Laporan Survei Pendahuluan Rekayasa Lalu Lintas
-
Upload
azka-layyina-wildany -
Category
Documents
-
view
1.428 -
download
258
description
Transcript of Laporan Survei Pendahuluan Rekayasa Lalu Lintas
-
1
LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN REKAYASA
LALU LINTAS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
MUHAMMAD DESMAN HAWARI D111 13 002
SEPTIAN D111 13 318
AZKA LAYYINA WILDANY D111 13 544
SIPIL B
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
-
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan survei pendahuluan ini dapat kami
selesaikan guna memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian studi di urusan
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekeliruan dan
kekurangannya. Oleh karena itu, kami akan sangat berterima kasih apabila ada
dari pembaca yang budiman memberi koreksi, saran atau petunjuk yang
konstruktif demi penyempurnaan laporan survei pendahuluan ini.
Akhirnya kami tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada asisten yang telah banyak membimbing, mengajar, dan membantu kami
dalam penyusunan laporan ini. Terima kasih pula kami ucapkan kepada teman-
teman utamanya anggota KELOMPOK 3, serta semua pihak yang turut membantu
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini.
Kami berharap dengan selesainya survei ini beserta laporannya, dapat
bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan kami pada khususnya dan bagi semua
yang membaca serta pembangunan dunia ketekniksipilan pada umumnya.
Gowa, April 2015
Penyusun,
KELOMPOK 3
-
3
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .......................................................................................... 1
Kata Pengantar ............................................................................................. 2
Daftar Isi ...................................................................................................... 3
Bab I
PENDAHULUAN ....................................................................................... 5
I.1. Latar Belakang .................................................................................. 5
I.2. Manfaat dan Tujuan Survei Pendahuluan ......................................... 5
I.3. Waktu dan Lokasi Survei .................................................................. 5
I.4. Ruang Lingkup ................................................................................. 6
Bab II
TEORI RINGKAS ................................................................................. 7
II.1 Tata Guna Lahan ............................................................................. 7
II.2 Geometrik Jalan .............................................................................. 12
Bab III
ANALISIS SITUASI DAN KONDISI JALAN .......................................... 13
III.1 Analisis Kondisi Geometrik ........................................................... 13
III.2 Analisis Situasi Ruas Jalan ............................................................. 14
III.3 Analisis Penempatan Titik Pengamatan ......................................... 14
Bab IV
PENUTUP ................................................................................................... 16
IV.1 Kesimpulan ..................................................................................... 16
IV.2 Saran ............................................................................................... 16
Daftar Pustaka .............................................................................................. 17
Lampiran ...................................................................................................... 18
-
4
- Layout Capture Google Earth (Lokasi Titik) .................................. 18
- Layout Sketsa (Situasi) Gambar Manual ......................................... 18
- Layout Capture Google Earth (Situasi) ........................................... 19
- Formulir UR-1 ................................................................................. 20
Sketsa Melintang ............................................................. .......... 20
Sketsa Arah ................................................................................ 20
-
5
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Salah satu dari sarana transportasi darat adalah jalan, dimana dapat
menghubungkan daerah yang satu dengan daerah yang lainnya di suatu wilayah.
Ada beberapa langkah dalam upaya untuk meningkatkan kualitas jalan agar
memberikan pelayanan baik sesuai kebutuhan yang diharapkan oleh masyarakat
itu sendiri. Dunia lalu lintas semakin hari semakin semakin kompeks sehingga tak
jarang menimbulkan masalah bru dari berbagai sudut pandang. Meningkatnya
jumlah kendaraan seperti mobil dan motor setiap tahunnya sehingga menyebabkan
jumlah arus lalu lintas tidak sebanding dengan kemampuan jalan atau kapasitas
jalan.
Seiring volume lalu lintas dari tahun ke tahun sangat meningkat akibat
bertambahnya jumlah kendaraan, maka sangat perlu dilakukan peninjauan dan
analisa kondisi lalu lintas pada jalan dan mengidentifikasi apakah jalan tersebut
masih dapat menampung jumlah kendaraan yang ada.
I.2. Manfaat dan Tujuan Survei Pendahuluan
1. Mengetahui kondisi geometrik jalan yang akan di survei
2. Mengetahui situasi tempat yang akan di survei
3. Mengetahui lokasi titik pengamatan survei
I.3. Waktu dan Tempat Survei
Hari,Tanggal : Kamis 9 April 2015
Pukul : 07.20-07.35
Tempat : Jalan Mesjid Raya
-
6
I.4. Ruang Lingkup
Batasan masalah dalam penyusunan laporan ini adalah :
1. Lokasi untuk survey pendahuluan di Jalan Mesjid Raya
2. Waktu yang digunakan untuk survey pendahuluan selama 15 menit
-
7
BAB II
TEORI RINGKAS
II.1 Tata Guna Lahan
II. 1.1 Pengertian Dan Konsep
Lahan berbeda dengan tanah. Istilah tanah lebih mengarah pada tubuh tanah
(soil) dan materi tanah (materials) yang menekankan pada sifat fisik tanah secara
kimiawi dan organic (Sadyohutomo, 2006: 8). Sementara itu lahan lebih
dikaitkan pada unsur pemanfaatan / peruntukan / penggunaan dari bentang tanah
dalam hal ini dipahami sebagai ruang. Dengan demikian, bila coba didefenisikan,
penatagunaan lahan adalah upaya atau hasil upaya mengatur penggunaan tanah yg
rasional, dan serasi [UPA60]; penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yg
berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah; melalui pengaturan kelembagaan yg
terkait dngan pemanfaatan tanah sbg satu kesatuan sistem utk kepentingan
masyarakat secara adil. Dengan memahami ruang sebagai wadah yang meliputi
ruang darat, laut dan udara termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah
(UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang), maka peranan penatagunaan
lahan menjadi sangat penting, tidak hanya sebagai ruang fungsional tempat
berlangsungnya aktivitas tetapi juga secara politik sebagai wujud teritori atau
wilayah kedaulatan. Lahan adalah objek yang sangat penting karena merupakan
input sekaligus produk dari proses perencanaan (Kaiser et al, 1995:196). Disebut
input karena lahan merupakan modal dasar pembentukan ruang. Lahan merupakan
wadah dari aktivitas yang memiliki nilai ekonomi yang penting dalam
pembentukan permukiman yang dengan aktivitas yang kompleks. Sementara itu,
lahan disebut sebagai produk karena kegiatan perencanaan menghasilkan suatu set
sistem tata ruang dan pengelolaannya dimana lahan yang tertata adalah bagian di
dalamnya. Disamping kegunaan lahan dalam menunjang kehidupan manusia dan
komunitasnya, harus dipahami pula bahwa lahan juga memiliki kerawanan
bencana yang dapat terjadi secara alamiah maupun karena kesalahan dalam
penggunaan lahan. Kaiser et al (1995: 196) menguraikan beberapa perspektif yang
harus diperhatikan dalam memahami penggunaan lahan (land use), antara lain :
-
8
1. Lahan adalah ruang fungsional yang diperuntukkan untuk mewadahi
beragam penggunaan.
Dalam perspektif ini lahan mengakomodasi pertumbuhan kawasan
yang didorong oleh pertumbuhan penduduk dan ekspansi ekonomi.
Meningkatnya jumlah penduduk dan ekspansi ekonomi meningkatkan
kompleksitas fungsi kawasan, sebagai contoh: kawasan pedesaan dengan
penduduk relatif sedikit hanya didominasi kegiatan agraria dan beberapa
fungsi pendukung agraria (koperasi, perdagangan bibit dan obat-obatan,
dan lain-lain) serta fungsi pendukung permukiman (puskesmas, sekolah
dasar sampai menengah, dan lain sebagainya).
Bandingkan dengan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan
ekonomi dan jasa, dimana pada kawasan ini populasi penduduk sangat
tinggi yang mendorong efisiensi penggunaan lahan untuk bermacam
kegiatan ekonomi. Kegiatan agraria yang membutuhkan lahan luas
semakin sedikit (bahkan mungkin tidak ada), digantikan oleh kawasan
industri, pusat-pusat perdagangan, pendidikan dan perkotoran yang
cakupan layanan (operasinya) membawahi beberapa desa di sekitarnya.
Dengan demikian, kawasan perkotaan memiliki kompleksitas yang lebih
tinggi daripada desa dimana ada beberapa fungsi pendukung kehidupan
masyarakat pedesaan juga ditempatkan di kawasan perkotaan, seperti
perguruan tinggi, rumah sakit, dan lain sebagainya. Pelayanan fasilitas
umum kawasan perkotaan secara hirarkis dapat dipelajari dari SNI 03-
1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan.
2. Lahan sebagai setting dari sistem aktivitas.
Kompleksitas fungsi kawasan sebagaimana dijelaskan di atas
terjadi karena adanya sistem aktivitas yang menggambarkan pola kegiatan
penghuni kawasan dalam menjalankan urusan hariannya. Disebut sistem
karena ada pola saling keterhubungan antara aktivitas yang satu dengan
aktivitas lainnya yang kemudianmemicu timbulnya aktivitas pergerakan.
-
9
Sebagai contoh: lahan dengan fungsi perumahan memiliki interaksi yang
tinggi dengan lahan dengan fungsi pendidikan, kesehatan, perdagangan
dan fungsi jasa (perkantoran). Hal ini disebabkan kawasan perumahan
yang mendukung pemenuhan kebutuhan berhuni harus didukung oleh
kawasan-kawasan yang mendukung penduduk untuk memenuhi kebutuhan
harian yaitu membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga,
menjalankan profesi, kesehatan serta kegiatan pendukung lainnya
(misalnya rekreasi, dan lain sebagainya). Dalam menjalankan kegiatan
harian, warga tentu melakukan kegiatan ulang alik dari tempat berhuni
ke kawasan-kawasan lainnya yang sudah tentu memicu adanya aktivitas
pergerakan yang harus didukung oleh sistem transportasi. Beban yang
ditanggung oleh sistem transportasi ini ditentukan oleh volume
pergerakan, waktu terjadinya pergerakan, jarak dan ketersediaan
infrastruktur. Seluruh aktivitas sebagaimana dijelaskan dalam contoh ini
membentuk hubungan yang saling bergantung sama lain yang disebut
sistem aktivitas.
3. Lahan adalah komoditas.
Penggunaan lahan harus memperhatikan kemampuan fisik alamiah
dan daya dukungnya. Tidak semua lahan dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan bermukim dan ekonomi, seperti kawasan pegunungan dan
sempadan sungai yang harus dijaga sebagai kawasan lindung. Ada
seperangkat persyaratan yang harus dipenuhi agar lahan dapat dinyatakan
kelayakannya sebagai wadah kegiatan yang secara mendasar dapat
dipelajari dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi
serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
II.1.2 Prinsip Dasar Daya Dukung, Kemampuan Dan Kesesuaian Lahan
Penggunaan lahan perlu meninjau potensi alamiah yang dimiliki kawasan
tersebut. Peraturan Menteri PU nomor 20 tahun 2007 tentang Pedoman Teknik
Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam
-
10
Penyusunan Rencana Tata Ruang menetapkan ada 4 komponen fisik utama yang
harus diperhatikan, antara lain klimatologi, topografi, hidrologi dan geologi serta
beberapa komponen tambahan antara lain sumber daya mineral/bahan galian,
bencana alam dan penggunaan lahan. Secara teknis, komponen-komponen
tersebut berupa data spasial berbentuk peta digital yang dianalisis
mempergunakan teknik overlay dibantu perangkat analisis spasial seperti ArcGIS,
ArcVIEW atau Map Info. Ada beberapa komponen analisis yang harus dipahami
untuk dapat merencanakan penggunaan lahan, antara lain:
Kemampuan lahan. Analisis ini pada prinsipnya untuk mengidentifikasi
potensi tanah secara umum dengan cara mengklasifikasikan lahan
berdasarkan faktor pembatas ke dalam beberapa kelas kemampuan.
Sadyohutomo (2006: 28) menguraikan lahan dapat dibagi ke dalam 8 kelas
kemampuan dimana kelas I adalah lahan dengan sedikit faktor pembatas
yang artinya lahan tersebut dapat dipergunakan untuk aktivitas budidaya
secara lebih beragam dan kelas VIII adalah lahan dengan faktor pembatas
sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk kegiatan budidaya
(sebaiknya dipergunakan untuk fungsi lindung) dengan demikian, pada
prinsipnya analisis kemampuan lahan bertujuan untuk memetakan lahan
yang potensi untuk fungsi lindung dan budidaya.
Kesesuaian lahan. Analisis ini bertujuan untuk menilai tingkat kesesuaian
lahan terhadap penggunaan tertentu dengan tingkat pengelolaan yang
wajar. Lahan yang telah teridentifikasi sebagai lahan dengan faktor
pembatas sedikit kemudian dianalisis untuk ditemukan kesesuaian
penggunaannya berdasarkan kriteria tertentu. Kesesuaian penggunaan
untuk padi sawah tentu berbeda dengan kesesuaian penggunaan untuk
industri dan lain sebagainya. Kriteria-kriteria kesesuaian ini dapat
dipelajari dari Peraturan Menteri PU nomor 20 tahun 2007 tentang
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta
Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Peraturan
-
11
Menteri PU nomor 41 tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis
Kawasan Budidaya.
Kedua analisis di atas memberi output berupa peta sebaran kemampuan
dan kesesuaian lahan yang wajib dilakukan dalam proses awal perencanaan tata
ruang. Apabila analisis kemampuan dan kesesuaian fokus pada potensi fisik
alamiah lahan, analisis penting berikutnya adalah analisis daya dukung lahan yang
fokus pada aspek pemanfaatannya. Analisis ini memiliki asumsi dimana suatu
populasi harus ditunjang oleh sejumlah sumber daya dan kondisi lingkungan
tertentu (Sadyohutomo, 2006: 37). Dengan populasi sebagai titik berangkatnya,
analisis ini cukup baik untuk memprediksi produktifitas kegiatan budidaya pada
masa yang akan datang dan bagaimana produktifitas ini mampu mendukung
populasi. Besaran daya dukung lahan ini sangat dipengaruhi oleh pola pengelolaan
sumber daya dan berkurangnya sumber daya sebagai akibat ekspansi penduduk.
II.1. 3 Penggunaan Lahan Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 41
tahun 2007
Sesuai dengan amanat Undang Undang Penataan Ruang, tata laksana kegiatan
perencanaan tata ruang dilakukan dengan mempergunakan seperangkat pedoman
teknis yang salah satunya
mengatur analisis dan klasifikasi penggunaan lahan untuk kawasan pedesaan dan
perkotaan.
Peraturan Menteri PU nomor 41 tahun 2007 mengatur klasifikasi
penggunaan lahan menjadi dua
kelompok besar, dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Kawasan lindung, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.
2. Kawasan budidaya, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
-
12
II.2. Geometrik Jalan
Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan tanah baik
secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa badan/ bentuk permukaan
bumi adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan hubungan yang baik antara
waktu dan ruang menurut kebutuhan kendaraan yang bersangkutan, menghasilkan
bagian-bagian jalan yang memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, serta nilai
efisiensi yang optimal. Dalam membangun jalan raya itu dipengaruhi oleh topografi,
sosial, ekonomi dan masyarakatnya.
Beberapa hal yang menyangkut Geometri - Pemahaman konseptual:
1. Aliyement horizontal yaitu garis proyeksi sumbu jalan yang diasumsikan
tegak lurus atau sejajar dengan bidang gambar.
Jalan raya dipandang pada suatu bidang datar merupakan sumbu jalan
(garis sumbu jalan) rangkaian dari garis-garis lurus. Tiga syarat pokok
pada jalan yang akan dirancang (geometris) yaitu; Nyaman, Aman,
Efisien/ekonomis
Tikungan/titik belok
Lengkung horizontal
Kemiringan melintang/super elevasi
Pelebaran tikungan, khusus mengamati pergeseran antara roda muka
dengan roda belakang.
Penomoran jalan (stasioning), penempatan titik station yang digunakan
untuk keperluan desain.
2. Aliyement vertikal yaitu seakan-akan jalan itu naik dan turun atau tegak
lurus bidang gambar. Ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu;
Lengkung perlalihan vertikal
Cut and fill (penimbunan dan penggalian tanah)
Drainase.
-
13
BAB III
ANALISIS ANALISIS SITUASI DAN KONDISI JALAN
III.1. Analisis Kondisi Geometrik
- Tipe Jalan : Tipe jalan untuk Jl. Mesjid Raya adalah satu-arah tanpa
median ( 2/1UD)
- Lebar Jalur Lalu Lintas : Lebar jalur lalu lintas untuk Jl. Mesjid Raya
adalah 14,6 m
- Kereb : Jarak kereb ke penghalang adalah 0,55 m
- Bahu : Jl. Mesjid Raya adalah jenis jalan perkotaan tanpa bahu
- Median : Jl. Mesjid Raya adalah jenis jalan perkotaan tanpa median
-
14
III.2 Analisis Situasi Ruas Jalan
Jl. Mesjid Raya adalah jenis jalan perkotaan satu-arah, pergerakan
kendaraan dari arah pusat kota ( Sentral, MTC, Karebosi ) menuju Jl. Veteran dan
Jl. Urip Sumoharjo. Jalan dilengkapi oleh kereb. Tingkat hambatan samping
sangat tinggi, sisi utara diakibatkan oleh kendaraan umum yang berhenti
seenaknya dan adanya warung/kios kecil yang mengambil badan jalan. Sedangkan
pada sisi selatan hambatan samping diakibatkan oleh kendaraan yang parkir untuk
berbelanja di Pasar Terong. Kendaraan parkir di sisi ini bisa mengambil badan
jalan hingga dua jalur.
III.3 Analisis Penempatan Titik Pengamatan
-
15
Titik pengamatan untuk survei diletakkan sedemikian sehingga empat
titik, yaitu titik ujung kanan dan ujung kiri pada garis 0 m dan titik ujung kanan
dan ujung kiri pada garis 40 m terlihat melalui perekam. Hal ini ditujukan agar
kendaraan yang melewati segmen 40 m tersebut dapat tercakup keseluruhan, dan
tertangkap secara baik oleh perekam.
Segmen 40 m sebaiknya diambil dengan perkiraan jarak 30 m dari
simpang terdekat. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengukuran arus yang
kurang efektif karena kendaraan cenderung melambat pada daerah simpang. Maka
dalam survei ini, segmen 40 m diambil pada jarak 30 m dari simpang Jl. Terong,
yang termasuk simpang padat pada Jl. Mesjid Raya.
-
16
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Kondisi jalan yang akan di survei diketahui jenis jalan dengan kereb dan
memiliki lebar jalan cukup besar, yakni 14,6 m
2. Situasi tempat yang akan di survei diketahui adalah jenis jalan perkotaan
satu-arah dengan tingkat hambatan samping cukup besar
3. Lokasi titik pengamatan survei diketahui adalah 30 m dari simpang Jl.
Terong
IV.2 Saran
Kurangnya fasilitas tempat yang memadai, seperti halnya tempat untuk merekam
di tempat yang tinggi agar survei berjalan lancar dan semua arus kendaraan bisa
terlihat jelas, serta perlunya surat izin keterangan untuk melakukan kegiatan
survey, karena tidak banyak polisi lalu lintas yang protes akibat terhambatnya
kendaraan karena pemasangan lakban yang di gunakan untuk penandaan. Jadi
Alangkah baiknya apabila ada surat izin resmi dari pihak kampus terlebih dahulu
sebelum melakukan survei. Semoga pihak dari universitas bisa membantu
pembuatan surat izin.
-
17
DAFTAR PUSTAKA
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123349-R010819-Identifikasi%20kinerja-
Literatur.pdf
http://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Karakteristik_arus_lalu_lintas
http://www.academia.edu/5740385/DASAR_PERENCANAAN_JALAN_SURV
AI_and_DATA_PENDUKUNG
http://dishub.surabaya.go.id/backend/upload/files/LHR%20SURABAYA%20201
2.pdf
http://www.academia.edu/7143919/makalah_geometri_BAB_I_PENDAHULUA
N_1
http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_geometrik
-
18
LAMPIRAN
- Layout Capture Google Earth ( Lokasi Titik)
- Layout Sketsa (Situasi) Gambar Manual
-
19
- Layout Capture Google Earth (Situasi)
-
20
- Formulir UR-1
Formulir UR - 1
Tanggal : Ditangani oleh :
JALAN PERKOTAAN Propinsi : Diperiksa oleh :
FORMULIR UR - 1 : DATA MASUKAN Kota : Ukuran kota :
- DATA UMUM No.ruas/Nama jalan :
- GEOMETRIK JALAN
Kode segmen Tipe daerah :
Panjang (m) : Tipe jalan : 2/1UD
Periode waktu : Nomor soal :
Rencana situasi :
Penampang melintang
20 CM
z
Lebar lajur lalu-lintas rata-rata
Kereb (K) atau bahu (B)
Jarak kereb - penghalang (m)
Lebar efektif bahu (dalam + luar) (m)
Bukaan mefdian (tidak ada, sedikit, banyak) TIDAK ADA
Kondisi pengaturan lalu-lintas
Batas kecepatan (km/jam)
Pembatasan akses untuk tipe kendaraan tertentu
Pembatasan parkir (periode waktu)
Pembatasan berhenti (periode waktu)
Lain-lain
0,55 0,55 1,10 0,55
- - - -
7,3 7,3 14,6 7,3
K K - -
Rata-rata
MKJI : JALAN PERKOTAAN
08-Apr-15
SULAWESI SELATAN
MAKASSAR
JL. Mesjid Raya
07.20-07.35
Sisi A Sisi B Total
Sisi A Sisi B
A
B
Sisi A Sisi B
14,6
Mesjid Raya
Mesjid Raya
0,55 0,55