Referatputri Seno

18
REFERAT UL AMOXAPINE Oleh Senoadji Pratama 102011101031 Putri Arum Permatasari 102011101033 Dokter Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ dr. Alif Mardijana, Sp.KJ SMF ILMU KESEHATAN JIWA RSD DR. SOEBANDI JEMBER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

description

referat anti depresan

Transcript of Referatputri Seno

10

REFERATULAMOXAPINE

Oleh

Senoadji Pratama102011101031Putri Arum Permatasari 102011101033

Dokter Pembimbing:

dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ dr. Alif Mardijana, Sp.KJ

SMF ILMU KESEHATAN JIWA RSD DR. SOEBANDI JEMBERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER2013ii

HALAMAN JUDULAMOXAPINE

REFERATdiajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan Klinik Madya Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSD dr. Soebandi Jember - Fakultas Kedokteran Universitas Jember

Oleh

Senoadji Pratama102011101031Putri Arum Permatasari 102011101033

Dokter Pembimbing:dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ dr. Alif Mardijana, Sp.KJ

SMF ILMU KESEHATAN JIWA RSD DR. SOEBANDI JEMBERFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER2013DAFTAR ISIHalamanHALAMAN SAMPULiHALAMAN JUDULiiDAFTAR ISIiiiBAB 1. PENDAHULUAN1BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA3BAB 3. PENUTUP7DAFTAR PUSTAKA8

iii

BAB 1. PENDAHULUAN

1

Gangguan depresi, terutama depresi berat adalah gangguan jiwa yang paling sering terjadi dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15%, bahkan pada perempuan bisa mencapai 25%. Pada anak sekolah prevalensi sekitar 2%. Pada usia remaja prevalensi mencapai 5%. Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir untuk mati atau bunuh diri,tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktifitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk tidur, aktifitas seksual dan ritme biologic yang lain). Gangguan ini hamper selalu menghasilkan hendaya interpersonal, social, dan fungsi pekerjaan.Pasien yang hanya mengalami episode depresi berat dikatakan mengalami gangguan depresi berat atau depresi unipolar. Klasifikasi gangguan depresi dalam Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorder (DSM IV) ada dibawah gangguan mood1. Pada saat terjadi depresi, terjadi suatu mekanisme neurokimia yaitu defisiensi dari norepinefrin, serotonin, dan juga dopamine di pasca sinaps2. Selain disebabkan oleh faktor neurokimia tersebut, depresi juga disebabkan oleh genetik, faktor psikososial, dan faktor kepribadian. Pada suatu penelitian disebutkan bahwa pada anak kembar dizigotik gangguan depresi berat terdapat sebanyak 12-28%, sedangkan pada kembar monozigot 53-69%. Pada faktor psikososial dihubungkan dengan peristiwa kehidupan dan stress lingkungan.ada teori menjelaskan bahwa adanya stress sebelum episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan inilah yang menyebabkan perubahan berbagai neurotransmitter dan system sinyal intraneuron. Termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan kontak sinaps. Pada faktor kepribadian, orang dengan kepribadian obsesif kompulsif , histirionik dan ambang beresiko tinggi untuk mengalami depresi1.Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagosis Gangguan Jiwa ( PPDGJ III) suatu episode depresi harus memenuhi kriteria gejala utama dan gejala lainnya. Gejala utama meliputi (1) afek depresif, (2) kehilangan minat dan kegembiraan, dan (3) berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas. Sedangkan gejala lainnya meliputi (1) konsentrasi dan pehatian berkurang, (2) harga diri dan kepercayaan diri berkurang, (3) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna, (4) pandangan masa depan yang suram, (5) gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri sendiri, (6) tidur terganggu, dan (7) nafsu makan berkurang. Dan gejala-gejala tersebut harus sudah terjadi dalam kurun waktu minimal 2 minggu3. Terdapat beberapa cara untuk mengobati depresi, salah satunya dengan terapi farmakologi. Terapi farmakologiantidepresan dibagi menjadi 5 kelas yaitu (1) Tricyclic Anti Depresant (TCA) yaitu Amitriptilin, Amoxapin, Imipramin, Clomipramin. (2) Tetracyclic yaitu Maproptilin, Mianserin, dan Amoxapin. (3) Reversible inhibitor of monoamine oxydase A (MAOi-Reversible) yaitu Moclobemid. (4) Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) yaitu Fluoxentine, Paroxentine, Duloxentine, Citralopram, Sentraline. (5) anti depresi Atypical yaitu Trazodone, Mirtazapine, dan venlafaxine. Pada pembahasan ini, akan dibahas obat antidepresan golongan tetracyclic yaitu Amoxapine. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA3

2.1 Farmakologi Dasar2.1.1 Struktur Kimia AmoxapineAmoxapine adalah antidepresant tetracyclic yang masuk dalam golongan dibenzoxazepin. Rumus kimianya adalah 2 Chloro-11-(1-piperazinyl) dibenzil [1,4] oxapine. Dan rumus empirisnya adalah C17H16ClN3O. Dan rumus strukturalnya adalah :

2.1.2Farmakokinetik dan FarmakodinamikObat ini termasuk golongan trisiklik antidepresan (TCA) dengan mekanisme reuptake inhibitor norepinephrine dan serotonin ke dalam presinaps serta menghambat dopamine reseptor pada post sinaps sebagai dopamin2A (D2) antagonis. Efek amoxapine pada serotonin 2A dan dopamine 2 antagonis (D2) memiliki efek yang sama dengan antipsikotika tipikal.Amoxapine merupakan N-desmethyl sebagai produk metabolite dari antipsikoti kloxapine yang memiliki waktu paruh metabolit aktif sekitar 24 jam.Amoxapine bekerja pada CYP450 2D6 yang memiliki waktu paruh kira-kira 8 jam. Amoksapin diabsorbsi secara cepat dan baik setelah pemberian oral.Kira-kira 90% terikat protein plasma dan mengalami hidroksilasi menjadi 7-hydroksiampxapine dan8-hydroxyamoxapine.Metabolit 8-hidroxyamoxapine memiliki efek anti depresi dan waktu paruh yang lebih panjang 30 jam daripada obat asalnya 8 jam. Salah satu metabolit primer amoxapine yaitu 7-hydroxyamoxapine memiliki efek dopamine blocker dengan aktivitas yang samaseperti haloperidol sebagai neuroleptic.Cara kerja Amoxapine meningkatkan neurotransmitter norepinephrine / noradrenalin dengan cara memblok transporter noerepinephrine yang bekerja untuk ambilan kembali/re-uptake sehingga meningkatkan noradrenergic neurotransmitter.Amoxapine merupakan obat yang poten untuk menghambat reuptake norepinephrine daripada menghambat reuptake serotonin. Namun pada dosis yang tinggi memiliki potensi untuk meningkatkan seratonergik neurotransimiter sehingga amoxapine dapat digolongkan TCA atau Tetrasiklik. Amoxapine bekerja pada dopamine 2 reseptor sehingga mengurangi gejala positif pada psikotik.Untuk eksresinya, dengan penggunaan satu kali dosis efektif 60-69% dieksresi melalui urin sebagai metabolit terkonjugasi, 7-18% dieksresi melalui feses sebagai metabolit yang tak terkonjugasi, dan 5% dieksresi melalui urin sebagai bentuk obat utuh.

2.2 Farmakologi Klinik2.2.1 Indikasi Klinis-Gangguan depresi dengan neurotic-depresi dengan gejala psikotik-campuran depresi dan anxietas dengan agitasi-gangguan bipolar dengan episode kini depresi-anxietas-insomnia-depresi yang resisten dengan pengobatan lainnya.

2.2.2 SediaanAmoxapine memiliki beberapa nama dagang, antara lain asendin, asendis, defanyl. Dengan sediaan tablet 25mg, 50mg, 100mg, dan 150mg

2.2.3 DosisDewasa : Inisial : 100-150 mg/hari Maintenance: 150-250 mg/hari Maksimal : 300 mg/hari Geriatri : Inisial : 50-75 mg/ hari Dinaikkan jadi 50 mg 3 kali per hari setelah 1 minggu

Keterangan : Amoxapine diberikan secara per oral, dan sebaiknya diminum saat makan untuk mengurangi iritasi pada lambung. Jika diberikan single dose maka sebaiknya diberikan saat sebelum tidur karena memiliki efek sedasi / mengantuk. Pada dosis terbagi dengan dosis yang tinggi maka diberikan saat sebelum tidur karena memiliki efek sedative. Pada pasien yang riwayat mimpi buruk dengan dosis terbagi dilarang memberikan dosis yang tinggi saat sebelum tidur malam. Jika terjadi Intoleransi obat amoxapine seperti anxietas, insomnia, agitasi, akatsia yang diakibatkan pemberian dosis inisial atau penghentian obat, maka perlu dipertimbangkan adanya gangguan bipolar sehingga obat diganti dengan mood stabilizer atau antipsikotika tipikal.

2.2.4 Efek SampingAktifitas antikolinergik menyebabkan efek sedative, mulut kering, konstipasi, dan pandangan kabur. Pengaruh sedative dan BB mungkin disebabkan karena memiliki aktifitas antihistamin. Blokade reseptor alpha 1 adrenergik menyebabkan pusing, sedasi (mengantuk) dan hipotensi. Aritmia jantung dan kejang terutama terjadi pada keadaan overdosis atau bisa jadi disebabkan karena blockade kanal ion.Efek samping yang seringterjadi adalah pandangan kabur,konstipasi, retensi urine, peningkatan nafsu makan, mulut kering, mual, diare, mules, rasa tidak enak di mulut, peningkatan BB, mudah lelah, pusing, mengantuk, sakitkepala, cemas, gugup, gelisah, disfungsiseksual, berkeringat, gejala ekstrapiramidal, akatisia, tardive dyskinesia.

Pengguanaan dengan dosis berlebih bisa menimbulkan overdosis dengan gejala kejang, aritmia jantung, hipotensi berat depresi SSP, koma perubahan pada EKG dan berakibat kematian. Pada penggunaan jangka panjang umumnya aman namun beberapa pasien berkembang menjadi gejala putus obat seperti dyskinesia ketika pemberian amoxapine dihentikan secara mendadak setelah pengobatan jangka panjang. untuk menghindari gejala putus obat maka di tapering off selama 2 minggu. Jika terjadi gejala putus obat saat penghentian mendadak maka berikan dosis tinggi untuk menghentikan gejala putus obat kemudian secara perlahan di tapering off lagi.

2.2.7 Kontra Indikasi- Hati-hati penggunaan pada pasien dengan riwayat kejang, retensi urine, glaukoma dengan sudut tertutup dan hipertiroidisme. Baik TCAs/tetrasiklik dapat memperpanjang kompleks QT interval terutama pada dosis toxic dan juga terjadi apabila dikombinasikan dengan obat-obat yang menghambat metabolism CYP450 2D6 menimbulkan potensi torsade de pointes aritmia sampai kematian. Dikarenakan TCAs/tetrasiklik dapat memperpanjang interval complex QT, hati-hati penggunaan pada pasien dengan bradikardi atau pasien yang mengkonsumsi obat-obat yang menimbulkan efek bradikardi seperti beta bloker, calcium channel bloker, clonidine, digitalis. Hati-hati juga pada penggunaan pada pasien hypokalemia dan hipomagnesemia atau obat-obat yang menginduksi hypokalemia atau hipomagnesia seperti diuretic, obat pencahar, glukokortikoid.- Monitoring aktifitas pasien apabila ada ide bunuh diri terutama pada anak-anak dan dewasa.- Tidak Boleh Digunakan Pada Keadaan Gagal ginjal, kelainan hepar, kelainan jantung dimana dilaporkan pada TCAs/Tetrasiklik menyebabkan aritmia, memperpanjang waktu konduksi jantung, hipotensi ortostatik, sinus takikardi, gagal jantung, infark miocard. - Hindari penggunaan TCAs/Tetrasiklik pada pasien yang memiliki riwayat kompleks QT memanjang, infark miokard akut, dan decomp cordis. Penggunaan TCAs/tetrasiklik yang berkelanjutan dapat meningkatkan Heart Rate pada pasien dengan penyakit jantung iskemik dan dapat memperburuk keadaan denyut jantung menjadi irregular sehingga menimbulkan resiko kematian pada pasienjantung. Oleh karena itu penggunaan SSRIs pada pasien-pasien jantung lebih baik daripada TCAs/tetrasiklik.- Pada Orang Tua yang sensitive terhadap amoxapine sehingga timbul efek antikolinergik, jantung dan pembuluh darah, hipotensi, dan sedasi.- Pada anak-anak dibawah umur 16 tahun tidak boleh diberikan TCAs/tetrasiklik. Perlu pengawasan ketat oleh para orang tua pada anak yang diketahui atau tidak dengan gangguan bipolar dan ide bunuhdiri. Pada remajadi berikan inisial doses 25 50 mg/hari dapat ditingkatkan sampai 100 mg/hari single dose malam hari.- Pada Kehamilan amoxapine dapat melewati plasenta dan dilaporkan pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengkonsumsi TCAs memperoleh efek (lemah, gejala putus obat, bayi cacat.- Pada ibu menyusui setelah masa persalinan berpotensi menyebabkan depresi terutama pada wanita yang memiliki episode depresi sebelumnya maka amoxapine diberikan sebelum trisemester ke 3 atau secepatnya setelah anak lahir untuk mencegah depresi yang berulang setelah persalinan.

2.2.6 Interaksi Obat1. Pengguanaan dengan obat anti depresan lainnya terutama SSRI dapat menyebabkan aktifitas serotonin meningkat sehingga beresiko timbul Serotonine malignan syndrome2. Pengguanaan bersamaan dengan obat simpatomimetik bisa menyebabkan sympatomimetik effect meningkat 3. Penggunaan dengan cimetidine bisa meningkatkan efek kerja anti depresan dari amoxapin karena cimetidine mengurangi metabolisme dari amoxapin. Sehingga bila keduanya digunakan secara bersamaan, dosis amoxapine harus dikurangi.4. Penggunaan dengan antibiotic Rimfapicin bisa menurunkan efek kerja anti depresan dari amoxapin karena Rimfapicin meningkatkan metabolisme dari amoxapin. Sehingga bila keduanya digunakan secara bersamaan, dosis dari amoxapin gharus ditingkatkan.5. Penggunaan amoxapin dengan obat anti psikosis (haloperidol) ` mengurangi kecepatan ekskresi dari amoxapine sehingga kadar dalam plasma meningkat hal ini dapat meningkatkan efek antikolinergik .6. Pengguanaan amoxapin bersamaan dengan antidepresan MAOi dapat meningkatkan efek samping yang berbahaya.

BAB 3. PENUTUP

1. Depesi merupakan gangguan jiwa terbanyak2. Pengobatan untuk depresi antara lain Elektrokonvulsi terapi, psikoterapi, dan farmakologi. Salah satu obat yang bisa digunakan untuk terapi farmakologi adalah Amoxapine.3. Amoxapin adalah golongan Tetracyclic Anti Depresant yang bekerja dengan cara mengurangi reuptake dari serotonin dan norepineprin sehingga kerja monoamine bisa meningkat. 4. Amoxapine merupakan obat yag paling cocok digunakan bila terdapat depresi yang disertai gangguan psikotik.

5.

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ-III. Jakarta.