repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web...

201
SKRIPSI HUBUNGAN PERAWATAN PERSONAL HYGIENE DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA (Di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang) AYU WULANDARI 153210005 i

Transcript of repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web...

Page 1: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

SKRIPSI

HUBUNGAN PERAWATAN PERSONAL HYGIENE DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA

(Di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang)

AYU WULANDARI153210005

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMUKESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG

2019

i

Page 2: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

HUBUNGAN PERAWATAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KAT KECEMASAN KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA

(Di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia

Medika Jombang

AYU WULANDARI153210005

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

2019

ii

Page 3: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

iii

Page 4: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

iv

Page 5: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

v

Page 6: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

vi

Page 7: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad

Buchori dan Ibu Lutfi Arini, penulis anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2009

penulis lulus dari SDN 1 Sumbertaman Probolinggo. Tahun 2012 penulis lulus dari

SMPN 4 Probolinggo. Tahun 2015 dari SMK Kesehatan BIM Probolinggo. Tahun 2015

penulis lulus seleksi masuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika

Jombang. Penulis memilih program studi S1 Keperawatan dari lima program studi yang

ada di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Demikian

riwayat hidup ini penulis tulis dengan sebenar-benarnya.

vii

Page 8: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

MOTTO

“KESUKSESAN BUKAN SEBERAPA BESAR KEKAYAANMU TAPI

KESUKSESAN SEBERAPA BESAR ILMU YANG DIDAPAT DAN SEBERAPA

BESAR KAMU BERHASIL MEMBANTU ORANG LAIN”

(AYU WULANDARI, 2019)

viii

Page 9: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

PERSEMBAHAN

Persembahan yang utama dan paling utama, penulis ucapkan syukur

Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik, hidayah

dan kemudahan serta mengabulkan doa penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.Penulis persembahkan karya yang sederhana ini kepada orang-orang yang

penulis sayangi dan cintai, yaitu:

1. Kepada bapak Achmad Buchori dan Ibu Lutfi Arini yang telah mendoakan,

menyanyangi, menasehati, mendukung serta menuruti apa saja kemauan

penulis demi masa depan penulis agar lebih baik, dan penulis ucapkan

terima kasih kepada Bapak Achmad Buchori dan Ibu Lutfi Arini yang sudah

berjuang dan bekerja keras membiayai penulis serta dengan sabar dan ikhlas

menghadapi tingkah laku penulis.

2. Untuk suami penulis Seklak Hudayah dan Putri penulis Ghania Parveen

Hudayah terima kasih atas kasih sayang serta menjadi penyemangat penulis

agar terus melanjutkan pendidikan.

3. Untuk adek penulis Karin Nafila dan Fajar Sadewa terima kasih atas kasih

sayang dan perhatiannya kepada penulis, dan terima kasih selalu mengalah

pada penulis demi masa depan penulis.

4. Untuk Sahabat dan teman –teman penulis yang sudah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat – sahabat S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang yang

senasip dan seperjuangan, terutama kelas A. Terima kasih atas dukungan

dan motivasinya.

Jombang, Juli 2019

Penulis

ix

Page 10: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmatdan

hidayah-Nya akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Hubungan Perawatan Personal Hygiene Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga

Penderita Ganggun Jiwa Di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten

Jombang”. Skripsi penelitian ini ditulis sebagai persyaratan kelulusan demi

menempuh Program Studi S1 Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Insan Cendekia Medika Jombang.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada: H. Imam Fatoni, S.KM., MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan “Insan Cendekia Medika” Jombang. Inayatur Rosyidah,

S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan. Endang

S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing Utama dan selaku Iva Milia Hani

Rahmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep. pembimbing kedua, yang dengan sabar dan ikhlas

selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan hingga

terselesaikannya skripsi ini, serta seluruh dosen, staf dan karyawan program Studi

S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan di STIKES ICME

Jombang. Dan tidak lupa semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari kesempurnaan oleh

karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Jombang, Juli2019

Penulis

x

Page 11: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

ABSTRAK

HUBUNGAN PERAWATAN PERSONAL HYGIENE DENGANTINGKAT KECEMASAN KELUARGA PENDERITA GANGGUAN JIWA

(Di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang)

Ayu Wulandari** Endang Yuswatiningsih*** Iva Milia Hani Rahmawati

Pendahuluan: Tingkat kecemasan pada keluarga penderita gangguan jiwa dapat behubungan untuk menentukan kualitas perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa. Tujuan penelitian menganalisis hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa. Metode: desain penelitian menggunakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini semua keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa yang ada di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang, dengan sampel 33 responden. Teknik sampling menggunakan simple random sampling.Variabel independent yaitu perawatan personal hygiene, dan variabel dependent yaitu tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Pengolahan data editing, coding, scoring dan tabulating dan analisa data menggunakan uji sperman rank. Hasil : Hasil peneltian menunjukan perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa hampir setengahnya personal hygiene kriteria cukup sejumlah 15 responden (45,5%) dan hasil tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa sebagian besar tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa ringan sejumlah 18 responden (54,5%). Hasil uji spearman rank p value = 0,01 dimana p value < α 0,05 sehingga H1 diterima. Kesimpulanya : ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang. Saran memberikan motivasi serta edukasi untuk meningkatkan perawatan personal hygiene dan mengurangi tingkat kecemasan.

Kata kunci: Perawatan personal hygiene, tingkat kecemasan keluarga

xi

Page 12: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

ABSTRACT

The Relationship Of Personal Hygine Care With The Level Anxiety In Families Mental Disorders Sufferer.

(In Bongkot Village, Peterongan District, Jombang Regency)

Ayu Wulandari** Endang Yuswatiningsih*** Iva Milia Hani Rahmawati

Introduction: the level anxiety in families with mental disorders sufferer can be related to determine quality of personal hygiene care for people with mental disorders sufferer. The Purpose of this research was to analyze the relationship between personal hygiene care With anxiety levels in families mental disorders sufferer. Metode: the study design uses cross sectional, the population of this research was all families who have mental disorders in Bongkot, Peterongan, Jombang by taking 33 sample of respondent. The sampling technique uses simple random sample. Namely The independent variable is personal hygiene care and the dependent variable is the level anxiety of family mental disorders sufferer. The Instrument of the research uses quisioner. By processing data editing, coding, scoring, and tabulating data and the last data analyzing by using the sperman rank test. Result : the result of the research showed that personal hygiene care with mental disorders sufferer almost a half of personal hygine with enough criteria as much 15 respondent (45,5%), And the result of level anxietry in families mental disorders sufferer, most of them the level anxiety in families mental disorders sufferer are slight as much 18 respondent (54,5%). The test result of spearman rank p value= 0,01 wich is p value < 0,05 so that H 1 received. Conclution : The conclution was a relationship of personal hygiene care with level anxiety in families mental disorders sufferer in bongkot, peterongan, jombang. Suggestion to give motivation and education to improved personal hygiene care and to minimize anxiety.

Keywords : Personal hygiene care, the level anxiety in families.

xii

Page 13: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

DAFTAR ISIHALAMAN SAMPUL..................................................................................... iHALAMAN JUDUL DALAM......................................................................... iiPERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... iiiPERNYATAAN PLAGIASI............................................................................ ivLEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................. vLEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. viRIWAYAT HIDUP.......................................................................................... viiMOTTO............................................................................................................ viiiPERSEMBAHAN............................................................................................. ixKATA PENGANTAR...................................................................................... xABSTRAK........................................................................................................ xiDAFTAR ISI.................................................................................................... xiiiDAFTAR TABEL............................................................................................ xvDAFTAR GAMBAR........................................................................................ xviDAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviiDAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH .................................xviiiBAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah................................................................................ 41.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 41.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 4

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Gangguan Jiwa...................................................................... 62.2 Konsep Keluarga................................................................................ 162.3 KonsepKecemasan.............................................................................. 202.4 Konsep Personal Hygiene.................................................................. 30

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN3.1 Kerangka Konseptual......................................................................... 463.2 Hipotesis............................................................................................. 47

BAB 4 METODE PENELITIAN4.1 Jenis Penelitian................................................................................... 484.2 Desain Penelitian................................................................................ 484.3 Waktu, dan Tempat Penelitian........................................................... 494.4 Populasi, Sampel dan Sampling......................................................... 494.5 Kerangka Kerja................................................................................... 514.6 Identifikasi dan Definisi Variabel...................................................... 534.7 Definisi Operasional........................................................................... 544.8 Pengumpulan Data.............................................................................. 554.9 Etika Penelitian................................................................................... 65

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN5.1 Hasil Penelitian................................................................................... 675.2 Pembahasan........................................................................................ 72

BAB 6 PENUTUP6.1 Kesimpulan......................................................................................... 886.2 Saran................................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 90

LAMPIRAN

xiii

Page 14: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi oprasional.......................................................................61

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin..........................68

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan umur........................................69

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan peran keluarga .......................69

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan terakhir keluarga .

............................................................................................................70

Tabel 5.5Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan status perkawinan

............................................................................................................70

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan perawatan

personal hygiene..........................................................................................71

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat

kecemasan....................................................................................................71

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi tabulasi silang hubungan perawatan personal

hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa.......72

xiv

Page 15: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka konseptual..................................................................................45

4.1 Kerangka kerja .....................................................................................51

xv

Page 16: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan

Lampiran 2 : Surat Peryataan Perpustakaan

Lampiran 3 : Surat Perizinan Penelitian

Lampiran 4 : Lampiran Konsultasi

Lampiran 5 : Lembar Surat Peryataan

Lampiran 6 : Lembar Pernyataan Responden

Lampiran 7 : Lampiran Kisi-Kisi Kuisoner

Lampiran 8 : Lampiran Kuisoner

Lampiran 9 : Tabulasi Data Umum

Lampiran 10 : Tabulasi Perawatan Personal Hygiene

Lampiran 11 : Tabulasi Tingkat Kecemasan

Lampiran 12 : Hasil SPSS 16 Data Umum

Lampiran 13 : Hasil SPSS 16 Data Khusus

Lampiran 14 : Hasil SPSS 16 Tabulasi Silang

Lampiran 15 : Hasil SPSS 16 Uji Spearman Rank

Lampiran 16 : Hasil Plagscan

Lampiran 17 : Hasil Uji Etik

Lampiran 18 : Hasil uji validitas dan reabilitas

xvi

Page 17: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

% : Persen

n : Besar sampel yang dikehendaki

N : Besar populasi

α : Tingkat kesalahan (0,05)

< : Kurang dari

> : Lebih dari

P : Persentase

f : Jumlah jawaban ya

N : Jumlah soal

x : Skor responden

n : Jumlah sampel

rhitung : Skor validitas

∑X : Jumlah skor item

∑Y : Jumlah skor total seluruh item

r11 : Reabilitas instrumen

k : Banyaknya soal

∑σb2 : Jumlah varians butir

σ12 : Varians total

xvii

Page 18: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

DINKES : Dinas Kesehatan

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

xviii

Page 19: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan bisa terjadi pada sisapapun salah satunya yaitu keluarga

penderita gangguan jiwa. Kecemasan merupakan perasaan yang dialami

secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal dimana

merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2012). Kecemasan bisa

muncul pada keluarga penderita gangguan jiwa karena ada suatu gejala dari

penderita gangguan jiwa yang abnormal ataupun situasi lingkungan yang

abnormal yang membuat kekhawitiran yang berlebihan (Atkinson dikutip

dalam Safira, 2012).

Tingkat kecemasan pada keluarga penderita gangguan jiwa dapat

behubungan untuk menentukan kualitas perawatan personal hygiene penderita

gangguan jiwa karena dalam melakukan perawatan personal hygiene

penderita gangguan jiwa memerlukan bantuan orang lain terutama keluarga.

Perawatan personal hygiene yang umum pada penderita gangguan jiwa ada 4

yaitu mandi, berhias, makan serta toileting (BAK/BAB) (Nanda, 2015).

Data WHO (2016), prevelensi jumlah orang dengan gangguan jiwa di

dunia diperkirakan kurang lebih 450 juta jiwa penderita gangguan jiwa.

Jumlah di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,

2013) mencapai 7,0 permil artinya terjadi Peningkatan proporsi gangguan

jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas 2018 cukup signifikan jika

dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7%, jika

1

Page 20: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

2

dikalkulasikan maka hasilnya sekitar 400.000 jiwa penduduk Indonesia

mengalami gangguanjiwa berat, serta sekitar 14,3% rumah tangga (keluarga)

dari jumlah tersebut pernah memasung penderita gangguan jiwa berat. Data

dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013-2018 provinsi Jawa Timur

menunjuka angka 2,2 jiwa berdasarkan data jumlah penduduk Jawa Timur

yaitu 38.005.413 jiwa, maka dapat disimpulkan 83.612 jiwa yang mengalami

gangguan jiwa di Jawa Timur. Survey jumlah gangguan jiwa menurut dinas

kesehatan jombang terdapat 2615 penderita dengan gangguan jiwa,

sedangkan survey dari pukesmas dukuhklopo kecamatan peterongan jumlah

orang gangguan jiwa di desa bongkot sebanyak 36 penderita gangguan jiwa.

Faktor yang menyebabkan masalah personal hygiene pada orang

gangguan jiwa yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor

prediposisi terdiri dari Perkembangan, Biologis, kemampuan realitas

menurun, dan sosial.Sedangkan faktor presipitasi merupakan kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisiatau perceptual,cemas, lelah/lemah

(Mukhripah Damaiyanti, 2014). Faktor yang menyebabkan kecemasan

keluarga yaitu Threat (ancaman), Conflict (pertentangan), Fear (ketakutan),

dan Umneed need (kebutuhan yang tidak terpenuhi) (Atkinson dikutip dalam

Safira, 2012).

Akibat dari penurunan perawatan personal hygiene berdampak kepada

penderita berupa dampak fisik, penderita mudah terserang berbagai penyakit

kulit, mukosa mulut dan kuku. Dampak psikososial di masyarakat yaitu

gangguan interaksi sosial dalam aktifitas hidup sehari-hari, penderitaakan di

tolak oleh masyarakat karena personal hygiene yang tidak baik, penderita

Page 21: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

3

mempunyai harga diri rendah khususnya hal identitas dan perilaku, penderita

menganggap dirinya tidak mampu mengatasi kekurangannya (Potter&Perry,

2010).

Upaya asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan

jiwa kecemasan salah satu indikatornya adalah pengurangan kecemas dengan

cara seperti gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan, dengarkan

penderita terhadap keluh kesah yang menyebabkan ansietas, bantu penderita

mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan, pahami situasi krisis,

ajarkan penderita untuk menggunakan teknik relaksasi saat cemas (Nursing

Interventions Classification,2016).

Upaya asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan

jiwa defisit perawatan diri salah satu indikatornya adalah bantuan perawatan

dengan cara sperti monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri,

monitor kebutuhan terkait dengan alat-alat kebersihan berdandan, eliminasi,

dan makan, lakukan edukasi terhadap rutinitas kesehatan yang dimaksudkan

untuk membangun perawatan diri (Nursing Interventions Classification,

2016).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti

“hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga

penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten

Jombang”.

Page 22: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

4

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan perawatan personal hygienedengan tingkat

kecemasan keluarga penderita ganggun jiwa di Desa Bongkot Kecamatan

Peterongan Kabupaten Jombang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat

kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa jiwa di Desa Bongkot

Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi perawatan personal hygieneyang dilakukan keluarga

penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan

Kabupaten Jombang.

2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan

jiwaDesa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.

3. Menganalisis hubungan hubungan perawatan personal hygiene dengan

tingkat kecemasan keluarga penderita ganggun jiwa di Desa Bongkot

Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan untuk menambah ilmu pengetahuan

khususnya ilmu keperawatan terutama bagi perkembagan ilmu keperawatan

jiwa.

Page 23: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

5

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan keluarga tidak mengalami kecemasan dan

dapat membantu perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa

dengan baik.

Page 24: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gangguan Jiwa

2.1.1 Definisi gangguan jiwa

Gangguan jiwa tidak hanya terletak didalam hubungan antara orang

itu sendiri tetapi hubuingan dengan mayarakan karena gangguan jiwa

merupakan suatu sindrom prilaku seseorang yang berkaitan dengan gejala

penderita atau hendaya (imparment) didalam satu atau lebih fungsi yang

penting dari manusia yaitu : fungsi psikologik, perilaku, dan biologic

( Maramis, 2010).

Gangguan jiwa adalah gangguan terletak pada fungsi jiwa individu

yang dapat menimbulkan suatu hambatan atau penderitaan individu

sehingga dala melaksanakan peran sosialnya (Keliat, B A. dkk, 2014).

Gangguan jiwa adalah penyakit kronis dimana membutuhkan proses

panjang dalam penyembuhannya, proses pemulihan dan penyembuhan

orang dengan gangguan jiwa membutuhkan dukungan keluarga untuk

menentukan keberhasilan pemulihannya (Nasriati, 2017).

Gangguan jiwa dapat mempengaruhi fungsi kehidupan

seseorang.Aktivitas, kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan

dengan keluarga jadi terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan

psikosis.Seseorang dengan gangguan jiwa apapun harus segera

mendapatkan pengobatan. Keterlambatan pengobatan akan semakin

merugikan penderita, keluarga dan masyarakat (Yosep, 2013).

6

Page 25: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

2.1.2 Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa

Faktor penyebab gangguan jiwa bukan hanya berasal dari satu

penyebab tetapi bisa muncul berbagai unsure penyebab lain yang saling

mempengaruhi. Gejala paling utama dari orang yang mengalami gangguan

jiwa terdapat pada unsure kejiwaannya.

Marimis (2010) menyatakan bahwa sumberpenyebab gangguan jiwa

dapat dibedakan atas

1. Faktor Somatik (Somatogenik)

Akibat tingkat kematangan dan perkembangan organik,dan

faktor pranatal dan perinatal, termasuk gangguan pada neuroanatomi,

neurofisiologi,dan nerokimia.

2. Faktor Psikologik (Psikogenik)

Faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan

pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi

masalah termasuk keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan ayah,

persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam keluarga,

pekerjaan, dan permintaan masyarakat.Keadaan tersebut kurang baik,

maka dapat menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa

bersalah yang berlebihan.

3. Faktor Sosial Budaya

Faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat

ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi

prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai,

serta pengaruh mengenai keagamaan

Page 26: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

Yusuf (2015) menyatakan bahawa penyebab gangguan jiwa

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling mempengaruhi yaitu sebagai

berikut:

1. Faktor somatic organobiologis atau somatogenik

a. Nerofisiologis

b. Neroanatomi

c. Nerokimia

d. Faktor pre dan peri-natal

e. Tingkat kematangan dan perkembangan organik

2. Faktor psikologik (Psikogenik).

a. Peran ayah

b. Interaksi ibu dan anak

c. Inteligensi

d. Saudara kandung yang mengalami persaingan

e. Hubungan pekerjaan, permainan, masyarakat, dan keluarga.

f. Depresi, kecemasan, rasa malu atau rasa salah mengakibatkan

kehilangan.

g. Keterampilan, kreativitas, dan bakat.

h. Perkembangan dan pola adaptasi sebagai reaksi terhadap bahaya

Pendapa lain selain dari Marimis dan yusuf yaitu pendapat dari

Yosep(2016) menyatakan bahwa penyebab gangguan jiwa antara lain :

1. Genetika

2. Biologik

a. Keturunan

Page 27: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

b. Temperamen

c. Jasmaniah

d. Penyakit atau cedera pada tubuh

3. Psikologik

4. Stres

5. Sosio kultural

6. Perkembangan psikologik yang salah

2.1.3 Tanda Gejala Gangguan Jiwa

Marimis (2010) menyatakan bahwa tanda dan gejala yang muncul

pada penderita gangguan jiwa sangat beragam, diantarya :

1. Normal dan Abnormal

2. Gangguan Kesadaran

3. Gangguan Ingatan

4. Gangguan Orientasi

5. Gangguan Psikomotor

a. Hipokinesia atau hipoaktivitas

b. Stupor Katatoni

c. Katalepsi

d. Fleksibilitas serea

e. Hiperkinesia

f. Gaduh gelisah katatonik

g. Berisikap aneh

h. Grimas

i. Stereotype

Page 28: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

6. Gangguan proses berfikir

7. Gangguan persepsi

8. Gangguan emosi

Emosi dapat terjadi pada saat manusia berinteraksi dengan

lingkungan dan merupakan hasil upaya untuk beradaptasi dengan

lingkungannya.Emosi tampak dalam ekspresi wajah, seperti marah,

cemas, ketakutan, perasaan berdosa, malu, kesedihan, cemburu, iri hati,

kebahagiaan, bangga dan harapan.Emosi orang dengan gangguanj iwa

tidak bisa ditebak, kadang emosi normal terkadang labil.

2.1.4 Klasifikasi gangguan jiwa

Upaya penyempurnaan terhadap klasifikasi system gangguan jiwa

telah dilakukan.Tahun 1960-anWorld Health Organization (WHO) mulai

menyusun klasifikasi diagnosis seperti tercantum ICD (International

Classification of Disease).Klasifikasi ini masih terus disempurnakan

sampai saat ini telah sampai ke edisi ke 10 (ICD X).Sistem klasifikasi

berdasarkan diagnosis dan manual statistic dari gannguan jiwa atau

disebut DSM (Diagnostic and Sttistical Manual of Mental Disorer) yan

telah dikembangkan oleh Asosiasi dokter psikiatri Amerika. Klasifikasi

DSM telah pada edisi DSM-IV-TR yang diterbitkan tahun 2000.

Indonesia menggunakan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan

jiwa (PPDGJ) yang saat ini sampai pada PPDGJ III (Cochran 2010;

Elder,2012 ,Katona,2012)

System klasifikasi pada ICDdan DSM menggunakan sistem

kategori. ICD menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang

Page 29: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

mencoba menstandartkan diagnosis menggunakan definisi deskriptif dari

berbagai sindrom, serta memberikan pertimbangan untuk diagnosa

banding. Kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multtiaksis,

yag menggambarkan berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis dapat

ditegkakan (Katona,2012). Multiaksisi tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi

fokus perhatian klinis.

2. Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental.

3. Aksis 3 : kondisi medis secara umum.

4. Aksisi 4 : masalah lingkungan dan psikososisal.

5. Aksis 5 : penilaian fungsi secara global.

Klasifikasi PPDGJ secara singkat sesuai dengan pedoman

penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa pada awalnya disusun

berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM, tetapi pada PPDGJ III

disusun berdasarkan ICD X. Klasifikasi PPDGJ III meliputi :

1. F00-R09:gangguan mental organik (termasuk gangguan mental

simtomatik).

2. F10-F19 : gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat

psikoaktif.

3. F20-F29: skizofrenia , gangguan skizotipal, dan gangguan waham.

4. F30-F39 : gangguan suasana perasaan (mood/afektif).

5. F40-F48 : gangguan neurotik, gangguan somaoform, dan gangguan

terkait stress.

Page 30: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

6. F50-F59 : sindroma perilaku yanng berhubungan dengan gangguan

fisiologis dan faktor fisik.

7. F60-F69 : gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa.

8. F70-F79 : retardasi mental.

9. F80-F89 : gangguan perkembangan psikologis.

10. F90-F98 : gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya

pada anak dan remaja.

2.1.5 Dampak orang dengan gangguan jiwa

Wahyu, (2012) menyatakan bahwa dari anggota yang menderita

gangguan jiwa bagi keluarga diantaranya keluarga belum terbiasa menerima

dampak sebagai berikut :

1. Penolakan

Orang dengan gangguan jiwa sering mengalami penolakan dari

keluarga itu semua terjadi ketika ada keluarga yang menderita gangguan

jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut dan

meyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama episode akut anggota

keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi pada mereka cintai.

Proses awal, keluarga akan melindungi orang yang sakit dari orang lain

dan menyalahkan serta merendahkan orang yang sakit untuk perilaku

tidak dapat diterima dan kurangnya prestasi. Sikap ini mengarah pada

ketegangan dalam keluarga, dan isolasi dan kehilangan hubungan yang

bermakna dengan keluarga yang tidak mendukung orang yang sakit.

Tanpa informasi untuk membantu keluarga belajar untuk

mengatasi penyakit mental, keluarga dapat menjadi sangat pesimis

Page 31: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

tentang masa depan. Sangat penting bahwa keluarga menemukan

sumber informasi yang membantu mereka untuk memahami bagaimana

penyakit itu mempengaruhi orang tersebut. Mereka perlu tahu bahwa

dengan pengobatan, psikoterapi atau kombinasi keduanya, mayoritas

orang kembali ke gaya kehidupan normal.

2. Stigma

Keluarga menganggap penderita tidak dapat berkomunikasi

layaknya orang normal lainnya.Anggapan tersebut menyebabkan

beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk mengundang penderita

dalam kegiatan tertentu.stigma dalam begitu banyak di kehidupan

sehari-hari, tidak mengherankan, semua ini dapat mengakibatkan

penarikan dari aktif berpartisipasi dalam kehidupan sehari-

hari.Penyebab dari itu semua karena Informasi dan pengetahuan tentang

gangguan jiwa kurang.

3. Frustasi, tidak berdaya dan kecemasan

Orang dengan gangguan jiwa sering kali membingungkan,

menakutkan, dan melelahkan.Ketika pendrita gangguan jiwa stabil pada

obat, apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi.Anggota

keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki.Keluarga dapat

menjadi marah-marah, cemas, dan frustasi karena berjuang untuk

mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita

lakukan.Menangani penderita gangguan jiwa sulit karena terkadang

memiliki pemikiran aneh dan tingkah laku aneh dan tak terduga.

Page 32: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

4. Kelelahan dan Burn out

Keluarga seringkali menjadi putus asa berhadapan dengan orang

yang dicintai yang memiliki penyakit mental.Mereka mungkin mulai

merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit

yang harus terus-menerus dirawat. Keluarga tidak boleh lelah untuk

support penderita gangguan jiwa untuk sembuh.

5. Duka

Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi

dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari kehidupan sehari-hari, dan

penurunan yang dapat terus-menerus.Keluarga dapat menerima

kenyataan penyakit yang dapat diobati, tetapi tidak dapat

disembuhkan.Keluarga berduka ketika orang yang dicintai sulit untuk

disembuhkan dan melihat penderita memiliki potensi berkurang secara

substansial bukan sebagai yang memiliki potensi berubah.Orang

gangguan jiwa menyebakan kesedihan bagi keluarga di mana orang

yang dicintai memiliki penyakit mental.

6. Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber daya pribadi

Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber daya pribadi

untuk penderita gangguan jiwa meskipun suli, tetapi keluarga harus

diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri secara fisik, mental, dan

spiritual yang sehat tidak boleh diabaikan.(Kurniawan, 2016).

Pendapat Maramis (2010) menyatakan bahwa dampak yang

ditimbulkan oleh orang dengan gangguan jiwa cukuplah besar bagi

Page 33: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

individu (penderita) bagi keluarga, bagi masyarakat dan

lingkungan.Dampak yang ditimbulkan diantaranya,sebagai berikut :

1. Penyebab paling utama disabilitas kelompok usia produktif.

2. Penderita mengalami penolakan, pengucilan ,dan deskriminasi.

3. Penderita gangguan jiwa menjadi tidak produktif dan menganggur

4. Biaya perawatan tinggi

5. Stigma masyarakat yang negative sehingga berdampak ketakutan di

kalangan masyarakat

6. Dampak yang terjadi ketika penderita menunjukan gejala negative akan

menyebabkan ketakutan pada keluarga

7. Keluarga dan penderita sering dikucilkan masyarakat

2.1.6 Masalah keperawatan gangguan jiwa

Masalah keperawatan jiwa berdasarkan NANDA (North American

Nursing Diagnosis Association)

1. Perilaku kekerasan ;

2. Halusinasi;

3. Menarik diri;

4. Waham;

5. Bunuh diri;

6. Defisit perawatan diri terdiri dari : mandi,berhias, makan dan toileting;

7. Harga diri rendah kronis.

Page 34: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat.Keluarga

didefinsikan dengan istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu

ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua.Arti luas keluarga merupakan

mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal balik dalam

menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang disebabkan oleh

kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2013)

Keluarga merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang hidup

bersama yang berketerikatan dengan aturan, emosional dan individu

mempunyaiperan masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Keadaan ini perlu disadari bahwa sepenuhnya setiap individu merupakan

bagiandan di keluarga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang

berarti (Friedman, 2010)

Pengertian keluarga dapat disimpulkan kumpulan dua orang atau

lebih saling berinteraksi meskipun tidak tinggal bersama atau tinggal

bersama saling member perhatian satu sama lain yang di ikat oleh status

perkawinan, atau adopsi yang hidup dalam aturan, emosional,serta

mempunyai peran masing-masing merupakan bagian keluarga.

2.2.2 Ciri –ciri keluarga

Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver & Charles Horton

(dalam Setiadi, 2012), sebagai berikut.

1. keluarga merupakan hubungan perkawinan;

Page 35: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

2. keluarga terbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara;

3. keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan;

4. keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan

dan membesarkan anak;

5. keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

2.2.3 Fungsi kleuarga

Menurut Friedman M.,Bowden,V. R., & Jones, E. G (2014)

menyatakan fungsi keluarga menjadi lima yaitu :

1. Fungsi afektif

2. Fungsi sosialisasi

3. Fungsi ekonomi

4. Fungsi reproduksi

Menurut UU No. 10 tahun 1992, fungsi keluarga dibagi menjadi 8

yaitu :

1. Fungsi keagamaan adalah pedoman hidup untuk membina sesuai

dengan ajaran agama untuk seluruh anggota keluarga.

2. Fungsi budaya adalah membina anggota keluarga sebagai sarana

unyuk meneruskan norma budaya masyarakat dan budaya yang ingin

di pertahankan.

Page 36: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

3. Fungsi cinta kasih adalah membina tingkah laku saling menyayangi

anggota keluarga maupun antara keluarga satu dengan keluarga yang

lainnya.

4. Fungsi perlindungan adalah memenuhi kebutuhan rasa aman dan

nyaman di dalam keluarga.

5. Fungsi reproduksi adalah mengembangkan kehhidupan reproduksi

sehat sebagai modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan

sejahtera.

6. Fungsi sosialisasi adalah membina proses pendidikan dan sosialisasi

anak tentang hal yang perlu di lakukan di dalam masyarakat.

7. Fungsi ekonomi adalah melakukan kegiatan ekonomi baik di dalam

maupun di luar keluarga dalam rangka menopang perkembangan hidup

keluarga.

8. Fungsi pelestarian lingkungan adalah membina kesadaran dan praktik

pemeliharaan lingkungan internal keluarga.

2.2.4 Tugas Kesehatan Keluarga

Keluarga melakukan praktik asuhan kesehatan untuk mencegah

terjadinya gangguan atau merawat anggota yang sakit. Kemampuan

keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan akan memengaruhi tingkat

kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga terkait

konsep sehat sakit akan memengaruhi perilaku keluarga dalam

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Keluarga juga mampu

melaksanakan fungsi dengan baik, keluarga juga harus mampu melakukan

Page 37: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

tugas kesehatan keluarga. Menurut Mubarak et al, (2012) mengatakan

bahwa tugas kesehatankeluarga adalah sebagai berikut:

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam

menjalankanfungsinya dengan baik. Faktor yang mempengaruhi kesehatan

keluarga (Setiawati& Dermawan, 2012 ) adalah sebagai berikut.

1. Faktor fisik

2. Faktor psikis

3. Faktor sosial

4. Faktor budaya

a. Keyakinan dan praktek kesehatan

b. Nilai-nilai keluarga

c. Peran dan pola komunikasi keluarga

d. Koping keluarga

2.2.6 Peran Keluarga merawat Orang Dengan Gangguan jiwa

Keluargadalam merawat penderita gangguan jiwa merupakan suatu

peran yang sangat penting yang dapat dipandang dari berbagai segi.Pertama,

keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan

interpersonal dengan lingkungannya.Keluarga merupakan pendidikan utama

Page 38: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap,

dan perilaku (Clement dan Buchanan, dalam Yosep, tahun 2010).

2.3 Konsep Kecemasan

2.3.1 Definisi kecemasan

Kecemasan merupakan perasaan yang dialami secara subyektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal dimana merupakan kekhawatiran

yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti

dan tidak berdaya (Stuart, 2012).

Kecemasan adalah perasaan kekhawatiran subjektif dan ketegangan

yang dimanifestasikan untuk tingkah laku psikologis dan berbagai pola

perilaku.Kecemasan adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh

perasaan ketakutan disertai tanda somatik pertanda sistem saraf otonom

yang hiperaktif (Nettina dalam Ratih, 2012)

Ahli lain, Atkinson, dkk (dikutip dalam Safaria, 2012).menjelaskan

bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang

ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut. Segala

bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme menimbulkan

kecemasan, konflik merupakan salah satu sumber munculnya rasa

cemas.Adanya ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, serta perasaan

tertekan untuk melakukan sesuatu diluar kemampuan juga menimbulkan

kecemasan.

2.3.2 Faktor yang menyebabkan kecemasan

Blacburn & Davidson (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka

Saputra, 2012) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menimbulakan

Page 39: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi

yang sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak

memberikan ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan diri

untuk mengendalikan dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus

kepermasalahannya).

Pendapat Adler dan Rodman (dalam M. Nur Ghufron & Rini

Risnawita, S, 2010) menyatakan terdapat dua faktor yang dapat

menimbulkan kecemasan, yaitu.

1. Pengalaman negatif pada masa lalu

2. Pikiran yang tidak rasional

Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu.

a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami

kecemasan serta perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan

dalam mengatasi permaslaahannya.

b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk

berperilaku sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu menjadikan

ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan sumber yang dapat

memberikan inspirasi.

c. Persetujuan

d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan, ini

terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman.

Page 40: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

Menurut pendapat (Atkinson dikutip dalam Safira, 2012) faktor

yang mempengaruhi kecemasan antara lain

1. Threat(ancaman)

Ancaman dapat disebabkan oleh suatu yang benar –benar

realistis dan juga yang tidak realistis, contohnya: ancaman terhadap

tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti kehilangan kemerdekaan dan arti

hidup, maupu ancaman terhadap eksistensinya.

2. Conflict (pertentangan)

Timbul karena adanya dua keinginan yang keadaanya bertolak

belakang. Setiap konflik mempunyai an melibatkan dua alternatif atau

lebih yang masing –masing mempunyai sifat apptoach dan avoidance.

3. Fear (ketakutan)

Ketakutan akan segala hal dapat menimbulkan kecemasan

dalam menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulakn

kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.

4. Umneed need (kebutuhan yang tidak terpenuhi)

Kebutuhan manusia begitu komplek,dan jika tidak terpenuhi

maka akan timbul rasa cemas.Berdasarkan pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab kecemasan adalah

ancaman, pertentangan, ketakutan, rasa gagal, cara pandang, dan pola

pikir individu yang keliru

2.3.3 Gejala kecemasan

Gejala orang yang mengalami kecemasan tidak mampu menghadapi

perasaan cemas yang parah dan kuat, perasaan tersebut sangat kuat sehingga

Page 41: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

mereka tidak mampu berfungsi baik dalam kehidupan sehari-hari.

Kecemasan mereka tidak menyenangkan dan membuat mereka sulit

menikmati situasi-situasi pada umumnya (Halghin dan Whitsbourne, 2010).

Orang dengan gangguan kecemasan umum sering kali berjuang

keras dengan kecemasan yang sulit untuk dikendalikan.Usaha mereka untuk

mengendalikan kekhawatiran biasanya mengalami kegagalan dan mereka

menderita sejumlah gejala psikologis maupun fisiologis yang memengaruhi

fungsi kehidupan secara umum, aspek pekerjaan, dan sosial.Mereka mudah

merasa tidak berdaya dan sering kali berada dalam keadaan tertekan dan

sulit untuk berkonsentrasi, terkadang merasakan ketegangan yang sangat

besar sehingga mereka tidak dapat berpikir.Malam hari mereka sulit untuk

tidur atau untuk tetap tidur; pada siang hari, mereka merasa kelelahan,

mudah marah, dan tegang (Halghin dan Whitsbourne, 2010).

Gejala kecemasan ada dua yaitu gejala fisiologis dan gejala

psikologis.Gejala psikologis adalah kecemasan sebagai gangguan

kejiwaan.Ciri-cirinya adalah tegang, takut, khawatir, bingung, tidak bedaya,

tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tentram, rendah hati, ingin lari dari

kenyataan hidup, perubahan emosi, turunnya kepercayaan diri, tidak ada

motivasi, takut, khawatir dan tegang (Halghin dan Whitsbourne, 2010).

Gejala fisik (fisiologis), yaitu kecemasan yang sudah mempengaruhi

gejala-gejala fisik pada fungsi sistem saraf pada tubuh.Ciri-cirinya yaitu

ujung jari terasa dingin, tekanan darah meningkat, detak jantung cepat,

keringat bercucuran, pencernaan tidak teratur, tidur tidak nyenyak, mudah

Page 42: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

lelah, nafas sesak, kepala pusing dan nafsu makan hilang.(Halghin dan

Whitsbourne, 2010).

2.3.4 Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kecemasan

Proses terjadinya kecemasan dikutip oleh Blackburn dan Davidson

(dalam Safaria 2012) menurut dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek yang

mempengaruhi kecemasan dapat berupa pengetahuan yang telah dimiliki

subjek tentang situasi yang sedang dirasakan, apakah sebenarnya

mengancam/ tidak mengancam, serta pengetahuan tentang kemampuan

dirinya untuk mengendalikan dirinya(termasuk keadaan emosi maupun

fokus kepermasalahannya) dalam menghadapi situaasi tersebut.

Bandura (dalam Safaria,2012) menjelaskan hal-hal yang

berpengaruh dalam meredakan kecemasan antara lain sebagai berikut:

1. Self efficacy adalah salah satu perkiraaan individu terhadap

kemampuannya sendiri dalam mengatasi situasi.

2. Outcome expectancy memiliki pengertian sebagai perkiraan individu

terhadap kemungkinan terjadinya akibat-akibat tertentu yang mungkin

berpengaruh dalam menekan kecemasan.

2.3.5 Teori Kecemasan

Sunaryo (2014)membagi teori kecemasan sebagai berikut:

1. Teori psikoanalitik

Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus

internal dan eksternal yang berlebihan.Akibat stimulus (internal dan

eksternal) yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu

Page 43: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

untuk menanganinya.Ada 2 tipe kecemasan yaitu kecemasan primer dan

kecemasan subsekuen.

a. Kecemasan primer

Kejadian traumatik yang diawali saat bayi akibat adanya

stimulus tiba-tiba dan trauma pada saat persalinan, kemudian berlanjut

dengan kemungkinan tidak tercapainya rasa puas akibat kelaparan atau

kehausan.Penyebab kecemasan primer adalah keadaan ketegangan atau

dorongan yang diakibatkan oleh faktor ekternal.

b. Kecemasan subsekuen

Peningkatan ego dan usia, Freud melihat ada jenis kecemasan

lain akibat konflik emosi diantara dua elemen kepribadian yaitu id dan

superego. Freud menjelaskan bila terjadi kecemasan maka posisi ego

sebagai pengembang id dan superego berada pada kondisi bahaya.

2. Teori interpersonal

Sullivan mengemukakan bahwa kecemasan timbul akibat

ketidakmampuan untuk berhubungan interpersonal dan sebagai akibat

penolakan. Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan

lingkungan.Harga diri seseorang merupakan faktor penting yang

berhubungan dengan kecemasan.

3. Teori perilaku

Perilaku merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah

dialami. Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua

pilihan yang saling beralwanan dan individu harus memilih salah satu.

Page 44: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan merupakan hasil

frustasi akibat berbagai hal yang memengaruhi individu dalam mencapai

tujuan yang diinginkan misalnya memperoleh pekerjaan, keluarga,

kesuksesan dalam sekolah.

4. Teori keluarga

Kecemasanselalu ada tiap-tiap keluarga dalam berbagai bentuk

dan sifatnya heterogen itu semua sesuai denga studi pada keluarga dan

epidemologi.

5. Teori biologis

Otak memiliki reseptor khusus terhadap benzodiazepin, reseptor

tersebut berfungsi membantu regulasi kecemasan.Regulasi tersebut

berhubungan dengan aktivitas neurotransmiter gamma amino butyric

acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron dibagian otak yang

bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

2.3.6 Reaksi yang Ditimbulkan oleh Kecemasan

Calhoun dan Acocella, (dikutip dalam Safaria, 2012)

mengemukakan aspek-aspek kecemasan yang dikemukakan dalam tiga

reaksi, yaitu sebagai berikut:

1. Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan

persepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti

perasaan keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau

orang lain.

Page 45: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

2. Reaksi kognitif, yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir jernih sehingga menganggu dalam

memecahkan masalah dan mengatasi tuntuntan lingkungan sekitar.

3. Reaksi fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap

sumber ketakutan dan kekhawatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem

syaraf yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjer tubuh sehingga

timbul reaksi dalam bentuk jantung berdebar lebih keras, nafas bergerak

lebih cepat, tekanan darah meningkat.

2.3.7 Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating scale (HARS)

Menetukan tingkat kecemasan responden menggunakan skala HARS

(Hamilton Anxiety Rating scae) merupakan salah satu alat ukur untuk

menilai tingkat kecemasan, yang didasarkan pada munculnya syimtops pada

individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS yang dikutip

dari Nursalam (2013), penilaian kecemasan terdiri atas 14 item, yaitu:

1. Perasaan cemas diartikan bahwa suatu firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri, dan mudah tersinggung.

2. Ketegangan diartikan bahwa merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak

bisa istirahat dengan tenang, mudah menangis, gemetar, gelisah.

3. Ketakutan diartikan bahwa ketakutan pada kegelapa, ditinggal sendiri,

pada orang asing, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, dan

pada kerumunan banyak orang.

4. Gangguan tidur diartikan bahwa sukar memulai tidur, terbangun malam

hari, tidak pulas, mimpi buruk, dan mimpi menakutkan.

Page 46: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

5. Gangguan kecerdasan diartikan bahwa daya ingat buruk, sulit

konsentrasi, dan sering bingung.

6. Perasaan depresi diartikan bahwa kehilangnya minat, sedih, bangun dini

hari, berkurangnya kesenangan pada hobi, dan perasaan berubah-ubah

sepanjang hari.

7. Gejala somatic (otot-otot) diartikan bahwa nyeri otot, kaku, kedutan

otot, gigi gemeretak, dan suara tak stabil.

8. Gejala sensorik diartikan bahwa telinga berdengung, penglihatan kabur,

muka merah dan pucat, merasa lemah, dan perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskuler diartikan bahwa denyut nadi cepat, berdebar-

debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau

pingsan, dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pernapasan: rasa tertekan didada, perasaan tercekik, merasa nafas

pendek/sesak, dan sering menarik napas panjang.

11. Gejala gastrointestinal diartikan bahwa sulit menelan, mual muntah,

berat badan menurun, konstipasi/sulit buang air besar, perut melilit,

gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum/sesudah makan, rasa

panas diperut, dan perut terasa penuh/kembung.

12. Gejala urogenital diartikan bahwa sering kencing, tidak dapat menahan

kencing, dan amenor/menstruasi yang tidak teratur.

13. Gejala vegetatif/autonom diartikan bahwa mulut kering, muka kering,

mudah berkeringat, pusing/sakit kepala, dan bulu roma berdiri.

Page 47: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

14. Apakah Ibu/Bapak merasakan diartikan bahwa gelisah, tidak tenang,

mengerutkan dahi muka tegang, tonus/ketegangan otot meningkat, napas

pendek dan cepat, muka merah.

Cara menilai tingkat kecemasan setiap item yang diobservasidiberi 5

tingkat skor, yaitu antar 0 (nol) sampai dengan 4, dengan kategori sebagai

berikut:

0 = Tidak ada

1 = Ringan

2 = Sedang

3 = Berat

4 = Sangat berat

Penentu derajat kecemasan ditentukan dengan cara menjumlahkan

nilai skor dari 14 item diatas dengan hasil sebagai berikut (Nursalam, 2013):

<14 : tidak ada kecemasan

14 – 20 : kecemasan ringan

21 – 27 : kecemasan sedang

28 - 41 : kecemasan berat

42 - 56 : kecemasan sangat berat

2.4 Konsep PerawtanPersonal Hygiene

2.4.1 Definisi Personal Hygiene secara umum

Kebersihan perorangan merupakan suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis

Dalam arti bahasa personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti

Page 48: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

personal yang artinya perorangan dan hygieneberarti sehat (Tarwoto &

Wartonah, 2010).

Personal Hygiene merupakam kebersihan perorangan yang

diaplikasikan oleh suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang agar memperoleh kesejahteraan fisik dan

psikis.Dampak yang dapat terjadi karena tidak menjaga personal hygiene

ada dua yaitu dampak fisik dan dampak psikososial.Dampak fisik dapat

menyebakan banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang

karenatidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Dampak

psikososial dapat berhubungan dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman,

kebutuhan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan

interaksi sosial (Andarmoyo, 2012).

Menurut Yahya (2013) untuk menjaga personal hygieneyaitu

sebagai berikut :

1. Kebersihan badan, termasuk kulit, tangan, kuku, rambut, telinga, gigi,

dan hidung.

2. Kebersihan pakaian, termasuk pakaian harian.

3. Penampilan pribadi dan sehat.

4. Sikap yangbaik, hormat dan ramah.

Personal Hygieneadalah cara perawatan diri manusia untuk

memelihara kesehatan mereka. Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan

untuk kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan. Praktek hygiene

sama dengan meningkatkan kesehatan (Potter dan Perry, 2010).

Page 49: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

2.4.2 Macam-macam jenis pemeliharaan personal hygiene

Menurut Potter dan Perry (2010) mengatakan bahwajenis

pemeliharaan personal hygiene dan tujuannya sebagai berikut :

1. Kebersihan Kulit

Kulit berfungsi sebagai pelindung dari berbagai kuman atau

trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi. Lapisan

utama kulit diabagi menjadi epidermis, dermis, dan subkutan. Penderita

gangguan jiwa dalam melakukan personal hygienetidak bisa melakukan

secar mandiri mereka perlu bantua orang lain terutama keluarga.

Keluarga jika tidak mampu dalam membantu personal hygienekarena

merasa cemas, perawat dapat membantu memberikan edukasi tentang

cara membantu personal hygiene pada penderita dengan benar dan baik.

Gambaran kesehatan yan pertama memberi kesan yaitu kebersihan

kulit.Semua itu tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar,

makanan dan kebiasaan hidup sehari-hari. Kebersiha yang harus

diperhatikan untuk menjaga kebersihan kulit yaitu

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

2. Mandi minimal 2 kali sehari dan menggunakan sabun

3. Menjaga kebersihan pakaian

4. Makan makanan yang bergizi terutama banyak mengkonsumsi sayur

dan buah serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar

2. Kebersihan Rambut

Orang dengan gangguan jiwa perlu pendampingan saat

melakukan kebersihan rambut.Fungsi rambut sebagai proteksi serta

Page 50: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

pengatur suhu.Rambut yang terawatdengan baik akan tampak bersih dan

tidak berbau.Cara - cara higienis perawatan rambut sehari-sehari yaitu

menyikat, menyisir dan bersampo. Statuskesehatan umum, perubahan

hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan penyakit

tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut

merupakan distribusi indicator rambut.

Penyakit terhadap gangguan kesehatan batang rambut dan kulit

kepala diantaranya:

a. Infeksi jamur: pada permukaan batang rambut, dan dalam korteks

batang rambut

b. Serangga, kutu rambut

c. Kerusakan zat tanduk disebabkan oleh pemakaian sisir yang terlalu

keras, shampoo yang tidak sesusai, dan pencucian rambut yang tidak

bersih dan rutin

d. Peradangan menahun danketombe(Jerusalem, 2010)

Hal-hal yang perlu diperhatikan seseorang untuk menjaga

kebersihan rambut yaitu sebagai berikut

1. Mencuci rambut minimal 2 kali seminggu dengan memakai sampo

atau bahan pencuci rambut lainnya

2. Memotong rambut minimal 2 kali setahun

3. Menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut pribadi agar terhindar

dari penyakit kulit menular contohnya sisir pribadi

Page 51: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

Tujuan mencuci rambut adalah untuk menjaga kebersihan dan

kesehatan kulit kepala, di samping itu untuk memudahkan dalam

penataannya

3. Kebersihan mulut dan gigi

Orang dengan gangguan jiwa perlu untuk membersihkan gigi

dan mulut, dalam melekukan kebersihan mulut orang gangguan jiwa

perlu di damping dan di pantau. Kebersihan mulut dan gigi perlu untuk

dipertahankan kebersihanya karena bakteri kuman dapat masuk lewat

gigi dan mulut.

Penyakityang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut

yang buruk adalahkaries, gingivitis dan sariawan. Kebersihan mulut dan

gigi dengan baik dan benar dapat memberikan rasa sehat dan selanjutnya

menstimulasi nafsu makan

Upaya dalam membersihkan gigi agar terlihat bersih dengan cara

sebagai berikut :

1. Menggosok gigi secara teratur dianjurkan setiap setelah makan, dan

memakai sikat gigi sendiri

2. Menghindari makanan yang terlalu panas dan merusak gigi

3. Membiasakan makan buah-buahan dan sayuran yang menyehatkan

gigi

4. Seta memeriksakan gigi secara teratur

4. Kebersihan Telinga

Page 52: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

Telinga normalmya tidak memerlukan dibersihkan setiap

hari.kebersihan telinga diperlukan untuk ketajaman pendengaranCara-

cara untuk hygine telingasebagai berikut yaitu

1. Membersihkan telinga secara teratur

2. Tidak mebersihkan telinga dengan benda tajam serta memeriksakan

kebersihan telinga ke dokter bila perlu

5. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku

Kebersihan tangan, kaki, dan kuku yaitu pemeliharaan yang

tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup

sehari-hari.kebersihankebersihan Tangan, kaki, dan kuku perlu

mendatkan perhatian karena tangan, kaki, dan kuku yang bersih dapat

menghindarkan kita dari berbagai penyakit yang dapat

menginfeksi.Penyakit-penyakit tertentu timbul dari bahaya

kontaminasikarena kuku dan tangan yang kotor.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari bahaya

tersebut sebagai berikut:

1. Membersihkan tangan sebelum dan sesudah makan

2. Memotong kuku secara teratur

3. Membersihkan lingkungan

4. Mencuci kaki sebelum

5. Mencuci tangan sesudah dan sebelum BAK/BAB

Kebersihan tangan sering diabaikan oleh masyarakat, sebagian

masyarakat mengetahui akan pentingnya menjaga kebersihan tangan

dengan cara mencunci tangan, tetapi kenyataannya masih sangat sedikit

Page 53: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

yang tahu mencuci tangan dengan benar. Cuci tangan adalah cara yang

efektif untuk mencegah terjadinya penyebaran mikroorganisme

(Sundari, 2014)

6. Kebersihan genitalia

Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap

dimana orang dengan gangguan jiwa terkadang sering lupa dalam

membersihkan genetalia dan sering lupa bagaiman mempertahankan

kebersihan genetalia dengan baik dan benar.

Cara-cara untuk mempertahankan kebersihan genetelia sebegai

berikut yaitu :

1. Melepaskan pakaian celana dalam jika mau BAK/BAB

2. Mencuci bagian genetalia dengan cara benar

3. Mengganti pakain dalam minimal 2x sehari

4. Mengganti pembalut sesering mungkin dan apabila ke kamar mandi

untuk BAK/BAB harus mengganti pembalut dengan yang baru

5. Mencucui pakain dalam dengan benar

Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya

infeksi, mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan

kenyamanan serta mempertahankan personal hygiene.

2.4.3 Faktor Penyebab Personal Hygiene

MenurutRahman (2014), mengatakan bahwaada beberapa faktor

yang mempengaruhipersonal hygiene sebagai berikut adalah :

Page 54: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

1. Faktor Budaya

Masyarakat masih banyak menganut kebudayaan daerah masing-

masing terhadap kebersihan diri seperti masih percaya asumsi tentang

mitos-mitos pada kepercayaan zaman dahulu yang tidak aman.

2. Faktor Sumber Informasi

Sumber informasi didapatkan dari pengalaman sendiri,

pengalaman orang lain, dan ilmu pengetahuan, Minimnya sumber

informasi tentang personal hygiene menimbulkan kurangnya informasi

untuk melakukan personal hygiene.

3. Faktor Kebiasaan

Kebiasaan tentag polah hidup bersih dan sehat merupakan

kebiasaan yang baik akan meningkatkan personal hygiene pada diri

sendiri.

4. Faktor Pengetahuan

Ketidaktahuan individu terhadap pengetahuan mengenai personal

hygieneseperti mencuci tangan dan penggunaan air yang baik dapat

disebabkan karena kurangnya informasi yang didapat(Assefa, 2014).

Menurut Potter&Perry(2010) faktor-faktor yang mempengaruhi

personal hygiene sebagai berikut antara lain:

1. Body image atau citra tubuh

Konsep subjektif seseorang mengenai gambaran.Individu dapat

cenderung tidak peduli dengan kebersihan dirinya karena, citra tubuh

yang berubah. Penderita gangguan jiwa sering kali mengalami citra

tubuh yang berubah sehingga mereka tidak terlalu mementingkan

Page 55: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

personal hygiene karena memang penderita gangguan jiwa mengalami

hambatan yang disebabkan oleh perubahan proses pikir.

2. Praktik sosial,

Keberadaan suatu kelompok sosial yang mampu mempengaruhi

individu dalam praktik personal hygiene termasuk produk dan frekuensi

perawatan diri.

3. Status sosial ekonomi

Pendapatan yang mempengaruhi kemampuan keluarga untuk

menyediakan fasilitas dan kebutuhan sehingga dapat mempengaruhi

staus sosial ekonomi.

4. Pengetahuan dan motivasi kesehatan.

Pengetahuan keluarga atau individu tentang personal

hygienemerupakan sesuatu yang benting sebab pengetahuan yang baik

dapatmeningkatkan kesehatan serta adanya motivasi penderita gangguan

jiwa dari orang sekitar terutama keluarga dapat mendukung terciptanya

hygiene yang baik.

5. Budaya.

6. Kebiasaan atau pilihan personal.

2.4.4 Dampak Personal Hygiene

Dampak yang akan timbul jika kurangnya personal hygiene menurut

Isro’in & Andarmoyo, (2012) yaitu

1. Dampak fisik

Gangguan fisik yang sering terjadi karena tidak terpeliharanya

personal hygiene dengan baik yang dapat muncul yaitu tumbuhnya

Page 56: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

rambut pada kuku, gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku

serta tubuh dapat mudah terserang infeksi yang menyebakan bau tidak

sedap.

2. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan

harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.4.5 Perawatan Personal hygiene pada orang gangguan jiwa mengarah pada

perawatan diri

Personal hygiene berhubungan dengan perawatan diri, didalam

personal hygiene terdapat perawatan diri, kebutuhan personal hygiene pada

orang gangguan jiwa mengarah pada perawatan diri.Kemampuan dasar

dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan,

kesejahteraan, dan kesehatanya disebut perawatan diri (Dermawan & Rusdi,

2013).Orang dengan gangguan jiwa mengalami defisit perawatan diri karena

ada perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan

akitivitas perawatan diri menurun.

Defisit perawatan diri adalah sebuah aktivitas perawatan diri secara

mandiri seperti mandi(hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK

(toileting) diamana untuk melakukan aktivitas tersebut kondisi pada

seseorang yangmengalami suatu kelemahan, ketidakmampuan, hamabatan

dalam melakukan ataumelengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri

(Nanda,2015).

Page 57: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

2.4.6 Klasifikasi Defisit Perawatan Diri

Menurut Nanda-I (2015-2017) : klasifikasi perawatan diri /Personal

Hygiene terdiri dari :

1. Defisit Perawatan Diri : Mandi

a. Definisi

Hambatan /ketidakmampuan untuk melakukan atau

menyelesaikan mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

b. Batasan karakteristik

1. Ketidakmapuan membasuh tubuh

2. Ketidakmapuan mengakses kamar mandi

3. Ketidakmapuan mengambil perlengkapan mandi

4. Ketidakmapuan mengatur air mandi

5. Ketidakmapuan mengeringkan tubuh

6. Ketidakmapuan menjangkau sumber air

c. Faktor yang berhubungan

1. Ansietas

2. Gangguan fungsi kognitif

3. Gangguan neuromuskular

4. Gangguan presepsi

7. Kelemahan

8. Kendala lingkungan

9. Ketidak mampuan merasakan bagian tubuh

10. Nyeri

11. Penurunan motivasi

Page 58: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

2. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian

a. Definisi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri.

b. Batasan karakteristik

1. Hambatan memilih pakaian

2. Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan

3. Hambatanmengambil pakaian

4. Hambatanmengenakan pakaian pada bagian tubuh atas

5. Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah

6. Hambatan menggunakan alat bantu

7. Ketidak mampuanmelepaskan artibut pakaian

8. Ketidak mampuan memadupadakan pakaian

9. Ketidak mampuan mengancingkan pakaian

10. Ketidak mampuan mengenakan artibut pakaian

c. Faktor yang berhubungan

1. Ansietas

2. Gangguan fungsi kognitif

3. Gangguan neuromuskular

4. Gangguan presepsi

5. Kelemahan

6. Kendala lingkungan

7. Ketidak mampuan merasakan bagian tubuh

8. Nyeri

Page 59: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

9. Penurunan motivasi

3. Defisit Perawatan Diri : Makan

a. Definisi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

aktivitas makan sendiri.

b. Batasan karakteristik

1. Ketidakmapuan memakan makanan dalam cara yang dapat

diterima

2. Ketidakmapuan memakan makanan dalam jumlah memadai

3. Ketidakmapuan memanipulasi makanan di dalam mulut

4. Ketidakmapuan membuka wadah makanan

5. Ketidakmapuan memegang alat makanan

6. Ketidakmapuan menempatkan makanan kealat makan

7. Ketidakmapuan mengambil cangkir

8. Ketidakmapuan mengambil makanan dan memasukan ke mulut

9. Ketidakmapuan menggunakan alat bantu

10. Ketidakmapuan menghabiskan makanan secara mandiri

11. Ketidakmapuan mungunyah makanan

12. Ketidakmapuan menyiapkan makanan

c. Faktor yang berhubungan

1. Ansietas

2. Gangguan fungsi kognitif

3. Gangguan neuromuskular

4. Gangguan presepsi

Page 60: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

5. Kelemahan

6. Kendala lingkungan

7. Ketidak mampuan merasakan bagian tubuh

8. Nyeri

9. Penurunan motivasi

4. Defisit Perawatan Diri : Eliminasi

a. Definisi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

aktivitas eliminasi sendiri BAK atau BAB.

b. Batasan karakteristik

1. Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi secara komplet

2. Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eleminasi

3. Ketidakmampuan mencapai toilet

4. Ketidakmampuan menyiram toilet

5. Ketidakmampuan naik ke toilet

6. Ketidakmampuan duduk di toilet

c. Faktor yang berhubungan

1. Ansietas

2. Gangguan fungsi kognitif

3. Gangguan neuromuskular

4. Gangguan presepsi

5. Kelemahan

6. Kendala lingkungan

7. Ketidak mampuan merasakan bagian tubuh

Page 61: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

8. Nyeri

9. Penurunan motivasi

2.4.7 Faktor penyebab perawatan diri

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010), penyebab kurangperawatan

diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran

yang dimaksutkan pada gangguan jiwa yaitu preubahan pores fikir yang

tidak realitistik.

Menurut Mukhripah Damaiyanti (2014),penyebab kurang perawatan

diri ada 2 faktor :

1. Faktor Predisposisi

a. Perkembangan

b. Biologis

c. Kemampuan realitas turun

d. Sosial

2. Faktor Presipitasi

2.4.8 Dampak defisit perawatan diri

Dampak masalah defisit perawatan menurutIsro’in & Andarmoyo,

(2012) sebagai berikut :

1. Dampak fisik

Gangguan fisik yang sering terjadi karena tidak terpeliharanya

personal hygiene dengan baik yang dapat muncul yaitu tumbuhnya

rambut pada kuku, gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku

Page 62: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

serta tubuh dapat mudah terserang infeksi yang menyebakan bau tidak

sedap.

2. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah Gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai,

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

Page 63: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

BAB 3

KERANGKA KONSEPETUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun tidak diteliti).

(Nursalam,2016). Adapun kerangka konsep pada penelitian ini dapat di lihat

pada gambar 3.1.

Keterangan :

: diteliti

: tidakditeliti

Gambar 3.1 : Kerangka konsep penelitian hubungan perawatan personal hygiene

dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa

Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang

45

Menurut Nanda-I (2015-2017) klasifikasi perawatan personal hygieneMandi1. Berhias2. Makan3. Eliminasi

Faktor-faktor perawatan personal hygiene1. Faktor Predisposisi :

biologis, perkembangan, sosial, kempuan, dan relitas turun.

2. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor kecemasan1. Threat(ancaman)2. Conflict (pertentangan)3. Fear (ketakutan)4. Umneed need (kebutuhan

tidak terpenuhi)

1. Baik :≥76-100%

2. Cukup : 56 –75%

3. Kurang : ≤ 50%

Skala Kecemasan Hamilton Anxiety

Rating scale (HARS)

1. < 14 : tidak ada kecemasan

2. 14 - 20 : kecemasan ringan

3. 21 - 27 : kecemasan sedang

4. 28 - 41 : kecemasan berat

5. 42 - 56 : kecemasan

Page 64: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

46

3.2 Hipotesis

Menurut La Biondo-wood dan Haber (dalam Nursalam, 2016) bahwa

hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan

peneliti. Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara

dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan

dalam penelitian dari pengertian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis

dalam penelitian ini sebagai berikut :

H0 : Tidak ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat

kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot

Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.

H1 : Ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan

keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan

Peterongan Kabupaten Jombang.

Page 65: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

BAB 4

METODE PENELITIAN

Cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan serta kegunaan

tertentu disebut dengan metode penelitian.Bab ini akan membahas serta

menguraikan tentang Penelitian dengan judul “hubungan perawatan personal

hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa (Studi di

Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang). Uraian pada bab ini

berisi tentang rancangan penelitian, yang berupa : jenis penelitian, desain

penelitian, waktu dan tempat, populasi, sampel sampling, kerangka kerja

identifikasi variabel, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, pengumpulan dan analisa data serta yang terakhir etika

penelitian (Sugiyono, 2017).

4.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini, yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif. Model

penelitian yang digunakan yakni non eksperimen yang dimaksud penelitian

ini adalah penelitian yang menggunakan angka, mulai dari pengumpulan

data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya. Penulis

bermaksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh etika, dan

independensi auditor terhadap kualitas audit (Arikunto, 2013).

4.2 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional. Cross sectional dapat diartikan sebagai penelitian dengan

mendapatkan data sesuai dengan kondisi dan saat penelitian berlangsung

berdasarkan pendekatan secara tranversal, sehingga pengumpulan data dari

47

Page 66: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

48

penelitian ini dapat dilakukan sekali atau pada waktu penelitian dilakukan

tanpa melihat latar belakang atau kejadian yang telah lalu maupun kejadian

yang akan datang. Penelitian analitik merupakan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan atau pengaruh antara variabel satu dengan yang

lain, maupun membandingkan atau mengetahui perbedaan satu variabel atau

lebih dilihat dari berbagai aspek atau sudut pandang (Siswanto, dkk. 2015).

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian

4.3.1 Waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2019 yang berupa

perencanaan “penyusunan proposal” dan berakhir pada Agustus 2019

sampai dengan penyusunan laporan akhir “Skripsi”.

4.3.2 Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Bongkot Kecamatan

Peterongan Kabupaten Jombang.

4.4 Populasi, Sampel dan Sampling

4.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (dalam Siswanto, 2015) menyatakan bahwa

populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, yang berupa wilayah

generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian dapat ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa sebanyak 36 di

Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.

Page 67: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

49

4.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono, (2013) menyatakn pengertian sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel

dapat diartikan sebagian jumlah yang lebih sedikit dari populasi yang

karakteristiknya hendak diselidiki, dan bisa mewakili keseluruhan

populasinya.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian keluarga yang

mempunyai penderita gangguan jiwa sebanyak 33 di Desa Bongkot

Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah

menggunakan rumus Slovin (Sugiyono,2015), Perhitungan besar sampel

sesuai dengan rumus Slovin sebagai berikut :

n= N1+N ¿¿

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N= Jumlah Populasi

a = Tingkat Kesalahan

n= N1+N ¿¿

¿36

1+36¿¿

¿36

1,09=33,02=33

Jadi jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 33

keluarga penderita gangguan jiwa di desa Bongkot Kecamatan Peterongan

Kabupaten Jombang.

Page 68: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

50

4.4.3 Sampling

Teknik pengambilan sampling dibagi menjadi dua kelompok

yaituprobability sampling dan non probability sampling (Sugiyono,2017).

Teknik probability sampling dalah teknik pengambilan sampel yang

memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Teknik probability sampling yang digunakan dalam penelitian

tepatnya simple random sampling. Simple random sampling adalah

pengambilan dimana anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara

acak Sugiyono,2017).

4.5 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan penjelasan tentang tahap-tahap yang

dilakukan dalam kegiatan ilmia yaitu kegiatan peneliti yang dimulai awal

hingga akhir kegiatan peneliti(Notoadmojdo,2010.

Page 69: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

51

Gambar 4.1 : Kerangka kerja hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang

Perumusan masalah

Penyusunan proposal

Pengumpulan data

Pengelolahan dataEditing,coding, scoring ,tabulating

Populasi :Semua keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa sebanyak 36 orang

Desain PenelitianDesain Penelitian yang di gunakan cross sectional

SampelSebagian keluarga yang mempunyai penderitagangguan jiwa sebanyak 33 orang

SamplingTeknik sampling yang digunakan Probability Sampling (Simple Random Sampling)

Simpulan

Analisa HasilUji spearman Rank menggunakan SPSS 16

Pengumpulan data variabel independen menggunakan kuisoner personal

hygiene

Pengumpulan data variabel dependen menggunakan kuisoner tingkat

kecemasan

Page 70: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

52

4.6 Identifikasi variabel

Variabel adalah Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012) serta sesuatu

yang dapat digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau

didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsel pengertian tertentu

(Notoatmodjo, 2012).

4.6.1 Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus,

predictor, antecedent. Variabel independen disebut juga variabel bebas.

Varibel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).

(Sugiyono 2015). Variabel independen pada penelitian ini adalah

perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa.

4.6.2 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output,

kriteria, dan konsekuen. Varibel Dependen (variabel terikat) adalah

varibel yang menjadi akibat dari variabel brebas atau bisa juga diartikan

sebagai variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas

(Sugiyono ,2015). Variabel dependen dari penelitian ini adalah tingkat

kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa.

Page 71: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

53

4.7 Definisi Oprasional

Definisi operasional sendiri berarti sebuah petunjuk pelaksanaan

bagaimana mengukur variable yang ada (Siswanto dkk, 2015). Peneliti dapat

membuat definsi oprasional sendiri sesuai dengan pemikiran sendri atau dapat

berkonsultas dengan para ahli, jika dalam literatur tidak terdapat definisi

operasionalnya (Nursalam, 2013).

Tabel 4.1 Definisi Operasional hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang

Variabel Definisi Operasional

Parameter Cara Ukur

Skala Skor / kriteria

Variabel independen : Perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa

Merupakan cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka

1. Mandi

2. Makan

3. Berpakaian/ berhias

4. Toileting

Kuesioner ORDINAL

Skor 1. Ya :12. Tidak : 0

Kiteria1. Baik :≥76-

100% 2. Cukup : 56 –

75%3. Kurang : ≤50%

(Nursalam. 2010)Variabel dependen :Tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa

Merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya

1. Perasaan Ansietas2. Ketegangan3. Ketakutan4. Gangguan Tidur5. Gangguan

Kecerdasan6. Perasaan Depresi7. Gejala Somatik

(Otot)8. Gejala Somatik

(Sensorik)9. Gejala

Kardiovaskuler10. Gejala

Respiratori11. Gejala

Gastrointestinal12. Gejala

Urogenital13. Gejala Otonom14. Tingkah Laku

Pada Wawancara

Kuesioner dengan skala

HARS

ORDINAL

Skor 1. Tidakada : 02. Ringan : 13. Sedang : 24. Berat : 35. Sangat berat : 4

Kriteria 1. Tidak

adakecemasan : < 14

2. Kecemasan ringan :14 - 20

3. Kecemasan sedang : 21 - 27

4. Kecemasan berat:28 - 41

5. Kecemasan sangat berat : 42 – 56

(Nursalam, 2013)

Page 72: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

54

4.8 Pengumpulan Data

4.8.1 Instrumen Penelitian

Salah satu kegiatan penelitianadalah pengumpulan data kegiatan

pengumpulan data dilakukan dengan teknik tertentu dan menggunakan alat

tertentu disebut instrumen penelitia. Data yang diperoleh dari proses

tersebut kemudian dihimpun ,ditata ,dianalisis untuk menjadi informasi

yang didapat menjelaskan fenomena atau keterkaitan fenomena . teknik

pengumpulan data secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu

teknik tes dan non tes (Kutmojojo,2009). Instrumen variabel independen

atau perawatan personal hygiene penderitagangguan jiwa adalah lembar

kuesioner, sedangkan pada variabel dependent atau tingkat kecemasan

keluarga penderitagangguan jiwa adalah lembar kuesioner.

Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul datayang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati(Sugiyono ,2014).

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah derajat ketepatan untuk membuktikan apakah

instrument penelitian valid. Penelitian ini uji validitas dengan

menggunakan spss 16 ini menggunakan pendekatan korelasi. Item soal

dikoreksi untuk menguji suatu validitas internal setiap item pernyataan

kuesioner yang disusun dalam bentuk skala. Taraf kesalahan

menguunakan yaitu 5% atau 0.05 dan r table.

Peneliti untuk menentukan uji validasi menggunakan rumus

Product Moment, sebagai berikut :

Page 73: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

55

rhitung=N ∑ XY −(∑ X )(∑Y )

√ {N∑ X2−(∑ X2} {N ∑ Y 2−(∑ Y 2 )}

Dimana:

rhitung = Skor validitas

∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total seluruh item

n = Jumlah responden (Sugiyono, 2010)

2. Uji Reabilitas

Pengertian Uji reabilitas adalah uji untuk menentukan apakah

instrumen penelitian reliabel.Untuk mengetahui apakah reabilitas adalah

dengan membandingkan nilai r hasil dengan r tabel.

Uji reabilitas sebagai nilai r hasil nilai adalah nilai “Cronbach’s

Alpha”. Ketentuannya bila r alpha>0,60, maka pernyataan tersebut

reliabel (Sugiyono, 2010). Rumus dalam menentukan perhitungan Uji

reabilitas,sebagai berikut :

r11=[ kk−1 ] .[1−∑ σ b

2

σ12 ]

Dimana:

r11 = Reabilitas instrumen

k = Banyaknya soal

∑σb2 = Jumlah varians butir

σ12 = Varians total (Sugiyono, 2010).

Page 74: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

56

4.8.2 Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian

(Notoadmojo, 2010).

1. Mengurusisurat perizinan pengantar studi penelitian dari Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Icme Jombang lalu ke BAAK Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan ICME Jombang.

2. Mengurus surat perizinan studi penelitian kepada Dinas kesehatan

Jombang.

3. Mengurussurat perizinan studi penelitian Pukesmas Dukuhklopo

Kecamatan Peterongan.

4. Menentukan pilihan responden penelitian yang sesuai dengan kriteria

sampel yang diacak secara simple random sampling.

5. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila bersedia

menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani inform consent.

6. Responden diberkan Kuesoner oleh peneliti,laludiberikan waktu kurang

lebih 30 menit untuk mengisi kuesioner.

7. Selanjutnya kuesioner di isi dan diarahkan oleh peneliti.

8. Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data.

9. Penyusunan laporan hasil penelitian.

4.8.2 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui

tahapan Editing, Skoring, Coding, dan Tabulating.

Page 75: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

57

1. Editing

Sebagai upaya menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih

lanjut Suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah

isian pada lembar pada pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik

(Nasir, 2011).

a. Kelengkapan jawaban, apakah setiap pertanyaan sudah ada

jawabannya

b. Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit

pengolahan data

c. Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan

maka editor harus menolaknya.

2. Coding

Coding yaitu pemberian kode-kode pada bentuk angka/ numerik/

nomor yang didapat diolah dengan program komputer. Coding

membantu mengindentifikasi dan melihat ariabel secara tepat

(Sulustyaningsih, 2011)

Kode Data Umum

1. Kode responden

Responden 1 = R1

Responden 2 = R2

Responden 3 = R3

2. Jenis kelamin

Laki-laki = J1

Perempuan = J2

Page 76: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

58

3. Kode umur

Umur 20-30 = U1

Umur 40-50 =U2

Umur ≥60 =U3

4. Peran Keluarga yang mendukung

Bapak = K1

Ibu =K2

Saudara perempuan =K3

Saudara laki-laki =K4

Istri =K5

Suami =K6

5. Pendidikan terakhir

Tidak sekolah =P1

SD =P2

SMP =P3

SMA =P4

PNS/PTS =P5

6. Status Perkawinan

Janda = S1

Duda =S2

Kawin =S3

Tidak kawin =S4

Kode data khusus

1. Kuesoner personal hygiene

Page 77: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

59

1. Pertanyaan personal hygiene (mandi) = P1

2. Pertanyaan personal hygiene (berhias) = P2

3. Pertanyaan personal hygiene (makan) = P3

4. Pertanyaan personal hygiene (toileting) = P4

Kode skor

a. Ya diberi nilai 1

b. Tidak diberi nilai: 2

Kode Kiteria

a. Baik : ≥76-100% diberi kode 1

b. Cukup : 55 –75% diberi kode 2

c. Kurang : ≤50% diberi kode 3

2. Kuesoner Tingkat kecemasan

1. Pertannyaan tingkat kecemasan (perasaan ansietas) =P1

2. Pertannyaan tingkat kecemasan (ketegangan) = P2

3. Pertannyaan tingkat kecemasan (ketakutan) = P3

4. Pertannyaan tingkat kecemasan (gangguan tidur) = P4

5. Pertannyaan tingkat kecemasan (gangguan kecerdasan) = P5

6. Pertannyaan tingkat kecemasan perasaan depresi = P6

7. Pertannyaan tingkat kecemasan gejala somatik (otot) = P7

8. Pertannyaan tingkat kecemasan gejala somatik (sensorik)= P8

9. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala kardiovaskuler) = P9

10. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala respiratori) = P10

11. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala gastrointestinal) = P11

12. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala urogenital) = P12

Page 78: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

60

13. Pertannyaan tingkat kecemasan (gejala otonom) = P13

14. Pertannyaan tingkat kecemasan (tingkah laku pada wawancara) =

P14

Kode Skor

a. Tidak ada diberi skor 0

b. Ringan diberi skor 1

c. Sedang diberi skor 2

d. Berat diberi skor 3

e. Sangat berat diberi skor 4

Kode Kriteria

a. Tidak ada kecemasan : < 14 diberi kode 1

b. Kecemasan ringan :14 – 20 diberi kode 2

c. Kecemasan sedang : 21 - 27 diberi kode 3

d. Kecemasan berat :28 – 41 diberi kode 4

e. Kecemasan sangat berat :42 – 56 diberi kode 5

3. Scoring

Scoring adalah memberikan nilai berupa angka pada jawaban

pertanyaan untuk memperoleh data. Skala yang digunakan oleh kedua

variabel adalah skala ordinal dengan pemberian scor sebagai berikut :

Untuk variabel independent personal hygiene pada penderita

gangguan jiwa di desa dukuhklopo kecamatan peterongan

1. Skor

a. Ya diberi nilai 1

b. Tidak diberi nilai: 2

Page 79: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

61

2. Kiteria

a. Baik : ≥76-100%

b. Cukup : 56 –75%

c. Kurang : ≤50%

Untuk variabel dependent tingkat kecemasan pada penderita

gangguan jiwa di Desa Dukuhklopo Kecamatan Peterongan

1. Skor

a. Tidak ada diberi skor 0

b. Ringan diberi skor 1

c. Sedang diberi skor 2

d. Berat diberi skor 3

e. Sangat berat diberi skor 4

2. Kriteria

a. Tidak ada kecemasan : < 14

b. Kecemasan ringan :14 – 20

c. Kecemasan sedang : 21 - 27

d. Kecemasan berat :28 – 41

e. Kecemasan sangat berat : 42 - 56

4. Tabulating

Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi (Nasir, 2011). Tabulasi pada penelitian yaitu peneliti

mentabulasi hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi.

0% : Tidak seorangpun

1-25% : Sebagian kecil

Page 80: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

62

26-49% : Hampir setengahnya

50% : Setengahnya

51-74% : Sebagian besar

75-99% : Hampir seluruhnya

100% : Seluruhnya (Nursalam, 2013).

4.8.3 Analisis data

1. Analisis Univariat

Univaret untuk menjelaskan deskripsi karateristik semua variabel

penelitian. Bentuk analisis univariat menurut dari jenis datanya . data

numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi

(Notoadmodjo,2010).

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian. Analisis univariat bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik tiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2010).

Menurut (Nursalam, 2013) analisis univariat dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus :

P= FN

× 100 %

Keterangan : P = Persentase ketegori

F = Frekuensi kategori

N = Jumlah responden

Hasil presentase pada tiap kategori dapat dideskripsikan dengan

menggunakan kategori sebagai berikut (Nursalam, 2013) :

Page 81: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

63

0% : Tidak seorangpun

1-25% : Sebagian kecil

26-49% : Hampir setengahnya

50% : Setengahnya

51-74% : Sebagian besar

75-99% : Hampir seluruhnya

100% : Seluruhnya

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi yang dapat dilakukan

dengan pengujian statistik (Notoatmdjo, 2010).Analisis bivariat dalam

penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adakah hubungan perawatan

personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderitan

gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten

Jombang. Dalam analisis bovariat pada penelitian ini menggunakan uji

statistik Rank Spearmandengan derajat kepercayaan 95%. Uji Rank

Spearmanmengunakan SPSS yaitu mengukur tingkat atau eratnya

hubungan antara dua variabel berskala dengan membandingkan nilai.

Kriteria dalam pengambilan keputusa hasil uji stastik ini sebagai

berikut :

1. Bila p=≤α ( 0,05 ) maka H0 ditolak, H1 diterima

2. Bila p=≥α ( 0,05 ) H0 diterima, H1 ditolak

Page 82: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

64

4.9 Etika Penelitian

Penelitian dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika

penelitian meliputi (Hidayat, 2011) :

1. Informed Consent

Informed Consent adalah surat persetujuan, sebelum melakukan

penelitian, peneliti memberikan penjelasan dan tujuan penelitian secara

jelas kepada responden tentang penelitian yang akan dilakukan. Apabila

responden setuju makan diminta untuk mengisi lember persetujuan dan

menandatanganinya, dan sebaliknya jika responden tidak bersedia, maka

peneliti tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya.Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu.

Page 83: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari

pengumpulan data yang telah dilaksanakan mulai tanggal 28 Juni 2019 mengenai

“hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga

penderita gangguan jiwa” telah dilaksanakan di Desa Bongkot Kecamatan

Peterongan Kabupaten Jombang dengan jumlah responden sebesar 33 keluarga

penderita gangguan jiwa. Hasil penelitian dibagi menjadi dua bagian yakni data

umum dan data khusus. Data umum berisi tentang karakteristik responden seperti

jenis kelamin,umur, peran keluarga penderita gangguan jiwa, pendidikan terakhir,

dan status perkawinan. Data khususnya merupakan perawatan personal hygiene

dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa. Data-data tersebut

akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang mewakili karakteristik

responden.

5.1 Hasil Penelitian

5.2.1 Data umum

1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin keluarga penderita gangguan jiwadi Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019.

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)1 Laki-laki 15 45,52 Perempuan 18 54,5

Total 33 100,0Sumber Data Primer

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga

penderita gangguan jiwa berjenis kelamin perempuan sejumlah 18

responden dengan persentase 54,5%.

65

Page 84: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

66

2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019

No. Umur Frekuensi Persentase (%)1 26- 35Tahun 17 51,52 36-45 Tahun 12 36,43 46-55 Tahun 2 6,054 56-65Tahun 2 6,05

Total 33 100,0Sumber Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar umur

keluarga gangguan jiwa 26- 35 tahun sejumlah 17 responden dengan

persentase 51,5%.

3. Distribusi Frekuensi Peran Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Yang

Mendukung

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peran keluarga yang mendukung penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019

No. Peran Keluarga Frekuensi Persentase (%)1. Bapak 5 15,22 Ibu 4 12,13 Saudara Perempuan 13 39,44 Saudara laki-laki 9 27,35 Istri 1 3,06 Suami 1 3,0

Total 33 100,0Sumber Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir setengahnya

peran keluarga penderita gangguan jiwa yang mendukung adalah

saudara perempuan dengan jumlah 13 responden dengan persentase

39,4%.

Page 85: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

67

4. Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden pendidikan terakhir keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019

No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)1. Tidak sekolah 2 6,12 SD 5 15,23 SMP 22 66,74 SMA 4 12,05 PNS/PTS 0 0

Total 33 100Sumber Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga

penderita gangguan jiwa pendidikan terakhir adalah SMP sejumlah 22

responden dengan persentase 66,7%.

5. Distribusi Frekuensi Status Perkawinan

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden status perkawinan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019

No. Status Perkawinan Frekuensi Persentase (%)1. Janda 4 12,1

2 Duda 1 3,0

3 Kawin 26 78,84 Tidak kawin 4 6,1

Total 33 100Sumber Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

keluarga penderita gangguan jiwa status perkawinan adalah kawin

sejumlah 26 responden dengan persentase 78,8%.

Page 86: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

68

5.2.2 Data Khusus

1. Distribusi Frekuensi Perawatan personal hygiene keluarga pada penderita

gangguan jiwa

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perawatan personal hygiene keluarga pada penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019

No. Personal Hygiene Frekuensi Persentase (%)1 Baik 12 36,42 Cukup 15 45,53 Kurang 6 18,1

Total 33 100,0 Sumber Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir setengahnya

perawatan personal hygiene kriteria cukup sejumlah 15 responden

dengan persentase 45,5%.

2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga Penderita Gangguan

Jiwa

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019

No. Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)1. Tidak ada kecemasan 11 33.42 Kecemasan ringan 18 54,53 Kecemasan sedang 4 12,14 Kecemasan berat 0 05 Kecemasan sangat berat 0 0

Total 33 100,0 Sumber Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat

kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa adalah kecemasan ringan

sejumlah 18 responden dengan persentase 54,5%.

Page 87: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

69

3. Hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan

keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan

Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi tabulasi silang hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang bulan Juni 2019

Personal Hygiene

Tingkat kecemasanTidakAda

Ringan Sedang Berat SangatBerat Jumlah Total

∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %Baik 7 21,2 5 15,2 0 0 0 0 0 0 12 36,4

%Cukup 3 9,1 9 27,3 3 9,1 0 0 0 0 17 45,5

%Kurang 1 3,0 4 12,1 1 3,0 0 0 0 0 4 18,1

%Jumlah 11 33,3 18 54,5 4 12,2 0 0 0 0 33 100%

Spearman Rank p value 0,01

Sumber Data Primer

Berdasarkan tabel 5.8 yang pertama dapat di ketahui bahwa sebagian

besar tingkat kecemasan keluarga adalah kecemasan ringan dengan

jumlah 18 responden dengan persentase 54,5% dengan kriteria

perawatan personal hygiene baik ada 5 responden dengan persentase

15,2%, perawatan personal hygiene cukup ada 9 responden dengan

persentase27,3% dan terakhir perawatan personal hygiene kurang ada 4

responden dengan persentase 3,0%.

Berdasarkan tabel 5.8 yang kedua dapat di ketahui bahwa hampir

setengahnya tingkat kecemasan keluarga adalah tidak ada kecemasan

dengan jumlah 11 responden dengan persentase 33,3% dengan kriteria

perawatan personal hygiene baik ada 7 responden dengan persentase

21,2%, perawatan personal hygiene cukup ada 3 responden dengan

Page 88: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

70

persentase 9,1% dan terakhir perawatan personal hygene kurang ada 1

responden dengan persentase3,0%.

Berdasarkan tabel 5.8 yang terakhir dapat di ketahui bahwa sebagian

kecil tingkat kecemasan keluarga adalah kecemasan sedang dengan

jumlah 9 responden dengan persentase 12,2% dengan kriteria perawatan

personal hygiene baik ada 0 responden dengan persentase 0%, perawatan

personal hygiene cukup ada 3 responden dengan persentase 9,1% dan

terakhir perawatan personal hygene kurang ada 1 responden dengan

persentase 3,0%.

Hasil penelitian menggunakan uji Spearman rank test menunjukkan

nilai probabilitas atau taraf kesalahan (p : 0,01) jauh lebih kecil dari

standart signifikan (α : 0,05) maka H1 diterima dan H0 di tolak yang

berarti ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat

kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot

Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Perawatan personal hygiene keluarga pada penderita gangguan jiwa

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir setengahnya

personal hygiene kriteria cukup sejumlah 15 responden dengan persentase

45,5%.

Peneliti berpendapat perawatan personal hygiene kriteria cukup

dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, umur, peran keluarga, status

pendidikan terakhir, dan status perkawinan. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa

sebagian besar keluarga penderita gangguan jiwa berjenis kelamin

Page 89: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

71

perempuan sejumlah 18 responden dengan persentase 54,5%. Sifat

perempuan lebih penyayang dan penyabar daripada laki-laki. Perbedaan

jenis kelamin berhubungan dengan perawatan personal hygiene penderita

gangguan jiwa. Sifat penyanyang dan penyabar terkadang sesuai dengan

emosional yang dialami oleh perempuan. Emosional yang tidak baik dapat

mempengaruhi perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa.

Perempuan yang mengalami emosional yang tidak baik, bisa jadi melakukan

perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa tidak total.

Kesimpulannya adalah jenis perempuan dapat mempengaruhi perawatan

personal hygiene kriteria cukup.

Pendapat peneliti perawatan personal hygiene cukup salah satunya

dipengaruhi oleh faktor umur. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian

besar umur keluarga gangguan jiwa 26- 35 tahun sejumlah 17 responden

dengan persentase 51,5%. Umur 26-35 tahun merupakan kategori dewasa

awal. Dewasa awal merupakan proses peralihan dari remaja akhir. Umur 26-

35 dapat mempengaruhi motivasi dalam perawatan personal hygiene. Umur

26-35 tahun bisa dikatakan diantara labil dan tidak labil dalam mengontrol

emosional. Umur 26-35 tahun juga masih sangat rentang pada keadaan

mementingkan diri sendiri lebih menonjol. Keadaan tersebut dapat

mempengaruhi keluarga dalam perawatan personal hygiene terbilang belum

optimal atau setengah-setengah, sehingga dapat disimpulkan perawatan

personal hygiene pada penderita gangguan jiwa yaitu kriteria cukup.

Peneliti berpendapat perawatan personal hygiene kriteria cukup

dipengaruhi oleh faktor peran keluarga yang mendukung. Tabel 5.3

Page 90: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

72

menunjukkan bahwa hampir setengahnya peran keluarga penderita

gangguan jiwa yang mendukung adalah saudara perempuan dengan jumlah

13 responden dengan persentase 39,4%. Kebanyakan keluaraga saudara

tidak setotal ibu dalam merawat anaknya. Sifat penyayang dan penyabar saat

merawat anggota keluarga yang sakit kebanyakan dimiliki ibu. Ibu dapat

merawat anaknya secara total salah satuhnya dalam perawatan personal

hygiene pada penderita gangguan jiwa. Saudara perempuan bukan berarti

tidak total dalam perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa.

Penderita gangguan jiwa yang dirawat saudara perempuan ada yang kriteria

baik tapi sedikit. Saudara perempuan cukup lebih baik dalam melakukan

perawatan personal hygiene daripada saudara laki-laki. Pendapat peneliti

diatas dapat disimpulkan bahwa saudara perempuan yang berperan dalam

perawatan personal hygiene penderita gangguan jiwa rata-rata perawatan

personal hygiene kriteria cukup.

Peneliti berpendapat personal hygiene kriteria cukup dipengaruhi

faktor pendidikan. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga

penderita gangguan jiwa pendidikan terakhir adalah SMP sejumlah 22

responden dengan persentase 66,7%. Peneliti berpendapat pendidikan

menentukan pengetahuan responden semakin tinggi tingkat pendidikan

semakin besar pengetahuannya. Semakin tinggi pendidikan dan pengetahun

seseresponden semakin besar responden tersebut memperhatikan perawatan

personal hygiene buat diri sendiri ataupun keluarga. Responden yang

mempunyai pengetahuan yang tinggi lebih mengerti bahwa personal hygiene

sangatlah penting untuk dijaga agar terhindar dari beberapa penyakit.

Page 91: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

73

Pendidikan terakhir SMP sangatlah minim pengetahuan salah satunya

perawatan personal hygiene. Keluarga bisa jadi tidak terlalu mementingkan

perawatan personal hygiene pada penderita gangguan jiwa karena tidak

mengerti terhadap dampak personal hygiene. Perawatan personal hygiene

yang cukup artinya tidak baik ataupun tidak buruk tetapi personal hygiene

yang cukup tidak meningkatkan kualitas hidup penderita gangguan jiwa

dalam taraf kesehatannya. Personal hygiene yang cukup, bahkan dapat

berisiko mendapatkan permasalahan kesehatan. Kesimpulanya status

pendidikan SMP dapat mempengaruhi perawatan personal hygiene cukup

Peneliti berpendapat faktor status perakawinan berpengaruh

perawatan personal hygiene kriteria cukup. Tabel 5.5 menunjukkan bahwa

hampir seluruhnya keluarga penderita gangguan jiwa status perkawinan

adalah kawin sejumlah 26 responden dengan persentase 78,8%. Peneliti

berpendapat keluarga penderita gangguan jiwa yang berstatus kawin

mempunyai kesibukan sendiri seperti mengurus keluarga kecilnya (suami

ataupun anak-anaknya). Kesibukan untuk mengurus keluarga yang dimiliki

membuat perawatan personal hygiene tidak total, sehingga perawatan

personal hygiene pada penderita gangguan jiwa kriteria cukup.

Perawatan personal hygine kriteria cukup bisa di lihat dari jumlah

nilai antara nilai tertinggi dan terendah dari tabullasi kuesioner personal

hygiene. Personal hygiene cukup terdapat pada parameter tiga dan empat

dengan jumlah nilai 143 dan 79. Peneliti berpendapat dari segi kuesioner

parameter ke tiga tentang mandi dengan kategori cukup dengan jumlah 149

rata-rata 4,5 bisa jadi sebagian keluarga tidak bisa memantau secara

Page 92: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

74

menyeluruh ketika penderita gangguan jiwa melakukan personal hygiene

mandi secara optimal. Keluarga kemungkinan sebatas tau dan puas ketika

penderita sudah masuk kamar mandi tanpa tahu apa penderita mandi

menggunakan sabun, apa penderita saat mandi menggosok gigi, apa

penderita mandi membasuh badan dengan air sampai merata,apa penderita

menggosok badan dengan air dan sabun sampai merata, apa penderita

setelah mandi mengeringkan badan dengan handuk, apa penderita setelah

mandi bisa menaruh kembali perlatan mandi dengan benar.

Peneliti berpendapat dari segi kuesioner ke empat dengan parameter

toileting tentang BAK/BAB kategori cukup dengan jumlah nilai 79 rata-rata

2,39. Parameter toileting cukup bisa disebabkan anggapan mereka terhadap

bab atau bak merupakan hal yang tabuh dan mengerihkan serta menjijikan.

Keluarga bukan tidak memperhatikan atau tidak membantu perawatan tapi

mereka dalam membantu bisa dikatakan setengah-setengah sehingga

hasilnya tidak baik ataupun tidak kurang atau bisa dikatakn cukup. Keluarga

mungkin hanya memberikan perawatan dalam pengarahan kalau bab/bak

harus di toilet tanpa harus memperhatikan apa penderita dapat

mempersiapkan peralatan untuk toileting (BAB/BAK), apa penderita saat

bab/bak melepas pakain bawah, apa penderita setelah toileting melakukan

kebersihan diri atau cebok, dan apa penderita menyiram kamar mandi atau

toilet setelah bab/bak.

Rata-rata paling rendah terdapat pada parameter satu yaitu

berpakain/berhias dengan jumlah nilai 76 dengan rata-rata 2,30. Rata-rata

paling tinggi pada parameter 2 dua yaitu makan dengan jumlah nilai 149

Page 93: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

75

dengan rata-rata 4,5. Saran untuk keluarga penderita gangguan jiwa harus

sesering mungkin mendapatkan edukasi, penyuluhan kesehatan serta

mendapatkan dukungan dari pihak responden lain (tenaga kesehatan ataupun

keluarga) untuk selalu melakukan perawatan personal hygiene dengan baik

agar terciptanya taraf kesehatan maksimal pada penderita gangguan jiwa

sehingga kualitas hidupnya lebih baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Marselina pada tahun 2016 yang

berjudul “hubungan dukungan keluarga dengan status personal hygiene pada

pasien gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas Wonokerto Kabupaten

Pekalongan” menunjukan hasil bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

personal hygiene yaitu dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui dukungan keluarga dengan status personal hygiene pada

penderita gangguan jiwa. Desain penelitian deskriptif korelatif melalui

pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan

quota sampling dengan jumlah 82 responden. Alat pengumpulan data

menggunakan kuesioner dan uji statistik yang digunakan uji chi square.

Hasil uji statistik didapatkan nilai value sebesar 0,001 (0,05), dapat

disimpulkan hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan status personal hygiene pada penderita

gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas Wonokerto Kabupaten

Pekalongan.

Penelitian Meisaroh pada tahun 2014 yang berjudul “personal

hygiene pada penderita gangguan jiwa di Poli Rsj Dr. Radjiman

Wediodiningrat Lawang” didapatkan hasil bahwa hampir setengah keluarga

Page 94: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

76

responden penelitian yang mengalami gangguan jiwa, memiliki personal

hygieneyang kuat yaitu sebanyak 32 responden (42,1%). Kemandirian dari

penderita jiwa dalampelaksanaan personal hygiene dapat dipengaruhi oleh

jenis kelamin,usia anggota keluarga, pendidikan anggota keluarga dan

pekerjaan anggota keluarga.

5.3.2 Tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat

kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa adalah kecemasan ringan

sejumlah 18 responden dengan persentase 54,5%.

Pendapat peneliti kecemasan ringan yang dialami keluarga bisa jadi

faktor jenis kelamin, umur, peran keluarga, status pendidkan, dan status

perkawinan. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga

penderita gangguan jiwa berjenis kelamin perempuan sejumlah 18responden

dengan persentase 54,5%. Peneliti berpendapat perempuan sangatlah

emosional mereka sering mengalami emosional yang muncul dalam diri

sendri atau situasi yang berada diluar diri sendiri. Perempuan seringkali

berfikir dengan perasaan, perasaan yang di anggap berbahaya akan

menyebabkan suatu kecemasan. Pendapat peneliti perempuan meskipun

emosional tetapi perempuan memiliki rasa peduli dan penyanyang lebih baik

dari pada laki-laki. Rasa penyanyang dan peduli apalagi pada keluarga yang

dimiliki perempuan tersebut mengurangi rasa cemas sehingga kecemasan

yang yang terjadi yaitu cemas ringan.

Peneliti berpendapat perempuan atau laki-laki yang berusia atau

berumur <40 tahun khususnya bagi perempuan mereka masih belum matang

Page 95: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

77

dalam segi emosional. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar umur

keluarga gangguan jiwa 26-35 tahun sejumlah 17 responden dengan

persentase 51,5%. Umur 26-35 tahun mereka sering mengalami kecemasan,

apalagi mereka mempunyai anggota keluarga gangguan jiwa maka

kecemasan akan lebih tinggi di banding keluarga yang tidak mempunyai

anggota gangguan jiwa. Umur 26-35 tahun meskipun rentang mengalami

emosional tetapi, umur 26-35 lebih dewasa menyikapi. Sikap dewasa

tersebut pada umur 26-35 tahun merupakan proses pembelajran dari masa-

masa remaja ke masa dewasa awal. Kesimpulannya umur 26-35 tahun meski

emosional tetapi, memiliki sikap lebih dewasa dan peduli sehingga

kecemasan yang dialami yaitu kriteria ringan.

Pendapat peneliti selain umur, status perkawinan berpengaruh

terhadap tingkat kecemasan. Keluarga yang umur 26- 35 tahun ada yang

belum kawin dan ada yang sudah kawin bahkan ada yang janda ataupun

duda. Status perkawinan keluarga pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa

hampir seluruhnya keluarga penderita gangguan jiwa status perkawinan

adalah kawin sejumlah 26 responden dengan persentase 78,8%. Keluarga

penderita gangguan jiwa yang berstatus kawin bukan hanya cemas terhadap

diri sendiri, melainkan mencemaskan pasangan dan anaknya. Kecemasan

pada keluarga terjadi apabila timbulnya suatu gejala abnormal penderita

gangguan jiwa yang membuat situasi kurang menyenangkan bahkan kurang

menguntungkan yang bisa melukai salah satu anggota keluarga yang lain.

Kecemasan bukan hanya, timbul karena ancaman, ketakutan di pukul atau di

lukai. Kecemasan keluarga juga timbul karena keluarga khawatir tentang

Page 96: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

78

masa depan dan kesehatan mental kerabat mereka semakin memburuk.

Kesimpulanya kecemasan yang terjadi pada keluarga penderita gangguan

jiwa bisa diartikan masih ada kata peduli sehingga kecemasan yang dialami

ringan.

Pendapat peneliti faktor status pendidikan berpengaruh terhadap

tingkat kecemasan ringan. Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar

keluarga penderita gangguan jiwa pendidikan terakhir adalah SMP sejumlah

22 responden dengan persentase 66,7%. Status pendidikan terakhir SMP

yang melatar belakangi keluarga berfikir pendek, dimana menganggap

penderita gangguan jiwa berbahaya dan pengetahuan bagaimana cara

menyikapi anggota keluarga penderita gangguan jiwa sangatlah minim.

Pengetahuan yang minim tetapi masih pernah mendapatkan pendidikan di

SMP apabila diberkan edukasi keluarga masih mampu memahami.

Kesimpulanya meski status pendidikan SMP yang rata-rata minim

pengetahuan tetapi jika, di beri edukasi dapat memahami kecemasan yang

dialami yaitu ringan.

Kecemasan ringan bisa dilihat dari tabulasi data khusus kuesioner

tingkat kecemasan pada parameter satu, dua, tiga, empat, dengan nilai rata-

rata 2. Peneliti berpendapat dari sisi kuesioner parameter pertama tentang

perasaan cemas.parameter perasaan cemas merupakan dampak psikologis

yang terdiri dari 4 indikator yaitu cemas, firasat buruk,takut akan pikiran

sendiri, dan mudah tersinggung didapatkan jumlah nilah 67 rata-rata

2dikatakan kategori tingkat kecemasan ringan. Kecemasan ringan diperoleh

dari kebanyakan keluarga member skor 2 pada indikator cemas dan takut

Page 97: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

79

pada pikiran sendiri.Peneliti menarik kesimpulan bahwa keluarga belum bisa

menghilangkan peryataan buruk tentang penderita gangguan jiwa. Keluarga

cemas bukan hanya pada diri sendiri, melainkan juga cemas terhadap

keluarga yang lain, dan cemas terhadap penderita gangguan jiwa. Cemas

tersebut menimbulkan ketakutan pada pikiran sendiri. Ketakutan seperti di

pukul, ketakutan pengeluaran biaya sangat banyak, dan ketakutan tentang

masa depan keluarga serta masa depan penderita gangguan jiwa. Cemas dan

ketakutan pada pikiran sendiri sebagai salah satu penyebab timbulnya

ketegangan. Keluarga menunjukan gejala psikologis yaitu ketegangan

merupakan parameter ke dua dari kuesioner tingkat kecemasan yang

mempunyai 7 indikator yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat tenang,

mudah terkejut, gemeteran , dan gelisah dengan jumlah nilai 67 rata-rata

2,03.

Peneliti bependapat parameter ke tiga tentang ketakutan ada 6

indikator yaitu ketakutan pada gelap, ketakutan pada responden asing,

ketakutan ditinggal sendiri, ketakutan pada binatang besar , ketakutan

keramaian lalu lintas, dan kerumunan banyak dengan jumlah nilai 66 rata-

rata 2,0. Indikator yang sering diberi skor 2 yaitu ketakutan pada gelap,

ketakutan ditinggal sendiri dan ketakutan pada kerumunan responden

banyak. Timbul kecemasan ringan pada parameter ketakutan bisa jadi karena

keluarga, jika beraada pada kegelapan contohnya mati lampu akan

menyebabkan seseuatu kejadian yang tak terduga seperti penderita gangguan

jiwa bisa hilang, bisa mengamuk bahkan melukai anggota keluarga yang

lain. Penyebab ketakutan pada kegelapan juga bisa menjadi penyebab

Page 98: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

80

ketakutan keluarga ketika di tinggal sendiri. Ketakutan pada kerumun

responden banyak sering keluarga alami bisa jadi karena bullying dari

responden lain bahkan sampai pernah di pukul responden lain.

Parameter ke tiga yaitu ketakutan, keluarga penderita merasa

ketakutan apabila ditinggal sendiri dan ketakutan pada keadaan gelap.

Kecemasan ringan yang timbul pada indikator tersebut bisa jadi karena

ketakutan terhadap situasi yang buruk terhadap diri sendiri melainkan

ketakutan akan sesuatu hal buruk yang akan menimpah penderita gangguan

jiwa. Parameter ke lima tentang gangguan kecerdasan terdapat 2 indikator

yaitu sukar kosentrasi dan daya ingat buruk dengan jumlah nilai 66 rata-rata

2.

Rata-rata nilai paling rendah terdapat pada parameter empat yaitu

gangguan tidur dengan jumlah nilai 34 rata 1,04, parameter tujuh yaitu

gejala somatik dengan jumlah nilai 2 rata-rata 0,06, parameter delapan yaitu

gejala sensorik dengan jumlah nilai 2 rata-rata 0,06, parameter sembilan

yaitu gejala kardiovaskuler dengan jumlah nilai 44 rata-rata 1,03,parameter

sepuluh yaitu gejala respiratori dengan jumlah nilai 2 rata-rata 0,06,

parameter sebelas yaitu gejala gastrointestinal dengan jumlah nilai 2 rata-

rata 0,06, parameter dua belas gejala urogenital dengan jumlah nilai 1 rata-

rata 0,03, parameter tiga belas yaitu gejala otonom dengan jumlah nilai 37

rata-rata 1,1, dan terakhir parameter empat belas yaitu gejala tingkah laku

pada wawancara dengan jumlah nilai 31 rata-rata 0,9. Peneliti berpendpat

parameter yang rendah merupakan gejala fisik. Responden yang mengalami

kecemasan yang paling banyak menyerang gejala psikologis. Rata paling

Page 99: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

81

tinggi ada di parameter enam yaitu perasaan deperesi dengan jumlah nilai 99

rata-rata 3.

Penelitian Guswani pada tahun 2018 yang berjudul “hubungan

pengetahuan dan sikap keluarga dengantingkat kecemasan dalam merawat

anggotakeluarga yang mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja

Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung” menunjukan hasil bahwa dari

48 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan tingkat kecemasan

sedang sebanyak 5responden (13,9%), dan pengetahuan rendah dengan

tingkat kecemasan sedang sebanyak 11responden (91,7%). Berdasarkan

hasil uji statisti chi-square di dapat p value = 0,000 jika dibandingkan

dengan a = 0,01maka p value <0,01 maka ada hubungan bermakna antara

pengetahuan dengan tingkat kecemasan.

Penelitian Ulfah pada tahun 2010 yang berjudul“faktor-faktor yang

berhubungan dengan kecemasan keluarga padaklien halusinasi di Badan

Pengelola Rumah Sakit Dadi Makasar”. Faktor yang dapat menimbulkan

kecemasan yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, dan status ekonomi.

5.3.3 Hubungan Perawatan Personal Hygiene Dengan Tingkat Kecemasan

Keluarga Penderita Gangguan Jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan

Berdasarkan tabel 5.8 yang pertama dapat di ketahui bahwa

sebagian besar tingkat kecemasan keluarga adalah kecemasan ringan dengan

jumlah 18 responden dengan persentase 54,5% dengan kriteria perawatan

personal hygiene baik ada 5 responden dengan persentase 15,2%, perawatan

personal hygiene cukup ada 9 responden dengan persentase 27,3% dan

Page 100: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

82

terakhir perawatanpersonal hygene kurang ada 4 responden dengan

persentase 3,0%.

Berdasarkan tabel 5.8 yang kedua dapat di ketahui bahwa hampir

setengahnya tingkat kecemasan keluarga adalah tidak ada kecemasan

dengan jumlah 11 responden dengan persentase 33,3% dengan kriteria

perawatan personal hygiene baik ada 7 responden dengan persentase 21,2%,

perawatan personal hygiene cukup ada 3 responden dengan persentase 9,1%

dan terakhir perawatan personal hygene kurang ada 1 responden dengan

persentase3,0%.

Berdasarkan tabel 5.8 yang terakhir dapat di ketahui bahwa sebagian

kecil tingkat kecemasan keluarga adalah kecemasan sedang dengan jumlah 9

responden dengan persentase 12,2% dengan kriteria perawatan personal

hygiene baik ada 0 responden dengan persentase 0%, perawatan personal

hygiene cukup ada 3 responden dengan persentase 9,1% dan terakhir

perawatan personal hygene kurang ada 1 responden dengan persentase

3,0%.

Hasil penelitian menggunakan uji Spearman rank test menunjukkan

nilai probabilitas atau taraf kesalahan (p : 0,01) jauh lebih kecil dari

standart signifikan (α : 0,05) maka H1 diterima dan H0 di tolak yang berarti

ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan

keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan

Kabupaten Jombang.

Peneliti berpendapat berdasarkan yang telah di teliti semakin sedikit

tingkat kecemasan maka semakin baik personal hygiene. Tingkat

Page 101: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

83

kecemasan dan personal hygiene berhubungan dengan jenis kelamin,

umur, pendidikan dan status pernikahan. Peneliti berpendapat jenis

kelamin perempuan lebih rentang mengalami kecemasan tetapi ringan dan

jenis kelamin perempuan bisa jadi salah satu faktor perawatan personal

hygiene cukup. Peneliti berpendapat peran keluarga saudara perempuan

yang mengalami kecemasan ringan, tidak total dalam melakukan

perawatan personal hygiene sehingga perawatan personal hygiene kriteria

cukup. Peneliti berpendapat umur perpengaruh pada tingkat kecemasan

dan perawatan personal hygiene. Umur 26-35 meskipun rentang

mengalami kecemasan tetapi kecemasan yang dialami ringan karena pada

umur 26-35 tahun terjadi proses pematangan sikap sehinggan perawatan

personal hygiene yaitu kriteria cukup.

Peneliti berpendapat pendidikan juga berikatan juga dengan tingkat

kecemasan dan personal hygiene semakin tinggi pendidikan semakin

tinggi pula pengethuan sehingga semakin kecil mengalami kecemasan dan

semakin baik personal hygiene, apabila ada suatu keterkaitan dapat

disimpulakan ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat

kecemasan.

Penelitian Marselina tahun 2016 yang berjudul “hubungan dukungan

keluarga dengan status personal hygiene pada penderitagangguan jiwa di

Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto Kabupaten Pekalongan” menunjukan

hasil bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu

dukungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan

keluarga dengan status personal hygiene pada penderita gangguan jiwa.

Page 102: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

84

Desain penelitian deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional.

Teknik pengambilan sampel menggunakan quota sampling dengan jumlah

82 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan uji

statistik yang digunakan Uji Chi Square. Hasil uji statistik didapatkan nilai

value sebesar 0,001 (0,05), dapat disimpulkan hasil penelitian ini

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan status personal hygiene pada penderita gangguan jiwa di wilayah

kerja Puskesmas Wonokerto I Kabupaten Pekalongan. Saran agar tenaga

kesehatan hendaknya meningkatkan penyuluhan kepada penderita gangguan

jiwa dan keluarga tentang manfaat pentingnya menjaga personal hygiene,

serta pentingnya dukungan dari keluarga bagi penderita gangguan jiwa

dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene.

Penelitian Risnasari tahun 2012 yang berjudul “tingkat kecemasan

keluarga dalam menghadapi anggotakeluarga penderita gangguan jiwa di

Poli Jiwa Rumah SakitBhayangkara KotaKediri”. Jenis penelitian ini

menggunakan rancangan deskriptif dengan jumlah populasi 20 responden,

teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling.Instrument yang

dipakai dalampenelitian ini berupa kuesioner.Hasil penelitian menunjukkan

bahwa 5% responden tidak mengalami kecemasan, 40% respon den

mengalami kecemasan ringan,25% responden mengalami kecemasan

sedang, dan 30% responden mengalami kecemasan berat. Responden yang

mengalami kecemasan tersebut disebabkan karena ketakutannya terhadap

perubahan tingkah laku yang terdapat pada anggota keluarganya. Besar

kecilnya kecemasan tergantung dari berat kecilnya gejala yang ditimbulkan

Page 103: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

85

pasien dan tergantung dari bagaiman keluarga menyikapi gejala yang di

timbulkan pasien.

Penelitian Putra tahun 2018 tentang “hubungan karakteristik

keluarga dengantingkat ansietas saat menghadapikekambuhan pasien

gangguan jiwa”. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara

karakteristik pekerjaan (pvalue=0,029), penghasilan (pvalue=0,040),dan tipe

keluarga (pvalue=0,027) dengan tingkat ansietas keluarga saat menghadapi

kekambuhan klien gangguan jiwa, sedangkan karakteristik pendidikan

(pvalue=0,390), status hubungan (pvalue=0,587), tahap perkembangan

keluarga(pvalue=0,482), dan etnis budaya (pvalue=a) tidak ada hubungan.

Karateristik keluarga seperti pendidikan berhubungan dengan tingkat

kecemasan saat menghadapi kekambuhan keluarga.

Page 104: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dari penelitian dan pembahasan dan Hubungan

Perawatan Personal Hygiene Dengan Tingkat Kecemasan Keluarga Penderita

Gangguan Jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan,maka dapat di

simpulkan bahwa :

6.1.1 Perawatan personal hygiene keluarga pada penderita gangguan jiwadi

Desa Bongkot Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang hampir

setengahnya cukup.

6.1.2 Tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwadi Desa Bongkot

Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang sebagian besar ringan.

6.1.3 Ada hubungan perawatan personal hygiene dengan tingka kecemasan

keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan

Peterongan Kabupaten Jombang

6.2 Saran

Dari hasil penelitian kiranya peneliti dapat memberi saran :

6.2.1 Petugas Kesehatan

Diharapkan pihak posyandu termasuk perawat dan kader

posyandu kesehatan jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan

Kabupaten Jombang bisa memberikan promosi kesehatan tentang cara

perawatan personal hygiene yang baik serta memberikan motivasi

kepada keluarga penderita gangguan jiwa terutama pada perawatan

personal hygiene mandi dan toileting. Personal hygiene mandi dan

86

Page 105: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

87

toileting masih dalam kriteria cukup. Perawat dan kader posyandu

kesehatan jiwa diharapkan memberikan edukasi bagaimana cara

mengatasi tingkat kecemasan yang terjadi pada keluarga sehingga,

tingkat kecemasan keluarga teratasi dan tercipta perawatan personal

hygiene dengan baik pada penderita gangguan jiwa.

6.2.2 Dosen dan Mahasiswa

Sekolah tinggi ilmu kesehatan merupakan salah satu wadah

pendidikan dalam bidang kesehatan sehingga diharapkan dosen

mahasiswa dapat berkontribusi penuh dalam membangun perawatan

personal hygiene serta mengatasi kecemasan keluarga penderita

gangguan jiwa dengan cara ikut serta memberi edukasi pada pihak

keluarga.

6.2.3 Peneliti selanjutnya

Mengingat adanya keterbatasan dari penelitian ini, maka

diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar memperdalam lagi tentang

teori perawataan personal hygiene keluaraga pada penderita gangguan

jiwa dan memperdalam lagi teori tingkat kecemasan keluarga penderita

gangguan jiwa, agar menyempurnakan penelitian dengan metode yang

berbeda dan salah satu variabel penelitian yang berbedah atau tempat

yang berbeda, sehingga akan mendapat hasil yang lebih baik lagi.

Page 106: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Nasir, Abdul Muhith, Ideputri. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Mulia Yogyakarta: Medika.

Afnuhazi, Ridhyallah. 2015. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Alimul, Hidayat. 2011. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Heath Books.

Andarmoyo, 2012. Personal Hygiene, Konsep, Proses, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bulechek, G. 2013. Nursing Intervention Classification NIC 6th Edition. Missouri: Elseiver Mosby.

Damaiyanti Mukhripah, dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Dermawan, R., & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. 2014. Buku Ajar Keoerawatan Keluarga Riset, teori, dan praktik Edisi 5. Jakarta : EGC.

Guswani, Ika. 2018. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwadi Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Jurnal keperawatan. Jurnal Keperawatan Vol 8 No 6 halaman 103.

Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita S. 2010.Teori –Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Halgin, R.P & Whitbourne, S.K. 2010.Psikologi Abnormal Perspektif Klinis Pada Gangguan Psikologis.Jakarta : Salemba Humanika.

Isro’in & Andarmoyo. 2012. Personal Hygiene; Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Edisi Pertama` Yogyakarta: Graha Ilmu.

88

Page 107: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

89

Katona, C., Cooper, C., Robrtson, M. 2012. At Glance Psikiatri,2nd.Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, Y., & Sulistyarini, I. 2016. Komunitas sehati sehat jiwa dan hati sebagai intervensi kesehatan mental berbasis masyarakat. INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, Vol 5 No 3, APRIL 2016 Halaman 112-124

Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN Basic Course. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Maramis w.f .2010. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

Marselina, Melisa. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Personal Hygiene Pada Penderita Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokerto I Kabupaten Pekalongan. Jurnal Keperawatan Vol 8 No 9 Halaman 63.

Meisaroh, Rani. 2014. Personal Hygiene Pada Penderita Gangguan Jiwa Di Poli Rsj Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Jurnal keperawatan Vol 1 No 1 halaman 7.

Mubarak,et al.2011. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru.Jakarta: EGC.

Nasriati. 2017. Stigma Dan Dukungan Keluarga Dalam Merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa Odgj. Medisains: Jurnal Ilmiah ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, APRIL 2017 Halaman 57.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta : SalembaMedika.

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Putra, Dimas . 2018. Hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat ansietas saat menghadapi kekambuhan pasien gangguan jiwa. Journal for Health Sciences vol 2 no 1.

Page 108: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

90

Potter & Perry. 2010. Buku Fundamental Of Nursing: Buku 2 Edisi 7. Jakarta: EGC

Ratih, N. 2012. Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Koping Dalam Menghadapi Ujian.Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jurnal Ilmiah ilmu Kesehatan, Vol 15 No 1, 3 juli 2012 Halaman 10.

Safaria. 2012. Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Setiadi. 2012. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Setiawati, Santun dan Agus Citra Dermawan.2012.Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.Edisi 2. Jakarta: TIM.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan, Kuantitatif & Kualitatif. Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Stuart W Gail2012. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5 revisi.Jakarta : EGC.

Stuart,G.W. 2013. Psyciatric Nursing. Edisi 10. Jakarta: EGC.

Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra. 2012. Manajemen Emosi: Sebuah panduan cerdas bagaimanamengelola emosi positif dalam hidup Anda. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang RI No.10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Penduduk dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Ulfah. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Keluarga Pada Klien Halusinasi Di Badan Pengelola Rumah Sakit Dadi Makasar. Jurnal keperawatan Vol 2 halaman 12.

Yahya, 2013. Konsep personal hygiene. Jakarta. EGC.

Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Yosep, Iyus. 2013. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.

Page 109: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

91

Yosep, I, & Titin. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Wahyu, S. 2012. Buku saku keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Page 110: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No KegiatanBulan

Februari Maret April Mei Juni Juli1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Konsultasi Judul                                                

2 Penyusunan Proposal                                                

3 Pendaftaran Ujian Proposal                                                

4 Ujian Proposal                                                5 Revisi Proposal                                                

6 Pengambilan Data                                                

7 Pengolahan Data                                                

8 Konsultasi Hasil                                                

9 Pendaftaran Ujian Hasil                                                

10 Ujian Hasil                                                11 Revisi Hasil                                                

12Pembuatan Jurnal dan Artikel

13

Penggandaan dan Pengumpulan Skripsi                                                

LAMPIRAN 1

Page 111: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori
Page 112: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

LAMPIRAN 2

Page 113: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

LAMPIRAN 3

Page 114: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

LAMPIRAN 3

Page 115: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

LAMPIRAN 3

Page 116: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

LAMPIRAN 4

Page 117: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori
Page 118: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

LAMPIRAN 4LAMPIRAN 4

Page 119: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

LAMPIRAN 4

Page 120: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : AyuWulandari

NIM : 153210005

Tempat, Tanggal Lahir : Probolinggo,03 mei 1996

Institusi :Prodi S1 Keperawatan STIKes Insan Cendekia

Medika Jombang.

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “hubungan perawatanpersonal

hygiene dengan tingkat kecemasan keluarga penderita gangguan jiwa di Desa Bongkot

Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang”. Adapun proposal penelitian ini bukan

milik orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentu kutipan

yang telah disebutkan sumbernya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan

sebenar-benarnya dan apabila surat pernyataan ini tidak benar, saya bersedia

mendapatkan sangsi akademis.

Jombang, Juli 2019

Yang Menyatakan

AyuWulandari153210005

LAMPIRAN 5

Page 121: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama :……………………………………………………

Alamat :…………………………………………................

Menyatakan bersedia bahwa keluarga akan menjadi subjek (responden)

dalam penelitian dari :

Nama : Ayu Wulandari

NIM : 153210005

Prodi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan

keluarga penderita ganggun jiwa di Desa Bongkot Kecamatan

Peterongan

Penelitian ini tidak akan memberikan dampak dan resiko apapun pada

klien selaku responden.

Peneliti sudah memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian yaitu

untuk mengetahui hubungan perawatan personal hygiene dengan tingkat kecemasan

keluarga penderita ganggun jiwa di Desa Bongkot Kecamatan Peterongan..Dengan ini

saya menyatakan selaku Perawat secara sukarela memperbolehkan pasien saya

ikut sebagai responden dalam penelitian ini serta bersedia menjawab semua

pertanyaan dengan sadar dan sebenar-benarnya.

Jombang, Juli ,2019

(………………………………)

LAMPIRAN 6

Page 122: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

KISI-KISI LEMBAR KUISONER

Variabel Independen

Parameter Nomor Soal Jumlah Soal

Perawatan Personal Hygiene

1. Berpakain/ berhias 1-5 5

2. Makan 6-10 5

3. Mandi 11-15 5

4. Toileting 16-20 5

1. Personal Hygiene

2. Tingkat Kecemasan

Variabel Dependen

Parameter Nomor Soal Jumlah Soal

Tingkat kecemasan

1. Perasaan Ansietas 1 42. Ketegangan 5-11 73. Ketakutan 12-17 64. Gangguan Tidur 18-24 75. Gangguan Kecerdasan 25-26 26. Perasaan Depresi 27-32 57. Gejala Somatik (Otot) 33-38 58. Gejala Somatik (Sensorik) 39-43 59. Gejala Kardiovaskuler 44-49 6

10. Gejala Respiratori 50-54 411. Gejala Gastrointestinal 55-66 1112. Gejala Urogenital. 67-73 713. Gejala Otonom 74-79 514. Tingkah Laku Pada

Wawancara 79-87 8

LAMPIRAN 7

Page 123: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

KUISONER PERAWATAN PERSONAL HYGIENE

Nomor Responden :

Inisial Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Peran keluarga :

Pendidikan terakhir :

Status pernikahan :

1. Skor

Ya :1

Tidak : 02. Kiteria

Baik : ≥76-100%

Cukup : 60 –75%

Kurang : ≤60 %

1. Berhias/Berpakaian

No Pertanyaan Ya Tidak1. Apakah pasien dapat mempersiapkan

peralatan untuk berpakaian (contohnya baju, celana ,pakaian dalam)?

2. Apakah pasien dapat memilih pakain dengan sesuai?

3. Apakah pasien dapat memakai baju bagian atas dan bawah?

4. Apakah pasien dapat berhias dengan tepat?Contohnya : 1.bagi perempuan menggunakan bedak , menggunakan lipstick dengan tepat2.bagi laki-laki mencukur kumis dengan rapi

5. Apakah pasien dapat melepaskan pakaian?

2. Makan

No Pertanyaan Ya Tidak

6. Apakah pasien dapat mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk makan?

7. Apakah pasien dapat mempersiapkan makanan untuk dimakan?

LAMPIRAN 8

Page 124: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

8. Apakah pasien makan menggunakan alat bantu, (contohnya sendok)?

9. Apakah pasien dapat mencuci perlatan makan?

10. Apakah pasien dapat menaruh peralatan makanan pada tempat semula ?

3. Mandi

No Pertanyaan Ya Tidak

11. Apakah pasien dapat mempersiapkan peralatan untuk mandi (contohnya sabun, handuk, sikatgigi, dan lain-lain)?

12. Apakah pasien mebasuh badan dengan air sampai merata?

13. Apakah pasien menggosok badan dengan air dan sabun sampai merata?

14. Apakah pasien setelah mandi mengeringkan badan dengan handuk?

15. Apakahpasiensetelahmandibisamenaruhkembaliperlatanmandidenganbenar?

4. Toileting

No Pertanyaan Ya Tidak

16. Apakah pasien dapat mempersiapkan peralatan untuk toileting (BAB/BAK)? Contohnya sabun

17. Apakah pasien saat BAB/BAK melepas pakain bawah?

18. Apakah pasien BAB atau BAK pada tempatnya (kamarmandi/ toilet)

19 Apakah pasien setelah toileting melakukan kebersihan diri atau cebok ?

20 Apakah pasien menyiram kamar mandi atau

toilet setelah BAB/BAK ?

Page 125: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

KUISONER HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY(HARS)

Nomor Responden :

Inisial Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Peran keluarga :

Pendidikan terakhir :

Status Pernikahan :

Skor:

0 = tidak ada

1 = ringan

2 = sedang

3 = berat

4 = beratsekali

Total Skor:

<14 :tidak ada kecemasan

15 –20= kecemasan ringan

21 –27= kecemasan sedang

28 –41= kecemasan berat

42 –56= kecemasan berat sekali

No Pertanyaan 0 1 2 3 41 PerasaanAnsietas

1. Cemas2. FirasatBuruk3. Takut Akan PikiranSendiri4. MudahTersinggung

2 Ketegangan5. MerasaTegang6. Lesu7. TakBisaIstirahatTenang8. MudahTerkejut9. MudahMenangis10. Gemetar11. Gelisah

3 Ketakutan12. PadaGelap13. Pada Orang Asing14. DitinggalSendiri

LAMPIRAN 8

Page 126: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

15. Pada Binatang Besar16. Pada Keramaian Lalu Lintas17. Pada Kerumunan Orang Banyak

4 GangguanTidur18. Sukar Masuk Tidur19. Terbangun Malam Hari20. Tidak Nyenyak21. Bangun dengan Lesu22. BanyakMimpi23. Mimpi - MimpiBuruk24. MimpiMenakutkan

5 Gangguan Kecerdasan25. Sukar Konsentrasi26. Daya Ingat Buruk

6 Perasaan Depresi27. Hilangnya Minat28. Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi29. Sedih30. Bangun Dini Hari31. PerasaanBerubah-Ubah Sepanjang

Hari7 Gejala Somatik (Otot)

32. Sakit dan Nyeri di Otot-Otot33. Kaku34. KedutanOtot35. Gigi Gemerutuk36. Suara Tidak Stabil

8 GejalaSomatik (Sensorik) 37. Tinitus38. Penglihatan Kabur39. Muka Merah atau Pucat40. Merasa Lemah41. Perasaan ditusuk-Tusuk

9 Gejala Kardiovaskuler42. Takhikardia (Nadicepat)43. Berdebar44. Nyeri di Dada 45. Denyut Nadi Mengeras46. Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau

Pingsan47. Detak Jantung Menghilang (Berhenti

Sekejap)10 GejalaRespiratori

48. Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada 49. PerasaanTercekik50. Sering Menarik Napas51. Napas Pendek/Sesak

11 Gejala Gastrointestinal

Page 127: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

52. Sulit Menelan53. Perut Melilit54. Gangguan Pencernaan55. Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan56. Perasaan Terbakar di Perut57. Rasa Penuh atau Kembung58. Mual59. Muntah60. Buang Air BesarLembek61. Kehilangan Berat Badan62. Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)

12 Gejala Urogenital 63. Sering Buang Air Kecil64. Tidak Dapat Menahan Air Seni65. Amenorrhoe66. Menorrhagia67. Menjadi Dingin (Frigid) 68. Ejakulasi Praecocks – Ereksi Hilang69. Impotensi

13 GejalaOtonom70. Mulut Kering71. Muka Merah72. Mudah Berkeringat73. Pusing, Sakit Kepala74. Bulu-Bulu Berdiri

14 TingkahLakuPadaWawancara75. Gelisah76. Tidak Tenang77. Jari Gemetar78. Kerut Kening79. Muka Tegang80. Tonus Otot Meningkat81. Napas Pendek dan Cepat82. Muka Merah

Page 128: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

10 1 2 1 3 311 2 1 3 3 312 2 2 3 3 313 2 1 3 3 114 2 1 3 3 115 2 2 3 3 316 2 1 3 3 317 2 2 3 3 318 2 3 3 3 319 2 2 3 3 320 2 1 5 3 321 2 1 2 3 322 2 1 3 3 323 2 1 3 3 324 2 2 2 3 325 2 2 2 3 126 2 3 3 3 127 2 1 3 1 328 2 2 2 4 329 1 1 4 4 330 1 2 4 3 331 1 3 1 2 332 1 1 4 2 333 1 1 4 2 3

KETERANGANJENIS KELAMIN : : LAKI-LAKI : 15 orang

: PEREMPUAN : 18 orangUMUR : : Umur 20-30 thn : 17orang

: Umur 40-50 thn : 12 orang: Umur ≥60thn : 4 orang

PERAN KELUARGA : Bapak : 5 orang

: Ibu : 4 orang: Saudara perempuan : 13 orang: Saudara laki-laki : 10 orang : Istri : 1 orang:Suami : 0 orang

PENDIDIKANTERAKHIR Tidak sekolah : 2 orang

: SD : 5 orang: SMP : 22 orang: SMA : 4 orang: PNS/PTS : 0 rang

STATUS PERKAWINAN : Janda : 4 orang

: Duda : 1 orang: Kawin : 26 orang: Tidak kawin : 2 orang

LAMPIRAN 9

Page 129: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

24 4 3 5 2 14 70% 2 CUKUP25 3 4 5 2 14 70% 2 CUKUP26 4 5 3 4 16 80% 1 BAIK27 3 4 3 2 12 60% 2 CUKUP28 4 5 5 2 16 80% 1 BAIK29 2 3 3 2 10 50% 3 CUKUP30 2 4 5 5 16 80% 1 BAIK31 5 3 3 0 11 55% 3 CUKUP32 0 4 4 5 13 65% 2 CUKUP33 2 5 2 5 14 70% 2 CUKUP

JUMLAH 76 149 143 79 455RATA-RATA 2.30303 4.51515 4.33333 2.39394

RATA-RATA 0.410468319559229PARAMETER

RATA-RATA % 67%

KETERANGAN 1.PERSONAL HYGIENE BAIK BAIK : 12 orang2. PERSONAL HYGIENE CUKUP : 15 orang3. PERSONAL HYGIENE KURANG : 6 orang

LAMPIRAN 10

Page 130: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

TABULASI DATA KHUSUS TINGKAT KECEMASAN

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 SKOR KRITERIA KETERANGAN1 1 1 1 1 1 1 2 2 4 2 2 0 1 1 20 1 KECEMASAN RINGAN2 2 2 2 2 2 1 0 0 3 0 0 1 0 1 16 2 KECEMASAN RINGAN3 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 TIDAK ADA KECEMASAN4 2 2 2 0 2 2 0 0 2 0 0 0 0 2 14 1 TIDAK ADA KECEMASAN5 2 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1 KECEMASAN SEDANG6 5 2 1 2 2 2 0 0 2 0 0 0 2 2 20 2 KECEMASAN SEDANG7 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 2 TIDAK ADA KECEMASAN8 6 2 2 0 2 2 0 0 2 0 0 0 2 2 20 2 KECEMASAN SEDANG9 3 2 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 10 2 TIDAK ADA KECEMASAN

10 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 TIDAK ADA KECEMASAN11 0 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 4 2 14 1 KECEMASAN RINGAN12 0 2 6 2 4 4 0 0 0 0 0 0 0 2 20 2 KECEMASAN RINGAN13 0 6 0 4 2 2 0 0 1 0 0 0 2 1 18 2 TIDAK ADA KECEMASAN14 0 4 4 0 4 6 0 0 4 0 0 0 0 2 24 2 KECEMASAN RINGAN15 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 TIDAK ADA KECEMASAN16 4 0 0 0 2 6 0 0 2 0 0 0 4 2 20 2 KECEMASAN SEDANG17 5 5 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 1 KECEMASAN SEDANG18 5 0 5 0 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 20 2 KECEMASAN RINGAN19 2 4 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 1 KECEMASAN RINGAN20 2 3 5 0 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 20 2 KECEMASAN RINGAN21 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1 KECEMASAN RINGAN22 2 2 2 4 2 2 0 0 2 0 0 0 2 2 20 2 KECEMASAN RINGAN23 2 1 1 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 9 1 KECEMASAN RINGAN24 2 2 2 4 2 6 0 0 0 0 0 0 6 2 26 3 KECEMASAN RINGAN25 1 1 1 2 6 6 0 0 2 0 0 0 0 1 20 2 TIDAK ADA KECEMASAN26 2 2 0 0 4 2 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1 TIDAK ADA KECEMASAN27 2 2 0 2 1 5 0 0 6 0 0 0 1 1 20 2 KECEMASAN RINGAN28 2 2 0 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 9 1 TIDAK ADA KECEMASAN29 2 2 4 0 2 6 0 0 2 0 0 0 2 0 20 2 KECEMASAN RINGAN30 2 2 0 2 4 6 0 0 2 0 0 0 1 1 20 2 TIDAK ADA KECEMASAN31 1 2 5 2 2 6 0 0 0 0 0 0 4 2 24 3 KECEMASAN SEDANG32 2 1 2 1 2 5 0 0 5 0 0 0 4 2 24 3 KECEMASAN SEDANG33 2 2 4 0 2 6 0 0 4 0 0 0 2 2 24 3 KECEMASAN RINGAN

JUMLAH 67 66 66 34 69 99 2 2 44 2 2 1 37 31 522RATA-RATA 2.0303 2 2 1.0303 2.091 3 0.061 0.06 1.3333 0.061 0.061 0.0303 1.121 0.939RATA-RATA

0.479338842975207PARAMETERRATA-RATA % 28%

KETERANGAN 1. TIDAK ADA KECEMASAN : 11 orang 2. KECEMASN RINGAN : 18 orang 3. KECEMASAN SEDANG : 4 orang 4. KECEMASAN BERAT : 0 orang 5. KECEMASAN BERAT SEKALI : 0 orang

LAMPIRAN 11

Page 131: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori
Page 132: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

HASIL SPSS 16 DATA UMUMStatistics

NO JK UMUR PK PDD SK

N Valid 33 33 33 33 33 33

Missing 0 0 0 0 0 0

NO

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 1 3.0 3.0 3.0

2 1 3.0 3.0 6.1

3 1 3.0 3.0 9.1

4 1 3.0 3.0 12.1

5 1 3.0 3.0 15.2

6 1 3.0 3.0 18.2

7 1 3.0 3.0 21.2

8 1 3.0 3.0 24.2

9 1 3.0 3.0 27.3

10 1 3.0 3.0 30.3

11 1 3.0 3.0 33.3

12 1 3.0 3.0 36.4

13 1 3.0 3.0 39.4

14 1 3.0 3.0 42.4

15 1 3.0 3.0 45.5

16 1 3.0 3.0 48.5

17 1 3.0 3.0 51.5

18 1 3.0 3.0 54.5

19 1 3.0 3.0 57.6

20 1 3.0 3.0 60.6

LAMPIRAN 12

Page 133: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

21 1 3.0 3.0 63.6

22 1 3.0 3.0 66.7

23 1 3.0 3.0 69.7

24 1 3.0 3.0 72.7

25 1 3.0 3.0 75.8

26 1 3.0 3.0 78.8

27 1 3.0 3.0 81.8

28 1 3.0 3.0 84.8

29 1 3.0 3.0 87.9

30 1 3.0 3.0 90.9

31 1 3.0 3.0 93.9

32 1 3.0 3.0 97.0

33 1 3.0 3.0 100.0

Total33 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 15 45.5 45.5 45.5

2 18 54.5 54.5 100.0

Total 33 100.0 100.0

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 17 51.5 51.5 51.5

2 12 36.4 36.4 87.9

3 4 12.1 12.1 100.0

Total33 100.0 100.0

PK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 5 15.2 15.2 15.2

2 4 12.1 12.1 27.3

3 13 39.4 39.4 66.7

4 10 30.3 30.3 97.0

5 1 3.0 3.0 100.0

Total33 100.0 100.0

Page 134: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 17 51.5 51.5 51.5

2 12 36.4 36.4 87.9

3 4 12.1 12.1 100.0

PDD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 2 6.1 6.1 6.1

2 5 15.2 15.2 21.2

3 22 66.7 66.7 87.9

4 4 12.1 12.1 100.0

Total33 100.0 100.0

SK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 4 12.1 12.1 12.1

2 1 3.0 3.0 15.2

3 26 78.8 78.8 93.9

4 2 6.1 6.1 100.0

Total 33 100.0 100.0

Page 135: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

SPSS 16 DATA KHUSUS

Statistics

PERSONAL HYGIENE KECEMASAN

N Valid 33 33

Missing 0 0

PERSONALHYGIENE

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 12 36.4 36.4 36.4

2 15 45.5 45.5 81.8

3 6 18.2 18.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

KECEMASAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 11 33.3 33.3 33.3

2 18 54.5 54.5 87.9

3 4 12.1 12.1 100.0

Total33 100.0 100.0

LAMPIRAN 13

Page 136: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

SPSS 16 DATA CROSS TABStatistics

PERSONAL HYGIENE KECEMASAN

N Valid 33 33

Missing 0 0

PERSONALHYGIENE

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 12 36.4 36.4 36.4

2 15 45.5 45.5 81.8

3 6 18.2 18.2 100.0

Total 33 100.0 100.0

KECEMASAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 11 33.3 33.3 33.3

2 18 54.5 54.5 87.9

3 4 12.1 12.1 100.0

Total33 100.0 100.0

LAMPIRAN 14

Page 137: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

HASIL SPSS 16 UJI SPEARMAN RANK

Correlations

PERSONAL

HYGIENE KECEMASAN

Spearman's

rho

PERSONAL

HYGIENE

Correlation Coefficient 1.000 -.571**

Sig. (2-tailed) . .001

N 33 33

KECEMASAN Correlation Coefficient -.571** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 33 33

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

LAMPIRAN 15

Page 138: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori
Page 139: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

LAMPIRAN 16

Page 140: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

LAMPIRAN 17

Page 141: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

UJI VALIDITAS

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 RXY

P1 Pearson Correlation 1 .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P2 Pearson Correlation .608** 1 .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**

Sig. (2-tailed).004 .004 .004 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P3 Pearson Correlation 1.000** .608** 1 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**

Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P4 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**

Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P5 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1 .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**

Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P6 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1 1.000** 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**

Sig. (2-tailed).004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P7 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

LAMPIRAN 18

Page 142: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

P8 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1 .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P9 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1 .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**

Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P10 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** 1 .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P11 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1 .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**

Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P12 Pearson Correlation .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** 1 .216 .608** .608** .608** .546* .608** .608** .608** .716**

Sig. (2-tailed) .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .361 .004 .004 .004 .013 .004 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P13 Pearson Correlation .216 .608** .216 .216 .216 .608** .608** .608** .216 .608** .216 .216 1 .608** .216 .216 -.096 .608** .216 .216 .456*

Sig. (2-tailed).361 .004 .361 .361 .361 .004 .004 .004 .361 .004 .361 .361 .004 .361 .361 .686 .004 .361 .361 .043

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P14 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1 .608** .608** .546* 1.000** .608** .608** .882**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .004 .004 .013 .000 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P15 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1 .608** .546* .608** 1.000** 1.000** .905**

Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .004 .013 .004 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P16 Pearson Correlation .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .608** .216 .608** .608** 1 .546* .608** .608** .608** .716**

Page 143: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

Sig. (2-tailed) .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .004 .361 .004 .004 .013 .004 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P17 Pearson Correlation .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* .546* -.096 .546* .546* .546* 1 .546* .546* .546* .624**

Sig. (2-tailed).013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .686 .013 .013 .013 .013 .013 .013 .003

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P18 Pearson Correlation .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** .608** .546* 1 .608** .608** .882**

Sig. (2-tailed) .004 .000 .004 .004 .004 .000 .000 .000 .004 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .004 .013 .004 .004 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P19 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1 1.000** .905**

Sig. (2-tailed).000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

P20 Pearson Correlation 1.000** .608** 1.000** 1.000** 1.000** .608** .608** .608** 1.000** .608** 1.000** .608** .216 .608** 1.000** .608** .546* .608** 1.000** 1 .905**

Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .000 .000 .004 .004 .004 .000 .004 .000 .004 .361 .004 .000 .004 .013 .004 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

RXY Pearson Correlation .905** .882** .905** .905** .905** .882** .882** .882** .905** .882** .905** .716** .456* .882** .905** .716** .624** .882** .905** .905** 1

Sig. (2-tailed).000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .043 .000 .000 .000 .003 .000 .000 .000

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 144: repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2430/2/skripsi ayu wulandari, 15…  · Web viewPenulis dilahirkan di Probolinggo tanggal 3 Mei 1996 dari Bapak Achmad Buchori

UJI Reliability

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 87.0

Excludeda 3 13.0

Total 23 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.979 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item

Deleted

Corrected Item-

Total

Correlati

on

Cronbach's Alpha

if Item

Deleted

P1 16.25 33.039 .894 .977

P2 16.25 33.145 .867 .977

P3 16.25 33.039 .894 .977

P4 16.25 33.039 .894 .977

P5 16.25 33.039 .894 .977

P6 16.25 33.145 .867 .977

P7 16.25 33.145 .867 .977

P8 16.25 33.145 .867 .977

P9 16.25 33.039 .894 .977

P10 16.25 33.145 .867 .977

P11 16.25 33.039 .894 .977

P12 16.25 33.882 .685 .979

P13 16.25 35.039 .407 .981

P14 16.25 33.145 .867 .977

P15 16.25 33.039 .894 .977

P16 16.25 33.882 .685 .979

P17 16.15 35.292 .600 .979

P18 16.25 33.145 .867 .977

P19 16.25 33.039 .894 .977

P20 16.25 33.039 .894 .977

LAMPIRAN 18