REKAYASA LALU LINTAS

52
REKAYASA LALU LINTAS ELEMEN ARUS LALU LINTAS

description

REKAYASA LALU LINTAS. ELEMEN ARUS LALU LINTAS. ELEMEN ARUS LALU LINTAS JALAN. Pemakai Jalan (pengemudi dan pejalan kaki) Kendaraan Jalan. A. Pemakai Jalan. Penglihatan Waktu Persepsi dan Reaksi Karakteristik Lainnya . 1. Penglihatan - Luas Pandangan . 2. Waktu Persepsi dan Reaksi. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of REKAYASA LALU LINTAS

Page 1: REKAYASA LALU LINTAS

REKAYASA LALU LINTAS

ELEMEN ARUS LALU LINTAS

Page 2: REKAYASA LALU LINTAS

ELEMEN ARUS LALU LINTAS JALAN

A. Pemakai Jalan (pengemudi dan pejalan kaki)

B. Kendaraan

C. Jalan

Page 3: REKAYASA LALU LINTAS

A. PEMAKAI JALAN

1. Penglihatan

2. Waktu Persepsi dan Reaksi

3. Karakteristik Lainnya

Page 4: REKAYASA LALU LINTAS

1. Penglihatan - Luas Pandangan

Page 5: REKAYASA LALU LINTAS

2. Waktu Persepsi dan Reaksi

P I E V Time• Perception: pengamatan terhadap suatu isyarat dan

memerlukan respon• Intellection or Identification: Identifikasi terhadap isyarat• Emotion or Decision : Penentuan respon yang sesuai terhadap

isyarat• Volition or Reaction: Respon fisik sebagai hasil dari keputusan.

dimana: dp = jarak persepsi-reaksi (PIEV)(m)t = waktu (detik)v = kecepatan (kpj)

tvd p .278,0

Page 6: REKAYASA LALU LINTAS

Waktu Reaksi Mengerem dari 321 Pengemudi

Page 7: REKAYASA LALU LINTAS

3. Karakteristik Lain

• Kemampuan membedakan warna. • Pendengaran. • Perasaan. • Tinggi mata pengemudi. • Tinggi pejalan kaki. • Kecepatan jalan. • Penggeseran lateral kendaraan. • Umur.

Page 8: REKAYASA LALU LINTAS

Faktor yang mempengaruhi Perilaku Pengemudi

• Motivasi

• Pengaruh Lingkungan

• Pendidikan

Page 9: REKAYASA LALU LINTAS

B. KENDARAAN

1.Kendaraan Rencana

2.Kinerja Percepatan Kendaraan

3.Kemampuan Mengerem Kendaraan

4.Persamaan Jarak Mengerem dan Reaksi

Page 10: REKAYASA LALU LINTAS

1. Kendaraan RencanaLintasan Tikungan Minimum Kendaraan Rencana WB-35

Page 11: REKAYASA LALU LINTAS
Page 12: REKAYASA LALU LINTAS
Page 13: REKAYASA LALU LINTAS

MOBIL PENUMPANG

Page 14: REKAYASA LALU LINTAS

2. Kinerja Percepatan Kendaraan

Jenis Kendaraan BeratTipikal

(kg)

Tingkat Percepatan Maksimum (kpj/dt)

0-24 kpj dari 64 kpj dari 96 kp

Mobil besarMobil sedangCompact carMobil kecilPickupTruk 2-as tunggalTruk semitrailer

2.1771.8141.361

9522.2685.443

20.411

16,112,912,99,712,93,23,2

6,46,44,81,92,90,90,6

4,03,21,81,12,40,9-

Page 15: REKAYASA LALU LINTAS

Perlu diperhatikan bahwa jarak tempuh selama percepatan dari kondisi berhenti adalah

2.139,0 atd a

ad

a

dimana:

= jarak perjalanan selama percepatan (m)

= percepatan (kpj/detik)

t = waktu percepatan (detik)

Page 16: REKAYASA LALU LINTAS

Mobil besar bergerak dari kondisi diam (0 kpj) sampai kecepatan 24 kpj dalam waktu 1,5 detik pada tingkat percepatan 16,1 kpj/detik.

Untuk kondisi yang sama, Truk gandengan memerlukan waktu 7,5 detik pada tingkat percepatan 3,2 kpj/detik.

Jarak percepatan masing-masing kendaraan adalah

Mobil besar : da = 0,139 (16,1) (1,5)2 = 5,03 m

Truk : da = 0,139 (3,2) (7,5)2 = 25,02 m

Perhitungan di atas mengasumsikan bahwa tingkat percepatan adalah maksimum. Dalam keadaan normal, pengemudi umumnya tidak menggunakan percepatan maksimum dari kemampuan kendaraannya, dan menyebabkan kedua jarak tersebut terlalu kecil.

Contoh

Page 17: REKAYASA LALU LINTAS

Dimana db adalah jarak yang diperlukan untuk memperlambat kendaraan dari suatu kecepatan ke kecepatan lain

V = kecepatan awal kendaraan (kpj)U = kecepatan akhir kendaraan (kpj)a = tingkat percepatan/perlambatanG = kemiringan, dinyatakan dalam desimal

3. KEMAMPUAN MENGEREM

Ggag

UVdb2

22

aVdb

2

0039,0

Page 18: REKAYASA LALU LINTAS

Contoh Jika suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan 60 kpj dan koefisien gesekan 0,40 pada jalan datar, maka:

Jarak mengerem yang dibutuhkan untuk melambat sampai 30 kpj adalah:

Jarak mengerem yang dibutuhkan untuk berhenti adalah:

Page 19: REKAYASA LALU LINTAS

4. APLIKASI RUMUS JARAK REAKSI DAN MENGEREM

Dimana:• t = waktu reaksi mengerem, 2,5 detik;• V = kecepatan rencana, kpj;• a = tingkat perlambatan, m/det2

bps ddd

aVtVds

2

039,0.278,0

Page 20: REKAYASA LALU LINTAS

Elemen dan Total Jarak Pandangan Menyiap – Jalan Dua Lajur

Page 21: REKAYASA LALU LINTAS

Jarak tempuh d1 selama perioda pergerakan awal dihitung dari rumus berikut:

2278,0 1

11at

mvtddimana:

t1 = waktu pergerakan awal (detik)a = percepatan (km/j/detik)v = kecepatan kendaraan yang menyiap (kpj)m = perbedaan kecepatan kendaraan yang disusul dan yang menyusul (kpj)

Jarak selama berada di jalur lawan (d2) dapat dihitung dengan rumus:

22 278,0 vtd

dimana:t2 = waktu menyiap selama berada di jalur lawan (detik)v = kecepatan kendaraan yang menyiap (kpj)

Page 22: REKAYASA LALU LINTAS

d3 = Jarak bebas, adalah jarak bebas antara kendaraan berlawanan dan kendaraan yang menyiap pada akhir gerakan menyiap, nilainya adalah antara 30 sampai 90 m.

d4 = Jarak yang ditempuh kendaraan lawan pada waktu melakukan gerakan menyiap untuk memperkecil kemungkinan berhadapan dengan kendaraan lawan selama kendaraan menyiap berada di jalur lawan. Dengan asumsi kecepatan kendaraan lawan sama dengan kendaraan menyiap maka dapat dianggap:

24 32 dd

Page 23: REKAYASA LALU LINTAS
Page 24: REKAYASA LALU LINTAS
Page 25: REKAYASA LALU LINTAS

C. Jalan

1. Klasifikasi jalan menurut fungsi

2. Ciri geometrik jalan

Page 26: REKAYASA LALU LINTAS

1. KLASIFIKASI JALAN MENURUT FUNGSI

Page 27: REKAYASA LALU LINTAS

Jaringan Jalan Perkotaan

Sistem Persentase dari Total Panjang Jalan Antar

KotaArteri primerArteri primer + arteri

sekunderJalan kolektorJalan lokal

2 – 4

6 – 1220 – 2565 – 75

Page 28: REKAYASA LALU LINTAS

Skema Klasifikasi Menurut Fungsi Jaringan Jalan Antar Kota

Legenda

Kota-kota kecil

Arteri

Kolektor

Lokal

Desa

Page 29: REKAYASA LALU LINTAS

Skema Proporsi Jaringan Jalan Perkotaan

Legenda

Jalan Arteri

Daerah Komersial

Jalan Lokal

Jalan Kolektor

Daerah Umum

Page 30: REKAYASA LALU LINTAS

PP No. 43 th 1993 ttg Prasarana dan Lalu Lintas Jalan

(1) Jalan kelas IJalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm, dan muatan sumbu terberat yang diijinkan lebih besar dari 10 ton.

(2)Jalan kelas IIJalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm dan muatan sumbu terberat diijinkan 10 ton.

(3)Jalan kelas IIIAJalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.

(4)Jalan kelas IIIBJalan kolektor yang dapat diialui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.

(5)Jalan kelas IIICJalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm dan muatan sumbu terberat yang diijinkan 8 ton.

Page 31: REKAYASA LALU LINTAS

2. CIRI GEOMETRIK JALAN

a. Alinyemen Horisontal

b. Alinyemen Vertikal

c. Potongan Melintang

d. Kanalisasi

Page 32: REKAYASA LALU LINTAS

Alinyemen Horisontal

Page 33: REKAYASA LALU LINTAS

Tikungan Lingkaran Penuh (Full Circle)

Δtan

atau ,2Δcos

2360Δ

Δtan

41

0

21

TcEc

RREc

RπLc

RTc

Page 34: REKAYASA LALU LINTAS

Tikungan spiral-lingkaran (spiral-circle-spiral)

2

3

2

40

6

2360

22360

2

RLsLsX

RLsY

RcLc

cRLs

C

C

S

S

LsLctotalL

RpR

Es

kpRTs

RYpRXk

SC

SC

22

cos

2tan

)cos1(sin

Page 35: REKAYASA LALU LINTAS

Tikungan spiral (spiral-spiral)

2

3

2

21

40

6

00ΔΔ

RLsLsX

RLsY

Lcc

θ

C

C

S

LstotalL

RpREs

kpRTs

θRYpθRXk

SC

SC

22Δcos

2Δtan

)cos1(sin

Page 36: REKAYASA LALU LINTAS

Fungsi Lengkung Peralihan• Memberikan jejak yang mudah diikuti, sehingga

gaya sentrifugal bertambah dan berkurang secara teratur sewaktu kendaraan memasuki dan meninggalkan busur lingkaran.

• Memberikan kemungkinan untuk mengatur pencapaian kemiringan. Peralihan dari kemiringan normal (normal crossfall) ke superelevasi penuh pada busur lingkaran dapat dilakukan sepanjang lengkung peralihan.

• Tampian suatu jalan akan bertambah baik dengan menggunakan lengkung peralihan.

Page 37: REKAYASA LALU LINTAS

Ilustrasi Lengkung Peralihan Spiral

Tanpa Spiral

Dengan Spiral

Page 38: REKAYASA LALU LINTAS

No SpiralFYI – NOT TESTABLE

Page 39: REKAYASA LALU LINTAS

b. LENGKUNG VERTIKAL

• Cembung

• Cekung

Page 40: REKAYASA LALU LINTAS

40

Assistant with Target Rod (2ft object height)

Observer with Sighting Rod (3.5 ft)

Page 41: REKAYASA LALU LINTAS

Lengkung Vertikal Cembung

G1G2

PVI

PVTPVC

h2h1

L

SSD

221

2

22100 hh

SAL

A

hhSL

2

212002

For S < L For S > L

Line of Sight

Page 42: REKAYASA LALU LINTAS

Lengkung Vertikal Cekung

G1 G2

PVI

PVTPVC

h2=0h1

L

Light Beam Distance (SSD)

tan6.0200

2

SASL

ASSL tan6.02002

For S < L For S > L

headlight beam (diverging from LOS by β degrees)

Page 43: REKAYASA LALU LINTAS
Page 44: REKAYASA LALU LINTAS

c. POTONGAN MELINTANG

Page 45: REKAYASA LALU LINTAS

LAPIS PERKERASAN

Page 46: REKAYASA LALU LINTAS

d. KANALISASI

Page 47: REKAYASA LALU LINTAS

Segregated Left-turn Lane

Page 48: REKAYASA LALU LINTAS

Kanalisasi untuk memisahkan kendaraan roda 4 dan 2 (Surabaya)

Page 49: REKAYASA LALU LINTAS

Kanalisasi Sementara (Bau-Bau, Sulawesi Tenggara)

Page 50: REKAYASA LALU LINTAS
Page 51: REKAYASA LALU LINTAS

51

TYPICAL URBAN DOUBLE-LANE ROUNDABOUT

Page 52: REKAYASA LALU LINTAS

PERUNDANGAN

• UU 34 Tahun 2004 tentang Jalan• UU 22 Tahun 2009 tentang Angkutan Jalan• PP 34 Tahun 2006 tentang Jalan• PP 44 Tahun 2007 tentang Perubahan PP 15

tahun 2006 tentang Jalan Tol• PP No 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

dan Lalu Lintas Jalan