Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida
description
Transcript of Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida
![Page 1: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/1.jpg)
REFRAT ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
KEDARURATAN ORTOPEDI: TATALAKSANA AWAL
Periode : 11 – 16 November2013
Oleh :
Anita Rachman G 99131016
Muvida G 99122080
Pembimbing
dr. Iwan B. Anwar, Sp.OT (K)
KEPANITERAAN KLINIK ORTOPEDI DAN TRAUMATOLOGI
SMF BEDAH FK UNS / RS DR. MOEWARDI / RSO PROF. DR. SOEHARSO
SURAKARTA
2013
![Page 2: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/2.jpg)
LEMBAR PENGESAHAN
Refrat Ortopedi dan Traumatologi dengan judul
Kedaruratan Ortopedi: Tatalaksana Awal
Untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ortopedi dan Traumatologi
Periode 11 - 16 November 2013
Oleh:
Anita Rachman G 99131016
Muvida G 99122080
Telah disetujui dan disahkan pada
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
dr. Iwan B. Anwar, Sp.OT (K)
![Page 3: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/3.jpg)
FRAKTUR TERBUKA
1. Definisi
Fraktur terbuka adalah gambaran fraktur dengan fragmen tulang yang patah
menembus jaringan lunak di sekitarnya hingga sampai kulit dan menyebabkan
adanya hubungan dengan udara luar (Simon et al., 2001).
Gambar 1. Fraktur Terbuka
2. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur terbuka menurut Gustillo-Anderson adalah (Schaller,
2012):
Tipe I Tipe II Tipe III
Ukuran luka < 1 cm 1- 10 cm > 10 cm
Soft tissue Kerusakan soft tissue yang minimal
Tidak ada kerusakan yang luas, flap atau avulsi.
Kerusakan soft tissue yang luas meliputi otot, kulit dan sering struktur neurovaskular
Kerusakan jaringan (crush)
Tidak ada tanda-tanda kerusakan jaringan
Ringan sampai menengah
Luas
Fraktur Biasanya simpel, transversal atau oblik pendek dengan fragmen tulang kominutif yang sedikit
Fragmen fraktur kominutif tingkat menengah
Berat dan tidak stabil fragmennya
Kontaminasi Sedikit Menengah Tinggi
![Page 4: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/4.jpg)
Tipe III-A Tipe III-B Tipe III-C
Soft tissue Laserasi soft tissue yang luas, luka dapat ditutup kembali tanpa flap. Fraktur segmental atau kominutif berat.
Trauma soft tissue yang luas dengan patahan periostal dan penampakan tulang setelah dilakukan debridemen. Membutuhkan flap dari jaringan lokal atau jaringan bebas untuk penutupan.
Sama dengan tipe III-B
Trauma vaskular
Tidak signifikan Tidak signifikan Trauma vaskular yang membutuhkan perbaikan dalam menyelamatkan ekstremitas yang terkena
Risiko infeksi:
Grade I : 0-12%
Grade II : 2-12%
Grade III : 9-55% (Gustilo & Anderson, 1976)
3. Komplikasi
Perdarahan
Jika tidak ditangani dalam waktu 6 jam (golden period) akan menimbulkan
osteomyelitis. Karena pada 6 jam pertama investasi kuman masih melekat
secara fisik sehingga dapat dibersihkan dengan pencucian saja, sedangkan di
atas golden period kuman akan melekat secara kimiawi dan sulit dibersihkan
dengan pencucian saja (Ashford et al., 2004).
4. Penanganan di IGD
Memastikan airway clear, tidak ada masalah di breathing dan circulation
Hilangkan kontaminan yang bisa diambil
![Page 5: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/5.jpg)
Luka ditutup kain bersih, fragmen jangan dimasukkan, bidai
X foto
Antibiotik: grade I dan II menggunakan cephalosporin generasi I misal
Cefazolin 1 gram IM. Grade III menggunakan cephalosporin generasi I + II,
misal Cefazolin dan Cefoxitin.
Analgetik, misal Ketorolac 60 mg IM.
Anti Tetanus Serum 1500 IU atau Tetagam 250 IU.
Debridement dalam golden periode (6 jam) (Yang & Eisler, 2003).
5. Proses Penyembuhan Fraktur
A. Fase Inflamasi
Awalnya setelah terjadi fraktur, terbentuk hematom pada daerah ujung
fraktur dan dengan cepat membentuk clot. Kerusakan pembuluh darah tulang
menghilangkan osteosit pada daerah fraktur sehingga jaringan tersebut mati.
Dengan jaringan nekrotik ini, terjadi respon inflamasi, diikuti vasodilatasi,
edema, dan pelepasan mediator inflamasi. Leukosit PMN, makrofag, dan
osteoklas bermigrasi ke daerah ini untuk meresorbsi jaringan nekrotik.
B. Fase Reparasi
Fase reparasi dimulai dengan migrasi sel mesenkim dari periosteum. Sel
ini berfungsi untuk membentuk sel awal tulang. Osteoblas dari permukaan
endosteal juga membentuk tulang. Jaringan granulasi menginvasi dari sekeliling
pembuluh darah dan menggantikan hematom. Penyembuhan paling banyak
terjadi di sekitar anyaman kapiler yang menginvasi daerah fraktur.
Penyembuhan dengan pembentukan tulang baru muncul paling awal di daerah
subperiostal; pembentukan kartilago paling banyak terbentuk di area lain.
Osteoblas bertanggung jawab terhadap pembentukan kolagen, yang diikuti
dengan deposisi mineral dari kristal kalsium hidroksiapatit. Kalus terbentuk,
yang merupakan tanda klinis pertama union.
C. Fase Remodeling
![Page 6: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/6.jpg)
Selama fase remodeling, fraktur yang mengalami penyembuhan mulai
mendapat kekuatan. Dengan berlanjutnya proses penyembuhan, tulang
membentuk trabekula. Aktivitas osteoklas pertama kali terlihat pada resorbsi
pembentukan trabekula. Tulang baru kemudian terbentuk dan berhubungan
pada garis terbentukanya fraktur (Simon et al., 2001).
DISLOKASI DAN FRAKTUR DISLOKASI
1. Definisi
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya.
Cartilage mendapat nutrisi dari cairan sinovial yang berasal dari darah yang
sudah tersaring erythrositnya
Terjadi diffuse masuk ke joint space bila terjadi mekanisme gerak sendi
Saat dislokasi nutrisi terhenti
Cartilage yg mati sulit regenerasi
2. Manifestasi Klinis
Pembengkakan dan memar
Sendi tak dapat bergerak normal atau kelemahan
Nyeri
Panjang extremitas tak sama
Unstable joint (AAOS, 2007).
3. Pemeriksaan Penunjang
Foto polos regio yang diduga mengalami dislokasi
![Page 7: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/7.jpg)
Gambar 2. Fraktur Dislokasi
4. Penanganan di IGD
* Harus segera dilakukan reposisi & stabilisasi selama 2-3 minggu
* Immobilisasi 10-14 hari
* Terapi fraktur dislokasi:
A. Reposisi dengan general anestesi
-tertutup
- terbuka
B. Immobilisasi
- fixasi dalam
- fixasi luar
- gips circuler
C. Rehabilitasi
5. Komplikasi
Dapat terjadi osteoarthritis karena kerusakan rawan sendi
UNSTABLE PELVIS
1. Definisi
![Page 8: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/8.jpg)
Fraktur pelvis bisa bersifat unstable apabila cincin pelvis mengalai
kerusakan pada dua tempat atau lebih, biasanya terjadi karena hig energy injury.
Pada daerah pelvis terdapat plexus-plexus vena, jika ada trauma seringkali
menyebabkan pecahnya pembuluh darah ini, dan perdarahan baru berhenti jika
cavum pelvis terisi penuh dengan darah. Pada unstable pelvis, perdarahan tidak
berhenti karena pelvis tidak terfiksasi sempurna.
2. Manifestasi Klinis
Nyeri panggul
Bengkak pada perut bagian bawah, perineum
Hematom di daerah pelvis
3. Penanganan di IGD
Segera dilakukan “orthopaedic referral”
Splint pelvis
Proteksi “clot formation”
Pertolongan pertama :
• Belt atau sheet
• Internal rotasi tungkai bawah
• Traksi tungkai bawah
• Perdarahan pada trauma pelvis merupakan keadaan yang dapat mengancam
jiwa
• Pada fase resusitasi, kontrol perdarahan merupakan tindakan yang diperlukan
sekali, mengganti volume yang hilang harus segera dilakukan secara adekuat.
• Stabilisasi sementara pada pelvis yang tidak stabil merupakan bagian integral
dari resusitasi
SEPTIC ARTHRITIS
1. Definisi
![Page 9: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/9.jpg)
Septik arthritis adalah suatu penyakit radang sendi yang disebabkan oleh
bakteri atau jamur. Infeksi primer disebabkan oleh inokulasi langsung akibat
trauma termasuk pembedahan. Infeksi sekunder akibat penyebaran secara
hematogen atau perluasan dari osteomyelitis. Septik arthritis memiliki
karakteristik hanya melibatkan satu bagian sendi (Doherty, 2003).
2. Manifestasi Klinis
a. Nyeri sekitar sendi
b. Hambatan gerak
c. Tanda-tanda sistemik
• Demam
• Menggigil
• Malaise
d. Sendi
• Bengkak
• Hidrops
• Panas
• Nyeri tekan
e. Aspirasi
• Cairan keruh
• Nanah dengan bakteri (De
Jong, et al., 2005)
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan cairan sendi merupakan pemeriksaan yang rumit. Ketika
gejala klinis telah tampak, maka pada cairan sendi akan tampak keruh atau
purulen. Hitung sel darah putih sering lebih dari 50.000/μL, dengan lebih dari
90% merupakan sel PMN, glukosa menurun sampai 50 mg/dl. Pada
pemeriksaan darah akan didapatkan laju endap darah meningkat (Doherty,
2003).
B. Pemeriksaan Radiologi
Banyak teknik pemeriksaan radiologi yang tersedia untuk membantu
mendeteksi adanya infeksi sendi, dan walaupun dapat membantu dalam
kecurigaan terhadap septik arthritis, tetapi pemeriksaan ini bukanlah diagnosa
pasti (gold standart) (Canale et al., 2008).
4. Penanganan di IGD
Antibiotik harus diberikan untuk mengurangi efek sistemik dari sepsis
![Page 10: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/10.jpg)
Analgetik dan antipiretik
Sendi harus diistirahatkan dalam posisi stabil (imobilisasi back slab)
SINDROM KOMPARTEMEN
1. Definisi
Peningkatan tekanan interstisial dalam ruang osteofasial yang tertutup,
yang dapat mengancam sirkulasi ke otot dan saraf pada ruang kompartemen
tersebut (Frederick, 2003).
2. Penyebab
A. Dari dalam
- Kerusakan arteri perdarahan dalam kompartemen
- Trauma jaringan (fraktur)
- Luka bakar
- Gigitan ular
B. Dari luar
- Circular cast yang menekan
- Bebat terlalu kuat (Frederick, 2003).
3. Manifestasi Klinis
Akibat trauma pada sel (mekanis atau termis) terjadi kerusakan sistem Na
pump sehingga Na & Cl masuk sel bersama air dan terjadi edema sel. Edema
dalam osteofascial compartment akan mengganggu aliran darah & oksigenasi sel.
Ketika tekanan intrakompartemen meningkat, perfusi darah ke jaringan akan
berkurang dan otot di dalam kompartemen akan menjadi iskemik. Hipoksia
menyebabkan muncul gejala (Ronald & Max, 2002):
1. Pain (nyeri): nyeri pada jari tangan atau jari kaki pada saat peregangan pasif
pada otot-otot yang terkena, ketika ada trauma langsung.
2. Pallor (pucat): kulit terasa dingin jika dipalpasi, warna kulit biasanya pucat.
![Page 11: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Pulselessness (berkurang atau hilangnya denyut nadi): akibat gangguan
perfusi arterial.
4. Paraesthesia: gejala rasa panas dan gatal pada daerah lesi.
5. Paralisis: biasanya diawali dengan ketidakmampuan untuk menggerakkan
sendi, merupakan tanda yang lambat diketahui.
4. Penanganan di IGD
- Diletakkan setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian kompartemen
yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan aliran darah dan
akan memperberat iskemia.
- Pada kasus penurunan volume kompartemen, gips harus dibuka dan pembalut
konstriksi dilepas.
- Mengoreksi hipoperfusi dengan cara kristaloid dan produk darah.
- Pemberian mannitol, vasodilator atau obat golongan penghambat simpatetik
(Stephen, 2007).
OSTEOMYELITIS AKUT
1. Definisi
Infeksi tulang atau sumsum tulang biasanya disebabkan oleh bakteri
piogenik atau miko bakteri, yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul, biasanya terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi di dalam darah. Osteomyelitis ditandai dengan adanya peradangan
sumsum tulang dan tulang yang berdekatan dan sering dikaitkan dengan
hancurnya kortikal dan trabekular tulang (Wu et al., 2007).
2. Manifestasi Klinis
Diagnosis osteomyelitis akut dapat ditegakkan berdasarkan beberapa
penemuan klinik yang spesifik:
A. Nyeri tulang hebat
B. Anak kecil: panas tinggi , rewel, dehidrasi, kelihatan kesakitan
C. Adanya materi purulen/pus pada aspirasi tulang yang terinfeksi
![Page 12: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/12.jpg)
D. Angka leukosit tinggi
E. Kultur bakteri dari tulang atau darah menunjukkan hasil positif
F. Ditemukannya tanda-tanda klasik lokal berupa nyeri tekan pada tulang,
dengan jaringan lunak yang eritem atau edema
G. Pemeriksaan radiologis menunjukkan hasil yang positif, berupa gambaran
udem pada jaringan lunak di atas tulang setelah 3-5 hari terinfeksi (Carek et
al., 2001).
3. Penanganan di IGD
Rehidrasi
Antibiotik harus diberikan minimal 4 minggu (idealnya 6 minggu) untuk
mencapai tingkat kesembuhan yang memadai.
kultur, Gram staining
Analgetik antipiretik
Edukasi minum obat teratur, cara membersihkan luka, dan anjuran segera ke
pelayanan kesehatan jika nyeri bertambah berat atau luka bertambah luas
(Carek et al., 2001).
AMPUTASI TRAUMATIK
1. Definisi
Terpotongnya atau terpisahnya sebagian atau seluruh komponen jaringan
tubuh (jari, tangan, kaki) yang biasanya diakibatkan oleh trauma.
2. Penanganan di IGD
- ABC, pertahankan ABC dalam kondisi baik
- Kontrol perdarahan yang terjadi dengan cara pembebatan pada amputee (bagian
tubuh yang tersisa saat amputasi). Vaskular harus teranastomose sebelum 6
jam, kalau lebih timbul toxin yang akan selalu menggagalkan reanastomose.
![Page 13: Refrat Kedaruratan Ortopedi_Anita & Muvida](https://reader034.fdokumen.com/reader034/viewer/2022042615/563dba6e550346aa9aa5932d/html5/thumbnails/13.jpg)
- Bersihkan amputat dengan NaCl (mengalir) setelah itu dikeringkan dengan
lembut dan masukkan ke dalam plastik kering yang ditutup rapat
- Masukkan plastik klip berisi amputat ke dalam termos berisi es
- Jangan pernah memasukkan langsung potongan ke dalam es karena merusak
jaringan dan edema (hipotonis).
DAFTAR PUSTAKA
AAOS. 2007. Dislocated shoulder. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00035. Diunduh November 2013
Ashford RU, Frasquet-Garcia A, Patel KK, Campbell P. 2004. Delays in open fracture management: Where do they occur? Injury; 35(11): 1107-9
Canale, Terry S, Beaty JH. 2008. Infection arthritis, In: Campbell;s Operative Orthopaedics Volume One 11th Edition. Philadelphia: Mosby Elsevier; pp 723-728
Carek PJ, Dickerson LM, Sack JL. 2001. Diagnosis and management of osteomyelitis. American academy of familynphysicians
Doherty GM. 2003. Septic arthritis, In: Current surgical diagnosis and treatment 12th Edition. New York: McGraw-Hill; pp: 1199-200
Frederick A. 2003. Compartment syndrome in Campbell’s operative orthopaedics. Ed10th. Vol 3. USA, Mosby
Gustilo RB, Anderson JT. 1976. Prevention of infection in the treatment of one thousand and twenty-five open fractures of long bones: retrospective and prospective. JBJS; 58-A(4): 453-8
Ronald M, Max E. 2002. Compartment syndrome in Practical fracture treatment. New York, Churchill Livingstone; p: 99
Schaller TM. 2012. Open fractures. http:/emedicine.medscape.com/article/1269242-overview. Diunduh pada November 2013
Simon RR, Sherman SC, Koenigsknecht SJ. 2001. Emergency orthopedics the extremities. 4th ed. New York, McGraw-Hill
Stephen W. 2007. Compartment syndrome, lower extremity. http://www.emedicine.com. Diunduh November 2013
Wu JS, Gorbachova T, Morison WB, Hains AH. 2007. Imaging-guided bone biopsy for osteomyelitis: Are there factors associated with positive or negative cultures. AJR; 188: 1529-34
Yang EC, Eisler J. 2003. Treatment of isolated type I open fractures: Is emergent operative debridement necessary? Clinical Orthopaedics & Related Research; 1(410) 289-294.