Regulasi, Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik
-
Upload
septiawan-nacho -
Category
Documents
-
view
310 -
download
28
description
Transcript of Regulasi, Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Regulasi, Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik” ini
dengan baik. Makalah ini berisi materi uraian tentang yang diperoleh dari
berbagai sumber yang ada dengan penjelasan yang rinci.
Dalam kesempatan kali ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Edy Supriyanto, SE.Akt, sebagai dosen pembimbing.
2. Teman-teman kelompok 3 semangat dalam menyelesaikan
tugas makalah tepat pada waktunya.
Akhir kata ,demikianlah kata pengantar ini kami buat. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Mohon maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan. Saran dan kritik dari anda sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Semarang, 13 September 2015
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................iKATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHUUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Dasar Hukum Keuangan Sektor Publik..........................................................3
2.2 Akuntansi Sektor Publik Memasuki Era Desentralisasi................................5
2.3 Review Regulasi Yang Terkait Dengan Akuntansi Sektor Publik.................7
2.4 Pengembangan Regulasi di Sektor Publik.....................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................16
3.1 Kesimpulan.................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
iii
iv
BAB I
PENDAHUUAN
1.1 Latar Belakang
Regulasi berasal dari bahasa inggris,yaitu regulation atau peraturan. Dalam
kamus bahasa Indonesia (Reality Publisher, 2008) kata “peraturan” mengandung
arti kaidah yang dibuat untuk mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata
sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus dijalankan serta dipatuhi. Jadi,
regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses
pengelolaan organisasi publik, baik dalam organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, partai politik, yayasan, dan lain sebagainya.
Perancang publik mampu mendeskripsikan latar belakang perlunya
disusun regulasi publik. Sebuah regulasi publik disusun karena adanya
permasalahan atau tujuan yang dicapai. Sebuah regulasi disusun karena adanya
berbagai isu terkait yang membutuhkan tindakan khusus dari oraganisasi publik.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari jawaban atas pertanyaan
mengapa isu tersebut harus diatur atau mengapa regulasi publik perlu disusun.
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atas
suatu permasalahan telah dapat dirumuskan. Penyusunan dan penetapan regulasi
publik juga dilakukan dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah
organisasi publik menghadapi rumusan solusi permasalahan yang ada.
Setiap organisasi publik pasti menghadapi berbagai isu dan permasalahan
baik yang berasal dari luar (lingkungan) maupun dalam organisasi. Karena itu,
setiap organisasi publik pasti mempunyai regulasi publik sebagai wujud kebijakan
organisasi dalam menghadapi isu dan permasalahan yang dihadapinya.
Semua proses yang terangkai mulai dari perencanaan, penganggaran,
realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan keuangan dan audit
perlu adanya regulasi. Sehingga organisasi publik pun menggunakan regulasi
1
publik sebagai alat untuk memperlancar jalannya siklus akuntansi sektor publik
agar tujuan organisasi dapat tercapai.
1.2 Rumusan Masalah1. Bagaiamana dasar hukum keuangan sektor publik?
2. Bagaimana akuntansi sektor publik pada era desentralisasi?
3. Bagaimana review yang terkait terhadap akuntansi sektor publik?
4. Bagaimana pengembangan regulasi di sektor publik?
1.3. Tujuan Penulisan1. Mengetahui dasar hukum keuangan sektor publik.
2. Mengetahui akuntansi sektor publik pada era desentralisasi.
3. Mengetahui review yang terkait terhadap akuntansi sektor publik.
4. Mengetahui pengembangan regulasi di sektor publik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Hukum Keuangan Sektor PublikProses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi
pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem pengelolaan
keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara maupun keaungan daerah,
sebagai mana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu
dilaksanakan secara profesional, terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
A. Dasar Hukum Keuangan Negara
Wujud pelaksanaan keuangan negara dapat diidentifikasikan sebagai
segala bentuk kekayaan, hak, dan kewajiban negara yang tercantum dalam APBN
dan laporan pelaksanaannya.
Hak-hak Negara yang dimaksud, mencakup antara lain :
1. Hak monopoli mencetak dan mengedarkan uang.
2. Hak untuk memungut sumber-sumber keuangan, seperti pajak, bea dan cukai.
3. Hak untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dinikmati oleh khalayak
umum, yang dalam hal ini pemerintah dapat memperoleh (kontra prestasi) sebagai
sumber penerima negara.
Kewajiban negara adalah berupa pelaksanaan tugas-tugas pemerintah sesuai
dengan pembukaan UUD 1945 yaitu :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluuh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
3
Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah tersebut dapat berupa
pengeluaran dan diakui sebagai belanja negara. Dalam UUD 1945 Amandemen
IV, secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara, yaitu pada BAB VIII pasal
23 yang berbunyi sebagai berikut :
1. Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan setiap tahun dengan Undang-
Undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang
diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan anggaran tahun lalu.
2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang
3. Jenis dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-Undang
4. Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-undang
5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu
Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, ditetapkan Undang-undang tentang
APBN untuk tahun anggaran bersangkutan. Penyusunan APBN bukan hanya
untuk memenuhi ketentuan konstitusional yang dimaksud pada pasal 23 ayat (1)
UUD 1945, tetapi juga sebagai dasar rencana kerja yang dilaksanakan oleh
pemerintah dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Oleh karena itu,
penyusunannya didasarkan atas Rencana Strategi dalam UU Propenas, dan
pelaksanaannya dituangkan dalam UU yang harus dijalankan oleh Presiden/Wakil
Presiden dan Menteri-menteri serta pimpinan Lembaga Tinggi Negara Lainnya
dan dipertanggugjawabkan dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
B. Dasar Hukum Keuangan Daerah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
didasari pada prinsip otonomi daerah dalam pengelolaan sumberdaya. Prinsip
otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas dan tanggung jawab nyata
pada pemerintahan daerah secara proporsional. Dengan pengaturan, pembagian
dan pemanfaatan sumber daya nasional, baik yang berupa uang maupun sumber
daya alam, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengembangkan suatu sistem
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang adil. Sistem ini dilaksanakan
untuk mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggung jawab yang
4
jelas antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah secara transparan. Kriteria
keberhasilan pelaksanaan sistem ini adalah tertampungnya aspirasi semua warga,
dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam proses pertanggungjawaban
eksplorasi sumber daya yang ada dan pengembangan sumber-sumber pembiayaan.
Berdasarkan pasal 18 UUD 1945, tujuan pembentukan daerah otonom
adalah meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani
masyarakat dan melaksanakan program pembangunan. Dalam rangka
penyelenggaraan daerah otonom, menurut penjelasan pasal 64 Undang-undang
No. 5 tanhun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk :
1. Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang
bersangkutan.
2. Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.
3. Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan
kepala daerah khususnya, karena anggaran pendapatan dan belanja daerah itu
menggambarkan seluruh kebijaksanaan pemerintah daerah.
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintahan daerah dengan cara yang
lebih mudah dan berhasil guna.
5. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah untuk melaksanakan
penyelenggaraan Keuangan Daerah didalam batas-batas tertentu.
2.2 Akuntansi Sektor Publik Memasuki Era Desentralisasi
Perkembangan akuntansi sektor publik semakin pesat seiring adanya
kebijakan desentralisasi. Kebijakan ini telah mengubah sifat hubungan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, antara BUMN dengan pemerintah
pusat, antara pemerintah dengan masyarakat, dan berbagai entitas lain dalam
pemerintahan. Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat ke pemerintah yang lebih rendah tetapi juga pelimpahan
beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta melalui privatisasi
(Mardiasmo, 2009). Secara teoritis, desentralisasi diharapkan akan menghasilkan
dua manfaat nyata, yaitu; pertama, mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa
5
dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan, setra mendorong pemerataan
hasil pembangunan. Kedua, memperbaiki alokasi sumberdaya produktif melalui
pergeseran peran pengambilan keputusan publikke tingkat pemerintah yang paling
rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap (Shah, 1997) dalam
Mardiasmo, 2009.
Peranan pelaporan keuangan telah berubah dari posisi administrasi semata
menjadi posisi akuntabilitas di tahun 2000. Pergeseran pelaporan keuangan ini
telah memberikan peluang bagi posisi akuntansi sektor publik dalam manajemen
pemerintahan dan organisasi sektor publik lainnya. Jadi tujuan akuntansi sektor
publik adalah untuk memastikan kualitas laporan keuangan dalam
pertanggungjawaban publik.
Sebagai perspektif baru, berbagai prasarana akuntansi sektor publik perlu
dibangun seperti:
a. Standart akuntansi sektor publik untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
dan organisasi sektor publik lainnya.
b. Account code, untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun organisasi
sektor publik lainnya, dimana review terhadap transaksi yang berkaitan dapat
dilakukan dalam rangka konsolidasi dan audit.
c. Jenis buku besar dan ledger yang menjadi pusat pencatan data primer atau
semua transaksi keuangan pemerintah.
d. Manual Sisten Akuntansi Pemerintah dan Organisasi lainnya yang menjadi
pedoman atas jenis-jenis transaksi dan perlakuan akuntansi lainnya
Dengan kelengkapan prasarana tersebut, para petugas dibidang akuntansi
dapat melakukan pencatatan, peringkasan, dan pelaporan keuangan baik secara
manual maupun komputasi. Akibat tidak tersedianya prasarana diatas, muncul
persepsi bahwa:
a. Akuntansi adalah sesuatu yang sulit
b. Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang tedidik dalam jangka waktu
panjang.
6
2.3 Review Regulasi Yang Terkait Dengan Akuntansi Sektor Publik
Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era pra
Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut :
1. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah.
Tidak terdapat pemisahan secara konkrit antara eksekutif dan legislatif (Pasal 13
ayat 1).
2. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan
Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.
Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :
1. Perbandingan anggaran dan realisasi
2. Perbandingan standar dan realisasi
3. Target prosentase fisik proyek
Perhitungan APBD terpisah dari pertanggungjawaban Kepala Daerah
(terdapat dalam pasal 33).
Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan
Daerah, menetapkan sistem single entry bookkeeping. Dalam sistem ini,
pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali.
Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan di catat pada sisi penerimaan
dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi
pengeluaran. Sistem pencatatan single entry bookkeeping memiliki kelebihan
yaitu sangat sederhana tetapi memiliki kelemahan yaitu kurang bagus untuk
pelaporan (kurang memudahkan penyusunan pelaporan), sulit menemukan
kesalahan pembukuan yang terjadi, dan sulit dikontrol, untuk mengatasi
kelemahan tersebut maka diperkenalkan double entry bookkeeping.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang Pelaksanaan APBD.
5. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susunan Perhitungan APBD.
Bentuk laporan perhitungan APBD :
7
– Perhitungan APBD
– Nota Perhitungan
– Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975)
7. Kepmendagri No.903-057/1988 tentang Penyempurnaan Bentuk dan Susunan
Anggaran Pendapatan Daerah Masuk dalam Pos Penerimaan Pembangunan.
Pinjaman (Pemda/BUMD) diperhitungkan sebagai pendapatan daerah.
Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/D Pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/ APBD, berupa laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh BPK, disampaikan kepada DPR/DPRD selambat-lambatnya 6 bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan keuangan (setidak-tidaknya) :
a. Laporan Realisasi APBN/APBD
b. Neraca
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan atas Laporan Keuangan (dilampiri laporan keuangan perusahaan
negara/daerah dan badan lainnya).
Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk
mengelola keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik.
Bentuk Reformasi yang ada meliputi :
1. Undang – undang Perbendaharaan Indonesia ( Indische Comptabiliteitswet,
staastsblad Tahun 1925 Nomor 448), sebgaimana telah nbeberapa kali diubah
terakhir dengan Undang – undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 1968 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1968 Nomor 53)
2. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang
Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme( Lembaga Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang keenangan pemerintah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonom ( Lembaran Negara Republik
8
Indonesia Tahun 200 NO 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
NO 3952 )
4. Peraturan Peraturran Pemerintah NO 104 Tahun 2000 Tentang Dana
Perimbangan
5. Peraturan Pemerintah NO.105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan
pertanggungjawaban Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 NO.202, tambahan Negara Republik Indonesia NO.4022);
6. Peraturan Pemerintah NO 106 Tahunn 2000 tentang Pengeloalaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam rangka pelkasanaan dekonsentrasi
dan tugas pembantuan;
7. Peraturan Pemerintah NO.107 Tahun 2000 Tentang Pinjaman Daerah;
8. Peraturan Pemerintah NO.108 Tahun 2000 Tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah;
9. Peraturan Pemrintah NO.109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan keuangan daerah;
10. Peraturan Pemerintah NO.110 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan
DPRD;
11. Keptusan Presiden NO.17 Tahun 2000 Tentang pelaksanaan anggaran,
pendapatan,dan belanja Negara ( Lembaga Republik Indonesia NO.3930 );
12. Surat edaran Menteri Dalam Negeri dan otonomi daerah tanggal 17 November
Tahun 2000 NO.903/2735/SJ tentang pedoman umum penyusunan dan
pelaksanaan APBD tahun anggaran Tahun 2001;
13. Keputusan Presiden NO.228/M Tahun 2002;
14. Kepmendari NO.29 Tahun 2002 Tentang Pedoman dan pengurusan anggara
pendapatann dan belanja daerah- APBD.
2.4 Pengembangan Regulasi di Sektor Publik
Regulasi di sektor publik dapat dibagi dalam dua bagian besar, yaitu
perkembangan regulasi yang terkait dengan organisasi nirlaba dan instansi
pemerintah. Kedua jenis perkembangan ini perlu dibedakan mengingat sifat
regulasi di sektor publik bersifat spesifik untuk setiap jenis organisasi. Selain
itu, di instansi pemerintah, regulasi yang digunakan juga cenerung lebih rumit
dan detail.
9
A. Perkembangan Regulasi Terkait Organisasi Nirlaba
a) Regulasi Tentang Yayasan
Regulasi yang terkait dengan yayasan adalah Undang – Undang RI
Nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan. Undang – Undang ini
dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar
yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya
berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat.
Berikut isi Undang – Undang No.16/2001 secara ringkas.
1. Ketentuan Umum Yayasan yang meliputi pengertian yayasan beserta
organ – organ yang membentuknya, persyaratan kegiatan usaha yang
dapat dilakukan, dan kekayaan yayasan.
2. Tata cara pendirian Yayasan sejak pendirian, pembuatan akta, sampai
dengan permohonn pengesahannya ke Menteri Kehakiman dan Hak
Asasi Manusia (sekrang bernama Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia).
3. Tata cara perubahan Anggaran Dasar Yayasan
4. Kewajiban pengumuman akta pendirian yayasan dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
5. Kekayaan yayasan
6. Organ yayasan yang terdiri atas pembina, pengurus, dan pengawas.
7. Laporan tahunan yang harus disampaikan.
8. Tata cara pemeriksaan dan pembubaran yayasan.
Undang – Undang ini di perbaharui dalam beberapa aspek dengan Undang –
Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang perubahan Undang – Undang No 16 Tahun
2001 tentang yayasan.
Berikut beberapa hal yang diubah pada UU 28/2004.
1. Memperjelas larangan pengalihan atau pembagian kekayaan. UU 16/2001
hanya menyebutkan bahwa kekayaan yayasan dilarang atau dibagikan secara
langsung ataupun tidak langsung kepada pembina, pengurus, karyawan, atau
10
pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap yayasan. UU28/2004
menambahkan bahwa dilarang dialihkan atau dibagikan baik dalam bentuk
gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan
uang dengan beberapa pengecualian yang diatur lebih detail.
2. Perubahan proses perolehan status badan hukum. Jika sebelumnya
kewenangan menteri dalam memberikan pengesahan akta pendirian yayasan
sebagai badan hukum dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen
Kehakiman dan Ham, permohonan UU 28/2004 diajukan melalui notaris yang
mebuat akta pendirian yayasan. Undang – Undang ini juga menjelaskan
secara lebih detail dalam hal perspektif waktu tata cara pengesahan pendirian
yayasan.
3. Ketentuan baru mengenai tanggung jawab secara tanggung renteng oleh
pegurus yayasan untuk perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus atas
nama yayasan sebelum yayasan memperoleh status badan hukum.
4. Jangka waktu pengumuman pendirian yayasan yang telah disetujui
diperpendek dari jangka waktu 30 hari (UU 16/2001) menjadi 14 hari ( UU
28/2004) terhitung sejak tanggal akta pendirian yayasan disahkan.
5. Pebagian kekayaan sisa hasil likuidasi yayasan sebelumnya diatur hanya
diberikan pada yayasan lain yang memiliki kesamaan kegiatan atau diserahkan
pada negara. UU 28/2004 mengatur tambahan bahwa jika tidak diberikan pada
yayasan lain yang memiliki kesamaan kegiatan sebelum opsi diserahkan pada
negara.
b) Regulasi Tentang Partai Politik
Undang – undang yang pertama ada setelah era reformasi adalah Undang-
Undang Nomor 2 tahun 1999 tentang pertai politik. Seiring dengan
perkembangan masyarakat dan perubahan sistem ketatanegaraan yang
dinamis di awal – awal era reformasi, undang – undang ini diperbaharui
dengan keluarnya Undang –Undang Nomor 31 tahun 2002 tentang Partai
Politik.
Undang Undang ini sudah mengatur pondasi dan hal – hal pokok
mengenai partai politik, antara lain:
11
1. Pembentukan Partai Politik
2. Asas ciri, tujuan, fungsi, hak dan kewajiban partai politik.
3. Keanggotaan dan kedaulatan anggota parati politik.
4. Kepengurusan partai politik.
5. Peradilan perkara jika terjadi masalah di partai politik,
6. Keuangan
7. Larangan – larangan untuk partai politik
8. Penggabunagn partai politik
9. Pengawasan partai politik.
Undang – undang 31/2002 kembali diperbaharui pada tahun 2008
melalui Undang – undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik. Secara
umum, UU 2/2008 ini bersifat melengkapi dan menyempurnakan UU
31/2002, misalnya memberikan pengertian partai politik yang lebih lengkap.
Menurut UU 2/ 2008, partai politikadalah oragnisasi yang bersifat nasional
dan dibentuk oleh sekelompok WNI secara sukarela atas dasar kesamaan
kehendak dan cita – cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan
politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara, serta memelihara keutuhan
NKRI berdasarkan Pancasila UUD 1945.
Undang –Undang 2/2008 ini juga memberikan tata cara yang lebih
terperinci untuk proses pembentukan partai politik serta mengenai keuangan
partai politik. UU 31/2002 beum memiliki ketentuan mengenai kewajiban
partai politik. UU 31/ 2002 belum memilik ketentuan mengenai kewajiban
serta mengenai partai politik untuk menyusun laporan pertanggung jawaban
keuangan, sedangkan UU 28/2008 mengatur bahwa rekening kas umum
partai politik dan kewajiban pengurus di setiap tingkatan organisasi untuk
menyusun laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
keuangan setelah tahun anggaran berakhir dan bersifat terbuka untuk
diketauhui masyarakat. Hal ini sejalan dengan semakin tingginya tuntuntan
akuntabilitas dan transparansi keuangan partai politik dari masyarakat.
12
c) Regulasi tentang Badan Hukum Milik Negara dan Badan Hukum
Pendidikan
Berdasarkan amanat pasal 65, 66, 67 UU BHP, diatur beberapa
mekanisme perubahan universitas menjadi BHP sebagai berikut.
1. Untuk Perguruan Tinggi yang:
a. Didirika oleh pemerintah harus berubah menjadi BHPP ( Badan
Hukum Milik Pemerintah) dalam waktu 4 tahun (selambat –
lambatnya tanggal 16 Januari 2013).
b. Berbentuk BHMN, harus berubah menjadi BHPP dalam waktu 3
tahun ( selambat – lambatnya 16 Januari 2012)
2. Untuk Perguruan Tinggi yang berada dalam naungan Yaysan,
Perkumpulan, maupun badan lainnya akan berubah menjad BHP
Penyelenggara dan harus diubah Tata Kelolanya dalam waktu 6 tahun
( selambat – lambatnya 16 Januari 2015).
d) Regulasi tentang Badan Layanan Umum
Dalam tataran pengatur regulasi BLU ( Badan Layanan Umum)
diatur oleh Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU yang ada
di bawah Direktorat Jendral Perbendahraan yang adadi Departemen
Keuangan.
Wacana tentang BLU dalam regulasi di level undang –undang
disebut dalam Undang – Undang Nommor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara. Level regulasi di bawahnya yang secara khusu
menjelaskan tentang BLU adalah Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
B. Perkembangan Regulasi Terkait Keuangan Negara
Terdapat tiga Undang-undang yang digunakan untuk penerapannya, yaitu :
1. UU No.17/2003 tentang keuangan negara.
Mengatur mengenai semua hak dan kewajiban Negara mengenai keuangan
dan pengelolaan kekayaan Negara, juga mengatur penyusunan APBD dan
APBN,penyusunan anggaran kementrian/lembaga Negara, dan
pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD.
13
2. UU No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
Mengatur pengguna anggaran atau pengguna barang, bahwa undang-undang
ini mengatur tentang pengelolaan keuangan Negara yang meliputi pengelolaan
uang, utang, piutang, pengelolaan investasi pemerintah dan pengelolaan
keuangan badan layanan hukum.
3. UU No.15/2004 tentang pemeriksaan keuangan negara
Mengatur tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Negara yang dilaksanakan oleh BPK. BPK menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan atas laporan keuangan kepada DPR dan DPD. Sedangkan laporan
keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada DPRD.
Pemerikasaan terdiri atas:
Pemeriksaan Keuangan, yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan.
Pemeriksaan Kinerja, pemerikasaan atas pengelolaan keuangan negara
yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta
pemeriksaan aspek efektivitas, dan
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Empat Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara yang didasarkan pada ketiga
Undang-undang di atas, yaitu :
1. Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kineja.
2. Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerintah.
3. Adanya pemeriksa eksternal yang kuat, profesional dan mandiri dalam
pelaksanaan pemeriksaan.
4. Pemberdayaan manajer profesional.
Selain ketiga UU di atas, juga terdapat peraturan lain, yaitu :
1. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional.
2. UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dengan Daerah.
14
4. UU No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi
dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan
tempat peribadatan, maupun organisasi sosial masyarakat lainnya.
Peraturan publik disusun dan ditetapkan terkait beberapa hal, yaitu
yang pertama, regulasi publik yang dimulai dengan adanya berbagai isu yang
terkait. Kedua, tindakan yang diambil terkait dengan isu yang ada adalah
berbentuk regulasi atau aturan yang dapat diinterprestasikan sebagai wujud
dukungan penuh organisasi publik. Ketiga, peraturan adalah hasil dari berbagai
aspek dan kejadian
Proses penyelenggaraan pemerintahan ditujukan untuk mengkoordinasi
pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam suatu system pengelolaan
keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara maupun keuangan daerah,
sebagai man yang dimaksud dalam UUD 1945 perlu dilaksanakan secara
professional, terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra . Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Erlangga
Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2014. Akuntansi Sektor Publik.
Jakarta : Salemba Empat.
17