RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi...

98
RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP TERCIPTANYA POLITIK LOKAL YANG DEMOKRATIS PADA PILKADA SERENTAK TAHUN 2015 DI KABUPATEN GOWA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Politik Pada Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan politik UIN Alauddin Makassar Oleh ARDIANSYAH 30600112046 FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2016

Transcript of RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi...

Page 1: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

TERCIPTANYA POLITIK LOKAL YANG DEMOKRATIS PADA PILKADA

SERENTAK TAHUN 2015

DI KABUPATEN GOWA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana

Jurusan Ilmu Politik Pada Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan politik

UIN Alauddin Makassar

Oleh

ARDIANSYAH

30600112046

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

MOTO

“kadang kala kita tak mengerti bahwa kesempatan adalah

sebuah keberuntungan. beruntung karena memiliki sebuah

kesempatan. Ada banyak jejak dengan ribuan peristiwa namun

minim kesyukuran. Bagi saya pernah menyandang status

mahasiswa bak kesempatan dalam wujud keberuntungan yang

harus disyukuri. Dunia kampus ibarat potongan-potongan

kenyataan yang memberi peluang utuk belajar tentang hidup.

Katakanlah tentang seputar teori kausalitas Hegel (hubungan

sebab akibat) yang kemudian merangsang saya untuk berfikir

sadar bahwa hasil adalah manifestasi dari proses, orang yang

berdiri sukses hari ini adalah orang-orang yang barangkali

pernah menangis darah beberapa tahun yang lalu tak pernah

ada hasil yang menakjubkan tanpa ada proses yang hebat”

Page 3: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP
Page 4: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP
Page 5: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP
Page 6: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP
Page 7: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iv

ABSTRAK………………………………………………………………………..vi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………....1

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………..10

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………………………………………….11

D. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………12

E. Tinjauan Teoris…………………………………………………………..17

F. Metode Penelitian………………………………………………………...28

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………………………..35

A. Gambaran Umum Kabupaten Gowa……………………………………..35

1. Letak Dan Geografis…………………………………………………35

2. Iklim dan Cuaca……………………………………………………...39

3. Jumlah Penduduk…………………………………………………….39

4. Tingkat Pendidikan…………………………………………………..41

5. Visi, Misi Dan Tujuan………………………………………………..43

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………..46

A. Relevansi Budaya siri’ dengan Demokrasi…………………………........46

1. Budaya Siri’ Kompatebel Dengan Demokrasi...............................50

iii

Page 8: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

2. Budaya siri’ Tidak Kompatebel dengan Demokrasi......................55

B. Aktualisasi Siri’ di Pilkada Gowa Tahun 2015…………………………..57

1. Aktualisasi siri‟ di Pilkada Gowa Tahun 2015..............................58

a. Tidak Akuratnya Penetapan data Pemilukada....................60

b. KPUD yang Tidak Netral...................................................63

c. Money Politik.....................................................................64

d. Mencuri star kampanye......................................................65

e. Dukungan PNS yang Tidak Netral.....................................66

f. Pelanggaran Kampanye Dalam Pengerahan Massa...........67

2. Bupati Sebagai Produk Pilkada......................................................67

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………...73

A. Kesimpulan………………………………………………………………73

B. Saran……………………………………………………………………...75

DaftarPustaka …………………………………………………………………....77

iV

Page 9: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

ABSTRAK

Skripsi ini membahas mengenai Relevansi dan Aktualisasi konsep Budaya

Siri’, Terhadap Terciptanya Politik Lokal Yang Demokratis (Studi Kasus Pilkada

Serentak Tahun 2015 Di Kabupaten Gowa). Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan data dalam bentuk kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pokok-pokok

permasalahan dalam skirpsi ini yaitu Bagaimana relevansi budaya lokal siri’ terhadap

terwujudnya politik lokal (Pilkada) yang demokratis di Kabupaten Gowa dan

Bagaimana aktualisasi budaya siri’ di Pilkada serentak Kabupaten Gowa Tahun 2015.

Teori yang digunakan dalam menguraikan masalah tersebut adalah teori strukturasi,

demokrasi, perubahan sosial, dan struktural fungsional.

Hasil penelitian menemukan adanya dua pendapat mengenai relevansi

Budaya siri’ terhadap terwujudnya politik lokal (pilkada) yang demokratis di

Kabupaten Gowa. Pendapat pertama mengatakan bahwa nilai-nilai siri‟ kompatebel

dengan konsep demokrasi yaitu merujuk pada kerelevansian antara konsep siri’ dan

demokrasi pada asas kebaikan secara kolektif (humanisasi), asas kejujuran, dan

keadilan. Pandangan kedua mengatakan bahwa budaya siri’ tidak kompatebel dengan

konsep demokrasi yakni melihat bahwa nilai-nilai mempertahankan yang cenderung

berambisi dalam konsep siri’ bisa menjadi ancaman terhadap tuntutan sikap

sportifitas dalam konsep demokrasi.

Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa tidak diaktiualisasikannya konsep

siri’ denghan melihat dua hal yaitu saat proses berlangsungnnya pilkada dan sosok

pemimpin yang dihasilkan sebagai produk pilkada. Terjadinya banyak pelanggaran

saat pemilukada berlangsung sebagai indikator bahwa nilai-nilai siri’ tidak

diaktualisasikan yakni sebagai brikut: Tidak akuratnya data pemilih, KPUD

Kabupaten Gowa yang tidak netral, money politics, mencuri star kampanye,

dukungan PNS yang tidak netral, dan pelanggaran dalam pengarahan massa

kampanye. Selanjutnya pilkada menghasilkan pemimpin yang menjadikan budaya

lokal sebagai alat politik sehingga mengindikasikan bahwa nilai-nilai siri’ tidak

teraktualisasikan

Kata Kunci: Relevansi, Aktualisasi, Budaya Siri’ dan Pilkada

v

Page 10: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Luas Daerah Tiap Kecamatan di Kabupaten Gowa

Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Yang Ditamatkan

Page 11: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Istilah kebudayaan atau culture dalam bahasa Inggris, berasal dari kata kerja

dalam bahasa latin colore yang berarti bercocok tanam (cultivation) dan bahkan

dikalangan penulis pemeluk agama Kristen istilah cultura juga dapat diartikan

sebagai ibadah atau sembahyang (worship). Menurut bahasa Indonesia, kata

kebudayaan berasal dari bahasa sansakerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata

buddhi (budi atau akal) kemudian ditafsirkan bahwa kata budaya merupakan

perkembangan dari kata majemuk “budi-daya” yang berarti daya dari budi, yaitu

berupa cipta, karsa dan rasa. Koentjaraningrat mendefenisikan kebudayaan

merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. E.B

Tylor dalam telaah Purwanto, mendefenisikan kata kebudayaan sebagai keseluruhan

yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral,

adat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai

anggota masyarakat.1

Pentingnya variabel budaya dalam perkembangan politik ditunjukkan antara

lain oleh riset yang dilakukan oleh Robert Putnam dan Ronald Inglehart. Menurut

Putnam, budaya adalah akar dari perbedaan-perbedaan yang besar antara Italia Utara

1 Hari Poerwanto. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008 ), hal. 51-52.

1

Page 12: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

yang bercorak demokratis dan Italia Selatan yang bercorak otoritarian. Menurut

Inglehart dalam telaah Siti Zuhro, memandang bahwa masyarakat sangat bervariasi

dalam tingkat penekanannya pada nilai-nilai peninggalan dan nilai-nilai ekspresi diri.

Masyarakat yang menekankan pada nilai-nilai ekspresi diri kecenderungannya akan

lebih demokratis daripada masyarakat yang menekankan pada nilai-nilai

peninggalan. Kesimpulan kedua ilmuwan tersebut mewarisi pemikiran rintisan dari

Alexis De Tocquevelli yang menyimpulkan bahwa apa yang membuat sistem politik

Amerika Serikat berhasil adalah kecocokan budayanya dengan demokrasi. 2

Lahirnya Undang-Undang No. 32/2004 mengenai otonomi daerah,

memungkinkan konsep pemerintahan desa dengan konsep pemerintahan adat hal ini

dikuatkan lagi dengan dihasilkannya amandement kedua UUD 1945 Pasal 18 B ayat

(2) Bab VI bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, kemudian dipertegas lagi Pasal 28 I Bab

X A yang menyatakan bahwa identitas budaya dan hak masyarakat tradisional

dihormati sebagai hak asasi manusia. Otonomi daerah menjadikan masyarakat lokal

mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk melakukan kreasi sesuai dengan

tradisi-tradisi yang berkembang di daerahnya. Tingginya tingkat fragmentasi lokal

menuntut demokrasi lokal untuk secara kreatif menemukan solusi-solusi dari berbagai

masalah yang dihadapi secara universal, dalam arti pemerintah dan masyarakat lokal

2 Siti Zuhro, Dkk. Demokrasi Lokal: Perubahan dan Kesinambungan Nilai-Nilai

Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Bali

(Yogyakarta: Ombak, 2009 ), hal. 275.

2

Page 13: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

bertanggung jawab mengurus rumah tangganya sendiri. Demokrasi lokal merupakan

salah satu media untuk mewujudkan peran aktif masyarakt lokal.3

Indonesia adalah suatu negara yang di dalamnya didiami oleh berbagai

macam suku, ras, agama dan bahasa yang berbeda-beda. Setiap suku memiliki

kebudayaan masing-masing, kebudayaan inilah yang kemudian dijunjung tinggi

karena dipandang sebagai tatanan nilai dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Lebih khusus Makassar adalah salah satu suku yang memiliki kebudayaan sendiri

yang kemudian dijadikan sebagai pandangan hidup masyarakatnya.

Makassar diakui bukan sebatas nama perkampungan yang kemudian menjadi

kota. Makassar adalah nama salah satu suku yang membawa karakteristik spesifik

manusia yang hidup dan berinteraksi serta kebanggaan-kebanggaan yang kemudian

dilahirkan. Sebagai nama suku ada kekhasan yang terbangun dari akumulasi karakter

manusia yang berlandaskan nilai budaya yang dipengaruhi oleh pelbagai tatanan yang

hidup dan berkembang disekelilingnya, termasuk agama dan kepercayaan yang

dianut. Kebudayaan inilah yang kemudian menjadi wadah bagi berseminya nilai-nilai

kebanggan tersebut.4

Orang Bugis-Makassar dalam kehidupan sehari-hari masih banyak terikat oleh

sistem norma dan aturan-aturan adatnya yang keramat dan sakral yang

keseluruhannya mereka sebut panngaderreng atau pangngadakkang dalam bahasa

3 Syahrir Karim, Politik Desentralisasi Membangun Demokrasi Lokal (Makassar:

Alauddin University Press , 2012), hal. 113-114. 4 HB. Amiruddin Maulana. Demi Makassar (Makassar: Global Publishing, 2001),

hal. 152-153

3

Page 14: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Makassar. Sistem adat keramat dari orang Bugis-Makassar itu berdasarkan atas lima

unsur pokok ialah: (1) Ade’ (ada’ dalam Makassar), (2) Bicara, (3) Rapang, (4) Wari’

dan (5) Sara’ . Unsur-unsur pokok tersebut dari adat keramat tadi terjalin satu sama

lain sebagai suatu kesatuan organis dalam alam pikiran orang Bugis-Makassar, yang

memberi rasa sentimen kewargaan masyarakat, identitas sosial dan juga martabat dan

rasa harga diri, yang terkandung semuanya dalam konsep SIRI’.5

Alvin Toffler melihat bahwa di tengah arus globalisasi ternyata muncul

paradoks menguatnya semangat menonjolkan karakter lokalitas. Fenomena ini punya

nilai positif terutama bila dikaitkan dengan era otonomi daerah yang memberi

peluang bagi daerah untuk mengembangkan diri seluas mungkin. Otonomi daerah

memungkinkan setiap daerah menonjolkan kekhasannya sebagai sumber potensi.

Disisi lain era otonomi daerah yang seluas-luasnya juga berdamapak negatif bagi

lokalitas dengan perkembangan semangat etnosentrisme dan potensi disintegrasi dari

negara kesatuan Republik Indonesia. Berbagai kebijakan yang menonjolkan

kepentingan sempit lokalitas tampak mulai dari isu putra daerah, kebijakan

transmigrasi yang hanya membuka peluang bagi perpindahan penduduk dalam satu

provinsi, sampai pada upaya mengembalikan simbol-simbol kejayaan kerajaan.6 Hal

negatif inipun tampaknya terlihat di kabupaten Gowa pada Pilkada serentak 2015

5 Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Yogyakrta: Djambatan,

1979), hal. 270. 6 Dede Mariana, Demokrasi dan Politik Desentralisasi (Bandung: Graha Ilmu,

2007), hal. 71-72.

4

Page 15: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

lalu, budaya lokal seolah-olah tak punya andil untuk mewujudkan pemerintahan lokal

yang demokratis.

Kebudayaan yang hidup dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan

realitas dari pola pikir, tingkah laku, maupun nilai-nilai yang diatur oleh masyarakat

yang bersangkutan. Kebudayaan dalam suatu masyarakat adalah sistem nilai tertentu

yang dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat pendukungnya, dijadikan dasar

dalam berperilaku. Kebudayaan inilah yang kemudian menjadi tradisi masyarakat.

Tradisi adalah sesuatu yang sulit berubah karena sudah menyatu dalam kehidupan

masyarakat. Tradisi tampaknya sudah terbentuk sebagai suatu norma yang dibakukan

dalam kehidupan masyarakat.7

Allah SWT berfirman dalam QS. al-Hujurât ayat 13:

Terjemahan:

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang

paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengena”

7 Wahyuni, Perilaku Beragama, Studi Sosiologi Terhadap Asimilasi Agama dan

Budaya Di Sulawesi Selatan (Makassar: Alauddin University Press,2013), hal. 114-116.

5

Page 16: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Penjelasan ayat di atas menegaskan bahwa semua manusia memiliki derajat

kemanusiaan yang sama di hadapan Allah SWT, yang membedakan adalah kualitas

ketakwaan kepada Allah SWT. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling

berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, maka sudah seharusnya untuk mengenal

budaya atau tradisi masyarakat yang berbeda di suatu daerah. Semakin kuat

pengenalan masyarakat terhadap budaya masyarakat yang lain, maka akan memberi

peluang untuk saling memberi manfaat.

Berbicara mengenai pandangan agama Islam terhadap tradisi terlebih dahulu

harus dikemukakan bahwa tradisi adalah kebiasaan yang telah berkembang secara

turun-temurun dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Tradisi tersebut ada

kemungkinan tidak berlaku bagi kelompok masyarakat lain, sehingga hanya berlaku

bagi sekelompok masyarakat.

Keberadaan tradisi dalam masyarakat dinyatakan sebagai suatu aturan yang

meliputi segala perkataan, tindakan, dan sebagainya yang lazim dituruti serta

dilakukan sejak zaman nenek moyang atau leluhur. Sehingga sampai sekarang masih

dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah didapatkan, tanpa harus

mempertimbangkan kegiatan tersebut dapat bertentangan dengan ajaran agama atau

tidak.

6

Page 17: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah/2:170.

Terjemahan:

”dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah

diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya

mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang

kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang

mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat

petunjuk?".

Agama Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju

kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Islam tidak datang untuk menghancurkan

tradisi atau budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang

bersamaan Islam mengingatkan agar umat manusia jauh dan terhindar dari hal-hal

yang tidak bermanfaat dan membawa mudarat di dalam kehidupannya, sehingga

Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di

masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi

derajat kemanusiaan.8

8 Endar Wismulyani, Jejak Islam di Nusantara, Cet 1 (Klaten: Cempaka Putih, 2008),

hal.46-47

7

Page 18: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Islam juga sangat toleran terhadap tradisi. Dalam hadis diterangkan:

ثنا أبو أسامة ثنا أبو بكر بن أب شيبة، وأبو كريب، واللفظ لب بكر، قال: حد ، عن بريد بن حد

ذا بعث أحدا عبد هللا، ا عن أب بردة، عن أب موس، قال: كن رسول هللا صل هللا عليه وسل

ابه ف بعض أمره، قال: وا»من أص وا ول تعس وا ول تنفروا، ويس «بش9

Terjemahan:

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu

Kuraib sedangkan lafadznya dari Abu Bakar, keduanya berkata; telah

menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid bin Abdullah dari

Abu Burdah dari Abu Musa dia berkata, "Apabila Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam mengangkat seseorang dari sahabatnya

untuk melaksanakan perintahnya, beliau bersabda: "Berilah mereka

kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, mudahkan urusan

mereka jangan kamu persulit.” (HR. Muslim).

Hadis di atas memberikan pesan bahwa Islam adalah agama yang memberikan

kabar gembira, dan tidak menjadikan orang lain membencinya, memudahkan dan

tidak mempersulit, antara lain dengan menerima sistem dari luar Islam yang

mengajak pada kebaikan. Sebagaimana dimaklumi, suatu masyarakat sangat berat

untuk meninggalkan tradisi yang telah berjalan lama. Menolak tradisi mereka, berarti

mempersulit keIslaman mereka.

9Muslim ibn al-H{ajja>j al-H{asan al-Qusyai>riy al-Naisa>bu>riy, S{ah}ih} Muslim, Juz III,

(Beirut: Da>r Ih}ya> al-Turas\ al-‘Arabi> t.th), hal. 1358.

8

Page 19: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Oleh karena itu dalam konteks ini Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam

bersabda:

ي هفس بيده » هاوال يل أعطيتم ا

ا مون فهيا حرمات الل ة يعظ «، ل يسألون خط

10

Terjemahan:

“Beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,

mereka tidaklah meminta kepadaku satu langkah perbuatan yang

membuat mereka mengagungkan kehormatan-kehormatan Allah

melainkan aku pasti akan memenuhinya”. (HR. Bukhari).

Hadis di atas memberikan penegasan, bahwa Islam akan selalu menerima

ajakan kaum musrik pada suatu tradisi yang membawa pada pengagungan hak-hak

Allah dan ikatan silaturrahmi. Hal ini membuktikan bahwa Islam tidak anti tradisi.

bahkan mengapresiasi tradisi yang dapat membawa pada kebaikan11

.

Perkembangan masyarakat dalam konteks otonomi daerah tidak dapat

dipungkiri telah menghasilkan kondisi obyektif bagi tumbuhnya budaya lokal, serta

partisipasi rakyat secara melembaga dan kritis sebagai kontrol politik terhadap

penyelenggaraan pemerintah daerah.12

Budaya Bugis Makassar mengenal istilah

Pappasang yaitu amanat atau pesan-pesan yang dituangkan oleh orang tua (leluhur)

kepada generasi penerus. Pappasang ini terdapat lima Prinsip yang terkandung

10 Muh}ammad ibn Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukha>ri> al-Ju’fi>, S}ah}ih} al-Bukha>ri>, Juz

III, (Cet. I; Da>r T{u>qi al-Naja>h, 1422 H), hal. 193. 11 http://www.muslimedianews.com/2015/05/tradisi-menurut-al-quran-as-

sunnah.html#ixzz4D08lzILV 12

Isran Noor, Politik Otonomi Daerah, (Jakarta: Profajar Jurnalism, 2013), hal. 12.

9

Page 20: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

didalamnya dan orang yang dipandang memiliki harga diri atau siri harus berpegang

kepada lima prinsip tersebut. Kelima prinsip tersebut adalah amanah, jujur, sopan,

berpendirian kuat dan taat pada tuhan yang maha esa. Bila disimpulkan secara luas

manusia yang mengamalkan kelima prinsip-prinsip tersebut adalah manusia yang

menghayati dan mengamalakan nilai-nilai Pancasila. Pancasila sejatinya memang

digali dari nilai-nilai bangsa Indonesia sendiri yang Bhineka Tunggal Ika. Hal ini

menegaskan bahwa nilai-nilai siri sesuai dengan pancasila untuk mewujudkan

Indonesia yang demokratis13

. Bagian ini penulis akan melihat bagimana relevansi

budaya lokal terhadap terciptanya pemerintahan lokal yang demokratis di era

pemerintahan yang bersifat desentralisasi. Sehingga mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian yang berjudul:

“Relevansi dan Aktualisasi konsep Budaya Siri’, Terhadap Terciptanya

Politik Lokal Yang Demokratis ( Studi Kasus Pilkada Serentak Tahun 2015 Di

Kabupaten Gowa ).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan dua pokok permasalahan yakni:

1. Bagaimana relevansi budaya lokal siri’ terhadap terwujudnya politik lokal

(Pilkada) yang demokratis di Kabupaten Gowa ?

13

Andi Moein MG. Menggali Nilai-Nilai Budaya Bugis-Makassar Sirik Na Pacce

(Ujung Pandang: Mapress 1988), hal. 17-18.

10

Page 21: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

2. Bagaimana aktualisasi budaya siri’ di Pilkada serentak Kabupaten Gowa

Tahun 2015 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Diterapkannya pemerintahan yang bersifat desentralisasi menempatkan

budaya dan kearifan lokal seharusnya berperan penting dalam terciptanya

perpolitikan lokal yang demokratis. Hal ini yang membuat peneliti berkeinginan

untuk meneliti dan mengkaji aktualisasi konsep budaya lokal siri’ pada

penyelenggaraan Pilkada serentak di Kabupaten Gowa pada tahun 2015 dengan

berpatokan pada sebuah tujuan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui relevansi budaya lokal siri’ terhadap terwujudnya politik

lokal (Pilkada) yang demokratis di Kabupaten Gowa.

b. Untuk mengetahui aktualisasi budaya siri’ di Pilkada serentak Kabupaten

Gowa Tahun 2015.

2. Kegunaan penelitian

Kegunaan yang diharapkan penulis dari penelitian antara lain:

a. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan

pengetahuan dan menambah cakrawala dalam melihat budaya lokal sebagai

faktor penting terhadap terciptanya politik lokal yang demokratis.

11

Page 22: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

b. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberi

tambahan informasi, referensi dan sebagai acuan bagi yang membutuhkan

dan dapat berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi civitas

akademika yang akan melakukan penelitian selanjutnya.

D. Tinjauan pustaka

Adapun beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan tema yang diangkat

oleh penulis.

1. Yuwanto Arif Sofianto dalam jurnalnya yang berjudul “Kontribusi Budaya

Politik Lokal Dalam Demokratisasi (Kajian Budaya Politik dan Demokrasi Lokal

Pascareformasi di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang)”

. Adapun hasil penelitian yang ditulis oleh Yuwanto Arif Sofianto yaitu

bahwa kontribusi budaya politik lokal terhadap demokratisasi dapat dibedakan

menjadi kontribusi terhadap pemahaman atau nilai demokrasi dan kontribusi

terhadap perilaku warga masyarakat. Kontribusi tersebut berasal dari nilai lama

maupun baru pasca reformasi yang dapat memberikan kontribusi konstruktif

maupun destruktif. Kontribusi konstruktif nilai-nilai budaya politik lokal ialah

memberikan landasan bagi komitmen bersama, toleransi, kerjasama dan

partisipasi yang tinggi. Sedangkan kontribusi destruktif adalah nilai-nilai

patrimonialisme yang masih ada, pragmatisme, kebebasan tanpa batas dan

proseduralisme. Kontribusi konstruktif perilaku ialah kerjasama, menghargai

12

Page 23: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

keberadaan orang lain dan partisipasi yang baik dalam sistem politik lokal.

Sedangkan kontribusi destruktif adalah pragmatisme yang kuat, orientasi

ekonomis (finansial) dalam partisipasi dan menguatnya individualisme

masyarakat yang kurang mendukung kesetaraan dan kebersamaan.14

Penulis

menjadikan hasil penelitian di atas sebagai tinjauan pustaka karena dianggap

memiliki kesamaan, yakni melihat hubungan budaya lokal dengan pemerintahan

lokal yang demokratis. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang

akan dilakukan penulis adalah selain lokasi penelitian, penulis juga meneliti

budaya lokal dengan secara lebih spesifik, dalam hal ini penulis lebih menggali

relevansi budaya siri, sipakatau dan sipakalabbiri’ terhadap terciptanya

pemerintahan lokal yang demokratis.

2. Rifqi Zabadi Asshegaf dalam skripsinya yang berjudul “Demokrasi Otonomi

Daerah Dan Perilaku Politik Jawara ( Studi Tentang Peran Jawara Dalam

Pemenangan H. Mulyadi Jayabaya Dan H. Amir Hamzah Pada Pilkada

Kabupaten Lebak Tahun 2008)”

Adapun hasil penelitian yang ditulis oleh Rifqi Zabadi Asshegaf

yaitu. Pelaksanaan otonomi daerah di sisi lain ternyata telah memberikan

kesempatan kepada elit tradisional seperti jawara dalam melebarkan pengaruhnya

dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Partisipasi politik jawara dalam

14

Yuwanto Arif Sofianto, kontribusi budaya politik lokal dalam demokratisasi (Kajian

Budaya Politik dan Demokrasi Lokal Pascareformasi di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang),

(Semarang: sebuah Jurnal ).

13

Page 24: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Pilkada Kabupaten Lebak Tahun 2008 dilakukan dengan cara mensukseskan

calon bupati dan wakil bupati pasanagan H. Mulyadi Jayabaya Dan H. Amir

Hamzah sebagai tim sukses.15

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang

akan dilakukan penulis yaitu sama-sama mengkaji mengenai politik lokal.

Perbedaannya penelitian ini melihat hubungan antara elit lokal dengan

keberhasilan seorang kandidat di pilkada lokal, sementara penelitian yang akan

dilakukan penulis mengkaji hubungan antara budaya lokal dengan politik lokal

yang demokratis.

3. Fahri Rezki Rahman dalam skripsinya, Aktualisasi Nilai Budaya Lokal Dalam

Kepemimpinan Pemerintahan di Kota Palopo

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa konsep otonomi daerah

dalam pelaksanaannya tidak menjamin eksistensi nilai budaya lokal dalam

penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya Kota Palopo, terkait dengan

variabel nilai budaya lokal adele, lempu, dan getteng, terhadap pemahaman dan

aktualisasi nilai tersebut dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi selaku

pemimpin pemerintahan. Oleh karena berdasarkan hasil temuan penulis, tidak

semua informan paham dan aktualisasikan nilai budaya lokal tersebut dari

15

Rifqi Zabadi Asshegaf. Demokrasi Otonomi Daerah Dan Perilaku Politik Jawara (

studi tentang Peran Jawara dalam pemenangan H. Mulyadi Jayabaya Dan H. Amir Hamzah Pada

Pilkada Kabupaten Lebak Tahun 2008) ( Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: sebuah

skripsi, 2013).

14

Page 25: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

representasi strukutur yang ada16

. Penelitian ini memiliki kesamaan yaitu sama-

sama mengkaji budaya lokal secara lebih spesifik, yang membedakan adalah

penilitian ini melihat aktualisasi budaya lokal dalam kepemimpinan pemerintah di

Kota Palopo, artinya penelitian ini cenderung mengkaji aktualisasi oleh pemimpin

terhadap budaya lokal dalam pemerintahaan. Sementara peneilitian yang akan

dilakukan penulis tidak hanya seputar kepemimpinan.

4. Edwin Yustian Driyartana dalam skripsinya yang berjudul “Kedudukan Partai

Politik Lokal Di Nanggroe Aceh Darussalam Ditinjau Dari Asas Demokrasi”

Hasil penelitian ini mengatakan keberadaan partai politik lokal di Aceh

juga turut membawa implikasi berupa menurunnya perolehan suara partai politik

nasional dalam pemilihan umum lokal yang dilaksanakan pada tahun 2009 di

Aceh, dimana Partai Aceh berhasil mendominasi dalam perolehan suara, jauh di

atas partai politik nasional dan partai politik lokal lainnya.17

Penelitian ini sama-

sama mengkaji tentang politik lokal, namun perbedaanya adalah peneilitian ini

lebih menjadikan partai politik lokal sebagai fokus penelitian.

5. Andi Muhammad Yusuf dalam skripsinya yang berjudul “Reproduksi Status

Tradisional Dalam Praktik Politik di Kabupaten Wajo”

hasil penelitian ini memperlihatkan pola dan karakteristik dari praktek

Ajjoareng-joa cukup berpengaruh guna mendapatkan dukungan politik dan

16

Fahri Rezki Rahman, Aktualisasi Nilai Budaya Lokal Dalam Kepemimpinan

Pemerintahan di Kota Palopo ( Universitas Hasanuddin Makassar : Sebuah Skripsi, 2013).

17Edwin Yustian Driyartana, Kedudukan Partai Politik Lokal Di Nanggroe Aceh Darussalam

Ditinjau Dari Asas Demokrasi ( Universitas Sebelas Maret Surakarta: Sebuah Skripsi, 2010).

15

Page 26: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

kedudukan kekuasaan. Reproduksi status cukup mempengaruhi kultur masyarakat

wajo dalam menduduki kekuasaan dan dan dihadirkan pada praktek-praktik

politik sebagai bagian dari upaya strategi politik mendominasi kekuasaan.18

penilitian ini meiliki kesamaan yang dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis yaitu keterlibatan budaya lokal dan relevansinya terhadap politik lokal,

perbedaannya adalah budaya lokal pada penelitian ini dijadikan sebagai strategi

politik.

Penelitian ini memiliki keunggulan atau kelebihan dibandingkan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya yaitu karena penulis mengkaji lebih spesifik

tentang konsep serta pengaktualisasian nilai-nilai budaya lokal Siri’ di Kabupaten

Gowa. Budaya lokal sebagai tatanan nilai telah menjadi identitas yang melekat

dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus sebagi pedoman dalam bertindak pada

kehidupan sosial secara umum. Penulis pada penelitian ini akan memaparkan

tentang makna siri’ secara substansi dengan berdasarkan pada infomasi-informasi

yang diperoleh dari budayawan lokal serta pihak pemerintah terkait, yang sangat

paham dan mengetahui konsep siri secara historis maupun kondisinya saat ini.

Selanjutnya penulis akan mendiskripsikan sinergitas antara budaya lokal dengan

politik lokal dengan menjadikan pesta demokrasi yakni Pilkada sebagai indikator

18 Andi Muhammad Yusuf. Reproduksi Status Tradisional Dalam Praktik Politik di

Kabupaten Wajo ( Universitas Hasanuddin Makassar: Sebuah Skripsi, 2012).

16

Page 27: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

penerapan konsep budaya lokal. Pilkada tahun 2015 di Kabupaten Gowa sebagai

labolatirum penerepan manifestasi dari kehidupan sehari-hari pada umumnya..

E. Tinjauan teoritis

1. Teori Strukturasi

Menurut teori strukturasi, domain dasar kajian ilmu-ilmu sosial bukanlah

pengalaman masing-masing aktor ataupun keberadaan setiap bentuk totalitas

kemasyarakatan, melainkan praktek-praktek sosial yang terjadi disepanjang ruang

dan waktu. Aktifitas-aktifitas sosial manusia, seperti halnya benda-benda alam

yang berkembang biak sendiri, saling terkait satu sama lain. Artinya aktifitas-

aktifitas sosial itu tidak dihadirkan oleh para aktor sosial, melainkan terus

menerus diciptakan oleh mereka melalui sarana-sarana pengungkapan diri mereka

sebagai aktor. di dalam dan melalui aktivitas-aktivitas mereka, para agen

memproduksi kondisi-kondisi yang memungkinkan keberadaan aktivitas-aktivitas

itu.19

Giddens mengkaji seluruh permasalahan ini karena ia frustasi dengan

kecenderungan banyak ilmu sosial untuk menempatkan diri mereka pada satu sisi

atau sisi lainya dari dualisme struktur-agensi dasar ini. Giddens berusaha

melampaui dualisme tersebut melalui apa yang disebutnya teori strukturasi.

Argument dasarnya adalah bahwa struktur dan agensi bukanlah entitas yang

terpisah keduanya adalah saling tergantung dan berkaitan secara internal. Struktur

19

Anthoni Giddens, Teori Strukturasi Dasar-Dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyrakat

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 5.

17

Page 28: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

hanya ada melalui agensi, dan agen mempunyai aturan dan sumber daya di antara

mereka yang akan memfasilitasi atau menghambat aksi mereka.

Giddens seperti kaum strukturalis, mengakui bahwa struktur-struktur

tersebut memang membatasi apa yang bisa dilakukan individu. Namun, berbeda

dengan strukturalis, Giddens menyatakan bahwa aturan dan sumber daya ini juga

memungkinkan aksi tertentu. Satu poin kunci dari model Giddens adalah bahwa

tindakan tertentu bisa mengarah pada rekonstruksi struktur, yang pada gilirannya

akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Secara keseluruhan teori Strukturasi

memberikan model yang seimbang, yakni struktur dan agensi berinteraksi dengan

erat. Metafora Giddens untuk hal ini adalah bahwa alih-alih sebagai fenomena

yang berbeda, struktur dan agensi dalam kenyataannya adalah dua sisi dari mata

uang yang sama.20

Teori strukturasi Giddens menyerang atau mengkritisi sistem melalui

fungsi-fungsi struktur dan aktor di dalamnya. Giddens memastikan

kemampuan individu untuk berperan dalam masyarakat atau komunitas

budayanya, yang masih kuat dipengaruhi oleh struktur sosial masyarakat

yang membentuk paham strukturalisme sosial dan budaya dalam praktik

sosial dan budaya dalam kehidupannya sehari-hari. Paradigma atau asumsi-

asumsi dasar teori strukturasi, melihat posisi dan peran manusia di dalam

20

David Marah dan Gerry stoker, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik (Bandung:

Nusamedia,2010), hal. 334-335.

18

Page 29: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

struktur dilihat dari kemampuan manusia sebagai aktor hingga kemampuan

agensinya di dalam dan/atau terhadap struktur tersebut.

Giddens berangkat dari teori subjek atau theory of the subject yang

memandang posisi dan peran manusia di dalam struktur, bersyarat dan

bertolak dari kemampuan agensinya. Tindakan sosial adalah hasil bentukan

struktur, demikian juga struktur sendiri merupakan bentukan agen. Penjelasan

tersebut mengindikasikan adanya dualitas struktur, yaitu struktur merupakan

medium dan agensi sekaligus pada saat yang sama merupakan out come

agensi. Teori strukturasi menekankan beberapa hal pada hubungan manusia

dengan struktur atau agensi dan struktur, dan pertimbangan ruang dan waktu

dalam perubahan sosial atau konsep time, space and sosial change.

Pertama, hubungan pelaku (agency) dan struktur merupakan dualitas

dan bukan dualisme, yaitu adanya hubungan dualitas-timbal balik agen dan

struktur, didalamnya terdapat hubungan tindakan aktor dan struktur yang

saling mengandaikan dan mempengaruhi. Kedua, sentralitas pengaruh ruang

dan waktu, di mana ruang (space) dan waktu (time) bukan arena tindakan

melainkan unsur konstitutif dari tindakan dan pengorganisasian masyarakat,

hingga perubahan sosial yang terjadi. Sehingga space, time and social

change dinyatakan berbengaruh secara menyeluruh terhadap segala perubahan

dan keberlanjutan, kemampuan aktor hingga reproduksi struktur dan sosialisasi

agensi dengan pertimbangan ideologi dan kesadaran.

19

Page 30: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Konsep teori Giddens dalam konteks ruang dan waktu mempengaruhi

tindakan aktor dan/atau agen dalam mencapai tujuannya, akan menemui

prakondisi dan kondisi bilamana manusia bertindak. Kondisi bertalian dengan

syarat dan situasi dalam pertimbangan nilai kultural, yang menyebabkan

selalu adanya pergeseran, transisi, dan pertimbangan tawar-menawar posisi

ruang dan waktu dalam kearifan budaya tradisional dan budaya modern.

Sehingga searah dengan perkembangan teorinya.

Giddens menyatakan bahwa aktifitas manusia bersifat rekursif, yaitu

aktifitas yang dilakukannya tidak selalu terbawa dalam arus setting

lingkungan sosialnya, tetapi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan

secara terus menerus dan dibentuk kembali dalam atau oleh aktifitas manusia

melalui pengertian yang kemudian diekspresikan sendiri oleh agen.

Dijelaskannya, cara berpartisipasi atau cara bertindak dalam konteks kehidupan

sosial, mencakup cara mematuhi aturan (rule) dalam struktur sosial. Sehingga

peraturan merupakan haluan dalam media (strukture) sekaligus tolak ukur dan

stimulator dilakukannya berbagai tindakan dan praktek sosial. Sehingga

menguatkan asumsi atas hubungan dan saling ketergantungan antara struktur

dan aktor (individu), struktur dengan tindakan dan agensi, di mana struktur

memungkinkan adanya tindakan, sebagai media dan pada saat yang sama

struktur merupakan outcome reproduksi tindakan. Berlanjut pada praktek dan

20

Page 31: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

aktifitas sosial di mana aturan (rule) sebagai alat dan bahkan struktur

sendiri menjadi sarana dilakukannya aktifitas sosial.21

2. Teori Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa latin “demos” (rakyat) dan kratos

(pemerintahan). Demokrasi selalu diasosiasikan sebagai suatu bentuk

pemrintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.22

Menurut Larry Diamond,

dalam suatu demokrasi harus ada jalan yang banyak bagi rakyat untuk

mengekspresikan kepentingan dan keinginan mereka tidak hanya untuk

mempengaruhi kebijakan, tetapi juga untuk secara terus menerus memantau dan

mengontrol pelaksanaan kekuatan negara. Untuk melibatkan rakyat dalam

pembuatan kebijakan dan mengontrol kekuasaan negara, lembaga-lembaga

demokratis seperti partai politik, parlement, sistem pemilihan umum dan

pemisahan kekuasaan harus dibentuk. Memilihara demokrasi terkait dengan

pembuatan lembaga dan mekanisme demokrasi yang mampu memenuhi tuntutan

rakyat. Suatu rezim demokratis akan mempertahankan legitimasinya hanya bila

mampu memenuhi kepentingan materi dan ideal dari rakyat. Legitimasi

karenanya merupakan unsur penting dalam menjamin kelangsungan rezim

demokratis.

Suatu demokrasi yang terkonsolidasi, menurut Juan J. Linz dan Alfred

Stepan, tercapai ketika tiga kriteria tambahan tercapai. Secara tindakan, tidak ada

21 http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-164-468991295-tesiscontent.pdf

22 Kabul Budiyono, Teori dan Filsafat Ilmu Politik ( Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 153.

21

Page 32: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

lembaga atau aktor penting yang menggunakan sumber daya yang signifikan

berupaya untuk mencapai sasaran dengan menciptakan rezim non-demokratis atau

menggunakan kekerasan. Secara sikap, mayoritas besar penduduk percaya bahwa

prosedur dan lembaga demokratis merupaakn “satu-satunya permainan” untuk

mengatur secara kolektif kehidupan dalam masyarakat. Secara konstitusional,

kekuatan pemerintah maupun non-pemerintah bertekad untuk menyelesaikan

konflik lewat hukum, prosedur dan lembaga tertentu yang diakui proses

demokratis.

Sautu demokrasi terkonsolidasi bukan sebagai akhir dari perjalanan politik

suatu masyarakat, tetapi sebagai proses interaksi diantara lima arena yang terus

berjalan yakni sebagai berikut:

1. Kelompok yang mengorganisasi diri atau masyarakat sipil yang hidup.

2. Suatu masyarakat politik yang secara khusus mengatur diri untuk mengimbangi

hak pemimpin yang memiliki legitimasi untuk menjalankan kekuasaan atas

kekuatan publik dan aparat negara.

3. Aturan hukum yang menjamin tingkat tertentu otonomi dan kemerdekaan

masyarakat sipil dan politik

4. Suatu birokrasi negara yang melindungi hak-hak penduduknya dan memberi

pelayanan mendasar untuk semua penduduk

5. Kelompok ekonomi yang menjadi penengah antara negara dan pasar.23

23

Bob Sugeng Hadiwinata dan Christoph Schuck. Demokrasi di Indonesia Teori

Dan Praktek (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal. 2-4.

22

Page 33: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

3. Perubahan Sosial

Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian

dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua

bagiannya yaitu: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan seterusnya,

bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi.

Sebagai contoh dikemukakannya perubahan pada logat bahasa Aria setelah

terpisah dari bahasa induknya, akan tetapi perubahan tersebut tidak

mempengaruhi organisasi sosial masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut lebih

merupakan perubahan kebudayaan ketimbang perubahan sosial. Ruang lingkup

perubahan kebudayaan lebih luas. Sudah barang tentu ada unsur-unsur

kebudayaan yang dapat dipisahkan dari masyarakat, tetapi perubahan-perubahan

dalam kebudayaan tidak perlu mempengaruhi sistem sosial.

Seorang sosiolog akan lebih memperhatikan perubahan kebudayaan yang

bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial serta yang mempengaruhinya.

Pendapat tersebut dapat dikembalikan pada pengertian sosiolog tersebut tentang

masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat menurut Kingsley Davis, adalah sistem

hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan bukan hubungan

antara sel-sel. Kebudayaan dikatakan mencakup segenap cara berfikir dan

bertingka laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti

menyampaikan buah fikir secara simbolis dan bukan oleh karena warisan yang

berdasarkan keturunan. Apabila diambil defenisi kebudayaan dari Tylor- yang

mengatakan bahwa kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup

23

Page 34: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan setiap

kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan-

perubahan kebudayaan adalah setiap perubahan dari unsur-unsur tesebut.24

Wilbert Moore mendefenisikan perubahan sosial sebagai perubahan

penting dari struktur sosial dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah

pola-pola perilaku dan interkasi sosial. Moore memasukkan kedalam defenisi

perubahan sosial berbagai ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai, dan

fenomena kultural. Jelaslah, defenisi demikian itu serba mencakup. Defenisi

yang lain juga mencakup bidang bidang yang sangat luas, perubahan sosial

didefenisikan sebagai variasi atau modifikasi dalam setiap aspek proses sosial,

pola sosial, dan bentuk-bentuk sosial, serta setiap modifikasi pola antar hubungan

yang mapan dan standar perilaku25

Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa

bentuk, yaitu:

1. Perubahan lambat dan perubahan cepat

Perubahan-perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan-

rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat,

dinamakan evolusi. Evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa

rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha-

24

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta; PT RajaGrafindo

Persada, 2004), hal. 308-309. 25

Robert H. Lauer. Perspektif Tentang Perubahan Sosial (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2001), hal. 4.

24

Page 35: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan,

keadaan-keadaan dan kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan

pertumbuhan masyarakat. Rentetan perubahan-perubahan tersebut, tidak

perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-peristiwa di dalam sejarah

masyarakat yang bersangkutan.

2. Perubahan kecil dan perubahan besar

Perubahan-perubahan kecil adalah perubahan-perubahan yang

terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa perubahan

langsung atau berarti bagi masyarakat misalnya perubahan mode pakaian.

Sebaliknya suatu proses industrialisasi yang berlangsung pada masyarakat

agraris misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh

besar pada masyarakat. Pelbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan

ikut terpengaruhi misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan

kekeluargaan, stratifikasi masyarakat dan seterusnya.

3. Perubahan yang dikehendaki (Intended-change) atau perubahan yang

direncanakan (Planed Change) dan perubahan yang tidak dikehendaki

(Unintended-Change) atau perubahan yang tidak direncanakan

(Unplaned-Change)

Faktor- faktor yang menyebabkan perubahan perubahan sosial dan

kebudayaan, pada umumnya dapat dikatakan bahwa mungkin

sumbernya ada yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan ada

25

Page 36: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

yang letaknya dari luar. Sebab-sebab yang bersumber dalam

masyarakat itu sendiri antara lain adalah:

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk

pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di pulau Jawa

menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat,

terutam lembaga-lembaga kemasyarakatan.

b. Penemuan- penemuan baru

Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi yang

terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, adalah Inovasi

atau Innovation. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru,

jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke beberapa bagian

masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tersebut diterima,

dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan.

c. Pertentangan (conflict) masyarakat.

Pertentangan masyarakat mungkin pula menjadi sebab

terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan. Pertentangan-

pertentangan mungkin terjadi antara individu dengan kelompok atau

antara kelompok dengan kelompok.

d. Terjadinya pemberontakan atau Revolusi

Revolusi yang meletus pada oktober 1917 di Rusia telah

menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar negara Rusia yang

26

Page 37: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

mula-mula mempunyai bentuk kerjaan absolut berubah menjadi

diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis.26

4. Teori Struktural Fungsional

Menurut pendekatan fungsional yang dianut Talcot Parsons dan para

pengikutnya, perubahn-perubahan di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi

secara gradual melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.

Perubahan-perubahan yang terjadi secara drastis pada umumnya hanya terjadi dalam

bentuk luarnya saja. Sedangkan unsur-unsur sosial budaya yang menjadi bangunan

dasarnya tidak banyak mengalami perubahan. Perubahan-perubahan sosial tersebut

pada dasarnya timbul atau terjadi melalui tiga macam kemungkinan yaitu:

penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial terhadap perubahan yang

datang dari luar ( Entra Syistemic change ). Pertumbuhan melalui proses diferensiasi

struktural dan fungsional, dan penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat.

Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan sistem sosial adalah

konsensus antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan

tertentu.

Faster mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi berlangsungnya

perubahan. Umumnya perubahan sosial ekonomi berawal dari perubahan yang

berlangsung dikalangan atas seperti para elite politik, ekonomi dan kalangan

intelektual, kemudian menyebar ke lapisan bawah di lingkungan masyarakat yang

26

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2004), hal. 318-329.

27

Page 38: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

lebih tradisional untuk seterusnya mengimbas ke kalangan masyarakat pedesaan.

Menurut Foster, inovasi budaya dikalangan elite memiliki prestise yang terkait

dengan para elite tersebut. Hal ini menjadi pendorong bagi penyebaran ide dan pola

tingkah laku mereka kepada kalangan bawah secara luas, karena itu Foster melihat

kota tempat para elite berada merupakan titik pusat dari perubahan yang

berlangsung.27

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha mengungkapkan

gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data

dan latar alami dengan berlandaskan pada logika disiplin keilmuan penulis yakni

ilmu politik. Dalam penelitian kualitatif tidak ditemukan adanya angka-angka

yang dianalisis menggunakan alat statistik, melainkan data diperoleh dari

berbagai sarana dilakukan oleh penulis. Metode penelitian pada penelitian ini

adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Tujuan dalam penelitian

diskriptif adalah membuat deskripsi atau menggambarkan fakta-fakta. Adapun

lokasi objek penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gowa. Penulis melakukan

penelitian di Kabupaten tersebut karena di Kabupaten Gowa akar budaya lokal

27

Abdul Azis Albone, Dkk. Dinamika kehidupan Beragama Muslim pedesaan

(Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badang Litbang Agama dan Diklat Keagamaan

Depertemen Agama RI, 2003), hal. 25-26.

28

Page 39: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

siri’ lahir dan berkembang. Hal ini untuk mengetahui relevansi dan aktualisasi

budaya lokal tersebut dalam mewujudkan politik lokal yang demokratis.

2. Sumber Data

a. Data primer

Data primer nantinya digunakan oleh penulis yang didapat dari sumber

informan yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan

oleh peneliti. Data ini akan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang

menjadi subyek dalam penelitian ini.

Data primer ini antara lain:

1) Catatan hasil wawancara

2) Hasil observasi ke lapangan secara langsung dalam bentuk catatan

tentang perilaku (verbal dan non verbal, serta percakapan/conversation)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari buku teks, internet, jurnal, dan

surat kabar. sehingga peneliti hanya mencari dan mengumpulkan. Data sekunder

didapatkan di tempat kumpulan informasi seperti perpustakaan umum UIN Alauddin

Makassar, KPU Kabupaten Gowa, Dinas Parawisata dan Kebudayaan Kabupaten

Gowa, dari salah satu kandidat calon Bupati Gowa di Pilkada tahun 2015 dan

sebagainya.

29

Page 40: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

3. Teknik Pegumpulan Data

a. Metode Observasi

Metode Observasi adalah kegiatan seharian manusia dengan menggunakan

pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti

telinga, penciuman, mulut dan kulit. Penulis pada penelitian ini menggunakan metode

Observasi sebagai meotode pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan

terhadap suatu objek lalu melalukan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal

tertentu yang diamati.

b. Metode Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara yang sebelumnya telah dirancang dalam instrumen penelitian. Peneliti

melakukan wawancara dengan beberapa informan yaitu:

1) Budayawan lokal Kabupaten Gowa 1 orang

2) KPUD Kabupaten Gowa 3 orang

3) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa 1 orang

4) Tim sukses salah satu kandidat calon bupati pada Pilkada Kabupaten Gowa

tahun 2015 sekaligus pengurus partai Demokrat Kabupaten Gowa 1 orang

5) Keluarga kerajaan Gowa 1 orang

6) Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa 1 orang

30

Page 41: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Teknik wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian ini ada dua

macam yang pada dasarnya berbeda sifatnya yaitu: Pertama, wawancara untuk

mendapatkan keterangan dan data dari individu-individu tertentu untuk keperluan

informasi. Kedua, wawancara untuk mendapatkan keterangan tentang diri pribadi,

pendirian atau pandangan dari individu yang diwawancarai. Wawancara sifat pertama

yang penting adalah memilih orang yang mempunyai keahlian tentang pokok

wawancara.28

Menggunakan kedua teknik wawancara tersebut peneliti berharap dapat

menghasilkan data sebanyak-banyaknya, serta memperoleh informasi yang lengkap

dan efektif sesuai dengan keadaan sebenarnya.

c. Metode Dokumentasi

Dokument berupa data-data penting seperti yang terdapat dalam surat-surat,

catatan harian (journal) kenang-kenangan (memories), laporan-laporan monument

artefak, foto, tape dan lain-lain.29

. melalui metode dokumentasi peneliti

mengumpulan data melalui peninggalan tulisan berupa arsip-arsip, buku-buku, surat

kabar, majalah, agenda dan lain-lain sebagai bukti yang menunjukkan peristiwa atau

kegiatan yang berhubungan dengan penelitian ini.

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran pengamalan

budaya lokal ketika Pilkada Kabupaten Gowa tahun 2015. Alat yang digunakan

dalam dokumentasi penelitian ini adalah kamera untuk mengambil gambar (foto)

28

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia,

1983), hal, 163. 29

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, hal, 163.

31

Page 42: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

proses wawancara dengan maksud memperoleh informasi yang dibutuhkan. Hasil

dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang melengkapi

atau mendukung data primer hasil wawancara tentang aktualisasi konsep budaya siri’

serta relevansinya terhadap terciptanya politik lokal yang demokratis ( Studi Kasus

Pilkada Serentak Kabupaten Gowa Tahun 2015 ).

Metode Analisis Data

Metode analisis digunakan penulis untuk proses penyusunan dalam

mengkategorikan data, mencari pola dengan maksud memahami maksudnya.30

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian bersifat Analisis dekriptif.

Analisis deskriptif adalah analisis yang tidak berdasarkan perhitungan angka

melainkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang digunakan secara deskriptif.

Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis data

kualitatif, dengan tahapan sebagai berikut :

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari data-

data di lapangan. Reduksi data merupakan bagian dari proses analisis yaitu suatu

analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal

yang tidak penting, serta mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan

akhir ditarik.

30

S. Nasution, Metode Riset (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1998), hal. 32

32

Page 43: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Proses analisis data dilakukan secara sistematik dan serempak. Mulai

dari proses pengumpulan data, mereduksi, mengklasifikasi, mendskripsikan dan

penyajian serta kesimpulan dan interpretasi semua informasi yang secara data

serta secara selektif telah terkumpul.31

b. Penyajian Data

Penyajian yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bentuk teks

naratif. Penyajian data berbentuk sekumpulan informasi yang tersusun dalam life

history sehingga dapat ditarik kesimpulan. Penyajian data dilaksanakan agar

sajian data tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Bentuk penyajian data

dalam penelitian ini akan disajikan secara naratif sesuai dengan pemaparan yang

ditampilkan dalam pembahasan hasil penelitian.

c. Menarik Kesimpulan (Verifikasi)

Kesimpulan merupakan tinjauan terhadap catatan yang telah dilakukan

di lapangan, sedangkan penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk

mencari atau memahami makna, keteraturan, pola - pola, penjelasan, alur sebab-

akibat atau proposisi. Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan

berangkat dari Bagaimana pemahaman dan pengamalan budaya siri’, siapakatau

dan sipakalbbiri’ di Kabupaten Gowa, serta apa relevansinya terhadap

pemerintahan lokal di Kabupaten Gowa terkhusus pada penyelenggaraan Pilkada

Tahun 2015. Untuk kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan hubungan

31

Matthew B Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI

Press, 1992), hal. 10-17.

33

Page 44: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

keterkaitan antara keduanya. Apabila ketiga tahapan tersebut telah selesai

dilakukan, maka kemudian diverifikasi.

34

Page 45: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Gowa

1. Letak dan Geografis

Kabupaten Gowa adalah kabupaten yang berada di daerah selatan dari

Sulawesi Selatan yang merupakan daerah otonomi sendiri. Di sebelah Utara

berbatasan dengan kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah

Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian

Baratnya berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Takalar.32

Menurut data dari BPS Kabupaten Gowa Tahun 2015, wilayah

administrasi Kabupaten Gowa terdiri dari 18 Kecamatan dan 167 desa/ Kelurahan

dengan luas sekitar 1.883.33 Km2 atau sama dengan 3,01 persen dari luas

wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar

merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72, 26 persen dan sisanya 27,74 persen

berada di dataran rendah. Ada 9 wilayah kecamatan yang merupakan dataran

tinggi yaitu Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolopao, Parigi, Bungaya,

Bontolempangan, Tompobulu‟ dan Biringbulu‟. Dari luas total Kabupaten Gowa

35,30 persen mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat yaitu pada wilayah

32 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa Tahun 2015.

35

Page 46: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, dan Tompobulu. Kabupaten ini

memiliki enam gunung dan yang tertinggi adalah Gunung Bawakaraeng.33

Peta Kabupaten Gowa

Agar lebih jelas tentang gambaran umum kecamatan yang ada dalam wilayah

Kabupaten Gowa berdasarkan komposisi luas dan jarak dari Sungguminasa sebagai

Ibukota Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

33 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa Tahun 2015.

36

Page 47: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Table 1 Luas Daerah Tiap Kecamatan di Kabupaten Gowa

No Kecamatan Ibukota

Kecamatan

Jarak

dari

Ibukota

Kab.

(Km)

Luas

Kecama-

tan

(Km2)

% Thd

Luas

Kab.

1. Bontonompo Tamallayang 16 30,39 1,61

2. Bontonompo

Selatan Pabundukang 30 29,24 1,55

3. Bajeng Kalebajeng 12 60,09 3,19

4. Bajeng Barat Borimatangkasa 15,80 19,04 1,01

5. Pallangga Mangalli 2,45 48,24 2,56

6. Barombong Kanjilo 6,5 20,67 1,10

7. Somba Opu Sungguminasa 0,00 28,09 1,49

8. Bontomarannu Borongloe 9 52,63 2,79

9. Pattallassang Pattallasssang 13 84,96 4,51

10. Parangloe Lanna 27 221,26 11,75

11. Manuju Bilalang 20 91,90 4,88

12. Tinggi Moncong Malino 59 142,87 7,59

13. Tombolo Pao Tamaona 90 251,82 13,37

14. Parigi Majannang 70 132,76 7,05

15. Bungaya Sapaya 46 175,53 9,32

16. Bontolempangan Bontoloe 63 142,46 7,56

17. Tompobulu Malakaji 125 132,54 7,04

18. Biringbulu Lauwa 140 218,84 11,62

JUMLAH 1.883,33 100

Sumber: BPS Kabupaten Gowa. Gowa Dalam Angka Tahun 2015

37

Page 48: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Tabel diatas menunjukkan bahwa luas keseluruhan Kabupaten Gowa

1.883,33 KM2 dan Kecamatan terluas berada pada Kecamatan Tombolo Pao

dengan luas 251,82 KM2 sedangkan Kecamatan terkecil adalah Kecamatan

Bajeng Barat dengan luas 19,04 KM2. Dengan menggunakan tabel diatas akan

mempermudah penulis sekaligus pembaca untuk memahami luas dan letak tiap-

tiap Kecamatan di Kabupaten Gowa yang berpengaruh terhadap kondisi sosial,

ekonomi, budaya dan perilaku politik masyarakatnya.

Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu ada

15 sungai. Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah sungai

Jeneberang yaitu seluas 881 kilometer persegi dengan panjang 90 kilometer. dan

daerah pertemuannya dengan Sungai Jenelata dibangun Waduk Bili-bili.

Keuntungan alam ini menjadikan Kabupaten Gowa kaya akan bahan galian, di

samping tanahnya yang subur. Kecamatan yang memiliki luas wilayah paling luas

yaitu Kecamatan Tombolo Pao yang berada di dataran tinggi, dengan luas 251,82

Km2 (13,37 persen dari luas wilayah Kabupaten Gowa). Sedangkan kecamatan

yang luas wilayahnya paling kecil yaitu Kecamatan Bajeng Barat, yang luasnya

hanya 19,04 Km2 (1,01 persen). Berdasarkan bentuk topografi yang sebahagian

besar berupa dataran tinggi, wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai

besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk

pengairan. Salah satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah

sungai Jeneberang. Pemerintah Kabupaten Gowa yang bekerja sama dengan

38

Page 49: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi DAM Bili-Bili di atas

aliran sungai Jeneberang dengan luas ± 2.415 Km2 yang dapat menyediakan air

irigasi seluas ± 24.600 Ha, komsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat

Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3 dan untuk pembangkit

tenaga listrik tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.34

2. Iklim dan Cuaca

Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa hanya

dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim

kemarau dimulai pada bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan

dimulai pada bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap

setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu bulan April-Mei dan

Oktober-Nopember. Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 2.467 mm dengan

suhu 27,125°C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos

pengamatan terjadi pada bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm,

sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli - September yang bisa dikatakan

hampir tidak ada hujan.35

3. Jumlah penduduk

Kabupaten Gowa termasuk kabupaten yang memiliki jumlah penduduk

terbesar ketiga di Sulawesi Selatan setelah Kota Makassar dan Kabupaten Bone.

34 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa Tahun 2015. 35 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa Tahun 2015

39

Page 50: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Berdasarkan hasil Susenas 2014, penduduk Kabupaten Gowa tercatat sebesar

709.386 jiwa. Persebaran penduduk di Kabupaten Gowa pada 18 kecamatan

bervariasi. Hal ini terlihat dari kepadatan penduduk per kecamatan yang masih

sangat timpang. Untuk wilayah Somba Opu, Pallangga, Bontonompo,

Bontonompo Selatan, Bajeng dan Bajeng Barat, yang wilayahnya hanya 11,42

persen dari seluruh wilayah Kabupaten Gowa, dihuni oleh sekitar 54,45 persen

penduduk Gowa. Sedangkan wilayah Kecamatan Bontomarannu, Pattallassang,

Parangloe, Manuju, Barombong, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya,

Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu, yang meliputi sekitar 88,58 persen

wilayah Gowa hanya dihuni oleh sekitar 45,55 persen penduduk Gowa. Keadaan

ini tampaknya sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan geografis daerah tersebut.

Bila dilihat dari kelompok umur, penduduk anak-anak (usia 0-14 tahun)

jumlahnya mencapai 31,12 persen, sedangkan penduduk usia produktif mencapai

63,18 persen dan penduduk usia lanjut terdapat 5,70 persen dari jumlah penduduk

di Kabupaten Gowa. Berdasakan jenis kelamin dari total jumlah penduduk

Kabupaten Gowa adalah terdapat 348.706 laki-laki dan 360.680 perempuan.36

36 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa Tahun 2015

40

Page 51: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Tabel. 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Kecamatan

Jenis Kelamin Rasio

Jenis

Kelamin Laki Perempuan Jumlah

Bontonompo

Bontonompo Sel

Bajeng

Bajeng Barat

Pallangga

Barombong

Somba Opu

Bontomarannu

Pattalassang

Parangloe

Manuju

Tinggimoncong

Tombolo Pao

Parigi

Bungaya

Bontolempangan

Tompobulu

Biringbulu

19.650

14.141

33.037

11.832

55.997

18.726

75.577

16.796

11.699

8.709

7.129

11.572

14.465

6.071

7.815

6.016

13.916

15.558

21.480

15.312

33.838

12.464

57.420

19.207

76.339

17.052

11.715

9.125

7.599

11.794

14.039

6.811

8.636

6.682

14.937

16.445

41.138

29.453

66.875

24.296

113.417

37.933

151.916

33.858

23.414

17.834

14.728

23.366

28.504

12.882

16.778

12.689

28.853

32.003

91

92

98

95

98

97

99

98

100

95

94

98

103

89

94

90

93

95

Jumlah 2014

Total 2013

2012

2011

2010

348.706

339.575

329.673

324.021

320.793

360.680

351.734

340.792

335.492

332.148

709.386

691.309

670.485

659.513

352.941

97

97

97

97

97

Sumber: BPS Kab. Gowa, Gowa Dalam Angka Tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah total penduduk Kabupaten Gowa

pada tahun 2014 sebanyak 709. 386 jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki, rasio perbandingan keduanya adalah

97 dari jumlah total laki-laki 348.704 jiwa sedangkan jumlah total perempuan

360.680 jiwa. Jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak dibandingkan

penduduk laki-laki di Kabupaten Gowa sangat kontradiktif dengan keterlibatan

41

Page 52: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

politik yang didominasi oleh kaum laki-laki. Data diatas menunjukkan bahwa

keterlibatan perempuan dalam lanskap politik di Kabupaten Gowa tidak seimbang

antara jumlah dan keterlibatannya dalam berpolitik.

4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten Gowa

Berdasarkan hasil angka sementara Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun

2015, tercatat bahwa dari penduduk berumur 10 tahun ke atas yang dari

Kabupaten Gowa sekitar 16,86 persen tidak pernah sekolah, 18,82 persen yang

masih sekolah dan 64,32 persen sudah tidak bersekolah lagi. Jumlah pendidikan

formal dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi adalah taman Kanak-

Kanak sebanyak 254, Sekolah Dasar (SD) 408, Sekolah Luar Biasa (SLB) 5,

Madrasah Ibtidaiyah 77, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 100,

Madrasah Tsanawiyah (MTS) 54, Sekolah Menengah Umum (SMU) 40,

Madrasah Aliyah (MA) 33, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 15, dan

Universitas 5.37

Sudah menjadi kesadaran kita bersama bahwa pendidikan saat ini

memegang peranan yang sangat penting di dalam menentukan masa depan suatu

bangsa. Sehingga pembangunan dibidang pendidikan ini sudah seharusnya

mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak.

37 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa Tahun 2015

42

Page 53: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Tabel. 3 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 SD/MI/Sederajat 58.184 70.070 128.254

2 SMP/MTS/Sederajat 42.234 37.825 80.059

3 SMA/SMK/MA/Sederajat 47.856 47688 95.544

4 D3 1.483 3.118 4.601

5 S1/S2/S3 11.432 11.304 22.736

Jumlah 2014

Total

161.189 170.005 331.194

Sumber: BPS Kab. Gowa, Gowa dalam Angka 2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari jumlah total penduduk laki-laki

Kabupaten Gowa sebanyak 348.706 jiwa hanya 161.189 yang berpendidikan

sedangkan dari jumlah total penduduk perempuan sebanyak 360.680 jiwa hanya

170.005 yang berpendidikan, jika dirata-ratakan sebanyak 50 persen yang tidak

berpendidkan. Tingkat pendidikan menjadi sangat penting karena pendidikan sangat

berpengaruh terhadap perilaku politik sebuah masyarakat38

.

38 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa Tahun 2015

43

Page 54: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Tabel. 4 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan yang

ditamatkan

STATUS PENDIDKAN

LAKI-

LAKI

Male

PEREMPUAN

Female

TOTAL

Total

TIDAK PERNAH SEKOLAH

SD/MI

SLTP/MTS/Sederajat

SLTA/MA/Sederajat

DIPLOMA I KE ATAS

TIDAK BERSEKOLAH LAGI

24.232

23.266

15.455

16.946

9.384

186.733

37.667

20.304

16.576

15.440

10.546

190.751

61.898

43.570

32.031

32.031

19.929

377.484

Jumlah/Total 2014

2013

2012

2011

2010

276.014

265.205

253.198

241.466

254.799

291.283

281.461

236.252

251.797

268.177

567.289

546.666

471.450

493.263

522.976

Sumber: BPS Kab. Gowa, Gowa Dalam Angka 201439

5. Visi, Misi dan Tujuan

Visi Pembangunan Daerah yaitu “Terwujudnya Gowa yang handal dalam

peningkatan kualitas hidup masyarakat dan penyelenggara pemerintahan”.

Sejalan dengan Visi yang telah ditetapkan dan dengan memperhatikan kondisi

obyektif yang dimiliki Kabupaten Gowa, dirumuskan misi Kabupaten Gowa, sebagai

berikut :

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak

dasar masyarakat.

2. Meningkatkan interkoneksitas wilayah dan keterkaitan sektor ekonomi.

39

Badan Pusat Satatistik Kabupaten Gowa Tahun 2015

44

Page 55: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

3. Meningkatkan penguatan kelembagaan dan peran masyarakat.

4. Meningkatkan penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik.

5. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam yang mengacu pada kelestarian

lingkungan hidup.

Tujuan sebagai bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten Gowa terhadap

pengelolaan ruang kota yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, pada tahun

2012 telah terbit Peraturan Daerah Kabupaten Gowa Nomor 15 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa Tahun 2012-2032. Peraturan Daerah

Kabupaten Gowa Nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Gowa Tahun 2012-2032 dikatakan bahwa tujuan penataan ruang

Kabupaten Gowa adalah untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Gowa yang

terkemuka, aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, berdaya saing dan maju dibidang

pertanian, industri, jasa, perdagangan dan wisata melalui inovasi, peningkatan

kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan, dan mendukung fungsi Kawasan

Strategis Nasional (KSN) Perkotaan Mamminasata.40

40 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gowa Tahun 2015

45

Page 56: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Relevansi Budaya Lokal Siri’ Terhadap Terwujudnya Politik Lokal

(Pilkada) Yang Demokratis Di Kabupaten Gowa

Pemilihan kepala daerah secara langsung memperoleh legitimasi

sebagai dasar hukum dalam pasal 18 ayat 4 UUD 1945 amandemen keempat

yang mensyaratkan pemilihan kepalah daerah dilaksanakan secara demokratis.

Pemilihan secara langsung diyakini sebagi mekanisme yang lebih demokratis

dibandingkan pemilihan secara perwakilan oleh DPRD. Fakta menunjukkan

bahwa sejumlah daerah, pemilihan kepala daerah justru menjadi ajang

pertarungan kepentingan dan pertarungan kapital antara DPRD, partai politik,

dan para kandidat kepala daerah. Hal inilah yang semakin menguatkan

tuntutan diselenggarakannya pemilihan kepala daerah secara langsung.

Revisi UU No. 22 Tahun 1999 yang termuat dalam UU No. 32 Tahun

2004 tentang pemerintahan daerah menjadi landasan normatif bagi penerapan

pemilihan kepala daerah secara langsung. Salah satu perubahan yang cukup

signifikan ditegaskan dalam pasal 24 ayat (5) UU 32 Tahun 2004, bahwa

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di pilih dalam satu pasangan secara

langsung oleh rakyat di daerah bersangkutan, selanjutnya dalam pasal 22 ayat

3 ditegaskan bahwa Kepala Daerah yang berakhir masa jabatannya pada tahun

46

Page 57: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

2004 sampai juni 2005 harus mengangkat pejabat kepala daerah dan

pemilihan kepala daerah secara langsung serentak dilaksanakan bulan Juni

2005. Sedangkan, kepala daerah yang berakhir masa jabatannya pada bulan

Januari 2009 sampai dengan bulan Juli 2009, diselenggarakan pada bulan

Desember 2008 untuk menghindari benturan dengan pemilu legislatif dan

pemilu presiden pada tahun 2009.41

Jika berpatokan pada pilkada di Kabupaten Gowa yang

diselenggarakan berdasarkan prosedur UU No. 32 Tahun 2004 yaitu secara

langsung maka layak dikatakan menuju politik lokal yang benar-benar

demokratis sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak Arif Budiman S.Sos

selaku Komisioner KPU Kabupaten Gowa Divisi Sosialisasi dan Sumber

Daya Manusia:

“Proses demokrasi memang begitu dari rakyat oleh rakyat dan untuk

rakyat. Dari rakyat itu, bagaimana caranya menentukan pemimpin

sesuai pilihannya, yah itu tadi melalui pilkada langsung. Bukan dari

rakyat saya perintahkan perwakilanku untuk saya. proses yang seperti

ini sebenarnya tidak murni demokrasi meskipun di Indonesia pernah

seperti itu”42

Hasil wawancara tersebut dapat diartikan bahwa Pilkada Kabupaten

Gowa yang dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2015, jika berpatokan

hanya pada sebatas proses bahwa rakyat akhirnya memiliki kebebasan secara

langsung dapat memilih pemimpin sesuai kehendak sendiri maka praktek

41 Dede Mariana, Demokrasi dan Politik Desentralisasi (Bandung: Graha Ilmu, 2007), hal. 37-38. 42

Wawancara dengan Bapak Arif Budiman S.sos, Komisioner KPU Kabupaten Gowa Divisi

Sosialisasi dan Sumber Daya Manusia pada tanggal 7 Oktober 2016.

47

Page 58: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

demokratis secara murni memang demikian. Terlepas dari banyak hal yang

kemudian melanggar atau mencederai prosedur-prosedur pilkada mulai dari

pencalonan sampai pada penetapan hasil pilkada.

Pilkada langsung merupakan salah satu langkah maju dalam

mewujudkan demokrasi di level lokal. Tip O‟Neill menyatakan bahwa all

Politics is Local yang dapat dimaknai bahwa demokrasi di tingkat nasional

akan tumbuh berkembang dengan mapan dan dewasa apabila pada tingkat

lokal nilai-nilai demokrasi berakar dengan baik terlebih dahulu. Maksudnya,

demokrasi di tingkat nasional akan bergerak kearah yang lebih baik apabila

tatanan, instrument dan konfigurasi kearifan serta kesatuan politik lokal lebih

dulu terbentuk. Hal ini berarti kebangkitan demokrasi politik di Indonesia

secara ideal dan aktual diawali dengan pilkada langsung,

Pendapat yang diutarakan oleh O‟Neill diatas sejalan dengan argumen

yang dijelaskan oleh Robert Bates bahwa untuk memahami lebih dalam

mengenai lanskap politik di Negara berkembang maka para ilmuan, analisis,

pemerhati, dan pengamat harus lebih memperhatikan dan mencurahkan

perhatiannya pada realita politik di level lokal. Pengertian yang lebih

kongkret, Bates mengatakan bahwa arsitektur politik nasional dibentuk oleh

lanskap politik lokal yang amat dipengaruhi oleh pilihan bebas para aktor

48

Page 59: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

politik individual maupun kelompok yang pada akhirnya membentuk suatu

sistem dan struktur tersendiri dalam suatu masyarakat.43

Pilkada langsung adalah sebuah proses untuk menciptakan politik

lokal yang lebih demokratis, meskipun pilkada langsung telah

diselenggarakan hampir seluruh wilayah di Indonesia, tidak berarti menjadi

indikator telah tercapainya suatu tatanan kehidupan berbangsa dan politik

yang demokratis. Masih banyak masalah yang diidentifikasi selama proses

pemilihan kepala daerah. Permaslah-permasalah tidak hanya berlangsung

pada tahap persiapan, namun juga terjadi pada tahap pelaksanaan pilkada.

Cita-cita untuk menuju pemerintahn lokal yang demokratis ada banyak faktor

yang sejatinya berperan penting didalamnya temaksud budaya lokal dan

orientasinya terhadap demokratisasi.

Ada dua pandangan yang berbeda tentang perkembangan atau

dinamika nilai-nilai demokrasi dalam budaya politik lokal masyarakat

indonesia. Pertama, budaya politik demokratis tidak memiliki akar dalam

budaya masyarakat Indonesia. Kedua, nilai-nilai demokrasi dengan berbagai

varianya telah tumbuh sejak lama di Indonesia seiring dengan dinamika

budaya lokal masyarakat.44

Sama halnya dengan relevansi konsep budaya siri’

43 Leo Agustinus, Pilkada dan dinamika politik lokal (Yogyakarta: Pusataka

Pelajar, 2009), hal. 17-18 44 Siti Zuhro, Dkk. Demokrasi Lokal: Perubahan dan Kesinambungan Nilai-Nilai

Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan Bali

(Yogyakarta: Ombak, 2009), hal. 1-2.

49

Page 60: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

terhadap terwujudnya politik lokal (pilkada) yang demokratis di Kabupaten

Gowa, penulis menemukan adanya dua pandangan yang berbeda, di satu sisi

ada yang berpendapat bahwa nilai-nilai siri’ sangat Kompatebel dengan

budaya siri‟ dan di sisi lain ada yang berpendapat bahwa nilai-nilai siri tidak

kompatable dengan demokrasi berikut uraiannya:

1. Budaya Siri’ Kompatebel Dengan Demokrasi

Pendapat pertama yang mengatakan bahwa nilai-nilai demokrasi

dengan berbagai variannya telah tumbuh sejak lama di Indonesia seiring

dengan dinamika politik lokal masyarakat. Terkhusus pada nilai-nilai siri’

dianggap sangat relevan dengan konsep demokrasi karena nilai-nilai

demokrasi sudah tumbuh dalam sukma nilai-nilai siri’ seperti yang

disampaikan oleh Bapak Muh. Jufri Tenri Bali Daeng Pali selaku pengamat

budaya serta sejarawan Balla Lompoa sebagai berikut:

“Siri’ sangat relevan dengan kondisi sosial, termasuk politik namun

saat ini secara umum seolah-olah nilai-nilai siri di masyarakat sudah

mulai menghilang, itu karena adanya faktor modernitas berupa

pembaharuan yang tidak terarah sehingga sepertinya kita belum

menemukan jati diri berupa kepedulian dan kebersamaan45

Menurut yang disampaikan melalui wawancara di atas menegaskan

bahwa sukma demokrasi tumbuh sejak lama dalam budaya lokal di Indonesia

yakni pada budaya lokal siri’, yang menjadi hambatan belum terwujudnya

45

Wawancara dengan Bapak Muh Jufri Tenri Bali Daeng Pali, Sejarawan dan

Pengamat Budaya Balla Lompoa Gowa pada tanggal 13 oktober 2016.

50

Page 61: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

politik lokal yang demokratis meskipun pada dasarnya dikatakan bahwa nilai-

nilai demokrasi sejak lama tumbuh di Kabupaten Gowa dengan melekat pada

sukma budaya siri’ adalah karena pada dasarnya terjadi desakan zaman

berupa modernitas yang tidak terarah dan terkontrol sehingga menjadikan

sebagian orang tidak memahami konsep dan nilai-nilai siri’ sebagaimana

makna yang sesunguhnya.

Sebuah cara dalam usaha melihat konteks nilai-nilai demokrasi relevan

dengan nilai-nilai lokal siri’ maka menulis pertama-tama beranjak dari

defenisi demokrasi versi Joseph Schumpeter dalam buku klasiknya

Capitalism, socialism, dan Democracy. Dalam buku tersebut Schumpeter

mengatakan bahwa demokrasi kehendak rakyat dan kebaikan bersama.

Pernyataan ini harus dimaknai dalam dua pengertian. Pengertian pertama

demokrasi sebagai kehendak rakyat. Sudah dapat dipastikan bahwa demokrasi

akan terwujud manakala kehendak rakyat yang mayoritas dapat dipenuhi oleh

pemerintah yang berkuasa dengan relatif baik, karena itu pengertian ini

sebenarnya hendak mengatakan dari mana sumber demokrasi itu berasal atau

lebih kongktitnya dari mana kekuasaan itu berada. Defenisi ini sejalan dengan

makna harfiah asal demokrasi yakni pemerintahan (kratos) oleh rakyat

(demos).

Pengertian kedua dari demokrasi, dalam pemaknaan yang disampaikan

oleh Schumpeter adalah sebagai kebaikan bersama (common good). Merujuk

51

Page 62: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

pada ide awal pembentukan negara dikatakan bahwa kebaikan bersama

kolektif warga masyarakat. Karena itu, menurut Schumpeter, tujuan sistem

pemerintahan demokratis ialah menciptakan kebaikan bersama yang

diterapkan melalui kontak politik. Jalan menuju hal tersebut tentu saja dengan

kaedah demokratis, yang didalamnya terdapat mekanisme yang mampu

menempatkan individu dalam memperoleh kekuasaan (untuk membuat

keputusan kolektif) melalui perjuangan kompetisi demokratis dalam rangka

merengkuh suara-suara pemilih.46

Defenisi tentang demokrasi yang dipaparkan oleh Schumpeter diatas

sangat relevan dengan konsep siri’ yang disampaikan oleh Bapak Muh. Jufri

Tenri Bali Daeng Pali selaku Sejarawan dan Pengamat budaya balla Lompoa

Gowa

“Siri itu kalau berdasarkan asal kata bisa diartikan sebagai rasa

malu, namun dalam pengertian yang luas siri’ berarti harga diri untuk

memperlihatkan jati diri yang sesungguhnya yang didalamnya

terdapat nilai-nilai humanis terhadap diri sendiri, orang lain dan

masyarakat luas dengan tujuan kebaikan bersama, jadi siri itu lebih

kepada nilai-nilai luhur,47

Berdasarkan wawancara diatas bahwa nilai-nilai kebaikan secara

kolektif dalam konsep demokrasi juga terdapat dalam nila-nilai siri‟ yaitu

nilai humanis untuk kebaikan bersama. Hal inilah yang dijadikan alasan

46 Leo Agustinus, Pilkada dan dinamika politik lokal (Yogyakarta: Pusataka Pelajar,

2009), hal. 39-40. 47

Wawancara dengan Bapak Muh Jufri Tenri Bali Daeng Pali, Sejarawan dan

Pengamat Budaya Balla Lompoa Gowa pada tanggal 13 oktober 2016.

52

Page 63: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

bahwa konsep demokrasi secara nilai memiliki relevansi dengan konsep siri’

di Kabupaten Gowa.

Wujud pilkada demokratis di Indonesia secara jelas dipaparkan dalam

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa pemilihan umum

dilaksanakan secara langsung umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima

tahun sekali. Berdasarkan isi dari UUD 1945 secara gamblang menjelaskan

bahwa di dalam konsep demokrasi terdapat nilai-nilai bebas, rahasia, jujur dan

adil. Hal ini senada dengan hasil wawancara bersama Bapak Syaiful S.Hi

Daeng Pasese selaku Wakil Sekretaris Umum DPC partai Demokrat

Kabupaten Gowa sekaligus Tim pemenangan nomor urut 1 pasangan Andi

Maddusila Usman dan Wahyu Permana Kaharuddin di Pilkada Gowa Tahun

2015.

“ketika seorang penyelenggara memiliki nilai budaya siri berupa

malu jika tidak adil dan tidak jujur maka saya yakin dan percaya ini

demokrasi akan sukses persoalan apapun yang dilakukan oleh

kandidat dan constituen untuk mencederai demokrasi, itu bisa

diatasi48

.

Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa menurut narasumber

prinsip-prisip demokrasi terkait asas keadilan dan kejujuran dalam ranah

pilkada lokal di Kabupaten Gowa bisa di topang dengan konsep nilai-nilai

48 Wawancara dengan Bapak Syaiful S.HI Wakil Sekretaris Umum DPC partai

Demokrat Kabupaten Gowa sekaligus tim sukses nomor urut 1 pasangan Andi Maddusila

Usman dan Wahyu Permana Kaharuddin di Pilkada Gowa Tahun 2015 pada tanggal 14

oktober 2016.

53

Page 64: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

siri’. Pernyataan yang di sampaikan oleh Bapak Syaiful S.HI Daeng Pasese

lebih menekankan bahwa nilai-nilai siri’ berupa malu berbuat tidak adil dan

tidak jujur harus dimiliki oleh para elit atau penyelenggara, hal ini senada

dengan teori struktural fungsional Talcot Parsons bahwa perubahan-perubahan

di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara gradual melalui

penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner. Kemudian

pengikutnya Faster menambahkan bahwa umumnya perubahan sosial

ekonomi berawal dari perubahan yang berlangsung dikalangan atas seperti

para elite politik, ekonomi dan kalangan intelektual, kemudian menyebar ke

lapisan bawah di lingkungan masyarakat yang lebih tradisional untuk

seterusnya mengimbas ke kalangan masyarakat pedesaan.

Rencana menuju pilkada yang demokratis di Kabupaten Gowa jika

berpatokan dengan teori Talcot Parson dan Faster, maka penanaman nilai-

nilai siri’ berupa konsep kejujuran dan keadilan demi tercapainya

kesejahteraan dan kebaikan secara kolektif, menjadi hal yang sangat penting

dan harus diprioritaskan kepada para elit politik seperti penyelenggara

Pilkada, para kandidat dan komponen terkait lainnya. Para elit harus paham

betul dan mengaktulisasikan konsep siri’ karena dimulai dari paraelit maka

kalangan bawah atau non elit secara sengaja ataupun tidak disengaja, dipaksa

atau tidak, mereka akan turut mengaktualisasikan budaya siri’ yang memiliki

relevansi kuat terhadap terciptanya politik lokal yang demokratis.

54

Page 65: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

2. Budaya Siri’ Tidak Kompatebel Dengan Demokrasi

Penulis menemukan adanya pendapat lain yang mengatakan bahwa

budaya siri’ tidak relevan dengan konsep demokrasi, oleh karena itu untuk

menguraikan hal tersebut penulis memaparkan telebih dahulu makna yang

terkandung dalam konsep demokrasi. Demokrasi adalah proses negosiasi.

Demokrasi adalah instrument sosial yang mencerminkan sikap kerelaan untuk

memberi dan menerima dalam suatu komunitas sosial, tempat dimana

kepentingan perorangan diolah dalam konteks dan logika kebersamaan. Maka

kemudian yang dikedepankan adalah dimensi bersama bukan individualistik.

Egoisme menjadi pudar ketika berhadapan dengan kepentingan yang lebih

besar. Hak-hak perorangan menjadi gamang saat komitmen kebersamaan

mulai disemai. Oleh karena itu, sikap akomodatif, partnership, sportifitas

kearifan dan kooperatif harus menjadi sukma yang menyemangati prinsip

kesetaraan yang berkeseimbangan. Sebaliknya sikap arogansi, egoisme, dan

tindakan main hakim sendiri merupakan kusta yang harus dihindari.

Jika berpatokan pada konsep diatas untuk melihat tingkat relevansi

antara nilai-niai Siri’ dengan konsep demokrasi, maka penulis menemukan

adanya pandangan yang mengatakan bahwa siri’ tidak relevan dengan konsep

demokrasi sesuai dengan hasil wawancara bersama Bapak Lukman S.E selaku

Kepala Sub Bagian Teknis Pemilu dan Hupmas KPUD Kabupaten Gowa

sebagai berikut:

55

Page 66: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

“Tindakan memprotes itu adalah bagian dari usaha kerja keras sampai

batas terakhir yang bisa di lakukan, dan saya kira nilai-nilai siri begitu,

berjuang sampai akhir artinya keteguhan dan kegigihan.49

Berdasarkan hasil wawancara di atas mengindikasikan bahwa konsep

demokrasi tidak relevan atau sejalan dengan nilai-nilai siri’. konsep demokrasi

yang mengedepankan sikap akomodatif, partnership, sportifitas yang artinya

setiap penyelenggaraan pilkada siapapun kandidatnya harus siap kalah dan siap

menang, sementara di sisi lain konsep siri’ mengindikasikan adanya nilai-nilai

yang mengharuskan setiap individu harus berjuang sampai batas terakhir yang

bisa dilakukan bahkan sekalipun nyawa harus jadi taruhannya. Nilai-nilai yang

berambisi dalam konsep siri’ bisa menjadi ancaman terhadap tuntutan sikap

sportifitas dalam konsep demokrasi.

Pandangan lain yang juga mengindikasikan bahwa konsep siri’ tidak

relevan dengan konsep demokrasi adalah yang disampaikan oleh Bapak Drs.

Yusran Iring M.M selaku Kepala Seksi Pengembangan Budaya Daerah Dinas

Parawisata Dan Kebudayaan Kabupaten Gowa sebagai berikut:

49

Wawancara dengan Bapak Lukman S.E., Kepala Sub Bagian Teknis Pemilu dan

HUPMAS KPUD Kabupaten Gowa pada tanggal 10 Oktober 2016.

56

Page 67: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

“kalu Konsep Siri’ kita bawah ke pilkada, kita bisa melihat bahwa yang

kalah saja berusaha untuk menang apalagi yang memang sudah

dikatakan menang, yang kalah saja berusaha mencari pembenaran

apalagi yang menang jelas mi itu, padahal kedua-duanya ini bisa

dikategorikan memiliki nilai-nilai siri yakni sikap mempertahankan yang

dianggap benar.50

Berdasarkan wawancara tersebut mengindikasikan bahwa jika nilai-nilai

siri’ semata-mata dimaknai sebagai usaha mempertahankan kebenaran yang sifat

subyektif maka siri’ tidak relevan dengan konsep demokrasi. Secara tidak

langsung pernyataan dari narasumber diatas menjelaskan bahwa konsep siri’

dalam pemaknaanya tidak serta merta relevan dengan konsep demokrasi karena

setiap orang memberikan pemahaman yang berbeda-beda tentang makna siri’

tergantung dari situasi, kebutuhan, dan kondisi indivudu tersebut.

B. Aktualisasi Budaya Siri’ di Pilkada Serentak Kabupaten Gowa Tahun

2015

Kebudayaan adalah sejumlah cita-cita, nilai dan standar perilaku.

Kebudayaan adalah sebutan persamaan (commony dominator) yang menyebabkan

perbuatan para individu dapat dipahami oleh kelompoknya, karena memiliki

kebudayaan yang sama, orang yang satu dapat meramalkan perbuatan orang yang

lain dalam situasi tertentu, dan mengambil tindakan yang sesuai. Menurut ahli

antropologi berkebangsaan Inggris A.R. Radcliffe-Brown sekaligus pendiri aliran

Struktural-Fungsioanal beserta pengikutnya mengatakan bahwa setiap kebiasaan

50 Wawancara dengan Bapak Yusran Iring M.M., Kepala Seksi pengenmbangan

Budaya Daerah Dinas Parawisata Dan Kebudayaan Kabupaten Gowa pada Tanggal 11

oktober 2016.

57

Page 68: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

dan kepercayaan dalam masyarakat mempunyai fungsi tertentu, yang berfungsi

untuk melestarikan struktur masyarakat yang bersangkutan sehingga masyarakat

tersebut dapat tetap lestari51

.

Berdasarkan pernyataan A.R. Radcliffe-Brown mengindikasikan budaya

lokal di Kabupaten Gowa menjadi hal penting dalam membentuk struktur dan

perilaku masyarakat, tidak terkecuali dalam dunia politik. Kabupaten Gowa yang

masyarakatnya mayoritas suku Makassar memiliki nilai-nilai budaya lokal yang

dikenal dengan istilah siri‟. Penulis menjabarkan konsep siri’ untuk melihat

aktualisasi siri’ dalam konteks perpolitikan lokal, lebih terkhusus pada pilkada

serentak tahun 2015 di Kabupaten Gowa sebagai berikut.

Siri’ memiliki dua nilai sebagai makna esensial. Pertama, Siri’ sebagai

harga diri (dignity) dalam ukuran nilai aktual yang dipandang sepadan dengan

harga diri, adalah kelayakan dalam kehidupan sebagai manusia yang diakui dan

diperlakukan sama oleh setiap orang terhadap sesamanya. Orang yang tidak

memperoleh perlakuan yang layak dari sesamanya itu merasa harga dirinya

dilanggar. Kedua, siri’ sebagai keteguhan hati dalam ukuran-ukuran kenyataan

hidup, seseorang yang dipandang mempunyai keteguhan hati atau dalam kalimat

bahasa Makassar disebut tu tinggi siri’na adalah seseorang yang mampu

menentukan sikap sesuai dengan kebenaran dari ketetapan hati nuraninya yang

benar, tidak mudah terombang ambing oleh desakan atau ancaman dari luar

51 William A. Haviland, Antropologi, ( Jakarta: Erlangga, 1982), hal. 332-333

58

Page 69: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

dirinya. Termasuk dalam kelompok ini, mereka yang disebut kuat imannya, teguh

kepribadiannya, dan sejenisnya.

Mempertahankan harga diri atau keteguhan hati dalam kehidupan

masyarakat adalah termasuk perbuatan terpuji karena itu seseorang yang berbuat

demikian harus membayarnya dengan nyawa, dalam kalimat bahasa Makassar

disebut tu mate nisantangi. Dalam kenyataan empiris kehidupan sosial dewasa ini

sikap menghargai bukan lagi semata-mata menjadi konsep monopoli orang

Makassar tetapi sudah terbuka menjadi milik setiap orang yang cenderung

mempertahankan kebenaran dan menyatakannya tanpa ragu-ragu52

.

Teori strukturasi Anthoni giddens menyatakan bahwa hubungan pelaku

(agency) dan struktur merupakan dualitas dan bukan dualisme yaitu adanya

hubungan dualitas timbal balik agen dan struktur yang di dalamnya terdapat

hubungan tindakan aktor dan struktur yang saling mengandaikan dan

mempengaruhi. Penulis memposisikan nilai budaya Siri’ sebagai struktur dan

masyarakat Gowa secara umum sebagai aktor, oleh karena itu sejatinya

aktualisasi nilai-nilai siri’ berpengaruh terhadap tingkat Pilkada Gowa tahun 2015

yang lebih demokratis.

Penulis dalam melihat aktualisasi konsep budaya siri’ di Kabupaten Gowa

tahun 2015 menggunakan pemetaan dengan melihat dua hal yaitu sebagai berikut:

52

Abu Hamid, Dkk. Siri Dan Pesse’ Harga Diri Manusia Bugis Makassar Mandar

Toraja ( Makassar: Pustaka Refleksi, 2009) hal. 59-60.

59

Page 70: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

1. Aktualisasi Siri’ dalam Pemilukada

Secara substansi berdasarkan pada pembahasan sebelumnya penulis bisa

menjastifikasi bahwa sukma demokrasi sangat relevan dengan nilai-nilai siri’, namun

dengan terjadinya banyak pelanggaran-pelanggaran saat pilkada tahun 2015

Kabupaten Gowa sekaligus dijadikan indikator oleh penulis bahwa tidak

teraktualisasikannya konsep dan nilai-nilai siri’ sebagai penopang terhadap

terciptanya politik lokal (pilkada) yang demokaratis di Kabupaten Gowa. Ada

beberapa masalah yang terjadi di pilkada Gowa tahun 2015 yakni terdiri atas:

a. Tidak akuratnya penetapan data pemilih,

Tidak akuratnya data pemilih merupakan masalah yang mendasar dan

hampir seluruh pilkada mengalami ketidakakuratan data pemilih dan pada

sebagian daerah menimbulkan gelombang protes dan demonstran dari

masyarakat, pada pilkada Gowa Tahun 2015 masalah yang demikian terjadi

sebagai mana informasi yang penulis peroleh dari hasil wawancara bersama

dengan Bapak Syaiful S.HI Daeng Pasese selaku Wakil Sekretaris Umum Partai

Demokrat Kabupaten Gowa sebagai berikut:

60

Page 71: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

“Analisis dari kajian kami bahwa dari 680 TPS di seluruh Kabupaten

Gowa, itu yang dimainkan. itu berarti 68 persen. Mohon maaf, Andai

saja hal seperti ini tidak terjadi maka partisipasi pemilih kemarin hanya

40 persen lebih, banyak surat undangan yang tidak sampai, dan syarat

bagi yang tidak mendapat surat undangan maka boleh dengan KTP, lalu

apa yang terjadi tetap saja dipersulit di TPS jika itu bukan pendukungnya

Adnan.53

Berdasarkan hasil wawancara tersebut membenarkan adanya proses

memanipulasi data pemilih oleh penyelenggara pilkada untuk memenangkan

pasangan nomor urut 5 yakni pasangan Adnan Purichita Ikhsan Yasin Limpo

(APIYL). Terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh penyelenggara dalam hal

ini KPUD maka sekaligus menjabarkan bahwa tidak diaktulisasikannya salah satu

nilai-nilai siri’ yaitu sifat adil, yakni hilangnya rasa malu karena tidak berlaku

adil.

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa ketidakakuratan data

pemilih pada sebagian daerah menimbulkan gelombang protes dan demonstran

dari masyarakat. Pasca rekapitulasi di tingkat kabupaten oleh KPUD Kabupaten

Gowa, kemudian menyatakan kemenangan pasangan nomor urut 5, massa

pendukung pasangan nomor urut 1 yakni pasangan Andi Maddusila Usman

dengan Wahyu Permana Kaharuddin mendatangi KPUD memprotes agar

penetapan pemenangan nomor urut 5 tersebut dibatalkan dengan alasan terjadinya

53

Wawancara dengan Bapak Syaiful S.HI Wakil Sekretaris Umum DPC partai

Demokrat Kabupaten Gowa sekaligus tim sukses nomor urut 1 pasangan Andi Maddusila

Usman dan Wahyu Permana Kaharuddin di Pilkada Gowa Tahun 2015 pada tanggal 14

oktober 2016.

61

Page 72: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

pelanggaran terhadap data pemilih. Gelombang protes yang dilakukan massa

pendukung sering kali menimbulkan minimal rasa ketakutan, melanggar hak-hak

umum, dan bahkan sampai pada pengrusakan fasilitas umum, seperti yang

disampikan oleh Bapak Arif Budiman S.Sos selaku Komisioner KPUD

Kabupaten Gowa Devisi sosialisasi dan SDM sebagai berikut:

“Yang melahirkan konflik bukan masyarakat tapi calon yang kompa-

kompai (menghasut) masyarakat untuk datang demo KPU, kompai-

kompai masyarakat dengan memberi uang 100 ribu untuk datang

membakar KPU, semua itu bukan murni kehendak masyarakat, tapi

masyarakat yang diperalat oleh calon karena ketidakpuasannya, karena

tidak terpilih54

.

Terjadinya tindakan memprotes hasil pilkada tersebut dibenarkan oleh

pihak KPUD lainnya melalui wawancara bersama Ibu Asmawati S.H selaku

Bagian Hukum KPUD Kabupaten Gowa:

“Kemarin itu Massa bertahan sampai jam 10 malam, sampai-sampai

kantor KPUD dijaga sama polisi, saya saja terpaksa pulang lewat

belakang diantar sama polisi. Jadi massanya tetap bertahan di depan

sampai jam 10 malam, sementara kami jam 8 malam sudah pulang lewat

belakang. Kalau saya pribadi dari kaca mata hukum jelas ini melanggar,

apalagi jika ada yang dirusak tapi ini bukan domain kami, kan ada pihak

kepolisian yang tangani itu.55

Berdasarkan wawancara di atas hal yang menarik untuk dilihat adalah

bahwa proses demonstrasi dengan menebar ketakutan terhadap orang lain jelas

merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai siri’. Tindakan

54 Wawancara dengan Bapak Arif Budiman S.Sos, Komisioner KPU Kabupaten

Gowa Divisi Sosialisasi dan Sumber Daya Manusia pada tanggal 7 Oktober 2016. 55

Wawancara dengan Ibu Asmawati S.H bagian Hukum KPUD kabupaten Gowa

Pada Tanggal 10 oktober 2016.

62

Page 73: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

memprotes KPUD dinilai bertentangan dengan nilai-nilai siri’ karena tidak mau

menerima kekalahan, sekaligus menggunakan cara yang tidak sesuai prosedur

yang berlaku.

Bapak Muh. Jufri Tenri Bali Daeng Pali selaku pengamat budaya serta

sejarawan Balla Lompoa memandang adanya pemakanaan yang berbeda-beda

tentang konsep siri‟ sebagai berikut.

“Telah terjadi degradasi mengenai pemahaman nilai-nilai siri oleh

masyarakat secara umum tetapi yang jelas siri ’itu berbicara tentang

kebaikan bersama dan tidak melanggar hak-hak orang lain. Jadi bukan

mempertahankan siri’ jika merusak milik umum.56

Menurut apa yang disampaikan melalui wawancara di atas menegaskan

bahwa selain aktualisasi siri’ yang belum diterapkan di pilkada tahun 2015,

memang pada dasarnya bagi sebagian orang konsep siri’ tidak dipahami sesuai

makna yang sesungguhnya.

b. KPUD yang tidak netral.

Ketidaknetralan KPUD dalam penyelenggaraan pilkada disebabkan oleh

faktor jangkauan wilayah pilkada hanya se-propinsi atau kabupaten/kota. Faktor

kedekatan dan kekerabatan antara penyelenggara pilkada dengan pasangan calon

mempengaruhi tingkat kenetralan penyelenggara. Selain dari pada itu yang

sangat dominan kekuasaan yang begitu kuat tanpa dapat dikoreksi oleh instansi

56

Wawancara dengan Bapak Muh Jufri Tenri Bali Daeng Pali, Sejarawan dan

Pengamat Budaya Ballak Lompoa Gowa pada tanggal 13 oktober 2016

63

Page 74: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

manapun maupun pengadilan. Ketidaknetralan oleh KPUD sebagai penyelenggara

pilkada Kabupaten Gowa Tahun 2015, dikatakan terjadi sebagaimana yang

disampaikan oleh Bapak Syaiful S.HI Daeng Pasese selaku Wakil Sekretaris

Umum Partai Demokrat Kabupaten Gowa sebagai berikut:

“Kaca mata politik saya, terkhusus di Kabupaten Gowa sudah menjadi

budaya dan rahasia publik sebenarnya ketika anda mau menang

berkoalisilah dengan KPU, sehingga apapun yang kami lakukan ujung-

ujungnya mentok ji pada saat gugatan, sudah 3 kali kami bersengketa

mulai dari tahun 2005. Jadi dari kacamata saya, yang menang di pilkada

2015 ibarat kata berkoalisilah dengan KPU. Bayangkan saja siapa yang

bisa mengacak data pemilih, kan KPU. Demokrasi sudah terlaksana

tetapi cita-citanya jauh, secara prosedur ia tapi cita-cita belum.57

Apa yang disampaikan melalui wawancara tersebut menggambarkan

keberpihakan KPUD Kabupaten Gowa terhadap salah satu calon dalam pilkada

Gowa tahun 2015. Ketidaknetralan oleh pihak KPUD sebagai penyelenggara

Pilkada jelas merupakan perilaku melanggar nilai-nilai siri’ sekaligus nilai-nilai

demokrasi pada asas kejujuran dan keadilan.

c. money politics

Pelanggaran yang paling menonjol adalah pasangan calon memberikan

sejumlah uang kepada parpol untuk dapat dicalonkan sebagai pasangan calon

dalam pelaksanaan pilkada. Hal ini menimbulkan persoalan apabila bakal calon

tersebut tidak terpilih oleh parpol dan menuntut pengembalian uangnya namun

57 Wawancara dengan Bapak Syaiful S.HI Wakil Sekretaris Umum DPC partai

Demokrat Kabupaten Gowa sekaligus tim sukses nomor urut 1 pasangan Andi Maddusila

Usman dan Wahyu Permana Kaharuddin di Pilkada Gowa Tahun 2015 pada tanggal 14

oktober 2016.

64

Page 75: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

sulit dibuktikan karena tidak adanya tanda bukti penerimaan. Pelaksanaan

pilkada mengindikasiskan terjadi politk uang (money Politics) dalam pengerahan

massa maupun memberi sejumlah barang atau sembako yang dapat dinilai

dengan uang kepada masyarakat. Terjadinya praktek money politics dibenarkan

oleh pihak KPUD Kabupaten Gowa melaui wawancara bersama Bapak Arif

Budiman S.Sos selaku Komisioner KPUD Kabupaten Gowa Devisi Sosialisasi

dan SDM sebagai berikut:

“Biasanya praktek bagi-bagi uang ataupun sembako berlangsung saat

masa-masa tenang kampanye yaitu sekitar satu minggu sebelum hari H

pencoblosan.58

Berdasarkan wawancara diatas penyelenggara pilkada membenarkan

terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh para kandidat calon Bupati Gowa

berupa bagi-bagi uang beserta barang-barang lain. penulis melihat ada dua hal

yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai siri’. Pertama, dari kandidat yang

berbuat tidak jujur, dan yang kedua para konstituen yang rela menggadaikan hak

suaranya demi imbalan uang dan lain-lain sebagainya.

d. mencuri star kampanye,

banyak pasangan calon yang belum memasuki tahapan pelaksanaan

pilkada pada masa kampanye telah memasang iklan di media cetak dan

58

Wawancara dengan Bapak Arif Budiman S.sos, Komisioner KPU Kabupaten

Gowa Divisi Sosialisasi dan Sumber Daya Manusia pada tanggal 7 Oktober 2016.

65

Page 76: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

elektronik, spanduk, poster, baliho, dan stiker-stiker yang dibagikan kepada

masyarakat, namun tidak mendapat tindakan tegas dari KPUD.

e. Dukungan PNS yang tidak netral

Penulis melihat dalam berbagai kampanye masih ditemukan PNS yang

memihak salah satu pasangan calon dalam kampanye dan banyak terjadi

memberi dukungan kepada daerah yang mengikuti kembali pilkada (incumbent)

di lain sisi memang ada upaya bagi incumbent untuk memanfaatkan para pejabat

dan staf pemda untuk membantu menggalang massa dan mencari dana untuk

kepentingan kampanye apabila tidak dipenuhi akan diancam dengan mutasi atau

pencopotan jabatan, seperti yang terjadi pada Pilkada Gowa tahun 2015 terjadi

praktek PNS yang tidak netral dalam berbagi sektor seperti yang disampaikan

oleh Bapak Syaiful S.HI Daeng Pasese selaku Wakil Sekretaris Umum Partai

Demokrat Kabupaten Gowa sebagai berikut:

“Saya menjastifikasi bahwa semua kepala dusun adalah timnya Adnan,

saya ada bukti dan faktanya. Semua kepala desa, semua camat, semua

kepala dinas, next ASN ( Aparatur Sipil Negara ) sampai panwaspun

seperti itu.59

Berdasarkan wawancara diatas penulis melihat bahwa keberpihakan PNS

dalam mendukung kandidat yang statusnya sebagai incumbent adalah bukan

59 Wawancara dengan Bapak Syaiful S.H.i Wakil Sekretaris Umum DPC partai

Demokrat Kabupaten Gowa sekaligus tim sukses nomor urut 1 pasangan Andi Maddusila

Usman dan Wahyu Permana Kaharuddin di Pilkada Gowa Tahun 2015 pada tanggal 14

oktober 2016.

66

Page 77: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

semata-mata murni kemauan PNS tersebut, tetapi karena adanya semacam

tekanan yang diterimanya dari calon yang masih memiliki power secara

birokrasi, misalnya ancaman mutasi sehingga mau atau tidak terjadilah praktek

politik birokrasi di penyelenggaraan pilkada. Tidak menutup kemungkinan ada

juga keberpihakan PNS murni sebagai kehendak sendiri karena ada jabatan

strategis yang diinginkan jika kandidat yang didukung terpilih.

f. pelanggaran kampanye dalam pengerahan massa

pelanggaran kampanye yang paling menonjol adalah pelanggaran lalu

lintas, terutama pengguna sepeda motor yang digunakan tiga orang dan tanpa

helm, penggunaan kendaraan instansi pemerintah, pengerahan massa anak-

anak, dan melakukan kampanye hitam (black campaign) terhadap lawannya.

Hal ini sering didahului dengan laporan kepada pihak kepolisian bahwa

pasangan calon tertentu telah melakukan tindak pidana, sehingga tidak layak

untuk dicalonkan.

2. Bupati Sebagai Produk Pilkada

Penulis tidak hanya melihat aktualisasi siri’ pada saat berlangsungnya pilkada

tetapi penulis juga melihat aktualisasi nilai-nilai siri’ dari pemimpin yang dihasilkan

sebagai produk pilkada, oleh karena itu untuk mengawalinya penulis berpatokan pada

UU No.32 tahun 2004. Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU No.32 Tahun

2004 sama dengan apa yang diatur dalam UU No. 22 tahun 1999, yang menjadi

perbedaan UU No. 32 Tahun 2004 lebih memperjelas dan memepertegas hal-hal yang

67

Page 78: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

sudah diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 dengan tujuan untuk menutupi

kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam UU No. 22 Tahun 1999, terutama

mengenai hubungan antar pemerintah pusat dan daerah, antara Provinsi dengan

Kabupaten/kota serta antara sesama daerah Kabupaten /Kota. Hubungan ini berkaitan

dengan masalah kesatuan administrasi dan kesatuan wilayah.60

Secara umum UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah telah

banyak membawa kemajuan bagi daerah dan juga bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat karena pemerintah daerah diberi wewenang yang luas mengelolah

kekayaan daerah untuk dimanfaatkan bagi pembangunan daerah dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat daerah, namun di sisi lain UU No. 22 Tahun 1999 dalam

pelaksanaannya juga telah menimbulkan dampak negatif antara lain tampilnya kepala

daerah sebagai raja-raja kecil di daerah karena luasnya wewenang yang dimiliki.61

Pilkada Kabupaten Gowa yang diselenggarakan pada tanggal 9 Desember

tahun 2015 menjadikan pasangan nomor urut 5 yakni pasangan Adnan Purichta

Ikhsan Yasin Limpo dengan Abdul Rauf Mallagani karaeng Kio‟ sebagai Bupati

Gowa terpilih periode 2016-2021. Mendekati satu tahun pasca pelantikan sebagai

pasangan Bupati Gowa terpilih, penulis melihat adanya upaya oleh pasangan Bupati

dan Wakil Bupati Kabupaten Gowa untuk menjadi raja-raja kecil didaerah.

60 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah

Secara Langsung (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hal. 4. 61

Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah

Secara Langsung, hal.2-3.

68

Page 79: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Upaya Bupati Gowa untuk menjadi raja atau penguasa mutlak di kabupaten

Gowa adalah dengan disahkannya perda LAD (lembaga Adat Daerah). LAD yang di

Sahkan menjadi perda pada tanggal 15 Agustus tahun 2016 merupakan bentuk nyata

dari upaya Bupati Gowa menjadi raja dengan menggunakan kekuasaan yang

diberikan berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 dalam hal ini membuat Undang-

undang atau peraturan daerah (Perda), seperti yang penulis peroleh melaui wawancara

bersama bapak Muh. Taslim S.H M.H selaku kepala bagian hukum dan perundang-

undangan Kabupaten Gowa sebagai berikut:

“jadi kami dibagian hukum ini posisinya sebagai penghubung atau jembatan

antara pemerintah Kabupaten Gowa dengan DPRD terkait mengenai

pembuatan perda. Kadang kala raperda sebelum jadi perda di usulkan oleh

DPRD begitupun sebaliknya kadang dari PEMDA atau Bupati, kemudian

kami fasilitasi untuk dirapatkan apakah pantas atau tidak, disahkan menjadi

Perda. Terkhusus perda LAD ini memang murni usulan dari Bupati Gowa.62

Berdasarkan hasil wawancara diatas penulis memaknainya bahwa perda LAD

memang murni usulan Bupati Gowa sebagai upaya selain berkuasa secara birokrasi

pemerintahan, juga upaya menguasai kondisi sosial budaya di Kabupaten Gowa.

Lawan politik terkuat pasangan bupati Gowa terpilih saat pilkada tahun 2015 adalah

nomor urut 1 yakni Andi Maddusila Usman berpasangan dengan wahyu Permana

Kaharduddin. Andi Maddusila Usman yang notabene adalah keturunan raja Gowa

sekaligus diangkat sebagai raja Gowa yang yang ke 37 seperti yang disampaikan oleh

62

Wawancara dengan bapak Muh. Taslim S.H M.H selaku kepala bagian Hukum

Kabupaten Gowa pada tanggal 4 November 2016.

69

Page 80: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Bapak Andi Makmun Bau Tayang Karaeng Bontolangkasa selaku kakak ipar Andi

Maddusila Usman, suami dari kakak kandungnya yakni Andi Mirna sebagai berikut:

“Andi Maddusila Usman memang sudah diangkat menjadi raja Gowa yang

ke 37 dan diakui oleh semua keluarga kerajaan oleh karena itu semua urusan

kerajaan kami serahkan kepada beliau, lagian saya juga sudah tua, bicara

saja agak susah.63

Status raja Gowa yang dimiliki oleh Andi Maddusisla Usman dianggap

sebagai ancaman oleh Bupati Gowa terpilih. Lahirnya perda LAD secara tidak

langsung menghilangkan status Andi Maddusisla Usman sebagai Raja Gowa sesuai

dengan isi LAD Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 3 yang berbunyi ”Bupati

adalah Bupati Gowa sebagai ketua lembaga adat Daerah yang menjalankan

fungsi dan peran sombaya64” berdasarkan isi tersebut secara otomatis Andi

Maddusila Usman tidak lagi memiliki kekuasaan atau power di kerajaan Gowa.

Konflik sebagai dampak dari lahirnya perda LAD adalah pecahnya bentrok

antara satpol PP Gowa, selaku perpanjangan tangan Bupati Gowa Adnan Purichta

IYL yang baru-baru saja dilantik menjadi ketua lembaga adat daerah Gowa yang

menjalankan fungsi-fungsi sombaya dengan massa dari Andi Maddusila raja Gowa

terbaru. Konflik semakin memuncak dengan dibobolnya brangkas benda pusaka

63 Wawancara dengan Bapak Andi Makmun Bau Tayang Karaeng Bontolangkasa

selaku kakak ipar Andi Maddusila Usman, suami dari kakak kandungnya yakni Andi Mirna

pada Tanggal 4 November 2016 64 Lembaran daerah Kabupaten Gowa Tahun 2016 nomo 05 tentang Penataan

Lembaga Adat dan Budaya Daerah, Bagian Hukum dan Perundang-undangan Sekretariat

daerah Kabupaten Gowa tahun 2016

70

Page 81: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Gowa di Balla Lompoa oleh tim yang dipimpin oleh wakil Bupati Gowa Abdul Rauf

Mallagani, karena kunci brangkas dipegang oleh Maddusila.65

Melihat kondisi ini penulis memaknai bahwa di Kabupaten Gowa unsur-unsur

Budaya dijadikan sebagai alat politik untuk memperoleh keuasaan yang mutlak demi

menjadi raja-raja kecil di daerah. Selain itu terkhusus mengenai aktualisasi siri’

penulis memandang bahwa konflik yang terjadi dengan lahirnya perda LAD

mengindikasikan bahwa budaya musyawarah duduk bersama, saling menghargai dan

menghormati yang terhimpun dalam makna siri’ tidak diaktulisasikan, justru

sebaliknya yang ditunjukkan adalah sifat-sifat yang bertentangan dengan nilai-nilai

siri’ seperti sikap arogansi, egoisme, dan tindakan main hakim sendiri.

Perilaku yang melanggar nilai-nilai siri’ semakin dipertegas lagi berdasarkan

wawancara bersama Bapak Andi Makmun Bau Tayang Karaeng Bontolangkasa

selaku kakak ipar Andi Maddusila Usman suami dari kakak kandungnya yakni Andi

Mirna sebagai berikut:

“saya mengetahui LAD sesuai yang di sampaikan oleh media karena tidak

ada sama sekali pemberitahuan dari pihak pemerintah Kabupaten Gowa,

yang jelas saya pahami bahwa isi Perda LAD mengatakan Bupati

menjalankan fungsi-fungsi Sombaya namun yang saya tidak pahami fungsi-

fungsi sombaya yang seperti apa. Kalu dulu sombaya itu bisa di katakan king

of the king (raja di atas raja).66

65

Tribun Gowa.com 66 Wawancara dengan Bapak Andi Makmun Bau Tayang Karaeng Bontolangkasa

selaku kakak ipar Andi Maddusila Usman, suami dari kakak kandungnya yakni Andi Mirna

pada Tanggal 4 November 2016

71

Page 82: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Hasil wawancara diatas secara tidak langsung menjelaskan bahwa budaya

mapatabe’ perwujudan dari sifat saling menghargai tidak diaktualisasikan lagi. Pihak

kerajaan merupakan bagian terpenting dari Perda malah tidak diminta pendapatnya

padahal pihak PEMDA berdalih bahwa tujuan dari disahkannya perda LAD untuk

memelihara cagar budaya lokal di Kabupaten Gowa, Jika memang dengan niat sperti

itu seharusnya pihak Pemda dan Pihak kerajaan saling bekerjasama tanpa ada satu

pihak yang mendominasi.

72

Page 83: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan judul Relevansi dan

Aktualisasi konsep Budaya Siri’, Terhadap Terciptanya Politik Lokal Yang

Demokratis ( Studi Kasus Pilkada Serentak Tahun 2015 Di Kabupaten Gowa ).

yang telah diuraikan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Relevansi Budaya siri’ terhadap terciptanya politik lokal (pilkada)

yang demokratis di Kabupaten Gowa. Penulis menemukan ada dua pendapat yang

berbeda terkait mengenai tingkat kerelevansian antara budaya siri’ dengan konsep

demokrasi yaitu sebagai berikut:

Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa budaya siri’ kompatebel dengan

konsep demokrasi. Yang menjadi alasan dari pendapat ini sehingga mengatakan

bahwa nilai-nilai siri’ relevan dengan konsep demokrasi adalah karena secara

substansi nilai-nilai demokrasi sudah tumbuh dalam sukma nilai-nilai siri’. nilai- nilai

yang dimaksud adalah nilai-nilai kebaikan secara kolektif dalam konsep demokrasi

juga terdapat dalam nila-nilai siri‟ yaitu nilai humanis untuk kebaikan bersama.

Alasan kedua adalah prinsip-prisip demokrasi sesuai dengan isi UUD Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang dengan jelas memaparkan bahwa Wujud

pilkada yang demokratis di Indonesia adalah pemilihan umum harus dilaksanakan

73

Page 84: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

secara langsung umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

Pendapat ini menjadikan landasan bahwa asas keadilan dan kejujuran dalam ranah

pilkada lokal di Kabupaten Gowa bisa di topang dengan konsep nilai-nilai siri’. yaitu

berupa rasa malu berbuat tidak adil dan tidak jujur harus dimiliki oleh para elit atau

penyelenggara.

Kedua, pandangan yang mengatakan bahwa budaya siri’ tidak kompatebel

dengan konsep demokrasi. Konsep demokrasi yang mengedepankan sikap

akomodatif, partnership, sportifitas yang artinya setiap penyelenggaraan pilkada

siapapun kandidatnya harus siap kalah dan siap menang, sementara di sisi lain

jika nilai-nilai siri’ semata-mata dimaknai sebagai usaha mempertahankan

kebenaran yang sifatnya subyektif maka konsep siri’ dalam pemaknaanya tidak

serta merta relevan dengan konsep demokrasi karena setiap orang memberikan

pemahaman yang berbeda-beda tentang makna siri’ tergantung dari situasi,

kebutuhan, dan kondisi indivudu tersebut. Bahkan konsep siri’ bisa dimaknai

mempertahankan pendapat subyektifnya secara total sekalipun nyawa harus jadi

taruhannya. Nilai-nilai yang berambisi dalam konsep siri’ bisa menjadi ancaman

terhadap tuntutan sikap sportifitas dalam konsep demokrasi.

2. Nilai-nilai budaya siri’ tidak diktualisasikan pada pilkada serentak Kabupaten

Gowa tahun 2015. Penulis membagi dua hal dalam melihat aktualisasi nilai-

nilai siri’ yaitu tidak teraktualisasikannya nilai-nilai siri’ saat berlangsungnya

74

Page 85: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

pemilukada dengan indikator terjadi banyak pelanggaran saat pilkada tahun

2015 yaitu sebagai berikut.

. Tindakan-tindakan brutal berupa menebar ancaman dan ketakutan

kepada KPUD Kabupaten Gowa, berniat membakar KPUD, merusak fasilitas

umum, dan membuat kemacetan di jalan poros lintas Kabupaten-Kota

(Makassar-Gowa-Takalar). KPUD Kabupaten Gowa yang tidak netral, money

politics, mencuri star kampanye, dukungan PNS yang tidak netral, dan

pelanggaran kampanye dalam pengarahan massa kampanye.

Selanjutnya pemimpin yang dihasilkan sebagai produk pilkada adalah

pemimpin yang menjadikan budaya lokal sebagai alat politik untuk menjadi

raja-raja kecil didaerah demi berkuasa secara mutlak. Lahirnya Perda LAD

adalah upaya nyata yang melahirkan konflik sekaligus mengindikasikan

bahwa budaya musyawarah duduk bersama, saling menghargai dan

menghormati yang terhimpun dalam makna siri’ tidak diaktulisasikan.

B. SARAN

Berdasarkan pada kesimpulan hasil penelitian tentang relevansi dan

aktualisasi konsep budaya Siri’ terhadap terciptanya politik lokal yang demokratis

(studi kasus pilkada serentak tahun 2015 di Kabupaten Gowa ), maka penulis

mengemukakan saran sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah, para elit politik

dan pengurus partai politik di Kabupaten Gowa, yaitu:

1. Hasil penelitian diharapkan menjadi pertimbangan bagi pemerintah

Kabupaten Gowa terkhusus Dinas Parawisata dan Kebudayaan Kabupaten

75

Page 86: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Gowa dalam melihat potensi budaya nilai-nilai siri’ terhadap kehidupan sosial

masyarakat Gowa yang lebih beradab secara umum dan kehidupan berpolitik

yang demokratis secara khusus. Selanjutnya hasil penilitian juga diharapkan

dapat menjadi pertimbangan bagi Dinas pendidikan untuk menjadikan nilai-

nilai siri’ sebagai salah satu bahan pembelajaran di sekolah sebagai upaya

mempertahankan budaya lokal yang memiliki nilai-nilai positif.

2. Pemerintah, elit politik dan pengurus partai politik diharapkan dapat

menjunjung tinggi nilai-nilai siri’ sebagai penopang dalam upaya

mewujudkan politik lokal yang demokratis, salah satu cara adalah

menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep siri’ pada setiap

penyelenggaraan pilkada pada masa yang akan datang. Pengenalan dan

pengamalan konsep siri’ bisa menjadi prioritas bagi para pengurus partai

politik dalam proses kaderisasi untuk mencetak kader-kader politik yang

memiliki siri’ atau harga diri berupa rasa malu apabila bertindak tidak jujur,

tidak adil, dan melanggar hak-hak kepentingan umum.

76

Page 87: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010.

Agustinus, Leo. Pilkada dan dinamika politik lokal Yogyakarta: Pusataka Pelajar,

2009.

Albone, Abdul Azis. Dkk. Dinamika kehidupan Beragama Muslim pedesaan Jakarta:

Puslitbang Lektur Keagamaan Badang Litbang Agama dan Diklat Keagamaan

Depertemen Agama RI, 2003.

Asshegaf, Rifqi Zabadi. Demokrasi Otonomi Daerah Dan Perilaku Politik Jawara (

studi tentang Peran Jawara dalam pemenangan H. Mulyadi Jayabaya Dan H.

Amir Hamzah Pada Pilkada Kabupaten Lebak Tahun 2008), Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : sebuah skripsi, 2013.

Budiyono, Kabul, Teori dan Filsafat Ilmu Politik Bandung: Alfabeta, 2012.

David Marah dan Gerry Stoker, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik Bandung:

Nusamedia,2010.

Fahri Rezki Rahman, Aktualisasi nilai Budaya local dalam kepemimpinan

pemerintahan di kota palopo. Universitas Hasanuddin Makassar: Sebuah

Skripsi, 2013.

Giddens, Anthoni. Teori Strukturasi Dasar-Dasar Pembentukan Struktur Sosial

Masyrakat Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Hadinata, Bob Sugeng Dan Schuck, Christoph. Demokrasi di Indonesia Teori Dan Praktik

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Hamid, Abu Dkk. Siri Dan Pesse’ Harga Diri Manusia Bugis Makassar Mandar Toraja

Makassar: Pustaka Refleksi, 2009.

Haviland, William A. Antropologi Jakarta: Erlangga, 1982.

Hikmat, Mahi M. Komunikasi Politik Teori Dan Praktek Dalam Pilkada Langsung

Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011.

Karim, Syahrir. Politik Desentralisasi Membangun Demokrasi Lokal, Makassar:

Alauddin University Press , 2012.

Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Yogyakrta: Djambatan,

1979.

77

Page 88: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT Gramedia,

1983.

Lauer, Robert H. Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: PT Rineka Cipta,

2001.

Lembaran daerah Kabupaten Gowa Tahun 2016 nomo 05 tentang Penataan Lembaga Adat

dan Budaya Daerah, Bagian Hukum dan Perundang-undangan Sekretariat daerah

Kabupaten Gowa tahun 2016

Mariana, Dede. Demokrasi dan Politik Desentralisasi, Bandung: Graha Ilmu 2007.

Matthew B Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI

Press, 1992.

Maulana, HB. Amiruddin, Demi Makassar, Makassar: Global Publishing, 2001.

Muhammad Yusuf, Andi. Reproduksi Status Tradisional Dalam Praktik Politik di

Kabupaten Wajo” Universitas Hasanuddin Makassar: Sebuah Skripsi, 2012.

Moein MG, Andi. Menggali Nilai-Nilai Budaya Bugis-Makassar Sirik Na Pacce Ujung

Pandang: Mapress 1988.

Nasution, S. Metode Riset, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1998.

Noor,Isran. Politik Otonomi Daerah, Jakarta: Profajar Jurnalism, 2013.

Poerwanto, Hari. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada,

2004.

Sofianto, Yuwanto Arif. Kontribusi Budaya Politik Lokal Dalam Demokratisasi

(Kajian Budaya Politik dan Demokrasi Lokal Pascareformasi di Kecamatan

Banyumanik Kota Semarang)”.

Wahyuni, Perilaku Beragama, Studi Sosiologi Terhadap Asimilasi Agama dan

Budaya Di Sulawesi Selatan, Makassar: Alauddin University Press,2003.

Wismulyani, Endar. Jejak Islam di Nusantara, Cet 1, Klaten: Cempaka Putih, 2008.

Yustian Driyartana, Edwin, Kedudukan Partai Politik Lokal Di Nanggroe Aceh

Darussalam Ditinjau Dari Asas Demokrasi. Universitas Sebelas Maret

Surakarta: Sebuah Skripsi.

78

Page 89: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Zuhro, R. Siti Dkk, Demokrasi Lokal: Perubahan Dan Kesenambungan Nilai-Nilai

Budaya Politik Lokal di Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan

Bali, Yogyakarta: Ombak, 2009.

http://www.muslimedianews.com/2015/05/tradisi-menurut-al-quran-as-

sunnah.html#ixzz4D08lzILV

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-164-468991295-tesiscontent.pdf

Muh}ammad ibn Isma>’i>l Abu> ‘Abdillah al-Bukha>ri> al-Ju’fi>, S}ah}ih} al-Bukha>ri>, Juz III,

Cet. I; Da>r T{u>qi al-Naja>h, 1422 H.

Muslim ibn al-H{ajja>j al-H{asan al-Qusyai>riy al-Naisa>bu>riy, S{ah}ih} Muslim, Juz III,

Beirut: Da>r Ih}ya> al-Turas\ al-‘Arabi> t.th.

79

Page 90: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

LAMPIRAN

DAFTAR WAWANCARA

NO

NAMA

PROFESI

WAKTU

1

Arif Budiman S.sos Komisioner KPUD Kab. Gowa

Divisi Sosalisasi dan Sumber

Daya Manusia.

7 Oktober 2016

2

Muh. Jufri Tenri Bali

Daeng Pali

Sejarawan dan Pengamat

Budaya Lokal Balla’ Lompoa

Gowa

13 Oktober 2016

3

Syaiful S.Hi Wakil Sekretaris Umum DPC

Partai Demokrat Kabupaten

Gowa

14 Oktober 2016

4

Lukman S.E Kepala Sub Bagian Teknis

Pemilu dan HUPMAS KPUD

Kabupaten Gowa

11 Oktober 2016

5

Yusran Iring M.M Kepala Seksi Pengembangan

Budaya Daerah Dinas

Parawisata Dan Kebudayaan

Kabupaten Gowa

11 Oktober 2016

6

Asmawati S.H Bagian Hukum KPUD

Kabupaten Gowa

10 Oktober 2016

7

Muh. Taslim S.H, M.H Kepala Bagian Hukum

Kabupaten Gowa

4 November 2016

8 Andi Makmun Bau Tayang

Karaeng Bontolangkasa

Pemangku Adat Sekaligus

Keluarga Kerajaan Gowa

4 November 2016

Page 91: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Teknis Pemilu dan Hupmas KPUD

Kabupaten Gowa

Page 92: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Wawancara dengan Komisioner KPU Kabupaten Gowa Divisi Sosialisasi dan

Sumber Daya Manusia.

Page 93: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Wawancara dengan Kepala Seksi Pengembangan Budaya Daerah Dinas

Parawisata Dan Kebudayaan Kabupaten Gowa.

Wawancara dengan Pengamat Budaya Serta Sejarawan Balla Lompoa

Kabupaten Gowa

Page 94: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Wawancara dengan Wakil Sekretaris Umum Partai Demokrat Kabupaten

Gowa

Page 95: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Wawancara dengan Keluarga Kerajaan Gowa.

Page 96: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

Wawancara dengan kepala bagian Hukum dan Perundang-Undangan

Kabupaten Gowa.

Page 97: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP
Page 98: RELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ …repositori.uin-alauddin.ac.id/9423/1/Skripsi Ardiansyah pakai halaman.pdfRELEVANSI DAN AKTUALISASI KONSEP BUDAYA SIRI’ TERHADAP

RIWAYAT HIDUP

Ardiansyah, lahir di Dusun Japing Desa Sunggumanai

Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa pada tanggal 29

Agustus 1993. Anak pertama dari pasangan Ayahanda bernama

Bohari daeng Manye‟ dan Ibunda bernama Saharia daeng

Memang, dari tiga orang bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Inpres Japing Kab.

Gowa (2006), MTS/SMP Pesantren Guppi Samata Kab. Gowa (2009 ), SMA Negeri

02 Sungguminasa Kab. Gowa (2012). Dan pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Jurusan Ilmu Politik

pada Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik kemudian selesai pada tahun 2016.

Penulis dapat menyelesaikan pendidikannya atas rahmat Allah Swt dan

dukungan serta doa dari kedua orang tua dengan memilih judul “Relevansi dan

Aktualisasi Konsep Budaya Siri’ Terhadap Terciptanya Politik Lokal yang

Demokratis pada PILKADA serentak tahun 2015 di Kabupaten Gowa”.