Laporan Survei Pendahuluan Rekayasa Lalu Lintas

20
1 LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN REKAYASA LALU LINTAS DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 MUHAMMAD DESMAN HAWARI D111 13 002 SEPTIAN D111 13 318 AZKA LAYYINA WILDANY D111 13 544 SIPIL B JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS HASANUDDIN 2015

description

Survei

Transcript of Laporan Survei Pendahuluan Rekayasa Lalu Lintas

  • 1

    LAPORAN SURVEI PENDAHULUAN REKAYASA

    LALU LINTAS

    DISUSUN OLEH :

    KELOMPOK 3

    MUHAMMAD DESMAN HAWARI D111 13 002

    SEPTIAN D111 13 318

    AZKA LAYYINA WILDANY D111 13 544

    SIPIL B

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    2015

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat,

    rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan survei pendahuluan ini dapat kami

    selesaikan guna memenuhi salah satu syarat dalam penyelesaian studi di urusan

    Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

    Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekeliruan dan

    kekurangannya. Oleh karena itu, kami akan sangat berterima kasih apabila ada

    dari pembaca yang budiman memberi koreksi, saran atau petunjuk yang

    konstruktif demi penyempurnaan laporan survei pendahuluan ini.

    Akhirnya kami tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

    kepada asisten yang telah banyak membimbing, mengajar, dan membantu kami

    dalam penyusunan laporan ini. Terima kasih pula kami ucapkan kepada teman-

    teman utamanya anggota KELOMPOK 3, serta semua pihak yang turut membantu

    sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini.

    Kami berharap dengan selesainya survei ini beserta laporannya, dapat

    bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan kami pada khususnya dan bagi semua

    yang membaca serta pembangunan dunia ketekniksipilan pada umumnya.

    Gowa, April 2015

    Penyusun,

    KELOMPOK 3

  • 3

    DAFTAR ISI

    Halaman Sampul .......................................................................................... 1

    Kata Pengantar ............................................................................................. 2

    Daftar Isi ...................................................................................................... 3

    Bab I

    PENDAHULUAN ....................................................................................... 5

    I.1. Latar Belakang .................................................................................. 5

    I.2. Manfaat dan Tujuan Survei Pendahuluan ......................................... 5

    I.3. Waktu dan Lokasi Survei .................................................................. 5

    I.4. Ruang Lingkup ................................................................................. 6

    Bab II

    TEORI RINGKAS ................................................................................. 7

    II.1 Tata Guna Lahan ............................................................................. 7

    II.2 Geometrik Jalan .............................................................................. 12

    Bab III

    ANALISIS SITUASI DAN KONDISI JALAN .......................................... 13

    III.1 Analisis Kondisi Geometrik ........................................................... 13

    III.2 Analisis Situasi Ruas Jalan ............................................................. 14

    III.3 Analisis Penempatan Titik Pengamatan ......................................... 14

    Bab IV

    PENUTUP ................................................................................................... 16

    IV.1 Kesimpulan ..................................................................................... 16

    IV.2 Saran ............................................................................................... 16

    Daftar Pustaka .............................................................................................. 17

    Lampiran ...................................................................................................... 18

  • 4

    - Layout Capture Google Earth (Lokasi Titik) .................................. 18

    - Layout Sketsa (Situasi) Gambar Manual ......................................... 18

    - Layout Capture Google Earth (Situasi) ........................................... 19

    - Formulir UR-1 ................................................................................. 20

    Sketsa Melintang ............................................................. .......... 20

    Sketsa Arah ................................................................................ 20

  • 5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Salah satu dari sarana transportasi darat adalah jalan, dimana dapat

    menghubungkan daerah yang satu dengan daerah yang lainnya di suatu wilayah.

    Ada beberapa langkah dalam upaya untuk meningkatkan kualitas jalan agar

    memberikan pelayanan baik sesuai kebutuhan yang diharapkan oleh masyarakat

    itu sendiri. Dunia lalu lintas semakin hari semakin semakin kompeks sehingga tak

    jarang menimbulkan masalah bru dari berbagai sudut pandang. Meningkatnya

    jumlah kendaraan seperti mobil dan motor setiap tahunnya sehingga menyebabkan

    jumlah arus lalu lintas tidak sebanding dengan kemampuan jalan atau kapasitas

    jalan.

    Seiring volume lalu lintas dari tahun ke tahun sangat meningkat akibat

    bertambahnya jumlah kendaraan, maka sangat perlu dilakukan peninjauan dan

    analisa kondisi lalu lintas pada jalan dan mengidentifikasi apakah jalan tersebut

    masih dapat menampung jumlah kendaraan yang ada.

    I.2. Manfaat dan Tujuan Survei Pendahuluan

    1. Mengetahui kondisi geometrik jalan yang akan di survei

    2. Mengetahui situasi tempat yang akan di survei

    3. Mengetahui lokasi titik pengamatan survei

    I.3. Waktu dan Tempat Survei

    Hari,Tanggal : Kamis 9 April 2015

    Pukul : 07.20-07.35

    Tempat : Jalan Mesjid Raya

  • 6

    I.4. Ruang Lingkup

    Batasan masalah dalam penyusunan laporan ini adalah :

    1. Lokasi untuk survey pendahuluan di Jalan Mesjid Raya

    2. Waktu yang digunakan untuk survey pendahuluan selama 15 menit

  • 7

    BAB II

    TEORI RINGKAS

    II.1 Tata Guna Lahan

    II. 1.1 Pengertian Dan Konsep

    Lahan berbeda dengan tanah. Istilah tanah lebih mengarah pada tubuh tanah

    (soil) dan materi tanah (materials) yang menekankan pada sifat fisik tanah secara

    kimiawi dan organic (Sadyohutomo, 2006: 8). Sementara itu lahan lebih

    dikaitkan pada unsur pemanfaatan / peruntukan / penggunaan dari bentang tanah

    dalam hal ini dipahami sebagai ruang. Dengan demikian, bila coba didefenisikan,

    penatagunaan lahan adalah upaya atau hasil upaya mengatur penggunaan tanah yg

    rasional, dan serasi [UPA60]; penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yg

    berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah; melalui pengaturan kelembagaan yg

    terkait dngan pemanfaatan tanah sbg satu kesatuan sistem utk kepentingan

    masyarakat secara adil. Dengan memahami ruang sebagai wadah yang meliputi

    ruang darat, laut dan udara termasuk di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah

    (UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang), maka peranan penatagunaan

    lahan menjadi sangat penting, tidak hanya sebagai ruang fungsional tempat

    berlangsungnya aktivitas tetapi juga secara politik sebagai wujud teritori atau

    wilayah kedaulatan. Lahan adalah objek yang sangat penting karena merupakan

    input sekaligus produk dari proses perencanaan (Kaiser et al, 1995:196). Disebut

    input karena lahan merupakan modal dasar pembentukan ruang. Lahan merupakan

    wadah dari aktivitas yang memiliki nilai ekonomi yang penting dalam

    pembentukan permukiman yang dengan aktivitas yang kompleks. Sementara itu,

    lahan disebut sebagai produk karena kegiatan perencanaan menghasilkan suatu set

    sistem tata ruang dan pengelolaannya dimana lahan yang tertata adalah bagian di

    dalamnya. Disamping kegunaan lahan dalam menunjang kehidupan manusia dan

    komunitasnya, harus dipahami pula bahwa lahan juga memiliki kerawanan

    bencana yang dapat terjadi secara alamiah maupun karena kesalahan dalam

    penggunaan lahan. Kaiser et al (1995: 196) menguraikan beberapa perspektif yang

    harus diperhatikan dalam memahami penggunaan lahan (land use), antara lain :

  • 8

    1. Lahan adalah ruang fungsional yang diperuntukkan untuk mewadahi

    beragam penggunaan.

    Dalam perspektif ini lahan mengakomodasi pertumbuhan kawasan

    yang didorong oleh pertumbuhan penduduk dan ekspansi ekonomi.

    Meningkatnya jumlah penduduk dan ekspansi ekonomi meningkatkan

    kompleksitas fungsi kawasan, sebagai contoh: kawasan pedesaan dengan

    penduduk relatif sedikit hanya didominasi kegiatan agraria dan beberapa

    fungsi pendukung agraria (koperasi, perdagangan bibit dan obat-obatan,

    dan lain-lain) serta fungsi pendukung permukiman (puskesmas, sekolah

    dasar sampai menengah, dan lain sebagainya).

    Bandingkan dengan kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan

    ekonomi dan jasa, dimana pada kawasan ini populasi penduduk sangat

    tinggi yang mendorong efisiensi penggunaan lahan untuk bermacam

    kegiatan ekonomi. Kegiatan agraria yang membutuhkan lahan luas

    semakin sedikit (bahkan mungkin tidak ada), digantikan oleh kawasan

    industri, pusat-pusat perdagangan, pendidikan dan perkotoran yang

    cakupan layanan (operasinya) membawahi beberapa desa di sekitarnya.

    Dengan demikian, kawasan perkotaan memiliki kompleksitas yang lebih

    tinggi daripada desa dimana ada beberapa fungsi pendukung kehidupan

    masyarakat pedesaan juga ditempatkan di kawasan perkotaan, seperti

    perguruan tinggi, rumah sakit, dan lain sebagainya. Pelayanan fasilitas

    umum kawasan perkotaan secara hirarkis dapat dipelajari dari SNI 03-

    1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di

    perkotaan.

    2. Lahan sebagai setting dari sistem aktivitas.

    Kompleksitas fungsi kawasan sebagaimana dijelaskan di atas

    terjadi karena adanya sistem aktivitas yang menggambarkan pola kegiatan

    penghuni kawasan dalam menjalankan urusan hariannya. Disebut sistem

    karena ada pola saling keterhubungan antara aktivitas yang satu dengan

    aktivitas lainnya yang kemudianmemicu timbulnya aktivitas pergerakan.

  • 9

    Sebagai contoh: lahan dengan fungsi perumahan memiliki interaksi yang

    tinggi dengan lahan dengan fungsi pendidikan, kesehatan, perdagangan

    dan fungsi jasa (perkantoran). Hal ini disebabkan kawasan perumahan

    yang mendukung pemenuhan kebutuhan berhuni harus didukung oleh

    kawasan-kawasan yang mendukung penduduk untuk memenuhi kebutuhan

    harian yaitu membeli barang-barang kebutuhan rumah tangga,

    menjalankan profesi, kesehatan serta kegiatan pendukung lainnya

    (misalnya rekreasi, dan lain sebagainya). Dalam menjalankan kegiatan

    harian, warga tentu melakukan kegiatan ulang alik dari tempat berhuni

    ke kawasan-kawasan lainnya yang sudah tentu memicu adanya aktivitas

    pergerakan yang harus didukung oleh sistem transportasi. Beban yang

    ditanggung oleh sistem transportasi ini ditentukan oleh volume

    pergerakan, waktu terjadinya pergerakan, jarak dan ketersediaan

    infrastruktur. Seluruh aktivitas sebagaimana dijelaskan dalam contoh ini

    membentuk hubungan yang saling bergantung sama lain yang disebut

    sistem aktivitas.

    3. Lahan adalah komoditas.

    Penggunaan lahan harus memperhatikan kemampuan fisik alamiah

    dan daya dukungnya. Tidak semua lahan dapat dimanfaatkan untuk

    kegiatan bermukim dan ekonomi, seperti kawasan pegunungan dan

    sempadan sungai yang harus dijaga sebagai kawasan lindung. Ada

    seperangkat persyaratan yang harus dipenuhi agar lahan dapat dinyatakan

    kelayakannya sebagai wadah kegiatan yang secara mendasar dapat

    dipelajari dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 20/PRT/M/2007

    tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi

    serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.

    II.1.2 Prinsip Dasar Daya Dukung, Kemampuan Dan Kesesuaian Lahan

    Penggunaan lahan perlu meninjau potensi alamiah yang dimiliki kawasan

    tersebut. Peraturan Menteri PU nomor 20 tahun 2007 tentang Pedoman Teknik

    Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam

  • 10

    Penyusunan Rencana Tata Ruang menetapkan ada 4 komponen fisik utama yang

    harus diperhatikan, antara lain klimatologi, topografi, hidrologi dan geologi serta

    beberapa komponen tambahan antara lain sumber daya mineral/bahan galian,

    bencana alam dan penggunaan lahan. Secara teknis, komponen-komponen

    tersebut berupa data spasial berbentuk peta digital yang dianalisis

    mempergunakan teknik overlay dibantu perangkat analisis spasial seperti ArcGIS,

    ArcVIEW atau Map Info. Ada beberapa komponen analisis yang harus dipahami

    untuk dapat merencanakan penggunaan lahan, antara lain:

    Kemampuan lahan. Analisis ini pada prinsipnya untuk mengidentifikasi

    potensi tanah secara umum dengan cara mengklasifikasikan lahan

    berdasarkan faktor pembatas ke dalam beberapa kelas kemampuan.

    Sadyohutomo (2006: 28) menguraikan lahan dapat dibagi ke dalam 8 kelas

    kemampuan dimana kelas I adalah lahan dengan sedikit faktor pembatas

    yang artinya lahan tersebut dapat dipergunakan untuk aktivitas budidaya

    secara lebih beragam dan kelas VIII adalah lahan dengan faktor pembatas

    sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan untuk kegiatan budidaya

    (sebaiknya dipergunakan untuk fungsi lindung) dengan demikian, pada

    prinsipnya analisis kemampuan lahan bertujuan untuk memetakan lahan

    yang potensi untuk fungsi lindung dan budidaya.

    Kesesuaian lahan. Analisis ini bertujuan untuk menilai tingkat kesesuaian

    lahan terhadap penggunaan tertentu dengan tingkat pengelolaan yang

    wajar. Lahan yang telah teridentifikasi sebagai lahan dengan faktor

    pembatas sedikit kemudian dianalisis untuk ditemukan kesesuaian

    penggunaannya berdasarkan kriteria tertentu. Kesesuaian penggunaan

    untuk padi sawah tentu berbeda dengan kesesuaian penggunaan untuk

    industri dan lain sebagainya. Kriteria-kriteria kesesuaian ini dapat

    dipelajari dari Peraturan Menteri PU nomor 20 tahun 2007 tentang

    Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta

    Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Peraturan

  • 11

    Menteri PU nomor 41 tahun 2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis

    Kawasan Budidaya.

    Kedua analisis di atas memberi output berupa peta sebaran kemampuan

    dan kesesuaian lahan yang wajib dilakukan dalam proses awal perencanaan tata

    ruang. Apabila analisis kemampuan dan kesesuaian fokus pada potensi fisik

    alamiah lahan, analisis penting berikutnya adalah analisis daya dukung lahan yang

    fokus pada aspek pemanfaatannya. Analisis ini memiliki asumsi dimana suatu

    populasi harus ditunjang oleh sejumlah sumber daya dan kondisi lingkungan

    tertentu (Sadyohutomo, 2006: 37). Dengan populasi sebagai titik berangkatnya,

    analisis ini cukup baik untuk memprediksi produktifitas kegiatan budidaya pada

    masa yang akan datang dan bagaimana produktifitas ini mampu mendukung

    populasi. Besaran daya dukung lahan ini sangat dipengaruhi oleh pola pengelolaan

    sumber daya dan berkurangnya sumber daya sebagai akibat ekspansi penduduk.

    II.1. 3 Penggunaan Lahan Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 41

    tahun 2007

    Sesuai dengan amanat Undang Undang Penataan Ruang, tata laksana kegiatan

    perencanaan tata ruang dilakukan dengan mempergunakan seperangkat pedoman

    teknis yang salah satunya

    mengatur analisis dan klasifikasi penggunaan lahan untuk kawasan pedesaan dan

    perkotaan.

    Peraturan Menteri PU nomor 41 tahun 2007 mengatur klasifikasi

    penggunaan lahan menjadi dua

    kelompok besar, dengan penjelasan sebagai berikut :

    1. Kawasan lindung, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

    melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

    alam dan sumber daya buatan.

    2. Kawasan budidaya, adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

    untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,

    sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

  • 12

    II.2. Geometrik Jalan

    Geometrik merupakan membangun badan jalan raya diatas permukaan tanah baik

    secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa badan/ bentuk permukaan

    bumi adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan hubungan yang baik antara

    waktu dan ruang menurut kebutuhan kendaraan yang bersangkutan, menghasilkan

    bagian-bagian jalan yang memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan, serta nilai

    efisiensi yang optimal. Dalam membangun jalan raya itu dipengaruhi oleh topografi,

    sosial, ekonomi dan masyarakatnya.

    Beberapa hal yang menyangkut Geometri - Pemahaman konseptual:

    1. Aliyement horizontal yaitu garis proyeksi sumbu jalan yang diasumsikan

    tegak lurus atau sejajar dengan bidang gambar.

    Jalan raya dipandang pada suatu bidang datar merupakan sumbu jalan

    (garis sumbu jalan) rangkaian dari garis-garis lurus. Tiga syarat pokok

    pada jalan yang akan dirancang (geometris) yaitu; Nyaman, Aman,

    Efisien/ekonomis

    Tikungan/titik belok

    Lengkung horizontal

    Kemiringan melintang/super elevasi

    Pelebaran tikungan, khusus mengamati pergeseran antara roda muka

    dengan roda belakang.

    Penomoran jalan (stasioning), penempatan titik station yang digunakan

    untuk keperluan desain.

    2. Aliyement vertikal yaitu seakan-akan jalan itu naik dan turun atau tegak

    lurus bidang gambar. Ada beberapa yang harus diperhatikan yaitu;

    Lengkung perlalihan vertikal

    Cut and fill (penimbunan dan penggalian tanah)

    Drainase.

  • 13

    BAB III

    ANALISIS ANALISIS SITUASI DAN KONDISI JALAN

    III.1. Analisis Kondisi Geometrik

    - Tipe Jalan : Tipe jalan untuk Jl. Mesjid Raya adalah satu-arah tanpa

    median ( 2/1UD)

    - Lebar Jalur Lalu Lintas : Lebar jalur lalu lintas untuk Jl. Mesjid Raya

    adalah 14,6 m

    - Kereb : Jarak kereb ke penghalang adalah 0,55 m

    - Bahu : Jl. Mesjid Raya adalah jenis jalan perkotaan tanpa bahu

    - Median : Jl. Mesjid Raya adalah jenis jalan perkotaan tanpa median

  • 14

    III.2 Analisis Situasi Ruas Jalan

    Jl. Mesjid Raya adalah jenis jalan perkotaan satu-arah, pergerakan

    kendaraan dari arah pusat kota ( Sentral, MTC, Karebosi ) menuju Jl. Veteran dan

    Jl. Urip Sumoharjo. Jalan dilengkapi oleh kereb. Tingkat hambatan samping

    sangat tinggi, sisi utara diakibatkan oleh kendaraan umum yang berhenti

    seenaknya dan adanya warung/kios kecil yang mengambil badan jalan. Sedangkan

    pada sisi selatan hambatan samping diakibatkan oleh kendaraan yang parkir untuk

    berbelanja di Pasar Terong. Kendaraan parkir di sisi ini bisa mengambil badan

    jalan hingga dua jalur.

    III.3 Analisis Penempatan Titik Pengamatan

  • 15

    Titik pengamatan untuk survei diletakkan sedemikian sehingga empat

    titik, yaitu titik ujung kanan dan ujung kiri pada garis 0 m dan titik ujung kanan

    dan ujung kiri pada garis 40 m terlihat melalui perekam. Hal ini ditujukan agar

    kendaraan yang melewati segmen 40 m tersebut dapat tercakup keseluruhan, dan

    tertangkap secara baik oleh perekam.

    Segmen 40 m sebaiknya diambil dengan perkiraan jarak 30 m dari

    simpang terdekat. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengukuran arus yang

    kurang efektif karena kendaraan cenderung melambat pada daerah simpang. Maka

    dalam survei ini, segmen 40 m diambil pada jarak 30 m dari simpang Jl. Terong,

    yang termasuk simpang padat pada Jl. Mesjid Raya.

  • 16

    BAB IV

    PENUTUP

    IV.1 Kesimpulan

    1. Kondisi jalan yang akan di survei diketahui jenis jalan dengan kereb dan

    memiliki lebar jalan cukup besar, yakni 14,6 m

    2. Situasi tempat yang akan di survei diketahui adalah jenis jalan perkotaan

    satu-arah dengan tingkat hambatan samping cukup besar

    3. Lokasi titik pengamatan survei diketahui adalah 30 m dari simpang Jl.

    Terong

    IV.2 Saran

    Kurangnya fasilitas tempat yang memadai, seperti halnya tempat untuk merekam

    di tempat yang tinggi agar survei berjalan lancar dan semua arus kendaraan bisa

    terlihat jelas, serta perlunya surat izin keterangan untuk melakukan kegiatan

    survey, karena tidak banyak polisi lalu lintas yang protes akibat terhambatnya

    kendaraan karena pemasangan lakban yang di gunakan untuk penandaan. Jadi

    Alangkah baiknya apabila ada surat izin resmi dari pihak kampus terlebih dahulu

    sebelum melakukan survei. Semoga pihak dari universitas bisa membantu

    pembuatan surat izin.

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123349-R010819-Identifikasi%20kinerja-

    Literatur.pdf

    http://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Karakteristik_arus_lalu_lintas

    http://www.academia.edu/5740385/DASAR_PERENCANAAN_JALAN_SURV

    AI_and_DATA_PENDUKUNG

    http://dishub.surabaya.go.id/backend/upload/files/LHR%20SURABAYA%20201

    2.pdf

    http://www.academia.edu/7143919/makalah_geometri_BAB_I_PENDAHULUA

    N_1

    http://id.wikipedia.org/wiki/Desain_geometrik

  • 18

    LAMPIRAN

    - Layout Capture Google Earth ( Lokasi Titik)

    - Layout Sketsa (Situasi) Gambar Manual

  • 19

    - Layout Capture Google Earth (Situasi)

  • 20

    - Formulir UR-1

    Formulir UR - 1

    Tanggal : Ditangani oleh :

    JALAN PERKOTAAN Propinsi : Diperiksa oleh :

    FORMULIR UR - 1 : DATA MASUKAN Kota : Ukuran kota :

    - DATA UMUM No.ruas/Nama jalan :

    - GEOMETRIK JALAN

    Kode segmen Tipe daerah :

    Panjang (m) : Tipe jalan : 2/1UD

    Periode waktu : Nomor soal :

    Rencana situasi :

    Penampang melintang

    20 CM

    z

    Lebar lajur lalu-lintas rata-rata

    Kereb (K) atau bahu (B)

    Jarak kereb - penghalang (m)

    Lebar efektif bahu (dalam + luar) (m)

    Bukaan mefdian (tidak ada, sedikit, banyak) TIDAK ADA

    Kondisi pengaturan lalu-lintas

    Batas kecepatan (km/jam)

    Pembatasan akses untuk tipe kendaraan tertentu

    Pembatasan parkir (periode waktu)

    Pembatasan berhenti (periode waktu)

    Lain-lain

    0,55 0,55 1,10 0,55

    - - - -

    7,3 7,3 14,6 7,3

    K K - -

    Rata-rata

    MKJI : JALAN PERKOTAAN

    08-Apr-15

    SULAWESI SELATAN

    MAKASSAR

    JL. Mesjid Raya

    07.20-07.35

    Sisi A Sisi B Total

    Sisi A Sisi B

    A

    B

    Sisi A Sisi B

    14,6

    Mesjid Raya

    Mesjid Raya

    0,55 0,55