Refrat Anemia Defisiensi Besi
-
Upload
rinaldypuruhito -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of Refrat Anemia Defisiensi Besi
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
1/19
REFRAT
ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA ANAK
Penyusun : Rinaldy Kusumonegoro (2012-61-138)
Pembimbing : dr. Hj. Rini S, Sp.A
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD R. Syamsudin, SH, Sukabumi
Fakultas Kedokteran Atma Jaya
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
2/19
BAB I
Pendahuluan
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak
di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita. Diperkirakan 30% populasi dunia
menderita anemia defisiensi besi, kebanyakan dari jumlah tersebut ada di negara berkembang. Di
amerika serikat, 9 % anak-anak usia 12-36 bulan kekurangan besi, dan 30% dari kelompok
tersebut menderita anemia defisiensi besi. 1
Secara epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa
kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan percepatan tumbuh
masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan
susu formula dengan kadar besi kurang. Selain itu ADB juga banyak ditemukan pada masa
remaja akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan
darah akibat menstruasi pada remaja puteri. Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens
ADB. Angka kejadian anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-
45%. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%. 1
Insidensi defisiensi besi terkait dengan aspek mendasar dari metabolisme besi dan nutrisi.
Tubuh dari neonatus cukup bulan mengandung 0,5 gram besi, pada tubuh dewasa terkandung 5
gram besi. Perubahan kuantitas besi dari lahir ke dewasa berarti bahwa sekitar 0,8 mg besi harus
diabsorbsi tiap harinya selama 15 tahun kehidupan seorang anak. Sejumlah kecil besi dibutuhkan
untuk menggantikan jumlah yang hilang pada proses kerusakan sel. Sehingga perlu untuk
dilakukan absorbs kurang lebih 1 mg tiap harinya untuk menjaga jumlah positif pada usia anak.
Karena hanya kurang dari 10 % jumlah besi yang diserap setiap harinya, asupan gizi 8-10 mg
besi per hari dibutuhkan untuk menjaga jumlah besi dalam tubuh. Selama usia bayi, ketika
pertumbuhan paling pesat, kurang lebih 1 mg/L besi dari susu sapi dan ASI menyebabkan
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
3/19
sulitnya mempertahankan kadar besi dalam tubuh. Bayi yang mendapatkan ASI memiliki
keuntungan karena jumlah besi yang diserap 2-3 kali lebih efisien dibandingkan dari bayi yang
mendapat asupan susu sapi. 2
Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan sistem saraf yaitudiperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme saraf.
Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan
seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan
fisik dan kemampuan bekerja terutama pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada masa
kehamilan maka akan meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi. 2
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
4/19
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Defisiensi besi adalah berkurangnya jumlah total besi di dalam tubuh. Anemia defisiensi
besi terjadi ketika defisiensi besi yang terjadi cukup berat sehingga menyebabkan eritropoesis
terganggu dan menyebabkan terbentuknya anemia. Keadaan ini akan menyebabkan kelemahan
sehingga menjadi halangan untuk beraktivitas dan juga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan pada anak. 3
2.2 Etiologi
Kebanyakan besi pada tubuh neonatus berada dalam bentuk hemoglobin di sirkulasi
darah. Pada periode 2-3 bulan pertama kehidupan, jumlah hemoglobin yang relatif tinggi pada
tubuh bayi akan mengalami penurunan, namun sejumlah besi diresorpsi kembali. Jumlah besi
yang disimpan kembali tersebut pada umumnya cukup untuk pembentukan darah selama periode
6-9 bulan pertama kehidupan. Jumlah yang disimpan ini akan berkurang lebih dini pada bayi
dengan berat badan lahir rendah atau pada bayi yang mengalami kehilangan darah pada periode perinatal, hal ini disebabkan jumlah simpanan besi pada bayi-bayi tersebut lebih sedikit.
Penundaan klem pada korda umbilikalis dapat meningkatkan jumlah besi dan menurunkan resiko
defisiensi besi di kemudian hari. Sumber asupan besi sangat penting pada bayi-bayi ini. Pada
bayi yang lahir cukup bulan, anemia disebabkan hanya karena asupan besi yang tidak adekuat
dan terjadi biasanya pada periode 9-24 bulan pertama kehidupan dan pada umumnya jarang
terjadi setelah periode tersebut. Pola asupan gizi yang diteliti pada negara berkembang biasanya
menunjukkan kebiasaan konsumsi susu sapi (rendah besi, kehilangan darah dari colitis yang
disebabkan protein susu) pada anak yang biasanya kelebihan berat badan. Di seluruh dunia,
asupan nutrisi kurang biasanya merupakan penyebab utama dari defisiensi besi. 2
Perdarahan harus dipertimbangkan sebagai salah satu penyebab pada setiap kasus anemia
defisiensi besi, terutama pada anak yang lebih tua. Anemia defisiensi besi kronis yang terjadi
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
5/19
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
6/19
besi fero oleh enzim ferireduktase (Gambar 2.1), mungkin dimediasi oleh protein duodenal
cytochrome b-like (DCYTB). Transpor melalui membran difasilitasi oleh divalent metal
transporter (DMT 1). Setelah besi masuk dalam sitoplasma, sebagian disimpan dalam bentuk
feritin, sebagian diloloskan melalui basolateral transporter ke dalam kapiler usus. Pada proses ini
terjadi konversi dari feri ke fero oleh enzim ferooksidase (antara lain oleh hephaestin). Kemudian
besi bentuk feri diikat oleh apotransferin dalam kapiler usus. Sementara besi non-heme di lumen
usus akan berikatan dengan apotransferin membentuk kompleks transferin besi yang kemudian
akan masuk ke dalam sel mukosa dibantu oleh DMT 1. Besi non-heme akan dilepaskan dan
apotransferin akan kembali ke dalam lumen usus. 3
Gambar 2.1 Absorbsi besi di usus halus
Besar kecilnya besi yang ditahan dalam enterosit atau diloloskan ke basolateral diatur
oleh set point yang sudah diatur saat enterosit bera da pada dasar kripta (Gambar 2.2).
Kemudian pada saat pematangan, enterosit bermigrasi ke arah puncak vili dan siap menjadi sel
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
7/19
absorptif. Adapun mekanisme regulasi set-point dari absorbsi besi ada tiga yaitu, regulator
dietetik, regulator simpanan, dan regulator eritropoetik. 3
Gambar 2.2 Regulasi absorbs besi
c. .Fase Korporeal
Besi setelah diserap melewati bagian basal epitel usus, memasuki kapiler usus. Kemudian
dalam darah diikat oleh apotransferin menjadi transferin. Satu molekul transferin dapat mengikat
maksimal dua molekul besi. Besi yang terikat pada transferin (Fe2-Tf) akan berikatan dengan
reseptor transferin (transferin receptor = Tfr) yang terdapat pada permukaan sel, terutama sel
normoblas (Gambar 2.3). Kompleks Fe2-Tf-Tfr akan terlokalisir pada suatu cekungan yang
dilapisi oleh klatrin (clathrin-coated pit). Cekungan ini mengalami invaginasi sehingga
membentuk endosom. Suatu pompa proton menurunkan pH dalam endosom sehingga terjadi
pelepasan besi dengan transferin. Besi dalam endosom akan dikeluarkan ke sitoplasma dengan
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
8/19
bantuan DMT 1, sedangkan ikatan apotransferin dan reseptor transferin mengalami siklus
kembali ke permukaan sel dan dapat dipergunakan kembali. 3
Gambar 2.3 Siklus transferin
2.4 Patofisiologi
Perdarahan menahun yang menyebabkan kehilangan besi atau kebutuhan besi yang
meningkat akan dikompensasi tubuh sehingga cadangan besi makin menurun. Jika cadangan besi
menurun, keadaan ini disebut keseimbangan zat besi yang negatif, yaitu tahap deplesi besi (iron
depleted state). Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan absorbsi
besi dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila kekurangan besi
berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk
eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia
secara klinis belum terjadi. 2
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
9/19
Keadaan ini disebut sebagai iron deficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama
yang dijumpai adalah peningkatan kadar free protophorphyrin atau zinc protophorphyrin dalam
eritrosit. Saturasi transferin menurun dan kapasitas ikat besi total (total iron binding capacity =
TIBC) meningkat, serta peningkatan reseptor transferin dalam serum. Apabila penurunan jumlah
besi terus terjadi maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai
menurun. Akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositik, disebut sebagai anemia defisiensi
besi (iron deficiency anemia). 2
2.3 Manifestasi klinis
Kebanyakan anak-anak dengan defisiensi besi tidak menunjukkan gejala dan baru
terdeteksi dengan skrining laboratorium pada usia 12 bulan. Pallor merupakan gejala tersering
dan paling penting dari defisiensi besi namun biasanya belum terlihat sampai hemoglobin turunsampai 7-8 g/dL. Keadaan ini paling sering muncul pada telapak tangan, lipatan telapak tangan,
kuku jari, dan konjungtiva. Orang tua seringkali gagal untuk menyadari pallor karena prosesnya
yang lambat. Pada defisiensi besi ringan (hemoglobin 6-10 g/dL), mekanisme kompensasi
terjadi, yaitu berupa peningkatan jumlah 2,3-diphosphoglycerate (2,3-DPG) dan pergeseran
oksigen pada kurva disosiasi, mekanisme ini dapat terjadi begitu efektif sehingga gejala yang
Nampak hanya sedikit. Ketika jumlah hemoglobin turun sampai dibawah 5 g/dL, iritabilitas,
anoreksia, dan letargi akan muncul, dan murmur sistolik akan terdengar. Ketika hemoglobin
berlanjut untuk turun, takikardia dan gagal jantung high output akan terjadi. 2
Gejala khas dari anemia defisiensi besi adalah: 4
1. Koilonychias /spoon nail/ kuku sendok: kuku berubah menjadi rapuh dan bergaris-
garis vertical dan menjadi cekung sehingga mirip dengan sendok.
2. Akan terjadi atropi lidah yang menyebabkan permukaan lidah tampak licin dan
mengkilap yang disebabkan oleh menghilangnya papil lidah
3. Angular cheilitis yaitu adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan.
4. Disfagia yang disebabkan oleh kerusakan epitel hipofaring.
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
10/19
Gambar 2.4 Koilonychia
Gambar 2.5 Glosistis atrofika
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
11/19
Gambar 2.6 Angular cheilitis
Defisiensi besi memiliki efek sistemik non-hematologis. Efek yang paling
mengkhawatirkan adalah efek terhadap bayi dan remaja yaitu menurunnya fungsi intelektual,
terganggunya fungsi motorik dapat muncul lebih dahulu sebelum anemia terbentuk. Telah
banyak penelitian dilakukan mengenai hubungan antara keadaan kurang besi dan uji kognitif. di
Guatemala terhadap bayi berumur 6-24 bulan, ditemukan bahwa terdapat perbedaan skor mental
dan skor motoric antara kelompok anak dengan anemia defisiensi besi dan dengan anak normal.
Penelitian juga dilakukan terhadap anak usia 3-6 tahun di Inggris yang menunjukkan bahwa anak
dengan anemia defisiensi besi menunjukkan skor yang lebih rendah terhadap uji oddity learning
jika dibandingkan kelompok kontrol. Terdapat bukti bahwa perubahan-perubahan tersebut dapatmenetap walaupun dengan penanganan, sehingga pencegahan menjadi sangat penting. Pica,
keinginan untuk mengkonsumsi bahan-bahan yang tidak dapat dicerna, atau pagofagia, keinginan
untuk mengkonsumsi es batu merupakan gejala sistemik lain dari defisiensi besi. Pica dapat
menyebabkan pengkonsumsian bahan-bahan mengandung timah sehingga akan menyebabkan
plumbisme. 2
2.5 Pemeriksaan laboratorium
Pada defisiensi besi yang progresif akan terjadi perubahan pada nilai hematologi dan
biokimia. Hal yang pertama terjadi adalah menurunnya simpanan besi pada jaringan. Penurunan
ini akan ditunjukkan melalui menurunnya serum ferritin, sebuah protein yang mengikat besi
dalam tubuh sebagai simpanan. Kemudian jumlah serum besi akan menurun, kapasitas
pengikatan besi dari serum (serum transferrin) akan meningkat, dan saturasi transferrin akan
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
12/19
menurun di bawah normal. Seiring dengan menunrunnya simpanan, besi dan protoprofirin akan
gagal untuk membentuk heme. Free erythrocyte protoporphyrins (FEP) terakumulasi, dan
kemudian sintesis hemoglobin terganggu. Pada titik ini, defisiensi besi berlanjut menjadi anemia
defisiensi besi. Dengan jumlah hemoglobin yang berkurang pada tiap sel, sel merah menjadi
lebih kecil. Perubahan morfologi ini paling sering tampak beriringan dengan berkurangnya mean
corpuscular volume (MCV) dan mean corpuscular hemoglobin (MCH). Perubahan variasi ukuran
sel darah merah terjadi dengan digantikkannya sel normositik dengan sel mirkositik, variasi ini
ditunjukkan dari peningkatan red blood cell distribution width (RDW). Jumlah sel darah merah
juga akan berkurang. Jumlah persentase retikulosit akan meningkat sedikit atau dapat normal.
Sapuan darah akan menunjukkan sel darah merah yang hipokrom dan mikrositik dengan variasi
sel yang tetap. Bentuk sel darah elips atau seperti cerutu sering terlihat. Deteksi peningkatan
reseptor transferrin dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin retikulosit mendukut terhadap penegakkan diagnosis. 2
Jumlah sel darah putih normal, trombositosis juga sering tampak. Trombositopenia
terkadang muncul pada defisiensi besi yang sangat berat, sehingga akan menimbulkan sebuah
kerancuan dengan gangguan pada sumsum tulang. Pemeriksaan pada feses untuk melihat
perdarahan pada sistem gastrointestinal harus selalu dilakukan untuk eksklusi perdarahan sebagai
penyebab defisiensi besi. 2
Pada umumnya, hitung darah lengkap akan menunjukkan anemia mikrositer dengan
peningkatan RDW, berkurangnya RBC, WBC normal, dan jumlah platelet yang meningkat atau
normal. Pemeriksaan laboratorium lainnya, seperti penurunan ferritin, penurunan serum besi, dan
peningkatan kapasitas pengikatan besi total, biasanya belum dibutuhkan kecuali terdapat anemia
berat yang membutuhkan penegakan diagnosis cepat, terdapat komplikasi atau pada anemia yang
tidak memberikan respon terhadap terapi besi. 2
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
13/19
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
14/19
2.6 Diagnosis banding
Penyebab alternatif paling sering dari anemia mikrositer adalah thalassemia atau dan
hemoglobinopati, yaitu hemoglobin E dan C. Karakteristik talasemia yang paling sering muncul
adalah menurunnya jumlah sel darah merah namun dengan jumlah RDW normal atau meningkatsedikit. Keracunan timbal dapat menyebabkan anemia mikrositer namun lebih sering terjadi
anemia defisiensi besi menyebabkan pica yang kemudian menyebabkan keracunan timbal. 2
Pemeriksaan Anemia defisiensi
besi
Talasemia atau Anemia penyakit
kronis
Hemoglobin Turun Turun Turun
MCV Turun Turun Normal-turun
RDW Naik Normal Normal-naik
RBC Turun Normal-naik Normal-turun
Serum Ferritin Turun Normal Naik
Total Iron Binding
Capacity
Naik Normal Turun
Transferrin Saturation Turun Normal Turun
FEP Naik Normal Naik
Transferin Receptor Naik Normal NaikReticulocyte
hemoglobin
concentration
Turun Normal Normal-turun
Tabel 2.2 Perbandingan nilai laboratorium
2.7 Pencegahan
Defisiensi besi penting untuk dicegah untuk menghindari manifestasi sistemik dan
manifestasi anemia. Pemberian ASI harus digalakkan dengan penambahan makanan dengan
fortifikasi besi untuk usia 4-6 bulan. Bayi yang tidak diberikan ASI harus menerima susu
formula yang difortifikasi besi (12 mg besi per liter) untuk tahun pertama kehidupan, kemudian
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
15/19
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
16/19
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
17/19
diberikan pada kasus malabsorbsi dan ketika komplians buruk, karena terapi oral merupakan
terapi yang cepat, dan sama efektifnya, dan jauh lebih murah dan tidak toksik. Ketika
dibutuhkan, besi sukrosa parenteral dan kompleks ferric gluconate memiliki resiko yang lebih
rendah untuk reaksi serius jika dibandingkan dengan besi dextran. Sebagai tambahan dari terapi
besi, penyuluhan tentang nutrisi adalah sangat penting. Asupan susu yang terlalu banyak
terutama susu sapi harus dibatasi. Defisiensi besi pada gadis remaja sekunder dari sirkulasi darah
uterin dapat diterapi dengan besi dan terapi hormon. 2
Pada anemia ringan, pemeriksaan hitung darah dilakukan 4 minggu setelah inisiasi terapi.
Pada titik ini, hemoglobin biasanya ditingkatkan paling sedikitnya 1-2 gram/dL dan seringkali
mencapai kadar normal. Pada anemia yang lebih berat, diagnosis yang lebih awal dapat
ditegakkan dengan munculnya retikulositosis. Hemoglobin akan dinaikkan 0,1-0,4 gram/dL per
hari tergantung dari tingkat keparahan anemia tersebut. Pengobatan dengan besi harus
dilanjutkan untuk 8 minggu setelah nilai darah telah mencapai nilai normal untuk
mengembalikan simpanan besi di dalam tubuh. Pemantauan yang baik merupakan hal yang
penting untuk memastikan respon terapi. Ketika anemia memperi respon buruk terhadap terapi
besi, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, termasuk di dalamnya merupakan anemia
yang disebabkan oleh penyebab lain. Karena respon hematologis dapat dengan cepat dicapai
dengan terapi besi, transfusi darah jarang dilakukan. 2
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
18/19
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak
Indonesia yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak.
Defisiensi besi dapat terjadi karena kehilangan berlebihan besi maupun penurunan
penyerapan besi.
Pendekatan diagnosis anemia dimulai darianamnesis riwayat penyakit dalam
keluarga,penyakit terdahulu, dan pemeriksaan fisikuntuk mengarahkan pemilihan
pemeriksaanpenunjang yang tepat sesuai dengan penyakityang diperkirakan
Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita(0-5
tahun), terutama usia 0-2 tahun
-
8/11/2019 Refrat Anemia Defisiensi Besi
19/19
DAFTAR PUSTAKA
1. IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia Anemia Defisiensi Besi pada Bayi dan Anak
2. Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, Geme, JWS, Behrman RE. Nelson Textbook ofPediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011. P: 1648-1650, 1652-1653,
1653-1655, 1657-1659
3. James LH, Emmanuel CB. Iron Deficiency Anemia. Medscape
4. IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia Suplementasi Besi untuk Bayi dan Anak