Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

12
Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat Agus Dwiyanto LAN RI

Transcript of Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Page 1: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik untuk Peningkatan

Kesejahteraan RakyatAgus Dwiyanto

LAN RI

Page 2: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Masalah birokrasi di Indonesia?

Multidimensional; struktur yang tidak fit, budaya pelayanan belum berkembang, profesionalisme dan SDM yang buruk, dan lingkungan politik yang kurang sehat

Kompleks; interaksi antar masalah yang cenderung patologis dan menimbulkan masalah baru yang membuat kinerjanya memburuk

Melembaga karena tidak pernah ada reformasi yang sistimik dan konsisten

Page 3: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Struktur yang tidak cocok dengan misi pelayanan?

Struktur birokrasi lebih berorientasi pada kontrol dan kekuasaan dari pada pelayanan Struktur dan prosedur tidak dirancang untuk

mempermudah interaksi antara birokrasi dengan warganya tetapi untuk mengontrol perilaku warga dan menjadi instrumen negara untuk mendominasi warganya (struktur dikembangkan dengan berbasis pada distrust)

Karena struktur dikembangkan untuk mengontrol perilaku warga maka hirarkhi kekuasaan menyatu dengan hirarkhi pelayanan

Distribusi kewenangan untuk penyelenggaraan satu urusan tidak dilakukan secara utuh tetapi parsial (lihat PP 38/2007)

Page 4: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Rasionalitas dan profesionalisme masih sangat rendah?

Subyektivitas masih sangat kuat dan lazim terjadi di birokrasi, profesionalisme dan modernitas masih jauh dari harapan Subyektivitas dalam pelayanan Subyektivitas dalam promosi dan rekrutmen pejabat

publik Kualitas SDM di sektor publik sangat rendah dan

diperburuk dengan sistim pembinaan yang salah, sistim rekrutmen dan promosi yang tertutup, tidak mendorong mobilitas antar daerah, dan tidak berbasis kompetensi

Page 5: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Budaya dan etika pelayanan belum berkembang

Sistim nilai, simbol, dan bahasa yang berkembang dalam birokrasi lebih merepresentasikan budaya kekuasaan daripada budaya pelayanan. Birokrasi gagal membangun empati dan kepedulian pada kepentingan publik.

Etika pelayanan sulit berkembang. Sikap petugas tidak ramah, friendly, dan helpful

Sistim pelayanan gagal menjamin hak dan kewajiban birokrasi dan warganya secara wajar dan proporsional. Sistim pelayanan hanya mengatur kewajiban warga tetapi tidak mengatur hak-haknya.

Page 6: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Lingkungan politik

• Budaya Politik yang menghargai profesionalisme birokrasi belum tumbuh dengan baik. Intervensi politik dalam birokrasi sering takterhindarkan

• Pemisahan jabatan politik dan karier belum dilakukan secara jelas dan tegas

• Hubungan antara partai politik dengan birokrasi publik belum tertata dengan baik

Page 7: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Apa akibatnya?

Birokrasi pelayanan gagal menyelenggarakan pelayanan secara mudah, murah, dan menjamin martabat dari warga pengguna

Opportunity cost untuk berhubungan dengan birokrasi pelayanan sangat besar. Intermediaries dan pungli dengan mudah dijumpai dalam hampir setiap jenis pelayanan

Legitimasi dan trust semakin rendah dan birokrasi gagal menjadi agen perubahan

Page 8: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Strategi reformasi (1)

Kebijakan reformasi birokrasi birokrasi harus menyeluruh (holitistik), konsisten, dan visioner

Merumuskan kembali jatidiri birokrasi publik: meredefinisi misi utama birokrasi sebagai agen pelayanan Audit struktur, prosedur, budaya birokrasi, dan sistim

pendidikan dan pengembangan pegawai apakah sudah sesuai dengan misi baru sebagai agen pelayanan dan perubahan.

Kalau hasil audit menunjukan bahwa bahwa struktur, prosedur, budaya, dan sistim pendidikan tidak sesuai dengan misi pelayanan dan perubahan maka reformasi diperlukan.

Page 9: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Strategi reformasi (2)

Merumuskan visi birokrasi publik yang jelas dan inspiring bagi semua stakeholders untuk berubah, misalnya: birokrasi yang profesional, bersih, melayani, imparsial, dan peduli pada kepentingan publik.

Membuat roadmap yang secara jelas mengatur proses transisi menuju birokrasi yang sesuai dengan visi. Roadmap harus menjelaskan perubahan apa saja dan siapa yang harus melakukan untuk mewujudkan visi birokrasi.

.

Page 10: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Strategi reformasi (3)

Menyederhanakan hirarkhi kekuasaan dengan meningkatkan kandungan ICT. Fungsi hirarkhi sebagai instrumen kendali harus secara bertahap diganti dengan ICT. Memisahkan hirarkhi kekuasaan dengan prosedur pelayanan.

Menyederhanakan struktur penggajian: mendorong penggunaan skala gaji tunggal sebagai instrumen perbaikan kesejahteraan PNS. Sistim penggajian harus mampu menghargai secara wajar dan seimbang beban dan kompetensi yang dimiliki pejabat publik.

Page 11: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Strategi reformasi (4)

Mengembangkan sistim rekrutmen dan promosi yang terbuka, kompetitif, dan berbasis kompentensi.

Mengembangkan sistim pengembangan pegawai yang sesuai dengan misi birokrasi sebagai agen pelayanan dan perubahan. Program diklat pegawai, termasuk prajabatan, perlu ditinjau kembali agar sesuai dengan misi baru

Page 12: Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat

Strategi reformasi (5)

Menjadikan administrator (ASN) sebagai profesi yang berdiri sendiri, netral, dan berorientasi pada kepentingan publik

Mempertegas jabatan politik dan karier. Jabatan politik mencakup elected officials dan political appointees. Basis dari rekrutment jabatan politik adalah trust dan political affiliation. Jabatan birokrasi berbasis pada kompetensi dan karir