RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

12
690 RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB Nurjaliyah Aljah Siompu Jurusan Magister Pendidikan Bahasa Arab, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang [email protected] Abstrak: Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sinilah sebuah kata secara perlahan mengalami degradasi yang disebabkan oleh suatu pandangan baru. Makna dalam sebuah kalimat tidak terlepas dari peran bahasa di dalamnya. Bahasa berfungsi sebagai media komunikasi. Makna sebagai unsur bahasa merupakan salah satu unsur yang memiliki potensi untuk berubah karena makna berkaitan dengan konsep-konsep dan pikiran manusia yang tidak berhenti. Hal ini berarti bahwa bahasa mengandung makna yang bisa dipahami. Oleh karena itu, dalam mempelajari bahasa khususnya Bahasa Arab maka terdapat banyak cabang-cabang disiplin ilmu, salah satunya adalah ilmu yang mempelajari tentang makna yang disebut semantik ( علم) لة الد.Pada konteks tatanan hierarki kebahasaan, makna kata yang saling berhubungan disebut relasi makna. Relasi makna dapat berwujud bermacam-macam. Dalam setiap bahasa termasuk bahasa Indonesia, seringkali kita temukan adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan atau relasi terkait makna memiliki banyak ragam, maka fokus kajian makna yang dikaji diantaranya yaitu kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), makna ganda (polisemi), ketercakupan makna (hiponimi) dan makna bertingkat (homonimi). Kata Kunci : Makna, Relasi (Hubungan), Semantik Bahasa berfungsi sebagai media komunikasi. Dengan kata lain, bahasa mengandung makna yang bisa dipahami (Nasution, 2017:147). Sebagai alat komunikasi (dialog, monolog dan polilog) secara verbal, bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut (Chaer, 1995:1). Sedangkan disisi lain, bahasa bersifat non-verbal (dalam benak) tidak langsung dicapai tanpa melalui medium buatan seperti kamus dan buku tata bahasa. Pada penggunaan interaksi bahasa berdasarkan pengamalan nyata, bahasa selalu muncul dalam bentuk tingkah atau tindak tutur. Karena setiap telaah struktur bahasa dari pengkajian tindak tutur melalu aktualisasi bahasa lisan (Sumarsono, 2007:13). Dalam mempelajari bahasa, banyak cabang- cabang disiplin ilmu, salah satunya adalah ilmu yang mempelajari tentang makna atau disebut Semantik. Persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari- hari. (Pateda, 2001:78). Oleh karena itu maka mempelajari tentang makna juga bagian dari linguistik. Sebelum jauh membahas tentang makna, hendaknya perlu diketahui sejarah munculnya semantik. Menelaah tentang makna terlebih dahulu harus mempelajari disiplin ilmunya bagi mereka yang bergelut di dunia bahasa seperti bagi mahasiswa, guru bahasa, penyusun kamus dan wartawan yang bertujuan dalam aplikasi penggunaan bahasa yang baik serta mengetahui asal usul suatu ilmu juga sangat penting agar ilmu yang didapat bukan dari menerima saja tetapi ada bukti dan sejarah ilmu tersebut. Semantik atau dalam bahasa arab disebut علم لة الدmerupakan salah satu bagian dari ruang lingkup linguistik. Linguistik merupakan studi bahasa secara ilmiah

Transcript of RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

Page 1: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

690

RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB

Nurjaliyah Aljah Siompu

Jurusan Magister Pendidikan Bahasa Arab, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang [email protected]

Abstrak: Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi

dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Di sinilah sebuah kata

secara perlahan mengalami degradasi yang disebabkan oleh suatu pandangan baru.

Makna dalam sebuah kalimat tidak terlepas dari peran bahasa di dalamnya. Bahasa

berfungsi sebagai media komunikasi. Makna sebagai unsur bahasa merupakan salah

satu unsur yang memiliki potensi untuk berubah karena makna berkaitan dengan

konsep-konsep dan pikiran manusia yang tidak berhenti. Hal ini berarti bahwa

bahasa mengandung makna yang bisa dipahami. Oleh karena itu, dalam mempelajari

bahasa khususnya Bahasa Arab maka terdapat banyak cabang-cabang disiplin ilmu,

salah satunya adalah ilmu yang mempelajari tentang makna yang disebut semantik

الدلالة( علم) .Pada konteks tatanan hierarki kebahasaan, makna kata yang saling

berhubungan disebut relasi makna. Relasi makna dapat berwujud bermacam-macam.

Dalam setiap bahasa termasuk bahasa Indonesia, seringkali kita temukan adanya

hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa

lainnya. Hubungan atau relasi terkait makna memiliki banyak ragam, maka fokus

kajian makna yang dikaji diantaranya yaitu kesamaan makna (sinonim), kebalikan

makna (antonim), makna ganda (polisemi), ketercakupan makna (hiponimi) dan

makna bertingkat (homonimi).

Kata Kunci : Makna, Relasi (Hubungan), Semantik

Bahasa berfungsi sebagai media komunikasi. Dengan kata lain, bahasa mengandung makna yang bisa dipahami (Nasution, 2017:147). Sebagai alat

komunikasi (dialog, monolog dan polilog) secara verbal, bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang

dimaksud oleh lambang tersebut (Chaer, 1995:1). Sedangkan disisi lain, bahasa bersifat non-verbal (dalam benak) tidak langsung dicapai tanpa melalui medium buatan seperti

kamus dan buku tata bahasa. Pada penggunaan interaksi bahasa berdasarkan pengamalan nyata, bahasa selalu muncul dalam bentuk tingkah atau tindak tutur. Karena setiap telaah struktur bahasa dari pengkajian tindak tutur melalu aktualisasi

bahasa lisan (Sumarsono, 2007:13). Dalam mempelajari bahasa, banyak cabang-cabang disiplin ilmu, salah satunya adalah ilmu yang mempelajari tentang makna atau

disebut Semantik. Persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-

hari. (Pateda, 2001:78). Oleh karena itu maka mempelajari tentang makna juga bagian

dari linguistik. Sebelum jauh membahas tentang makna, hendaknya perlu diketahui

sejarah munculnya semantik. Menelaah tentang makna terlebih dahulu harus

mempelajari disiplin ilmunya bagi mereka yang bergelut di dunia bahasa seperti bagi

mahasiswa, guru bahasa, penyusun kamus dan wartawan yang bertujuan dalam aplikasi penggunaan bahasa yang baik serta mengetahui asal usul suatu ilmu juga

sangat penting agar ilmu yang didapat bukan dari menerima saja tetapi ada bukti dan

sejarah ilmu tersebut. Semantik atau dalam bahasa arab disebut الدلالة علم merupakan salah satu

bagian dari ruang lingkup linguistik. Linguistik merupakan studi bahasa secara ilmiah

Page 2: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

691

melalui pengamatan-pengamatan yang teratur dan secara emperis dapat dibuktikan

benar atau tidaknya serta mengacu pada suatu teori umum tentang struktur bahasa (Nasution, 2017:3). Secara umum, bidang ilmu bahasa dibedakan atas linguistik murni

dan linguistik terapan. Hubungan atau relasi antara ilmu bahasa digolongkan 2 bidang yaitu bidang linguistik murni dan linguistik terapan. Bidang linguistik murni mencakup fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan bidang linguistik terapan

mencakup pengajaran bahasa, penerjemahan, leksikografi, dan lain-lain.

Bagan 1.1 Bidang Linguistik Murni

Bagan 1.2 Bidang Linguistik Terapan

Berdasrkan bagan di atas, maka posisi semantik termasuk dalam kategori ilmu linguistik murni. Secara singkat, kata semantik sebenarnya merupakan istilah teknis

yang mengacu pada studi tentang makna. Makna yang dimaksud disini adalah makna bahasa, baik dalam bentuk morfem, kata, atau kalimat. Morfem boleh saja memiliki makna, misalnya reaktualisasi, yang maknanya perbuatan mengaktualisasikan kembali

(Pateda, 2001:25). Dalam satuan atau hirarki kebahasaan, sebagai datuan gramatikal sekaligus objek kajian linguistik yang mengandung semua unsur kebahasaan yang

diperlukan dalam segala bentuk komunikasi. Tiap kajian bahasa dikaitkan dalam analisa makna dan pemakaiannya berdasarkan unsur-unsurnya yaitu: fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana (Mulyana, 2005:6). Posisi paling bawah yaitu

fonem dan posis teratas yaitu wacana (teks), uraian singkat ilustrasi bagan sebagai berikut:

Pengajaran Bahasa

Penerjemahan

Leksikografi Lain-lain

Fonologi

Morfologi

Sintaksis

Semantik Makna

Kata

Makna

Kalimat

Bentuk

Kata

Bunyi

Bahasa

Page 3: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

692

Wacana

Kalimat

Klausa

Frasa

Kata

Morfem

Fonem

Bagan 1.3 Hirarki Kebahasaan

Coseriu dan Geckeler mengatakan bahwa istilah semantik mulai populer

tahun 50-an yang diperkenalkan oleh sarjana perancis yang bernama M. Breal pada tahun 1883 (Pateda, 2001:3). Kata semantik berasal dari bahasa yunani sema (noun) yang berarti tanda atau lambang. Dalam bahasa Yunani, ada beberapa kata yang

menjadi dasar kata semantik yaitu semantikos (memaknai), semainein (mengartikan), dan sema (tanda). Sema juga berarti kuburan yang mempunyai tanda yang

menerangkan siapa yang dikubur disana. (Bagus, 2002). Dari kata sema, semantik dapat dipahami sebagai tanda yang memiliki acuan tertentu dan menerangkan tentang asal dimana kata itu disebutkan pertama kali. Hal ini senada dengan yang disampaikan

oleh Pateda yang menyetarakan kata semantics dalam bahasa Inggris dengan kata semantique dalam bahasa Prancis yang mana kedua kata tersebut lebih banyak

menjelaskan dengan kesejarahan kata. (Pateda, 2001:3). Dalam bahasa Arab, semantik diterjemahkan dengan „ilm al-Dilalah atau Dilalat al-Alfadz. Secara terminologis semantik ialah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan

makna ungkapan atau sistem penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada

umumnya (Fawaid, 2013:73). Sedangkan secara istilah semantik adalah ilmu yang

menyelidiki tentang makna, baik berkenaan dengan hubungan antar kata-kata dan lambang-lambang dengan gagasan atau benda yang diwakilinya, maupun berkenaan

dengan pelacakan atas riwayat makna-makna itu beserta perubahan-perubahan yang terjadi atasnya atau disebut juga semiologi (Dagun, 2006:1016). Dengan demikian, makna kata satu dengan kata yang lain saling berhubungan dengan lambang atau

simbol dalam penerapan komunikasi berbahasa. Sehingga, makna yang muncul bervariasi sesuai konteksnya. Hubungan dan keterkaitan antara keduanya ini disebut

relasi. Secara singkat, relasi makna dalam konteks semantik arab memiliki banyak ragam, maka fokus kajian makna yang dikaji diantaranya yaitu sinonim, antonim, polisemi, hiponim dan homonim.

1. Sinonim (الترادف) Secara etimologis, istilah sinonimi (bahasa indonesia) diserap dari bahasa

inggris yaitu synonimy. Kata synonymy sendiri diserap dari bahasa Yunani Kuno, yaitu

onoma yang berarti dengan. Dengan kata lain sinonim ialah nama lain untuk benda yang sama. Sebagai contoh, kata tabel bisa berarti meja atau daftar.

Kridalaksana )1993( menyebutkan, sinonim adalah “bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain, kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah

kata-kata saja.

Page 4: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

693

Dalam Bahasa Indonesia kita mengenal kata-kata : mati, wafat, meninggal,

dan berpulang ke Rahmatullah yang pada dasarnya semua adalah kata-kata yang bersinonim antara satu sama lain. Dengan kata lain hal ini dalam bahasa Arab, sinonim

disebut dengan الترادؼ yaitu :

ما ختلف لفظه واتفق معنه، وإطلاؽ عدة كلمات علي مدلوؿ واحد “Berbeda artinya tetapi sama lafasnya, atau beragam lafadznya tetapi maknanya satu”.

Menurut Umar :

الترادؼ وهو يدؿ اف اكثر من لفظه على معنى واحد“sinonim adalah banyak lafadz tapi satu arti”.

Memperhatikan definisi الترادؼ dengan definisi sinonim sebelumnya diketahui

bahwa keduanya tidak berbeda. Bahkan dapat dikatakan keduanya adalah bersinonim

Kata الأسد، السبع، الليث، الأسامة menunjukan satu arti yaitu „binatang buas‟..

Demikian juga kata : النحل، الشهد، العسل، التحموؿ الحميت، وقئ الزنابن، ريق adalah

satu arti kata, yaitu manisan lebah, menurut para linguistik arab, bahasa arab adalah

bahasa yang paling kaya mufradat. Salah satu bentuk kekayaan mufradat dimaksud

dalam bentuk الترادؼ. Untuk benda pedang misalnya, dalam bahasa arab ditemukan

tidak kurang dari 1.000 kata. Untuk menyebut harimau ditemukan tidak kurang dari 500 kata. Untuk menyebut madu ditemukan lebih dari 800 kata, dan lain-lain.

Demikian banyaknya kosa kata bahasa arab, seorang orientalis telah mencoba melakukan penelitian tentang jumlah kosa kata bahasa arab dan menyimpulkan bahwa

tidak kurang dari 5.640 kata dasar. Sementara jumlah kosa kata bahasa arab mencapai 12.302.912 kata. Jumlah ini tidak sebanding dengan kosa kata bahasa inggris yang hanya mencapai 600.000 kata, kosa kata bahasa prancis hanya 150.000 kata, dan kosa

kata bahasa rusia yang hanya mencapai 130.000 kata.

Adapun faktor-faktor penyebab banyaknya الترادؼ dalam bahasa Arab,

Wafi menyimpulkan sebagai berikut: 1. Karena bahasa arab (bahasa quraish) sangat terbuka dan respon terhadap

beberapa dialeg-dialeg bahasa arab disekitarnya. Dengan demikian, bahasa arab banyak menyerap kosa kata dialeg lain yang maknanya sama.

2. Karena beberapa penyusun kamus bahasa arab tidak melakukan seleksi yang ketat dalam menulis kosa kata bahasa arab. Oleh karena itu, banyak kosa kata bahasa lain, khususnya bahasa-bahasa rumpun semit masuk kedalam bahasa arab

yang artinya sama. Pada hakekatnya beberapa kata yang dianggap bersinonim itu memiliki arti khusus. Namun karena ditemukan adanya kesamaan maka

disebut bersinonim. Seperti kata جلس dan قعد. Keduanya berarti duduk tapi hakekatnya kata جلس berarti duduk dari berdiri sementara قعد berarti duduk dari berbaring.

Page 5: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

694

2. Antonim (التضاد) Menurut bahasa Arab Idhdhad (Antonim) berasal dari kata ضد يضد ضد yang

berarti menolak, berlawanan atau kontradiksi. Sedangkan kata Antomini (bahasa

indonesia) merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu antonymy. Menurut Verhaar (1978), kata antonymy sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno,

yaitu: “anoma” artinya „nama‟ dan “anti" artinya „melawan.‟ Jadi arti harfiyanya adalah “Nama lain untuk benda lain”. )Verhaar, 1978:133( atau lebih sering disebut dengan lawan kata. Secara semantik, Verhaar )1978( mendefinisikan sebagai: “Ungkapan

(biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain”.

Secara mudah dapat dikatakan, antonim adalah kata-kata yang maknanya berlawanan. Misalnya dengan kata bagus adalah berantonimi dengan kata buruk; kata besar adalah berantonimi dengan kata kecil; dan kata membeli berantonim dengan

kata menjual. Dalam Bahasa Arab, Taufiqurrochman (2008) menyebutkan dalam bukunya,

bahwa antonim disebut dengan التضاد yaitu:

التضاد: هو عبارة عن وجود كلمتن فاكثرلذا دلالة متضادة“Antonim )التضاد) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya

„dianggap‟ berlawanan.”

Sedangkan Ahmad Mukhtar Umar (1998:191) mengartikannya sbagai berikut:

الاضاد او التضاد هو اللفظ الدستعمل في معنن متضاديمن“antonim adalah lafadz yang digunakan dalam dua makna yang berlawanan.”

Lebih lanjut menurut Ilmuan Bahasa Modern menyatakan bahwa:

عنىالاضاد او التضاد يعني وجود لفظن يختلفاف نطقاويتضاداف في الد“antonim yaitu adanya dua lafadz yang berbeda dalam pelafalan dan berbeda dalam

makna”.

Al-Tadhad dalam bahasa Arab dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Al-Tadhad al-Had atau antonimi tidak berjenjang seperti: ميت-حي dan

أغزب -متزوج 2. Al-Tadhad al-Mutadarrij atau antonimi berjenjang seperti: بارد -ساخن karena

hangat dan dingin memiliki ukuran tertentu.

3. Al-Tadhad al-„Aks atau antonim berpasangan seperti: اشترى -باع dan أخذ -دفع dan lain-lain.

4. Al-Tadhad al-Ittijahi, atau antonim arah seperti:

تحت-سفل، فوؽ-أعلى dan lain-lain.

Kridalaksana (1993) mendefinisikan antonim sebagai oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan (Kridalaksana, 1993:15). Hal ini yaitu

Page 6: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

695

beberapa pasangan kata yang mempunyai arti yang berlawanan. Dalam bahasa

Indonesia kita kenal kata-kata besar-kecil, tinggi-rendah, jauh-dekat, rajin-malas, takut-berani, gembira-sedih, sakit-senang, panas-dingin, dan lain-lain.

Sama halnya dengan sinonim, antonim pun terdapat pada semua tataran bahasa: tataran morfem, tataran kata, tataran frase, dan tataran kalimat. Hanya barangkali mencari contohnya dalam setiap bahasa tidak mudah.

Dalam buku-buku pelajaran bahasa Indonesia, antonim biasanya disebut lawan kata Banyak orang yang tidak setuju dengan istilah ini sebab pada hakekatnya yang

berlawanan bukan kata-kata itu. Melainkan makna dari kata- kata itu. Maka, mereka yang tidak setuju dengan is tilah lawan kata lalu menggunakan istilah lawan makna. Namun, benarkah dua buah kata yang berantonim,maknanya benar-benar berlawanan?

Benarkah hidup lawan mati? putih lawan hitam? dan menjual lawan membeli? Sesuatu yang hidup memang belum atau tidak mati, dan sesuatu yang mati memang sudah tidak

hidup. Jadi, memang berlawanan. Apakah juga yang putih berani tidak hitam? Belum tentu mungkin kelabu. Menurut ilmu fisika putih adalah warna campuran dari segala warna, sedangkan hitam memang tidak ada warna " sama sekali. Lalu, apakah juga

sesuatu yang jauh berarti tidak dekat? Juga belum tentu. Nampaknya soal jauh atau dekat bersifat relatif. Patokannya tidak tentu bisa bergeser. Soal menjual dan

membeli tampaknya merupakan dua hal yang berlaku bersamaan; tidak ada proses pembelian tanpa terjadinya proses penjualan. Begitu juga sebaliknya.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa antonim pun, sama halnya dengan

sinonim, tidak bersifat mutlak. Itulah sebabnya barangkali dalam batasan di atas, Verhaar (1978) menyatakan "...yang maknanya dianggap kebalikan dari makna

ungkapan lain". Jadi, hanya dianggap kebalikan. Bukan mutlak berlawanan.

a. Macam-macam (التضاد) Antonim Idhdhad (Antonim) terdiri dari:

1. Perlawanan makna binary (pasangan)

a. موت (kematian) yang berlawanan dengan حياة (kehidupan)

b. رجل (laki-laki) yang berlawanan makna dengan مرأة (wanita)

c. ظلم (gelap) yang berlawanan makna dengan نور (cahaya)

2. Perlawanan makna bertingkat (gradable)

a. كبن (besar) yang berlawanan dengan متوسط (sedang) صغن (kecil)

b. جفف (musim kemarau) yang berlawanan dengan امطار (musim hujan)

(musim panas) صيف (musim dingin) شتاء (musim gugur) ربيع

3. Perlawanan makna timbal balik (converse)

a. زوج (suami) yang berlawanan dengan زوجة(istri)

b. طبيب (dokter) yang berlawanan dengan مريض (pasien)

Page 7: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

696

c. أستاذ(guru) yang berlawanan dengan تلميذ(murid)

4. Perlawanan makna berhubungan dengan gerak dan arah (reverse)

a. فوؽ (atas) yang berlawanan dengan تحت (bawah)

b. ييمن (kanan) yang berlawanan dengan شماؿ (kiri)

c. خورج (keluar) yang berlawanan dengan دخوؿ (masuk)

b. Sebab-Sebab Antonim (التضاد) Haidar (2005:152-156) menyebutkan terdapat banyak hal yang menyebabkan

terjadinya antonim. Hal-hal tersebut kemudian diklasifikasikannya kedalam tiga faktor

besar: 1. Faktor Eskternal‟

a. Perbedaan dialek, misalnya kata السدفة yang dapat bermakna الظلمة „gelap‟ dan الضوع „terang‟.

b. Pinjaman bahasa asing, misalnya kata حلل yang bermakna كريم „mulia‟

dan حقن „hina‟.

c. Motivasi sosial, misalnya sebagai kata yang menunjukkan rasa optimisme, pesimisme, ejekan, atau bahkan juga sebagai tata krama.

2. Faktor Internal

a. Motivasi relasi makna, misalnya sebagai kata yang menunjukkan perluasan makna, majas, penegasan, atau pun untuk menggeneralisasikan makna aslinya.

b. Motivasi relasi lafadz, misalnya perbedaan akar kata, substitusi konsonan akar kata, atau pun perubahan tempat konsonan akar kata.

3. Faktor Historis

a. Peninggalan masa lalu, seperti yang diungkapkan Giese kontranimi

merupakan ungkapan manusia yang berupa pemikiran orang-orang di masa lampau.

b. keadaan asasi kata, maksudnya adalah ungkapan yang menjadik kontranimi sejak awal memang sudah begitu adanya. Namun, pendapat

c. demikian ditentang oleh Ibnu Sayyid yang mengatakan bahwa tidak dibenarkan

memberikan dua makna bertentangan pada satu kata dalam waktu yang bersamaan.

3. Polisemi ( اللفظى إشتراك )

Secara etimologi kata polisemi (Indonesia) diadopsi dari polysemy (Inggris), sementara Polysemy diadopsi dari bahasa Yunani: “Poly” artimya banyak atau

Page 8: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

697

bermacam-macam, dan “Semy” berarti arti. Dalam kajian linguistik Arab,

polisemi sama dengan إشتراك اللفظى/ isytirak al-lafzi. (Nasution, 2017:163-164). Secara terminnologis, polisemi menurut para ahli sebagai berikut;

a. Palmer )1976:65( mengatakan, “It is also the case that the same word may have a set different meanings,” suatu kata yang mengandung makna ganda.

b. Simpson )1979:179( mengatakan, “A word which has two )or more( related

meanings.”

c. Wâfi (1962:183) yang dimaksudkan dengan اللفظى إشتراؾ adalah:

للكلمات الواحدة عدة معاف تطلق على كل منها على طريق الحقيقة لا المجاز“Satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai sebagai makna yang denotatif (hakikat) dan bukan makna

konotatif )majaz(” d. Ya‟qub )dalam Nasution, 2017:164-165) mendefinisikan musytarak yaitu:

“Setiap kata yang mengandung lebih dari dua makna, antara yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan.

Maka dapat ditarik kesimpulan, polisemi adalah kata yang mengandung makna lebih dari satu atau ganda. Karena kegandaan makna itulah maka pendengar atau

pembaca ragu-ragu menafsirkan makna kata yang didengar atau dibacanya. (Pateda, 2001:214( Contohnya; kata “Orang tua” bisa berarti 1(. Ayah dan Ibu, dan 2( Orang yang sudah lanjut usia )manula(, )Nasution, 2017:164(. Demikian juga kata “Paku”,

kalau kita mendengar orang yang mengujarkan kata paku, kita ragu-ragu. Apakah yang dimaksud adalah paku yang digunakan untuk memaku pagar, atau barangkali yang

dimaksud adalah sayur paku? Untuk menghindarkan salah paham tentu kita harus melihat konteks kalimat, atau kita bertanya lagi kepada pembicara, apakah yang ia maksud dengan kata paku? (Pateda, 2001:214). Sedangkan contoh dalam bahasa Arab

pada kata “الخاؿ” misalnya, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan, dan onta yang

gemuk. (Nasution, 2017:164) Menurut Simpson (1979: 179) dan Zgusta (1971: 61), adapun penyebab terjadinya kata yang bermakna polisemi adalah:

a. Kecepatan melafalkan kata, misalnya kata ban tuan dan bantuan. Apakah ban kepunyaan tuan, atau bantuan? Demikian pula urutan kata kerak apa, apakah

kerak apa, atau kera apa? b. Faktor gramatikal, misalnya kata pemukul dapat bermakna alat alat yang

digunakan untuk memukul, atau orang yang memukul. Orangtua dapat

bermakna ayah atau ibu, atau orang yang sudah tua. c. Faktor leksikal yang dapat bersumber dari: (i) sebuah kata yang

mengalami perubahan pemakaian dalam ujaran yang mengakibatkan munculnya makna baru. Misalnya kata makan yang biasa dihubungkan dengan kegiatan manusia atau binatang memasukkan sesuatu ke dalam perut, tetapi kini kata

makan dapat digunakan pada benda tak bernyawa sehingga muncullah urutan kata makan sogok, rem tidak makan, makan angin, makan riba, dimakan api,

pagar makan tanaman; (ii) digunakan pada lingkungan yang berbeda, misalnya kata operasi bagi seorang dokter dihubugkan dengan pekerjaan membedah bagian tubuh untukmenyelamatkan nyawa; bagi militer dikaitkan dengan

kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau memberantas kejahatan; dan bagi

Page 9: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

698

departemen tenaga kerja dihubungkan dengan salah satu kegiatan yang

akan atau sedang dilaksanakan. Hal itu tampak dalam kalimat, Departemen Tenaga Kerja sedang melaksanakan operasi purna bakti agar setiap perusahaan

mematuhi peraturan ketenagakerjaan. Dalam Bahasa Indonesia terdapat kata mengalir. Bagi petani kata mengalir selalu dihubungkan dengan air, pengairan; bagi departemen sosial selalu dihubungkan dengan bantua sehingga muncul

kalimat, Bantuan kepada masyarakat yang kena musibah mengalir terus; bagi seorang dokter, kata mengalir dihubungkan dengan yang banyak ia terima yang

tampak dalam kalimat Uang mengalir terus kepada dokter spesialis itu; bagi seorang pedagang biasanya dikaitkan dengan barang-barang yang dipesan atau dijual, misalnya dalam kalimat Sayur-mayur mengalir terus ke kota; (iii) karena

berkias-kias atau bermetafora, misalnya kata mata yang makna intinya adalah alat yang diguna-kan untuk melihat, tetapi karena kesamaan makna,

muncullah urutan kata mata pedang, mata pancing, mata anggaran, mata pelajaran, mata pencaharian, dipandang sebelah mata, tidak ada mata, mata-mata.

d. Faktor pengaruh bahasa asing, misalnya kata item, kini digunakan kata butir atau unsur; kata canggih untuk menggantikan kata sophisticated; kata rencana untuk

menggantikan kata planning. e. Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata.

Maksudnya dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai

ide atau perasaan yang terkandung di dalam hatinya. Hal ini berhubungan dengan pertimbangan ekonomi bahasa. Kadang-kadang karena kata baru

belum ditemukan, maka kata yang telah ada dapat digunakan tetapi dengan makna yang lain. Misalnya, dalam BI ada kata mesin yang biasanya dihubungkan dengan mesin jahit. Manusia membutuhkan kata yang mengacu

kepada mesin yang menjalankan pesawat terbang, mobil, motor, maka muncullah urutan kata mesin pesawat terbang, mesin mobil.

f. Faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan, baik perubahan bentuk maupun perubahan makna. Tentu saja ini berhubungan dengan butir (5) di atas (Pateda, 2017:214-216)

Selain itu, faktor-faktor lain penyebab banyaknya polisemi dalam bahasa Arab secara

khusus dapat disebutkan sebagai berikut: a. Lebih diakibatkan oleh adanya macam-macam dialek dalam bahasa Arab tersebut.

Sementara banyaknya dialek lebih diakibatkan oleh banyaknya kabilah, dan setiap

kabilah memiliki dialek masing-masing. Macam- macam dialek ini dikodifikasikan dalam beberapa mu‟jam, sehingga tersusunlah macam-macam kata

dengan berbagai makna yang terkandung di dalamnya, bahkan satu kata dapat dipastikan mengandung lebih dari satu arti. Disinilah letak polisemi dalam bahasa Arab.

b. Karena perkembangan fonem (bunyi) dalam Bahasa Arab, baik itu terjadi karena naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan) maupun naql al-harf (pergantian

huruf). Melalui proses ini banyak kata-kata yang menyatu dengan arti kata lain yang

berbeda artinya. Sebagai contoh: kata “النغمةا” jama‟ dari kata “النغم” berubah bunyi

dengan mengganti huruf “غ” dengan huruf “ء” karena kedekatan makhraj sehingga

Page 10: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

699

dibaca “النأمة” )bunyi atau suara( yang dimaksudkan juga sama dengan النغمة )irama(. Contoh lain adalah kata “الجذوة” )bara api( yang diartikan dengan “الجثوة” (tumpukan batu, tumpukan debu), dengan mengganti “ذ” dengan “ث” oleh karena

kedekatan makhraj. c. Perubahan sebagian kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, karena

adanya keterkaitan arti dan seringnya dipakai arti metaforis tersebut menjadi kata

hakiki. Seperti kata عن yang artinya “mata” diartikan dengan الجارية (pelayan,

gadis), عن diartikan dengan „sesuatu yang paling baik utama dan yang paling baik.‟

d. Perubahan morfologi (tashrif) yang terjadi pada dua kata yang sama bentuknya. Dari bentuk tersebut timbul arti yang bermacam-macam karena perbedaan bentuk masdar-

nya. Contoh kata وجد الشئ وجودا أو وجدنا karena masdar-nya وجدنا أو وجودا maka

diartikan „menemukan.‟ Sementara “وجد” yang masdar-nya موجودة maka diartikan

dengan “marah”. Sedangkan fiil yang sama yang masdar-nya “وجودا” diartikan

dengan “ حبه فى تنافى ” diartikan dengan “kehilangan atau putus cinta” )Nasution,

2017:166-167).

4. Homonim (جناس تام)

Homonim atau homonimi termasuk bagian dari polisemi atau kata yang

mempunyai banyak makna. Secara harfiah, kata “homonimi” merupakan kata serapa dari bahasa Inggris “homonimy.” Homonimy sendiri berasal dari bahasa Latin “homos”

)sama( dan “onoma” )nama(. Artinya, Homonimy adalah “nama yang sama untuk benda yang berlainan” )Pateda, 2001:211(.

Secara istilah, Kridalaksana (1993)menyebutkan bahwa homonimi adalah

“adanya hubungan antara kata yang ditulis atau dilafalkan dengan cara yang sama dengan kata lain, tetapi tidak mempunyai hubungan makna.” )Nasution, 2017:169(

Dalam Bahasa Arab, Al-Maurid mendefinisikan Homonim dengan:

.الدتجانسن أو المجانسة جناسا تاما أي إحدي لفظن متماثلن في الرسماللفظ Lafadz yang sama jenisnya secara sempurna. Artinya, adanya dua lafadz yang

sama persis dalam penulisannya.

Di ilmu Balaghah, homonim dikenal dengan istilah جناس تام yaitu dua lafadz yang mempunyai kesamaan dalm segi jumlah huruf, bentuknya, dan urutannya, namun artinya berbeda. (Unsi, 2013:100)

Page 11: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

700

Contoh Homonim dalam bahasa Indonesia:

Kata Makna 1 Makna 2

Bisa Dapat Racun

Pacar Kekasih (orang) Inai (kuku)

Sementara contoh homonim (جناس تام) dalam bahasa Arab yaitu di dalam al-Qur‟an:

زت وربت وأنػبػتت من كل زوج بيج )الحج: … • (5فإذا أنػزلنا عليػها الماء اهتػ...)الأحزاب: زوجك وإذ تػقوؿ للذي أنػعم الل عليه وأنػعمت عليه أمسك عليك • (73واتق الل

Kata زوج dalam ayat pertama bermakna “istrimu”, sementaraزوج dalam ayat kedua

bermakna “tumbuhan.” )Nasution, 2017:170(

Contoh lain dalam Al-Quran yaitu:

ر الساعة ويػوـ تػقوـ فكوف ساعة يػقسم المجرموف ما لبثوا غيػ لك كانوا يػ : ( كذ )55الروـ

Kata ساعة yang pertama bermakna “hari kiamat” dan kata ساعة yang kedua

bermakna “masa )waktu(” )Unsi, 2013:101(

5. Hiponim

Istilah hiponimi atau hiponim berasal dari Bahasa Yunani “hypo” yang berarti “di

bawa dan “onoma” yang berarti “nama”. Secara istilah, hiponimi adalah suatu hubungan makna yang mempunyai makna hirarki atau bertingkat. )Djajasudarma, 2012:71( Contohnya, “Merkurius”, “Venus”, dan “Bumi” adalah

hiponimi dari kata “planet.” Atau contoh lain “pesawat”, “bus”, dan “kereta” adalah hiponim dari kata “alat transportasi.

Planet Alat transportasi

Merkurius Venus Bumi Pesawat Bus

Kereta

Page 12: RELASI MAKNA DALAM KAJIAN SEMANTIK BAHASA ARAB …

701

Sementara contoh dalam Bahasa Arab, seperti berikut:

شهر العاصمة

رجب شعباف رمضاف رباط رياض طرابلس

Dengan demikian, berdasarkan uraian kajian relasi semantik maka setiap kata

saling berkaitan erat satu sama lain. Kata yang digunakan bervariasi, sesuai konteks acuan yang dituju seperti: persamaan kata, lawan kata, makna ganda, homonim dan kata

bertingkat. Hal inilah yang menjadi ragam dan ciri khas Bahasa Arab sebagai aktualisasi esensi berbahasa. Dengan kata lain, bahwa semantik kata berpengaruh signifikan khususnya dalam Bahasa Al-Qur‟an sebagai bahasa pemersatu umat Muslim di seluruh

dunia.

DAFTAR RUJUKAN Nasution, Sahkholid. 2017. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Sidoarjo: CV. Lisan

Arabi

Chaer, Abdullah. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Sumarsono. 2007. Pengantar Semantik. Cet.I (diadaptasi Sterphen Ullman) Pustaka

Pelajar: Yogyakarta. Achmad., Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Gelora Aksara Pratama Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi, Prinsip-Prinsip, Analisa

Wacana. Tiara Wacana: Yogyakarta. Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Bagus, Lorens. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Fawaid, Ahmad. 2013. ” Semantik al-Qur‟an : Pendekatan Teori Dilalat al-Alfaz

terhadap Kata Zalal dalam al-Qur‟an”, Jurnal Muttawatir,Vol.2:

Surabaya Dagun, Save M. 2006. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: LPKN.

Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik 1: Makna Leksikal dan Gramatikal. Bandung: PT Refika Aditama.

Haidar, Farid. 2005. „Awid „Ilm al-Dilalah. Kairo: Maktabah al-Adab.

Mukhtar, Ahmad . 1998. Ilmu ad-dilalah. Kairo: Alam al-Kutub Taufiqurrochman. 2008. Leksiokologi Bahasa Arab. Malang: UIN-Malang Press.

Unsi, Baiq Tuhfatul. 2013. Al-Musytarak Al-Lafdzi (Homonim) dalam Bahasa Arab. Tafaqquh: Vol.1 No.2