Refleksi Kasus Tonsilitis Kronik
-
Upload
bayu-agustinus -
Category
Documents
-
view
268 -
download
23
Transcript of Refleksi Kasus Tonsilitis Kronik
REFLEKSI KASUS
Pembimbing :
dr. H. Djoko Prasetyo A., Sp.THT
Disusun oleh :
Amanda Sonia Arliesta (406
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT - KL
RSUD KOTA SEMARANG
REFLEKSI KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. Revalina
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Candisari
Pekerjaan : Pelajar
No. Rekam Medis : 264370
Tanggal periksa : 2 September 2013
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Amandel terasa membesar.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan amandel membesar sejak 1 bulan yang
lalu, tidak ada nyeri telan dan nyeri tenggorok. Pasien mengeluh sering
nyeri menelan yang hilang timbul, juga sering batuk dan pilek. Nyeri
menelan dirasakan terutama setelah makan makanan pedas dan
gorengan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat (-), asma (-), hipertensi(-), diabetes mellitus (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa (-), alergi (-), asma (-), hipertensi (-), diabetes
mellitus (-).
Riwayat Sosial Ekonomi Lingkungan
Cukup
III. PEMERIKSAAN FISIK
St a t us Generalis
Kesadaran Compos Mentis
Aktivitas Normoaktif
Kooperatif Kooperatif
Status gizi Baik
Status Lokalis
1. Telinga
Auricula Kanan Kiri
Oedema - -
Nyeri tragus - -
Nyeri tarik - -
Pre auricula Kanan Kiri
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Retro auricula Kanan Kiri
Nyeri ketok - -
Nyeri tekan - -
CAE Kanan Kiri
Hiperemis - -
Discharge - -
Serumen - -
Dll - -
Membran timpani Kanan Kiri
Warna Putih mutiara Putih mutiara
Refleks cahaya + pada jam 5 + pada jam 7
Perforasi - -
Dll - -
2. Hidung dan Sinus Paranasal
Pemeriksaan luar
Kanan Kiri
Sinus frontalis
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus ethmoidalis
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus Maxilla
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rhinoskopi anterior
Kanan Kiri
Discharge - -
Mukosa Merah muda Merah muda
Konka
Hipertrofi - -
Hiperemis - -
Septum deviasi - -
Tumor - -
Dll - -
Rhinoskopi posterior
Post nasal drip Tidak dilakukan pemeriksaan
Konka superior Tidak dilakukan pemeriksaan
Torus tubarius Tidak dilakukan pemeriksaan
Fossa rusenmuler Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Faring
Orofaring
Palatum Merah muda
Arcus faring Merah muda, simetris
Mucosa Merah muda licin
Tonsil
Ukuran T2 – T2
Warna Merah muda
Permukaan Licin
Kripta Tidak melebar
Detritus -
Membran -
Lain-lain -
Peritonsil Dalam batas normal
Lain-lain -
5. Wajah
Pembengkakan Tidak didapatkan pembengkakan pada
wajah daerah sinus paranasal
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin 12.5 g/dL
Hematokrit 36,40 %
Leukosit 5 ,8 uL
Trombosit 3 17.000 uL
Masa Pembekuan 0 2 min 1 0 sec
Masa Perdarahan 0 8 min 20 sec
V. RINGKASAN
Pasien datang dengan keluhan amandel membesar sejak 1 bulan yang
lalu, tidak ada nyeri telan dan nyeri tenggorokan. Pasien mengeluh sering
mengalami nyeri menelan yang hilang timbul, seing batuk dan pilek.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil membesar T2-T2, tidak
hiperemis, kripta tidak melebar dan tidak ada detritus. Pemeriksaan hidung
dan telinga dalam batas normal.
VI. DIAGNOSIS BANDING
VII. DIAGNOSIS
Adenotonsilofaringitis Kronik
VIII. TERAPI
Medikamentosa
Amoksisilin 250 mg
Asam mefenamat 250 mg
mf pulv dtd X
S 3 dd I pulv
Operatif
Adenotonsilektomi (ATE)
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
PEMBAHASAN
I. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa
yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid),
tonsil palatina (tonsila faucial), tonsila lingual (tonsila pangkal lidah),
tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring/Gerlach’s tonsil).
Peradangan pada tonsila palatina biasanya meluas ke adenoid dan tonsil
lingual. Penyebaran infeksi terjadi melalui udara (air borne droplets).
Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak.
Tonsilitis kronis merupakan salah satu penyakit yang paling umum
dari daerah oral dan ditemukan terutama di kelompok usia muda. Kondisi
ini karena peradangan kronis pada tonsil. Data dalam literatur
menggambarkan tonsilitis kronis klinis didefinisikan oleh kehadiran
infeksi berulang dan obstruksi saluran napas bagian atas karena
peningkatan volume tonsil. Kondisi ini mungkin memiliki dampak
sistemik, terutama ketika dengan adanya gejala seperti demam berulang,
odinofagia, sulit menelan, halitosis dan limfadenopati servikal dan
submandibula.
II. Etiologi
Beberapa organisme dapat menyebabkan infeksi pada tonsil,
termasuk bakteri aerobik dan anaerobik, virus, jamur, dan parasit. Pada
penderita tonsilitis kronis jenis kuman yang paling sering adalah
Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Streptokokus grup A
adalah flora normal pada orofaring dan nasofaring. Namun dapat menjadi
pathogen infeksius yang memerlukan pengobatan. Selain itu infeksi juga
dapat disebabkan Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, S.
Pneumoniae dan Morexella catarrhalis.
Infeksi virus biasanya ringan dan dapat tidak memerlukan
pengobatan yang khusus karena dapat ditangani sendiri oleh ketahanan
tubuh. Penyebab penting dari infeksi virus adalah adenovirus, influenza A,
dan herpes simpleks (pada remaja). Selain itu infeksi virus juga termasuk
infeksi dengan coxackievirus A, yang menyebabkan timbulnya vesikel
dan ulserasi pada tonsil. Epstein-Barr yang menyebabkan infeksi
mononukleosis, dapat menyebabkan pembesaran tonsil secara cepat
sehingga mengakibatkan obstruksi jalan napas yang akut.
Infeksi jamur seperti Candida sp tidak jarang terjadi khususnya di
kalangan bayi atau pada anak-anak dengan immunocompromised.
III. Patofisiologi
Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena
proses radang berulang. Maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh
jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripta akan melebar.
Secara klinis kripta ini akan tampak diisi oleh detritus (akumulasi epitel
yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripta berupa
eksudat berwarna kekuning kuningan). Proses ini meluas hingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar
fossa tonsilaris. Sewaktu-waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh
misalnya pada keadaan imun yang menurun.
IV. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik yaitu:
1. Rangsangan menahun (kronik) rokok dan beberapa jenis makanan
2. Higiene mulut yang buruk
3. Pengaruh cuaca
4. Kelelahan fisik
5. Pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat
V. Diagnosis
Pada anamnesis, penderita biasanya datang dengan keluhan tonsillitis
berulang berupa nyeri tenggorokan berulang atau menetap, rasa ada yang
mengganjal ditenggorok, ada rasa kering di tenggorok, napas berbau,
iritasi pada tenggorokan, dan obstruksi pada saluran cerna dan saluran
napas, yang paling sering disebabkan oleh adenoid yang hipertofi. Gejala-
gejala konstitusi dapat ditemukan seperti demam, namun tidak mencolok.
Pada anak dapat ditemukan adanya pembesaran kelanjar limfa
submandibular.
VI. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk tonsillitis kronik terdiri atas terapi
medikamentosa dan operatif.
1. Medikamentosa
Terapi ini ditujukan pada hygiene mulut dengan cara berkumur atau obat
isap, pemberian antibiotik, pembersihan kripta tonsil dengan alat irigasi gigi atau
oral. Pemberian antibiotika pada penderita Tonsilitis Kronis eksaserbasi akut
Cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin (terutama jika disebabkan
mononukleosis atau abses), amoksisilin dengan asam klavulanat (jika bukan
disebabkan mononukleosis).
2. Operatif
Untuk terapi pembedahan dilakukan dengan mengangkat tonsil
(tonsilektomi). Tonsilektomi dilakukan bila terapi konservatif gagal.
Adapun indikasi tonsilektomi menurut The American of Otolaryngology-
head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium 1995 adalah:
a. Serangan tonsillitis lebih dari 3x pertahun walaupun telah mendapat terapi
yang adekuat
b. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofacial
c. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor
pulmonale.
d. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang
tidak berhasil hilang dengam pengobatan
e. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
f. Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Streptokokus
beta hemolitikus
g. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
h. Otitis media efusa/otitis media supuratif
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusmarjono, Kartoesoediro S. Tonsilitis kronik. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher ed Keenam. FKUI Jakarta: 2007.
p212-25.
2. Boies AH. Rongga Mulut dan Faring. In: Boies Buku Ajar Penyakit THT.
Jakarta: ECG, 1997. p263-340
3. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Tonsil dan Adenoid. In: Ilmu
Kesehatan Anak Edisi 15 Volum 2. Jakarta: ECG,2000. p1463-4