refrat obsgynnnnnnn

download refrat obsgynnnnnnn

of 15

Transcript of refrat obsgynnnnnnn

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    1/15

    REFERAT

    KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum

    Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Pembimbing : dr. Ahmad Sutamat Sp.OG

    DENI ISMAIL J5000 70051

    YOHANA LOURENSIA M J5000 80050

    NURUL FADILAH J5000 80007

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2013

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    2/15

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita

    yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini

    dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu

    merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik

    yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam

    masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri

    perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu.

    Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita

    yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat

    ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan

    sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada

    tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya

    kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat

    menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian sehingga ini

    akan berlanjut pada kehamilan ektopik terganggu (Wiknjosastro, 2007)

    Istilah kehamilan ektopik terganggu lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang

    sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu, yang

    terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus yang menimbulkan

    rupture pada tuba. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinyaperpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi

    seberangnya (Wibowo, 2007)

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    3/15

    B. RUMUSAN MASALAH

    Untuk mengetahui lebih dalam mengenai Kehamilan Ektopik Terganggu

    C. TUJUAN

    1. Untuk mengetahui secara pasti penyebab terjadinya KET

    2. Untuk mengetahui diagnosis dini sampai kepada terapi pada penyakit KET

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    4/15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    a. Definisi

    Kehamilan etopik ialah kehamiln, dengan ovum yang dbuahi, berimplantasi dan

    tumbuh tidak ditempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.

    (Wiknjosastro, 2007). Hampir 90% kehamilan etopik terjadi di tuba uterin. Menurut

    (Wibowo, 2007) yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu

    kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Menurut lokasinya,

    kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan yaitu :

    1) Tuba Fallopii

    a) Pars intersitialis

    b) Isthmus

    c) Ampulla

    d) Infundibulum

    e)

    Fimbria2) Uterus

    a) Kanalis servikalis

    b) Divertikulum

    c) Kornua

    d) Tanduk rudimenter

    3) Ovarium

    4) Intraligamenter

    5) Abdominal

    Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 25-35

    tahun. Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan 1 diantara 300 kehamilan, akan

    tetapimungkin angka ini terlampau rendah. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik yang

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    5/15

    terbanyak ialah yang terjadi di tuba (90%), khususnya di ampulla dan di isthmus.

    (Cunningham, 2005)

    b. Epidemiologi

    Telah terjadi peningkatan nyata jumlah absolut dan angka kehamilan ektopik di

    Amerika Serikat selama dua dekade belakangan. Jumlah sebenarnya telah meningkat

    melampaui proporsi pertumbuhan penduduk. Insiden kehamilan ektopik pada wanita

    bukan kulit putih lebih tinggi pada setiap kategori usia dibandingkan pada kulit putih dan

    perbedaan ini meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Secara keseluruhan, pada

    tahun 1989 seorang wanita bukan kulit putih memiliki peningkatan resiko kehamilan

    ektopik sebesar 1,4 kali dibanding dengan seorang wanita kulit putih. Gabungan faktor

    ras dan peningkatan usia sekurang-kurangnya merupakan faktor tambahan sebagai

    contoh, wanita bukan kulit putih berusia 35-44 tahun lima kali lebih mungkin mengalami

    kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15-24 tahun (Cuningham et al,

    2005).

    Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40

    tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada

    wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi

    gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi (Wibowo, 2007)

    c. Etiologi

    Fertilisasi yakni penyatuan ovum dengan spermatozoon terjadi di ampulla tuba.

    Dari sini ovum yang telah dibuahi digerakkan ke kavum uteri dan di tempat yang akhir

    ini mengadakan implantasi di endometrium. Keadaan pada tuba yang menghambat atau

    menghalangi gerakan ini dapat menjadi sebab bahwa implantasi terjadi pada endosalping,

    selanjutnya ada kemungkinan pula bahwa kelainan pada ovum yang dibuahi memberipredisposisi untuk implantasi di luar kavum uteri, akan tetapi hal ini kiranya tidak banyak

    terjadi. (Wibowo, 2007)

    Diantara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga blastokista

    mengadakan implantasi di tuba ialah (Wiknjosastro, 2007) :

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    6/15

    a. Bekas radang pada tuba ; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada

    endosalping, sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi, gerakan ovum ke

    uterus terlambat

    b. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain divertikulum kongenital yang

    menyebabkan retensi ovum

    c. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal, perlekatan perituba, tekanan

    pada tuba oleh tumor dari luar

    d. Operasi plastic pada tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna

    e. Faktor lain :

    - Hamil saat berusia lebih 35 tahun

    - Fertilisasi in vitro

    -

    Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

    - Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

    - Infertilitas

    - Mioma uteri

    - Hidrosalping

    d. Patofisiologi

    Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi

    tersering) isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen,

    serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi pada sel kolumnar tuba

    maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yg pertama, zigot melekat pada ujung atau

    sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit mendapat siplai darah, sehingga zigot mati

    kemudian diresorbsi. Pada implantasi intrakolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot.

    Zigot yang telah bernidasi kemudia tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai

    desidua, yang disebut pseudokapsul villi korialis dengan mudah menembus endosalping

    dan mencapai lapisan miosalping dengan merusakintegritas pmbuluh darah ditempat

    tersebut. Selanjutnya hasil konsepsi berkembang, dan perkembangan tersebut dipengaruhi

    oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan

    banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    7/15

    Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami hipertrofi

    akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Endometrium pun berubah menjadi

    desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik,

    hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasma nya bervakuol. Karena tempat

    implantasipada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu

    saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi, kemungkinan-kemungkinan yang

    mungkin terjadi pada kehamilan ektopik adalah :

    1. Hasil konsepsi mati dini dan di resorbsi

    2. Abortus ke dalam lumen tua, dan

    3. Ruptur dinding tuba

    Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris,

    sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamlan pars istmica. Pada abortus tuba bila

    pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka perdarahan akan terus berlangsung.

    Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan membesar dan

    kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga

    abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan membentuk hematokel retrouterina.

    Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal, karena pars isthmica

    adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di pars interstitialis ruptur terjadi lebih

    lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif,

    sehingga sering kali kehamilan pars interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa.

    Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal karena suplai darah

    berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu kehamilan pars interstitialis adalah

    kehamilan ektopik dengan angka mortalitas tertinggi.Kerusakan yang melibatkan kavum uteri

    cukup besar sehingga histerektomi diindikasikan. Ruptur, baik pada kehamilan fimbriae, ampulla,

    isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan,

    seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar lumen tuba,

    masih terbungkus selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat

    berlanjut di rongga abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan

    meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligamen (Rachimhadhi,

    2005).

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    8/15

    e. Manifestasi klinis

    1. Nyeri

    Gejala yang timbul berkaitan dengan apakah kehamilan etopik tersebut telah

    mengalami rupture. Gejala kehamilan etopik yang sering dialami adalah nyeri

    panggulmdan abdomen 95%, dan amenore disertai spotting atau perdarahan

    pervaginam dalam derajat tertentu 60-80%. Pada ruptur nyeri dapat terjadi didaerah

    abdomen manapun. Nyeri dada pleuritik dapat terjadi akibat iritasi diafragmatik yang

    disebabkan oleh perdarahan.

    2. Menstruasi abnormal.

    Sekitar seperempat wanita tidak melaporkan amenore, mereka menyalahartikan

    perdarahn uterus yang sering terjadi pada kehamilan tuba sebagai menstruasi yang

    sebenarnya. Ketika dukungan endokrin untuk endometrium menurun, perdarahan

    biasanya sedikit, berwarna cokelat tua, dan dapat intermitten atau kontinu. Meskipun

    perdarahan pervaginam yang banyak lebih sugestif untuk abortus inkomplit daripada

    kehamilan etopik, perdarahan semacam itu kadang kala ditemukan pada kehamilan

    tuba.

    3. Nyeri tekan abdomen dan pelvis

    Nyeri tekan hebat pada pemeriksaan abdomen dan per vaginam, terutama bila serviks

    digerakkan, dapat ditemukan pada lebih dari tiga perempat wanita dengan kehamilan

    tuba yang telah atau sedang mengalami ruptur. Namun nyeri tekan seperti itu

    mungkin tidak terasa sebelum ruptur.

    4. Perubahan uterus

    uterus juga membesar dan lembek seperti pada kehamilan intrauterin, pada kehamilan

    2 bulan mungkin disamping uterus yang membesar dapat ditemukan tumor yang

    lembek dan licin, akan tetapi hal itu dapat disebabkan oleh korpus luteum graviditatis

    atau suatu tumor ovarium.

    5. Tekanan darah dan denyut nadi

    Sebelum riptur, tanda-tanda vital umumnya normal. Respon dini terhadap perdarahan

    sedang dapat berkisar dan tanpa perubahan tanda vital sehingga sedikit peningkatan

    tekanan darah atau respons vasovagal disertai bradikardia dan hipotensi. Tekanan

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    9/15

    darah akan turun dan denyut nadi bmeningkat hanya jika perdarahan berlanjut dan

    hipovoleminya menjadi nyata.

    6. Suhu

    Setelah perdarahan akut suhu dapat normal atau bahkan rendah. Suhu dpat mencapai

    380C, tetapi suhu yang lebih tinggi jarang bila tidak ada infeksi. Demam penting

    untuk membedakan kehamilan tuba yang mengalami ruptur dengan beberapa kasus

    salpingitis akut (Cunningham et al, 2005).

    f. Diagnosis

    Gejala-gejala kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis

    kadang-kadang menimbulkan kesulitan.gejala-gejala yang perlu diperhatikan ialah :

    1.

    Adanya amenore : amenore sering ditemukan walaupun hanya pendek saja sebelum

    diikuti oleh perdarahan, malah kadang-kadang tidak ada amenore

    2. Perdarahan : gangguan kehamilan sedikit saja sudah dapat menimbulkan perdarahan

    yang berasal dari uterus. Perdarahan dapat berlangsung kontinu dan biasanya

    berwarna hitam.

    3. Rasa nyeri : nyeri perut merupakan gejala penting. Pada kehamilan ektopik yang

    terganggu rasa nyeri perut bawah bertambah sering dan keras.

    4. Keadaan umum penderita : tergantung dari banyaknya darah yang keluar dari tuba,

    keadaan umum ialah kurang lebih normal sampai gawat dengan syok berat dan

    anemia. Pada abortus tuba yang sudah berlangsung beberapa waktu suhu badan agak

    meningkat dan terdapat leukositosis. Hb dan hematokrit perlu diperiksa pada dugaan

    kehamilan ektopik terganggu.

    5. Perut : pada abortus tuba terdapat nyeri tekan diperut bagian bawah di sisi uterus, dan

    pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanual ditemukan tumor yang tidak begitu

    padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata di samping uterus

    Adapun pemeriksaan-pemeriksaan untuk membantu menegakan diagnosis yaitu :

    1. Test kehamilan

    Apabila tesnya positif, itu dapat membantu diagnosis khususnya terhadap tumor-

    tumor adneks, yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehamilan. Test kehamilan

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    10/15

    yang negative tidak banyak artinya, umumnya test ini menjadi negative beberapa hari

    setelah meninggalnya mudigah

    2. Laparoskopi

    Laparoskopi merupakan cara pemeriksaan yang sangat penting untuk diagnosis

    kehamilan ektopik pada umumnya dan kehamilan ektopik yang tidak terganggu.

    Dengan cara pemeriksaan ini dapat dilihat dengan mata sendiri perubahan-perubahan

    pada tuba. Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosti terakhir untuk

    kehamilan ektopik apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan

    3. Ultrasonografi

    Keunggulan cara pemeriksaan ini terhadap laparoskopi ialah bahwa ia tidak invasive,

    artinya tidak perlu memasukan alat dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri,

    kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan atau kiri uterus atau

    apakah kavum Douglasi berisi cairan.

    4. Kuldosentesis

    Kuldosentesis dilakukan dengan menusukan jarum dengan lumen yang agak besar di

    kavum. Douglasi di garis tengah di belakang serviks uteri, serviks ditarik ke atas dan

    keluar. Adanya darah yang diisap berwarna hitam (darah tua) biarpun sedikit,

    membuktikan adanya darah di kavum Douglasi. Jika yang diisap darah baru, ini

    mungkin dari pembuluh darah dinding vagina yang dicoblos.

    Jika hasil kuldosentesis positif, sebaiknya segera dilakukan laparotomi, oleh karena

    dengan tindakan itu dapat bahwa kuman dari luar ke dalam darah yang terkumpul di

    kavum Douglasi, dan dapat terjadi infeksi.(Wiknjosastro, 2007)

    g. Diagnosis banding

    Yang perlu dipikirkan dalam diagnosis diferensial adalah : 1) infeksi pelvik, 2)

    abortus iminens atau abortus inkompliteus, 3) tumor ovarium. Biasanya anamnesis,

    gambaran klinik dan beberapa metode pemeriksaan dapat menegakan diagnosis

    kehamilan ektopik (Cuningham, 2006)

    Ruptur korpus luteum dapat menimbulkan gejala yang menyerupai kehamilan

    ektopik terganggu. Anamnesis yang cermat mengenai siklus haid penderita dapat

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    11/15

    menduga ruptur korpus luteum. Jika keadaan mengizinkan, dengan laparoskopi dapat

    diperoleh kepastian apa yang menyebabkan perdarahan intraperitoneal. Jika perdarahan

    banyak, maka perlu dilakukan laparotomi dan keadaan sebenarnya dapat diketahui

    (Wiknjosastro, 2007)

    h. Terapi

    1. Terapi definitif kehamilan ektopik Laparotomi :

    Eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi

    longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan

    keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali. Laparoskop : untuk

    mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan

    kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

    2. Operasi laparoskopik

    3. Injeksi methrotexate

    Injeksi methrotexate Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan

    kecil serta kadar -hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam

    kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau

    diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler. Injeksi methrotexate Syarat

    pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik: Ukuran kantung kehamilan < 4 cm

    Keadaan umum baik (hemodynamically stabil) Tindak lanjut (evaluasi) dapat

    dilaksanakan dengan baik. Injeksi methrotexate Keberhasilan pemberian methrotexate

    yang cukup baik bila : Masa tuba < 3.5 cm Usia kehamilan < 6 minggu Janin mati

    Kadar -hCG < 1500 mIU/ml. Injeksi methrotexate Kontraindikasi pemberian

    Methrotexate : Laktasi Status Imunodefisiensi Alkoholisme Penyakit ginjal dan hepar

    Diskrasia darah Penyakit paru aktif Ulkus peptikum Pasca terapi konservatif atau

    dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap minggu sampai negatif.

    Bila perlu lakukan second look operation. (McGraw Hill Companies, 2003)

    Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:

    1. Ketoprofen 100 mg supositoria.

    2. Tramadol 200 mg IV.

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    12/15

    3. Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas)

    4. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.

    (McGraw Hill Companies, 2003)

    i.

    Prognosis

    a. Bagi kehamian berikutnya

    Penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit radang

    panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik

    pada tuba satu sisi kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada

    tuba sisi yang lain.

    b. Bagi Ibu

    Bila diagnosis cepat ditegakkan umumnya prognosis baik, terutama bila cukuppenyediaan darah dan fasilitas operasi (Moechtar, 1998).

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    13/15

    BAB III

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang menyebabkan

    besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik adalah kurangnya deteksi dini

    dan pengobatan setelah diketahui mengalami kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik

    merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu pada triwulan pertama dari

    kehamilan.

    Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisamenjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka

    suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang sangat

    hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik maka

    kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang ditanggungnya.

    60% pasien pasca kehamilan ektopik akan mengalami kehamilan berikutnya dengan

    resiko berulangnya kejadian sebesar 10%. (pada wanita normal 1%).

    B. SARAN

    Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita

    yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan

    ektopik. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom akan

    mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan

    melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat

    menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan

    jaringan parut pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan

    ektopik. Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita

    dapat mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan

    tatalaksana secepat mungkin. Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    14/15

    sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk

    mencegah komplikasi kehamilan ektopik.

  • 7/29/2019 refrat obsgynnnnnnn

    15/15

    DAFTAR PUSTAKA

    Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. 2005. Kehamilan Ektopik. Dalam: Obstetri

    William. Edisi XVIII. Jakarta: EGC.

    Moechtar R. 1998. Kelainan Letak Kehamilan (Kehamialan Ektopik). Dalam: Sinopsis

    Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis. Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran

    EGC

    Rachimhadhi T. 2005. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi I.

    Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

    Wibowo B. 2007. Kehamilan Ektopik. Dalam :Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta:

    Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

    Winkjosastro, Hanifa.Ilmu Kandungan.(2007).Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo.Halaman 250-60

    BrJ Obstet Gynecol 110:756, 2003 Barnhaart KT, Katz I,Hummel A et al: Presumed

    diagnosis of ectopic pregnancy. Obstet Gynecol 100:505, 2002

    Birkahn RH, Gaieta TJ, Van Deusen SK, et al: The ability of traditional vital signs and

    shock index to identify ruptured ectopic pregnancy. Am J Obstet Gynecol 1891293, 2003

    Cunningham FG et al : Ectopic pregnancy in Williams Obstetrics , 22nd ed, McGraw-Hill,

    2005 DeCherney AH.

    McGraw Hill Companies, 2003 Lippscomb GH,Meyer NL,Flynn DE et al: Oral

    methrotexate for treatment of ectopic pregnancy Am J Obstet Gynecol 186; 1192, 2002