REKAYASA SEMEN KOMPOSIT LIMBAH SERUTAN BAMBU …konteks.id/p/11-MTR-7.pdf · Proses pembuatan papan...
Transcript of REKAYASA SEMEN KOMPOSIT LIMBAH SERUTAN BAMBU …konteks.id/p/11-MTR-7.pdf · Proses pembuatan papan...
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017
MTR-49
REKAYASA SEMEN KOMPOSIT LIMBAH SERUTAN BAMBU BERTULANGAN
BAMBU UNTUK BAHAN PERKERASAN JALAN
I Gusti Lanang Bagus Eratodi1, Putu Budi Arnaya
2 dan Putu Ariawan
3
1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, Jl.Bedugul no. 39 Denpasar
Email: [email protected] 2Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, Jl.Bedugul no. 39 Denpasar
Email: [email protected]
3Program Studi Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, Jl.Bedugul no. 39 Denpasar
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kebutuhan bahan bangunan renewable dan ringan beberapa tahun belakangan ini meningkat sangat
tinggi. Rekayasa bahan yang menunjang kebutuhan tersebut banyak mengarah pada bahan
komposit. Solusi diusulkan dalam penelitian ini yaitu mengaplikasikan bahan semen komposit
limbah serutan bambu untuk bahan perkerasan jalan, sehingga diperoleh bahan bangunan yang kuat
namun lebih ringan dibanding beton normal dan ramah lingkungan. Bahan semen komposit ini
bertulangan bambu sebagai bahan lapis struktur slab. Variasi perbandingan jumlah
Semen:Pasir:Bambu (S:P:B) struktur slab ini adalah 1:3:3 dengan katalis CaCl2 sebesar 3% volume
dan rasio air semen sebesar 0,4. Tulangan bambu dua arah dimensi bilah 5×15 mm diikat dengan
kawat diterapkan pada bahan komposit ini, benda uji 400 × 1000 mm (lebar × panjang) dengan tiga
variasi tebal slab yaitu 60, 80 dan 100 mm dan tiga variasi jarak tulangan yaitu 75 mm, 110 mm dan
145 mm. Kinerja semen komposit dengan tulangan bambu pada bahan perkerasan jalan ini diuji
lentur. Uji ini dalam rangka mengetahui perilaku kuat lentur dan model kerusakannya, selanjutnya
dilakukan evalusi untuk mencapai efisiensi dan efektifitas komposit ini. Berat jenis slab memiliki
nilai antara 1.158,22 kg/m3 sampai dengan 1.746,23 kg/m3. Tiga variasi tebal menunjukkan semakin
tebal struktur slab maka nilai masing-masing kuat lentur dan modulus elastisitas semakin meningkat
signifikan rata-rata sebesar 22,9% dan 12,5%. Pada tiga variasi jarak tulangan menunjukkan nilai
kuat lentur dan modulus elastisitas meningkat signifikan pada jarak tulangan 110 mm dan 75 mm,
sedangkan pada jarak 110 mm dibandingkan 145 mm tidak signifikan peningkatannya.
Kata kunci : serutan bambu, slab, dan tulangan bambu.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan penggunaan bahan beton belakangan ini banyak digunakan sebagai bahan perkerasan jalan raya,
antara lain beton bertulang, paving block, grass Block, dan lainnya. Perkerasan kaku khususnya paving block banyak
digunakan pada tempat – tempat khusus yang memerlukan kekuatan lebih untuk menahan beban sekunder seperti
pada daerah tikungan, halte, areal parkir, tanjakan, pelabuhan, serta untuk menggunakan perkerasan pada kawasan
tertentu seperti ruas jalan di kawasan perumahan, pelabuhan, jalan setapak/gang, trotoar, ruas jalan dikawasan
wisata, halaman kantor, rumah, dan kompleks pertokoan. Aplikasi paving block pada pembangunan ruas jalan sudah
banyak dijumpai diberbagai daerah, karena perkerasan kaku relatif lebih besar kemampuannya menahan beban, dan
umur rencana lebih lama. Dengan mengunakan paving block dinilai lebih ekonomis dari pada penggunaan
perkerasan (rigid) beton bertulang, paving block mudah dalam pekerjaan pemasangan, dan mampu menahan beban
dalam batasan tertentu, serta konstruksinya relatif tahan lama. Selain itu paving block mempunyai keunggulan sifat
yang khas yang tidak dimiliki perkerasan lainnya yaitu kesan yang indah. Kesan yang indah ini terbentuk dari
bentuk dan warna elemen paving block tersebut, sehingga dapat dibuat pola-pola yang menarik pada permukaan
jalan. Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland atau bahan
perekat hidrolis sejenisnya, air, dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu
beton itu. Pengembangan penggunaan paving block sebagai alternatif. Penggunaan paving block antara lain dapat
digunakan untuk perkerasan palataran parkir, trotoar, jalan-jalan di dalam perumahan, gang-gang kecil serta pada
pelabuhan.
Pemanfaatan limbah serutan bambu petung sebagai bahan papan semen telah banyak dilakukan, diantaranya oleh
Kelanawati (2006), Kumoro (2008), Krisnamutra (2012), dan Ardianisa (2013). Bambu yang mempunyai
keunggulan masa panen yang cepat sekitar 3 – 5 tahun (Morisco, 2006). Jumlah produksi bambu juga tinggi yaitu
MTR-50
sekitar 109,2 ton/ha/tahun (Dransfield dan Wijaya, 1995). Penggunaan bambu pada komponen bangunan
diantarannya bambu laminasi dan sebagainya menimbulkan sejumlah limbah serbuk, partikel, dan serutan sekitar
14,6 – 33,5% (rata-rata 19,1%) (Kasmudjo, 2005).
Sehingga solusi yang mungkin untuk mengatasi segala kelemahan dan mempertahankan/meningkatan keunggulan
adalah dengan menciptakan kusen dari bahan papan/balok semen komposit partikel/serat kayu/bambu. Balok semen
komposit lebih tahan air, lebih awet, kembang susut lebih kecil, lebih tahan pelapukan/keropos dibandingkan
dengan kayu, disamping itu lebih ringan, lebih mudah dikerjakan dibandingkan dengan kusen beton.
2. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENELITIAN
Limbah serutan bambu petung belum termanfaatkan secara optimal, sehingga dalam penelitian ini dilakukan
optimalisasi penggunaan bambu melalui mengkompositkan bahan limbah tersebut menjadi satu dengan bahan
perekat semen yang disebut semen komposit yang diaplikasikan pada struktur slab perkerasan jalan. Penelitian
sebelumnya telah dilakukan eksperimen balok papan semen komposit serutan bambu dan diaplikasi pada paving
block. Pada penelitian ini papan semen komposit serutan bambu ini diaplikasikan sebagai struktur slab bahan
perkerasan jalan menggunakan tulangan bambu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a. pengaruh jarak tulangan bambu terhadap perilaku lentur,
b. pengaruh tebal struktur slab terhadap perilaku lentur, dan
c. efektivitas penggunaan tulangan bambu, perilaku dan pola kerusakan struktur slab.
3. TINJAUAN PUSTAKA
Papan semen
Kelanawati (2006) meneliti pengaruh lama perendaman partikel kulit bambu petung dan kadar semen terhadap sifat
papan semen. Lama perendaman adalah 1 hari dan 2 hari dengan variasi kadar semen dan partikel bambu adalah 4 :
1 dan 5 : 1. Papan semen dibuat dengan semen (PC) Gresik dan bahan katalisator menggunakan Ca(OH)2. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa interaksi lama perendaman dan kadar semen memberikan pengaruh nyata terhadap
penyerapan air. Lama perendaman tidak memberikan pengaruh nyata, sedangkan kadar semen memberikan
pengaruh nyata terhadap kadar air, kerapatan, penyerapan air, modulus elastisitas (MOE) dan kuat lentur (MOR).
Nilai MOR yang dihasilkan memenuhi standar DIN 1101. Kumoro (2008) meneliti pengaruh susu perendaman dan
jumlah semen terhadap karakteristik papan semen bambu petung. Variasi suhu adalah tanpa direndam, 300C, 600C,
dan 900C serta jumlah perekat semen 2,5 dan 3,5 kali berat partikel bambu. Lama perendaman partikel bambu
adalah 2 jam. Katalisator digunakan CaCl2 sebanyak 3% dari berat semen. Hasil penelitian menunjukkan nilai
penyerapan air semakin kecil nilainya seiring dengan meningkatknya suhu perendaman. Kualitas papan semen yang
terbaik adalah dengan suhu perendaman 900C. Berdasarkan standar kualitas papan semen yang diteliti, nilai
kerapatan dan pengurangan tebal sesuai DIN 1101 dan nilai kadar air dan kerapatan papan semen sudah sesuai
dengan standar FAO. Krisnamutra (2012) meneliti pengaruh ukuran partikel pada lapisan core dan kadar semen
pada papan semen limbah serutan bambu petung. Papan semen dibuat denganmenggunakan katalis CaCl2, kadar
semen terhadap partikel dipakai 2 : 1; 3 : 1; dan 4 : 1, dan ukuran partikel adalah lolos saringan 1 cm, tertahan 0,5
cm dan tertahan 1 cm. Hasil penelitian kadar semen berpengaruh sangat nyata pada kadar air, penyerapan air, MOR,
dan MOE. Semakin tinggi kadar semen semakin rendah nilai kadar air dan penyerapan, namun nilai MOR dan MOE
semakin tinggi. Ukuran partikel berpengaruh nyata terhadap kadar air, semakin kecil ukuran partikel maka semakin
kecil nilai kadar air papan semen. Ardianisa (2013) meneliti pengaruh jenis katalis dan ukuran partikel yang dipakai
pada papan semen. Katalis digunakan dua macam yaitu MgCl2 dan CaCl2. Ukuran partikel dipakai 3 variasi, yaitu :
lolos saringan 1cm x 1cm dan tertahan 0,5cm x 0,5cm; lolos 0,5cm x 0,5cm tertahan 0,2cm x 0,2cm; dan lolos
0,2cm x0,2cm tertahan 0,1cm x 0,1cm. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara macam katalis dan ukuran
partikel berpengaruh terhadap pengurangan tebal. Pengurangan tebal terendah adalah pada papan semen dengan
katalis CaCl2 dan partikel 0,2cm x 0,2cm. Penggunaan katalis CaCl2 memberikan nilai MOE lebih tinggi
dibandingkan katalis MgCl2. Untuk faktor ukuran partikel, semakin kecil ukuran pertikel akan meningkatkan nilai
kerapatan, MOR, MOE dan menurunkan nilai kadar air, penyerapan, pengembangan tebal. Papan semen yang
dihasilkan memenuhi DIN 1101 dan FAO (1996)
Limbah bambu
Bambu petung (Dendrocalamus asper) mempunyai rumpun yang agak rapat dan dapat tumbuh di dataran rendah
sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m. Batang bambu petung dapat mencapai panjang 10 m hingga 14 m,
panjang ruas berkisar 40 m – 50 m, dengan diameter 6 cm – 15 cm, tebal dinding 10 mm – 15 mm (Morisco, 2006).
Bambu petung dapat dipergunakan untuk berbagai kebutuhan, terutama untuk bahan bangunan dinding rumah,
MTR-51
rangka bangunan, tiang, dan lantai yang biasanya sangat tahan terhadap gempa bumi karena strukturnya yang ringan
dan elastis. Bambu petung memiliki persentase serabut yang cukup tinggi dan ikatan serabut yang cukup besar
(Nuriyatin, 2004). Rata-rata dimensi batang memiliki panjang 3,78 mm, diameter 19 m, lebar lumen 7 m, dan tebal
dinding 6 m (Dransfield dan Widjaya, 1995). Berat jenis bambu petung sekitar 0,55 g/cm3 – 0,78 g/cm3.
Papan semen komposit
Papan semen adalah salah satu papan komposit yang terbuat dari campuran partikel-partikel (serpihan) kayu atau
bahan berlignoselulosa lainnya dengan semen sebagai bahan perekatnya (Sutigno, dkk, 1997). Kayu yang digunakan
untuk papan semen adalah kayu yang mempunyai berat jenis yang tidak terlalu tinggi. Perekat yang digunakan
biasanya adalah semen jenis portland cement (PC) karena mudah diperoleh dan kekuatan cukup baik (Kasmudjo,
2001). Proses pembuatan papan semen partikel menggunakan tekanan kempa sebesar 20 – 35 kg/cm2 (Kamil, 1970).
Papan partikel berpengikat semen ini mempunyai ketahanan yang sangat istimewa terhadap pengrusakan,
pembusukan, serangga, dan api. Papan semen sangat cocok digunakan untuk dinding eksterior dan interior
(Haygreen dan Bowyer, 1989). Sifat-sifat papan semen ditentukan oleh dua faktor dasar yaitu kayu dan bahan
berlignoselulosa sebagai bahan baku dan semen sebagai perekatnya. Faktor pertama bahan baku meliputi : jenis
kayu yang dipakai, kerapatan, dimensi partikel yang dipakai, kandungan ekstraktif, kadar air, jenis dan kadar semen
yang digunakan. Faktor yang kedua adalah adalah proses pembuatan meliputi : kerapatan yang dituju, katalisator
ataupun bahan kimia yang berfungsi sebagai pegeras (Prayitno, 1995). Jenis bahan baku sangat mempengaruhi
kualitas papan semen komposit yang dihasilkan. Menurut Anonin (1966) dalam Kumoro (2008) bahan baku
pembuatan papan mineral dapat dibedakan menjadi : 1) limbah sekitar hutan yang berasal dari kayu; 2) limbah
industri pengolahan kayu; dan 3) bahan berserat lainnya seperti ampas tebu, jerami, rami, bonggol jagung, atau
rumput. Standar papan semen komposit dapat dimasukkan dalam katagori industri dan layak sebagai komponen
bangunan berdasarkan sifatr fisika dan mekanika, menurut beberapa acuan yaitu : FAO dan Bison disajikan dalam
Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Standar papan semen menurut FAO 1996
Sifat Fisika dan Mekanika Nilai Satuan
Kadar air 16 – 50 %
Kerapatan 0,40 – 0,80 g/cm3
Absorsi air 20 – 75 %
Pengembangan tebal 5 – 15 %
Modulus Elastisitas (MOE) 7000 – 14000 kg/cm2
Tegangan Lentur (MOR) 100 – 500 kg/cm2
Tabel 2. Standar papan semen menurut Bison 1975
Sifat Fisika dan Mekanika Nilai Satuan
Kadar air 6 – 15 %
Kerapatan 1,25 g/cm3
Daya serap air - %
Pengembangan tebal 1,2 – 2,0 %
Modulus Elastisitas (MOE) 30000 – 50000 kg/cm2
Tegangan Lentur (MOR) 90 – 130 kg/cm2
Internal bonding 4 – 6 kg/cm2
Daya pegang sekrup 90 – 120 kg
Paving semen komposit serutan bambu
Penelitian paving semen komposit serutan bambu Eratodi (2016), hasil uji sifat fisika didapatkan kadar air rata-rata
6,77% dan kerapatan rata-rata 0,761 kg/m3 pada perbandingan 1:3:3. Lima variasi komposisi semen komposit
serutan bambu diuji lentur dan uji ketahanan aus. Hasil uji lentur dan ketahanan aus komposisi S:B:P 1:6:0;
1:4,5:1,5; 1:3:3; 1:1,5:4,5 dan 1:0:6 berturut-turut disajikan pada Tabel 3 dan 4. Hubungan beban dan lendutan hasil
uji lentur dapat dilihat pada Gambar 1. dibawah ini. Nilai sifat mekanika optimum rata-rata MOR, MOE dan
ketahanan aus masing-masing sebesar 27,16 MPa, 11.583 MPa, dan 0,864 mm/menit pada perbandingan 1:3:3.
MTR-52
Tabel 3. Nilai kuat lentur (MOR) rata-rata paving block
Benda Uji Variasi S : B : P
1:6:0 1:4,5:1,5 1:3:3 1:1,5:4,5 1:0:6
PPCTK-01 26,17 24,41 25,82 25,06 22,73
PPCTK-02 26,34 28,22 26,71 25,84 25,24
PPCTK-03 24,83 27,25 28,95 25,37 22,43
Rata-rata 25,78 26,63 27,16 25,42 23,47
Tabel 4. Nilai kuat lentur (MOE) rata-rata balok papan semen
Benda Uji Variasi S : B : P
1:6:0 1:4,5:1,5 1:3:3 1:1,5:4,5 1:0:6
PPCL-01 8.159 10.899 11.576 10.475 9.644
PPCL-02 8.456 10.159 11.513 10.041 9.918
PPCL-03 7.990 10.281 11.661 10.190 9.865
Rata-rata 8.201 10.446 11.583 10.235 9.809
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Beb
an (kN
)
Lendutan (mm)
1:6:0
1:4,5:1,5
1:3:3
1:1,5:4,5
1:0:6
Gambar 1. Hubungan beban-lendutan uji lentur paving block semen komposit tiap variasi S:P:B
4. METODE PENELITIAN
Penelitian ini melakukan uji lentur struktur slab semen komposit dengan model uji monotonic lentur 3 titik. Dimensi
penampang benda uji struktur slab benda uji 400 × 1000 mm (lebar × panjang) dengan tiga variasi tebal slab yaitu
60, 80 dan 100 mm dan tiga variasi jarak tulangan yaitu 75 mm, 110 mm dan 145 mm, seperti disajikan pada Tabel
5. dan konfigurasi benda uji, pengujian dan posisi pembebanan tampak pada Gambar 2.
Tabel 5. Variasi benda uji struktur slab
Kode sampel Tebal (mm) Jarak Tulangan (mm) Pengulangan
SB-6 Cm-Tul75 60 75 3x
SB-6 Cm-Tul110 60 110 3x
SB-6 Cm-Tul145 60 145 3x
SB-8 Cm-Tul75 60 75 3x
SB-8 Cm-Tul110 60 110 3x
SB-8 Cm-Tul145 60 145 3x
SB-10 Cm-Tul75 60 75 3x
SB-10 Cm-Tul110 60 110 3x
SB-10 Cm-Tul145 60 145 3x
Tulangan semen komposit ini menggunakan batang bambu dengan sistem tulangan 2 arah. Konfigurasi uji seperti
tampak pada Gambar 2. dibawah ini. Uji lentur untuk mendapatkan nilai kuat lentur dan modulus elastisitas
MTR-53
menggunakan persamaan 1 dan 2. Beban pada tengah bentang diberikan secara bertahap dengan kecepatan 6
mm/menit sampai benda uji runtuh.
L
Gambar 2. Konfigurasi uji lentur struktur slab
22
3
bh
PLMOR
(1)
3
3
4 ybh
PLMOE
(2)
dengan P = beban terpusat sampai patah/runtuh, b = lebar benda uji dan h = tebah/tinggi benda uji, P = perubahan
beban, y = perubahan deformasi dan L = panjang bentang.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji lentur struktur slab papan semen komposit serutan bambu dengan tulangan bambu diuji diatas perletakan sendi-
rol pada jarak 950 mm dan diberikan beban terpusat tepat ditengah-tengah bentang benda uji. Beban bertahap
dinaikkan dengan kontrol kecepatan defleksi 6 mm/menit sampai benda uji runtuh. Beban maksimum rata-rata yang
mampu ditahan benda uji untuk masing-masing tebal pelat (60, 80 dan 100 mm) pada 3 variasi jarak tulangan dua
arah sebesar 24,67 kN, 40,39 kN dan 77,67 kN. Ketebalan pelat sangat berpengaruh signifikan terhadap kuat lentur
dan nilai modulus elastisitas lentur struktur slab komposit ini. Kekakuan struktur dan kuat lentur benda uji sangat
dipengaruhi oleh jarak tulangan, semakin kecil jarak tulangan semakin tinggi dan baik perilaku mekanika lentur
struktur slab.
Tabel 6. Hasil uji lentur struktur slab papan semen komposit serutan bambu tebal 6 cm
Berat Jarak Berat Gaya MOR MOE
(kg) Tumpuan (mm) Jenis (kg/m3) (kN) (MPa) (MPa)
1 SB-6 Cm-Tul75 60 400 995 41,7 950 1.746,23 31 32,13 9.978,04
2 SB-6 Cm-Tul110 75 405 990 39 950 1.296,92 24 15,64 5.991,66
3 SB-6 Cm-Tul145 80 395 1000 36,6 950 1.158,23 19 11,27 4.057,86
No Kode t l p
Pola kerusakan benda uji untuk semua variasi benda uji seragam, crack awal terjadi pada bahan papan semen
komposit dan tulangan bambu meregang besar saat beban puncak. Jarak selimut tulangan bambu sangat berpengaruh
terhadap polah kerusakan pelat. Regangan bambu memberikan kontribusi terhadap spalling pada papan semen
komposit. Pola kerusakan struktur slab dapat dilihat pada gambar 3.
MTR-54
(a) (b)
Gambar 3. Uji lentur struktur slab: (a) crack akibat beban uji lentur, (b) spalling pada bagian sisi bawah selimut
beton - tulangan bambu
Tabel 7. Hasil uji lentur struktur slab papan semen komposit serutan bambu tebal 8 cm
t l p Berat Jarak Berat Gaya MOR MOE
(mm) (mm) (mm) (kg) Tumpuan (mm) Jenis (kg/m3) (kN) (MPa) (MPa)
1 SB-8 Cm-Tul75 80 395 1000 54,45 950 1723,101266 43,161 25,61 7.175,50
2 SB-8 Cm-Tul110 75 398 950 48,3 950 1603,664723 40 24,39 7.123,90
3 SB-8 Cm-Tul145 75 400 1000 57,55 950 1901,666808 38 24,22 6.560,26
No Kode
Tabel 8. Hasil uji lentur struktur slab papan semen komposit serutan bambu tebal 10 cm
No Kode t l p Berat Jarak Berat Gaya MOR MOE
(mm) (mm) (mm) (kg) Tumpuan (mm) Jenis (kg/m3) (kN) (MPa) (MPa)
1 SB-10 Cm-Tul75 99 397 990 60,8 950 1552,773715 97 37,16 11.574,09
2 SB-10 Cm-Tul110 99 395 995 63,4 950 1631,545311 81 30,95 6.932,13
3 SB-10 Cm-Tul145 99 395 998 62,95 950 1607,394259 55 21,02 6.702,05
Hasil uji lentur struktur slab mendapatkan perilaku kuat lentur dan modulus elastisitas tampak pada Tabel 6, 7 dan 8.
Hubungan beban-lendutan pada masing-masing ketebalan struktur slab dan jarak tulangan bambu dapat dilihat pada
Gambar 4.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Beb
an
(k
N)
Lendutan (mm)
SB-6 Cm-Tul75 SB-6 Cm-Tul110
SB-6 Cm-Tul145
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Beb
an
(k
N)
Lendutan (mm)
SB 8CM TUL 75 SB 8CM TUL 110
SB 8CM TUL 145
(a) (b)
MTR-55
0
20
40
60
80
100
120
0 10 20 30 40 50 60 70
Beb
an
(k
N)
Lendutan (mm)
SB 10CM TUL 75 SB 10CM TUL 110
SB 10CM TUL 145
(c)
Gambar 4. Hubungan beban-lendutan uji lentur struktur slab papan semen
komposit serutan bambu: (a) tebal 6 cm, (b) tebal 8 cm dan (c) tebal 10 cm
6. KESIMPULAN
Kinerja semen komposit serutan bambu dengan tulangan bambu pada bahan perkerasan jalan ini telah diuji lentur,
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berat jenis slab antara 1.158,22 kg/m3 sampai dengan 1.746,23 kg/m3, 2. Tiga variasi tebal menunjukkan semakin tebal struktur slab, nilai masing-masing kuat lentur dan modulus
elastisitas meningkat signifikan rata-rata sebesar 22,9% dan 12,5%, 3. Tiga variasi jarak tulangan menunjukkan nilai kuat lentur dan modulus elastisitas meningkat signifikan pada
jarak tulangan 110 mm dan 75 mm, sedangkan pada jarak 110 mm dan 145 mm perilaku lenturnya tidak
signifikan perbedaannya. Hal ini menunjukkan pada jarak tulangan 110 mm sampai dengan 145 mm tidak
banyak berpengaruh terhadap perilaku lentur struktur slab, dan 4. Perilaku lentur semen komposit bertulang bambu yang dihasilkan baik aplikasikan bahan perkerasan jalan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian pada Masyarakat (DRPM), Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti pada Tahun 2017 melalui dana Hibah Penelitian
Produk Terapan Tahun ke-2 dari 2 tahun rencana. Dana hibah penelitian ini sangat bermanfaat dalam melanjutkan
roadmap penelitian kami dibidang rekayasa bahan bangunan sipil dan publikasi ini merupakan salah satu target
luaran dari hibah penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA American Society for Testing and Materials, 2008, Annual Book of ASTM Standards 2008 – Section 4 Volume 04.10
Wood, American Society for Testing and Materials.
Ardianisa, 2013. Pengaruh Macam Katalis dan Ukuran Partikel Terhadap Sifat Papan Semen Limbah Bambu
Petung. Skripsi, Fakultas Kehutanan, UGM Yogyakarta.
Dewan Standardisasi Nasional Jakarta, 1996. Mutu papan partikel. SNI 07-2105-1996.
Dransfield dan Widjaja, E.A., 1995. Plant Resources of South-East Asia. Volume ke-7, Bamboos, Prosea, Bogor.
Gere, J.M. dan S.P. Timoshenko, 1996. Mekanika Bahan, Edisi Kedua, Jilid 1. Alih Bahasa oleh H.J. Wospakrik.
Erlangga. Jakarta.
Haygreen, J. G., dan Bowyer, J. L. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar (Terjemahan), Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
I Eratodi, A Putu, 2016. Rekayasa Semen Komposit Limbah Serutan Bambu Sebagai Bahan Alternatif Perkerasan
Jalan (Paving Block), Jurnal Teknik Sipil 14 (1), 20-28
Kasmudjo, 2001. Pengantar Teknologi Hasil Hutan Bagian V Papan Tiruan Lain, Yayasan Pembina, Fakultas
Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Kelanawati, 2006. Pengaruh Lama Perendaman Partikel Kulit Bambu dan Kadar Semen Terhadapa Sifat Papan
Semen Kulit Bambu Petung. Skripsi, Fakultas Kehutanan, UGM Yogyakarta.
Kumoro, 2008. Pengaruh Suhu Perendaman dan Jumlah Perekat Semen Terhadap Sifat Papan Semen Partikel
Serutan Bambu Petung. Skripsi, Fakultas Kehutanan, UGM Yogyakarta.
MTR-56
Krisnamutra, 2012. Pengaruh Ukuran Partikel Pada Lapisan Core dan Kadar Semen Terhadap Sifat Papan Semen
Limbah Serutan Bambu Petung. Skripsi, Fakultas Kehutanan, UGM Yogyakarta.
Morisco, 2006. Teknologi Bambu, Bahan Kuliah, Magister Teknologi Bahan Bangunan, PPS UGM Yogyakarta
Nuriyatin, N. 2004. Studi Sifat Anatomi Pada Lima Jenis Bambu, Jurnal Penelitian UNIB Vol X : 11-19.
Prayitno, T.A., 1995. Teknologi Papan Majemuk. Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Setyo H., N.I., G.H. Sudibyo, dan A. Hanif, 2005. Penyelidikan Kayu Aren Dalam Usaha Pemanfaatannya Sebagai
Bahan Bangunan. (Kajian Limbah Kayu Aren di Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap). Laporan
Penelitian DIPA II, Lembaga Penelitian Unsoed, Purwokerto.