Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat
-
Upload
agus-dwiyanto -
Category
Government & Nonprofit
-
view
167 -
download
6
Transcript of Reformasi birokrasi pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan rakyat
Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik untuk Peningkatan
Kesejahteraan RakyatAgus Dwiyanto
LAN RI
Masalah birokrasi di Indonesia?
Multidimensional; struktur yang tidak fit, budaya pelayanan belum berkembang, profesionalisme dan SDM yang buruk, dan lingkungan politik yang kurang sehat
Kompleks; interaksi antar masalah yang cenderung patologis dan menimbulkan masalah baru yang membuat kinerjanya memburuk
Melembaga karena tidak pernah ada reformasi yang sistimik dan konsisten
Struktur yang tidak cocok dengan misi pelayanan?
Struktur birokrasi lebih berorientasi pada kontrol dan kekuasaan dari pada pelayanan Struktur dan prosedur tidak dirancang untuk
mempermudah interaksi antara birokrasi dengan warganya tetapi untuk mengontrol perilaku warga dan menjadi instrumen negara untuk mendominasi warganya (struktur dikembangkan dengan berbasis pada distrust)
Karena struktur dikembangkan untuk mengontrol perilaku warga maka hirarkhi kekuasaan menyatu dengan hirarkhi pelayanan
Distribusi kewenangan untuk penyelenggaraan satu urusan tidak dilakukan secara utuh tetapi parsial (lihat PP 38/2007)
Rasionalitas dan profesionalisme masih sangat rendah?
Subyektivitas masih sangat kuat dan lazim terjadi di birokrasi, profesionalisme dan modernitas masih jauh dari harapan Subyektivitas dalam pelayanan Subyektivitas dalam promosi dan rekrutmen pejabat
publik Kualitas SDM di sektor publik sangat rendah dan
diperburuk dengan sistim pembinaan yang salah, sistim rekrutmen dan promosi yang tertutup, tidak mendorong mobilitas antar daerah, dan tidak berbasis kompetensi
Budaya dan etika pelayanan belum berkembang
Sistim nilai, simbol, dan bahasa yang berkembang dalam birokrasi lebih merepresentasikan budaya kekuasaan daripada budaya pelayanan. Birokrasi gagal membangun empati dan kepedulian pada kepentingan publik.
Etika pelayanan sulit berkembang. Sikap petugas tidak ramah, friendly, dan helpful
Sistim pelayanan gagal menjamin hak dan kewajiban birokrasi dan warganya secara wajar dan proporsional. Sistim pelayanan hanya mengatur kewajiban warga tetapi tidak mengatur hak-haknya.
Lingkungan politik
• Budaya Politik yang menghargai profesionalisme birokrasi belum tumbuh dengan baik. Intervensi politik dalam birokrasi sering takterhindarkan
• Pemisahan jabatan politik dan karier belum dilakukan secara jelas dan tegas
• Hubungan antara partai politik dengan birokrasi publik belum tertata dengan baik
Apa akibatnya?
Birokrasi pelayanan gagal menyelenggarakan pelayanan secara mudah, murah, dan menjamin martabat dari warga pengguna
Opportunity cost untuk berhubungan dengan birokrasi pelayanan sangat besar. Intermediaries dan pungli dengan mudah dijumpai dalam hampir setiap jenis pelayanan
Legitimasi dan trust semakin rendah dan birokrasi gagal menjadi agen perubahan
Strategi reformasi (1)
Kebijakan reformasi birokrasi birokrasi harus menyeluruh (holitistik), konsisten, dan visioner
Merumuskan kembali jatidiri birokrasi publik: meredefinisi misi utama birokrasi sebagai agen pelayanan Audit struktur, prosedur, budaya birokrasi, dan sistim
pendidikan dan pengembangan pegawai apakah sudah sesuai dengan misi baru sebagai agen pelayanan dan perubahan.
Kalau hasil audit menunjukan bahwa bahwa struktur, prosedur, budaya, dan sistim pendidikan tidak sesuai dengan misi pelayanan dan perubahan maka reformasi diperlukan.
Strategi reformasi (2)
Merumuskan visi birokrasi publik yang jelas dan inspiring bagi semua stakeholders untuk berubah, misalnya: birokrasi yang profesional, bersih, melayani, imparsial, dan peduli pada kepentingan publik.
Membuat roadmap yang secara jelas mengatur proses transisi menuju birokrasi yang sesuai dengan visi. Roadmap harus menjelaskan perubahan apa saja dan siapa yang harus melakukan untuk mewujudkan visi birokrasi.
.
Strategi reformasi (3)
Menyederhanakan hirarkhi kekuasaan dengan meningkatkan kandungan ICT. Fungsi hirarkhi sebagai instrumen kendali harus secara bertahap diganti dengan ICT. Memisahkan hirarkhi kekuasaan dengan prosedur pelayanan.
Menyederhanakan struktur penggajian: mendorong penggunaan skala gaji tunggal sebagai instrumen perbaikan kesejahteraan PNS. Sistim penggajian harus mampu menghargai secara wajar dan seimbang beban dan kompetensi yang dimiliki pejabat publik.
Strategi reformasi (4)
Mengembangkan sistim rekrutmen dan promosi yang terbuka, kompetitif, dan berbasis kompentensi.
Mengembangkan sistim pengembangan pegawai yang sesuai dengan misi birokrasi sebagai agen pelayanan dan perubahan. Program diklat pegawai, termasuk prajabatan, perlu ditinjau kembali agar sesuai dengan misi baru
Strategi reformasi (5)
Menjadikan administrator (ASN) sebagai profesi yang berdiri sendiri, netral, dan berorientasi pada kepentingan publik
Mempertegas jabatan politik dan karier. Jabatan politik mencakup elected officials dan political appointees. Basis dari rekrutment jabatan politik adalah trust dan political affiliation. Jabatan birokrasi berbasis pada kompetensi dan karir