repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis...

135
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPUS ABDOMINALIS DENGAN HIPERTERMI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN (Studi Di Ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan) OLEH : JILMY MAHANTIKA VIDIA BERLIANA 161210023 PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN i

Transcript of repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis...

Page 1: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPUS ABDOMINALIS DENGAN HIPERTERMI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL

PASURUAN

(Studi Di Ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan)

OLEH :

JILMY MAHANTIKA VIDIA BERLIANA

161210023

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG

2019

i

Page 2: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPUS ABDOMINALIS DENGAN HIPERTERMI DIRUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL

PASURUAN

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan

(A.Md.Kep) Pada Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

OLEH :

JILMY MAHANTIKA VIDIA BERLIANA

NIM : 161210023

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG

2019

ii

Page 3: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

iii

Page 4: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

iv

Page 5: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

v

Page 6: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama

Slamet dan ibu yang bernama Sri Maryani. Penulis merupakan putri kedua dari dua

bersaudara.

Tahun 2009 penulis lulus dari SD Negeri Jatirejo, tahun 2012 penulis lulus

dari SMP Negeri 01 Wonoasri, tahun 2015 penulis lulus dari SMA Negeri 01

Nglames, pada tahun 2016 lulus seleksi masuk STIKes Insan Cendekia Medika

Jombang melalui jalur PMDK. Penulis memilih program studi Diploma III

Keperawatan dari lima pilihan program studi yang ada di STIKes ICME Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, 12 April 2019

JILMY MAHANTIKA VIDIA BERLIANA

vi

Page 7: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

MOTTO

Selalu ada harapan bagi mereka yang sering berdoa, selalu ada jalan

mereka yang sering berusaha

vii

Page 8: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

PERSEMBAHAN

Yang Utama Dari Segalanya

Sujud syukur kepadamu Tuhan Yang Maha Agung, Yang Maha Adil lagi Maha

Penyayang, atas kasih sayang dan karunia-MU yang telah memberikanku kekuatan

dan ketabahan serta membekaliku dengan ilmu dan akal serta kesabaran dalam

menjalani kehidupan ini, atas rahmat-Mu akhirnya proposal Karya Tulis Ilmiah ini

dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita

Rasulullah Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul kiyamah

kelak. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang sangat

kukasihi dan kusayangi.

Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Ayah..Mama.. Terima kasih untuk semuanya, pengorbanan cinta dan kasihmu

untukku. Ayah..Mama.. tanpa kalian aku bisa apa.

Keluarga

Terima kasih untuk dukungan secara langsung maupun tidak langsung. Terutama

terimakasih untuk mas Ryeo.

Dosen – dosenku

Terima kasih telah menjadi orang tua kedua untukku, telah membimbingku selama

masa pendidikanku di kampus ini, terima kasih atas semua bimbingan, motivasi, serta

ilmu yang telah kalian berikan kepadaku.

viii

Page 9: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat

dan Hidayah-NYA sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Karya ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh menyelesaikan Studi

Kasus Program D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia

Medika Jombang dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien Thypus

Abdominalis di Ruang Asoka Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan”

Dalam menyusun Karya Tulis ini penulis mendapat bimbingan dan dorongan

dari berbagai pihak untuk itu penulis mengucpkan terima kasih kepada yang

terhormat Pembimbing I, dan pembimbing II yang telah dengan sabar dan penuh

perhatian memberikan bimbingan, arahan serta motivasi, sehingga proposal ini

dapat terselesaikan dan juga untuk kedua orang tua tercinta saya, yang telah

pengertian memberi segala dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal

dan teman-teman DIII Keperawatan yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Semoga amal baiknya diterima di sisi Allah SWT da mendapat imbalan dan

pahala dari Allah SWT. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis

menyadari masih banyaknya kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan sarannya.

Jombang, April 2019

Penulis

ix

Page 10: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KLIEN THYPUS ABDOMINALIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMI DI RUANG

ASOKA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGIL PASURUAN

Oleh :Jilmy Mahantika Vidia Berliana*Hindyah Ike**Dwi Prasetyaningati***

Pendahuluan Typus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran. Tujuan studi kasus ini adalah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami thypus abdominalis dengan masalah hipertermi. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Penelitian dilaksanakan di ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan dengan partisipan 2 orang dengan diagnosa thypus abdominalis dengan masalah hipertermi. Hasil asuhan keperawatan pada tahap pengkajian diketahui An. F ibu mengatakan badan anaknya panas, muntah 2x, akral panas suhu 38,6oC. Sedangkan An. M ibu mengatakan badan anaknya juga panas sejak bangun tidur kemarin, akral panas 38,4oC. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah hipertermi. Intervensi keperawatan yang disusun berdasarkan kriteria NIC NOC yang meliputi penanganan panas. Implementasi pada klien An. F dan An. M dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3 hari. Kesimpulan setelah dilakukan implementasi selama 3 hari maka hasil evaluasi akhir pada An. F dan An. M masalah teratasi sebagian sehingga memerlukan implementasi lanjutan karena masalah belum teratasi sepenuhnya. Saran Diharapkan keluarga klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dan pengobatan dalam upaya mempercepat proses penyembuhan serta mau menerima dan melaksanakan peraturan yang telah diterapkan oleh ruangan.

Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Thypus, Hipertermi

x

Page 11: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

ABSTRACTNURSING OF MEDICAL SURGICAL INFLUENCES IN THYPUS ABDOMINALIS

CLINET WITH HIPERTERM`S NURSING PROBLEMSIN THE SPACE ROOM GENERAL HOSPITAL REGIONAL BANGIL PASURUAN

By:Jilmy Mahantika Vidia Berliana*Hindyah Ike**Dwi Prasetyaningati***

Introduction Thypus abdominalis is an acute infectious disease that usually affects the digestive tract with symptoms of fever more than 1 week, indigestion and impaired consciousness. The purpose of this case study is to implement nursing care on clients who have a thypoid fever with hyperthermic problems. Method The research method is descriptive by using case study method. The studi was conducted in Asoka Hospital of Bangil Pasuruan. Hospital with 2 people with diagnosis of thypus abdominalis with hyperthermic problems. The results of nursing care at the assessment stage are known to be An. F the mother said her son's body was hot, vomited 2x, the heat was acral to 38.6oC. While An. M the mother said that her son's body was also hot since he woke up yesterday, hot acral 38.4oC. The specified nursing diagnosis is hyperthermia. Nursing interventions compiled based on NIC NOC criteria include handling heat. Implementation on An client. F and An. M was developed from the results of an intervention study conducted in 3 days.The defined nursing diagnosis is hyperthermia. Nursing orders based on NIC NOC criteria covering heat management. Implementation on An. F and An. M problem is partially resolved so that it requires further implementation because the problem has not been solved completely. Suggestions It is expected that the client's family participates in care and treatment in an effort to speed up the healing process and be willing to accept and implement the rules that have been applied by the room.

Keywords: Nursing Care, Thypus, Hyperthermia

xi

Page 12: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

DAFTAR ISI

Halaman Judul Luar........................................................................................ iHalaman Judul Dalam.................................................................................... iiSurat Pernyataan............................................................................................. iiiLembar Persetujuan........................................................................................ ivLembar Pengesahan........................................................................................ vRiwayat Hidup................................................................................................ viMotto ............................................................................................................. viiPersembahan................................................................................................... viiiKata Pengantar................................................................................................ ixAbstrak............................................................................................................ xAbstrac............................................................................................................ xiDaftar Isi......................................................................................................... xiiDaftar Tabel.................................................................................................... xivDaftar gambar................................................................................................. xvDaftar Lampiran............................................................................................. xviDaftar Lambang dan Singkatan...................................................................... xviiBAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 11.2 Rumusan Masalah..................................................................... 21.3 Tujuan....................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum.................................................................. 41.3.2 Tujuan Khusus.................................................................

1.4 Manfaat..................................................................................... 51.4.1 Manfaat Teoritis............................................................... 51.4.2 Manfaat Praktis................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Dasar Teori................................................................... 7

2.1.1 Pengertian........................................................................ 72.1.2 Etiologi............................................................................ 72.1.3 Manifestasi Klinis............................................................ 72.1.4 Patofisiologi..................................................................... 82.1.5 Phatway............................................................................ 92.1.6 Pemeriksaan Penunjang................................................... 102.1.7 Pemeriksaan Medis.......................................................... 11

2.2 Konsep Hipertermi2.2.1 Definisi............................................................................ 112.2.2 Etiologi............................................................................ 12

xii

Page 13: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

2.2.3 Klasifikasi........................................................................ 122.2.4 Manifestasi Klinis............................................................ 142.2.5 Komplikasi....................................................................... 192.2.6 Pemeriksaan Penunjang................................................... 19

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Thypus Abdominalis................................................................................................... 192.3.1 Pengkajian........................................................................ 192.3.2 Pemeriksaan Fisik............................................................ 222.3.3 Pemeriksaan Penunjang................................................... 232.3.4 Analisa Data..................................................................... 242.3.5 Diagnosa Keperawatan.................................................... 242.3.6 Implementasi Keperawatan............................................. 272.3.7 Evaluasi Keperawatan..................................................... 28

BAB 3 METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian....................................................................... 283.2 Batasan Batasan Istilah............................................................. 283.3 Partisipan................................................................................... 293.4 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian................................... 303.5 Pengumpulan Data.................................................................... 303.6 Uji Keabsahan Data................................................................... 313.7 Analisis Data............................................................................. 323.8 Etik Penelitian........................................................................... 33

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN4.1Hasil............................................................................................ 34

4.1.1 GambaranUmumLokasiPengumpulan Data..................... 344.1.2 Pengkajian........................................................................ 354.1.3 Analisa Data..................................................................... 404.1.4 DiagnosaKeperawatan...................................................... 424.1.5 IntervensiKeperawatan..................................................... 444.1.6 ImplementasiKeperawatan............................................... 454.1.7 EvaluasiKeperawatan....................................................... 46

4.2 Pembahasan............................................................................... 524.2.1 Pengkajian........................................................................ 524.2.2 Diagnosis Keperawatan.................................................... 554.2.3 Intervensi.......................................................................... 564.2.4 Implementasi.................................................................... 574.2.5 Evaluasi............................................................................ 58

5.1 Kesimpulan................................................................................ 615.2 Saran.......................................................................................... 62

xiii

Page 14: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL

No tabel Daftar tabel Hal

2.3 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit 25

2.4 Ketidakseimbangan nutrisi 26

4.1 Identitas klien dengan thypus abdominalis dengan

masalah hipertermi

35

4.2 Riwayat penyakit 35

4.3 Perubahan pola kesehatan 36

4.4 Pemeriksaan fisik 37

4.5

4.6

4.7

4.8

4.9

4.10

4.11

Pemeriksaan diagnostic

Terapi

Analisa data

Diagnose keparawatan

Intervensi keperawatan

Implementasi keperawatan

Evaluasi keperawatan

39

39

40

42

44

45

51

xiv

Page 15: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Daftar gambar Halaman

2.1 Pathways Thypus Abdominalis 9

xv

Page 16: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Responden

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Format Pengkajian Keperawatan

Lampiran 4 Surat Ijin Peneliti

Lampiran 5 Surat Persetujuan Penelitian

Lampiran 6 Lembar Konsultasi

xvi

Page 17: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH

WHO = World Health Organitation

CFR = Case Fatality Rate

Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia

RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah

EKG = Elektro Kardiogram

ICU = Intensive Care Unit

IGD = Instalasi Gawat Darurat

CRT = Capillary Refill Time

TTV = Tanda Tanda Vital

GCS = Glasgow Coma Scale

NIC = Nursing Intervention Classification

NOC = Nursing Outcome Classification

CT –scan = Computerized Tomography Scanner

xvii

Page 18: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Thypus abdominalis masih masalah kesehatan penting di berbagai negara,

terutama negara yang berkembang, salmonella thypi mampu hidup dalam tubuh

manusia, yang umumnya memiliki kondisi kebersihan yang buruk. Penyakit

typhus abdominallis merupakan problem atau masalah yang serius bagi kesehatan

masyarakat di negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang

memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satunya Typhus

Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun. Bila salmonella tyhpi berjalan

bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang di jaringan limfoid pada

dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati dan empedu.Gejala

Typhus abdominalis di tandai dengan hipertermi selama 7 hari lebih.

Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau berisiko

mengalami kenaikan suhu tubuh yang sifatnya menetap karena faktor eksternal

(Ilmiah 2016). Demam thypoid (tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit

infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala

demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan

gangguan kesadaran (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami 2013). Jadi,

hipertermi pada typhoid merupakan suatu masalah keperawatan yang ditandai

dengan peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal yang biasanya disebabkan

oleh infeksi akut pada saluran pencernaan.

1

Page 19: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

2

Berdasarkan (WHO) 2017 penyakit menular ini masih merupakan masalah

kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta kasus. Data

surveilans saat ini memperkirakan di Indonesia ada 600.000 – 1,3 juta kasus

thypus abdominalis setiap tahunnya dengan lebih dari 20.000 kematian. Rata-

rata di Indonesia, orang yang berusia 3- 19 tahun memberikan angka sebesar

91% terhadap kasus thypus abdominalis. Menurut Depkes RI tahun 2017 Thypus

Abdominalis dari tahun 2013- 2017 memperlihatkan peningkatan umlah

penderita sekitar 35,8% yaitu 19.596 menjadi 26.606 kasus. Sedangkan penderita

Thypus Abdominalis di RSUD Bangil Pasuruan khususnya tercatat pada bulan

Januari 2016 hingga 2018 sudah tercatat 469 kasus thypus abdominalis.

Penyebab penyakit thypus abdominalis adalah masuknya kuman Salmonella

Thyposa, Salmonella Parulyphi A, B, C dalam saluran pencernaan melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi. Pada umumnya kuman Salmonella

Thyposa, Salmonella Partyphi A, B, dan C menyerang usus.Sebelum masuk ke

usus sebagian kuman di musnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk

ke usus halus dan mencapai jaringan limpoid plak peyeri di ilieum yang

mengalami hipertropi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal.

Kuman akan masuk ke organ lain misalnya hati dan limpa melalui peredaran

darah. Endotoksin Salmonella thypi berperan dalam inflamasi lokal pada jaringan

tempat kuman tersebut berkembangbiak.Salmonella thypi dan endotoksinnya

merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang

meradang. Sehingga terjadi demam atau Hipertermi.

Page 20: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

3

Hipertermi yang tidak segera ditangani akan menyebabkan gangguan pola

makan, dehidrasi, syok, kerusakan system saraf, penurunan kesadaran, anak bisa

kejang dengan kisaran suhu diatas normal 39-40 derajat celcius, bahkan gangguan

tumbuh kembang. Serta dapat mengakibatkan kerusakan efek yang permanen

seperti kerusakan otak sehingga menimbulkan kematian.( andra saferi. W dan

yessie mariza. P, 2013 )

Penanganan hipertermi pada Thypus Abdominalis khususnya pada anak

adalah dengan menganjurkan anak untuk istirahat total sampai suhu tubuh turun,

untuk menghindari terjadinya komplikasi. Berikan kompres air hangat. Pemberian

air hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui

sumsum tulang belakang ketika reseptor yang peka terhadap panas hipotalamus

dirangsang oleh sistem efektor. Vasodilatasi pada pembuluh darah kemudian

pasien akan berkeringat dan suhu tubuh akan turun ( alifia, 2009 ). Anjurkan

pasien untuk banyak minum, untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang

akibat demam.Berikan pakaian tipis untk membantu penyerapan keringat.Serta

observasi suhu tubuh agar selalu normal. Selain itu pemberian obat antiseptic

dapat dilakukan untuk membantu menurunkan suhu tubuh ( sodikin, 2011 ).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yaitu bagaimana cara memberikan Asuhan Keperawatan

pada klien Thypoid Abdominalis dengan masalah keperawatan Hipertermi di

RSUD Bangil Pasuruan.

Page 21: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan hipertermi pada pasien thypus

abdominalis di RSUD Bangil Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien thypus abdominalis

dengan masalah keperawatan hipertermi

b. Menentukan diagnose keperawatan pada pasien thypus abdominalis

dengan masalah keperawatan

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien thypus abdominalis dengan

masalah keperawatan hipertermi

d. Melakukan implementasi pada pasien thypus abdominalis dengan

masalah keperawatan hipertermi

e. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien thypus

abdominalis dengan masalah keperawatan hipertermi

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Menambah keilmuan dalam mencari pemecahan masalah sehingga

mampu membantu pasien dalam perawatan pada kasus thypus abdominalis

dengan masalah hipertermi.

1.4.2 Manfaat praktis

Page 22: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

5

Bagi klien dan kelaurga mengatahui pengalaman dan dapat

menerapkan penanganan kasus thypus abdominalis dalam pelaksanaan

keperawatan. Bagi perawat RSUD membantu perawat dalam mengevaluasi

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan bagi pasien thypus abdominalis.

Bagi institusi pendidikan STIKes ICMe hasil penelitian dapat di gunakan

sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya

Page 23: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Thypus Abdominalis

2.1.1 Pengertian

Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus

danterkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella

typhosa atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga

menyebabkan gastroenteritis (radang lambung). Dalam masyarakat

penyakit ini dikenal dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia

kedokteran disebut Typhoid fever atau Thypus abdominalis karena

berhubungan dengan usus di dalam perut (Widoyono,2002).Typus

abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan

pencernaan dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009)

2.1.2 Etiologi

Penyakit tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang

ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh

bakteriSalmonella typhosa, (food and water borne disease). Seseorang

yang sering menderita penyakit tifus menandakan bahwa dia

mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini.

Salmonella thyposa sebagai suatu spesies, termasuk dalam kingdom

Bakteria, Phylum Proteobakteria, ClassisGamma proteobakteria, Ordo

6

Page 24: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

7

Enterobakteriales, FamiliaEnterobakteriakceae, Genus Salmonella.

Salmonella thyposa adalah bakterigram negative yang bergerak dengan

bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam

antigen yaitu: antigen 0 (somatik, terdiri darizat komplek lipopolisakarida),

antigen H (flagella) dan antigen V1 (hyalin,protein membrane). Dalam

serum penderita terdapat zat anti (glutanin)terhadap ketiga macam anigen

tersebut (Zulkhoni, 2011)

2.1.3 Manifestasi klinis

Masa tunas demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari.

Gejalaklinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat,

dariasimtomatik hingga gambaran penakit yang khas disertai komplikasi

hinggakematian. Pada minggu pertama gejala klnis penyakit ini ditemukan

keluhandan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya

yaitu : demam,nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,

obstipasi atau diare,perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada

pemeriksaan fisikhanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam

adalah meningkatperlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari

(Widodo Joko,2006)

2.1.4 Patofisiologi

Salmonella Thypi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan air

yang tercemar. Sebagian kuman dihancurkan oleh asam lambung dan

sebagian masuk ke usus halus., mencapai jaringan limfoid plak Peyeri di

ileum terminalis. Salmonella thypi memiliki fibria khusus yang dapat

Page 25: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

8

menempel ke lapisan epitel plak peyeri. Setelah menepel, bakteri

memproduksi protein yang mengganggu lapisan usus daan memaksa sel

usus untuk membentuk kerutan membrane yang akan melapisi bakteri

dalam vesikel.

Kuman memiliki berbagai mekanisme sehingga dapat terhindar dari

serangan sistem imun.Setelah sampai kelenjar getah bening.Kuman

kemudian masuk kealiran darah melalui duktus torasikus sehingga terjadi

bakterimia pertama yang asimtomatik. Salmonella thypi juga bersarang

dalam hati dan limpa, dimana kuman meninggalkan sel fagosit,

berkembang biak, dan masuk sirkulasi darah lagi sehingga terjadi

bakteremia kedua dengan gejala sistemik. Salmonella thypi menghasilkan

endoktosin yang berperan dalam inflamasi lokal jaringan tempat kuman

berkembang biak, merangsang pelepasan zat pirogen, dan leukosit jaringan

sehingga muncul demam dan gejala sistemik lain. Perdarahan saluran cerna

dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plak peyeri. Apabila

proses patologis semakin berkembang, perforasi dapat terjadi (Chris tanto

dkk, 2014).

Setelah pemulihan, infeksi dapat menetap disaluran empedu dan

saluran kemih terutama pada penyakit yang sudah ada sebelumnya,

sehingga menyebabkan karies feses atau urun kronik.Setelah pemulihan,

terbentuk imunitas, serangan kedua jarang terjadi. (B. K. Mandal dkk,

2008).

Page 26: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

9

2.1.5 Patway

Kuman salmonella thypi yang masuk ke saluran gastrointestinal

Pembuluh limfe

Peredaran darah

Lolos dari asam lambung

Bacteria masuk usus halus

Masuk ke hati dan limfa

Dihancurkan oleh asam lambung

Berkembang biak di hati dan limfa

Masuk ke aliran darah

endoktosin

Splenomegali

Peningkatan asam lambung

Mempengaruhi pusat termogulator di hipotalamus

Terjadi kerusakan sel

Merangsang melepas zat epirogen oleh leukosit

Hipertermia

Hepatomegali

Perdarahan masif

Erosi Penurunan/ peningkatan peristaltic usus

Rongga usus pada limfoid halus

Empedu

Kontipasi / diare

Komplikasi perforasi dan perdarahan usus

Anoreksia mual muntah

Resiko kekurangan volume cairan

Page 27: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

10

Gambar 2.1 WOC Thypus Abdominalis (Amin Huda,2013)

2.1.6 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Pemeriksaan darah perifer lengkap (Masjoer, 2002) dapat

ditemukan leukopeni, dapat pula leukosistosis atau kadar leukosit

normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi

sekunder.Dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopeni.

Pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun

limfopeni laju endap darah dapat meningkat.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tapi akan kembali normal

setelah sembuh. Peningkatan SGOT, SGPT ini tidak memerlukan

penanganankhusus.

3. Pemeriksaan uji widal

Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri

salmonella typhi.Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara

antigen bakteri salmonella typhi dengan antibody salmonella yang sudah

dimatikan dan diolah di laboratorium.Uji widal dimaksudkan untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam

tifoidenema bariummungkin juga perlu dilakukan (Mansjoer, 2002)

2.1.7 Penatalaksanaan medis

Menurut Widodo Joko (2006) obat-obat antibiotika yang biasa

digunakan ialah ampisilin dan amoksisilin, antipiretika, bila perlu diberikan

laksansia, tirah baring selama demam untuk mencegah komplikasi

Page 28: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

11

perdarahanusus atau perforasi usus, mobilisasi bertahap bila tidak panas,

sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, diet pada permulaan, diet

makanan yang tidakmerangsang saluran cerna dalam bentuk sering atau

lunak, makanan dapatditingkatkan seusai perkembangan keluhan

gastrointestinal, perforasi, transfusi bila diperlukan pada komplikasi

perdarahan.

2.2 Konsep Hipertermi

2.2.1 Definisi

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi

produksi panas.Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan

mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang

berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.Hipertermi tidak

berbahaya jika dibawah 39°C. Selain adanya tanda klinis, penentuan

hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda

dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut

(Potter & Perry,2010).

Menurut Wilkinson (2006) hipertemia merupakan keadaan suhu tubuh

seseorang yang meningkat diatas rentang normalnya. Hipertemi terjadi

karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah

terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat bersala dari mikrooganisme

Page 29: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

12

atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu

infeksi (Noer,2004).

Sedangkan menurut Dorland (2006) hipertemia/febris/demam adalah

peningkatan suhu tubuh diatas normal. Hal ini dapat diakibatkan oleh stress

fisiologik seperti ovulasi, sekresi hormon thyroid berlebihan, olahraga

berat, sampai lesi sistem syaraf pusat atau infeksi oleh mikroorganisme

atau ada penjamu proses noninfeksi seperti radang atau pelepasan bahan-

bahan tertentu seperti leukimia. Demam diasosiasikan sebagai bahan dari

respon fase akut, gejala dari suatu penyakit dan perjalan patologis dari

suatu penyakit yang mengakibatkan kenaikan set-point pusat pengaturan

suhu tubuh (Sugarman,2005).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hipertemia

adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat diatas rentang normal dan

tubuh tidak mampu untuk menghilangkan panas atau mengurangi produksi

panas. Rentang normalnya suhu tubuh anak berkisar antara 36,5-37,5°C.

2.2.2 Etiologi

Hipertemi dapat disebabkan karena gangguan otak atau akibat bahan

toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu.Zat yang dapat

menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga

menyebabkan demam yang disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa

protein, dan zat lain. Terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh

bakteri toksi/pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat

menyebabkan demam selama keadaan sakit.

Page 30: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

13

Faktor penyebabnya:

1. Dehidrasi

2. Penyakit atau trauma

3. Ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk berkeringat

4. Pakaian yang tidak layak

5. Kecepatan metaolisme meningkat

6. Pengobatan/ anesthesia

7. Terpajan pada lingkungan pada lingkungan panas (jangka panjang)

8. Aktivitas yang berlebihan

A. Proses Terjadinya

Substansi yang menyebabkan deman disebut pirogen dan berasal

baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen

adalah mikroorganisme atau toksik, pirogen endogen adalah

polipeptida yang dihasilkan oleh jenis sel penjamu terutama monosit,

makrofag, pirogen memasuki sirkulasi dan menyebabkan demam

pada tingkat termoregulasi di hipotalamus.

Peningkatan kecepatan dan pireksi atau demam akan engarah

pada meningkatnya kehilangan cairan dan elektrolit, padahal cairan

dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolisme di otak untuk menjaga

keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.

Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi),

maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang

padahal dalam proses metabolisme di hipotalamus anterior

Page 31: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

14

membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan caiaran

elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam

mempertahankan keseimbangan termoregulasi dan akhirnya

menyebabkan peningkatan suhu tubuh

2.2.3 Klasifikasi

Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas:

1. Hipertermia maligna

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.

Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan

secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan

kalsium intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot

dan hipertermia.Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga

pemberian antipiretik tidak bemanfaat.

2. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)

Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang

melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas.

Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama

bila dilakukan pada suhu 300°C atau lebih dengan kelembaban lebih

dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30

menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan

berbahan menyerap keringat.

3. Endocrine Hyperthermia (EH)

Page 32: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

15

Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih

jarang dijumpai pada anak dibandingkan dengan pada dewasa.Kelainan

endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain

hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi

adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering

berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen

leukosit).

Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.

4. Hipertermia Neonatal

Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga

kehidupan bisa disebabkan oleh:

1) Dehidrasi

Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan

cairan atau paparan oleh suhu kamar yang tinggi.Hipertermia jenis

ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan

trauma lahir.Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena

hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya

didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis/leucopenia,

CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan

riwayat persalinan prematur/resiko infeksi.

2) Overheating

Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi

terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.

Page 33: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

16

3) Trauma lahir

Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul

pada 24%dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akanmenurun

pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi

berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus

termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas

semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu

ruangan. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39°C dilakukan tepid

sponged 35°C sampai dengan suhu tubuh mencapai 37°C.

4) Heat stroke

Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau

sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan

saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard,

dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi

yang  bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia,

hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG. Anak

dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif

di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging

dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian anak

segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan

selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan

metabolic yang ada.

5) Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)

Page 34: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

17

Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada

riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu

udara luar yang tinggi.HSE diduga berhubungan dengan cacat

genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-

trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai

dengan 15 tahun (sebagian besar usia< 1 tahun dengan median usia

5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau

bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh

(misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan

febris ringan). Pada 2 – 5 hari kemudian timbul syok berat,

ensefalopati sampai dengan kejang/koma, hipertermia (suhu >

41°C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga

terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada

pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan

pernafasan dangkal diikuti gagal ginjal..Pada HSE tidak ada

tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan

heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas

kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang

berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi

menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema

serebri.

6) Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)

Page 35: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

18

Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang

mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang

mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan febris

ringan yang tidak fatal.Hipertermia diduga kuat berhubungan

dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4

bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian ini

adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas

batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat

chemosensitivity, pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan

darah.Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan

kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu

hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.Hipertermia

diduga berhubungan dengan SIDS karenadapat menyebabkan

hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga berakhir dengan

apnea.

2.2.4 Manifestasi Klinis

1) Suhu tinggi 37,8 °C (100 °F) per oral atau 38,8 °C (101 °F)

2) Takikardia

3) Hangat pada sentuhan

4) Mengigil

5) Dehidrasi

6) Kehilangan nafsu makan

7) Pernafasan cepat

Page 36: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

19

8) Mulut kering

2.2.5 Komplikasi

1. Kerusakan sel-sel dan jaringan

2. Kematian

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

1. Pemeriksaan darah lengkap: mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko

infeksi

2. Pemeriksan urine

3. Uji widal: suatu reaksi oglufinasi antara antigen dan antibodi untuk pasien

hypoid

4. Pemeriksan elektrolit: Na, K, Cl

5. Uji tourniquet

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Thypus Abdominalis

2.3.1 Pengkajian

Pengumpulan Data

A. Identitas

Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,

pendidikan, No. Registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi

badan, berat badan dan tanggal MRS.

B. Keluhan utama

Page 37: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

20

Pada pasien Typhoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan

kembung, nafsu makan menurun, panas, dan demam.

C. Riwayat Penyakit dahulu

Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit Typhoid, dan

apakah menderita penyakit lainnya.

D. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada umumnya pasien Typhoid demam, anorexia, mual, muntah,

diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala/pusing,

nyeri otot, lidah kotor, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai

koma.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita

Typhoid atau sakit yang lainnya.

F. Riwayat Psikososial

Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien,

dengan timbul gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat

menerima pada apa yang di deritanya.

G. Pola-pola fungsi kesehatan

1. Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya mual dan muntah, penurunan napsu makan selama sakit,

lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat

mempengaruhi status nutrisi berubah.

2. Pola aktivitas dan latihan

Page 38: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

21

Pasien akan terganggu aktivitasnya akibat adanya kelemahan fisik

serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

3. Pola tidur dan aktivitas

Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan

yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah, pada waktu tidur.

4. Pola Eliminasi

Kebiasaan dalam BAK akan terjadi retensi bila dehidrasi karena

panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan.

5. Pola reproduksi dan seksual

Pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau sudah

menikah akan terjadi perubahan.

6. Pola persepsi dan pengetahuan

Bagaimanakah persepsi terhadap status kesehatan saat ini dan

sampai sejauh mana pasien memahami penyakit dan perawatannya.

7. Pola konsep diri

Adakah gangguan konsep diri.

8. Pola Penaggulangan Stres

Kaji apakah yang biasa dilakukan pasien dalam menghadapi setiap

stressor.

9. Pola hubungan interpersonal

Page 39: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

22

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan

interpersonal dan mengalami hambatan dalam menjalankan

perannya selama sakit.

10. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adakah gangguan dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari.

2.3.2 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Head To toe

a. Kepala

Keadaan kepala cukup bersih, tidak ada lesi / benjolan, distribusi

rambut merata dengan warna warna hitam, tipis, tidak ada nyeri

tekan.

b. Mata

Kebersihan mata cukup, bentuk mata simetris kiri dan kanan, sclera

tidak ikterik konjungtiva kemerahan / tidak anemis.Reflek pupil

terhadap cahaya baik.

c. Telinga

Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat

peradangan.

d. Hidung

Kebersihan hidung cukup, bentuk tidak ada kelainan, tidak terdapat

tanda-tanda peradangan pada mocusa hidung.Tidak terlihat

pernafasan cuping hidung taka ada epistaksis.

e. Mulut dan gigi

Page 40: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

23

Kebersihan mulut kurang dijaga, lidah tampak kotor, kemerahan,

mukosa mulut/bibir kemerahan dan tampak kering.

f. Leher

Kebersihan leher cukup, pergerakan leher tidak ada gangguan.

g. Dada

Kebersihan dada cukup, bentuk simetris, ada nyeri tekan.tidak ada

sesak., tidak ada batuk.

h. Abdomen

Kebersihan cukup ,bentuk simetris,tidak ada benjolan/nnyeri

tekan,bising usus 12x /menit,terdapat pembesaran hati dan limfa

i. Ekstremitas

Tidak ada kelainan bentuk antara kiri dan kanan,atas dan

bawah,tidak terdapat fraktur,genggaman tangan kiri dan kanan sama

kuat

2.3.3 Pemeriksaan Penunjang

Untuk melakukan diagnosis penyakit typhus abdominalis, perlu

dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan-

pemeriksaan sebagai berikut ;

1. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia, limfositosis

relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.

2. Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah

penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.

3. Uji Widal

Page 41: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

24

Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan

dari uji widal ini adalah menentukan adanya aglutinin dalam serum

klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella

Thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman).Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan

H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya

makin besar klien menderita typhoid.

4. Pemeriksaan SGOT/SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

2.3.4 Analisa data

Data yang sudah terkumpul dikelompokkan dan dianalisis untuk

menentukan masalah klien. Untuk mengelompokkan data ini dilihat dari

jenis data yang meliputi data subyek dan dan data obyek. Data subyek

Page 42: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

25

adalah data yang diambil dari ungkapan klien atau keluarga klien

sedangkan data obyek adalah data yang didapat dari suatu pengamatan atau

pendapat yang digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan.

(Lismidar, 1990)

2.3.5 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon

individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau

potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman

& Kamitsuru, 2015)

1. Aktual : Diagnosa keperawatan yang menggambarkan

penilaian klinik yang harus di validasi perawat karena

ada batasan mayor.

2. Potensial : Diagnosa keperawatan menggambarkan kondisi klien

kearah yang lebih positif (kekuatan pasien)

3. Risiko : Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi

klinis individu lebih rentan mengalami masalah.

4. Kemunginan : Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi

klinis yang memerlukan data tambahan sebagai faktor

pendukung yang lebih adekuat. Jadi yang dimaksud

adalah dengan diagnose keperawatan adalah

pernyataan yang jelas berkaitan dengan masalah yang

Page 43: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

26

didapat pada pasien baik itu secara actual, potensial,

risiko atau kemungkinan.

Contoh diagnosa keperawatan thypus abdominalis yang muncul

a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

b. Resiko kekurangan volume cairan

2.3.6 Intervensi keperawatan

Tabel 2.3 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Diagnosa Keperawatan Atau Masalah Kolaborasi

Rencanan keperawatanTujuan dan kriteria

hasil Intervensi

HipertermiDefinisi : suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan termogulasiBatasan karakteristik :

1. Kulit kemerahan2. Kulit terasa hangat3. Kejang

Faktor yang berhubungan :1. Aktivitas berlebihan2. Dehidrasi3. Pakaian yang tidak

sesuai4. Peningkatan laju

metabolism5. Suhu lingkungan tinggi6. Iskemia

NOC :1. kontrol risiko :

hipertermia2. tanda tanda vitalSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam hipertermi teratasi dengan kriteria hasil :a. mengidentifikasi

fakttor risiko hipertermi

b. mengenali kondisi tubuh yang dapat mempercepat produksi panas

c. memodifikasi aktivitas fisik untuk mengontrol suhu tubuh

d. memakai pakaian

NIC :1. perawatan demam2. pengaturan suhu

a. pantau suhu dan tanda tanda vital lainnya

b. monitor warna kulit dan suhu

c. monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan

d. tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam

e. berikan oksigen yang sesuai

f. tingkatkan

Page 44: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

27

yang sesuai untuk melindungi kulit

e. melakukan tindakan mandiri untuk mengontrol suhu tubuh

f. denyut nadi radialg. irama pernapasanh. tekanan darah

sistoliki. tekanan darah

diastolikj. suhu tubuh

sirkulasi udarag. lembabkan bibir

dan mukosa hidung yang kering

h. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam

i. monitor tekanan daeah, nadi dan respirasi

j. monitor suhu dan warna kulit

k. tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat

Tabel 2.4 Ketidakseimbangan nutrisi

b. Ketidakseimbangan nutrisi

Diagnosa Keperawatan Atau Masalah Kolaborasi

Rencanan keperawatanTujuan dan kriteria

hasilIntervensi

Resiko kekurangan volume cairanDefinisi :Kerentanan mangalami penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/ atau intraselular, yang dapat mengganggu kesehatan.Faktor risiko :

1. barier kelebihan cairan2. berat badan ekstrem3. faktor yang mempengaruhi

kebutuhan cairan4. kehilangan cairan melalui

rute normal5. kehilangan volume cairan

aktif

NOC :1. keseimbangan

cairan2. status nutrisi :

asupan makanan dan cairan

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam resiko devisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil :

a. tekanan darahb. denyut nadi

radialc. keseimbangan

intake dan output dalam

NIC :1. pemantauan

( monitor ) elekrolit

2. manajemen hipervolemia

a. monitor ketidakseimbangan asam basa

b. kenali dan laporkan adanya ketidakseimbangan elektrolit

c. monitor adanya kehilangan cairan dan elektrolit, jika diperlukan

Page 45: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

28

24 jamd. turgor kulite. kelembaban

membrane mukosa

f. serum elektrolitg. asupan

makanan secara oral

h. asupan cairan secara oral

i. asupan cairan intravena

j. asupan nutrisi parenteral

d. monitor adanya mual muntah dan diare

e. timbang berat badan tiap hari dengan waktu yang sama

f. monitor data laboratorium yang menandakan adanya hemokonsentrasi

g. monitor intake dan output

h. berikan infus IV

2.3.6 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah rencana

intervensi disusun dan ditunjukan pada nursing orders untuk membantu

klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi

yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,2008)

2.3.7 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan

yang telah disusun tercapai atau tidak.Evaluasi didasarkan pada bagaimana

efektifnya intervensi-intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan

yang lainnya.Ada beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam

perawatan.Faktor yang paling penting adalah bahwa metode tersebut harus

Page 46: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

29

disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi.

(Friedman,2016)

Page 47: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus.Studi kasus yang

menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah digunakan untuk mengeksplorasi

masalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Thypus Abdominalis

Dengan Masalah Hipertermi di RSUD Bangil Pasuruan.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah yang digunakan untuk menghindari kesalahan dalam

memahami judul penelitian, dalam penenlitian ini sebagai berikut :

1. Asuhan Keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi

dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan

respon unik individu pada suatu kelompok dan perseorangan terhadap

gangguan kesehatan yang dialami, baik actual maupun potensial.

2. Klien adalah individu yang mencari atau menerima perawatan medis. Klien

dalam studi kasus ini adalah 2 klien dengan diagnose medis dan masalah

keperawatan yang sama.

3. Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan

pencernaan dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009)

4. Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan

ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi

30

Page 48: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

31

5. produksi panas.Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme

kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan

sehingga terjadi peningkatan(Potter & Perry,2010)

3.3 Partisipan

Pada penelitian ini menggunakan 2 klien yang mengalami diagnosa Thypus

Abdominalis dengan masalah hipertermi di ruang asoka RSUD Bangil Pasuruan.

Dengan kriteria yaitu :

1. 2 klien yang mengalami thypus abdominalis

2. 2 klien yang mengalami masalah hipertermi

3. 2 klien yang dirawat melalui fase 1 hari

4. 2 klien dan 2 keluarga yang bersedia untuk dilakukan penelitian studi kasus

3.4 Lokasi dan Waktu Peneltian

3.4.1 Lokasi Penelitian

Penelian ini dilakukan di ruang Asoka RSUD Bangil Pasuruan yang

beralamat di JL.RACI Pasuruan.

3.4.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari penyusunan proposal pada bulan Februari

2019 sampai dengan April 2019.

3.5 Pengumpulan Data

Agar dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahn dalam penelitian

ini, sangatlah diperlukan teknik mengumpulkan data. Adapun teknik tersebut

adalah :

Page 49: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

32

1. Pengajuan permohonan ijin untuk melakukan penelitian dimulai dari

pengajuan surat pengantar permohonan ijin dari prodi D3 Keperawatan

kemudian diproses ke BAAK (Biro Adminastri Akademik dan

Kemahasiswaan), setelah surat permohonan ijin penelitian telah selesai

diproses, maka surat tersebut akan langsung disampaikan ke direkktur

RSUD Bangil, dimana penelti akan mendapatkan surat balasan yang

menyertakan data serta pembagian tempat atau ruangan yang sesuai dengan

responden yang akan dilakukan penelitian oleh peneliti.

2. Persetujuan menjadi responden, dimana subjek harus mendapatkan informasi

secara lengkap tentang tujuan penelitian yang dilaksanakan, mempunyai hak

untuk bebas berpartispasi atau menolak menjadi responden.

3. wawancara adalah percakapan yang memiliki tujuan tertentu, biasanya

antara dua oorang yang saling bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab. Dalam studi kasus ini, peneliti menggunakan 2 jenis wawancara yaitu

autoanamnesa dan heteroanamnesa.

4. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian

untuk menyadari adanya rangsangan,.Alasan penliti melakukan observasi

adalah untuk menyajikan gambaran realistis perilaku manusia dan

mengevaluasi. Pemeriksaan fisik pada kasus ini menggunakan pendekatan

IPPA : inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi pada sistem tubuh pasien.

5. Sudi Dokumentasi

Page 50: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

33

Studi dokumentasi adalah kegiatan mencari data atau variable dari sumber

berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda,

dan sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumenatasi adalah benda mati

(Suryono, 2013)

Dalam studi kasus ini menggunakan studi dokumentasi berupa cattan hasil

data rekam medis, review literatur dan pemeriksaan diagnostic dan data lain

yang relevan.

3.6 Uji keabsahan data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/ informasi

yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas

tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama),

uji keabsahan data dilakukan dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan

2. Sumber infromasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data

utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

3.7 Analisis Data

Menurut Tri (2015) analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan,

sewaktu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang meenghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan oleh

Page 51: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

34

peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisi adalah:

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).Hasil

ditulis dalam bentuk cattan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk

catatan.Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan/implementasi, dan evaluasi.

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk studi laporan asuhan keperawatan.Data obyektif

dianalisis bwrdasarkan hasil pemeriksaan diagnostic kemudian dibandingkan

nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks

naratif.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkann

identitas dari responden.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil hasil enelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

3.8 Etik Penelitian

Beberapa prinsip etik yang perlu diperhatikan antara lain :

Page 52: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

35

1. Persetujuan menjadi responden (informed consent), dimana subjek harus

mendapatkan informasi secara lengkap tentang tuuan penelitian yang

dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak

menjadi responden.

Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh

hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

2. Tanpa nama (anonymity), dimana subjek mempunyai hak untuk meminta

bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan.

Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari

respondenatau tanpa nama (anonimiti)

3. Rahasia (confidentiality), kerahasiaan yang diberikan kepada responden

dijamin oleh peneliti (Nursalam,2014)

Page 53: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Pengumpulan Data

Rumah sakit umum daerah Bangil adalah rumah sakit tipe C milik

pemerintahan Kabupaten Pasuruan, yang merupakan rumah sakit rujukan

di Kabupaten Pasuruan. Terletak di jalur poros Surabaya – Banyuwangi,

berdiri diatas tanah seluas kurang lebih 2 H. Gedung yang besar, tempat

yang nyaman dan kualitas pelayanan yang terus ditingkatkan, sehingga

dapat memuaskan pelayanan terhadap masyarakat. Posisi strategis RSUD

Bangil yang berada di posor jalan raya utama berdekatan dengan gedung

DPRD Kabupaten Pasuruan, posisi ini yang tentu memliki keuntungan bagi

RSUD Bangil menjadi pusat layanan rujukan bagi institusi kesehatan yang

berada di sekitar Kabupaten Pasuruan.

Pengkajian dilakukan di Ruang Asoka, degan kapasitas ruang rawat

inap 6 ruangan, ruangan 1 terdapat 5 tempat tidur, ruangan 2 ada 5 tempat

tidur, ruangan 3 ada 5 tempat tidur, ruangan 4 ada 5 tempat tidur, ruangan 5

ada 5 tempat tidur, ruangan 6 ada 6 tempat tidur. HCU 1 ruangan ada 3

tempat tidur dan ruang isolasi 1 ruangan.

36

Page 54: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

37

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas Klien

Tabel 4.1 Identitas Klien Dengan Thypus Abdominalis Dengan Masalah

Hipertermi di Ruang Asoka Bangil Pasuruan, 2019

Identitas klien klien 1 klien 2Nama An. F An. MUmur 6th 7thAgama Islam IslamPendidikan SD SDPekerjaan Pelajar PelajarAlamat Bangil BangilSuku/bangsa Indonesia IndonesiaTanggal MRS 14-04-2019 14-04-2019Jam masuk 10.30 19.57Tanggal pengkajian 15-04-2019 15-04-2019Jam pengkajian 18.34 19.20No RM 393xxx 379xxxDiagnose masuk Demam Thypoid Demam Thypoid

2. Riwayat Penyakit

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Klien 1 Klien 2Keluhan Utama Ibu klien mengatakan badan

anaknya panasIbu klien mengatakan badan anaknya panas

Riwayat Penyakit Sekarang

Ibu klien mengatakan badan anaknya panas sejak kemarin malam pukul 22.25 WIB, panasnya naik turun, disertai muntah 2x. Kemudian orang tua klien membawa klien ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 14-04-2019 pukul 10.30 WIB, karena suhu badannya tidak kunjung turun. Kondisi pasien tampak pucat dan lemas. Pada tanggal 15 April 2019 pukul 13.20 WIB pada saat pengkajian ibu klien mengatakan anaknya mengeluhkan badannya panas.

Ibu klien mangatakan badan anaknya panas sejak bangun tidur kemarin sekitar jam 06.11 WIB, panasnya naik turun. Kemudian orang tua klien membawa klien ke IGD RSUD Bangil pada tanggal 14-04-2019 pukul 19.57 WIB, karena suhu badannya yang tidak kunjung turun. Dan kondisi pasien saat itu lemas dan merengek pada ibunya karena badan terasa sakit. Pada tanggal 15 April 2019 pukul 12.48 WIB pada saat pengkajian ibu klien mengatakan badan anaknya

Page 55: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

38

masih panas.

Riwayat Penyakit Dahulu

Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat penyakit kronik seperti kejang demam, riwayat penyakit jantung, klien juga tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat, serta tidak memiliki riwayat operasi.

Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat penyakit kronik, seperti demam, riwayat penyakit jantung, klien juga tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat, serta tidak memiliki riwayat operasi.

Riwayat Kehamilan Dan Persalinan

Ibu klien mengatakan saat mengandung selalu memeriksakan kandungannya, serta tidak memiliki riwayat HT, DM, maupun perdarahan.

Ibu klien mengatakan saat mengandung, selalu rajin memeriksakan kandungannya, serta tidak memiliki riwayat HT, DM, maupun perdarahn.

Klien lahir secara normal dengan BB 4 Kg.

Klien lahir secara normal dengan BB 3,5 Kg.

Imunisasi Ibu klien mengatakan klien sudah mendapatkan imunisasi BCG, Hepatitis, Polio, DPT, Campak

Ibu klien mengatan klien sudah mendapatkan imunisasi BCG, Hepatitis, Polio, DPT, Campak

Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit DM maupun HT.

Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit DM maupun HT.

3. Perubahan pola kesehatan

Tabel 4.3 perubahan pola kesehatan

Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2Pola Nutrisi Di rumah : Ibu klien

mengatakan nafsu makan klien sangat baik, makan 3x/hari, klien makan secara teratur dengan menu nasi, sayur, dan lauk pauk. Minum air putih kurang lebih 500ml/hari. Klien juga meminum susu setiap hari.Di RS : Ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun hanya mau makan setengah porsi dari 1 piring penuh, saat awal masuk rumah sakit klien hanya minum air putih kurang lebih 500ml/hari dan tidak mau makan.

Di rumah : Ibu klien mengatakan nafsu makan klien baik, makan 3x/hari, klien makan secara teratur dengan menu nasi dan lauk pauk klien kurang suka dengan sayur. Minum air putih kurang lebih 500ml/hari.

Di RS : Ibu klien mengatakan nafsu makan menurun, klien hanya mau makan sedikit dengan porsi 3 sendok makan dan minum air putih kurang lebih 500ml/hari.

Page 56: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

39

Pola Eliminasi Di rumah : Ibu klien mengatakan, klien BAK kurang lebih 4x/hari, warna kuning jernih dan BAB 1x/hari warna kuning kecoklatan dengan konsistensi padat.Di RS : Ibu klien mengatakan klien BAK kurang lebih 4x/hari warna kuning jernih dan Belum BAB.

Di rumah : Ibu klien mengatakan, klien BAK kurang lebih 3x/hari, warna kuning jernih dan BAB 1x/hari warna kuning kecoklatan dengan konsistensi padat.Di RS : Ibu klien mengatakan klien BAK 3x/hari warna kuning jernih dan BAB 1x warna kuning kecoklatan dengan konsistensi padat.

Pola Isitirahat dan Tidur

Di rumah : Ibu klien mengatakan klien tidur dengan nyenyak selam 8 jam/24jam.Di RS : Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur selama 5jam/24 jam sering terbangun dan rewel ketika suhu badannya panas.

Di rumah : Ibu klien mengatakan klien tidur dengan nyenyak selama 8 jam/24jam.Di RS : Ibu klien mengatakan bahwa klien bisa tidur selama 7jam/24jam dan sering terbangun.

Personal Hygine Di rumah : Ibu klien mengatakan klien mandi, menggosok gigi, ganti pakaian sebanyak 3x/hari, selalu keramas setiap mandi dan memotong kuku 1x/minggu

Di RS : Ibu klien mengatakan

Di rumah : Ibu klien mengatakan klien mandi,sikat gigi,ganti pakaian sebanyak 2x/hari, selalu keramas setiap mandi dan memotong kuku 1x/minggu

Di RS : Ibu klien mengatakanbahwa selama di RS klien hanya diseka 2x/hari dan ganti baju 1x/hari. Klien tidak mau menggosok gigi.

bahwa selama di RS klien hanya diseka 2x/hari dan ganti baju 1x/hari. Klien tidak mau menggosok gigi.

Pola Aktivitas Di rumah : Ibu klien mengatakan saat di rumah klien melakukan aktivitas seperti sekolah dan bermain dengan teman-temannya.Di RS : Ibu klien mengatakan saat di RS klien hanya berbaring di tempat tidur. Saat suhu tubuh klien tidak panas klien juga bercanda sama ibunya.

Di rumah : Ibu klien mengatakan saat dirumah klien melakukan aktivitassekolah dan bermain dengan teman sebayanya.Di RS : Ibu klien mengatakan saat di RS klien hanya berbaring di tempat tidurnya. Terkadang klien juga bermain gadget milik ibunya.

Page 57: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

40

4. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik

Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Klien 1 Klien 2

Kesadaran Composmentis ComposmentisGCS 4-5-6 4-5-6TD 110/70 mmHg 120/80 mmHgN 100 x/m 114 x/mS 38,6ºC 38,4ºCRR 18 x/m 18 x/m

Pemeriksaan FisikHead To Toe

a. Kepala Rambut tebal dan sedikit keriting, tidak ada benjolan tidak ada lesi pada kepala, wajah simetris, tidak ada massa pada leher, tidak ada benjolan kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis.

Rambut tipis dan halus, tidak ada benjolan dan lesi di kepala, wajah simetris, tidak ada massa pada leher, tidak ada benjolan kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis.

b. Mata Mata tidak strabismus (juling), alis mata simetris, tidak ada edema, pupil isokor, dan reflek cahaya kanan kiri positif

Mata tidak strabismus (juling), alis mata simetris, tidak ada edema, pupil isokor, dan reflek cahaya kanan kiri positif.

c. Hidung Hidung simetris, tidak terpasang O2, tidak ada nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

Hidung simetris, tidak terpasang O2, tidak ada nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung.

d. Mulut dan faring Mukosa bibir kering, tidak terdapat caries gigi, tidak ada faringitis

Mukosa bibir kering, tidak ada caries gigi, tidak ada faringitis

e. Paru-paru Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dinding dadaPalpasi : tidak ada nyeri tekanPerkusi : sonorAuskultasi : vesikuler

Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dinding dadaPalpasi : tidak ada nyeri tekanPerkusi : sonorAuskultasi : vesikuler

f. Jantung Inspeksi dan palpasi : denyutan apeks terlihatPerkusi : tidak ada pembesaran

Inspeksi dan palpasi : denyutan apeks terlihatPerkusi : tidak ada pembesaran

Page 58: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

41

jantungAuskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal., tidak ada bunyi tambahan

jantungAuskultasi : bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak ada bunyi tambahan

g. Abdomen Tidak ada luka, terdapat pembesaran hepar, muntah 2 kali, tidak terpasang NGT

Tidak ada luka, terdapat pembesaran hepar, tidak terpasang NGT

h. Ektremitas dan persendian Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan tulang belakang, turgor kulit normal, akral panas, dan tidak ada luka.

Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan tulang belakang, turgor kulit normal, akral panas, dan tidak ada luka.

Data Psikososial Klien terlihat murung, sering merenek. Klien menangis saat akan dilakukan tindakan seperti injeksi. Hubungan klien dengan orang lain sangat baik, mampu berinteraksi dengan orang lain.

Klien bisa beradaptasi dengan ruangan, klien diam saat akan dilakukan tindakan seperti injeksi. Hubungan klien dengan orang lain baik, dan mampu berinteraksi dengan orang lain.

Dampak hospitalisasi Ibu klien mengatakan klien sejak MRS sedikit rewel, sering mengajak ibunya pulang.

Ibu klien mengatakan klien tidak rewel dan bisa beradaptasi dengan ruangan.

5. Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Tabel 4.5 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Klien 1Tgl 11-04-2019

Klien 2Tgl 12-04-2019

Nilai normal

Pemeriksaan DarahHEMATOLOGI

- Hemoglobin- Lekosit- Hematokrit- Eritrosit-

IMUNOLOGIIgM S. Tubec Test

- IgM S. Thypi

10,5514,4934, 214,397

6

12,1418,0043,47,650

4

12,0 – 16,03,70 – 10,138 – 474,2 – 11,0

6. Terapi

Tabel 4.6 Terapi

Klien 1 Klien 2

Page 59: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

42

Infus D5 ½ 750/24 jam (31 tetes/mnt) Infus D5 ½ 750/24 jam (31 tetes/mnt)Inj. Ceftriaxon 2x1 gr Inj. Ceftriaxon 2x1 grParacetamol 2x500 mgColsancetine 3x500 mg

Paracetamol 2x500 mgColsancetine 3x500 mg

4.1.3 Analisa Data

Tabel 4.7 Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Klien 1DS :Ibu klien mengatakan badan anaknya panasDo :

1. Keadaan umum cukup

2. Klien tampak murung

3. Akral panas4. Suhu tubuh 38,6˚C5. TTV

T :110/70 mmHgN : 100 x/mRR : 18 x/m

Kuman Salmonella thypi masuk ke saluran gastrointestinal

Bakteri masuk usus halus

Masuk ke hati dan limfa

Masuk ke aliran darah

Terjadi kerusakan sel

Merangsang melepas zat epirogen

Mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus

Hipertermi

Page 60: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

43

Klien 2 :DS :Ibu klien mengatakan badan anaknya panasDO :

1. Keadaan umum cukup

2. Klien tampak lemas

3. Akral panas4. Suhu tubuh 38,4˚C5. TTV

T :120/80 mmHg N : 114 x/m RR : 18 x/m

Kuman Salmonella thypi masuk ke saluran gastrointestinal

Bakteri masuk usus halus

Masuk ke hati dan limfa

Masuk ke aliran darah

Terjadi kerusakan sel

Merangsang melepas zat e pirogen

Mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus

Hipertermi

Page 61: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

44

4.1.4 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi Masalah

Klien 1DS :Ibu klien mengatakan badan anaknya panasDO :

1. Keadaan umum cukup

2. Klien tampak murung

3. Akral panas4. Suhu tubuh 38,6 ºC

Kuman Salmonella thypi masuk ke saluran gastrointestinal

Bakteri masuk usus halus

Masuk ke hati dan limfa

Masuk ke aliran darah

Terjadi kerusakan sel

Merangsang melepas zat epirogen

Mempengaruhi pusat termogelator di hipotalamus

Hipertermi

Page 62: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

45

Klien 2DS :Ibu klien mengatakan badan anaknya panasDO :

1. Keadaan umum cukup

2. Klien tampak lemas

3. Akral panas4. Suhu tubuh 38,4ºC

Kuman Salmonella thypi masuk ke saluran gastrointestinal

Bakteri masuk usus halus

Masuk ke hati dan limfe

Masuk ke aliran darah

Terjadi kerusakan sel

Merangsang melepas zat epirogen

Mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamu

Hipertermi

4.1.5 Intervensi Keperawatan

Page 63: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

46

Tabel 4.9 intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Dan Kriteria Hasil

Intervensi

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

NOC :Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu panas menurun dengan kriteria hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normalS : 36,1˚C – 37,9 ˚C

b. Nadi dan RR dalam rentang normalNadi : 70-100 x/mRR : 14-22 x/m

NIC :3. Perawatan demam4. Pengaturan suhul. Pantau suhu dan

tanda tanda vital lainnya

m. Monitor warna kulit dan suhu

n. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan

o. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam

p. Berikan oksigen yang sesuai

q. Tingkatkan sirkulasi udara

r. Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering

s. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam

t. Monitor tekanan daeah, nadi dan respirasi

4.1.6 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Tanggal Waktu Implementasi Keperawatan

Paraf

Page 64: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

47

Klien 1Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

15-04-2019

16-04-2019

14.00

14.15

14.30

14.50

16.00

16.30

16.30

17.00

14.00

14.15

1. Memonitor suhu tubuh klien.S : 38,6ºC

2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit panas

3. Memonitor TD, N, dan RRN : 100x/m, RR : 18 x/m

4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6

5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr

6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikan paracetamol

7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½

8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila

1. Memonitor suhu tubuh klienS : 38,2ºC

2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu

Page 65: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

48

17-04-2019

14.30

14.50

16.00

16.30

16.30

17.00

14.00

14.15

14.30

14.50

kulit panas3. Memonitor TD,

N, dan RRN : 110x/m, RR : 18 x/m

4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6

5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr

6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikan paracetamol

7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½

8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila

1. Memonitor suhu tubuh klienS : 37,2ºC

2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit hangat

3. Memonitor TD, N, dan RRN : 100x/m, RR : 18 x/m

4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis,

Page 66: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

49

Klien 2

15-04-2019

16.00

16.30

16.30

17.00

14.00

14.15

14.30

14.50

16.00

16.30

GCS 4-5-65. Memberikan

antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr

6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikan paracetamol

7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½

8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila

1. Memonitor suhu tubuh klien.S : 38,4ºC

2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit panas

3. Memonitor TD, N, dan RRN : 110x/m, RR : 18 x/m

4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6

5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr

6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

Page 67: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

50

16-04-2019

16.30

17.00

14.00

14.15

14. 30

14.50

16.00

16.30

16.30

17.00

Memberikan paracetamol

7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½

8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila

1. Memonitor suhu tubuh klienS : 37,8ºC

2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit hangat

3. Memonitor TD, N, dan RRN : 110x/m, RR : 18 x/m

4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6

5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr

6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikan paracetamol

7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½

8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila

Page 68: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

51

17-04-2019

14.00

14.15

14.30

14.50

16.00

16.30

16.30

17.00

14.00

14.15

1. Memonitor suhu tubuh klienS : 36,9ºC

2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit dingin

3. Memonitor TD, N, dan RRN : 100x/m, RR : 20 x/m

4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6

5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr

6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikanparacetamol

7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½

8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila

1. Memonitor suhu tubuh klienS : 36,9ºC

2. Memonitor warna dan suhu kulit.Warna kulit normal, suhu kulit dingin

Page 69: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

52

14.30

14.50

16.00

16.30

16.30

17.00

3. Memonitor TD, N, dan RRN : 100x/m, RR : 20 x/m

4. Memonitor penurunan kesadarankesadaran composmentis, GCS 4-5-6

5. Memberikan antipiretik.Injeksi Ceftriaxon 1x1 gr

6. Memberikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demamMemberikanparacetamol

7. Kolaborasi dengan pemberian cairan intravenaInfus D5 ½

8. Mengompres klien pada lipat paha dan aksila

4.1.7 Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan

Page 70: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

53

Diagnosa 15-04-2019 16-04-2019 17-04-2019 Paraf

Page 71: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

54

Klien IDxHipertermi

Klien 2Dx

S : ibu klien mengatakan suhu badan anaknya panas

O : keadaan umum cukup

- Klien tampak murung

- Akral panas- Suhu tubuh

38,6˚C

A : Masalah hipertermi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam

S : Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya masih

S : ibu klien mengatakan suhu badan anaknya naik

O : keadaan umum cukup

- Klien tampak murung

- Akral panas- Suhu tubuh

38,2˚C

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam

S : Ibu klien mengatakan suhu

S : ibu klien mengatakan suhu badan anaknya turun kembali

O : keadaan umum cukup

- Klien tampak murung

- Akral hangat- Suhu tubuh

37,2˚C

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

Melalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam

S : Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya normal

Page 72: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

55

Hipertermi panas

O : keadaan umum cukup

- Klien tampak lemas

- Akral panas- Suhu tubuh

38,4˚C

A : masalah hipertermi belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam

badan anaknya mulai turun

O : keadaan umum cukup

- Klien tampak lemas

- Akral hangat- Suhu tubuh

37,8˚C

A : Masalah hipertermi teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam

O : keadaan umum cukup

- Akral dingin- Klien tampak

lemas- Suhu tubuh

36,9˚C

A : Masalah hipertermi teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkanMelalukan perawatan demamMemonitor pengaturan suhuMemantau suhu dan tanda tanda vital lainnyaMemonitor warna kulit dan suhuMemonitor asupan dan keluaranMenyelimuti pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian

Page 73: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

56

Pembahasan merupakan perbandingan dari tinjauan pustaka dengan

tinjauan kasus untuk menjawab ujuan khusus. Setiap temuan perbeedaan

diuraikan dengan konsep pembahasan diisi dengan mengapa dan

bagaimana. Uraian penulisan berdasarkan paragraf adalah F-T-O (Fakta-

Teori-Opini). Isi pembahasan sesuai dengan tujuan khusus yaitu :

a. Data Subjektif

Pada tinjauan kasus klien 1 dengan hipertermi pada kasus thypus

abdominalis didapatkan ibu klien mengatakan badan klien panas sejak

kemarin, suhu tubuh naik turun disertai muntah. Pada klien 2 didapatkan

ibu klien mengatakan hal yang sama yaitu badan klien panas sejak

bangun tidur dan badannya lemas.

Menurut Lynda Juall (2010), beberapa tanda terjadinya hipertermia

yaitu suhu >37,8ºC per oral atau 38,8ºC per rectal, kuling hangat,

takikardi. Hipertermia terjadi karena adanya infeksi pada usus, sehingga

menyebabkan tubuh mengalami kenaikan suhu tubuh. Infeksi akut usus

halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thyphi, yang biasanya

mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,

gangguan kesadaran dan saluran pencernaan (Wijaya dan Putri, 2013).

Menurut Kusuma dan Hadi (2012) penyebab hipertermia selain infeksi

juga dapat disebabkan oleh reaksi pemakaian obat, juga pada gangguan

pusat regulasi suhu sentral (misalnya : pendarahan otak dan koma).

Menurut data peneliti berdasarkan pengkajian, peneliti

mendapatkan data subjektif pada kedua klien keluhan utama

Page 74: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

57

menemukan persamaan yang dialami menunjukkan lamanya tanda

gejala yang muncul dikarenakan respon munculnya panas tiap klien

berbeda, adapun pada klien 1 keluhan utamanya ada muntah.

b. Data Objektif

Dari hasil pemeriksaan fisik pada klien 1 didapatkan, pemeriksaan

kepala : Rambut tebal dan sedikit keriting, tidak ada benjolan dan lesi

pada kepala, wajah simetris,, tidak ada massa pada leher, tidak ada

benjolan kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis, pada

pemeriksaan mata : mata tidak strabismus (juling) alis mata simetris,

tidak ada edma, pupil isokor, dan reflek cahaya kanan kiri positif, pada

pemeriksaan hidung : hidung simetris, tidak terpasang 02, tidak ada

nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, pada pemeriksaan mulut

dan faring : mukosa bibir lembab, tidak terdapat caries gigi, tidak ada

faringitis, pada pemeriksaan toraks dan paru : Bentuk dada simetris,

tidak ada keluhan ssak, batuk kadang-kadang, suara nafas vesikuler dan

irama nafas teratur, pada pemeriksaan jantung : Tidak ada nyeri dada,

irama jantung teratur, CRT < 3 detik, pada pemeriksaan abdomen :

Tidak ada luka, terdapat pembesaran hepar, muntah 2x, tidak terpasang

NGT, pada pemeriksaan ekstremitas dan persendian : Pergerakan sendi

bebas, tidak ada kelainan ekstremitas, tidak ada kelainan tulang

belakang, turgor kulit normal, akral panas, dan tidak ada luka.

Dari hasil pemeriksaan fisik pada klien 2 didapatkan, pada

pemeriksaan kepala : Rambut tipis dan halus, tidak ada benjolan dan lesi

Page 75: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

58

di kepala, wajah simetris, tidak ada massa pada leher, tidak ada benjolan

kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis, pada

pemeriksaan mata : Mata tidak strabismus ( juling ), alis mata simetris,

tidak ada edema, pupil isokor, dan reflek cahaya kanan kiri positif, pada

pemeriksaan hidung : Hidung simetris, tidak terpasang 02, tidak ada

nyeri, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, pada pemeriksaan mulut

dan faring: Mukosa bibir kering, tidak ada caries gigi, tidak ada

faringitis, pada pemeriksaan toraks dan paru : Bentuk dada simetris,

tidak ada keluhan sesak, tidak ada batuk, dan irama nafas teratur, pada

pemeriksaan jantung : Tidak ada nyeri dada, irama jantung teratur, CRT

< 3 detik, pada pemeriksaan abdomen : Tidak ada luka, terdapat

pembesaran hepar, tidak terpasang NGT, pada pemeriksaan ekstremitas

dan persendian : Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas,

tidak ada kelainan tulang belakang, turgor kulit normal, akral hangat,

dan tidak ada luka.

Menurut Fitria Fani (2014) pemeriksaan yang diperoleh yaitu Mulut

: Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup

selaput putih kotor, sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan.

Kepala dan leher : Kepala tidak ada benjolan, rambut normal, kelopak

mata normal, konjungtiva anemis, muka tidak odema, pucat/bibir

kering, fungsi pendengaran normal, leher simetris, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid. Dada dan abdomen : Dada normal, bentuk simetris, pola

Page 76: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

59

nafas teratur, di daerah abdomen terdapat nyeri tekan. Hati dan limfe :

terdapat pembesaran dan nyeri perabaan.

Menurut peneliti berdasarkan hasil dari pemeriksaan fisik klien 1

dan klien 2 memang sama memiliki pemeriksaan fisik pada klien thypus

abdominalis dengan masalah hipertermi. Tidak ditemukan perbedaan

antara pemeriksaan pada klien 1 dan klien 2.

4.2.2 Diagnosis Keperawatan

Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan

dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap terhadap

masalah akutual, resiko tinggi maupun potensial.

Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan prioritas diagnosa

keperawatan hipertermi. Diagnosa tersebut ditegakkan dengan alasan,

karena pada saat pengkajian didapatkan data subyektif kasus klien 1 ibu

mengatakan badan anaknya panas, disertai muntah. Pada kasus klien 2 ibu

pasien mengatakan bahwa badan anaknya panas sejak kemarin bangun

tidur dan panasnya naik turun kondisinya lemas.

Menurut Nanda NIC-NOC (2015) Hipertermi berhubungan dengan

proses penyakit. Menurut Rampengen (2008), penyakit infeksi akut pada

usus halus disertai gangguan pada saluran pencernaan mengakibatkan

terjadinya peningkatan suhu tubuh (hipertermi). Etiologi terjadinya

hipertermi disebabkan oleh proses penyakit yaitu kuman Salmonella thypi

masuk ke saluran gastrointestinal, kemudian bakteri tersebut masuk pada

Page 77: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

60

usus halus, masuk ke hati dan limfa, setelah itu masuk ke aliran darah,

sehingga terjadi kerusakan sel, kerusakan sel merangsang melepas zat

epirogen oleh leukosit, yang dapat mempengaruhi pusat termoregulator di

hipotalamus, sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh (hipertermi). (Amin

Huda, 2013).

Menurut peneliti pada klien anak dengan thypus abdominalis masalah

utama yang harus diatasi yaitu hipertermi yang disebabkan oleh proses

penyakit tersebut, karena bilamasalah tersebut tidak di tangani bisa

mengakibatkan kejang dan gangguan tumbuh kembang pada anak.

4.2.3 Intervensi

Intervensi yang diberikan pada klien 1 dan klien 2 adalah Fever

treatment : monitor suhu tubuh klien, monitor warna dan suhu kulit,

monitor TD, N, dan RR, monitor penurunan tingkat kesadaran, berikan

pengobatan untuk mengatasi penyebab demam, kolaborasi dalam

pemberian cairan intravena, kompres klien pada lipat paha dan aksila.

Menurut NANDA NIC-NOC (2015-2017) intervensi yang diberikan

pada klien hipertermi yaitu dengan Fever treatment : Monitor suhu sesering

mungkin, monitor IWL, monitor warna dan suhu kulit, monitor tekanan

darah, nadi dan RR, monitor penurunan tingkat kesadran, monitor WBC,

Hb, dan Hct, monitor intake dan output, berikan antipiretik, berikan

pengobatan untuk mengatasi penyebab demam, kolaborasi pemberian

cairan intravena, kompres pasien pada lipat paha dan aksila, tingkat

sirkulasi udara, berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil.

Page 78: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

61

Menurut peneliti intervensi yang diberikan pada klien 1 dan klien 2,

rencana keperawatan fever treatment merupakan salah satu intervensi yang

tepat dilakukan pada klien thypus abdominalis karena dari fakta yang ada

menunjukkan bahwa klien mengalami hipertermi.

4.2.4 Implementasi

Pada klien dengan diagnose hipertermi terdapat 13 intervensi yang ada

pada teori. Namun ada implementasi hanya ada 8 intervensi yang dapat

dilakukan.

Implementasi yang dilakukan pada klien 1 yaitu : Memonitor TD, N,

dan RR, memonitor penurunan tingkat kesadaran, memberikan pengobatan

untuk mengatasi penyebab demam, memberikan obat paracetamol tablet

500 mg, dan Colsancetine 500 mg, melakukan kolaborasi dalam pemberian

cairan intravena, memasang infus D5 ½ 750/24 jam (31 tetes/menit),

mengompres klien pada lipat paha dan aksila.

Implementasi yang dilakukan pada klien 2 yaitu : Memonitor suhu

tubuh klien, memonitor warna dan suhu kulit, memonitor TD, N, dan RR,

memonitor penurunan tingkat kesadaran, memberikan pengobatan untuk

mengatasi penyebab demam, melakukan kolaborasi dalam pemberian

cairan intravena, memberikan infus D5 ½ 750/24 (31 tetes/menit),

mengompres klien pada lipat paha dan aksila.

Menurut Nikmatur & Saiful (2012), implementasi adalah realisasi

rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan

dalam implementasi juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,

Page 79: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

62

mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,

serta menilai data yang baru.

Menurut peneliti dari 13 intervensi yang ada, hanya 8 intervensi yang

dilakukan, karena dilihat dari keadaan kedua klien yang kadaan umumnya

sudah membaik. Implementasi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2

sudah sesuai dengan hasil dari pemeriksaan kedua klien.

Implementasi yang dilakukan dalam melakukan perawatan terhadap

kedua klien yaitu dengan tindakan mandiri yang berupa mengompres klien

pada lipat paha dan aksila. Tindakan kolaborasi dalam pemberian terapi

terhadap kedua klien, seperti memberikan obat paracetamol tablet 500 mg,

dan colsancetine 500 mg. serta memberikan health education kepada ibu

klien, untuk lebih menjaga kebersihan terutama dalam kebersihan makanan

yang di konsumsi anaknya. Serta memberitahukan kepada ibu klien jika

badan anaknya panas, segera mengompres pada bagian lipatan paha dan

aksila.

4.2.5 Evaluasi

Pada tanggal 15 April 2019 didapatkan data yaitu ibu klien 1

mengatakan badan anaknya masih panas, keadaan umum cukup, kesadaran

composmentis, akral panas, TD : 100/70 mmHg, N : 100x/m, S : 38,6˚C,

RR : 18x/m, nafsu makan menurun hanya makan setengah porsi dari 1

piring penuh, mukosa bibir kering, masalah belum teratasi, lanjutkan

intervensi. Pada tanggal 16 April 2019 ibu klien anaknya masih panas,

keadaan cukup tampak murung, kesadaran composmentis TD : 100/70

Page 80: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

63

mmHg, N : 110x/m, RR : 18 x/m, S : 38,2˚C, masalah belum teratasi,

lanjutkan intervensi. Pada tanggal 17 April 2019 ibu klien mengatakan

suhu badan anaknya turun, keadaan umum cukup, akral hangat, kesadaran

composmentis, TD : 90/50, N : 100x/m, S : 37,2˚C, RR : 18x/m, masalah

teratasi sebagian, berikan edukasi : anjurkan minum obat rutin, hidup sehat,

istirahat cukup.

Pada tanggal 15 April 2019 ibu klien 2 mengatakan suhu badan

anaknya masih panas, keadaan umum cukup, akral panas, kesadaran

composmentis, TD : 100/70 mmHg, N : 110x/m, S : 38,2˚C, RR : 20x/m,

masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi. Pada tanggal 16 April 2019

ibu pasien mengatakan suhu badan anaknya mulai turun, keadaan umum

cukup, kesadaran composmentis, TD : 110/70, N : 110 x/m, S : 37,8 ˚C,

RR : 20x/m, masalah teratasi sebagian, lanjutkan intervensi. Pada tanggal

17 April 2019 ibu klien mengatakan suhu badan sudah turun, kesadaran

composmentis, TD : 100/70, N : 100x/m, S : 37,0˚C, RR : 20x/m, masalah

teratasi sebagian.

Evaluasi merupakan sesuatu yang direncanakan dan perbandingan

sistematik pada status kesehatan klien. Perawat dapat menentukan

efekifitas asuhan keperawatan dalam mencapai suatu tujuan dengan melihat

dan mengukur perkembangan klien (Nursalam, 2014).

Evaluasi pada klien 1 dan klien 2 bisa terjadi perubahan yang

dipengaruhi oleh kondisi klien tersebut, selain itu perubahan kondisi pada

klien juga karena intervensi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien.

Page 81: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

64

Page 82: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam laporan kasus dan

pembahasan pada asuhan keperawatan dengan masalah hipertermi pada klien 1

dan klien 2 dengan thypus abdominalis di RSUD Bangil Pasuruan, maka penulis

mengambil kesimpulan :

1. Pengkajian dilakukan padaklien 1, secara subyektif ibu klien mengatakan

badan anaknya masih panas. Didapat data obyektif akral panas suhu badan

38,6oC, mukosa bibir lembab. Pada klien 2 secara subyektif ibu klien

mengatakan badan anaknya panas. Hasil dari data obyektif yaitu suhu badan

panas, akral panas suhu badan 38,4oC mukosa bibir kering.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul dari pengkajian pada klien 1 dan klien 2

yang digunakan dalam asuhan keperawatan thypus abdominalis berhubungan

dengan hipertermi.

3. Intervensi atau perencanaan yang diambil oleh penulis adalah pertama fever

treatment : monitor suhu sesering mungkin, monitor warna dan suhu kulit,

monitor tekanan darah, nadi, dan RR, monitor penurunan tingkat kesadaran,

berikan antipiretik, berikan obat untuk mengatasi penyebab demam,

kolaborasi pemberian cairan intravena, kompres pada lipat paaha dan aksila,

tingkatkan sirkulasi udara.

64

Page 83: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

65

4. Implementasi yang dilakukan pada klien 1 dan klien 2 tidak semua dari

intervensi 1 dan 2 dilaksanakan, hanya intervensi yang tepat dilaksanakan

pada klien.

5. Dari hasil evaluasi selama 3 hari yang dilakukan pada klien dengan data

subyektif dan obyektif yang didapat data disimpulkan masalah hipertermi

sebagian teratasi.

5.2 Saran

1. Bagi klien dan keluarga

Diharapkan keluarga klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dan

pengobatan dalam upaya mempercepat proses penyembuhan serta mau

menerima dan melaksanakan peraturan yang telah diterapkan oleh

ruangan.

2. Bagi institusi dan pendidikan

Institusi pendidikan sebagai tempat menempuh ilmu keperawatan

diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebagai acuhan dalam penelitian

yang selanjutnya, yang terkait dengan masalah hipertermi dengan kasus

thypus abdominalis.

3. Bagi RSUD Bangil Pasuruan

Diupayakan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi dan

mempertahankan kolaborasi yang mapan antara medis serta klien yang

berguna untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan secara

optimal.

Page 84: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi. W dan Yessie maria P 2013. KMB 2 : Keperawatan Medikal Bedah

(Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep ). Yogyakarta : Nuha Medika

Butcher, HK.2013. Nursing Interventions Classification, Ed.6. Jakarta

Friedman,2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek Edisi ke

5. Jakarta : EGC

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &

Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC

Lismidar, H., dkk. (1990). Proses Keperawatan. Jakarta: Penerbit UI

Mansjoer, dkk, 2002. Asteriasis. Dalam : Kapita Selecta Kedokteran Jilid I, Edisi 3.

Jakarta : Media Aesculapius FKUI. Hal 416-418

Noer, 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Nursalam, Susilaningrum dan Utami, 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.

Jakarta : Salemba Medika

Nursalam, 2014. Manajemen. Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik

Keperawatan Profesi.Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Bab II Hipertermi.

Jakarta : EGC

73

Page 85: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Rampengan TH, Laurent IR. 1993. Demam tifoid : penyakit infeksi tropic pada

anak.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Shodikin, 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sudoyono. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing

Tri, Maharani, dkk, (2016). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus

Program Studi DIII Keperawatan. Jombang : STIKes ICME

Zulkhoni Akhsin. 2011. Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika

74

Page 86: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Nama Mahasiswa : JilmyMahantikaVidiaBerliana

NIM : 161210023

Judul : AsuhanKeperawatan Pada Klien Thypus Abdominalis

Dengan Hipertermi Di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan

Bahwa saya meminta Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berperan serta dalam

penyusunan studi kasus sebagai responden dengan mengisi lembar pengkajian.

Sebelumnya saya akan memberikan penjelasan tentang tujuan laporan kasus

ini dan saya akan merahasiakan adentitas, data informasi yang klien berikan.

Demikian permohonan ini saya buat dan apabila klien mempunyai

pertanyaan, klien dapat menanyakan langsung kepada peneliti yang bersangkutan.

Bangil, 15 April 2019

Peneliti

(Jilmy Mahantika V.B)

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

75

Page 87: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam sebagai responden dengan

mengisi lembar pengkajian.

Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan penelitian ini dan

saya telah mengerti bahwa penelitian akan merahasiakan identitas, data maupun

informasi yang saya akan berikan. Apabila ada pertanyaan yang diajukan

menimbulkan ketidaknyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pada saat

ini dan saya berhak mengundurkan diri.

Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa ada

unsur pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan bersedia menjadi respoden

dalam penelitian.

Bangil, 15 April 2019

RESPONDEN SAKSI

(.....................................)

(………………………..)

76

Page 88: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2475/6/KTI JILMY MAHANTIKA... · Web viewPenulis dilahirkan di Madiun, 15 Januari 1997 dari ayah yang bernama Slamet dan ibu yang

77