuk Pemerintah. Apalagi saya melilhat Menteri Dalam Negerinya baru dan cukup canggih, jawaban-jawabannya sudah bagus dan sudah mengarah. Jangan-jangan karen a ada trend mil of treatness dari Bad an Pekerja Am per di Jawa T engah pad a waktu itu. Waktu itu, Pak Menteri sekarang yang membuka TOT itu dan sini ada beberapa orang. Jadi, substansinya kami sampaikan, tetapi kalau kota mengacu kepada UU yang masih berlaku (UU No. 10 Tahun 2004) bagi kami tidak ada persoalan dan ini bisa kita lanjutkan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, terima kasih. Kepada Fraksi PAN, saya kira kita setujui tentang pengaturan apa yang ada di RUU, tetapi

kita hormati dan kita catat sebagai ingatan untuk kita melakukan suatu hal yang dalam pembahasan UU ada hal-hal yang harus kita perhatikan sebetulnya. Yang disebut tadi substansi, saya kira bagaimana keterlibatan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. Baik, terima kasih Fraksi PAN.

lbu dan Bapak sekalian; Pak Menteri.

(RAPAT: SETUJU)

Saya ingin menawarkan apakah kita perlu skors selama 15 menit untuk Salat Ashar, karena meskipun agak-agak diakhir Shalat, tetapi kalau Ramadhan ada kecenderungan di awal shalat. lni harus kita berikan.

Page 18: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

PROF. DR. M. RYAAS RASYID, MAIF·PBD: Saya usul mungkin ada baiknya kita tidak perlu dibreak, tetapi kita sepakati kita akhiri

Pukul 17.00 WIB saja sehingga kita masih cukup punya waktu untuk Shalat Ashar, karena kalau dibreak maka khawatir akan sui it lagi. Begitu Ketua.

KETUA RAPAT: Setuju. Baik, yang penting Pimpinan sudah memfasilitasi. Untuk orang bershalat di awal

waktu, bahwa ada sampai pukul17.00 WIB ya kita pulang.

IR. AGUS HERMANTO, MM/F·PD: Pak Ketua, setuju saya belum selesai. Jadi, setuju dengan Pak Lukman. Tetapi saya minta

ada pengurangan waktu Pak, tidak Pukul17.00 WIB melainkan 16.30 WIB. T erima kasih.

KETUA RAPAT: Kalau sudah usul, jangan naik kurang Pak Agus. Saya kira usul tidak harus merombak

yang subtansi. Tirulah Pak Patrialis, substansi dia ikatkan tetapi tidak mengubah format. Jadi, tetap pukul17.00 WIB tetapi kita akhiri. Jangan tidak diskors, tetapi dikurangi. ltu tidak boleh.

Selanjutnya, kita akan memasuki pembahasan konsideran menimbang yakni DIM No. 3, 4, 5 dan 6. Pimpinan tentu mengusulkan pada, karena ini adalah sebuah usulan baik ada penambahan, perubahan susunan, penambahan substansi dan sebagainya, maka saya persilahkan pada DIM No. 3, 4, 5 dan 6. Fraksi bisa sampaikan oleh 2 juru bicara, silahkan. Pertama, F-PDIP.

IRMADI LUBIS/F·PDIP: Terima kasih Pimpinan. Saya kira ini kita hanya melakukan sinkronisasi terhadap UU mengenai Penyelenggaraan

Pemilihan Umum, yaitu dalam konsideran menimbangnya itu dimulai bahwa pemilihan apa itu pemilihan umum dulu, belum langsung masuk untuk memilih siapa. Oleh karena itu, kami mengusulkan ini kita mutatifkan konsideran UU Penyelenggaraan Pemilu untuk, hanya yaitu bahwa Pemilihan Umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. ltu jadi huruf a baru masuk kepada memilih anggota.

T erima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Baik, cukup PDIP? Saya persilahkan dari Demokrat, karena di DIM No. 4 ada itu. Tidak

ada, silahkan dari PAN.

H. PATRIALIS AKBAR, SH/F·PAN: Disini, kami menambahkan 1 butir. Jadi, di samping huruf a, huruf a-nya kami tetap, tetapi

kami menambahkan apa yang dibawa PPP dari awal yang mengingatkan kita supaya kelihatan betul perbedaan antara DPR dan DPD sehingga kami ingin menambahkan dalam butir b dimana membedakan secara substantif antara posisi anggota DPR dengan anggota DPD. Anggota DPR dan DPRD merupakan penyalur aspirasi politik rakyat. Jadi, penyalur aspirasi politik rakyat adalah DPR karena dia lembaga politik, dicalonkan oleh lembaga politik, semua berasal dari Partai Politik dan Anggota DPD merupakan penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sesuai dengan sejarah munculnya DPD, latar belakangnya kemudian juga hakiki dari fungsi dan tugas serta kewenangan yang ada di UUD.

Saya kira demikian.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Selanjutnya, BPD.

Page 19: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

ABDILLAH TOHA, SE/F·BPD: Terima kasih Pimpinan. Jadi, BPD hanya menambahkan kata demokratis menyusul kalimat tentang negara

kesatuan. Jadi, hanya mengingatkan bahwa seringkali ada pemerintahan dipilih secara demokratis dan setelah duduk, dia tidak merasa harus mengamankan kepentingan masyarakat luas. Banyak contoh di dunia dimana terpilih secara demokratis, tetapi perilakunya anti demokratis. Ada yang menakankan ini, kita ingin mengingatkan bahwa pemerintahan hasil pemilu inipun harus berkiprah kepada demokrasi dan kebijakan-kebijakan harus memihak kepada kepentingan umum, kepentingan mayoritas rakyat. Jadi, pemerintah yang demokratis secara substansial bukan hanya prosedurnya yang demokrasi tetapi perilakunya dan kebijaksanaannya demokrasi.

ltu saja pesan yang ingin kita sampaikan. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik. Selanjutnya, Demokrat.

IR. AGUS HERMANTO, MM/F-PD: Betul, kalau DIM No. 4 memang disinikan disampaikan bahwa pemilihan umum

merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara. Memang untuk konsistensi kita bahwa negara kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kita tambahkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia. lni sesuai juga dengan konsistensi kita dan juga ke belakangnya juga, yang lain kan berdasarkan seperti itu Pak.

KETUA RAPAT: Ya, baik. Dari PDS, sebenarnya tetap semua. Oke, silahkan.

PASTOR SAUT M. HASIBUAN/F-PDS: Terima kasih Pimpinan. Karena menimbang ini, yaitu huruf a telah dikaitkan dengan Pasai22E UUD 1945 dan juga

pada DIM No. 4 adalah rangkaian yang menerus. Kalau ditambahkan kalimat demi kalimat, terlalu panjang. Jadi, kecenderungan kami tidak terlalu penting ditambah-tambah banyak hal-hal yang menyangkut UUD 1945 itu, maka kami anggap DIM Pemerintah itu cukup memadai untuk hal ini.

Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT: Silahkan ada lagi? Baik, saya persilahkan dari Pemerintah terhadap beberapa usulan.

Memang ada usulan penambahan dan perubahan.

PEMERINTAH: Dari Pemerintah menyampaikan Bapak. Kalau kita mendengarkan apa yang menjadi

aspirasi dari Bapak-bapak dengan berbagai fraksi. Memang sangat membuka kemungkinan ada penambangan dan pengurangan. Sampai kami kembali menyepakati bahwa masalah-masalah atau butir-butir yang diangkat pada menimbang, tentunya juga tidak terlalu detail, tetapi yang sudah bersifat umum. Umum tentu berasal pada patokan-patokan perundang-undangan yang berlaku. Saya menyarankan Bapak, karena banyaknya permasalahan yang beda dan anda juga mendukung, dan ini merupakan bagian yang berangkai, Pemerintah menyarankan lebih baik diangkat dalam Panja, 1 paket antara butir 3, 4 dan 6 karen a substansinya adalah makin berangkai damai.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pemerintah. Tadi Pemerintah menawarkan Panja. Tadinya Pimpinan menawarkan Timus saja, karena

sifatnya penambahan dan tidak ada hal yang substansi, karena sifatnya adalah bahwa pertama memang ada yang mengusulkan usul baru, tetapi ini sebetulnya merujuk dari UU yang sudah ada.

Page 20: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

Kalau disetujui barangkali, kita Timus dengan mencatat semua usulan perubahan dan urutannya. Tentu nanti ketika itu kita susun sesuai UU No. 10 Tahun 2004.

H. PATRIALIS AKBAR, SH/F·PAN: Pimpinan. Jadi, ini sebetulnya ada yang substantif. Jadi, bukan persoalan sekedar rumusan. Seperti

yang kami katakan tadi, bahwa PAN mengusulkan ada tambahan konsideran baru. Jadi, ini substantif. Saya kira kalaupun tidak diputuskan disini, kita bawa saja ke panja. Jadi, bukan Timus sifatnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Sebetulnya Pimpinan menawarkan karena setelah membaca, menurut Pimpinan tidak ada

hal yang tidak disetujui substansi usulan ini. Oleh karena usulannya diterima, langsung kita rumuskan. Kalau PAN merasa keberatan untuk diterima usulannya, kita kembalikan. lnikan kita tidak boleh memaksa. Barangkali PAN keberatan ketika usulannya, barangkali lebih nikmat kalau usulannya ditolak daripada diterima. Ada juga Pak Menteri fraksi bergembira kalau usulannya diterima dan ada juga fraksi bergembira kalau usulannya ditolak. Kalau begitu, kita sudah di Tim us dengan pengertian semua kita tampung.

DR. SUTRADARA GINTINGS/F-PDIP: Ketua. Pembedaan yang dikemukakan oleh Fraksi PAN antara DPR, DPRD dan DPD itu pada

dasarnya kita sepakat, tetapi apakah kita akan menggunakan istilah mewakili aspirasi keanekaragaman atau tidak, saya kira itu dipertajam di panja. Apa sebenarnya terminologi yang tepat untuk itu? Apakah keanekaragamannya saja yang diwakili atau apa? Karena inikan dikemukakan aspirasi rakyat, satu aspirasi wilayah. Apa itu/apa tidak nanti, saya kira lebih baik diperdalam tidak terlalu dipercepat sehingga kita memperoleh rumusan yang baik, tetapi pada satu tingkat kita sudah sepakat bahwa level of function, otoritas dari DPR, DPRD dan DPD itu perlu dipertegas. Jadi, rumusannya nanti dibicarakan di panja lagi. Satu, mewakili aspirasi rakyat. Lalu satu,mewakili aspirasi keanekaragaman daerah supaya tidak salah paham. Karena dulu dalam pembahasan juga banyak mewakili gunungnya, tanahnya. Nah itukan perlu diperjelas. Kita sepakat Fraksi PDI Perjuangan itu harus beda antara DPR, DPRD dan DPD. Bagaimana rumusannya, tolong diperdalam di panja sebelum ke Tim Perumus.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Jadi, Pemerintah kami menawarkan bahwa terhadap usulan-usulan termasuk substansi

saya kira semuanya kita masukan ke Tim Perumus. Khusus tadi dengan catatan akhir apakah dengan bahasa yang pembedaan seperti ini, kita rumuskan kembali. Kalau perlu nanti pembahasan substansinya, karena itu nanti juga ada soal fungsi-fungsi DPD dan DPRD di dalam proses pemilu di DIM 95 itu. Jadi, prinsipnya 1 tahap. Kita bisa sepakati untuk ini langsung ke Timus. Mudah-mudahan tidak keberatan kalau diterima Pak Patrialis. Baik, kalau setuju Pemerintah? Jadi, terhadap semua usulan dalam konsideran menimbang ada di DIM No. 3, 4, 5 dan 6 itu prinsipnya bisa kita terima sebagai usulan perubahan dan perbaikan yang nanti akan kita susun dalam Tim Perumus. Khusus untuk usulan dari Fraksi PAN berkaitan dengan penegasan, keterwakilan penyerap aspirasi rakyat dengan aspirasa ke negara dn daerah, itu yang saya kira akan carikan kalimatnya dan kalau bisa kita masukan disana. Kalau tidak, kita bahas lagi dalam Panja ketika membahas soal milih yang lain, tetapi prinsipnya kita carikan kalau ada kalimat yang tepat kita bisa masukan disini. Jadi, khusus DIM No. 3. DIM No. 4, 5 dan 6 kan sudah ini. Jadi saya kira begini Bapak Bachrun, rakyat kita 3,4,5,6 itu ada berbagi usulan-usulan dari Fraksi. Jadi prinsipnya begini saya akan terima dan akan kita susun dalam sebuah konsideran menimbang, bisa saja tentunya ada point-point tambahan, kalau dalam usulan ini ada sampai point d Saja bisa sampai f. Khusus pada DIM No. 3 yang berkaitan dengan usulan dari F-PAN mengingatkan soal perbedaan antara DPR sebagai penyambung aspirasi rakyat dan DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman, kita akan carikan kalimat lainnya yang lebih tepat tetapi mengambarkan substansi.

Page 21: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

H. BACHRUM R. SIREGAR, SE/F-PBR: ltu paham, karena tadi Pimpinan mengatakan 3,4,5,6 masuk ke Timus, itu yang tadi saya

tangkap, itu F-PDIP ada perubahan usulan substansi, itu harus kita pecahkan dulu, tidak bisa Timus mengolahnya, makanya satu per satu 3 dulu lalu kemudian 4,5,6.

KETUA RAPAT: lni sudah sekaligus, jangan diurai lagi, untuk hal ini kami berani berbeda, tetapi saya kira

jangan, karena semangatnya disini konsideran menimbang.

PASTOR SAUT M. HASIBUAN/F-PDS: Saya ada menambahkan sedikit, karena kalau ini sudah ada pada Timus, maka kita belum

tentu sepakat ini rumusannya, oleh itu sebabnya Pemerintah mengatakan di Panja, sehingga ada rumusan yang lebih sempurna lagi, mungkin ke Pansus itu ada yang lebih sempurna, itu masuk Pemerintah, dan banyak kawan-kawan yang mengatakan masuk itu saja ke Panja.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: lni luar biasa pukulan untuk F-PG dan F-PD yang tidak royal kepada Pemerintah, ini lebih

royal sampai Panja ini di royal. Jadi prinsipnya 3,4,5,6 itu adalah satu tarikan konsideran menimbang. Seluruh usulan baik yang disampaikan baik usulan letaknya itu kita akan rumuskan didalam Tim Perumus, terhadap DIM No. 3 yang berkaitan dengan usulan dari F-PAN tentang perbedaan dalam bahasa secara tegas tentang penyalur aspirasi rakyat dengan penyalur aspirasi ....... Kita akan carikan kalimat lebih tepat untuk menjadi konsideran menimbang.

Diketok dulu ya Bapak Rambe.

RAMBE KAMARUL ZAMAN, M.Sc/F-PG: Jangan dulu, ini soal usulan Dewan Perwakilan Daerah dan penulisan DPR dan Dewan

Perwakilan Daerah, itu saja yang difokuskan oleh Ketua tadi. Padahal sebenarnya point tiga ini, dengan merubah a menjadi b, b menjadi b atau b menjadi a, ini juga menjadi persoalan. Tidak bisa hanya merumuskan saja, oleh karenanya point tiga Panja semua. Panja saja semuanya.

KETUA RAPAT: Saya kira begini, kalau F-PAN sendiri sebetulnya dia sepakat dengan konsideran

Pemerintah tetapi menambahkan, itu yang saya katakan tadi, bukan yang F-PAN nomor tiga itu usul Pemerintahnya dia setuju sesuai konsep RUU-nya, tetapi dia menambahkan itu yang saya sindir tadi terhadap usul tam bah an ada DIM No.3, di F-PAN itu DIM No. 3 dia tetap terhadap a-nya dia setuju tetapi dia usul tambahan.

Oke

(RAPAT: SETUJU)

T erima kasih.

Baik, selanjutnya kita masuk pada konsideran mengingat itu ada pada DIM No. 7 kemudian DIM No. 8 kemudian DIM No. 9, karena ini memang sifatnya adalah penambahan, dimulai dari F-PG.

DIM No. 7, DIM No. 8, DIM No. 9.

Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSAIF-PG: DIM No. 7 kami mengusulkan adanya penambahan Pasal didalam UUD, yaitu Pasal 27,

Pasal 28c Ayat (2) dan Pasal 28d Ayat (1) hal ini penting, karena kami ingin menempatkan sesungguhnya Undang-undang yang berjudul Undang-undang Pemilihan Anggota dst itu dan yang dipilih itu adalah rakyat yang akan menjadi Anggota Lembaga Perwakilan. Oleh karenanya kita harus tempatkan dulu bahwa setiap warga negara itu memiliki kedudukan yang sama dimuka umum dan Pemerintah makanya masuklah Pasal27. Saya tidak ngerti tidak ada disini Pasal27.

Berikutnya kami mencantumkan Pasal 28c Ayat (2) bahwa seseorang itu mempunyai hak untuk mengajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif, itulah yang disebut sebagai insititusi partai.

Berikutnya lagi kami mengusulkan lagi ada yang namanya Pasal 28d Ayat (1) bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta

Page 22: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

perlakuan yang sama didepan hukum, ini lebih menukik lagi daripada Pasal 27. Artinya kami ingin menempatkan kesejahteraan setiap warga negara. Bahwa seseorang yang sekarang juga sedang ramai-ramainya, makanya F-PG tidak akan mundur pada persoalan ini.

Seorang Narapidana sekalipun kalau dia sudah selesai menjalankan pidananya ini di bulan Puasa, dia kembali Fitrah, karena seluruhnya sudah dia tebus dengan menjalani Pidana. Allah SWT saja Maha Pengasih, Maha Penyayang, kenapa kita umatnya kok begitu kejam, orang ang menjadi Narapidana keluar dari Lembaga Permasyarakatan, secara teoritik dia kena cap jahat. Kalau ada kejadian dia pasti yang dicurigai, akhirnya dia berkelompok kembali dengan komunitas yang memang merasa dia enjoy. Karena sudah insaf, sudah sadar sekalipun pasti dia yang dicurigai, kepalang tanggung, saya dibilang jahat, ya jahat saja. Kebetulan saya ada sedikit basic kriminolog, karena memang saya petugas penjara, saya tugas disana, saya Sipir Penjara. Saya ingin memperjuangkan Hak Azasi ribuan Warga Negara Indonesia yang dihilangkan Hak Politiknya, saya menjelaskan ini Ketua, jadi kami mengusulkan ini bukan tanpa alasan, janglah hak politik mereka untuk memilih bisa dihilangkan, bagaimana mereka mau merubah nasibnya, kalau hak pemilihnya dicabut.

Demikian, Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT: Walaikumsa/am Warahmatullahi Wabarakatuh. Selanjutnya silahkan dari F-PAN kalau ada tambahan.

H. PATRIALIS AKBAR, SH/F-PAN: Terima kasih Pimpinan, Jadi dari F-PAN ada tambahan memasukkan Pasal20 yaitu tentang masalah kewenangan

pembuat Undang-undang, mekanisme pembuatannya, kemudian prosedur dan kewenangan administratif serta kewajiban konstitusional seorang Presiden untuk menyelesaikan Undang­undang.

Kedua, Pasal 26 Ayat (1) dan Ayat (2) kenapa ini sangat penting, karena terdapat dalam Undang-undang ini setelah kami baca penekanannya selalu kepada penduduk sebagai bagian warga negara yang mempunyai hak pilih, padahal Undang-undang Dasar kita Pasal 26 itu sudah membedakan, bahwa yang mempunyai hak pilih itu tidak lagi semua penduduk, ini selalu kepada penduduk, kalau kita membaca Undang-undang ini, padahal Pasal 26 membedakan antara warga negara dan penduduk. Yang memiliki hak pilih itu hanyalah warga negara bukan penduduk, sebab penduduk itu termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia itu juga adalah penduduk. Jadi kalau undang-undang ini menekankan kepada penduduk, maka itu tidak sejalan atau bisa bertentangan dengan Pasal 26. Maka Pasal 26 ini wajib untuk dimasukkan, serta implikasinya adalah semua kalimat bicara masalah penduduk, dig anti dengan kalimat . . . . Dan negara itu konsekuensinya nanti dalam Undang-undang ini.

Selanjutnya adalah mengingat ini Bapak Rambe kami memasukkan juga disini tambahan dasar hukum TAP MPR No. 1 tahun 2003, karen a ketetapan MPR ini telah memilah-milah terhadap persoalan-persoalan MPR yang 139 itu, ada yang mengatakan masih berlaku, ada yang tidak berlaku, ada Kategorinya, ahlinya adalah Mr. Rambe disini. Kami kira karena bagian TAP MPR ini juga banyak yang musti kita pedomani didalam penyelenggaraan Pemilihan Umum ini termasuk tidak dibenarkannya PKI masuk pada posisi Pemilihan Umum ini maka TAP MPR No. 1 tahun 2003 ini sangat penting dijadikan sebagai landasan hukum, karena sekarang ada orang yang berpikir dengan perubahan Undang-undang Dasar dan tidak lagi MPR mengeluarkan ketetapan MPR pada masa yang akan datang, padahal itu masih boleh dalam hal-hal yang bersifat tidak bersifat regeling, maka kami ingin mengatakan TAP MPR itu masih ada yang berlaku, tidak semuanya tidak berlaku dengan adanya perubahan UUD. Saya kira nanti Bapak Rambe akan lebih menekankan lebih besar, meskipun dia tidak mengusulkan dari Golkar, itu adalah dalam rangka seorang Ahli.

Saya kira demikian, Terima kasih.

KETUA RAPAT: T erima kasih Bapak, Selanjutnya saya persilahkan F-BPD.

Page 23: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

PROF. DR. M. RYAAS RASYID, MAIF·BPD: Terima kasih Pimpinan, F-BPD hanya menambahkan acuan Pasal 27 Ayat (1) mengenai Hak dan kedudukan

warga negara itu. Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, Fraksi lain tidak ada pendapat ya? Saya persilahkan Pemerintah terhadap usulan-usulan konsideran mengingat,

penambahan Pasal-pasal di UUD, yang ada Undang-undangnya, TAP MPR dsb. Silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH: Dari Pemerintah menyampaikan suatu penjelasan, bahwa pencantuman apa yang menjadi

butir-butir yang masuk pada Pasal-pasal kategori mengingat memang kita berharap betul-betul bisa dijadikan suatu dasar hukum yang cukup kuat.

Didalam perkembangan bisa saja terjadi, misalnya didalam TAP MPR juga merupakan satu pemahaman kita bahwa ada suatu kewaspadaan, tetapi kami mencantumkan Pasal-pasal yang dicantumkan dalam mengingat ini betul-betul yang sudah ada kaitannya dasar hukum yang kuat, ini pada Pasal-pasal sudah kami cantumkan, menurut kami tidak perlu menambahkan seperti itu, tetapi kalau memang itu masih ada konotasi yang cocok, saya lebih banyak mengangkat pada forum Panja nanti, karena ini ada perubahan yang sama substansial, kami melihatnya dari aturan yang lebih mendasar, pada sisi lain ada perkembangan yang mungkin bisa perlu bahan dalam waktu cepat.

Demikian Bapak.

KETUA RAPAT: Baik terima kasih Pemerintah. Selanjutnya terhadap jawaban Pemerintah bahwa hal-hal yang sifatnya usul penambahan

yang disampaikan dari Fraksi-fraksi, saya kira Pemerintah menawarkan untuk kita membawa ke dalam Rapat Panja.

Silahkan.

PATANIARI SIAHAAN/F·PDIP: Sedikit Pimpinan, Hanya klarifikasi supaya nanti tidak mempersoalkan, saya pikir ini harus clear tingkat­

tingkat Pansus Panja, Timus dan Timsin, dimana bisa menambah spasi baru, dimana tidak, kami khawatir kalau nanti ternan-ternan tambahan baru masuk di Panja maka tepat itu, biasanya panja itu hal-hal yang harus disepakati di Pansus supaya nanti tidak terjadi kerancuan, harus kita konsisten saya pikir.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Justru karena belum ada kesepakatan dari substansi, saya kira karena ada usulan, tentu

ini adalah sesuatu yang materinya pada level pansus, dan belum juga dicapai kesepakatan maka itu, menjadi materi Panja, kecuali kalau materi sudah disepakati langsung timus, atau kalau sesudah ini langsung timsin.

Silahkan.

H. PATRIALIS AKBAR, SH/F·PAN: Saya kira, saya menghargai sekali apa yang disampaikan oleh Mendagri, saya kira apa

yang saya sampaikan tadi itu cukup jelas dan itu sangat substantif, justru karena substantif, maka kita sampaikan, begitu juga yang disampaikan Saudara Agun Gunandjar, dan saya kira ini justru lebih memperkuat posisi Undang-undang kita ini kedepan, karena secara substansi kita masukan dan kita juga tidak akan mau memasukkan sesuatu yang tidak substantif, jadi ini justru dalam rangka menunjang, mendukung keinginan Pemerintah tadi, makanya kita mengusulkan ini baik dari

Page 24: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

F-PAN maupun dari F-PG, kalau saya berpikir yang disampaikan Saudara Agun Gunandjar juga sangat substantif.

Demikian Pimpinan.

KETUA RAPAT: Silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH: Bagi Pemerintah melihatnya memang seperti yang kami sampaikan bahwa kita

mencantumkan satu Pasal-pasal dan mengingat memang logisnya memang bisa mencakup kebawah. Kami menghormati dan menghargai adanya sesuatu hal yang substansial bagaimana masyarakat kita yang belum tertampung untuk bisa memberikan hak pilih, bisa diulas lebih dalam lagi. Karena kami memiliki pemikiran itu bisa dikembangkan dalam argumentasi yang lebih luas maka tentu kami mengajak untuk bisa diangkat dalam Panja saja, karena ini hal yang sangat substansial.

KETUA RAPAT: Baik berarti tetap setuju karena memang dalam pemahaman yang disampaikan

Pemerintah, tidak sekedar penambahan nomor-nomor Pasal, tetapi ini terkait dengan substansi, seperti saya kira tadi sudah dimulai oleh Bapak Agun yang maaf saya potong tadi, saya kira tenanglah argumen nanti ada waktunya.

Dengan demikian dalam konsideran mengingat pada DIM No.7, DIM No.8 dan DIM No.9 seluruhnya masuk ke Panja, terkait dengan penambahan Pasal yang ada kaitan dengan substansi, kalau hanya itu penglihatan nomor Ayat dan Undang-undang. Saya kira tidak ada masalah.

Baik, Terima kasih.

(RAPAT:SETUJU)

Selanjutnya kita masuk pada DIM No. 10 yang berkaitan dengan yang disampaikan oleh, semuanya tetap, saya kira DIM No. 11 juga saya kira berkait dengan tadi apa yang disampaikan oleh Fraksi PPP.

Kemudian kita masuk pada Ketentuan Umum, saya kira ada dua kategori, DIM No. 15 sampai DIM No. 20, dimana DIM tersebut adalah yang mengatur tentang pendefinisian tentang mulai dari Pemilihan Umum kemudian sampai kemudian DPR, DPD dan DPRD. Saya kira mungkin kita pilah, jadi DIM No. 15 sampai DIM No. 20 itu, saya kira beberapa usulan dari Fraksi-fraksi kita bagi dua dulu, pertama adalah 15 sampai 16 ini mengatur tentang definisi tentang Pemilu baik Pemilu DPR dan DPD, jadi DIM No. 15 dan DIM No. 16 terlebih dahulu.

Beberapa usulan substansi perubahan yang disampaikan dari Fraksi-fraksi. Saya mulai dari F-PG untuk DIM No. 15 dan DIM No. 16.

Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSAIF-PG: F-PG hanya menambahkan adanya penambahan substansi dalam definisi Pemilu dengan

menambahkan kalimat yang lengkapnya rumusannya menjadi Pemilihan Umum yang disebut Pemilu adalah mencakup Pemilihan Anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebagai sarana pelaksanaan pajak dst. Jadi hanya mencantumkan kata-kata mencakup dan pemilihan Anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan

. Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan Wakil Kelapa Daerah. Hal ini dikaitkan menjadi bagian yang mungkin kami melihat bahwa konsistensi dengan Undang-undang penyelenggara Pemilu, dimana Undang-undang itu tidak hanya sekedar melaksanakan rezim Pemilihan Umum tetapi juga melaksanakan pemilihan kepada Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Demikian, Terima kasih.

KETUA RAPAT: Selanjutnya F-PPP.

Page 25: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

ORA. LENA MARY ANA MUKTIIF·PPP: DIM No. 15 dan DIM No. 16, untuk DIM No.15 kami hanya menyisipkan kata memilih wakil

rakyat yang merupakan, jadi dalam kalimat lengkapnya bisa Bapak dan lbu baca sekalian. Pada DIM No. 16 ini tadi Bapak Ketua sudah menyampaikan bahwa yang DIM No. 1 dan DIM No. 16 akan dikaitkan dengan pembahasan tentang perubahan penjelasan dari tadi, bahwa Pemilu legislatif untuk DPR Rl, DPRD dan kami mengusulkan DPRD Kabupaten/Kota dan kami mengusulkan ada penambahan Ayat baru yang menyangkut soal Pemilu Anggota DPD. Sesungguhnya ini sejalan dengan yang diusulkan oleh pada konsideran menimbang oleh PAN.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, jika tidak ada lagi fraksi-fraksi lain dinyatakan tetap untuk DIM No. 15 dan DIM No.

16. Pemerintah.

PEMERINTAH: Dari kami membacanya masalah DIM No. 15, tidak terlepas pada kata-kata yang ada pada

DIM No. 14. Dalam Undang-undang ini yang dimaksud pada DIM No. 15 dimulai dengan kata-kata itu, berarti Undang-undang ini menunjuk untuk Pemilu Anggota DPR, DPRD, dan DPD, jadi tidak ada kata-kata Presiden dan Wakil Presiden. Andaikata Presiden dan Wakil Presiden masuk maka ini Pemilu secara umum masuk, ini pembahasan kami menurut kami antara DIM No. 15 harus didahului dengan kata-kata pada DIM No. 14.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Baik, Saya kembalikan pada F-PG karena sebenarnya apa yang disampaikan untuk

menambahkan kata mencakup, dengan jawaban.

Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSAIF·PG: Saya sebenarnya berharap dari Fraksi yang lain dulu, kalau ada yang ingin memberi

komentar lebih keras, saya bisa meresponnya enak, jadi tolong kalau tidak ada yang lain, saya akan jawab, kalau masih ada yang lain, saya menunggu komentar yang lain dulu.

KETUA RAPAT: Silahkan Bapak Abdillah Toha.

ABDILLAH TOHA, SEIF·PAN: Saya sepakat dengan Pemerintah, karena kita memang sedang membahas Pemilu

Legislatif, yaitu yang mencakup DPR, DPRD dan DPD, tetapi kalau kita masukkan Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah dsb didalam definisi Pemilu didalam nanti akan ada referensi beberapa kali kepada Pemilu itu, nanti akan membingungkan. Undang-undang Pemilu untuk Presiden itu ada sendiri, Undang-undang untuk Wakil Presiden itu ada sendiri, jadi saya sepakat dengan Pemerintah untuk tetap.

Drs. SAIFULLAH MA'SHUM, M.Si/F·KB: Saya ingin singkat saja, mendukung usul Pemerintah, bahkan kita ingin kembali kepada

rumusan tetap karena saya melihat ini definisi Pemilihan Umum itu diambil persis dari Ketentuan Umum tentang Pemilu pada Undang-undang No. 22 tahun 2007, sehingga ada terkesan aneh kalau ada sebuah Undang-undang yang sama dengan terminologi, rumusan yang berbeda itu menjadi pertanyaan kita kenapa kita membuat Undang-undang.

Oleh karena itu saya kira ini sudah persis ini diambil dari nomenkelatur definisi yang diambil pada Undang-undang No. 22 tahun 2007, oleh karena itu menyangkut soal pendefinisian Pemilu Anggota DPR dst itu saya melihat diambil secara persis dari Undang-undang No. 22 tahun 2007. oleh karena itu dengan pertimbangan itu kami mengatakan tetap sesuai dengan draft dari Pemerintah.

Terima kasih.

Page 26: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

KETUA RAPAT: Silahkan.

ORA. LENA MARY ANA MUKTI/F·PPP: Sarna dengan pembicara terdahulu, kami ingin mendukung apa yang disampaikan oleh

Pemerintah dan Pembicara terdahulu, bahwa disini kita menjelaskan tentang konsep atau definisi umum menyangkut Pemilihan Umum, kalau kita lihat pada DIM No. 16 disitu secara khusus kita mengatur apa yang dimaksud dengan Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dst, karena RUU ini memang khusus menyangkut Pemilu Anggota DPR, DPRD dan DPD. Jadi di Ayat yang satu di DIM No. 15 ini memang tempatnya untuk mendefinisikan definisi umum yang dimaksud dengan Pemilu itu sendiri. Jadi F-PPP sangat mendukung apa yang disampaikan Pemerintah.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Untuk DIM No. 15 jadi DIM No. 161ain lagi ya. F-PG menyampaikan. Silahkan.

Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSAIF·PG: Jadi saya minta F-PG jangan didesak untuk mundur dulu, saya minta ini dibawa ke Panja,

dibalik itu semua ada motif dan saya harus sampaikan didalam forum ini, kami sendiri kesulitan mau menempatkan dimana, pada Pasal mana, pada Bab mana, sementara ini penting untuk Rakyat Indonesia, makanya dalam konsideran mengingat, kami mencantumkan sejumlah Undang­undang yang memiliki otoritas khusus, seperti NAD, Papua, kami juga mencamtukan, kami juga mencantumkan DKI Jakarta dalam konsideran, makanya kami setuju tadi masuk ke Panja walaupun saya belum sampai kesana, sudah dipotong oleh Ketua.

Oleh karena itu terkait dengan itu semua, sengaja kami memang agak sedikit aneh, menempatkan itu ada dimana karena memang diseluruh konstruksi pasal-pasal yang diajukan oleh Pemerintah itu tidak ada pengaturan tentang itu, ini contoh bagaimanapun pemilihan Anggota DPR, DPD dan DPRD, ada otoritas -otoritas khusus di Daerah yang saya sebutkan itu.

Sebut saja, mengemukanya tentang Partai lokal di NAD, bagaimana problem-problem seperti itu, mari secara cerdas, secara jernih, secara arif kita pecahkan persoalan-persoalan itu di forum-forum yang terhormat seperti ini, bukan diselesaikan dengan silang pendapat di Media Massa.

Oleh karena itu Ketua, saya sebenarnya ingin berpidato panjang Iebar, untuk mengakhiri, kami usul dengan segala hormat kami , ini dibahas lebih lanjut, lebih insentif di Panja.

T erima kasih.

KETUA RAPAT: Silahkan.

H. PATRIALIS AKBAR, SH/F·PAN: Karena bola ini sudah digiring ke Panja, saya kira saya wajib untuk bicara dan merupakan

catatan penting didalam Pansus ini, saya kira apa yang disampaikan Pemerintah itu sudah tepat, artinya memang kita hanya bicara tentang tiga komponen ini saja dalam Undang-undang, ini tidak ada yang lain.

Kedua, pendapat dari sahabat saya dari F-KB saya kira sudah Andi Gunandjar saya kira lebih paham dari saya tentang masalah Pemilu ini. Ketika kita bicara masalah Undang-undang penyelenggaraan Pemilu sebagia landasan, saya kira itu agak berbeda dengan substantif apa yang dilaksanakan pada Pemilu UU Pasal 22 Ayat (2), ketika Undang-undang penyelenggaraan Pemilu benar-benar mendekatkan pada penyelenggara Pemilu itu adalah Komisi Pemilihan Umumnya, ketika kita bicara masalah Pemilihan Kepala Daerah meskipun didalam pengertian umumnya itu mengatakan Pemilu Kepala Daerah, tetapi bukan berarti bahwa Kepala Daerah itu masuk kedalam rezim Pemilihan Umum tetapi lebih mendekatkan kepada KPU sebagai penyelenggara yang bersifat tetap, nasional dan mandiri, sehingga ketika Pemilihan Daerah dilaksanakan oleh KPU Daerah, tidak boleh putus dengan KPU tingkat Nasional, itu substantifnya

Page 27: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

didalam Undang-undang Penyelenggaraan Pemilu. Sementara disini diusulkan juga ada kalimat Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pertama, mohon kiranya kita mencatat Pasal 22e Ayat (2) rezim Pemilu itu, meskipun juga tidak disini tempatnya, seperti yang disampaikan Pemerintah. Kedua, bicara masalah Kepala Daerah ini hanya ada pada Pasal18bicara Ayat (5) itu dilaksanakan secara demokratis, tidak ada sama sekali bicara masalah Pemilihan Umum.

Saya kira meskipun ini kalau dibawa ke Panja ini catatan penting bagi kita dan Saudara Agun Gunandjar dia juga mengerti tentang ini. Saya dulu justru dikasih tahu oleh Agun. lni mohon maaf. Jadi, saya kira itu catatan penting dari PAN. Kalaupun kita dibawa ke panja, substantifnya kembali kepada apa yang kami katakan tadi.

DR. SUTRADARA GINTINGS/F·PDIP: Pak Ketua. lni sudah pukul16.30 WIB. Jadi, tadi dikemukakan di panja, tetapi besok perlu kita bahas

lagi sebetulnya. Jangan cepat dibakukan, sebab belum ada kesesuaian tenang ini. Sebenarnya masalahnya adalah yang mau dicantumkan dalam UU sebagai konsideran dalam ketentuan umum, apakah pemilihan umum dalam pengertian genus pemilihan umum. Pemilihan Umum dalam arti seluruhnya atau Pemilihan Umum dalam arti spesis yang khusus dalam kaitan dengan UU ini. Nah itu perlu dibahas, sebab kalaupun itu dibawa ke panja nanti pemilu dalam arti pengertian genus akan tetap berbeda dengan pemilu dalam pengertian spesis yang dalam kaitan dengan UU ini. Pemilihan Kepala Desa pun adalah bagian dari Pemilihan Umum. Kalau pada sewaktu-waktu kita mengatakan pemilihan umum itu adalah suatu bentuk untuk memperoleh elective political official. Oleh sebab itu, kita bicarakan dengan baik-baik. Saya setuju kalau pemilihan umum itu dibicarakan secara menyeluruh, tetapi yang dimasukan disini sebetulnya apakah genus atau spieciesnya. Saya kira jangan coba-coba dibawa ke panja. Justru itu yang harus dibicarakan besok 5 atau 10 men it pad a waktu kita bicara Pukul 19.00 WIB sebab nanti kita juga akan bicara hal yang sama kemudian di belakang. Kenapa misalnya kalau kita bicarakan Kepala Daerah dan Wakil Daerah pada sewaktu-waktu bagaimana halnya dengan pemilihan yang lain, saya kira kita bicarakan 5 atau 10 menit besok, tetapi karena sekarang sudah pukul 16.30 WIB ya kita selesaikan.

KETUA RAPAT: Sebetulnya masih pukul 17.00 WIB, pukul 16.30 WIB adalah usulan. Terhadap ini, saya

kira begini. Memang kalau kita lihat inikan ada sebuah hal yang harus kita definisikan di dalam UU yang masuk dalam kategori ketentuan umum. Yang ingin diperlukan 2 hal saya kira, yaitu pendefinisiannya dan untuk menghindarkan penyebutan yang berulang-ulang. Nah apa kemudian yang tertuang di dalam angka 1 dan angka 2 pada DIM No. 15 dan 16, itu sebetulnya disampaikan tadi bahwa ada hal yang disampaikan oleh F-PG yaitu untuk menegaskan bahwa pemilu itu didefinisikan secara utuh sehingga tidak lagi kemudian meluas, .. . kita ada kategori adanya perdebatan atau perbedaan pemahaman tentang rezim-rezim atau domain pemilu. Kemuidan, di dalam ini saya kira secara khusus PPP sudah menegaskan itu bahwa ini terkait dengan usulan DIM No. 1 yang berkaitan dengan judul. Terhadap ini, bahwa apa yang harus kita katakan dari Pemerintah sudah menyampaikan bahwa menawarkan untuk membawa ke dalam panja. Barangkali, nanti dalam panja ada beberapa hal yang kita bisa kaitkan dengan pendefinisian atau pembahasan materi di dalam hal-hal pada substansi-substansi lain. Silahkan Pemerintah.

PEMERINTAH: Dari Pemerintah, menyampaikan sekali lagi Pak. Kami sangat mneghormati dan

menghargai jalan pemikiran yang berkembang pada saat ini, tetapi kami tetap menganggap bahwasanya dengan kaitannya dengan DIM No. 15 yang didahului dengan penunjukan pada DIM No 14 dimana setiap perundang-undangan yang dibangun tentu peruntukannya harus jelas. Disini harus ditanya, maka apa yang disampaikan pada DIM No. 15 ini memang sudah merujuk kepada peruntukannya, bukan pemilu secara umum. Kalau ini akan dibawa ke panja, tentunya kami hormati dan kami bisa, tetapi jangan sampai substansinya berubah dari situ, tidak melebar bilangannya.

T erima kasih Pak.

Page 28: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

Drs. AGUN GUNANDJAR SUDARSAIF-PG: Saya setuju panja Pak dan apa yang disampaikan oleh pihak pemerintah juga

sesungguhnya itu pedoman kami. Kami juga akan mempertimbangkan dan melihat UU ini diadakan diperuntukannya untuk kapan, tetapi ada 1 hal yang ingin kami sampaikan dari F-PG bahwa ada hal-hal yang terkait dengan penyelenggaran pemilihan umum dan itu yang menjadi problem sampai dengan hari ini. Sebut saja saya mengatakan nanti seperti Partai Lokal. Saya sengaja mengemukakan ini. Artinya, kalau dia tidak masuk dalam kontruksi peraturan perundang­undangan yang memang khusus mengatur tentang Pemilihan Umum, tetapi itu harus terkait, maka harus ada kita mengenal aturan lain-lain, aturan peralihan, aturan tambahan dan sebagainya yang peruntukannya pun di UU No. 10 Tahun 2004 sudah jelas. Artinya, di awal saya sudah mengingatkan ini sehingga saya punya peluang, punya kesempatan untuk mengundang seluruh pihak untuk membicarakan gagasan-gagasan pemiikiran itu. Saya kira itu saja Pak Ketua sehingga untuk lebih dalam saya setuju untuk di Panja.

Terima kasih.

LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN/F-PPP: Mungkin bahan untuk panja, tetapi saya ingin menjelaskan kenapa PPP mengusulkan

rumusan penyisipan anak kalimat untuk memilih wakil rakyat yang merupakan dan seterusnya. Jadi, sebenarnya sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Pemerintah dalam RUU yang diusulkan oleh Pemerintah. Jadi, memang persepsi kita tentang Pemilu memang beragam seperti tadi yang disampaikan oleh Pak Sutradara Gintings tadi. Oleh karenanya, DIM No. 15 ini memang tidak bisa dipisahkan dengan DIM No. 14. Dim No. 14 jelas mengatakan dalam UU ini yang dimaksud dengan Pemilu. Jadi, Pemilu disini adalah Pemilu dalam pengertian yang khusus dalam pengertian kami, yaitu Pemilu untuk memilih wakil rakyat dan bukan pemilu untuk memilih presiden dan bukan pemilu untuk memilih kepala daerah, karen a dalam konstitusi dinyatakan pemilu itu juga untuk memilih presiden. Dalam UU Penyelenggara Negara juga Pemilu itu untuk memilih Kepala Daerah. ltulah kenapa kami mempertegas Pemilu yang dimaksud dalam UU ini adalah untuk memilih wakil rakyat. Jadi, ini supaya satu kesatuan pengertian ketika nanti kita dalami di panja.

Demikian.

PATANIARI SIAHAAN/F-PDIP: Tadi terkait dengan masalah kesimpulan pimpinan bahwa masalahnya adalah masalah

pengertian definisi, yang di panja saya pikir ada beberapa hal Pak. Usul FPG ini tidak sekedar masalah pengertian, ini perlu keselarasan antara formil dengan materilnya. Tadi ternan kami dari PDIP mengatakan harus jelas kita bicara jenis atau species. Jadi, jangan muatan truck dimasukan ke bajaj. Tidak kuat bajajnya Pak. Kami memahami ini dikandung oleh FPG ini, tetapi mungkin ini bukan disini kan ini maksudnya kira-kira kalau tidak salah tangkap. lnikan kira-kira pemilu legislatif itu 1 periode sekaligus seluruh Indonesia, nanti eksekutif sekaligus. Kira-kira kan begitu. Kita memahami ada pesan dari Pimpinan kepada Anggota Pansus, tetapi kan harus lihat juga. Kalau bajaj tidak muat, jangan ditumpangi karen a merusak bajajnya.

Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT: Ya, saya senang dengan Pak Pata. Cuman saya juga bingung apa kalimat saya yang

dikutip salah. Ya, saya tahulah mau menempatkan Pak Menteri bahwa saya selaku Pimpinan Pansus bisa agak berbeda.

Saya kira ini nanti begini. Toh kalau ini di panja, kita tidak hanya fokus kepada materi panjanya, tetapi tentu akan kita kaitkan dengan hal-hal atau substansi lain atau DIM lain yang saya kira terkait dengan pengertian soal-soal yang disebut pemilu, tetapi kalau untuk ketentuan umum barangkali ini bisa kita inikan, tetapi kalau ada hal yang ingin kita dalami lebih dulu, saya kira bisa.

Dengan catatan seperti itu, ini kita bawa ke materi di panja dan untuk 16-nya saya kira terkait dengan apa yang disampaikan dengan PPP tadi dalam kaitan dengan DIM No. 1.

(RAPAT: SETUJU)

Page 29: REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS RUU ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20180420-084305-3470.pdf · Hukum dan HAM Rabu, 19 September 2007 14.00 WIB-selesai

Saya kira begini, saya melihat bahasa tubuh anggota walaupun ini bahasa tubuh sudah seolah Pukul17.00 WIB padahal waktu masih Pukul16.35 WIB. Saya kira adalah tidak manusiawi kalau Pimpinan untuk melanjutkan ini. Jadi, saya tawarkan apakah bisa kita akhiri?

Baik, sekali lagi kami sampaikan terima kasih atas kehadiran Mendagri, Mensesneg, MenkumHAM dan segenap jajarannya, Bapak/lbu Anggota Panja, mudah-mudahan besok bisa kita lanjutkan pada pukul 19.30 WIB dengan catatan Pimpinan harus mengerjakan tugas yang disampaikan yang 14 item yang merupakan bagian dari pengelompokan isu mengemuka di 626 DIM yang perubahan substansi. Baik, saya tanyakan Pemerintah mengenai waktu besok.

PEMERINTAH: Kita sependapat Pak Pukul19.30 WI B.

KETUA RAPAT: Berarti besok kita mulai Pukul19.30 WIB.

Bapak/lbu sekalian, sekali kami menyampaikan terima kasih, mohon maaf bila ada yang kurang berkenan.

Wabil/ahi Taufiq Waf Hidayah, Wassalamu'alaikum Warrahmatul/ahi Wabarakaatuh. Dengan demikian, rapat saya tutup.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 16.38 WIB)

Jakarta, 19 September 2007 a.n. Ketua Rapat

Sekretaris,

SU ROSO, SH NIP.210000661