Refleksi Appendisitis

16
Bagian Ilmu Bedah Refleksi Kasus Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman PENTINGNYA PENEGAKKAN DIAGNOSIS APENDISITIS UNTUK MENCEGAH KOMPLIKASI LEBIH LANJUT Disusun oleh: Dessy Vinoricka Andriyana 0808015022 Pembimbing: dr. Ahmad Tobroni, SpB.

description

app

Transcript of Refleksi Appendisitis

BAB II

Bagian Ilmu Bedah Refleksi KasusFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

PENTINGNYA PENEGAKKAN DIAGNOSIS APENDISITIS UNTUK MENCEGAH KOMPLIKASI LEBIH LANJUT

Disusun oleh:Dessy Vinoricka Andriyana0808015022

Pembimbing:dr. Ahmad Tobroni, SpB.

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan KlinikPada Bagian Ilmu BedahFakultas Kedokteran Universitas Mulawarman2013

DAFTAR ISI

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAppendisitis adalah infeksi bakterial pada appendiks vermiformis. Appendisitis akut merupakan keadaan akut abdomen yang memerlukan pembedahan segera untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. Appendisitis akut memiliki manifestasi klinis yang beragam, terkadang menyerupai sindroma klinis lainnya, dan berkaitan dengan morbiditas signifikan yang meningkat dengan penundaan diagnosis. Jika telah terjadi perforasi, maka komplikasi dapat terjadi seperti peritonitis umum, abses, dan komplikasi pascaoperasi seperti fistula dan infeksi luka operasi.Appendisitis akut dapat terjadi pada semua umur. Insidensinya meningkat pada pubertas dan mencapai puncaknya pada usia remaja dan pada usia 20 tahun. Insiden terbanyak appendisitis akut berada pada kelompok usia 20-40 tahun. Namun angka kejadian perforasi dari kasus apendisitis justru lebih sering terjadi pada kelompok usia 65 tahun. Diagnosis appendisitis akut pada anak tidak mudah ditegakkan hanya berdasarkan gambaran klinis. Keadaan ini menghasilkan angka appendektomi negatif sebesar 20 % dan angka perforasi sebesar 20-30 %.Di Amerika Serikat terjadi penurunan jumlah kasus appendisitis dari 100 kasus menjadi 52 kasus setiap 100.000 penduduk dari tahun 1975 - 1991. Terdapat 15 - 30 % gambaran histopatologi yang normal pada hasil appendektomi dan 30 - 45% di antaranya terjadi pada wanita. Keadaan ini menambah komplikasi pascaoperasi, seperti adhesi, konsekuensi beban sosial-ekonomi, kehilangan jumlah hari kerja, dan produktivitas. Berdasarkan US Census Bureau, International Data Base tahun 2004, di benua Asia negara Cina dan India masih menempati urutan pertama dan kedua insidensi terbanyak kasus appendisitis akut, sedangkan Indonesia menempati urutan ketiga. Insiden appendisitis akut di Indonesia masih sangat tinggi. Pada Tahun 2004 terdapat 596.132 insiden dari 283.452.952 populasi masyarakat Indonesia.Tingkat akurasi diagnosis appendisitis akut berkisar 76 - 92 %. Pemakaian laparoskopi, ultrasonografi, dan Computed Tomography Scanning (CT-scan), merupakan upaya untuk meningkatkan akurasi diagnosis appendisitis akut. Beberapa pemeriksaan laboratorium dasar masih banyak digunakan dalam diagnosis penunjang appendisitis akut. C-reactive protein (CRP), jumlah sel leukosit, dan hitung jenis neutrofil (differential count) adalah penanda yang sensitif bagi proses inflamasi. Pemeriksaan ini sangat mudah, cepat, dan murah untuk Rumah Sakit di daerah.Tidak ada gejala dan tanda maupun tes diagnostik tunggal yang dapat mengkonfirmasi diagnosis appendisitis secara akurat pada semua kasus. Telah banyak upaya yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang tepat, salah satunya adalah dengan skor Alvarado. Skor Alvarado adalah sistem skoring sederhana yang bisa dilakukan dengan mudah, cepat dan tidak invasif . Alfredo Alvarado tahun 1986 membuat sistem skor yang didasarkan pada tiga gejala, tiga tanda dan dua temuan laboratorium. Klasifikasi ini berdasarkan pada temuan praoperasi dan untuk menilai derajat keparahan appendisitis. Instrumen lain yang sering dipakai pada apendisitis akut anak adalah klasifikasi klinikopatologi dari Cloud. Klasifikasi ini berdasarkan pada temuan gejala klinis dan temuan durante operasi. Semua upaya ini dilakukan untuk meminimalisir angka kejadian appendektomi negatif tanpa meningkatkan insiden perforasi.

1.2 TujuanTujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui tentang appendisitis termasuk definisi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.2. Mendapatkan keterampilan dalam melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan menggunakan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dalam penegakan diagnosis appendisitis.3. Mengkaji ketepatan dan kesesuaian kasus yang dilaporkan dengan teori berdasarkan literatur.

BAB 2LAPORAN KASUS

ANAMNESIS (Autoanamnesa pada tanggal 12 Oktober 2013)Identitas :Nama: Tn. MSUmur : 44 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiAlamat: Sei Kapih RT. 23 No. 171Pekerjaan : Pegawai swastaAgama: IslamPendidikan terakhir: SMAStatus Kawin : KawinMasuk Rumah Sakit: 12 Oktober 2013

Keluhan UtamaNyeri perut kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang Nyeri perut kanan bawah dialami pasien sejak 2 hari sebelum MRS, awalnya nyeri dirasakan di ulu hati pada pagi hari pertama, seperti melilit dan dirasakan hilang timbul, kemudian nyeri dirasakan berpindah pada daerah perut bawah kanan, nyeri dirasakan hilang timbul, kemudian dirasakan terus-menerus, seperti ditusuk-tusuk, menetap, tidak menjalar. Nyeri dirasakan semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Selain keluhan di atas, pasien juga mengeluh tidak nafsu makan, mual, namun tidak ada muntah. Pasien mengalami demam juga tidak terlalu tingggi sejak keluhan di atas dirasakan. Namun, kurang lebih 5 jam sebelum masuk Rumah Sakit pasien telah minum obat penurun panas. Tidak buang air besar selama 2 hari terakhir. Buang air kecil lancar, nyeri (-), warna seperti biasa, berpasir (-).

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat mengalami keluhan yang serupa pertama kali kurang lebih 10 bulan yang lalu. Pasien mengalami nyeri yang hebat pada daerah ulu hati, dan berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri dialami cukup berat hingga pasien terbatas untuk berjalan. Demam, nafsu makan tidak ada, mual dan muntah juga dirasakan pasien pada saat itu. Kemudian berobat ke pelayanan kesehatan dan akhirnya mendapatkan penjelasan bahwa pasien hanya sakit perut biasa, pasien dipulangkan kembali, dan mendapat pengobatan rawat jalan dengan diberikan 3 macam obat tablet. Pasien lupa nama obat tersebut. Setelah obat habis, keluhan pasien menghilang. Kondisi pasien membaik. Riwayat memiliki penyakit jantung, riwayat pemasangan stent jantung 5 tahun yang lalu. Riwayat penyakit paru, ginjal, kencing manis disangkal.

Riwayat Kebiasaan Pasien memiliki kebiasaan makan makanan rendah serat (jarang makan sayur dan buah-buahan).

PEMERIKSAAN FISIK (pada tanggal 12 Oktober 2013)1. Keadaan Umum Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6Keadaan sakit : Sakit sedang Tanda Vital : Frekuensi Nadi: 88 x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukupTekanan darah: 120/80 mmHg Pernafasan: 20 x/menit,. Suhu : 36,10C, aksiler

2. Kepala dan Lehera. UmumEkspresi : Tampak kesakitanb. MataKonjunktiva : anemis (-/-)Sklera : ikterik (-/-)Pupil : bulat, isokor 3 mm/3 mm, refleks cahaya (+/+)c. MulutBibir: pucat (-), sianosis (-)d. LeherUmum: simetrisKelenjar limfe: membesar (-)

3. Thoraxa. ParuIBentuk: simetrisPergerakan: simetris, retraksi ICS (-/-)Pa ICS melebar : (-/-) Fremitus raba: Simetris (D=S)Pe Suara ketok: sonor (+/+)Batas paru-hepar: ICS V dekstraA Suara nafas: vesikuler Suara tambahan: ronki (-/-), wheezing (-/-)b. JantungIIctus cordis tidak tampakPaIctus cordis teraba pada ICS V MCL SinistraPeBatas kanan: parasternal line ICS III Dextra Batas kiri: ICS V MCL Sinistra AS1 S2 tunggal, reguler, gallop (-), murmur (-).

4. Abdomen pada status lokalis

5. InguinalPembesaran kel. Limfe: (-/-)Massa atau benjolan: (-/-)

6. EkstremitasAtas :Akral hangat, edema (-/-)Bawah:Akral hangat, edema (-/-)

7. Status Lokalis Regio AndomenIBentuk: distensi (-), protuberantKulit : normalAPeristaltik usus : Bising usus (+) normal PaSoepel, turgor normal, nyeri tekan (+) pada titik Mc Burney, defans muskuler lokal di titik Mc Burney (+), nyeri tekan lepas (+), Psoas Sign (-), Obturator sign (-), Rovsing sign (-), Blumberg sign (-)Pembesaran : hepar (-), ginjal (-), spleen (-)Massa: (-)PeTimpani, Shifting dullness (-)8. Rectal Toucher : Tonus spinchter ani menjepit kuat, mukosa licin, sulkus mediana teraba, massa (-), Nyeri tekan arah jam 9 dan 10Handscoen : feces (+), warna kuning, lendir (-), darah (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 12-10-2013

Darah lengkap

Hb14,30 gr/dl

Hct42,3 %

Leukosit14.500/ul

Trombosit270.000/ul

Kimia darah

GDS63 mg/dl

Ureum31,3 mg/dl

Kreatinin1,2 mg/dl

Urine

WarnaKuning

KekeruhanJernih

Berat Jenis1,020

pH6,0

Ketone+2

Protein-

Urobilinogen+2

Epitel+

Leukosit1-2

Eritrosit-

DIAGNOSIS KERJA SEMENTARA Appendisitis Akut

DIFFERENTIAL DIAGNOSISAppendisitis KronisUrolithiasisDivertikulitis

PENATALAKSANAAN :SurgicalAppendektomi terbukaFarmakologiIVFD RL : D5 20 tpmInjeksi Ceftriaxon 2 x 1 gram IVInjeksi Ketorolac 3 x 30 mg IVInjeksi Ranitidine 2 x 50 mg IV

DIAGNOSIS POST-OPERASIAppendisitis Kronis

LAPORAN OPERASI Operasi dilakukan tanggal 13 Oktober 2013. Dilakukan general anestesi, memposisikan pasien posiis supine Desinfeksi medan operasi dengan alkohol 70% kemudian povidone iodine l0%. Pasang doek steril kecuali daerah tindakan, pasang doek klem, kemudian pasang doek lubang Insisi Gridiron pada titik Mc Burney Insisi kulit, subkutis, otot, sampai peritoneum, tampak omentum dan perlekatan pada sekum yang sifatnya lama Tidak ditemukan secara pasti basis appendiks Dilakukan ligasi pada yyang dicurigai sebgaai basis appendiks Eksplorasi pada appendiks dan perdarahan Pasang drain (+) NGT Tutup peritoneum, otot, subkutis, dan kulit Operasi selesai

PROGNOSISBonam

BAB 3PEMBAHASAN

Pada kasus pasien ini, berdasarkan dari pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan gambaran bahwa pasien ini telah mengalami tanda-tanda akut abdomen sekitar 10 bulan sebelumnya. Jika seseorang mengalami tanda-tada nyeri akut abdomen, maka seharusnya segera mendapatkan penanganan cepat, karena merupakan suatu kondisi emergensi. Namun ternyata pada pasien ini tidak. Oleh karena itu, pada pembahasan ini akan dipaparkan :1) Tanda tanda akut abdomen dan penatalaksanaan2) Penegakkan diagnosis apendisitisa. Anamnesisb. Pemeriksaan Fisikc. Pemeriksaan penunjangd. Penatalaksanaan

27

6