Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

14
REMIDIAL TRAINING OF TRAINER KADER DAKWAH HALAL Jawaban dari Pertanyaan yang Diajukan 11 SEPTEMBER 2014 NAMA PESERTA : AHMAD IRAWAN Jl. RW Monginsidi lr. Ramyana no. 92 rt. 09/002 kec. Kalidoni kel. Kalidoni Palembang, Sumatera Selatan

description

training of trainer sertifikasi manajemen halal

Transcript of Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Page 1: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

REMIDIAL TRAINING OF TRAINER KADER DAKWAH

HALAL Jawaban dari Pertanyaan yang Diajukan

11 SEPTEMBER 2014

NAMA PESERTA : AHMAD IRAWAN Jl. RW Monginsidi lr. Ramyana no. 92 rt. 09/002 kec. Kalidoni kel. Kalidoni Palembang, Sumatera

Selatan

Page 2: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

1. Sebutkan 4 ayat dalam alquran beserta artinya yang berkaitan dengan

halal?

Jawab:

a. Surat Al-maidah ayat ke-4 yang artinya "Apakah yang dihalalkan bagi

mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan bagimu yang baik-baik”.

b. Surat Al-maidah ayat ke-88 yang artinya “Dan makanlah makanan yang

halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan

bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.

c. Surat An-Nahl ayat ke-114 yang artinya “Maka makanlah yang halal lagi

baik dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat

Allah, jika kamu Hanya kepada-Nya saja menyembah”.

d. Surat Al-Anfal ayat ke-69 yang artinya“Maka makanlah dari sebagian

rampasan perang yang Telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal

lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang”

2. a. Apa yang dimaksud dengan Sistem Jaminan Halal (SJH) ?

b. Jelaskan kriteria SJH?

Jawab:

a. Sistem Jaminan Halal (SJH) adalah sistem manajemen terintegrasi yang

disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses

produksi, produk, sumber daya manusia dan prosedur dalam rangka

menjaga kesinambungan proses produksi halal sesuai dengan persyaratan

LPPOM MUI.

b. i. Kebijakan halal

Kebijakan halal adalah pernyataan tertulis komitmen manajemen

puncak untuk senantiasa menghasilkan produk halal secara

konsisten. Kebijakan inilah yang akan dijadikan dasar dalam

penyusunan dan penerapan Sistem Jaminan Halal (SJH) di

perusahaan, manajemen puncak harus mensosialisasikan dan

mengkomunikasikan kebijakan kepada seluruh stake holder

perusahaan.

Page 3: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

ii. Tim manajemen halal

Tim manajemen halal adalah sekelompok orang yang ditunjuk oleh

manajemen puncak sebagai penanggung jawab atas perencanaan,

implementasi, evaluasi dan perbaikan berkelanjutan sistem jaminan

halal di perusahaan.

iii. Pelatihan dan edukasi

a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan

pelatihan untuk semua personel yang terlibat dalam aktivitas kritis,

termasuk karyawan baru. Pelatihan ini ditujukan untuk

meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill)

dan/atau perilaku (attitude) dari semua personel yang terlibat dalam

aktivitas kritis.

b) Pelatihan (internal atau eksternal) harus dilaksanakan secara

terjadwal minimal setahun sekali atau lebih sering jika diperlukan.

c) Perusahaan harus mengikuti pelatihan dari LPPOM MUI: (i) Untuk

perusahaan baru: sebelum dilakukan audit, (ii) Untuk perusahaan

pemegang Sertifikat halal yang belum pernah mengikuti pelatihan

dari LPPOM MUI: sebelum dilakukan perpanjangan Sertifikat halal,

(iii) Untuk perusahaan pemegang Sertifikat halal yang sudah pernah

mengikuti pelatihan dari LPPOM MUI: sekurang-kurangnya 2 tahun

sekali.

d) Pelaksanaan pelatihan harus mencakup kriteria kelulusan untuk

menjamin kompetensi personel

iv. Bahan

Bahan yang dimaksud mencakup bahan baku, bahan tambahan dan

bahan penolong. Bahan baku dan bahan tambahan adalah seluruh

bahan yang digunakan dalam proses pembuatan produk dan menjadi

bagian dari komposisi produk (ingredient). Bahan penolong adalah

bahan yang digunakan untuk membantu proses produksi, tetapi

bahan tersebut tidak menjadi bagian dari komposisi produk

(ingredient).

Vi. Produk

Produk adalah produk yang didaftarkan untuk disertifikasi, mencakup

produk antara/intermediet dan produk akhir, baik yang dijual eceran

(retail) atau curah. Ketentuan mengenai produk adalah sebagai

berikut :

Page 4: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

a) Merk/nama produk tidak boleh menggunakan nama yang

mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang tidak

sesuai dengan syariah Islam.

b) Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh memiliki

kecenderungan bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram

atau yang telah dinyatakan haram berdasarkan fatwa MUI.

c) Produk pangan eceran (retail) dengan merk sama yang beredar di

Indonesia harus didaftarkan seluruhnya untuk sertifikasi, tidak boleh

jika hanya didaftarkan sebagian.

vii. Prosedur tertulis aktivitas kritis

Prosedur tertulis aktivitas kritis adalah seperangkat tata cara kerja

yang dibakukan untuk mengendalikan aktivitas kritis. Aktivitas kritis

adalah aktivitas pada rantai proses produksi yang dapat

mempengaruhi status kehalalan suatu produk. Contoh aktivitas kritis

yaitu seleksi bahan baru, pembelian bahan, formulasi produk,

pemeriksaan bahan datang, produksi, pencucian fasilitas produksi

dan peralatan pembantu, penyimpanan dan penanganan,

transportasi, pemajangan (display), penyembelihan hewan, dan lain-

lain.

viii. Kemampuan Telusur (Traceability)

Kemampuan Telusur (traceability) adalah kemampuan telusur

produk yang disertifikasi berasal bahan yang memenuhi kriteria

bahan (bahan yang sudah disetujui LPPOM/tercantum dalam daftar

bahan) dan diproduksi di fasilitas produksi yang memenuhi kriteria

fasilitas produksi. a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis

untuk menjamin kemampuan telusur produk yang disertifikasi. b)

Prosedur harus menjamin produk yang disertifikasi berasal dari

bahan yang disetujui dan dibuat di fasilitas produksi yang memenuhi

kriteria fasilitas produksi. c) Bila perusahaan menerapkan

pengkodean bahan, maka perusahaan harus menjamin : (i) bahan

dengan kode yang sama mempunyai status halal yang sama (ii)

ketertelusuran informasi bahan di setiap kegiatan kritis. d) Jika

terdapat bahan yang dikemas ulang/dilabel ulang, maka kesesuaian

informasi (nama produk, nama produsen, negara produsen dan logo

halal, jika diperlukan) yang tercantum dalam label baru dengan label

asli dari produsennya harus terjamin.

ix. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria

Produk yang tidak memenuhi kriteria adalah produk bersertifikat

halal yang terlanjur dibuat dari bahan yang tidak disetujui LPPOM

MUI, atau diproduksi di fasilitas yang tidak memenuhi kriteria.

Page 5: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

a) Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menangani

produk yang terlanjur dibuat dari bahan dan pada fasilitas yang tidak

memenuhi kriteria. b) Produk yang tidak memenuhi kriteria tidak

dijual ke konsumen yang mempersyaratkan produk halal. c) Produk

yang tidak memenuhi kriteria dan terlanjur dijual, harus ditarik. d)

Dokumen penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria harus

dipelihara.

x. Audit Internal

Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh tim manajemen halal

untuk menilai pelaksanaan sistem jaminan halal di perusahaan

dengan persyaratan sertifikasi halal. a) Perusahaan harus

mempunyai prosedur tertulis audit internal pelaksanaan SJH. b) Audit

internal dilakukan secara terjadwal setidaknya enam bulan sekali

atau lebih sering jika diperlukan. c) Audit internal dilaksanakan oleh

auditor halal internal yang kompeten dan independen. d) Hasil audit

internal disampaikan ke pihak yang bertanggung jawab terhadap

setiap kegiatan yang diaudit. e) Tindakan koreksi yang diperlukan

dan batas waktunya harus ditentukan. f) Hasil tindakan koreksi harus

dipastikan dapat menyelesaikan kelemahan yang ditemukan pada

audit internal dan menghindari terulangnya kembali di masa yang

akan datang. g) Hasil audit internal disampaikan ke LPPOM MUI

dalam bentuk laporan berkala setiap 6 (enam) bulan sekali. h) Bukti

pelaksanaan audit internal harus dipelihara.

xi. Kaji Ulang Manajemen

Kaji ulang manajemen adalah penilaian yang dilakukan oleh

manajemen puncak atau wakilnya dengan tujuan untuk menilai

efektifitas implementasi sistem jaminan halal dan merumuskan

perbaikan berkelanjutan. a) Manajemen puncak harus melakukan

kajian terhadap efektifitas pelaksanaan SJH satu kali dalam satu

tahun atau lebih sering jika diperlukan. b) Hasil evaluasi harus

disampaikan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk setiap

aktivitas. c) Tindak lanjut penyelesaian hasil evaluasi harus

menetapkan batas waktu. d) Bukti dari kaji ulang manajemen harus

dipelihara.

3. Jelaskan titik kritis produk dibawah ini??

a. Roti manis b. Minuman fermentasi c. minyak goreng d. gelatin

Jawab:

Page 6: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

a. Roti manis merupakan salah satu produk bakery. Bahan-bahan

(ingredient) pembuat bakery cukup rawan kehalalannya. Inilah titik-titik

kritisnya:

Tepung Terigu

Ini bahan utama produk bakery dan kue. Jenis tepung lainnya yang bisa

digunakan adalah tepung rye, tepung beras, tepung jagung, dan lain-lain.

Tepung terigu dibuat dari biji gandum yang digiling dan diayak sehingga

diperoleh tepung dengan besar partikel tertentu.

Secara garis besar, ada dua jenis tepung gandum yaitu tepung gandum

keras (strong flour) dan tepung gandum lunak (soft flour). Tepung gandum

keras biasanya digunakan untuk membuat roti dan produk-produk yang

dibuat dengan melibatkan proses fermentasi serta puff pastry. Tepung

terigu lunak biasanya digunakan untuk membuat biskuit dan kue.

Salah satu bahan aditif/tambahan pada pembuatan tepung gandum yaitu

L-sistein. Fungsinya sebagai improving agent (meningkatkan sifat-sifat

tepung gandum yang diinginkan). Ia dapat melembutkan gluten (protein

utama gandum yang berperan dalam pengembangan adonan yang dibuat

dari tepung gandum), sehingga adonan tepung lebih lembut. Sistein juga

mengembangkan adonan.

L-sistein murah yang banyak tersedia di pasaran adalah L-sistein yang

dibuat dari rambut manusia, khususnya yang dari Cina. Nah, MUI sudah

memutuskan, barang semacam ini haram hukumnya bagi umat Islam.

L-sistein dari bulu unggas pun masih dipertanyakan kehalalannya. Jika

diperoleh pada waktu hewan masih hidup, maka bisa jadi tidak

diperbolehkan. Jika diperoleh dari hewan mati, bagaimana

penyembelihannya? Untungnya sekarang sudah ada L-sistein yang

diproduksi secara fermentasi dan boleh digunakan. Memang, harganya

lebih mahal (tidak ekonomis). Namun, hampir semua tepung terigu lokal

telah mendapatkan sertifikat halal.

Ada pula bahan aditif tepung terigu dengan maksud untuk memperkaya

nilai gizinya, biasanya mineral dan vitamin. Agar vitamin A mudah larut

dalam produk pangan berair (aqueous) dan tidak mudah rusak selama

penyimpanan, biasanya ia ‘’disalut’’. Nah, bahan penyalut yang diragukan

kehalalannya adalah gelatin.

Ragi/Yeast (Gist)

Dalam pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa

mengembang. Secara komersial ragi/yeast dapat diperoleh dalam 3

bentuk, yaitu compressed yeast, active dry yeast, dan instant active dry

yeast. Di super market biasanya yang tersedia adalah yang instant active

Page 7: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

dry yeast (ragi instan), bisa langsung digunakan, tinggal dimasukkan

kedalam adonan.

Semua bentuk ragi, isinya tak hanya yeast tapi juga sejumlah kecil bahan

aditif. Dari segi kehalalan bahan aditif inilah yang perlu dicermati

kehalalannya. Pada pembuatan compressed yeast sering ditambahkan

pengemulsi (emulsifier) yang syubhat.

Bahan aditif yang mungkin ada pada ragi instan adalah bahan anti gumpal

(anticaking agent). Bahan-bahan anti gumpal yang syubhat adalah E542

(edible bone phosphate, berasal dari tulang hewan), E 570 (asam stearat)

dan E572 (magnesium stearat). Asam stearat dapat berasal dari tanaman

atau dari hewan, magnesium stearat dibuat dengan menggunakan bahan

dasar asam stearat. Disamping gum atau dekstrin, gelatin kadang

digunakan sebagai bahan pengisi pada ragi instan.

Bahan Pengembang

Digunakan dalam pembuatan roti dan kue. Berfungsi untuk

menggelembungkan adonan. Bahan pengembang jenis kedua yaitu apa

yang disebut sebagai baking powder yang merupakan campuran antara

sodium karbonat (baking soda) dengan asam pengembang (leavening

acid). Yang bisa bertindak sebagai asam pengembang adalah umumnya

garam fosfat, sodium aluminium fosfat, glukono delta lakton dan cream of

tartar.

Dari semua bahan-bahan ini yang tidak boleh digunakan adalah cream of

tartar. Cream of tartar sebetulnya adalah garam potasium dari asam

tartarat yang diperoleh sebagai hasil samping (hasil ikutan) industri wine

(sejenis minuman keras).

Istilah lain dari bahan pengembang adalah bread improver atau cake

improver. Di pasaran sudah ada bread improver dan cake improver yang

sudah mendapatkan sertifikat halal.

Cake Emulsifier

Digunakan untuk penstabil dan pelembut adonan cake, kadang digunakan

pula untuk menghemat penggunaan telur. Di pasaran bahan ini dikenal

dengan nama-nama dagang seperti Ovalet, SP, Spontan 88, TBM (istilah

jenis cake emulsifier dalam bahasa Jerman), dll.

Status emulsifier secara umum syubhat, karena bisa terbuat dari bahan

nabati (tanaman) atau hewani (dari hewan) seperti telah banyak dibahas

di rubrik ini sebelumnya. Di samping itu, seringkali di pasaran bahan ini

dicampur dengan lemak padat yang tidak jelas dari mana asalnya.

Page 8: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

Dough Conditioner

Bahan multifungsi, bisa melembutkan adonan, mengembangkan adonan,

mengawetkan, dll. Itulah sebabnya dough conditioner berisi campuran

berbagai jenis bahan diantaranya yaitu L-sistein, tepung kedele, asam

askorbat, lemak, gula, pengawet, emulsifier dan gipsum. Karenanya, status

dough conditioner syubhat.

Shortening

Arti sesungguhnya dari shortening adalah lemak atau campuran yang

memiliki sifat plastisitas tertentu sehingga mampu membuat makanan

seperti roti dan kueh menjadi lembut. Secara umum shortening berstatus

syubhat, kecuali yang sudah diketahui komposisinya dan telah dinyatakan

halal oleh yang berwenang. Untungnya, di Indonesia sudah banyak

shortening yang diproduksi didalam negeri dan sudah mendapatkan

sertifikat halal.

Disamping itu, kita juga harus hati-hati memilih produk bakery dan kue

hasil industri dalam negeri karena ditengarai banyak menggunakan bahan-

bahan yang belum jelas kehalalannya. Bahan-bahan tersebut antara lain:

ovalet, TBM, SP, roombutter, di samping jenis shortening atau lemak

b. Minuman fermentasi, harus dilakukan penelaahan. Penelaahan pertama

adalah dari ada tidaknya proses pengolahan. Jika tidak terdapat

pengolahan, maka statusnya sudah jelas tidak kritis atau sudah jelas

kehalalannya. Namun jika terdapat pengolahan, maka hal pertama yang

perlu ditelaah lebih lanjut adalah ada tidaknya kultivasi mikrobial. Jika

terdapat kultivasi mikrobial dan terkategori fermentasi untuk menghasilkan

minuman beralkohol (khamr) maka jelas haram dan tidak dapat digunakan

untuk menjadi bahan pada proses produksi produk halal.

Jika jenis fermentasi yang terjadi bukan untuk menghasilkan khamr, maka

dikatakan sebagai titik kritis. Artinya perlu diperjelas proses fermentasi

yang terjadi dan bahan-bahan yang digunakan dalam proses fermentasi.

Misalnya proses fermentasi pada kacang kedelai dengan menggunakan

kapang Aspergillus sp atau Rhizopus sp untuk menghasilkan kecap .

Produk yang dihasilkan terkategori halal apabila media yang digunakan

untuk memproduksi kecap tidak berasal dari bahan haram. Oleh karena itu

fermentasi mikrobial termasuk titik kritis karena memerlukan penelaahan

sumber media. Penelahan ini membutuhkan dokumen yang berisi informasi

lengkap media yang digunakan untuk memproduksi kecap tersebut.

Jika tidak terdapat kultivasi mikrobial maka proses pengolahan

kemungkinan merupakan proses lainnya seperti: proses pengeringan,

Page 9: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

pembekuan, penggilingan, pengadukan atau cara-cara lainnya. Maka

penelaahan selanjutnya adalah dengan melihat apakah terdapat bahan

tambahan / penolong yang digunakan selama proses.

Sebagai contoh, produk nabati akan jelas status kehalalannya jika pada

proses pengolahan hanya melibatkan proses pengeringan menggunakan

oven pada suhu tertentu atau secara alamiah menggunakan cahaya

matahari untuk mengurangi kadar air suatu bahan tanpa ada penambahan

bahan. Namun jika menggunakan bahan tambahan dan bahan penolong

proses maka dinyatakan sebagai titik kritis. Artinya status kehalalannya

dapat diputuskan setelah ditelaah kehalalan bahan tambahan dan bahan

penolong proses yang terlibat dalam proses pengolahannya.

c. Minyak goreng berasal dari nabati seperti kelapa atau kelapa sawit,

Dalam proses pembuatannya terdapat beberapa titik kritis, yaitu terdapat

kemungkinan penggunaan karbon aktif. Penelaahan karbon aktif apakah

menggunakan karbon aktif dari tulang atau tidak. Jika menggunakan

karbon aktif dari tulang maka perlu penelaahan apakah berasal dari tulang

hewan halal yang disembelih sesuai syariat Islam atau tidak.

Selain bahan penolong proses, pelu penelaahan ada tidaknya bahan

tambahan lain selain bahan nabati itu sendiri. Hal ini disebabkan bahwa di

berbagai negara, khususnya di wilayah Amerika dan Eropa, pengertian

“Vegetable Oil” dapat berarti minyak nabati yang dicampur dengan minyak

lain, misalnya minyak hewani. Meskipun mengandung minyak hewani

hingga 10 % masih dapat diklaim sebagai minyak nabati.

d. Gelatin Sumber bahan baku gelatin dapat berasal dari sapi (tulang dan

kulit jangat), babi (hanya kulit) dan ikan (kulit). Dari artikel tersebut maka

dapat disimpulkan, titik kritis keharaman gelatin adalah pada bahannya

(kulit babi). Produsen gelatin lebih memilih bahan kulit babi karena kualitas

bagus dan prosesnya singkat, sehingga menekan biaya produksi. Akan

tetapi karena keharamannya maka harus dicari bahan yang dapat

menghasilkan kualitas bagus dan pastinya halal dan thoyyib yaitu ikan.

4. Jelaskan prosedur sertifikasi halal ?

Jawab:

Page 10: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

Penjelasan dari tahapan proses sertifikasi sebagaimana digambarkan

dalam diagram diatas adalah sebagai berikut :

Page 11: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

Pendaftaran

Pendafataran dilakukan oleh perusahaan yang mengajukan untuk

disertifikasi halal produknya secara sukarela. Pendaftaran ini dilakukan

berdasarkan pada kelompok produk. Semua fasilitas produksi harus

terdaftar, termasuk jika ada penambahan pabrik, gudang antara

(intermediet), maklon, dsb. Sertifikasi dapat dilakukan untuk sebagian

produk atau seluruh produk. Jika produk pangan eceran (retail) dengan

merk tertentu didaftarkan, maka semua produk dengan merk yang sama

yang dipasarkan di Indonesia juga harus didaftarkan. Sertifikasi restoran/

katering mencakup semua menu. Pendaftaran untuk Sertifikasi oleh pusat

dilakukan secara online melalui web www.e-lppommui.org sedangkan

untuk sertifikasi halal oleh LPPOM Provinsi dilakukan secara manual.

Formulir pendaftaran harus diisi lengkap, disertai dengan dokumen

pendukung yang diperlukan. Setelah dilakukan pendaftaran maka

dilakukan akad sertifikasi yang berisi kesepakatan untuk melakukan

sertifikasi halal yang didaftarkan termasuk penghitungan biaya sertifikasi

halal. Penghitungan biaya sertifikasi halal diasetelah pendaftaran melalui

akad sertifikasi halal dengan mencakup : biaya audit dan laporan audit,

penetapan fatwa halal, penerbitan Sertifikat halal, dokumen status nilai

implementasi/Sertifikat SJH, analisis laboratorium (untuk produk tertentu)

dan publikasi di Majalah Jurnal Halal LPPOM MUI.

Pemeriksaan Kecukupan Dokumen

Setelah perusahaan melakukan pendaftaran dengan melengkapi seluruh

dokumen yang diperlukan, kemudian Bagian Auditing LPPOM MUI akan

memeriksa seluruh dokumen pendaftaran untuk ditentukan kecukupannya.

Jika dokumen belum memenuhi, maka bidang auditing mengirimkan Pre-

Audit Memorandum agar dilengkapi oleh perusahaan. Setelah dokumen

dinyatakan lengkap dan akad sertifikasi telah lunas, maka kemudian

ditetapkan pelaksanaan waktu untuk audit.

Pelaksanaan Audit

Audit dilakukan oleh minimum 2 orang auditor yang dilengkapi dengan

surat tugas resmi. Proses produksi produk yang didaftarkan sertifikasi atau

sejenisnya sedang berlangsung. Audit dilaksanakan di semua fasilitas yang

berkaitan dengan produk yang disertifikasi. Audit lanjutan dapat dilakukan

jika diperlukan. Pengaturan transportasi dan akomodasi menjadi

tanggungjawab perusahaan. Audit dilaksanakan pada jam kerja.

Page 12: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

Lingkup Audit meliputi pemeriksaan dokumen, observasi lapangan,

pemeriksaan fisik bahan dan pengambilan contoh/sampel (jika

dibutuhkan). Laporan audit ditandatangani oleh auditor dan auditi.

Pelaksanaa audit on site (audit ke perusahaan) mencakup audit

implementasi

SJH. Pelaksanaan audit on desk (audit dokumen tanpa ke perusahaan)

dilakukan di kantor LPPOM MUI. Evaluasi hasil audit dilakukan melalui

Forum Rapat Auditor dan kemudian pada Rapat Komisi Fatwa MUI.

Evaluasi Pasca Audit

Setelah dilakukan audit kemudian hasil audit akan disampaikan pada dua

rapat pasca audit, yaitu pada Rapat Auditor dan Rapat Komisi Fatwa MUI.

Penjelasan masing-masing rapat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Rapat Auditor

Auditor yang telah melakukan audit akan memberikan laporan hasil audit

pada Rapat Auditor. Rapat ini diikuti oleh seluruh auditor LPPOM MUI.

Auditor memberikan laporan fakta terkait dengan bahan, fasilitas maupun

implementasi Sistem Jaminan Halal dari perusahaan yang telah diauditnya.

Jika masih terdapat kekurangan/catatan, maka Bagian Auditing

mengirimkan audit memorandum kepada perusahaan. Jika hasil audit

sudah memenuhi kriteria, maka auditor menyiapkan Laporan Hasil Audit

yang akan disampaikan dalam Rapat Komisi Fatwa.

2. Rapat Komisi Fatwa

Laporan Hasil Audit oleh auditor akan disampaikan dihadapan Komisi Fatwa

MUI. Pada saat rapat ini, sampel produk eceran (retail) ditunjukkan pada

Komisi Fatwa. Jika Rapat Komisi Fatwa masih terdapat catatan atau

memerlukan data tambahan, maka Bidang Auditing mengirimkan audit

memorandum Rapat Komisi Fatwa kepada perusahaan. Jika sudah tidak

ada catatan, maka status kehalalan produk dapat diputuskan Komisi Fatwa.

Keputusan status halal

oleh Komisi Fatwa MUI ini kemudian dibuat dalam bentuk sertifikat Halal.

Dengan demikian jelas bahwa Sertifikat Halal merupakan suatu Fatwa

tertulis dari MUI yang menunjukkan status halal dari suatu produk. Sebagai

tindak lanjut terbitnya sertifikat halal, maka perusahaan harus

mengirimkan daftar bahan yang telah ditandatangani oleh pimpinan

perusahaan untuk ditandatangani oleh Direktur LPPOM MUI. Daftar bahan

yang telah ditandatangani oleh kedua pihak ini merupakan kesepakatan

dari perusahaan untuk senantiasa menjaga konsistensi kehalalan bahan

yang digunakan untuk memproduksi produk yang telah bersertifikat halal.

Page 13: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

Jika dikemudian hari perusahaan akan mengubah bahan dengan bahan lain

di luar daftar bahan yang telah disetujui, maka perusahaan akan meminta

ijin penggunaan bahan terlebih dahulu sebelum bahan digunakan untuk

memproduksi produk yang sudah bersertifikat halal.

Sertifikat Halal

Sertifikat halal diterbitkan jika produk telah dinyatakan halal dalam Rapat

Komisi Fatwa MUI. Sertifikat Halal ini ditandatangani oleh Ketua Umum

MUI, Ketua Komisi Fatwa MUI dan Direktur LPPOM MUI. Masa berlaku

sertifikat halal ini adalah selama dua tahun. Pada Sertifikat Halal dapat

dijumpai informasi berisi nomor Sertifikat, nama dan alamat perusahaan,

nama dan alamat pabrik, nama produk secara rinci serta masa berlaku

Sertifikat.

Perpanjangan Sertifkat

Sertifikat Halal MUI berlaku selama 2 (dua) tahun. Perusahaan pemegang

sertifikat halal akan melakukan pedaftaran ulang sebelum berakhirnya

masa berlaku Sertifikat Halal.

Permohonan Surat Keterangan dalam Proses Perpanjangan Sertifikat Halal

akan diberlakukan berdasarkan ketentuan status SJH. Bila perusahaan

tidak melakukan perpanjangan Sertifikat Halal, maka LPPOM MUI berhak

mengumumkan kepada masyarakat luas bahwa perusahaan tidak

memperpanjang Sertifikat Halalnya.

Logo LPPOM

Perusahaan dapat mencantumkan logo LPPOM MUI pada kemasan produk

yang bersertifikat halal. Untuk restoran, logo LPPOM MUI dapat

dicantumkan di gerai restoran.Untuk katering, logo LPPOM MUI dapat

dicantumkan di tempat penyajian dan media promosi. Aturan pencantuman

logo halal pada produk eceran (retail) mengikuti aturan yang dikeluarkan

oleh BPOM RI.

Penerbitan Surat Keterangan dalam Proses Sertifikasi

Diterbitkan berdasarkan permintaan perusahaan. Untuk pendaftaran baru

dan pengembangan, Surat diterbitkan setelah proses audit. Untuk

perpanjangan, Surat diterbitkan setelah pendaftaran perpanjangan

Page 14: Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Remidial Training of Trainer Kader Dakwah Halal

Nama Peserta Training of Trainer Kader Dakwah Halal : AHMAD IRAWAN

selambatnya 2 (dua) bulan sebelum habis masa berlaku Sertifikat halal.

Berlaku selama 3 (tiga) bulan dan hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali.

Inspeksi Mendadak (Sidak)

Perusahaan bersertifikat halal harus menyatakan kesediaan menerima

sidak pada awal akad sertifikasi. Pelaksanaan sidak dapat dilakukan tanpa

pemberitahuan atau dengan pemberitahuan. Laporan sidak ditandatangani

oleh auditor dan perusahaan yang diuadit (Auditi). Jika terdapat

ketidaksesuaian, maka ditindaklanjuti sesuai dengan keputusan LPPOM

MUI.

5. Buatlah tema tulisan dengan tema “halal is my life”. Jumlah karakter

bebas.

Jawab:

Nama saya adalah Ahmad Irawan, saya kuliah di Universitas

Muhammadiyah Palembang. Saya seorang muslim, setiap muslim

diwajibkan untuk memakan hal yang halal atau baik bagi tubuh kita. Dan

pula kita diperintahkan untuk menjauhi yang haram atau yang dapat

merusak tubuh kita.

Semua yang dilarang Allah adalah semua yang dapat merugikan bagi tubuh

ataupun kejiwaan kita. Contohnya kita dilarang memakan babi (perintah

allah). Berdasarkan pengujian di laboratorium, daging babi yang telah

dimasak masih mengandung bakteri. Bakteri itu tetap hidup walaupun

dimasak karena bakteri tersebut dilindungi dengan lapisan kimia. Bakteri

tersebut disa dibunuh dengan cara yang sama untuk membersihkan najis.

Peneliti mencoba membersihkan daging babi sama dengan cara

mensucikan sesuatu dari najis yaitu membersihkannya dengan tanah

sebanyak 7 kali. Dan peneliti tersebut menyatakan bahwa daging babi yang

telah dibersihkan dengan cara membersihkan najis setelah dimasak bakteri

tersebut hilang atau mati.

Semenjak saya membaca artikel itu saya menerapkan pada diri saya untuk

memilih makanan atau minuman yang halal. “Halal is My Life”