REFERAT1

20
BAB I PENDAHULUAN Mata dapat terkena berbagai kondisi. Beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol, dan penglihatan dapat dipertahankan. Infeksi dan peradangan dapat terjadi pada beberapa struktur mata. Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata dengan gejala mata merah hanya penyakit biasa hanya dengan diberi tetes mata biasa sudah cukup, padahal bila penyakit radang atau infeksi mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan berbagai macam komplikasi. Salah satu infeksi pada mata adalah endoftalmitis.(1) Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya terjadi akibat infeksi bakteri atau jamur yang terjadi setelah trauma (20%), bedah intraokular (62%). Hanya 2-8% kasus endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi endogen. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Penyebab utama terjadinya endoftalmitis adalah bakteri dan biasanya dalam bentuk akut. Adanya keadaan akut endoftalmitis adalah salah satu keadaan yang paling penting dalam oftalmologi. ¹·4 Endoftalmitis post operasi terjadi secara akut ataupun kronik setelah operasi katarak, operasi glaucoma, 1

description

mataaa

Transcript of REFERAT1

REFERAT

BAB I

PENDAHULUANMata dapat terkena berbagai kondisi. Beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol, dan penglihatan dapat dipertahankan. Infeksi dan peradangan dapat terjadi pada beberapa struktur mata. Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata dengan gejala mata merah hanya penyakit biasa hanya dengan diberi tetes mata biasa sudah cukup, padahal bila penyakit radang atau infeksi mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan berbagai macam komplikasi. Salah satu infeksi pada mata adalah endoftalmitis.(1)Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya terjadi akibat infeksi bakteri atau jamur yang terjadi setelah trauma (20%), bedah intraokular (62%). Hanya 2-8% kasus endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi endogen. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya. Penyebab utama terjadinya endoftalmitis adalah bakteri dan biasanya dalam bentuk akut. Adanya keadaan akut endoftalmitis adalah salah satu keadaan yang paling penting dalam oftalmologi. 4Endoftalmitis post operasi terjadi secara akut ataupun kronik setelah operasi katarak, operasi glaucoma, keratoplasti, implantasi lensa intraokular pada afakia, dan operasi vitreoretinal. Frekuensi tertinggi endoftalmitis post operasi adalah post operasi katarak (0,3%). Selanjtnya disebabkan oleh post operasi glaukoma (0,1%), keratoplasti (0,08%). Endoftalmitis kelompok ini biasanya disebakan oleh infeksi bakteri.

Perbedaan gejala klinis endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri atau jamur sulit untuk dibedakan. Peradangan hebat tanpa endoftalmitis kadang terjadi pasca operasi terutama kasus dengan uveitis, keratitis, diabetes, glaukoma dan riwayat bedah sebelumnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang diakibatkan dari bakteri, jamur atau keduanya. Beberapa penulis mendefinisikan sebagai infeksi bakteri atau jamur pada tubuh dan cairan ruang vitreous mata. Hal ini tidak pernah disebabkan oleh infeksi virus atau parasit, sebagai agen ini terutama menyebabkan radang retina dan Uvea. (3)II.2 Epidemiologi

Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di Amerika adalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis1. Sedangkan endoftalmitis yang disebabkan oleh trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis yang disebabkan oleh reaksi antibody terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 7-31%3.

II.3 Etiologi

Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau auto imun (non infeksi)1,3:

Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat bersifat:

a. Endogen

Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya endocarditis1,3:

b. Eksogen

Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder / komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata, reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola mata1,3. Bakteri gram positive menyebabkan 56-90% dari seluruh kasus endoftalmitis3. Beberapa kuman penyebabnya dalah staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, dan spesies streptococcus. Bakteri gram negatif seperti pseudomonas, escherichia coli dan enterococcus dapat ditemukan dari trauma tembus bola mata3.

c. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilateral ataupun bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang mengalami ruptur. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh tidak mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul. Pada tubuh terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang akan menimbulkan gejala endoftalmitis fakoanafilaktik1.Pada endoftalmitis post-operatif akut disebabkan oleh Staphylococcus epidermidis (paling sering), Staphylococcus aureus, Streptococcal species kecuali Pneumococcus (sering), dan penyebab yang jarang adalah bakteri gram negative (Pseudomonas, Aerobacter, spesies Proteus, Haemophilus influenzae, spesies Klebsiella, Escherichia coli, spesien Bacillus, spesies Enterobacter) dan anaerob.(8).

Pada endoftalmitis post-operatif subakut disebabkan oleh Staphylococcus epidermidis atau bakteri lainnya, fungi (Candida parapsilosis).(8) Pada delayed endoftalmitis post-operatif disebabkan oleh Propionibacterium acnes dan terkadang disebabkan oleh Staphylococcus golongan coagulase-negative. Propionibacterium acnes merupakan gram positif anaerob berbentuk bacil.(8)II.4 Klasifikasi endoftalmitis II.4.1 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

Ini adalah bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus ini muncul di minggu pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan akut Endoftalmitis adalah gram positif, dimana yang paling sering adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan visus, dan kekeruhan vitreus.(3)

II.5.2 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik

Endoftalmitis Pseudofaki Kronik biasanya berkembang empat minggu hingga enam minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan atau sedang dengan tanda-tanda mata merah, penurunan ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang dapat ditemui yaitu adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat diamati di segmen anterior adanya hipopion dan tanda-tanda moderat blur dan opacity dalam tubuh vitreous.(3)Salah satu yang khas dari Endoftalmitis Pseudofaki Kronik adalah adanya plak kapsul putih dan tingkat yang lebih rendah secara proporsional kabur di vitreous body dibandingkan dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab Endoftalmitis Pseudofaki Kronik adalah adanya beberapa bakteri memiliki virulensi yang rendah, dengan tanda-tanda penyebab infalamsi yang lambat muncul.(3)II.4.3 Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Anti-Glaukoma

Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca operasi filtrasi anti-galukoma yang terjadi sebanyak 10% kasus. Dari total jumlah kasus dengan operasi filtrasi glaukoma, Endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama seperti di Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode yang tersering, pembentukan fistula filtrasi yang mengarahkan cairan ke ruang bawah konjungtiva. Akumulasi cairan ini menyebabkan peradangan yang dapat disebabkan oleh inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca operasi. Tanda-tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19% pasien, atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu tahun berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip dengan salah satu endoftalmitis akut dengan tanda-tanda akumulasi nanah di area fluida dan kerusakan nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi efek beracun. Bakteri penyebab paling biasa ini adalah jenis Streptococcus dan Staphylococcus aureus disamping itu Haemophilus influenza juga menjadi salah satu penyebabnya.(3)II.4.4 Endoftalmitis Pasca Trauma

Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi (20%), terutama jika cedera ini terkait dengan kehadiran benda asing intraokular. Dengan temuan klinis dari perforantes cedera, infeksi berkembang pesat. Tanda-tanda infeksi biasanya berkembang segera setelah mempertahankan cedera, tapi biasanya diikuti oleh post-traumatic reaksi mata rusak jaringan. Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, seperti cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan (11%). Klinis, Endoftalmitis pasca-trauma adalah ditandai dengan rasa sakit, ditandai hiperemi ciliary, tampilan hypopyon dan kabur di vitreous tubuh. Dalam kasus endoftalmitis pasca-trauma, agen casative paling biasa adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatic, khususnya dengan masuknya benda asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang benda asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat.(3)II.4.5 Endoftalmitis Endogen

Dalam bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma. Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan mekanisme pertahanan host atau kehadiran fokus sebagai situs potensial infeksi. Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah kehadiran dari septicaemia, pasien dengan kekebalan lemah kronis, penggunaan catethers dan Kanula intravena. Agen bakteri yang biasanya menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan spesies Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan Endoftalmitis endogen adalah jamur (62%), bakteri gram positive (33%), dan bakteri gram negatif dalam 5% dari kasus.(3)

II.4.6 Endoftalmitis Jamur

Endoftalmitis jamur dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah beberapa trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior atau badan vitreous, atau dengan transmisi hematogenous dalam bentuk candidemia Chorioretinitis. Tidak seperti jamur yang disebabkan oleh kandidiasis, yang disertai dengan tanda-tanda peradangan minimal pada badan vitreous, jamur. Endoftalmitis singkatan dari penyakit serius dengan karakteristik tanda-tanda endoftalmitis akut.(3)Endoftalmitis post-operatif berdasarkan onset dibagi menjadi tiga, yaitu.(8) :

1. Akut endoftalmitis

Terjadi satu minggu pertama setelah operasi2. Subakut endoftalmitis

Terjadi satu sampai tiga minggu setelah operasi

3. Delayed endophthalmitis

Terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah operasiII.5 Patofisiologi Dalam keadaan normal, Blood-Ocular-Barrier memberikan ketahanan alami terhadap organisme yang menyerang. Dalam endoftalmitis endogen, organisme menyebar secara hematogen (terlihat pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis) menembus Blood-Ocular-Barrier baik dengan invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Penghancuran jaringan intraokular mungkin disebabkan oleh invasi langsung atau dari mediator inflamasi yang merupakan respon terhadap kekebalan.Pada endoftalmitis eksogen mikroorganisme berasal dari luar tubuh. Pada konjungtiva terdapat berbagai jenis bakteri yang dapat menyebabkan endofalmitis. Mikroorganisme yang merupakan flora periocular dapat masuk saat dilakukan tindakan operasi. Mikroorganisme tersebut menginvasi melalui kornea dan sklera. Vitreous wicks merupakan rute masuknya mikroba.(8)Bakteri masuk ke dalam mata saat dilakukan operasi, tetapi tidak semua mata dapat mengalami infeksi. Ukuran inokulum, virulensi mikroorganisme, tipe dari material yang ditanam, dan faktorhost mempengaruhi terjadinya infeksi.(8)Endophthalmitis mungkin sehalus nodul putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Hal ini juga dapat sebagai mana peradangan semua jaringan okular, mengarah ke bola mata yang penuh eksudat purulen. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke jaringan lunak melibatkan orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan endophthalmitis eksogen (misalnya, katarak, glaukoma, retina, keratotomi radial) 5.II.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.(6)a. Subjekif

Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah:

- Fotofobia

- Nyeri pada bola mata

- Penurunan tajam penglihatan

- Nyeri kepala

- Mata terasa bengkak

- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:

b. Objektif

Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang terkena dan derajat infeksi/peradangan2. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa3:

- Udem Palpebra Superior

- Injeksi Konjungtiva

- Hipopion

- Udem Kornea

- Vitritis

- Discharge Purulen

- Kemosis

Manifestasi klinis pada akut endoftalmitis post-operatif adalah rasa tidak nyaman pada mata post-operasi yang merupakan gejala awal, setelah itu diikuti dengan penurunan penglihatan yang terjadi secara progresif, peningkatan rasa nyeri setelah prosedur operasi, konjungtiva hiperemis dan kemotik, hipopion, fibrin, reaksi bilik mata anterior yang berat, penurunan reflex fundus, edema palpebra, edema kornea. .(8)

Manifestasi klinis pada subakut endoftalmitis post-operatif adalah penurunan penglihatan, peningkatan rasa nyeri, inflamasi bilik anterior dan vitreus, abses vitreus, hipopion, penumpukan eksudat di bilik anterior, permukaan iris, dan tepi pupil, edema dan infiltrat kornea, bleb.

Delayed-endophthalmitis terutama disebabkan oleh Propionibacterium acnes yang menyebabkan terbentuknya granulomatosa satu sampai dua bulan setelah operasi. Ciri khas pada delayed-endophthalmitis adanya plak putih pada kapsul lensa setelah mata dilebarkan maksimal. .(8) II.7 Pemeriksaan penunjang

Sampel untuk kultur harus diperoleh dari aquous dan vitreous humor untuk mengkonfirmasi diagnosis. Namun, kultur dengan hasil yang negatif tidak selalu menyingkirkan infeksi sehingga pengobatan tetap harus dilanjutkan.1. B-scan USG harus dilakukan sebelum pengambilan sampel vitreous untuk menyingkirkan ablasio retina jika tidak ada tampilan klinis.Persiapan Lakukan desinfeksi dengan povidone iodine 5% . topikal dan subconjunctival, sub-tenon atau peribulbar anestesi diberikan. Mata yang tersampir seperti untuk operasi katarak, dengan memasukkan spekulum.

Sampel aquous

Antara 0,1 mL dan 0,2 mL air yang disedot melalui parasintesis limbal menggunakan jarum 25-G pada jarum suntik tuberkulin. Alat suntik ini ditutup dan diberi label.

Sampel vitreous lebih cenderung menghasilkan hasil kultur yang positif dibandingkan aquous.

A 2 ml jarum suntik dan jarum 23-G dapat digunakan, atau lebih optimal jika menggunakan vitrector sekali pakai.

Jarak dari limbus untuk sayatan scleral diukur dengan kaliper dan ditandai: 3mm (mata pseudofakia), 4 mm (fakia mata).

0,2-0,4 mL disedot dari rongga pertengahan vitreous. Jika menggunakan vitrector sekali pakai, tutup dari pipa aman dan tempat dalam kantong spesimen. Jangan lepaskan vitrector dari pipa tersebut.

2. swab konjungtiva dapat diambil juga, sebagai kultur yang signifikan dan dapat membantu jika tidak ada kultur dengan hasil positif dari sampel intraokular.

3. Mikrobiologi. Spesimen harus dikirim ke laboratorium mikrobiologi segera, sebagian lebih suka menerima sampel dalam alat yang digunakan untuk memperoleh spesimen dan akan membagi spesimen untuk mikroskopi dan kultur. Polymerase chain reaction (PCR) dapat membantu dalam mengidentifikasi organisme yang tidak biasa, penyebab penyakit dengan kultur negatif, dan organisme setelah pengobatan antibiotik dimulai. Namun, sensitivitas tinggi berarti bahwa kontaminasi dapat menyebabkan hasil positif palsu.II.8 Diagnosis Banding

jika ada keraguan tentang diagnosis, pengobatan boleh yang endophthalmitis menular. pengenalan awal mengarah ke hasil yang lebih baik.

1. Pertahankan material lensa ruang anterior (COA) atau vitreous dapat menimbulkan edema kornea dan peningkatan tekanan intraokular.

2. Perdarahan vitreous, terutama jika darah dalam vitreous yang depigmented. 3. Uveitis pasca operasi. untuk mendiagnosis infeksi tidak selalu mudah. Jika ini tanda-tanda inflamasi yang ringan uji coba terapi steroid topikal dan review awal (6-24 jam) adalah hal yang tepat. jika tidak ada peningkatan substansial maka bisa didiagnosis endophthalmitis.4. Reaksi racun terhadap penggunaan cairan irigasi yang tidak tepat atau terkontaminasi atau viskoelastik. Reaksi fibrinosa yang intens dengan edema kornea dapat berkembang meskipun tanda-tanda lain infeksi endophthalmitis tidak hadir. Terapinya dengan menggabungkan steroid dan siklopegik. dekompensasi kornea mungkin permanen.5. Operasi rumit atau berkepanjangan dapat menyebabkan edema kornea dan uveitis.

II.9 Terapi

1. Antibiotik intravitreal adalah kunci dalam manajemen terapi karena mereka mencapai tingkat di atas konsentrasi hambat minimum organisme yang paling patogen, dan ini digunakan selama berhari-hari. Mereka harus diberikan segera setelah spesimen kultur telah diperoleh. Dua antibiotik yang umum digunakan dalam kombinasi adalah seftazidim, yang akan membunuh sebagian besar organisme Gram-negatif (termasuk Pseudomonas aeruginosa) dan vankomisin untuk mengatasi cocci koagulase-negatif dan koagulase positif (termasuk methicillin-resistant S. aureus).

Konsentrasi ceftazidime 2 mg dalam 0,1 mL dan vankomisin 2 mg dalam 0,1 mL; amikasin 0,4 mg dalam 0,1 ml dapat digunakan sebagai alternatif untuk ceftazidime pada pasien alergi terhadap penisilin tetapi lebih toksik untuk retina.

Antibiotik yang disuntikkan perlahan-lahan ke dalam rongga pertengahan vitreous menggunakan jarum 25-G.

Setelah suntikan pertama telah diberikan, jarum suntik mungkin terputus tapi jarum tersisa dalam rongga vitreous sehingga injeksi kedua dapat diberikan melalui jarum yang sama. Atau, jarum kedua dapat digunakan.

2. Suntikan antibiotik periokular sering diberikan tetapi manfaat tambahan diragukan jika antibiotik intravitreal telah digunakan. Dosis yang disarankan adalah 50 mg dan vankomisin ceftazidime 125 mg (atau amikasin 50 mg).

3. Antibiotik topikal memiliki manfaat yang terbatas dan sering digunakan hanya 4-6 kali sehari untuk melindungi luka baru dari kontaminasi. Vankomisin 5% (50 mg / mL) atau seftazidim 5% (50 mg / mL) diterapkan secara intensif dapat menembus kornea kadar terapeutik. Fluoroquinolones generasi ketiga atau keempat mencapai tingkat efektif dalam aquous dan vitreous, bahkan di mata tidak terdapat tanda inflamasi, dan dapat dipertimbangkan.

4. Oral antibiotik. Fluoroquinolones menembus mata dengan baik dan moksifloksasin 400 mg sehari selama 10 hari dianjurkan; klaritromisin 500 mg dua kali sehari dapat membantu untuk infeksi. Bukti menunjukkan ini dapat menyerang biofilm bakteri.

5. oral steroid. Alasan untuk penggunaan steroid adalah untuk membatasi komplikasi yang merusak dari proses inflamasi. Prednisolon 1 mg / kg sehari harus dimulai dalam kasus yang parah setelah 12-24 jam. Hati-hati kontraindikasi, meresepkan perlindungan lambung (misalnya lansoprazole 30 mg sekali sehari) dan memantau tepat termasuk tes darah awal, jika permintaan saran yang diperlukan medis umum.

6. periokular steroid. Deksametason atau triamcinolone harus dipertimbangkan jika terapi sistemik merupakan kontraindikasi.

7. topikal deksametason 0,1% 2-jam awalnya untuk uveitis anterior.

8. topikal mydriatic seperti atropin 1% dua kali sehari.

9. steroid intravitreal dapat mengurangi peradangan dalam jangka pendek tetapi mereka tidak mempengaruhi hasil visualisasi akhir, beberapa studi bahkan menunjukkan efek merugikan. Sebaliknya, peningkatan hasil dalam beberapa sub-kelompok bakteri telah dilaporkan.

10. Pars Plana vitrectomy. Studi Vitrectomy Endophthalmitis (EVS) menunjukkan manfaat untuk segera Pars Plana vitrectomy pada mata dengan ketajaman visual persepsi cahaya pada presentasi, dengan penurunan 50% pada kehilangan penglihatan yang parah. Jika vitrectomy tidak tersedia, adalah bijaksana untuk memberikan antibiotik intravitreal sementara. Kesimpulan dari EVS pasca operasi katarak mata tidak mudah diekstrapolasikan untuk bentuk lain dari endophthalmitis.II.10 Prognosis

( Ad vitam

:ad malam

( Ad functionam :ad malam

( Ad sanationam:ad malam

( Ad cosmeticam:ad malamBAB III

KESIMPULAN1. Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan intraokular, yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan sklera, dan kapsula tenon.

2. Endoftalmitis dapat diklasfikasikan menjadi supuratif, non supuratif dan endoftalmitis fakoanafilaktik

3. Penyebab endoftalmitis dapat di kelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu infeksi yang dapat bersifat endogen dan eksogen serta yang disebabkan oleh imunologis.

4. Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata, penurun tajam penglihatan, nyeri kepala, mata terasa bengkak kelopak mata merah, bengkak kadang sulit dibuka. Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan udem pada palpebra superior, reaksi konjungtiva berupa: hiperemis dan kemosis, udem pada kornea.

5. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah kultur, Pengobatan pasien endoftalmitis adalah dengan antibiotik atau antifingi, yang diberikan secepatnya secara intravitreal. Sedangkan pemberian steroid masih kontroversi walaupun terbukti bermanfaat. Kadang dapat diberikan pula sikloplegik.

6. Bila dengan pengobatan malah terjadi perburukan, tindakan, vitrektomi harus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endophtalmitis:Clinical

features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:42. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2006. hal.

175-8.

3. Hanscom TA. Postoperative edophthalmitis. Clin Infect Dis 2004; 38:4:542-6

4. Available at : www.medfak.ni.ac.rs/amm5. Miller, J.W. Endopthalmitis. Diunduh dari www.emedicine.com. Tanggal 22

Desember 2010. 6. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Penerbit Widya Medika, 2002. 7. Kanski J.J, Bowling B. Clinical Ophthalmology A systemic Approach, 7th Edition.

Elsiver Limited, 2011; Page 289-292.8. Charlton F, Weinstein W. Ophtalmic Surgery Complications. Lippincott company:

Philadelphia. 1995.PAGE 13