Referattt Radiologi Print

download Referattt Radiologi Print

of 30

Transcript of Referattt Radiologi Print

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    1/30

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangKanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan

    penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit

    ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan

    pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang

    erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi

    anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan

    ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung

    pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker

    paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis

    dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas

    hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat

    menyembuhkannya. Pilihan terapi harusdapat segera dilakukan, mengingat

    buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam

    beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin

    meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah

    semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru

    sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam

    pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker

    paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma

    bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah

    penyakit gen.

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    2/30

    2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. AnatomiBatang tenggorok (trachea) ini bercabang dua masing-masing

    dinamakan bronchus, satu untuk paru-paru kiri dan satu paru-paru kanan.

    Tiap cabang bronchi besar bercabang lagi menjadi beberapa cabang lagi dan

    seterusnya sampai cabang yang makin sempit.

    Dinding trachea ini berupa cincin tulang rawan yang satu dengan

    yanglainya dihubungkan oleh jaringan pengikat sehingga merupakan paru

    yang supeldan kokoh.Dindingnya makin ke ujung makin menipis dan tulang

    rawanya makinberkurang.Bronchi yang halus ini dinamakan bronchioli. Pipa

    bronchi yang halusdinamakan bronchioli respiratori, yang akhirnya melebar

    merupakan kantongberbentuk corong (acinus). Dinding acinus ini tidak rata,merupakan gelembung-gelembung paru (alveoli). Masing-masing alveolus

    berdinding tipis yang terdiri hanya dari satu lapisan selaput epitheel disebut

    epitheel alveolar atau epitheel respiratori. Jadi paru tidak lain adalah trachea

    yang bercabang-cabang terus menerus,sampai cabang yang paling halus

    terakhir sebagai kantong yang tertutup. Jumlah acini mencapai beberapa juta

    sehingga jumlah alveoli1750 juta. Ruangan rongga dada yang ditempati

    paru terbagi dalam banyak sekali ruangan yang sangat kecil dengan

    permukaan dinding seluas100m2.

    Perluasan dinding alveoli ini penting sekali bagi terlaksananya

    pertukaran gas antara darah dengan udara paru. Makin luas permukaan

    dinding ini dalam kesatuan waktu. Pipa dan acini yang halus ini tidak

    tergantung begitu saja, namun diikat dan dihubungkan oleh jaringan pengikat,

    sehingga terjadi beberapa bagian yang agak besar yang dinamakan lobus.

    Paru sebelah kanan terdiri dari tiga lobus, paru sebelah kiri dua lobus.

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    3/30

    3

    Jaringan pengikat tersebut mengandung banyak sekali serabut elastis,

    pembuluh darah, pembuluh limphe dan serabut syaraf.

    1. Otot-Otot PernapasanPada waktu pernapasan biasa (waktu istirahat) yang bekerja hanya

    otot-otot pernapasan reguler yaitu: musculi diaphragma dan musculi

    intercostals. Apabila pernapasan dipergiat maka akan di bantu oleh otot-

    otot pernapsan auxiliair. Apabila kita melakukan tarik napas, yang

    bekerja adalah musculi diaphragma da musculi intercostale externi dan

    beberapa otot pembantu(auxiliair). Otot-otot inspirasi auiliair antara lain :

    a. Musculi anterior medius dan posteriorb. Musculus seratus posterior posterior dan seratus anteriorc. Musculi sterno-cledio-mastoideusd. Musculi pectoralis major dan minore. Musculi rhomboideus

    2. Alat-alat Pernapasan (Apparatus Respiratoris)Bila kita mengetahui jalan dari udara masuk melalui hidung

    makaberturut-turut akan melelui:

    a. Cavum nasi(rongga hidung)b. Cavum oris(rongga mulut)

    c. Pharinx

    d. Larynx

    e. Trachea

    f. Bronchus

    g. Bronchiolus

    h. Bronchiolus respiratoris

    i. Ductulus alveolaris

    j. Alveolus

    Dari uraian diatas maka peulis sedikit menguraikan proses

    jalannya udara melalui beberapa item yang adayaitu :

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    4/30

    4

    a. Cavum Nasi (Rongga hidung), disini udara pernapasan biasanyamelalui rongga hidung dan didalm rongga hidung terdapat suatu sekat

    (septum nasi) dan choncainasalis yang terdiri dari tiga bagian :

    superior, media dan superior yang dilapisi oleh jaringan yang banyak

    mengandung pembuluh darah kapiler. Bagian luar banyak ditumbuhi

    bulu (silia). Silia ini berfungsi sebagi filter dan conchae berfungsi agar

    udara yang masuk kedalam paru-paru memiliki suhu yang sama

    dengan suhu didalam paru-paru, selain itu menghasilkan suatu lendir

    yang berfungsi untuk menangkap debu-debu yang masuk bersama

    udara pernapasan.

    b. Pharynx, Sebenarnya udara maupun makanan melewati daerah ini dansecara bergantian jalan ini dilewati. Kalau kita sedang memakan

    makanan maka kita tidak dapat bernafas karena tenggorokan tertutup

    oleh Ephyglotis. Sesudah makanan masuk maka kita baru dapat

    bernapas kembali seperti sediakala karena ephyglotis terbuka.

    c. Larynx merupakan saluran masuk ke trachea dan mempunyai dindingserta tulangrawan/cartilago. Dindingnya merupakan mesthelium dan

    dilapisi oleh jaringanotot polos. Sebelumnya ephyglotis ini akan

    meutup larynx kalau sedang menelan makanan atau minuman.

    d. Dari Trachea sampai Alveolus Dinding masih ada cartilagonya dandiantaranya terdapat otot polos dan dindingnya mengandung tunika

    mukosa yang menghasilkan kelenjar dan mempunyai silia (rambut

    getar). Kelenjar ini disebut mucus dan rambut getar berguna untuk

    mendorong debu atau partikel kecil lainya keluar. Sesudah itu trachea

    akan bercabang dua : kanan dan kiri dan pada bagian kiri akan

    bercabang dua dan sebelah kanan bercabang tiga yang masing-masing

    kita sebut bronchus. Didalam bronchus ini masih ada cartilago dan

    tunika mukosa yang mengandung mucus dan cilia serta otot polos.

    Sesudah itu bawa masuk kedalam cabang-cabang broncus yang

    disebut bronchiolus; bronchiolus respiratoris bercabang-cabang yang

    disebut ductulusalveolaris; setelah menjadi ductus alveolaris akan

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    5/30

    5

    menjadi succulus alveolaris danterakhir adalah alveolus itu sendiri.

    Alveolus merupakan gelembung-gelembungkecil seperti balon kecil

    dan berdinding sangat tipis serta bagian luar dikelilingioleh kapiler-

    kapiler darah. Disinilah sebenarnya terjadi proses pertukaran gas.

    B. DefinisiKanker paru-paru beras al dari jaringan paru-paru, biasanya dari

    lapisan sel di saluran udara. Kanker paru seperti halnya juga kanker

    yang lain, yaitu merupakan hasil dari pertumbuhan abnormal sel tubuh.

    Pada orang normal, pertumbuhan dan kematian sel diatur sedemikian rupa

    sehingga selalu dalam keadaan seimbang. Bila mekanisme ini terganggu

    maka selakan tumbuh dengan semena mena sehingga sel tersebut

    membesar dengan tidak terkontrol yang kemudian dikenal dengan nama

    tumor.

    Dua jenis utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil

    (small cell) dan kanker paru-paru bukan sel kecil (non-small cell).

    Jenis kanker ini di diagnosis berdasarkan bentuk sel di

    bawahmikrosko p. Lebih dari 80% dari semuak anker pa r u - paru

    termasuk dalam jenis kanker bukan sel kecil . Ada 3 subtipe utama dari

    kanker paru-paru bukan sel kecil,yaitu adenocarcinoma, carcinoma sel

    squamosa dan carcinoma sel besar.

    Berdasarkan pertumbuhannya, tumor dibagi menjadi dua jenis

    yaitu:

    1. Tumor jinakTumor jinak umumnya terlokalisir dan tidak menyebar ke bagian tubuh

    yang lain. Tumor jenis ini mudah untuk dihilangkan atau disembuhkan

    dengan tuntas.

    2. Tumor ganas atau lebih dikenal dengan sebutan kanker.

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    6/30

    6

    Tumor ganas (kanker) dapat tumbuh dan membesar dengan cepat,

    bersifatmerusak organ di sekitarnya serta dapat mengalami metastase

    atau menyebar ke organ tubuh yang lain.

    Pengobatan kanker sangat terggantung dari stadium atau derajat

    pertumbuhandan penyebaran kanker. Seperti halnya sel yang terdapat pada

    organ tubuh yanglain, sel paru paru juga dapat mengalami pertumbuhan

    abnormal atau kanker. Paru paru sebagai suatu organ juga dapat menerima

    penyebaran kanker dari organlainnya, sehingga kanker yang terjadi pada

    paru paru bisa berasal dari sel paruparu itu sendiri atau sel kanker yang

    berasal dari organ lain.

    C. Etiologi dan Faktor ResikoSeperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari

    kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan

    suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama

    disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-

    lain (Amin, 2006). Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko

    penyebab terjadinya kanker paru :

    1) MerokokMenurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang

    berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson,

    2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya

    telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru

    pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang

    rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan

    lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).

    2) Perokok pasifSemakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara

    perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    7/30

    7

    lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru.

    Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang

    tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat

    kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).

    3) Polusi udaraKematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi

    udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok

    kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak

    di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti

    statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan

    pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling

    rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.

    Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok

    sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan

    tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih

    tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara

    polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren

    (Wilson, 2005).

    4) Paparan zat karsinogenBeberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon,

    arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat

    menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antarapekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar

    daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak

    dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga

    merokok.

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    8/30

    8

    5) DietBeberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi

    terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan

    tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).

    6) GenetikTerdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru

    berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan

    genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen

    dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan

    berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan

    onkogen (termasuk juga gen-genK-ras dan myc)

    D. Patofisiologi

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    9/30

    9

    E. Diagnosa dan PenderajatanTujuan pemeriksaan diagnosis adalah untuk menentukan jenis

    histopatologi kanker, lokasi tumor sertapenderajatannya yang selanjutnya

    diperiukan untuk menetapkan kebijakan pengobatan.

    1. Deteksi diniKeluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk

    darah, batuk kronik, berat badan menurundan gejala lain yang juga

    dapat dijurnpai pada jenis penyakit paru lain. Penernuan dini penyakit

    iniberdasarkan keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan yang

    ringan terjadi pada mereka yang telahmemasuki stage II dan III. Di

    Indonesia kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah

    beradapada staging lanjut. Dengan rneningkatnya kesadaran masyarakat

    tentang penyakit ini, disertai denganmeningkatnya pengetahuan dokter

    dan peralatan diagnostik maka pendeteksian dini seharusnya

    dapatdilakukan.Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada

    subyek dengan risiko tinggi yaitu:

    Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok

    Paparan industri tertentu

    Dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak

    napas,nyeri dada dan berat badan menurun.

    Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah perempuan

    perokok pasif dengan salah satu gejala di atasdan seseorang yang

    dengan gejala klinik : batuk darah, batuk kronik, sakit dada, penurunan

    berat badan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentang anggota

    keluarga dekat yang menderita kanker parujuga perlu jadi faktor

    pertimbangan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk deteksi dini ini,

    selain pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan radio toraks dan

    pemeriksaan sitologi sputum. Jika ada kecurigaan kanker paru,

    penderita sebaiknya segera dirujuk ke spesialis paru agar tindakan

    diagnostik lebih lanjut dapat dilakukan lebih cepat dan terarah.

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    10/30

    10

    2. Prosedur diagnostika. Gambaran Klinik

    Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda

    dari penyakit paru lainnya, terdiri darikeluhan subyektif dan gejala

    obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan

    perjalananpenyakit, serta faktorfaktor lain yang sering sangat

    membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utamadapat berupa :

    Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga

    purulen)

    Batuk darah

    Sesak napas

    Suara serak

    Sakit dada

    Sulit / sakit menelan

    Benjolan di pangkal leher

    Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan

    dengan rasa nyeri yang.

    Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan

    akibat metastasis di luar paru,seperti kelainan yang timbul karena

    kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki.

    Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :

    Berat badan berkurang

    Nafsu makan hilang

    Demam hilang timbul

    Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary

    osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia.

    b. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik harus dilakukan secara menyeluruh dan

    teliti. Hasil yang didapat sangatbergantung pada kelainan saat

    pemeriksaan dilakukan. Tumor paru ukuran kecil dan terletak

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    11/30

    11

    diperifer dapat memberikan gambaran normal pada pemeriksaan.

    Tumor dengan ukuran besar,terlebih bila disertai atelektasis sebagai

    akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan venacava akan

    memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat

    memberikan datauntuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran

    KGB atau tumor diluar paru. Metastasis keorgan lain juga dapat

    dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk

    mendeteksipeninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur

    sebagai akibat metastasis ke tulang.

    c. Gambaran RadiologisHasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan

    penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor

    primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan

    sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks

    PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone survey,

    USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak

    kelainan, ukuran tumor dan metastasis.

    1). Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat

    dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm.

    Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler,

    disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor

    juga dapat ditemukan telah invasi ke dindingdada, efusi pleura,

    efusi perikar dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan

    keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan

    dengan foto toraks saja. Kewaspadaan dokter terhadap

    kemungkinan kanker paru pada seorang penderita penyakit paru

    dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan penting

    diingatkan. Seorang penderita yang tergolong dalam golongan

    resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru, harus

    disertai difollowup yang teliti. Pemberian OAT yang tidak

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    12/30

    12

    menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan

    harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru, tetapi lain

    masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah

    pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan

    dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut. Bila foto

    toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus

    diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang

    atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada

    tumor primer dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila

    cairan bersifat produktif, dan/atau cairan serohemoragik.

    Gambar 1. Gambaran Radioopaque di Paru Kiri

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    13/30

    13

    Gambar 2. Massa di Hilus

    Gambar 3. Cavited brochiogenic carcinoma

    2).CT-Scan toraks : Tehnik pencitraan ini dapat menentukan

    kelainan di paru secara lebih baik daripada foto toraks. CT-scan

    dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm

    secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    14/30

    14

    juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan

    terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura

    yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan

    dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan,

    keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage

    juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat

    dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan

    metastasis intrapulmoner.

    Gambar 4. Ct-scan massa paru

    3).Pemeriksaan radiologik lain : Kekurangan dari foto toraks dan

    CT-scan toraks adalah tidak mampumendeteksi telah terjadinya

    metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik

    lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulangkepala / jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat

    mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG

    abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar

    adrenal dan organ lain dalam rongga perut.

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    15/30

    15

    d. Pemeriksaan Khusus

    1). Bronkoskopi

    Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan

    diagnostik sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil

    jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.

    Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan

    mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor

    misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif,

    mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti

    dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan

    atau kerokan bronkus.

    Gambar 5. Bronkoskopi, Massa Menutupi Bronkus

    Kanan

    2). Biopsi aspirasi jarum

    Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan,

    misalnya karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin

    berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum,

    karena bilasan danbiopsi bronkus saja sering memberikan hasil

    negatif.

    3).

    5). Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    16/30

    16

    F. PenatalaksanaanPengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-

    modaliti terapi). Kenyataanya pada saatpemilihan terapi, sering bukan

    hanya diharapkan pada jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja

    tetapi juga kondisi non-medisseperti fasiliti yang dimilikirumah sakit dan

    ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan.

    1) PembedahanIndikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK

    stadium I dan II. Pembedahan jugamerupakan bagian dari combine

    modality therapy, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK

    stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang

    memerlukan intervensi bedah, seperti kankerparu dengan sindroma

    vena kava superiror berat.

    Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi

    lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner, dengan lobektomi

    maupun pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi baji hanya

    dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan

    diperiksa dengan potong beku untuk memastikan bahwa batas sayatan

    bronkus bebas tumor. KGB mediastinum diambil dengan diseksi

    sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis.

    2) RadioterapiRadioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau

    paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapimenjadi bagian dari kemoterapi

    neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA. Pada kondisi tertentu,

    radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi

    sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk

    meringankan keluhan penderita, seperti sindroma vena kava superiror,

    nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis tumor

    di tulang atau otak.

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    17/30

    17

    Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan

    beberapa faktor

    a. Staging penyakit

    b. Status tampilan

    c. Fungsi paru

    Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus

    diketahui :

    - Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan

    - Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)

    Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 6000

    cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. Syarat

    standar sebelum penderita diradiasi adalah :

    1. Hb > 10 g%

    2. Trombosit > 100.000/mm3

    3. Leukosit > 3000/dl

    Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :

    1. PS < 70.

    2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan.

    3. Fungsi paru buruk.

    3. KemoterapiKemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru.

    Syarat utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan

    (performance status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau

    menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan

    beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada

    keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan

    4. Rehabilitasi MedikPada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan

    muskuloskeletal terutama akibat metastasis ke tulang. Manifestasinya

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    18/30

    18

    dapat berupa inviltrasi ke vetebra atau pendesakan syaraf. Gejala yang

    tirnbul berupakesemutan, baal, nyeri dan bahkan dapat terjadi paresis

    sampai paralisis otot, dengan akibat akhirterjadinya gangguan

    mobilisasi/ambulasi.

    Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus, apakah

    operabel atau tidak.

    - Bila operabel tindakan rehabilitasi medik adalah preventif dan

    restoratif.

    - Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan

    paliatif.

    Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu

    dilakukan rehabilitasi medik prabedah danpascabedah, yang bertujuan

    membantu memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama

    untukmencegah komplikasi pascabedah (misalnya: retensi sputum,

    paru tidak mengembang) dan mempercepatmobilisasi. Tujuan

    program rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel adalah

    untuk memperbaikidan mempertahankan kemampuan fungsional

    penderita yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky. Upayaini juga

    termasuk penanganan paliatif penderita kanker paru dan layanan

    hospis (dirumah sakit atau dirumah).

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    19/30

    19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang

    Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di

    antara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital.

    Proes penting yang melibatkan mediastinum mencakup emfisema, infeksi,

    perdarahan serta banyak jenis kista dan tumor primer. Kelainan sistemik seperti

    karsinoma metastatic dan banyak penyakit granulomatosa juga bisa terlibat dalam

    mediastinum. Lesi terutama berasal dari esophagus, trakea, jantung dan pembuluh

    darah besar biasanya berhubungan dengan susunan organik spesifik yang terlibat

    daripada mediastinum. (Sabiston, 1994)

    Di dalam Mediastinum terdapat banyak macam kelainan kongenital dan

    pembengkakan. Karena pertumbuhannya yang sering lambat tumor mediastinum

    biasanya lambat memberikan keluhan mekanik. Keluhan ini kemudian

    menimbulkan kecurigaan akan malignancy. (Rasyad, 2009)

    Dari tumor mediastinal yang memberikan gejala, setengahnya adalah maligna.

    Sebagian besar tumor yang asimptomatik adalah benigna. (Rasyad,2009)

    Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari proses mediastinum telah

    dimungkinkan dengan peningkatan penggunaan rontgen dada, tomografi

    komputerisasi (CT Scan), teknik sidik radioisotope dan magnetic resonance

    imaging (MRI), serta telah memperbaiki keberhasilan dalam mengobati lesi

    mediastinum. Bersama dengan kemajuan dalam teknik diagnostik ini, kemajuan

    dalam anestesi, kemoterapi, immunoterapi, dan terapi radiasi telah meningkatkan

    kelangsungan hidup serta memperbaiki kualitas hidup. (Sabiston, 1994)

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    20/30

    20

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi dan Fisiologi Mediastinum

    Batas ruang mediastinum, atas: pintu masuk toraks, bawah: diafragma, lateral:pleura mediastinalis, posterior : tulang belakang, anterior : sternum. Karena

    rongga mediastinum tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat

    menekan organ penting di sekitarnya dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan

    tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga pasien sering datang setelah tumor

    cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat penekanan tumor terhadap organ

    sekitarnya.

    Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting:

    1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebratorakal ke-5 dan bagian bawah sternum.

    2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargmadidepan jantung.

    3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior kediafragma dibelakang jantung.

    4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior kediafragma di antara mediastinum anterior dan posterior.

    (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    21/30

    21

    2.2 Definisi

    Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu

    rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri

    besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat,

    kelenjar getah bening dan salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

    2003)

    Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga

    imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung, pembuluh

    darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. (Elisna

    Syahruddin)

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    22/30

    22

    Tumor adalah suatu benjolan abnormal yanga ada pada tubuh, sedangkan

    mediastinum adalah suatu rongga yang terdapat antata paru-paru kanan dan paru-

    paru kiri yang berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar,

    trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya.

    Jadi, Tumor mediastinum adalah tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak

    ada hal yang spesifik yang dapat mencegah tumor mediastinum ini. Tetapi jika

    kita terbiasa berperilaku hidup sehat insyaalloh kita akan tehindar dari penyakit

    tumor dan kanker. (dr. Agus Rahmadi, 2010)

    2.3 Etiologi

    Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:

    1. Penyebab kimiawiDi berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih

    cerobong asap. Zat yang mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.

    1. Faktor genetik (biomolekuler)perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan

    pengaruh protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.

    1. Faktor fisikSecara fisik, tumor berkaitan dengan trauma/pukulan berulang-ulang baik trauma

    fisik maupun penyinaran. Penyinaran bisa berupa sinar ultraviolet yang berasal ari

    sinar matahari maupun sinar lain seperti sinar X (rontgen) dan radiasi bom atom.

    1. Faktor nutrisiSalah satu contoh utama adalah dianggapnya aflaktosin yang dihasilkan oleh

    jamur pada kacang dan padi-padian sebagai pencetus timbulnya tumor.

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    23/30

    23

    1. Penyebab bioorganismeMisalnya virus, pernah dianggap sebagai kunci penyebab tumor dengan

    ditemukannya hubungan virus dengan penyakit tumor pada binatang percobaan.

    Namun ternyata konsep itu tidak berkembang lanjut pada manusia.

    1. Faktor hormonPengaruh hormon dianggap cukup besar, namun mekanisme dan kepastian

    peranannya belum jelas. Pengaruh hormone dalam pertumbuhan tumor bisa dilihat

    pada organ yang banyak dipengaruhi oleh hormone tersebut.

    2.4 Klasifikasi Tumor Mediastinum

    1. TimomaThymoma adalah tumor yang berasal dari epitel thymus. Ini adalah tumor yang

    banyak terdapat dalam mediastinum bagian depan atas. Dalam golongan umur 50

    tahun, tumor ini terdapat dengan frekuensi yang meningkat. Tidak terdapat

    preferensi jenis kelamin, suku bangsa atau geografi. Gambaran histologiknya

    dapat sangat bervariasi dan dapat terjadi komponen limfositik atau tidak.

    Malignitas ditentukan oleh pertumbuhan infiltrate di dalam organ-organ

    sekelilingnya dan tidak dalam bentuk histologiknya. Pada 50% kasus terdapat

    keluhan lokal. Thymoma juga dapat berhubungan dengan myasthenia gravis,pure

    red cell aplasia dan hipogamaglobulinemia. Bagian terbesar Thymoma

    mempunyai perjalanan klinis benigna. Penentuan ada atau tidak adanya

    penembusan kapsul mempunyai kepentingan prognostic. Metastase jarak jauh

    jarang terjadi. Jika mungkin dikerjakan terapi bedah. (Aru W. Sudoyo, 2006)

    2. LimfomaSecara keseluruhan, limfoma merupakan keganasan yang paling sering pada

    mediastinum. Limfoma adalah tipe kanker yang terjadi pada limfosit (tipe sel

    darah putih pada sistem kekebalan tubuh vertebrata). Terdapat banyak tipe

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    24/30

    24

    limfoma. Limfoma adalah bagian dari grup penyakit yang disebut kanker

    Hematological. Pada abad ke-19 dan abad ke-20, penyakit ini disebut penyakit

    Hodgkin karena ditemukan oleh Thomas Hodgkin tahun 1832. Limfoma

    dikategorikan sebagai limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.

    3. Kista pericardiumIni adalah kista dengan dinding yang tipis, terisi cairan jernih yang selalu dapat

    menempel pada perikard dan kadang-kadang berada dalam hubungan terbuka

    dengan perikard itu. Yang terbanyak terdapat di ventral, di sudut diafragmajantung. Kista ini juga dikenal sebagai kista coelom. Kista pleuroperikardial

    adalah kelainan congenital, tetapi baru muncul manifestasi pada usia dewasa.

    Sampai desenium ke 5 atau 6, ukuran tumor biasanya secara lambat bertambah,

    tetapi jarang sampai lebih dari 10 cm. pada fluoroskopi, kista-kista ini sering

    terlihat sebagai rongga-rongga dengan dinding yang tipis dengan perubahan

    bentuk pada pernapasan dalam. Kista-kista coelom di sebelah kanan harus

    differensiasi dengan lemak parakardial dan dengan hernia diafragmatika melalui

    foramen Morgagni. Kista-kista ini sering terdapt, meskipun tentang hal ini tidak

    ada data yang jelas. Kista ini tidak menimbulkan keluhan, infeksi sangat jarang

    dan malignitasnya tidak diketahui. Karena itu ekstirpasi hanya diperlukan pada

    keraguan yang serius mengenai diagnosisnya atau pada ukuran kista yang sangat

    besar.

    4. Tumor neurogenikTumor Neurogen merupakan tumor mediastinal yang terbanyak terdapat,

    manifestasinya hampir selalu sebagai tumor bulat atau oval, berbatas licin, terletak

    jaug di mediastinum belakang. Tumor ini dapat berasal dari saraf intercostals,

    ganglia simpatis, dan dari sel-sel yang mempunyai cirri kemoreseptor. Tumor ini

    dapat terjadi pada semua umur, tetapi relative frekuen pada umur anak. (Aru W.

    Sudoyo, 2006)

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    25/30

    25

    Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan ditemukan pada foto

    thorax rutin. Gejala biasanya merupakan akibat dari penekanan pada struktur yang

    berdekatan. Nyeri dada atau punggung biasanya akibat kompresi atau invasi

    tumor pada nervus interkostalis atau erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan

    dispneu merupakan gejala yang berhubungan dengan kompresi batang

    trakeobronchus. Sewaktu tumor tumbuh lebih besar di dalam mediastinum

    posterosuperior, maka tumor ini bisa menyebabkan sindrom pancoast atau Horner

    karena kompresi peleksus brakhialis atau rantai simpatis servikalis.

    2.5 Patofisiologi

    Sebagaimana bentuk kanker/karsinoma lain, penyebab dari timbulnya

    karsinoma jaringan mediastinum belum diketahui secara pasti; namun diduga

    berbagai faktor predisposisi yang kompleks berperan dalam menimbulkan

    manifestasi tumbuhnya jaringan/sel-sel kanker pada jaringan mediastinum.

    Adanya pertumbuhan sel-sel karsinoma dapat terjadi dalam waktu yang relatif

    singkat maupun timbul dalam suatu proses yang memakan waku bertahun-tahun

    untuk menimbulkan manifestasi klinik. Adakalanya berbagai bentuk karsinoma

    sulit terdeteksi secara pasti dan cepat oleh tim kesehatan. Diperlukan berbagai

    pemeriksaan akurat untuk menentukan masalah adanya kanker pada suatu

    jaringan.

    Dengan semakin meningkatnya volume massa sel-sel yang berproliferasi maka

    secara mekanik menimbulkan desakan pada jaringan sekitarnya; pelepasan

    berbagai substansia pada jaringan normal seperti prostalandin, radikal bebas dan

    protein-protein reaktif secara berlebihan sebagai ikutan dari timbulnya karsinoma

    meningkatkan daya rusak sel-sel kanker terhadap jaringan sekitarnya; terutama

    jaringan yang memiliki ikatan yang relatif lemah.

    Kanker sebagai bentuk jaringan progresif yang memiliki ikatan yang longgar

    mengakibatkan sel-sel yang dihasilkan dari jaringan kanker lebih mudah untuk

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    26/30

    26

    pecah dan menyebar ke berbagai organ tubuh lainnya (metastase) melalui

    kelenjar, pembuluh darah maupun melalui peristiwa mekanis dalam tubuh.

    Adanya pertumbuhan sel-sel progresif pada mediastinum secara mekanik

    menyebabkan penekanan (direct pressure/indirect pressure) serta dapat

    menimbulkan destruksi jaringan sekitar; yang menimbulkan manifestasi seperti

    penyakit infeksi pernafasan lain seperti sesak nafas, nyeri inspirasi, peningkatan

    produksi sputum, bahkan batuk darah atau lendir berwarna merah (hemaptoe)

    manakala telah melibatkan banyak kerusakan pembuluh darah.

    Kondisi kanker juga meningkatkan resiko timbulnya infeksi sekunder; sehingga

    kadangkala manifestasi klinik yang lebih menonjol mengarah pada infeksi saluran

    nafas seperti pneumonia, tuberkulosis walaupun mungkin secara klinik pada

    kanker ini kurang dijumpai gejala demam yang menonjol.

    2.6 Manifestasi Klinis

    1. Mengeluh sesak nafas, nyeri dada, nyeri dan sesak pada posisi tertentu(menelungkup)

    2. Sekret berlebihan3. Batuk dengan atau tanpa dahak4. Riwayat kanker pada keluarga atau pada klien5. Pernafasan tidak simetris6. Unilateral Flail Chest7. Effusi pleura8. Egophonia pada daerah sternum9. Pekak/redup abnormal pada mediastinum serta basal paru10.Wheezing unilateral/bilateral11.Ronchii

    Sebagian besar pasien tumor mediastinum akan memperlihatkan gejala pada

    waktu presentasi .Kebanyakan kelompok melaporkan bahwa antara 56 dan 65

    persen pasien menderita gejala pada waktu penyajian, dan penderita dengan lesi

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    27/30

    27

    ganas jauh lebih mungkin menunjukkan gejala pada waktu presentasi. Tetapi,

    dengan peningkatan penggunaan rontgenografi dada rutin, sebagian besar massa

    mediastinum terlihat pada pasien yang asimtomatik. Adanya gejala pada pasien

    dengan massa mediastinum mempunyai kepentingan prognosis dan

    menggambarkan lebih tingginya kemungkinan neoplasma ganas.

    Massa mediastinum bisa ditemukan dalam pasien asimtomatik, pada foto thorax

    rutin atau bisa menyebabkan gejala karena efek mekanik local sekunder terhadap

    kompresi tumor atau invasi struktur mediastinum. Gejala sistemik bisa

    nonspesifik atau bisa membentuk kompleks gejala yang sebenarnya patogmonik

    untuk neoplasma spesifik.

    Keluhan yang biasanya dirasakan adalah :

    1. Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.2. Gangguan menelan karena kompresi esophagus.3. Vena leher yang mengembang pada sindroma vena cava superior.4. Suara serak karena tekanan pada nerves laryngeus inferior.5. Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.

    Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan berat

    badan dan meningkatnya rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh

    pasien dengan massa mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh

    kompresi local atau invasi oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang

    berdekatan.

    Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri

    dada yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding dada

    posterior dan nervus interkostalis. Kompresi batang trakhebronkhus biasanya

    memberikan gejala seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang

    agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan disfagia atau

    gejala obstruksi. Keterlibatan nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus

    brakhialis masing-masing menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom Horner

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    28/30

    28

    dan sindrom Pancoast. Tumor mediastinum yang meyebabkan gejala ini paling

    sering berlokalisasi pada mediastinum superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa

    menyebabkan paralisis diafragma.

    Pemeriksaan Penunjang

    Rontgenografi

    Investigasi suatu massa di mediastinum harus dimulai dengan foto dada anterior-

    superior, lateral, oblik, esofagogram, dan terakhir tomogram bila perlu. Penentuan

    lokasi yang tepat amat penting untuk langkah diagnostic lebih lanjut. CT scanthorax dengan kontras atau angiografi sirkulasi pulmonum/aorta mungkin pula

    diperlukan untuk membedakan apakah lesi berasal dari vascular-bukan vascular.

    Hal ini perlu menjadi pertimbangan bila bioopsi akan dilakukan, selain itu CT

    scan juga berguna untuk menentukan apakah lesi tersebut bersifat kistik atau

    tidak. Pada langkah selanjutnya untuk membedakan apakah massa tersebut adalah

    tumor metastasis, limfoma atau tuberculosis / sarkoidosis maka mediastinoskopi

    dan biopsy perlu dilakukan. (Aru W. Sudoyo, 2006)

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    29/30

    29

    2.7 Penatalaksanaa

    1. Pembedahan : Tindakan bedah memegang peranan utama dalampenanggulangan kasus tumor mediastinum

    2. Obat-obatan Immunoterapi : Misalnya interleukin 1 dan alpha interferon3. Kemoterapi

    Kemoterapi telah menunjukkan kemampuannya dalam mengobati

    beberapa jenis tumor.

    4. Radioterapi : Masalah dalam radioterapi adalah membunuh sel kanker dansel jaringan normal. Sedangkan tujuan radioterapi adalah meninggikan

    kemampuan untuk membunuh sel tumor dengan kerusakan serendah

    mungkin pada sel normal.

  • 7/30/2019 Referattt Radiologi Print

    30/30

    30

    DAFTAR PUSTAKA

    Landis SH, Mliiray T, Bolden S, Wingo PA. Cancer 1998. Ca Cancer J Clin 1998;

    48:6-29.

    Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Survei kesehatan rumah tangga

    (SKRT) tahun 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995.

    Stover DE. Women, smoking and lung cancer. Chest 1998; 113:1-2.

    Kabat GC. Aspects of the epidemiology of lung cancer in smokers and non-

    smokers in the United stated. Lung Cancer 1996; 15:1-20.

    Ramanathan RK, Belani CP. Chemotherapy for advanced non-small cell lung

    cancer: Past, present, and future. Semin Oncol 1997; 24:440-54.

    Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Kanker Paru Pedoman Diagnosis &

    Penatalaksanaan Di Indonesia, Jakarta, 2003

    Aru W, Sudoyo, et al, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.

    Penerbit Buku Kedokteran IPD FK UI.

    Carter, M. A.,, Gout, dalam Sylvia, A. P. And Lorraine, M. W. (Eds), 2001,

    Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi IV, Buku II, 1242-

    1246, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

    Murray, R. K., Granner, D. K., Mayer, P. A., Rodwell, V. M., 1997, Biokimia

    Harper, alih bahasa oleh Andry Hartono, Edisi 24, 366-391, Penerbit Buku

    Kedokteran EGC, Jakarta.

    Sabiston, David C,. 1994, Buku Ajar Bedah, alih bahasa Petrus Adriyanto, Edisi I,

    Jilid II, 704-724, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.