Renstra Perkebunan Edit

download Renstra Perkebunan Edit

of 12

description

tugas manajemen tanaman perkebunan

Transcript of Renstra Perkebunan Edit

MAKALAH

MANAJEMEN TANAMAN PERKEBUNANKEBIJAKAN-KEBIJAKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

Disusun Oleh:

Kelompok 1Ahmad Fitra M.

135040100111005Rizki Ayu Amila

135040100111014Puji Tarseno

135040100111015Dessy Riahutami H.

135040100111034Siti Fildzah Z.

135040100111042

Yudhi Dwi Sampurno

135040100111049

Ima Kusuma I.

135040100111051

Ridwan Fauzi

135040100111056

Kelas FPROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPerkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakantanamantertentu padatanahdan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistemyang sesuai; mengolah, dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuanilmu pengetahuan danteknologi,permodalansertamanajemenuntuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Perkebunan merupakan sub sektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional melalui kontribusi dalam pendapatan nasional, penyediaan lapangan kerja, penerimaan ekspor, dan penerimaan pajak. Dalam perkembangannya, sub sektor ini tidak terlepas dari berbagai dinamika lingkungan nasional dan global. Pembangunan perkebunan ke depan dihadapkan kepada berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang sangat dinamis serta berbagai persoalan mendasar seperti adanya tekanan globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, semakin terbatasnya sumber daya lahan, air dan energi, terjadinya perubahan iklim global, kecilnya kepemilikan dan status lahan, masih terbatasnya kemampuan sistem perbenihan nasional, terbatasnya akses petani terhadap permodalan, masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh serta kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor tekait pembangunan perkebunan.Mengacu pada perundang-undangan yang ada tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Perkebunan Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Peraturan Menteri Pertanian tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian, Rencana Strategis Pembangunan Perkebunan, Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga serta peraturan perundangan terkait lainnya, maka disusun Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan. Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan merupakan dokumen perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan. Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi Direktorat Jenderal Perkebunan pada kurun waktu tertentu dan memberi arah dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas dalam rangka pembangunan perkebunan pada periode tersebut.1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :a. Agar mahasiswa mampu mengetahui rencana strategis kementerian pertanian yang ada di Indonesia.b. Agar mahasiswa mampu mengetahui peraturan-peraturan yang mendasari rencana strategis kementerian pertanian.c. Agar mahasiswa mampu mengetahui perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia.d. Agar mahasiswa mampu mengetahui kebijakan pemerintah dalam pengaturan pengelolaan perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Rencana Strategis Kementerian PertanianMenurut Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (2015), Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian 2015-2019 disusun sebagai perwujudan amanah Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang saat ini memasuki tahap ke-3 (2015-2019). RPJMN tahap ke-3 (2015-2019) difokuskan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas dan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pentahapan RPJPN 2005-2025.2.2 Peraturan Mendasari Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019Menurut Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (2015), peraturan-peraturan yang mendasari di buatnya rencana strategis (renstra) kementerian pertanian tahun 2015-2019 yaitu sebagai berikut : Pasal l9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional mengamanatkan reancana strategis kementerian/lembaga ditetapkan dengan peraturan pimpinan kementerian/lembaga setelah disesuaikan dengan rencana pembangunan jangka menengah nasional.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah2.3 Rencana PembangunanRencana Pembangunan berdasarkan (Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (2015)) yaitu Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke-tiga (2015- 2019), dimana RPJMN tersebut sebagai penjabaran dari Visi, Program Aksi Presiden/Wakil Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Visi pembangunan dalam RPJM 2015-2019: adalah Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Misi pembangunan dalam RPJM 2015-2019:Misi serta Sembilan Agenda Prioritas (NAWA CITA). Dalam aspek ideologi, PANCASILA 1 JUNI 1945 dan TRISAKTI menjadi ideologi bangsa sebagai penggerak, pemersatu perjuangan, dan sebagai bintang pengarah. Kesembilan Agenda Prioritas (NAWA CITA) lima tahun ke depan adalah;

1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara,

2) Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya,

3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan,

4) Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,bermartabat dan terpercaya,

5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia,

6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional,

7) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik,

8) Melakukan revolusi karakter bangsa, dan

9) Memperteguh ke-bhinekan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

2.4 Menurut (Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (2015)) strategi yang akan dilakukan, meliputi:a. Revitalisasi perkebunan dan hortikultura rakyat.b. Peningkatan mutu, pengembangan standardisasi mutu hasil pertanian dan peningkatan kualitas pelayanan karantina dan pengawasan keamanan hayati,

c. Pengembangan agroindustri perdesaan.d. Penguatan kemitraan antara petani dengan pelaku/pengusaha pengolahan dan pemasaran.e. Peningkatan aksesibilitas petani terhadap teknologi, sumbersumber pembiayaan serta informasi pasar dan akses pasar.f. Akselerasi ekspor untuk komoditas-komoditas unggulan serta komoditas prospektif.

2.5 Menurut (Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (2015)) program-program RENGSTRA perkebunan, yaitu:1. Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Perkebunan Berkelanjutan.2. Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bioindustri Berkelanjutan.3. Program Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan dan Pelatihan Pertanian.4. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.2.6 Target Pencapaian Berdasarkan (Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (2015)), yaitu:1. Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Tahunan a) Pengembangan areal produktif tanaman kelapa sawitTahun20152016201720182019

Area (Ribu Ha)7,993,513,513,513,51

b) Pembinaan dan pengawalan revitalisasi perkebunan kelapa sawitTahun20152016201720182019

Area (Ribu Ha)91,0043,5343,5343,5343,53

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Industri Kelapa SawitKelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Berkembangnya sub sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIRBun dan dalam pembukaan wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.Pada awalnya, pelaku usaha kelapa sawit terbatas pada perusahaan asing berskala besar dan terintegrasi antara budidaya, pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan pemasaran hasilnya. Hal ini berlangsung hingga periode awal Republik. Sekitar 1958, beberapa perusahaan Belanda dinasionalisasikan dan diambil alih sebagai Perusahaan Perkebunan Negara. Rakyat menjadi pelaku usaha perkebunan kelapa sawit baru sekitar tahun 1980 dengan dikembangkannya program PIR (Perkebunan Inti Rakyat) dalam rangka program akselerasi pembangunan perkebunan. Terdapat beberapa versi PIR sesuai dengan sasaran dan sumber pendanaannya, seperti PIR-BUN atau NES (Nucleus Estate and Smallholder), PIR-TRANS dan PIR-KKPA telah mempercepat perkembangan usaha perkebunan rakyat ini.Perkembangan kelapa sawit rakyat ini dapat dikatakan fenomenal. Berawal pada tahun 1980, dalam sepuluh tahun pertama mencapai sekitar 300 ribu Ha, sepuluh tahun berikutnya mencapai sejuta hektar lebih, dan kini telah mencapai lebih dari 1,8 juta ha. Dari luas areal kelapa sawit rakyat ini, disamping perkebunan plasma, sebagian besar adalah perkebunan swadaya yang berinvestasi menggunakan dana sendiri atau pinjaman, termotivasi oleh pengalaman sukses petani lain serta prospek bisnis yang cerah.Sekitar 26.90 persen penguasaan perkebunan swasta nasional terkonsentrasi pada lima pelaku usaha swasta besar, yaitu Raja Garuda Mas, Wilmar Group, Guthrie group, Sinar Mas dan Astra Agro Lestari. Data-data pada tahun 2002 tersebut mencerminkan kebutuhan akan pabrik kelapa sawit di Indonesia masih cukup besar. Hal inilah yang kemudian mendorong tumbuh dan berkembangnya PKS tanpa kebun. Hadirnya PKS tanpa kebun pada satu sisi dapat membawa manfaat bagi pekebun, namun disisi lain untuk daerah yang telah berlebih kapasitas produksinya menjadi permasalahan yang mengganggu keharmonisan kemitraan plasma inti yang ada.

3.2 Kebijakan Pemerintah Dalam Pengaturan Pengelolaan Perkebunan Dan Pengolahan Hasil PerkebunanPengaturan mengenai pembangunan Perkebunan di Indonesia secara khusus diatur melalui Undang - undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Salah satu pertimbangan yang mendasari lahirnya UU No.18/2004 tersebut adalah bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan perekonomian nasional termasuk didalamnya pembangunan perkebunan dalam mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan. Guna mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara berkeadilan, maka perkebunan perlu dijamin keberlanjutannya serta ditingkatkan fungsi dan peranannya.UU No.18/2004 mengatur bahwa untuk melakukan usaha perkebunan, baik budidaya tanaman perkebunan maupun industri pengolahan hasil perkebunan, dengan luas dan kapasitas produksi tertentu wajib memiliki izin usaha perkebunan dari Gubernur untuk wilayah lintas kabupaten/kota dan Bupati/Walikota untuk wilayah kabupaten/kota. Namun, khusus untuk perkebunan (yang terdefinisikan di dalam ketentuan umum UU No.18/2004 sebagai perorangan warga negara Indonesia yang melakukan usaha perkebunan dengan 2 penggunaan kata dan atau di dalam pasal ini menyiratkan maksud bahwa usaha perkebunan tidak harus dilakukan secara terintegrasi antara budidaya tanaman dengan usaha industri pengolahan hasil perkebunan. skala usaha tidak mencapai skala tertentu) kecuali dari ketentuan perizinan dimaksud, atau tidak wajib memperoleh (mengurus) izin usaha perkebunan.Terkait dengan pola usaha perkebunan, Pasal 22 UU No.18/2004 menyebutkan bahwa perusahaan perkebunan melakukan kemitraan yang saling menguntungkan, saling menghargai, saling bertanggungjawab, saling memperkuat dan saling ketergantungan dengan pekebun, karyawan dan masyarakat sekitar. Adapun pola kemitraan usaha perkebunan dapat berupa kerjasama penyediaan sarana produksi, kerjasama produksi, pengolahan dan pemasaran, transportasi, kerjasama operasional, kepemilikan saham dan jasa pendukung lainnya.Terkait dengan Perizinan sebuah usaha yang akan didirikan, Permentan Nomor 26/Permentan/OT.140/2/2007 mengatur bahwa untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan yang WAJIB mendapat izin usaha perkebunan untuk pengolahan (IUP-P) adalah yang memiliki kapasitas produksi pengolahan 5 ton tandan buah segar per jam. Sedangkan untuk yang berkapasitas dibawah dari kapasitas tersebut cukup mendaftarkannya yang kemudian dibuktikan dengan Surat Tanda Daftar Usaha Industri Pengolahan Hasil Perkebunan (STD-P) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota.Melalui Peraturan Menteri Pertanian No 395/Kpts/ OT.140/11/2005 diatur mengenai Pedoman Penetapan Harga Pembelian TBS Kelapa Sawit Produksi Pekebun. Pekebun di dalam Permentan ini di definisikan sebagai perorangan WNI yang melakukan usaha perkebunan sebagai peserta pengembangan pola perusahaan inti rakyat (PIR) atau yang melakukan kemitraan usaha dengan perusahaan mitra. Tujuan dari pengaturan harga TBS melalui Permentan 395 tersebut adalah untuk memberikan perlindungan dalam perolehan harga wajar dari TBS kelapa sawit produksi petani dan menghindari persaingan tidak sehat diantara pabrik kelapa sawit.Berkaitan dengan pola kemitraan, Permentan No.26/2007 mengatur bahwa kemitraan pengolahan dilakukan secara tertulis dalam bentuk perjanjian yang berisikan hak dan kewajiban, pembinaan dan pengembangan usaha, pendanaan, jangka waktu dan penyelesaian perselisihan yang ditandatangani kedua belah pihak dengan diketahui Bupati/ Walikota. Adapun jangka waktu perjanjian kemitraan pengolahan paling singkat untuk masa 3 (tiga) tahun.Hal yang perlu mendapatkan perhatian bersama adalah bahwa pola kemitraan (PIR) yang selama ini dilakukan belum dalam pola kemitraan yang diharapkan. Pekebun plasma cenderung diperlakukan tidak adil karena sering dirugikan dalam timbangan, rendemen, dan harga. Tingkat ketergantungan yang tinggi dari pekebun (perkebunan rakyat) dengan industri pengolahan kelapa sawit berpotensi menimbulkan praktek monopsoni dan atau perjanjian tertutup sebagaimana telah dilarang oleh UU No.5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.BAB IV

PENUTUP

4.1 KesimpulanKelapa sawit memiliki prospek yang sangat bagus dalam perdagangan minyak nabati dunia sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Berbagai kebijakan tentang kelapa sawit dikeluarkan oleh pemrintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit dengan memberikan berbagai insentif, kemudahan dalam hal perijinan serta subsidi investasi. Selain itu, diatur pula mengenai penetapan harga pembelian dalam Peraturan Menteri Pertanian No 395/Kpts/ OT.140/11/2005 dan pengaturan pola kemitraan dalam Permentan No.26/2007 untuk melindungi petani plasma.4.2 SaranKebijakan-kebijakan memang penting diimplementasikan untuk mengatur pengelolaan perkebunan dan pengolahan hasil perkebunan. Namun, sebaiknya setiap kebijakan dikaji lebih detail tingkat keefektifan kebijakan tersebut serta tingkat keberhasilannya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.DAFTAR PUSTAKAKementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementerian Pertanian.