Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

42
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visum et Repertum (VeR) merupakan salah satu bantuan yang sering diminta oleh pihak penyidik (polisi) kepada dokter menyangkut perlukaan pada tubuh manusia. Visum et Repertum (VeR) merupakan alat bukti dalam proses peradilan yang tidak hanya memenuhi standar penulisan rekam medis, tetapi juga harus memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem peradilan 1 . Data di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa jumlah kasus perlukaan dan keracunan yang memerlukan VeR pada unit gawat darurat mencapai 50-70% 2 . Dibandingkan dengan kasus pembunuhan dan perkosaan, kasus penganiayaan yang mengakibatkan luka merupakan jenis yang paling sering terjadi, dan oleh karenanya 1

description

ahmad harissul ibad

Transcript of Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

Page 1: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Visum et Repertum (VeR) merupakan salah satu bantuan yang sering

diminta oleh pihak penyidik (polisi) kepada dokter menyangkut perlukaan pada

tubuh manusia. Visum et Repertum (VeR) merupakan alat bukti dalam proses

peradilan yang tidak hanya memenuhi standar penulisan rekam medis, tetapi juga

harus memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem peradilan1.

Data di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa jumlah kasus perlukaan

dan keracunan yang memerlukan VeR pada unit gawat darurat mencapai 50-

70%2. Dibandingkan dengan kasus pembunuhan dan perkosaan, kasus

penganiayaan yang mengakibatkan luka merupakan jenis yang paling sering

terjadi, dan oleh karenanya penyidik perlu meminta VeR kepada dokter sebagai

alat bukti di depan pengadilan1,3.

Salah satu yang harus diungkapkan dalam kesimpulan sebuah VeR

perlukaan adalah derajat luka atau kualifikasi luka4. Dari aspek hukum, VeR

dikatakan baik apabila substansi yang terdapat dalam VeR tersebut dapat

memenuhi delik rumusan dalam KUHP. Penentuan derajat luka sangat

tergantung pada latar belakang individual dokter seperti pengalaman,

keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan

sebagainya1. Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi

fisik, psikis, sosial dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka

1

Page 2: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

pendek, ataupun jangka panjang. Dampak perlukaan tersebut memegang peranan

penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi pidana yang harus

dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan5.

Untuk itu, pengetahuan dan penentuan Kualifikasi Luka oleh dokter

sangatlah penting bagi pihak berwajib untuk menentukan berat ringannya,

hukuman terdapat tersangka. Karena itu, dalam referat ini, kami akan membahas

tentang “Kualifikasi Luka Dalam Visum Et Repertum”

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja Kualifikasi Luka dalam Visum et Reepertum ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui kualifikasi luka dalam Visum Et Repertum

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Apa yang dimaksud dengan Visum Et Repertum

2. Mengetahui jenis luka dalam Visum Et Repertum

3. Mengetahui derajat luka dalan Visum Et Repertum

2

Page 3: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Visum et Repertum

Visum Et repertum adalah surat keterangan yang memuat kesimpulan

pemeriksaan yang telah dilakukannya, misalnya atas mayat seorang untuk

menentukan sebab kematian dan lain sebagainya, keterangan mana yang

diperlukan hakim dalam suatu perkara. Suatu keterangan dokter tentang apa yang

dilihat dan apa yang diketemukan dalam melakukan pemeriksaan terhadap

seseorang yang luka atau meninggal dunia (mayat) yang diakibatkan oleh

kejahatan9.

Bagian-bagian Visum Et Repertum :

1. Pro Justisia

Kata ini dicantumkan disudut kiri atas dan dengan demikian, VeR tidak

perlu bermaterai.

2. Pendahuluan

Bagian ini memuat antara lain:

a. Identitas pemohon Visum et Repertum

b. Identitas dokter yang memeriksa/ membuat Visum et Repertum

c. Tempat dilakukannya pemeriksaan

d. Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan

e. Identitas korban

3

Page 4: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

f. Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana

korban dirawat, dan waktu korban meninggal.

g. Keterangan mengenai orang yang menyerahkan atau mengantar

korban pada dokter dan waktu saat korban diterima di Rumah sakit.

3. Pemberitaan

Yang dimaksud dalam bagian ini:

a. Identitas korban menurut pemeriksaan dokter berupa umur, jenis

kelamin, tinggi dan berat badan, serta keadaan umumnya.

b. Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban

c. Tindakan-tindakan atau operasi yang telah dilakukan.

d. Hasil pemeriksaan tambahan atau hasil konsultasi dokter lain

4. Kesimpulan

Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa,

mengenai hasil pemeriksaan sesuai dengan pengetahuannya yang sebaik-

baiknya.

5. Penutup

Memuat kata “Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan

mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan”. Diakhiri dengan

tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.

2.2 Definisi Luka

Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya

suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor tersebut seperti

4

Page 5: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

Bentuk dari luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan

tertutup. Salah satu contoh luka terbuka adalah insisi dimana terdapat robekan

linier pada kulit dan jaringan di bawahnya. Salah satu contoh luka tertutup adalah

hematoma dimana pembuluh darah yang pecah menyebabkan berkumpulnya

darah di bawah kulit6.

2.3 Kualifikasi Luka

2.3.1 Kualifikasi Luka menurut KUHP

Kualifikasi Luka dapat berdasarkan :

a. Luka derajat pertama (luka golongan C) pada KUHP Pasal 352

Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan

untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian

(sebagai penganiayaan ringan).

b. Luka derajat kedua (Luka golongan B), pada KUHP Pasal 352 ayat

1

Penganiayaan yang menimbulkan penyakit atau halangan untuk

menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian.

c. Luka derajat ketiga (Luka golongan A) pada KUHP Pasal 352 ayat

2, 353 ayat 3, 354 ayat 1, jo pasal 90 KUHP

Luka yang menyebabkan rintangan/halangan menjalankan jabatan,

pekerjaan, atau pencarian (penganiayaan yang menimbulkan luka

berat).

5

Page 6: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

Kata ‘Penganiayaan’ merupakan istilah hukum dan tidak dikenal

dalam istilah kedokteran. Dan karena penganiayaan biasanya

menimbulkan luka, maka dalam kesimpulan visum et repertum kata

penganiayaan diganti dengan kata ‘LUKA’. Dengan demikian

kualifikasi luka menjadi :

a. Luka yang tergolong luka yang tidak menimbulkan penyakit atau

halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.

b. Luka yang tergolong luka yang menimbulkan penyakit atau

halangan untuk menjalankan pekerjaan atau pencaharian.

c. Luka yang tergolong luka berat.

Menurut KUHP Pasal 90, maka ‘luka berat’ berarti :

1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan

sembuh sama sekali atau yang menimbulkan bahaya maut.

2. Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas

jabatan atau pekerjaan pencaharian.

3. Kehilangan salah satu panca indera

4. Mendapat cacat berat.

5. Menderita sakit lumpuh

6. Terganggu daya pikir selama 4 minggu lebih

7. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

6

Page 7: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

Kualifikasi luka harus diselesaikan dengan salah satu dari tiga

jenis tindak pidana yang telah disebutkan, yaitu :

1. Penganiayaan ringan (Pasal 352)

2. Penganiayaan sedang (Pasal 351)

3. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat (Pasal 90)

2.3.1.1 Luka Ringan

Penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan

pekerjaan atau jabatan.

Pasal 352

1. Lain dari hal tersebut dalam pasal 353 dan 354

penganiayaan yang tidak menyebabkan sakit atau halangan

untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan dipidana sebagai

penganiayaan ringan dengan pidana penjara selama-

lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat

ribu lima ratus rupiah. Pidana itu dapat ditambah

sepertiganya bagi orang yang melakukan kejahatan itu

terhadap orang yang bekerja padanya atau yang dibawah

perintahnya.

2. Percobaan melakukan kejahatan itu tidak dapat dipidana.

Tindak pidana ini disebut penganiayaan ringan. Yang

masuk dalam pasal ini adalah penganiayaan yang tidak

7

Page 8: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

menyebabkan sakit (walaupun menimbulkan rasa sakit dan

tidak menimbulkan halangan untuk menjalankan jabatan

atau melakukan pekerjaan sehari-hari.

Perbuatan itu misalnya menempeleng kepala,

walaupun perbuatan itu menimbulkan rasa sakit pada si

penderita, namun tidak menyebabkan ia menjadi sakit dan

dapat menjalankan jabatan serta dapat melakukan

pekerjaan sehari-hari. Sebaliknya, melukai jari kelingking

seorang pemain biola, walaupun kecil namun bila

perbuatan tersebut dapat menyebabkan si pemain biola

tidak dapat bermain orkestra, satu-satunya profesi yang

dapat ia jalankan, ini tidak dapat digolongkan

penganiayaan ringan.

2.3.1.2 Luka Sedang

Termasuk dalam kualifikasi luka ini adalah bila

korban menjadi sakit tetapi dapat sembuh dengan

sempurna dan terhalang untuk melakukan jabatan atau

pekerjaan sehari-hari tetapi tidak selamanya.

Pasal 351

1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara

paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana

denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

8

Page 9: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, yang

bersalah diancam dengan pidana penjara paling

lama lima tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana

penjara paling lama tujuh tahun.

4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak

kesehatan

5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak

dipidana.

Undang-undang tidak menjelaskan apa arti

sesungguhnya dari ‘penganiayaan’. Menurut

yurispundensi, arti penganiayaan adalah perbuatan

sengaja yang menimbulkan rasa tidak enak, rasa sakit

atau luka. Dan menurut ayat (4) pasal ini, masuk dalam

pengertian penganiayaan ialah perbuatan dengan

sengaja merusak kesehatan orang, misalnya :

Perbuatan yang menimbulkan perasaan tidak

enak misalnya mendorong orang terjun ke dalam

kubangan air sehingga basah, menyuruh orang

berlari di terik matahari dan sebagainya.

9

Page 10: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

Perbuatan yang menimbulkan rasa sakit

misalnya mencubit, memukul, menempeleng dan

sebagainya.

Perbuatan yang menimbulkan luka misalnya

mengiris, memotong, menusuk dengan benda

tajan dan sebagainya.

Perbuatan yang dapat merusak kesehatan

misalnya menyiram seseorang dengan air aki.

Semuanya dilakukan dengan sengaja dan tidak

dengan maksud yang pantas atau perbuatan yang

melewati batas yang diizinkan. Seorang dokter yang

mencabut gigi pasiennya, tidak dapat dikatakan

menganiaya karena perbuatan dokter itu mempunyai

maksud baik yakni mengobati si sakit. Seorang bapak

yang menghajar anaknya yang nakal dengan cara

memukul pantatnya, walaupun menimbulkan rasa sakit

terhadap si anak, tidak dapat dikatakan sebagai

menganiaya karena perbuatan tersebut bermaksud

mencegah agar anaknya tidak nakal lagi. Walaupun

demikian, apabila perbuatan tadi dilakukan dengan cara

yang melebihi batas yang diizinkan misalnya dokter gigi

yang mencabut gigi pasien tanpa menggunakan obat

10

Page 11: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

pemati rasa maka akan dianggap sebagai sebuah

penganiayaan.

2.3.1.3 Luka Berat

Menurut pasal 90 KUHP yang dimaksud luka berat

adalah penyakit ataupun luka yang tidak dapat

diharapkan akan sembuh sama sekali atau mendatangkan

bahaya maut. Dengan sembuh diartikan fungsi alat tubuh

kembali 100%. Misalnya lengan patah. Meskipun pada

kulit didapatkan parut dan anatomis tidak seperti semula

tetapi agak bengkok, fungsi kembali 100% lengan

dianggap sembuh. Bahaya maut haruslah ditinjau dari

keadaan korban pada waktu diperiksa untuk pertama kali

dan keadaan pada waktu perawatan pasca operasi.

2.3.2 Kualifikasi Luka Pada Kecelakaan Lalu lintas

Menurut Undang-undang RI nomor 22 tahun 2009 tentang

lalulintas dan angkutan jalan, kecelakaan lalulintas dapat

digolongkan menjadi :

1. Kecelakaan lalulintas ringan yaitu kecelakaan yang

mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau barang (Pasal

229 ayat (2)). Dan dalam penjelasan ayat ini disebutkan luka

ringan adalah luka yang mengakibatkan korban sakit dan tidak

11

Page 12: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

memerlukan perawatan inap di rumah sakit atau selain yang

dikualifikasikan dalam luka berat.

2. Kecelakaan lalulintas sedang yaitu kecelakaan yang

mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau

barang (Pasal 229 ayat 4).

3. Kecelakaan lalulintas berat yaitu kecelakaan yang

mengakibatkan korban meninggal dunia atau luka berat (Pasal

229 ayat 4). Sedang dalam penjelasan ayat ini menyebutkan

bahwa luka berat adalah luka yang mengakibatkan korban salah

satu dibawah ini:

a. Jatuh sakit dan tidak ada harapan sembuh sama sekali

atau menimbulkan bahaya maut.

b. Tidak mampu meneruskan untuk menjalankan tugas

jabatan atau pekerjaan

c. Kehilangan salah satu panca

d. indera.

e. Menderita cacat berat/lumpuh.

f. Terganggunya daya pikir selama (empat) minggu lebih

g. Gugur/ matinya kandungan seorang perempuan.

h. Luka yang membutuhkan perawatan di rumah sakit

lebih dari tiga puluh hari (30) lebih.

12

Page 13: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

2.3.3 Kualifikasi Luka Pada Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Definisi Kekerasan Dalam Rumah Tangga berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004 adalah setiap

perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman

untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

a. Kekerasan fisik

Adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit,

atau luka berat. (Pasal 6)

b. Kekerasan psikis

Adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya

rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa

tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

(Pasal 7)

c. Kekerasan seksual :

1) Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap

orang yang menetap dalam rumah tangga tersebut;

2) Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang

dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain

untuk tujuan komersil dan/atau tujuan tertentu. (Pasal 8)

13

Page 14: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

2.3.3.1 Ketentuan Pidana

a. Ketentuan Pidana Kekerasan fisik Terhadap Rumah

Tangga Berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 2004

pasal 44:

1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan

fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas

juta rupiah).

2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh

sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda

paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta

rupiah).

3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) mengakibatkan matinya korban, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)

tahun atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00

(empat puluh lima juta rupiah).

4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada

14

Page 15: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau

sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau

halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau

mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

(empat) bulan atau denda paling banyak Rp

5.000.000,00 (lima juta rupiah).

b. Ketentuan Pidana Kekerasan psikis Terhadap Rumah

Tangga Berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 2004

Pasal 45:

1. Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan

psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana

dimaksud pada Pasal 5 huruf b dipidana dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau

denda paling banyak Rp 9.000.000,00 (sembilan

juta rupiah).

2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau

sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau

halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau

mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari,

15

Page 16: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4

(empat) bulan atau denda paling banyak Rp

3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

c. Ketentuan Pidana Kekerasan seksual Terhadap Rumah

Tangga Berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 2004

Pasal 46 :

Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan

seksual sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 huruf a

dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua

betas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).

Pasal 47 :

Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam

rumah tangganya melakukan hubungan seksual

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan

pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau

denda paling sedikit Rp 12.000.000,00 (dua betas juta

rupiah) atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

16

Page 17: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

Pasal 48

Dalam hat perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

46 dan Pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka

yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,

mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-

kurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1

(satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin

dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak

berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara

paling lama 20 (dua puluh) tahun atau denda paling

sedikit Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah)

dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah).

d. Ketentuan Aduan Undang-undang

Pasal 51

Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 44 ayat (4) merupakan delik aduan.

Pasal 52

17

Page 18: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 45 ayat (2) merupakan delik aduan.

Pasal 53

Tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 46 yang dilakukan oleh suami terhadap isteri

atau sebaliknya merupakan delik aduan.

e. Hak-Hak Korban diatur dalam Undang-Undang No. 23

tahun 2004 Bab IV Pasal 10 Korban berhak

mendapatkan:

1) Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian,

kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial,

atau pihak Iainnya, baik sementara maupun

berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari

pengadilan;

2) Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan

medis;

3) Penanganan secara khusus berkaitan dengan

kerahasiaan korban;

4) Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan

hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan

18

Page 19: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; dan

5) Pelayanan bimbingan rohani.

f. Perlindungan Terhadap Korban diatur dalam Undang-

Undang No. 23 tahun 2004 Bab VI Pasal 16 :

1) Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat)

jam terhitung sejak mengetahui atau menerima

laporan kekerasan dalam rumah tangga, kepolisian

wajib segera memberikan perlindungan sementara

pada korban.

2) Perlindungan sementara sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diberikan paling lama 7 (tujuh) hari

sejak korban diterima atau ditangani.

3) Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat)

jam terhitung sejak pemberian perlindungan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepolisian

wajib meminta surat penetapan perintah

perlindungan dari pengadilan.

g. Pemulihan Terhadap Korban diatur dalam Undang-

Undang No. 23 Bab VII Pasal 39 Untuk kepentingan

pemulihan, korban dapat memperoleh pelayanan dari:

1) Tenaga kesehatan;

19

Page 20: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

2) Pekerja sosial;

3) Relawan pendamping; dan/atau

4) Pembimbing rohani.

h. Ketentuan Pidana Berdasarkan KUHP

Kualifikasi luka dibahas dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana yaitu bab XX pasal 351 dan 352 serta bab IX

pasal 90:

Pasal 351

1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling

lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak

tiga ratus rupiah

2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang

bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima

tahun

3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara

paling lama tujuh tahun

4) Dengan penganiayaan disamakan dengan sengaja

merusak kesehatan

5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak

dipidana

Pasal 352

1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka

20

Page 21: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau

halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau

pencahariaan, diancam, sebagai penganiayaan ringan,

dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau

denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana dapat

ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan

kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau

menjadi bawahannya.

2) Percobaan untuk melakukan ini tidak dipidana

Pasal 90

Luka berat berarti :

1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi

harapan akan sembuh sama sekali, atau yang

menimbulkan bahaya maut

2) Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas

jabatan atau pekerjaan pencahariaan

3) Kehilangan salah satu panca indera

4) Mendapat cacat berat

5) Menderita sakit lumpuh

6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih

7) Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan

21

Page 22: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

2.3.4 Kualifikasi Luka Pada Anak

Menurut Undang-undang perlindungan anak no 23 tahun 2002

Pasal 80:

(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman

kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau

denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta

rupiah).

(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat,

maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus

juta rupiah).

(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah).

(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan

penganiayaan tersebut orang tuanya.

Pasal 81

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau

ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan

22

Page 23: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun

dan denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh jutarupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku

pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu

muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan

persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Pasal 82

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman

kekerasan, memaksa,melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,

atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan

perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima

belas)tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak

Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp

60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)

23

Page 24: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

BAB III

KESIMPULAN

Kualifikasi Luka menurut KUHP

A. Luka derajat pertama (luka golongan C) pada KUHP Pasal 352

B. Luka derajat kedua (Luka golongan B), pada KUHP Pasal 352 ayat 1

C. Luka derajat ketiga (Luka golongan A) pada KUHP Pasal 352 ayat 2, 353

ayat 3, 354 ayat 1, jo pasal 90 KUHP

Kualifikasi Luka Menurut UU Lalulintas

Menurut Undang-undang RI nomor 22 tahun 2009

a. Kecelakaan lalulintas ringan (Pasal 229 ayat (2)).

b. Kecelakaan lalulintas sedang (Pasal 229 ayat 4).

c. Kecelakaan lalulintas berat (Pasal 229 ayat 4).

Kualifikasi Luka Menurut KDRT

Diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004

A. Kekerasan fisik. (Pasal 6)

B. Kekerasan psikis (Pasal 7)

C. Kekerasan seksual (Pasal 8)

24

Page 25: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Herkutanto. Peningkatan kualitas pembuatan visum et repertum (VeR) kecederaan di rumah sakit melalui pelatihan dokter unit gawat darurat (UGD). JPMK. 2005;8(3):163-9.

2. Atmadja DS. Aspek medikolegal pemeriksaan korban perlukaan dan keracunan di rumah sakit. Prosiding ilmiah Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada Kasus Perlukaan dan Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Rabu 23 Juni 2004.

3. Herkutanto. Kualitas visum et repertum perlukaan di Jakarta dan faktor yang mempengaruhinya. Maj Kedokt Indon. 2004;54 (9):355-60.

4. Sampurna B, Samsu Z. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar, 2003.

25

Page 26: Refrat Forensik Dm Sidoarjo 2

5. Herkutanto, Pusponegoro AD, Sudarmo S. Aplikasi trauma-related injury severity score (TRISS) untuk penetapan derajat luka dalam konteks mediklegal. J I Bedah Indones. 2005;33(2):37-43.

6. Pusponegoro AD, 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, De Jong W, penyunting. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, h. 66-88.

7. Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga. UU RI No. 23 tahun

2004. Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia.

8. Soesilo, R. 1988. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Cetakan Ulang Kesepuluh. Poelita Bogor.

9. Idries, AM, 2009. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik Bagi Praktisi Hukum. Jakarta: Sagung Seto.

26