Rekayasa gempa

8
Struktur Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 201 Wang C. K., Salmon C. G., 1979, Reinforced Concrete Design, New York : Harmer and Row. ANALISIS GAYA GEMPA RENCANA PADA STRUKTUR BERTINGKAT BANYAK DENGAN METODE DINAMIK RESPON SPEKTRA (189S) Restu Faizah 1 dan Widodo 2 1 Program Beasiswa Unggulan BPKLN, Magister Teknik Sipil UII. 2 Pengajar Magister Teknik Sipil FTSP UII. Email: [email protected] ABSTRAK SNI 03-1726-2012 menyebutkan bahwa pengaruh gempa rencana harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung, yang ditetapkan sebagai gempa dengan kemungkinan terlewati besarnya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%. Pengaruh gempa rencana pada bangunan direpresentasikan sebagai gaya geser dasar V yang bekerja pada dasar bangunan yang akan didistribusikan secara vertikal sepanjang ketinggian struktur sebagai gaya horizontal tingkat F i . Pengaruh gempa rencana pada struktur bertingkat banyak dengan ketinggian lebih dari 10 tingkat atau 40 meter harus ditinjau sebagai pengaruh beban dinamik dan analisisnya harus didasarkan pada analisis respon dinamik. Dalam pelaksanaannya, analisis respon dinamik dirasa tidak praktis dan memerlukan banyak waktu, sehingga merepotkan para perancang bangunan. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis dinamik pada bangunan gedung tidak beraturan ini akan sangat membantu para perencana sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis gaya gempa rencana pada model struktur 2 dimensi, yaitu berupa rangka portal terbuka (open moment resisting frames) beton bertulang, dengan ketinggian 48 meter atau 12 tingkat. Model struktur ditinjau pada 23 kota besar di Indonesia, dengan menggunakan metode dinamik respon spektra. Sebagai perbandingan, respon spectra design pada tiap kota dibuat sesuai dengan ketentuan SNI 1726-2002 dan SNI 1726-2012. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa gaya gempa rencana pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2002 pada 7 kota, sedangkan yang lainnya relatif meningkat. Peningkatan yang sangat besar terjadi di Kota Semarang, Yogyakarta, Kendari, Banda Aceh dan Palu. Gaya gempa rencana tertinggi juga mengalami pergeseran yaitu dari kota Bengkulu pada tahun 2002 beralih ke kota Banda Aceh pada tahun 2012. Hal itu dapat terjadi, dikarenakan terjadinya pergeseran status wilayah kegempaan dari tahun 2002 ke 2012. Kata kunci: struktur bertingkat banyak, gaya gempa rencana, analisis dinamik respon spektra. 1. PENDAHULUAN Gempa akan menimbulkan getaran/goyangan pada tanah ke segala arah dan menggetarkan bangunan yang berdiri di atas tanah tersebut. Gaya akibat gempa pada bangunan direpresentasikan sebagai gaya geser dasar V yang bekerja pada dasar bangunan dan selanjutnya digunakan sebagai gaya gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung. Pada bangunan bertingkat, gaya geser dasar tersebut akan didistribusikan secara vertikal sepanjang ketinggian struktur sebagai gaya horizontal tingkat F i . Pedoman perumusan gempa rencana pada SNI 1726-2012 mengacu pada ASCE 7-05 yang ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa 2475 tahun (probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun), sedangkan SNI 1726-2002 memakai konsep wilayah gempa (seismic zone) yang ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa 500 tahun (probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun). Beban geser dasar V akibat gempa rencana sesuai ASCE 7-05 menunjukkan kecenderungan lebih besar dibandingkan dengan hasil perhitungan menurut SNI 1726-2002. (Purwono dan Takim A, 2010) Pengaruh gempa rencana pada bangunan gedung beraturan dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa ekivalen statik, sedangkan pada bangunan gedung tidak beraturan harus ditinjau sebagai pengaruh beban dinamik. Beban gempa ekivalen statik merupakan penyederhanaan dari beban gempa dinamik, yaitu berupa gaya horizontal F yang bekerja pada pusat massa bangunan dan bersifat statik. Perhitungan dalam metode ini hanya memperhatikan kontribusi dari mode ke-1 saja, sehingga hanya cocok untuk bangunan yang cenderung kaku, yaitu bangunan yang memiliki ketinggian tidak lebih dari 40 m atau 10 tingkat. Sebagai konsekuensinya, semakin tinggi bangunan akan semakin fleksibel dan kontribusi higher mode menjadi lebih besar, sehingga perancangan bangunan harus didasarkan pada analisis dinamik. (Widodo, 2001)

Transcript of Rekayasa gempa

Page 1: Rekayasa gempa

Struktur

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 201

Wang C. K., Salmon C. G., 1979, Reinforced Concrete Design, New York : Harmer and Row.ANALISIS GAYA GEMPA RENCANA PADA STRUKTUR BERTINGKAT BANYAK

DENGAN METODE DINAMIK RESPON SPEKTRA(189S)

Restu Faizah1 dan Widodo2

1Program Beasiswa Unggulan BPKLN, Magister Teknik Sipil UII.2Pengajar Magister Teknik Sipil FTSP UII.

Email: [email protected]

ABSTRAK

SNI 03-1726-2012 menyebutkan bahwa pengaruh gempa rencana harus ditinjau dalam perencanaandan evaluasi struktur bangunan gedung dan non gedung, yang ditetapkan sebagai gempa dengankemungkinan terlewati besarnya selama umur struktur bangunan 50 tahun adalah sebesar 2%.Pengaruh gempa rencana pada bangunan direpresentasikan sebagai gaya geser dasar V yang bekerjapada dasar bangunan yang akan didistribusikan secara vertikal sepanjang ketinggian struktur sebagaigaya horizontal tingkat Fi. Pengaruh gempa rencana pada struktur bertingkat banyak denganketinggian lebih dari 10 tingkat atau 40 meter harus ditinjau sebagai pengaruh beban dinamik dananalisisnya harus didasarkan pada analisis respon dinamik. Dalam pelaksanaannya, analisis respondinamik dirasa tidak praktis dan memerlukan banyak waktu, sehingga merepotkan para perancangbangunan. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis dinamik pada bangunan gedung tidakberaturan ini akan sangat membantu para perencana sebagai bahan pertimbangan dalamperancangan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis gaya gempa rencana pada model struktur 2dimensi, yaitu berupa rangka portal terbuka (open moment resisting frames) beton bertulang, denganketinggian 48 meter atau 12 tingkat. Model struktur ditinjau pada 23 kota besar di Indonesia, denganmenggunakan metode dinamik respon spektra. Sebagai perbandingan, respon spectra design padatiap kota dibuat sesuai dengan ketentuan SNI 1726-2002 dan SNI 1726-2012. Hasil dari analisismenunjukkan bahwa gaya gempa rencana pada tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2002pada 7 kota, sedangkan yang lainnya relatif meningkat. Peningkatan yang sangat besar terjadi diKota Semarang, Yogyakarta, Kendari, Banda Aceh dan Palu. Gaya gempa rencana tertinggi jugamengalami pergeseran yaitu dari kota Bengkulu pada tahun 2002 beralih ke kota Banda Aceh padatahun 2012. Hal itu dapat terjadi, dikarenakan terjadinya pergeseran status wilayah kegempaan daritahun 2002 ke 2012.

Kata kunci: struktur bertingkat banyak, gaya gempa rencana, analisis dinamik respon spektra.

1. PENDAHULUAN

Gempa akan menimbulkan getaran/goyangan pada tanah ke segala arah dan menggetarkan bangunan yang berdiri diatas tanah tersebut. Gaya akibat gempa pada bangunan direpresentasikan sebagai gaya geser dasar V yang bekerjapada dasar bangunan dan selanjutnya digunakan sebagai gaya gempa rencana yang harus ditinjau dalamperencanaan dan evaluasi struktur bangunan gedung. Pada bangunan bertingkat, gaya geser dasar tersebut akandidistribusikan secara vertikal sepanjang ketinggian struktur sebagai gaya horizontal tingkat Fi. Pedoman perumusangempa rencana pada SNI 1726-2012 mengacu pada ASCE 7-05 yang ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa2475 tahun (probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun), sedangkan SNI 1726-2002 memakai konsep wilayahgempa (seismic zone) yang ditentukan berdasarkan perioda ulang gempa 500 tahun (probabilitas terlampaui 10%dalam 50 tahun). Beban geser dasar V akibat gempa rencana sesuai ASCE 7-05 menunjukkan kecenderungan lebihbesar dibandingkan dengan hasil perhitungan menurut SNI 1726-2002. (Purwono dan Takim A, 2010)Pengaruh gempa rencana pada bangunan gedung beraturan dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa ekivalenstatik, sedangkan pada bangunan gedung tidak beraturan harus ditinjau sebagai pengaruh beban dinamik. Bebangempa ekivalen statik merupakan penyederhanaan dari beban gempa dinamik, yaitu berupa gaya horizontal F yangbekerja pada pusat massa bangunan dan bersifat statik. Perhitungan dalam metode ini hanya memperhatikankontribusi dari mode ke-1 saja, sehingga hanya cocok untuk bangunan yang cenderung kaku, yaitu bangunan yangmemiliki ketinggian tidak lebih dari 40 m atau 10 tingkat. Sebagai konsekuensinya, semakin tinggi bangunan akansemakin fleksibel dan kontribusi higher mode menjadi lebih besar, sehingga perancangan bangunan harusdidasarkan pada analisis dinamik. (Widodo, 2001)

Page 2: Rekayasa gempa

Struktur

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

S - 202 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

2. GAYA GESER DASAR V, GAYA HORIZONTAL TINGKAT Fi, DAN GAYA GESERTINGKAT Vi .

Gaya geser dasar V merupakan pengganti/penyederhanaan dari getaran gempabumi yang bekerja pada dasarbangunan dan selanjutnya digunakan sebagai gaya gempa rencana yang harus ditinjau dalam perencanaan danevaluasi struktur bangunan gedung. (Widodo, 2011). Menurut SNI 1726-2002, gaya geser dasar V pada strukturgedung beraturan dapat ditentukan dengan metode ekivalen statik, sedangkan bagi struktur gedung tidak beraturanharus ditinjau dengan metode dinamik. Struktur gedung beraturan di antaranya ditunjukkan dengan beberapa halberikut ini:

1. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau 40 m.2. Memiliki ketidakberaturan struktur horizontal maupun struktur vertikal.3. Memiliki periode getar struktur kurang dari 3.5 Ts atau T<3.5Ts, dimana Ts = SDS/SD1. (SDS adalah

parameter respon spektral percepatan disain pada periode pendek, dan SD1 parameter respon spektralpercepatan disain pada periode 1 detik)

Gaya geser dasar V akan didistribusikan secara vertikal sepanjang tinggi struktur sebagai gaya horizontal tingkat Fi

yang bekerja pada masing-masing tingkat bangunan. Dengan menjumlahkan gaya horizontal Fi pada tingkat-tingkatyang ditinjau dapat diketahui gaya geser tingkat Vi, yaitu gaya geser yang terjadi pada dasar tingkat yang ditinjau.

3. RESPON SPECTRA DESIGN

Dalam menentukan gaya geser dasar V dengan metode dinamik respon spektra, digunakan Respon spectra designyang merupakan spektrum respon gempa rencana. Menurut SNI 1726-2002, Respon spectra design ditentukanberdasarkan wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun,yang terdiri dari wilayah gempa 1 hingga wilayah gempa 6. Respon spectra design tersebut dinyatakan dengangrafik C-T, dengan C adalah faktor respon gempa dalam g dan T adalah waktu getar alami struktur gedung dalamdetik. Nilai koefisien gempa dasar C pada Respon spectra design ini harus dikalikan dengan faktor koreksi I/R,dimana I adalah faktor keutamaan dan R adalah faktor reduksi gempa representatif.Sedangkan menurut SNI 1726-2012, respon spectra design ditentukan dengan parameter respon ragam yangdisesuaikan dengan klasifikasi situs dimana bangunan tersebut akan dibangun kemudian dibagi dengan kuantitasR/I. Kurva respon spectra design harus dikembangkan dengan mengacu Gambar 1, dan mengikuti ketentuan sebagaiberikut:

Gambar 1. Respon spectra design (SNI 1726-2012)

4. METODE DINAMIK RESPON SPEKTRA

Menurut SNI 1726-2002, perhitungan respons dinamik struktur gedung tidak beraturan terhadap pembebanan gempanominal akibat pengaruh gempa rencana, dapat dilakukan dengan metode analisis dinamik respon spektra. Nilaiuntuk masing-masing parameter yang ditinjau kemudian dihitung untuk berbagai ragam dan harus dikombinasikanmenggunakan metode Akar Kuadrat Jumlah Kuadrat (SRSS) atau metode Kombinasi Kuadrat Lengkap (CQC).Tahapan analisis metode respon spektra meliputi analisis modal amplitudo Z, modal displacement Y, dan modalseismic force Fij, menggunakan persamaan 1-3. Selanjutnya simpangan horisontal tingkat Yi dan gaya horisontaltingkat Fi diperoleh dengan prinsip SRSS menggunakan persamaan 4 dan 5. Dengan menjumlahkan gaya horizontaltingkat Fi akan diperoleh besarnya gaya geser dasar bangunan Vj akibat gempa rencana dengan menggunakanpersamaan 6.

1. Untuk perioda T < To,

2. Untuk perioda To ≥ T ≤ Ts,

3. Untuk perioda T > Ts,

Dengan Sa = percepatan respon spektra,SDS = parameter respon spektra pada periode pendek,dan SD1 = parameter respon spekktra pada periode 1detik.

Page 3: Rekayasa gempa

Struktur

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 203

Γ (1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Zj=modal amplitude, C=koefisien gempa dasar, g=gaya grafitasi, ɷ =frekuensi sudut, Yij=modaldisplacement, ϕ ij=mode shape, Fij=modal seismic force , M=matriks massa, Yi= simpangan horizontaltingkat, Fi=gaya horizontal tingkat dan Vj=gaya geser dasar bangunan.

5. METODOLOGI PENELITIAN

Model strukturAnalisis dilakukan pada model struktur 2D portal beton bertulang 12 tingkat 4 bentang, yang diperoleh denganbantuan program SAP 2000, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Model struktur 2D portal beton bertulang 12 tingkat.

Lokasi dan klasifikasi situsModel struktur ditinjau pada 23 lokasi di Indonesia yang memiliki klasifikasi situs yang berbeda-beda dengankondisi tanah sedang, sebagaimana disebutkan dalam Tabel 1.

Pengolahan dataPengolahan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Menghitung massa dengan prinsip lumped mass.2. Menghitung kekakuan struktur dengan metode shear building.3. Membuat respon spectra design dengan mengikuti ketentuan SNI 1726-2002 dan SNI 1726-2012.4. Analisis dinamik respon spektra dengan bantuan program Matlab 7-10-0 (R2010a).

Pot. A-A

Dimensi (cm):Kolom tepi : 70/70Kolom tengah : 80/80Balok : 35/70

Denah

8.00

8.00

8.00

8.00

A

A6.00 6.006.00 6.00 6.00 6.00 6.00

4.00

4.00

4.00

4.00

4.00

4.00

4.00

4.00

4.00

4.00

4.00

4.00

8.00 8.00 8.00 8.00

Page 4: Rekayasa gempa

Struktur

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

S - 204 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Tabel 1. Lokasi model struktur beserta klasifikasi situs.

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

Massa dan kekakuan struktur.Hasil perhitungan berat, massa dan kekakuan struktur ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Berat, Massa dan Kekakuan struktur 12 tingkat

Mode shapeDengan bantuan program Matlab, diperoleh mode shape struktur seperti ditunjukkan ada Gambar 3.

Gambar 3. Mode shape

Page 5: Rekayasa gempa

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24

Respon spectra designSetiap lokasi akan memiliki respon spectra designsebagaimana disebutkan dalam Tabel 1. Sebagai contoh, akan ditunjukkan perbandinganberdasarkan SNI 1726-2002 dan SNI 1726Gambar 4.

Gambar 4. Perbandingan respon spectra design

Pada Gambar 4, ditunjukkan respon spektra Kota Banda Aceh dan Yogyakarta memiliki karakteristik yang hampirsama, yaitu respon spektra SNI 17262002. Tetapi untuk Kota Lampung, respon spektra SNI 1726SNI 1726-2002. Hal ini menunjukkan bahwa status kegempaan Kota Banda Akenaikan dari tahun 2002 ke 2012, sedangkan Kota Lampung justru mengalami penurunan dari tahun 2002 ke 2012.Selain kondisi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4, ada beberapa kota memiliki respon spektra yang tidakseragam pada semua periode T, seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Respon spektra Kota Medan mengalamipenurunan dari tahun 2002 ke 2012 hanya pada T<0.7 detik, sedangkan respon spektra Kota Kupang mengalamipenurunan dari tahun 2002 ke 2012 pada T>0.4 detik. Kondisimenghasilkan nilai koefisien gempa dasar C yang berbedadasar bangunan akibat gempa rencana juga akan berbeda

Gambar 5.

Gaya horizontal tingkat, Fi.

Dalam analisis gaya horizontal tingkatsebagaimana ditampilkan Gambar 6, dengan pembanding hasil analisis metode ekivalen statik. Dari Gambar 6tersebut nampak bahwa gaya horizontal tingkat yang dihitung dengan metode dinamik rebesar dari pada hitungan dengan metode ekivalen statik, terutama hitungan yang mengikutiPerbedaan yang besar terutama terjadi pada tingkatstruktur, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui risiko struktur dalam menahan bebangempa rencana.Gaya horizontal tingkat yang dihitung dengan metode ekivalen statik menunjukkan bahwa peningkatan gayahorizontal tingkat pada tahun 2012 hamengalami penurunan. Namun berbeda dengan hasil hitungan dengan metode dinamik, kenaikan terjadi pada semuatingkat, sehingga terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil duabawah.

(KoNTekS 7)

Surakarta, 24-26 Oktober 2013

respon spectra design yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik situs,sebagaimana disebutkan dalam Tabel 1. Sebagai contoh, akan ditunjukkan perbandingan

2002 dan SNI 1726-2012 pada Kota Banda Aceh, Yogyakarta dan Lampung, yait

respon spectra design pada Kota Banda Aceh, Yogyakarta dan Lampung.

Pada Gambar 4, ditunjukkan respon spektra Kota Banda Aceh dan Yogyakarta memiliki karakteristik yang hampir726-2012 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan respon spektra SNI 1726

2002. Tetapi untuk Kota Lampung, respon spektra SNI 1726-2012 terlihat lebih rendah dari pada respon spektra2002. Hal ini menunjukkan bahwa status kegempaan Kota Banda Aceh dan Yogyakarta mengalami

kenaikan dari tahun 2002 ke 2012, sedangkan Kota Lampung justru mengalami penurunan dari tahun 2002 ke 2012.Selain kondisi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4, ada beberapa kota memiliki respon spektra yang tidak

a semua periode T, seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Respon spektra Kota Medan mengalamipenurunan dari tahun 2002 ke 2012 hanya pada T<0.7 detik, sedangkan respon spektra Kota Kupang mengalamipenurunan dari tahun 2002 ke 2012 pada T>0.4 detik. Kondisi respon spektra yang berbedamenghasilkan nilai koefisien gempa dasar C yang berbeda-beda pula pada setiap lokasi, sehingga besar gaya geserdasar bangunan akibat gempa rencana juga akan berbeda-beda.

Gambar 5. Respon spectra design Kota Medan dan Kupang

Dalam analisis gaya horizontal tingkat Fi, ditinjau 3 lokasi yaitu kota Banda Aceh, Yogyakarta dan Lampungsebagaimana ditampilkan Gambar 6, dengan pembanding hasil analisis metode ekivalen statik. Dari Gambar 6tersebut nampak bahwa gaya horizontal tingkat yang dihitung dengan metode dinamik rebesar dari pada hitungan dengan metode ekivalen statik, terutama hitungan yang mengikutiPerbedaan yang besar terutama terjadi pada tingkat-tingkat bawah, diduga akan menimbulkan implikasi pada respon

hingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui risiko struktur dalam menahan beban

Gaya horizontal tingkat yang dihitung dengan metode ekivalen statik menunjukkan bahwa peningkatan gayahorizontal tingkat pada tahun 2012 hanya terjadi pada tingkat-tingkat atas saja, sementara pada tingkat bawah justrumengalami penurunan. Namun berbeda dengan hasil hitungan dengan metode dinamik, kenaikan terjadi pada semuatingkat, sehingga terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil dua metode ini, terutama pada tingkat

Struktur

S - 205

beda sesuai dengan karakteristik situs,sebagaimana disebutkan dalam Tabel 1. Sebagai contoh, akan ditunjukkan perbandingan respon spectra design

2012 pada Kota Banda Aceh, Yogyakarta dan Lampung, yaitu pada

pada Kota Banda Aceh, Yogyakarta dan Lampung.

Pada Gambar 4, ditunjukkan respon spektra Kota Banda Aceh dan Yogyakarta memiliki karakteristik yang hampir2012 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan respon spektra SNI 1726-

2012 terlihat lebih rendah dari pada respon spektraceh dan Yogyakarta mengalami

kenaikan dari tahun 2002 ke 2012, sedangkan Kota Lampung justru mengalami penurunan dari tahun 2002 ke 2012.Selain kondisi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4, ada beberapa kota memiliki respon spektra yang tidak

a semua periode T, seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Respon spektra Kota Medan mengalamipenurunan dari tahun 2002 ke 2012 hanya pada T<0.7 detik, sedangkan respon spektra Kota Kupang mengalami

respon spektra yang berbeda-beda ini akanbeda pula pada setiap lokasi, sehingga besar gaya geser

, ditinjau 3 lokasi yaitu kota Banda Aceh, Yogyakarta dan Lampungsebagaimana ditampilkan Gambar 6, dengan pembanding hasil analisis metode ekivalen statik. Dari Gambar 6tersebut nampak bahwa gaya horizontal tingkat yang dihitung dengan metode dinamik respon spektra relatif lebihbesar dari pada hitungan dengan metode ekivalen statik, terutama hitungan yang mengikuti code baru 2012.

tingkat bawah, diduga akan menimbulkan implikasi pada responhingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui risiko struktur dalam menahan beban

Gaya horizontal tingkat yang dihitung dengan metode ekivalen statik menunjukkan bahwa peningkatan gayatingkat atas saja, sementara pada tingkat bawah justru

mengalami penurunan. Namun berbeda dengan hasil hitungan dengan metode dinamik, kenaikan terjadi pada semuametode ini, terutama pada tingkat-tingkat

Page 6: Rekayasa gempa

Struktur

S - 206

Gambar 6. Gaya horizontal tingkat

Gaya geser tingkat Vi.

Diagram gaya geser tingkat untuk struktur yang berlokasi di BandGambar 7. Gaya geser tingkat yang timbul akibat gempa rencana tahun 2012 di Kota Banda Aceh mengalamikenaikan yang signifikan terutama pada tingkatmengalami penurunan. Diagram gaya geser tingkat ini juga menunjukkan bahwa analisis dinamik respon spektratahun 2012 di Kota Banda Aceh menghasilkan nilai yang sangat tinggi, dikarenakan percepatandesign 2012 mengalami peningkatan yang sangat tinggi pula dibandingkan percepatan

Gambar 7. Diagram gaya geser tingkat (

Gaya geser dasar, V

Gaya geser pada dasar bangunan yang merupakan penjumlahan dari gaya horizontalbentang yang ditinjau pada 23 lokasi, ditunjukkan dengan Gambar 8 dan Tabel 3.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta

Gambar 6. Gaya horizontal tingkat Fi.

Diagram gaya geser tingkat untuk struktur yang berlokasi di Banda Aceh dan Bandar Lampung ditunjukkan padaGambar 7. Gaya geser tingkat yang timbul akibat gempa rencana tahun 2012 di Kota Banda Aceh mengalamikenaikan yang signifikan terutama pada tingkat-tingkat bawah, sedangkan di Kota Bandar Lampung justru

penurunan. Diagram gaya geser tingkat ini juga menunjukkan bahwa analisis dinamik respon spektratahun 2012 di Kota Banda Aceh menghasilkan nilai yang sangat tinggi, dikarenakan percepatan

2012 mengalami peningkatan yang sangat tinggi pula dibandingkan percepatan respon spectral design

Gambar 7. Diagram gaya geser tingkat (Vi)

Gaya geser pada dasar bangunan yang merupakan penjumlahan dari gaya horizontal tingkat pada portal 12 tingkat 4bentang yang ditinjau pada 23 lokasi, ditunjukkan dengan Gambar 8 dan Tabel 3.

Gambar 8. Gaya geser dasar (V) ton.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

a Aceh dan Bandar Lampung ditunjukkan padaGambar 7. Gaya geser tingkat yang timbul akibat gempa rencana tahun 2012 di Kota Banda Aceh mengalami

tingkat bawah, sedangkan di Kota Bandar Lampung justrupenurunan. Diagram gaya geser tingkat ini juga menunjukkan bahwa analisis dinamik respon spektra

tahun 2012 di Kota Banda Aceh menghasilkan nilai yang sangat tinggi, dikarenakan percepatan respon spectralrespon spectral design 2002.

tingkat pada portal 12 tingkat 4

Keterangan:RS= MetodeDinamik ResponSpektra

ES= MetodeEkivalen Statik

Page 7: Rekayasa gempa

Struktur

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 S - 207

Tabel 3. Hasil perhitungan gaya geser dasar (V)

Dari Gambar 8 dan Tabel 3, dapat diketahui bahwa gaya geser dasar (V) rata-rata mengalami peningkatan dari tahun2002 ke 2012, kecuali pada 7 kota yaitu Bandar Lampung, Palembang, Jakarta, Kupang, Banjarmasin, Samarindadan Makasar. Dengan demikian, bangunan yang sudah terbangun sesuai SNI 1726-2002 pada 7 kota tersebut dapatdipastikan akan memenuhi persyaratan dari SNI 1726-2012.

5 Kota yang mengalami peningkatan gaya gempa rencana dari tahun 2002 hingga 2012, dari yang tertinggipeningkatannya adalah Kota Semarang, Yogyakarta, Kendari, Banda Aceh dan Palu. Hal ini menunjukkan adanyapeningkatan status kegempan wilayah tersebut, sehingga beban gempa dalam perancangan bangunan sesuai SNI1726-2012 menjadi lebih besar dibandingkan beban gempa dalam perancangan sesuai SNI 1726-2002. Adanyapeningkatan gaya gempa rencana yang sangat tinggi dapat mengakibatkan bangunan yang dibangun mengikutiperaturan SNI 1726-2002 menjadi under designed. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untukmengetahui batas peningkatan beban gempa yang dapat mengakibatkan bangunan tidak memenuhi persyaratan SNI1726-2012, sehingga dapat ditentukan tindakan yang tepat agar bangunan tetap memenuhi persyaratan code yangbaru.

Gaya gempa rencana tertinggi juga mengalami pergeseran, yaitu dari Kota Bengkulu pada tahun 2002 bergeser keKota Banda Aceh pada tahun 2012. Pergeseran ini dikarenakan pada tahun 2002 Kota Bengkulu termasuk dalamwilayah gempa 6 dan Kota Banda Aceh termasuk dalam wilayah gempa 4, namun pada tahun 2012, keadaanbergeser dimana parameter percepatan spektral disain Kota Banda Aceh lebih tinggi dibandingkan Kota Bengkulu.Sehingga pada Kota Banda Aceh mengalami kenaikan mencapai 81%, sedangkan Kota Bengkulu hanya 16%.

Hasil analisis ini menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, apakah bangunan yang sudah berdiri di Kota Semarang,Yogyakarta, Kendari, Banda Aceh dan Palu, saat ini masih mampu menahan gaya gempa rencana sesuai SNI 1726-2012? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dilakukan penelitian yang lebih seksama dan lebih lengkap seperticakupan semua jenis tanah, variasi model struktur, implikasi respon struktur dll. Apabila diketahui bangunan tidakmampu menahan gaya gempa rencana SNI 1726-2012, maka dapat dilakukan perkuatan struktur yang sesuai agarkekuatan bangunan memenuhi persyaratan SNI 1726-2012.

Page 8: Rekayasa gempa

Struktur

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)

S - 208 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

7. KESIMPULAN

Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Gaya gempa rencana tahun 2012 tidak selalu lebih tinggi daripada gaya gempa rencana tahun 2002, tetapitergantung pada percepatan respon spektral dari lokasi bangunan tersebut.

2. Gaya gempa rencana di kota Bandar Lampung, Palembang, Jakarta, Kupang, Banjarmasin, Samarinda danMakasar mengalami penurunan dari tahun 2002 ke 2012.

3. Gaya gempa rencana di Kota Semarang, Yogyakarta, Kendari, Banda Aceh dan Palu, pada tahun 2012mengalami peningkatan yang sangat besar, sehingga perlu dilakukan penelitian yang lebih seksama terkaitdengan kualitas bangunan yang sudah berdiri di kota tersebut.

4. Peningkatan gaya gempa rencana yang besar sangat berpengaruh pada bangunan, terutama pada tingkat-tingkat bawah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri(BPKLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan Beasiswa Unggulan.

DAFTAR PUSTAKA

ASCE 7-02. American Society of Civil Engineers. (2002). Minimum Design Loads for Buildings and otherStructures, ASCE Standard, USA.

Budiono, B (2002). Perkembangan Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa di Indonesia. DepartemenTeknik Sipil ITB, Bandung.

Budiono, Bambang. (2011). “Konsep SNI Gempa 1726-201X”. Seminar HAKI 2011.Budiono, B, dan Lucky S. (2011). Studi Komparasi Desain Bangunan Tahan Gempa dengan menggunakan SNI 3-

1726-2002 dan RSNI 03-1726-201X. Penerbit ITB, Bandung.FEMA 451. (2006). NEHRP Recommended Provisions: Design Examples-August 2006. National Institute of

Building Sciences. Washington, DCGhosh. (1999). Impact of Seismic Design Provisions of 2000 IBC: Comaparison with 1997 UBC, SEAOC

Convention 1999.Hanselman, Duane & Bruce Littlefield. (2002). Matlab Bahasa Komputasi Teknis. Andi Offset, Yogyakarta.Indarwanto, M (tanpa tahun). Teknologi Bangunan 6, Modul 4: Pembebanan dan Dimensi Beton Bertulang. Pusat

Pengembangan Bahan Ajar UMB.Irsyam, M, dkk (2010). Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010, eisi 2, Kementrian Pekerjaan

Umum, Bandung, Juli 2010.Kusumastuti. (2010). Pengaruh Tinggi Struktur dan Jumlah Bentang Terhadap Kontribusi Mode pada Struktur

Beton Bertulang Bertingkat Banyak dengan Pendekatan Kekakuan Kolom Shear Building dan Cara Muto,Tesis Magister Teknik Sipil UII.

Purwono dan Takim A. (2010). “Implikasi Konsep Seismic Design Category (SDC) – ASCE 7-05 TerhadapPerencanaan Struktur Tahan Gempa Sesuai SNI 1726-02 Dan SNI 2847-02”, Seminar dan Pameran HAKI2010 – Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia.

PPTGIUG (1981). Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung. Dit.Jen. Tjipta Karya, DPU,Jakarta.

SNI 03-1726-2002 (2002). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, DepartemenKimpraswil PU, Bandung.

SNI 03-1726-2012 (2012). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan NonGedung. Badan Standardisasi Nasional BSN.

Widodo. (2001). Respon Dinamik Struktur Elastik. UII Press, Yogyakarta.Widodo. (2011). Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.Widiarsono, Teguh. (2005). Tutorial Praktis Belajar Matlab. Yogyakarta