Refra Psi Bagian Gama

download Refra Psi Bagian Gama

of 16

description

bgfgf

Transcript of Refra Psi Bagian Gama

BAB IIPROSES PENUAAN PADA LANJUT USIA

A. BATASAN LANJUT USIAWHO (1989) telah mencapai konsensus bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia (elderly) adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen Kesehatan RI, batasan lanjut usia adalah seseorang dengan usia 60-69 tahun. Sedangkan usia lebih dari 70 tahun dan lanjut usia berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan seperti kecacatan akibat sakit disebut lanjut usia resiko tinggi.Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah membuahkan hasil dengan meningkatnya populasi penduduk lanjut usia. Menurut Depkes RI pada tahun 2005 tentang umur harapan hidup pada perempuan 68,2 tahun dan pada laki-laki 64,3 tahun. Harapan hidup orang Indonesia pada tahun 2015 sampai 2020 mencapai 70 tahun atau lebih. Jumlah penduduk lanjut usia mencapai 24 juta jiwa bahkan lebih atau sekitar 9,77% dari total penduduk. Diperkirakan pada akhir tahun 2030, populasi penduduk lanjut usia keseluruhan mencapai jumlah 70 juta dan pada tahun 2050 mencapai 82 juta.

B. PROSES PENUAANMenua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati et al., 2007). Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian dunia medis terhadap proses penuaan dan permasalahan yang timbul pada orang usia lanjut meningkat. Banyak penelitian dilakukan untuk lebih memahami proses penuaan baik dari segi fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Para peneliti menyadari pentingnya membedakan proses penuaan yang fisiologis dan penuaan yang bersifat patologis. Efek proses penuaan yang fisiologis penting untuk dipahami sebagai dasar respons terhadap pengobatan atau terapi serta komplikasi yang timbul.Variabel-variabel fisiologis seperti kardiovaskuler, sistem imun, endokrin, ginjal, dan paru, menunjukan penurunan fungsi dan perubahan seiring dengan meningkatnya usia. Namun, perubahan pada salah satu organ akibat usia tidak menjadikannya sebagai prediktor atau tolak ukur bahwa akan terjadi perubahan-perubahan pada organ yang lainnya. Sebagai contoh, seseorang yang tampak sehat pada usianya yang ke-60 ternyata ditemukan curah jantungnya menurun. Hasil pemeriksaan tersebut tidak bernilai dalam memprediksikan kapan ginjal, kelenjar tiroid, sistem saraf simpatis, atau organ lain orang tersebut mengalami perubahan.Perubahan fisiologis dengan tidak disertainya suatu penyakit yang terjadi pada individu yang lebih tua merupakan hal yang tidak berbahaya dan bukan merupakan suatu faktor risiko yang signifikan. Perubahan fisiologis pada usia normal yang tidak disertai dengan penyakit sangat bervariasi. Akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik seperti gaya hidup, diet, aktivitas, nutrisi, paparan lingkungan, dan komposisi tubuh memegang peran yang penting. Perjalanan dari perubahan fisiologis atau psikologis dengan bertambahnya usia pada masing-masing individu dipengaruhi proses penuaan intrinsik dan bermacam faktor ekstrinsik, contohnya genetik, pengaruh lingkungan, gaya hidup, diet, faktor psikososial. Ada perubahan yang terjadi seiring dengan peningkatan usia yang tampak menyerupai gejala klinis namun sesungguhnya berbeda, hal ini menyebabkan sulitnya mendiagnosis secara tepat pada orang usia lanjut (Kaplan et al., 2010 dan Busse et al., 1997).Proses penuaan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses normal yang harus dimengerti dengan jelas untuk mendiagnosis secara tepat kemudian memberikan penatalaksanaan yang tepat sehingga beban yang dirasakan akibat penyakit dapat berkurang. Namun, perubahan fungsi beberapa organ patut diperhitungkan dalam pemberian terapi farmasi agar tepat sasaran dan tidak membahayakan. Beberapa teori tentang menua yang dapat diterima saat ini, antara lain :1. Teori radikal bebas menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai komponen penting selular, termasuk protein, DNA dan lipid, dan menjadi molekul-molekul yang tidak berfungsi namun bertahan lama dan mengganggu fungsi sel lainnya. Proses menua normal merupakan akibat kerusakan jaringan oleh radikal bebas.2. Teori glikosilasi yang menyatakan bahwa proses glikosilasi nonenzimatik yang menghasilkan pertautan glukosa-protein dapat menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul lain yang ermodifikasi sehingga terjadi disfungsi pada hewan atau manusia yang menua.3. Teori DNA repair menunjukkan bahwa adanya perbedaan pola laju perbaikan kerusakan DNA yang diinduksi sinar UV pada berbagai fibroblas yang dikultur.Membicarakan fisiologi proses penuaan tidak dapat dilepaskan dari pengenalan konsep homeostenosis. Homeostenosis yang merupakan karakteristik fisiologi penuaan adalah keadaan penyempitan (berkurangnya) cadangan homeostasis yang terjadi seiring meningkatnya usia pada setia sistem organ (Setiati et al., 2007).

17

Beberapa perubahan yang terjadi pada berbagai sistem tubuh selama proses penuaan :

Gambar 1. Perubahan Sistem Tubuh Terkait dengan Proses Penuaan(Setiati et al., 2007)

C. PROSES PENUAAN YANG NORMALPertanyaan yang sering muncul dalam kaitannya dengan proses penuaan adalah Apakah proses penuaan tersebut berlangsung normal ataukah merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh penyakit? Ketentuan utama dalam mempelajari kondisi psikiatri geriatri adalah bukan hanya karena sesuatu terjadi secara umum maka hal tersebut lantas dianggap merupakan kondisi yang normal. Misalnya penyakit Alzheimer yang banyak terjadi pada hampir 50% individu usia lanjut ketika berusia 80 tahunan bukan merupakan suatu keadaan yang normal dalam kaitannya dengan proses penuaan melainkan merupakan suatu penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan. Demikian halnya dengan gangguan atau perubahan perilaku yang terjadi pada geriatri dengan gangguan Alzheimer bukan merupakan hal yang normal walaupun memang hampir 85% penderita Alzheimer mengalami gangguan berperilaku. Menurut Sakauye (2008), proses penuaan yang normal adalah suatu proses yang terdiri atas perubahan-perubahan yang terjadi secara umum, yang seringkali tidak disadari oleh individu tersebut, serta yang tidak menimbulkan disabilitas maupun gangguan fungsi peran.Perubahan-perubahan yang banyak terjadi pada usia lanjut disebutkan dalam tabel berikut, beberapa diantaranya merupakan proses perubahan yang dapat dikatakan normal sebab tidak sampai menimbulkan gangguan/ disabilitas atau tidak membutuhkan pengobatan tertentu. Meskipun demikian perubahan-perubahan tersebut tetap mengakibatkan terjadinya perubahan dalam hal toleransi obat, penurunan kemampuan absorbsi, distribusi, dan metabolisme obat, selain itu dalam kondisi lainnya juga terkadang dapat mempengaruhi haparan/ ekspektasi diri seseorang, fleksibilitasnya, serta cara berperilakunya.Aspek BiologisAspek PsikologisAspek SosialAspek Kognitif

Penurunan posturPenurunan daya kognitif dan proses pikirMenjadi kakek-nenekKemampuan meningkatkan fungsi intelektual berkurang

Penurunan massa otot hingga 80%Penurunan kemampuan mengambil risikoMerasakan kematian dari orang tua atau temanDisorientasi

Peningkatan +/- 35% dari total lemak tubuhBerusaha mempertahankan gairah seksual meskipun performa sudah menurunPensiun dari pekerjaanLambat dalam mengingat kembali memori-memorinya

Atrofi kulitRigiditasUpaya memperbanyak tabunganMengalami kesulitan dalam hal mengingat

KatarakMotivasi berubah menjadi kebutuhan akan otonomi dan keterlibatanMulai menarik diri dari aktivitas sosial

PresbiakusisEksentrik

PresbiopiaMulai kenal akan kematian

Penebalan otot venrikel jantungBerbicara lebih blak-blakan.

Penurunan kapasitas vital paru dan kekakuan rambut siliaLebih tergangtung pada lingkungan

Perubahan irama sikardianTakut untuk tinggal sendirian

Aspek BiologisAspek PsikologisAspek SosialAspek Kognitif

Atrofi sel lambungMudah cemas dan panik

Kerusakan selubung mielinAfek labil

Penurunan imunitas tubuh

Penurunan kemampuan perfusi ginjal

Menopause

Penurunan produksi hormon testosteron

Penurunan performa seksual

Tabel 1. Perubahan yang Banyak Terjadi pada Usia Lanjut (Sakauye, 2008)

Berikut merupakan tabel yang menyajikan perbandingan antara perubahan-perubahan yang normal dengan yang tidak normal dalam kaitannya dengan proses penuaan.NormalTidak normal

Berbicara lebih blak-blakanAfek labil/ mudah emosi

Mengeluhkan perihal kemampuan mengingatDisorientasi

Pikiran hipokondriasis ringanKetergantungan yang berlebihan

Kewaspadaan yang sedikit berlebihanKetakutan untuk hidup sendiri

Lambat dalam mengingat kembali memorinyaPenarikan diri dari aktivitas dan interaksi sosial di masyarakat (social isolation)

Pembicaraan yang tampak seperti penyampaian ceritaCemas dan mudah panik

Tabel 2. Perubahan Normal dan Tidak Normal pada Lansia (Sakauye, 2008)

D. PROSES PENUAAN YANG SUKSESPenuaan yang berhasil diartikan sebagai kehidupan lansia dengan kepuasan/ kebahagiaan yang positif disertai dengan kondisi fisik dan mental yang sehat. Keberhasilan ini sangat berkaitan dengan banyak faktor, dapat berupa faktor yang bisa dikontrol seperti gaya hidup maupun faktor yang tidak bisa dikontrol seperti genetik, namun dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor yang paling mempengaruhi keberhasilan dalam proses penuaan adalah faktor-faktor yang dapat dikendalikan/ dikontrol. Tabel berikut akan menunjukkan faktor-faktor apa saja yang berperan dalam pencapaian keberhasilan selama penuaan.Faktor yang sangat berpengaruhFaktor yang tidak signifikan

Tingkat pendidikanTingginya derajat orang tua

Gaya hidup yang sehatMasa kecil yang temperamental

Hubungan dekat yang baikMasa kecil yang hangat

Perilaku mental yang positif atau kepribadian yang dewasaGenetik yang baik dengan riwayat usia hidup yang panjang

Kemampuan menahan diri untuk tidak mudah komplain/ mengomel

Tabel 3. Faktor-faktor Kesuksesan selama Penuaan (Sakauye, 2008)

BAB IIIFAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGANGANGGUAN MENTAL EMOSIONAL PADA LANSIA

A. Faktor Sosial Demografi1. UmurMenurut Koenig dan Blazer (2003) menjelaskan bahwa resiko gangguan mental emosional pada pasien seseudah berusia 50 tahun lebih disebabkan faktor biologi yang mungkin disebabkan perubahan pada sistem syaraf pusat. Hal ini yang mungkin menyebabkan terjadinya depresi. Menurut penelitian Marini (2008) umur lansia yang berusia diatas 70 tahun lebih beresiko mengalami gangguan mental emosional.2. Jenis KelaminDiagnostik gangguan mental adalah sama untuk semua jenis kelamin, namun wanita lebih rentan terkena gangguan mental emosional karena disebabkan perubahan hormonal dan perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan, selain perubahan hormonal, karakteristik wanita yang lebih mengedepankan emosional dibandingkan rasional juga memiliki peranan. Ketika menghadapi suatu masalah wanita cenderung menggunakan perasaan (Marini, 2008).3. Status PerkawinanGangguan mental emosional lebih banyak terjadi pada lanjut usia yang hidup sendiri baik karena bercerai atau memang tidak menikah. Menurut Stuart dan Sandra (2001) bahwa orang yang cerai, pisah, janda/duda atau belum kawin cenderung beresiko tinggi melakukan bunuh diri dibanding yang sudah kawin.4. Tingkat PendidikanPendidikan yang makin tinggi dapat menghasilkan keadaan sosial ekonomi yang makin baik dan kemandirian yang makin mantap. Berdasarkan penelitian Darmojo (1992) di Semarang didapatkan bahwa tingkat pendidikan seorang usia lanjut berbanding positif langsung dengan tingkat kesehatannya (Darmojo, 2004). Pendidikan rendah dihubungkan dengan meningkatnya risiko untuk terjadinya dimensia dan terjadinya depresi pada penelitian-penelitian sebelumnya didapatkan bahwa depresi lebih banyak terjadi pada orang lanjut usia dengan tingkat pendidikan rendah (< 9 tahun bersekolah).5. Status PekerjaanPada umumnya setelah orang memasuki lansia, ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotor (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak, seperti gerakan, tindakan, dan koordinasi, yang mengakibatkan lansia kurang cekatan (Sutarto dan Cokro, 2009).Tuckman dan Lorge (dikutip dari Stieglitz, 1954) menemukan bahwa pada waktu menginjak usia pensiun (65 tahun) hanya 20% diantara orang-orang tua tersebut yang masih betul-betul ingin pensiun, sedangkan sisanya sebenarnya masih ingin bekerja terus (Tamher dan Noorkasiani, 2009).Pensiun setelah bertahun-tahun bekerja dapat membahagiakan dan memenuhi harapan, atau hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental. Setelah pensiun beberapa orang tidak pernah dapat menyesuaikan diri dengan waktu luangnya dan selalu merasa mengalami hari yang panjang. Beberapa lansia tidak termotivasi untuk mempertahankan penampilan mereka ketika mereka tidak atau hanya sedikit melakukan kontak dengan orang lain diluar rumahnya (Stanley dan Patricia, 2006).Kehilangan peran kerja sering memiliki dampak besar bagi orang yang telah pensiun. Identitas biasanya berasal dari peran kerja, sehingga individu harus membangun identitas baru pada saat pensiun. Mereka juga kehilangan struktur pada kehidupan harian saat mereka tidak lagi memiliki jadwal kerja. Interaksi sosial dan interpersonal yang terjadi pada lingkungan kerja juga telah hilang. Sebagai penyesuaian, lansia harus menyusun jadwal yang bermakna dan jaringan sosial pendukung (Potter dan Perry, 2009).6. Status Sosial EkonomiKetika seseorang sakit maka tidak akan terlalu berdampak buruk pada orang yang berpenghasilan tetapi bagi yang tidak berpenghasilan dapat menimbulkan goncangan ekonomi sehingga dapat menimbulkan stress atau gangguan mental (Depkes, 2004).Menurut beberapa penelitian tingkat sosial ekonomi keluarga juga merupakan salah satu faktor yang menentukan gangguan emosional, semakin tinggi sumber ekonomi keluarga akan mendukung stabilitas dan kebahagian keluarga. Apabila status ekonomi pada tahap yang sangat rendah sehingga kebutuhan dasar saja tidak terpenuhi inilah yang akan menimbulkan konflik dalam keluarga yang menyebabkan gangguan mental emosional (Murti, 1997).B. Penyakit KronisPengaruh penyakit kronik pada usia lanjut dapat menimbulkan gangguan mental emosional melalui cara yang tidak langsung yaitu karena adanya keterbatasan mobilitas, ketergantungan orang lain, dan nyeri yang terus menerus atau ketidaknyamanan. Pengalaman klinis menyebutkan bahwa bukan keparahan penyakit atau ancaman kematian yang mengganggu kesehatan mental usia lanjut tetapi adanya berbagai kehilangan akibat penyakit tersebut yang mempunyai hubungan erat dengan gangguan mental emosional (Soedjono et al., 2006).Menurut Koenig dan Blazer (2003) yang menjelaskan bahwa satu faktor risiko terjadinya gangguan mental adalah penyakit fisik (kronis). Perubahan perilaku dalam gangguan mental emosional disebabkan oleh penyakit biologis perilaku yang menyimpang berhubungan dengan toleransi responden terhadap stress (Stuart dan Sandra, 2001).Penyakit kronik adalah penyakit tidak menular dan menular yang diderita berlangsung lama, beberapa penyakit tidak menular yang beresiko menyebabkan gangguan mental adalah hipertensi, gangguan sendi dan DM. C. Penggunaan Obat dan AlkoholLansia dengan penyalahgunaan obat memiliki risiko gangguan mental cemas sebesar 13,8 kali dan depresi sebesar 18,8 kali. Etiologi yang berhubungan dengan pengguna alkohol adalah genetika dan psikososial yang meliputi : status sosial ekonomi dan riwayat kesulitan sekolah.D. Kemandirian FisikKemandirian pada usia lanjut dinilai dari kemampuannya untuk melakukan aktifitas sehari-hari (Activities of Daily Life = ADL) apakah mereka tanpa bantuan dapat bangun, mandi dan lain sebagainya. Jika terdapat faktor kehilangan fisik yang mengakibatkan hilangnya kemandirian maka akhirnya akan meningkatkan kerentanan lansia terhadap depresi (Soedjono et al., 2006).E. ReligiTingkat spiritualitas/ religiusitas terbukti besar berpengaruh terhadap kesehatan jiwa berbagai penelitian yang dilakukan terhadap usia lanjut antara lain: Lansia yang non religius angka kematiannya dua kali lebih besar dibandingkan usia lanjut yang religius. Lansia yang non religius kurang tabah dan kurang mampu mengatasi stres dibandingkan usia lanjut yang religius sehingga lebih sering mengalami gangguan jiwa.F. Dukungan SosialAdanya dukungan sosial yang tinggi dilaporkan dapat melindungi diri dari kejadian depresi pada usia lanjut. Pekerjaan, usia, hobi, tingkat kepercayaan diri, pasangan hidup beserta tingkat keakrabannya, dan kejadian kehidupan yang menyedihkan dapat mempercepat terjadinya depresi/ gangguan mental (Goldberg, 2007).

G. Status GiziPerubahan fisik dan penurunan fungsi organ tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi pada lansia. Beberapa penelitian yang dilaksanakan menunjukkan bahwa masalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih dan kegemukan yang memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, DM, batu empedu, rematik, ginjal dan kanker (Maryam, 2008).H. Riwayat Gangguan Jiwa (Skizofrenia)Faktor keturunan yang mempengaruhi kesehatan seseorang dimana kasus tertentu seperti retardasi mental. Berdasarkan teori neurologi dan adanya faktor konstitusi menunjukkan bahwa faktor genetik keseluruhan ataupun yang diperolehnya kemudian disebutkan dapat berperan dalam kemungkinan terjadinya gangguan depresi (Maramis, 2009).

Goldberg J (2015). Alzheimer's Disease and Other Forms of Dementia. WebMD. http://www.webmd.com/alzheimers/guide/alzheimers-dementia. Diakses tanggal 10 Februari 2015.Maramis (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Universitas Airlangga Press.Maramis WF, Maramis A (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press. Hal 576.Marini (2006). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian depresi pada usia lanjut di Poli Geriatri RSU Ciptomangunkusumo, Tahun 2006-2008. Tesis. UI.

Potter PA, Perry AG (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta: Salemba Medika.Soedjono CH, Probosuseno, Sari NK (2006). Depresi Pada Pasien Usia Lanjut Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam , Edisi Keempat Jilid III. Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit dalam FK UI.Stuart GW, Sandra S (2001). Principles and practice of psychiatric nursing, USA, St. Louis

Sutarto JT, Cokro CI (2009). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Tamher S, Noorkasiani (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.