reformasi perpajakan

download reformasi perpajakan

of 16

description

reformasi perpajakan

Transcript of reformasi perpajakan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara historis pajak telah lama menjadi sumber penerimaan potensial negara untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Pajak dapat dipahami sebagai suatu pungutan paksa yang dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyatnya (wajib pajak) yang tidak memberikan kontraprestasi secara langsung yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (budgeter) maupun untuk mengatur segala sesuatu yang ada di luar bidang keuangan (regulator). Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.1

Pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi budgeter dan fungsi regulasi. Fungsi budgeter berkaitan dengan fungsi pajak sebagai alat untuk mengumpulkan dana dari masyarakat yang kemudian digunakan untuk membiayai administrasi pemerintahan dan kegiatan-kegiatan pembangunan. Sedangkan fungsi regulasi adalah fungsi pajak yang berkaitan dengan peran oajak dalam mengatur perekonomian, alokasi sumber daya, redistribusi pendapatan, konsumsi dan investasi publik.

Dengan melihat dua fungsi diatas maka sudah jelas bahwasanya perpajakan merupakan produk kebijakan pemerintah di bidang fiskal/keuangan. Telah kita cermati kebijakan perpajakan (dengan adanya sistem perpajakan) di indonesia telah mengalami berbagai perubahan-perubahan besar dalam kurun waktu sejak Indonesia merdeka hingga era reformasi sekarang. Sistem perpajakan senantiasa harus disesuaikan dengan perubahan kondisi sosial ekonomi Indonesia. Sistem perpajakan mengalami perubahan-perubahan yang cukup penting karena didasari berbagai faktor yang mengharuskan adanya suatu sistem perpajakan yang

1 Mardiasmo, Perpajakan, Andi Offset, Yogyakarta, 2011, hlm : 1. 2 lebih sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada. Dapat kita sajikan kenyataan ketika era 80-an dikala itu terjadi penurunan harga minyak bumi dunia yang menyebabkan penurunan pula terhadap penerimaan dari sektor migas sebagai penerimaan utama negara waktu itu, yang mengharuskan pemerintah menggali sumber-sumber pendapatan negara dari sektor-sektor lain yang salah satunya adalah pajak yang belum dikelola secara optimal. Oleh karena itulah muncul kebijakan baru perpajakan untuk memicu peningkatan penerimaan negara. Hal tersebut sebagai salah satu contoh bahwasanya sistem perpajakan sebagai sebuah kebijakan negara di bidang keuangan harus berubah seiring perubahan kondisi sosial ekonomi yang ada.

Terkait perubahan kebijakan dalam perpajakan, Indonesia telah melakukan beberapa kali perubahan kebijakan perpajakan yang dapat disebut sebagai reformasi perpajakan (Tax Reform). Kapan saja reformasi perpajakan tersebut dilakukan, apa yang mendasarinya dan bagaimana bentuk perubahannya, akanpenulis sajikan dalam bagian selanjutnya dari tulisan ini.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas serta mengetahui gambaran yang lebih lanjut mengenai Reformasi Perpajakan (Tax Reform), maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

Apa latar belakang terjadinya reformasi perpajakan (Tax Reform)? Apakah tujuan dari reformasi perpajakan (Tax Reform)? Bagaimana wujud/bentuk reformasi perpajakan (Tax Reform)?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dan tujuan dari dibuatnya makalah ini, selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pajak, juga untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam memahami lebih lanjut mengenai Reformasi Perpajakan tersebut.

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Tax Reform

Sistem perpajakan di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan atau yang kerap disebut Tax Reform. Tax reform (reformasi pajak) adalah perubahan yang mendasar di segala aspek perpajakan. Setidaknya terdapat lima tahap reformasi perpajakan di Indonesia, yaitu :

a. Tax Reform yang Pertama pada tahun 1983 - 1985;

b. Tax Reform yang Ke-dua pada tahun 1997;

c. Tax Reform yang Ke-tiga pada tahun 1997;

d. Tax Reform yang Ke-empat pada tahun 2000;

e. Tax Reform yang Ke-lima pada tahun 2002 - 2009.

Apakah kiranya yang menjadi latar belakang dilakukannya Reformasi Perpajakan yang dimulai pada tahun 1983, setidaknya ada beberapa hal dalam situasi perpajakan nasional pada saat itu yang melatar belakangi adanya tax reform :

a. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku dikala itu adalah sebagai warisan zaman kolonial Belanda yang pemikiran, dan tujuan yang

dibuat pada zaman tersebut dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan

kehidupan bangsa Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat sejak

Proklamasi 19 Agustus 1945. Pada zaman kolonial, pemungutan pajak semata - mata dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan pemerintah penjajahan. Sedangkan dalam alam kemerdekaan, pemungutan pajak dijiwai oleh pancasila dan UUD 1945 untuk kemakmuran bangsa; b. Selain tidak sesuai kehidupan Bangsa Indonesia yang telah merdeka dan

berdaulat, peraturan pajak warisan hindia belanda dirasakan tidak

memperhatikan azas dan aspek pemerataan, keadilan, kepastian hukum dan

pertumbuhan ekonomi;

4 c. Performa instansi pajak dan aparatnya yang kurang baik sehingga

menimbulkan sikap masyarakat apatis dan berprasangka jelek terhadap pajak.

Baik karena sistem perpajakan yang ada saat itu bukan saja tidak sesuai

dengan perekonomian Indonesia yang makin modern, tapi juga sangat rumit

dan sukar dipahami oleh pemungut pajak maunpun oleh pembayar pajak,

maupun sikap moral korup oknum-oknumnya. Dan berlanjut pada jumlah

penerimaan Pajak yang belum Optimal dan bisa dikatakan masih minim sekali

terlihat dari jumlah Wajib Pajak yang masih sedikit dengan jumlah

penerimaan yang sedikit pula terlihat dari Jumlah Penerimaan pada tahun

anggaran 1983/1984 hanya sebesar Rp 2,3 trilyun. Serta sampai dengan akhir

1983 tax ratio penerimaan pajak dengan produk domestik bruto hanya

sebesar 6,35 persen saja.2

Disamping kondisi perpajakan diatas, pemicu utama sebagai latar belakang dilaksankannya tax reform tahap pertama adalah merosotnya harga ekspor minyak bumi pada masa Pasca Oil Boom yang pada Tahun Anggaran 1981/1982 Harga minyak sebesar US$ 35.00/ per barrel menurun menjadi US$

29.53/ barrel pada Tahun Anggaran 1983/1984.

Merosotnya harga minyak di pasar internasional pasca Oil Boom menimbulkan masalah berat bagi perekonomian Indonesia karena penerimaan sektor migas menurun, defisit transaksi berjalan dan defisit APBN meningkat. Penerimaan migas dari hasil ekspor menurun 2,0% menjadi US$ 14.449 juta (1983/1984). Defisit transaksi berjalan meningkat dari US$2..888 juta menjadi US$4.151 juta (1983/1984). Defisit APBN meningkat dari Rp 1.938 triliun

menjadi Rp 2.742. triliun (1983/1984)3.

Adapun beberapa alasan lainnya mengapa pemerintah melakukan reformasi perpajakan yaitu :

a. Sebagai upaya menstabilkan perekonomian yang tidak menentu karena

pengaruh perekonomian internasional maupun nasional.

2 Miyasto, Pidato Pengukuhan Guru Besar : Sistem Perpajakan Nasional Dalam Era Ekonomi Global, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 6 Desember 1997, hlm : 8. 3 Hakim Simanjuntak, Sejarah Masa Pembangunan Ekonomi Indonesia, Global Education, 2013

5 b. Sebagai usaha mengalihkan sektor penerimaan APBN dari migas yang semula

sebagai sektor primadona menjadi pajak sebagai sumber yang lebih dapat

menjanjikan karena secara rasional pajak adalah penerimaan yang

berkelanjutan tidak seperti migas.

c. Usaha mengikuti ketentuan dunia terutama dalam hal pendanaan (pinjaman

luar negeri) yang mensyaratkan struktur pajak yang ada harus disesuaikan

dengan kondisi seharusnya.

d. Meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.

Harapannya dengan Reformasi Perpajakan, sistem perpajakan akan berintikan kesederhanaan, menunjang pemerataan dan memberikan kepastian dan keadilan. Sistem perpajakan baru tidak akan memungut pajak atas keseluruhan masyarakat, tetapi adalah upaya dalam memperoleh penerimaan negara yang berasal dari hasil pemungutan pajak terhadap perusahaan-perusahaan besar dan individu yang berpenghasilan.

2.2 Tujuan Tax Reform

Tujuan reformasi perpajakan adalah dalam rangka mewujudkan kemandirian bangsa dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengoptimalkan segenap kemampuan dalam negeri terutama di bidang perpajakan. Pemerintah telah menyadari bahwa untuk membiayai pengeluaran negara baik itu rutin maupun pembangunan pada saat ini dan masa yang akan datang kita tidak dapat lagi bergantung pada penerimaaan negara dari sumber minyak bumi dan gas alam maupun utang luar negeri. Oleh sebab itu peningkatan penerimaan pajak merupakan keharusan bagi terpenuhinya kebutuhan dana bagi pengeluaran negara terutama pembangunan. Reformasi perpajakan akan memudahkan tercapainya kehendak tersebut.

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Bapak Radius Prawiro, menyampaikan tujuan reformasi perpajakan adalah :

Untuk lebih menegakkan kemandirian Indonesia dalam pembiayaan pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan

6

cara meningkatkan penerimaan negara melalui perpajakan dan sumber-sumber diluar migas. Untuk membiayai dan menjamin berhasilnyaRepelita IV, kita tidak akan sekedar mengandalkan kepada peningkatan penerimaan negara yang berasal dari sektor migas, melainkan juga dari usaha peningkatan penerimaan pajak (non migas). Guna meningkatkan penerimaan dimaksud dianggap perlu untuk mengadakan penyempurnaan Sistem Perpajakan.4

Secara lebih detail dan dirincikan, reformasi perpajakan memiliki beberapa tujuan, yaitu antara lain untuk:

a. lebih menegakkan kemandirian Indonesia dalam membiayai pembangunan

nasional;

b. meningkatkan penerimaan pajak dari sektor pajak;

c. membuat beban pajak akan makin adil dan wajar;

d. meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak;

e. meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak;

f. menerapkan prinsip konsep good governance, dengan adanya asas

transparansi, responsibility, keadilan dan akuntabilitas dalam meningkatkan

kinerja instansi pajak;

g. meningkatkan penegakan hukum pajak, pengawasan yang tinggi dalam

pelaksanaan administrasi pajak baik kepada petugas pajak maupun kepada

wajib pajak.

2.3 Pelaksanaan Tax Reform di Indonesia

Sebelum dilakukannya Tax Reform beberapa jenis pajak yang ada di Indonesia adalah sebagaimana berikut ini :

a. Staatsblad No. 13 Tahun 1908 tentang Ordinasi Rumah Tangga

b. Staatsblad No. 498 Tahun 1921 tentang Aturan Bea Materai

c. Staatsblad No. 291 Tahun 1924 tentang Ordinasi Bea Balik Nama

d. Staatsblad No. 405 Tahun 1932 tentang Ordinasi Pajak Kekayaan

e. Staatsblad No. 718 Tahun 1934 tentang Ordinasi Pajak Kendaraan Bermotor

4 Radius Prawiro, Pidato : Pidato Rancangan Undang-Undang Pajak, DPR-RI, Jakarta, 5 Oktober 1983.

7 f. Staatsblad No. 611 Tahun 1934 tentang Ordinasi Pajak Upah

g. Staatsblad No. 671 Tahun 190368 tentang Ordinasi Pajak Potong

h. Staatsblad No. 17 Tahun 1944 tentang Ordinasi Pajak Pendapatan

i.Staatsblad No. 12 Tahun 1947 tentang Pajak Radio

j.Staatsblad No. 144 Tahun 1947 tentang Pajak Pembangunan 1

k. UU No. 12 Tahun 1952 tentang Pajak Peredaran

l. UU Tahun 1951 tentang Pajak Penjualan yang diubah UU No. 2 Tahun 1968

m. UU No. 21 tahun 1959 tentang Pajak Deviden yang diubah dengan UU No. 10

tahun 1967 tentang Pajak atas Bunga, Deviden, dan Royalti

n. UU No. 19 tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara dengan Surat Paksa

o. UU No. 74 tahun 1958 tentang Pajak Bangsa Asing

p. UU No. 8 tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan PPd, PKk, dan PPs/ Tata

Cara MPS-MPO

Sejalan dengan tuntutan perubahan zaman dan kebutuhan yang melatarbelakangi, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah guna mereformasi sistem perpajakan di Indonesia. Reformasi sistem perpajakan meliputi dua aspek yaitu :

1. Reformasi di bidang kebijakan perpajakan (Tax Policy Reform);

melalui Perubahan UU PPh, Perubahan UU PPN dan PPn Bm, Perubahan UU PBB, Perubahan UU Bea Materai, serta UU Kepabeanan dan UU cukai. Pada intinya Paket Amandemen Undang-Undang Perpajakan ini lebih dititik-beratkan pada pemberian rasa keadilan dan kepastian hukum di bidang perpajakan, yang bertujuan untuk mendorong investasi, serta mengoptimalkan penerimaan perpajakan.

2. Reformasi sistem administrasi perpajakan (Tax Administrative Reform); meliputi :

a. Penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang-undang perpajakan;

b. Pembentukan dan perluasan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) khusus Wajib

Pajak (WP) Besar (Large Taxpayer Office, LTO), diantaranya meliputi

pembentukan organisasi berdasarkan fungsi, pengembangan sistem

8

administrasi perpajakan yang terintegrasi dengan pendekatan fungsi, dan implementasi dari prinsip-prinsip Good Corporate Governance;

c. Pembangunan KPP khusus WP menengah, dan KPP khusus WP kecil di

Kanwil VI Direktorat Jenderal Pajak;

d. Pengembangan basis data, pembayaran pajak dan penyampaian SPT

secara online;

e. Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak; serta

f. Peningkatan efektivitas penerapan kode etik di jajaran Direktorat Jenderal

Pajak dan Komisi Ombudsman Nasional.

Secara bertahap, sampai dengan saat ini dapat dikatakan ada 5 tahapan Reformasi Perpajakan (Tax Reform), yaitu :

I. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap I 1983-1985

Diterbitkan serangkaian Undang-undang yaitu:

1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (UU KUP);

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh

1984);

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN 1984

dan UU PPn Bm 1984);

4. Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi (UU PBB) dan

Bangunan; dan

5. Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (UU BM).

Dalam reformasi perpajakan pertama ini terdapat suatu perubahan sistem yang sangat mendasar, yaitu dari official assessment menjadi self assessment, di mana wajib pajak tidak hanya menjadi obyek tetapi justru menjadi subyek yang diharapkan aktif berpartisipasi dalam system perpajakan nasional.

Selain perubahan system tersebut, terdapat beberapa perubahan penting dalam tax reform pertama ini, antara lain:

1. Penyederhanaan jumlah dan jenis pajak;

9 2. Penyederhanaan tariff pajak untuk memudahkan wajib pajak dalam

menghitung pajaknya;

3. Menghilangkan insentif pajak;

4. Diabaikannya fungsi regulasi.

II. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap II 1994

Setelah pelaksanaan Tax Reform Tahap I, pemerintah tidak lagi melakukan erus mengupayakan perbaikan reformasi perpajakan, karena terdapat hal-hal penting yang harus mendapat perhatian, di antaranya:

1. Reformasi perpajakan tahun 1983 ternyata belum mampu memperkecil prosentase hutang luar negeri dalam struktur APBN;

2. Masih terdapat beberapa loopholes dalam undang-undang pajak tahun 1983, sehingga memberikan kesempatan bagi timbulnya upaya-upaya penghindaran pajak;

3. Reformasi perpajakan pertama belum banyak mengantisipasi aktivitas- aktivitas ekonomi yang semakin global;

4. Strategi perpajakan nasional pada tahun 1983 belum secara maksimal

5. diarahkan untuk membantu pengusaha agar mendapat akses pada persaingan global.

Oleh karena hal tersebut maka diterbitkan serangkaian undang-undang perpajakan yaitu :

1. Undang-undang No.9 tahun1994 tentang perubahan pertama atas Undang-undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Perpajakan;

2. Undang-undang No. 10 tahun 1994 tentang perubahan kedua atas Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;3. Undang-undang No.11 tahun1994 tentang perubahan pertama atas Undang-undang No 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai danPajak Penjualan Atas Barang Mewah;

4. Undang-undang No.12 tahun 1994 tentang perubahan pertama atas Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan;

10 5. Undang-undang No.13 tahun 1985 tentang Bea Materai

Dalam tax reform II ini, terdapat beberapa perubahan sistem perpajakan yang mendasar, antara lain:

1. Di bidang hukum pajak, meliputi:

a) Perluasan kewajiban wajib pajak sehingga termasuk kewajiban mendaftarkan penghasilan usahanya;

b) Ditambahnya masa daluwarsa dari 5 tahun menjadi 10 tahun;

c) Sanksi pidana diperberat dan cakupan pidananya diperluas. 2. Di bidang Pajak Penghasilan, meliputi:

d) Pemisahan subyek pajak BUT dengan subyek pajak badan;

e) Perluasan biaya yang diperbolehkan yang berkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia dan pemeliharaan lingkungan;

f) Perubahan lapisan tarif pajak, namun masih tetap bersifat progresif; 3. Di bidang PPN dan PPnBM, meliputi perluasan obyek pajak.

4. Di bidang PBB dan BPHTB, meliputi:

g) Diberlakukan adanya NJOP;

h) Diadakannya tindak pidana di bidang PBB.

III. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap III 1997

Tax reform tahap III tahun 1997 dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan akan perlunya keberadaan peradilan pajak sebagai sarana untuk menyelesaikan persengketaan di bidang perpajakan antara wajib pajak dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Pemerintah juga perlu menyediakan payung hukum bagi pemungutan pajak daerah dan sektor-sektor lain seperti Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) agar lebih sederhana demi adanya kepastian hukum. Adapun serangkaian Undang-undang yang diterbitkan yaitu:

11 1. Undang-undang No. 17 tahun 1997 tentang Pengadilan Pajak (Badan

Penyelesaian Sengketa Pajak);

2. Undang-undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

daerah; dan 3. Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat

Paksa;

4. Undang-undang No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan

Pajak

5. Undang-undang No. 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan

IV. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap IV 2000,

Diterbitkan serangkaian Undang-undang yaitu :

1.Undang-undang No.16 tahun2000 tentang perubahan kedua atas Undang-undang No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

2.Undang-undang No.17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

3.Undang-undang No 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas Undang-undang No 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang

4.Undang-undang No. 19 tahun 2000 tentang perubahan pertama atas Undang-undang No. 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

5.Undang-undang No. 20 tahun 2000 tentang perubahan pertama atas Undang-undang No. 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

6.Undang-undang No. 34 tahun 2000 tentang perubahan pertama atas Undang-undang No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Hal-hal penting yang terdapat dalam tax reform Tahap IV ini antara lain:

1.Perluasan subyek/obyek pajak dan penyederhanaan/pembebasan pajak;

2.Perubahan struktur tarif pada PPh;

12 3.Mempertegas obyek yang tidak dikenakan pajak pada PPN dan PPn BM;

4. Mempertegas jenis-jenis retribusi yang menjadi wewenang Pemerintah Daerah, baik pemerintah tingkat I maupun pemerintah tingkat II.

V. Reformasi Pajak (Tax Reform ) Tahap V 2002 - 2009

Setelah tahun 2000, pemerintah terus melakukan berbagai upaya lanjutan reformasi perpajakan, yaitu kembali menerbitkan paket Undang-Undang di bidang perpajakan. Tax reform Tahap V ini dilatarbelakangi oleh adanya harapan terwujudnya efisiensi pajak dalam mendukung penerimaan negara, terwujudnya pelayanan yang baik, keadilan dan daya saing bagi penanaman modal yang mendukung usaha kecil dan menengah, menyesuaikan perkembangan sosio-ekonomi masyarakat dan teknologi informasi, serta meningkatkan profesionalisme aparatur perpajakan.

Adapun paket Undang-Undang yang diterbitkan antara lain:

1.Undang-undang No.14 tahun2002 perubahan pertama atas Undang-undang No. 17 tahun 1997 tentang Pengadilan Pajak (Badan Penyelesaian Sengketa Pajak).

2.Undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan;

3.Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;

4.Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

5.Undang-undang Nomor28 tahun2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-undang No. 12 tahun 1994 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

6. Undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas

Undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pertambahan Nilai Barang

dan jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

13 Dalam tax reform terakhir, terjadi beberapa perubahan dalam ketentuan umum dan tatacara perpajakan, kenaikan besaran penghasilan yang tidak dikenakan pajak (PTKP), dan lain-lain.

14 BAB III

KESIMPULAN

Pajak dapat dipahami sebagai suatu pungutan paksa yang dilakukan oleh pemerintah terhadap rakyatnya (wajib pajak) yang tidak memberikan kontraprestasi secara langsung yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (budgeter) maupun untuk mengatur segala sesuatu yang ada di luar bidang keuangan (regulator). Pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi budgeter dan fungsi regulasi. Fungsi budgeter berkaitan dengan fungsi pajak sebagai alat untuk mengumpulkan dana dari masyarakat yang kemudian digunakan untuk membiayai administrasi pemerintahan dan kegiatan-kegiatan pembangunan.

Di Indonesia sendiri, pajak telah dikenal sejak zaman kolonial berjaya di Indonesia. Latar pemikiran, jiwa, sasaran dan tujuan yang dibuat pada zaman tersebut dirasakan sudah tidak sesuai lagi kehidupan bangsa Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat. Pada zaman kolonial, pemungutan pajak semata-mata dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan pemerintah penjajahan. Sedangkan dalam alam kemerdekaan, pemungutan pajak dijiwai oleh pancasila dan UUD 1945.

Sejalan dengan tuntutan perubahan zaman dan kebutuhan, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah guna mereformasi sistem perpajakan di Indonesia. Reformasi sistem perpajakan meliputi dua aspek yaitu :

1. Reformasi di bidang kebijakan perpajakan (Tax Policy Reform);

dilakukan dengan penerbitan paket Undang-Undang Perpajakan / Perubahan Undang-undang, yang lebih menitik-beratkan pada pemberian rasa keadilan dan kepastian hukum di bidang perpajakan, yang bertujuan untuk mendorong investasi, serta mengoptimalkan penerimaan perpajakan.

2. Reformasi sistem administrasi perpajakan (Tax Administrative Reform);

meliputi penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang-undang perpajakan dan sistem administrasi pajak serta pengawasan dan pengadilannya.

15

Perubahan tersebut dilakukan melalui lima tahap reformasi perpajakan di Indonesia, yaitu :

a. Tax Reform yang Pertama pada tahun 1983 - 1985; b. Tax Reform yang Ke-dua pada tahun 1997; c. Tax Reform yang Ke-tiga pada tahun 1997; d. Tax Reform yang Ke-empat pada tahun 2000;e. Tax Reform yang Ke-lima pada tahun 2002 - 2009.16 DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo , 2011, Perpajakan, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Miyasto, Pidato Pengukuhan Guru Besar : Sistem Perpajakan Nasional Dalam Era Ekonomi Global, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 6 Desember 1997.

Prawiro, Radius, Pidato : Pidato Rancangan Undang-Undang Pajak, DPR-RI, Jakarta, 5

Oktober 1983.

Simanjuntak, Hakim, , 2013, Sejarah Masa Pembangunan Ekonomi Indonesia, Global

Education, Jakarta.

17