Referat Zyad - Uveitis

28
REFERAT UVEITIS Zyad Kemal 2009730064 Pembimbing : dr. Rety Sugiarti, Sp.M KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Transcript of Referat Zyad - Uveitis

Page 1: Referat Zyad - Uveitis

REFERAT

UVEITIS

Zyad Kemal

2009730064

Pembimbing : dr. Rety Sugiarti, Sp.M

KEPANITERAAN BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2014

Page 2: Referat Zyad - Uveitis

PENDAHULUAN

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang

meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma,

neoplasia, atau proses autoimun. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang

mengalami inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea dapat

hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan

tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis

anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut

uveitis posterior atau koroiditis. Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda

dan usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan yang kabur,

mata merah tanpa sekret mata purulen dan pupil kecil atau ireguler. Insiden uveitis di Amerika

Serikat dan di seluruh dunia diperkirakan sebesar 15 kasus/100.000 penduduk dengan

perbandingan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Uveitis merupakan salah satu penyebab

kebutaan. Morbiditas akibat uveitis terjadi karena terbentuknya sinekia posterior sehingga

menimbulkan peningkatan tekanan intraokuler dan gangguan pada nervus optikus. Selain itu,

dapat timbul katarak akibat penggunaan steroid. Oleh karena itu, diperlukan penanganan uveitis

yang meliputi anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang

menyeluruh, pemeriksaan penunjang dan penanganan yang tepat.

Page 3: Referat Zyad - Uveitis

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI UVEA

Uvea atau traktus uvealis merupakan lapisan vaskular di dalam bola mata yang terdiri

atas iris, badan siliar, dan koroid.

Iris merupakan suatu membran datar sebagai lanjutan dari badan siliar ke depan

(anterior). Di bagian tengah iris terdapat lubang yang disebut pupil yang berfungsi untuk

mengatur besarnya sinar yang masuk mata. Pada iris terdapat 2 macam otot yang mengatur

besarnya pupil, yaitu :

1. Musculus dilatator yang melebarkan pupil

2. Musculus sfingter yang mengecilkan pupil

Kedua otot tersebut memelihara ketegangan iris sehingga tetap tergelar datar. Dalam

keadaan normal, pupil kanan dan kiri kira-kira sama besarnya, keadaan ini disebut isokoria.

Apabila ukuran pupil kanan dan kiri tidak sama besar, keadaan ini disebut anisokoria.

Badan siliar berbentuk cincin yang terdapat di sebelah dalam dari tempat tepi kornea

melekat di sklera. Badan siliar merupakan bagian uvea yang terletak antara iris dan koroid.

Badan siliar menghasilkan humor akuos. Humor akuos ini sangat menentukan tekanan bola mata

(tekanan intraokular = TIO). Humor akuos mengalir melalui kamera okuli posterior ke kamera

Page 4: Referat Zyad - Uveitis

okuli anterior, kemudian lewat trabekulum meshwork menuju canalis Schlemm, selanjutnya

menuju kanalis kolektor masuk ke dalam vena episklera untuk kembali ke jantung.

Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar, terletak antara retina (di sebelah dalam) dan sklera (di sebelah luar). Koroid berbentuk mangkuk yang tepi depannya berada di cincin badan siliar. Koroid adalah jaringan vascular yang terdiri atas anyaman pembuluh darah. Retina tidak menimpali (overlapping) seluruh koroid, tetapi berhenti beberapa millimeter sebelum badan siliar. Bagian koroid yang tidak terselubungi retina disebut pars plana.

II. KLASIFIKASI UVEITIS

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid. Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara anatomis, klinis, etiologis, dan patologis. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada oreng dewasa dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui.

1. Klasifikasi Anatomisa) Uveitis anterior

Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris atau disebut juga dengan iridosiklitis.

b) Uveitis intermediet Merupakan inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer yang disertai dengan peradangan vitreous.

c) Uveitis posteriorMerupakan inflamasi yang mengenai retina atau koroid.

d) PanuveitisMerupakan inflamasi yang mengenai seluruh lapisan uvea.

Page 5: Referat Zyad - Uveitis

2. Klasifikasi Klinisa) Uveitis akut

Uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan bersifat simptomatik.

b) Uveitis kronik Uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat asimtomatik.

3. Klasifikasi Etiologisa) Uveitis infeksius

Uveitis yang disebabkan oleh infeksi virus, parasit, dan bakterib) Uveitis non-infeksius

Uveitis yang disebabkan oleh kelainan imunologi atau autoimun.

4. Klasifikasi patologisa) Uveitis non-granulomatosa

Infiltrat dominan limfosit pada koroidb) Uveitis granulomatosa

Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa multinukleus

III. UVEITIS ANTERIOR

DEFINISI

Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan badan siliar (pars plicata),

kadang-kadang menyertai peradangan bagian belakang bola mata, kornea dan sklera. Peradangan

pada uvea dapat mengenai hanya pada iris yang di sebut iritis atau mengenai badan siliar yang di

sebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut iridosiklitis atau uveitis

anterior.

KLASIFIKASI

Menurut klinisnya uveitis anterior dibedakan dalam uveitis anterior akut yaitu uveitis

yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan bersifat simptomatik dan uveitis

anterior kronik uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan-bulan

atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat asimtomatik. Pada kebanyakan

kasus penyebabnya tidak diketahui.

Page 6: Referat Zyad - Uveitis

Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis: yang non-granulomatosa

(lebih umum) dan granulomatosa. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral,

biasanya terjadi pada oreng dewasa dan usia pertengahan. Uveitis non-granulomatosa terutama

timbul di bagian anterior traktus uvealis ini, yaitu iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang,

dengan terlihatnya infiltrat sel-sel limfosit dan sel plasma dengan jumlah cukup banyak dan

sedikit mononuklear. Uveitis granulomatosa yaitu adanya invasi mikroba aktif ke jaringan oleh

bakteri. Dapat mengenai uvea bagian anterior maupun posterior. Infiltrat dominan sel limfosit,

adanya aggregasi makrofag dan sel-sel raksasa multinukleus. Pada kasus berat dapat terbentuk

bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli anterior.

Perbedaan Uveitis granulomatosa dan non-granulomatosa

Non- Granulomatosa Granulomatosa

Onset

Nyeri

Fotofobia

Penglihatan Kabur

Merah Sirkumneal

Keratic precipitates

Pupil

Sinekia posterior

Noduli iris

Lokasi

Perjalanan penyakit

Kekambuhan

Akut

Nyata

Nyata

Sedang

Nyata

Putih halus

Kecil dan tak teratur

Kadang-kadang

Tidak ada

Uvea anterior

Akut

Sering

Tersembunyi

Tidak ada atau ringan

Ringan

Nyata

Ringan

Kelabu besar (“mutton fat”)

Kecil dan tak teratur

Kadang-kadang

Kadang-kadang

Uvea anterior, posterior,difus

Kronik

Kadang-kadang

PATOFISIOLOGI

Badan siliar berfungsi sebagai pembentuk cairan bilik mata (humor aqueus) yang

memberi makanan kepada lensa dan kornea. Dengan adanya peradangan di iris dan badan siliar,

maka timbullah hiperemi yang aktif, pembuluh darah melebar, pembentukan cairan bertambah,

sehingga dapat menyebabkan glaukoma sekunder. Selain oleh cairan bilik mata, dinding

pembuluh darah dapat juga dilalui oleh sel darah putih, sel darah merah, dan eksudat yang akan

Page 7: Referat Zyad - Uveitis

mengakibatkan tekanan osmose cairan bilik mata bertambah dan dapat mengakibatkan

glaukoma.

Cairan dengan lain-lainya ini, dari bilik mata belakang melalui celah antar lensa iris, dan

pupil ke kamera okuli anterior. Di kamera okuli anterior, oleh karena iris banyak mengandung

pembuluh darah, maka suhunya meningkat dan berat jenis cairan berkurang, sehingga cairan

akan bergerak ke atas.

Di daerah kornea karena tidak mengandung pembuluh darah, suhu menurun dan berat

jenis cairan bertambah, sehingga di sini cairan akan bergerak ke bawah. Sambil turun sel-sel

radang dan fibrin dapat melekat pada endotel kornea, membentuk keratik presipitat yang dari

depan tampak sebagai segitiga dengan endapan yang makin ke bawah semakin besar. Di sudut

kamera okuli anterior cairan melalui trabekula masuk ke dalam kanalis Schlemn untuk menuju

ke pembuluh darah episklera. Bila keluar masuknya cairan ini masih seimbang maka tekanan

mata akan berada pada batas normal 15-20 mmHg. Sel radang dan fibrin dapat pula menyumbat

sudut kamera okuli anterior, sehingga alirannya terhambat dan terjadilah glaukoma sekunder.

Galukoma juga bisa terjadi akibat trabekula yang meradang atau sakit (Wijana,1993)

Elemen darah dapat berkumpuk di kamera okuli anterior dan timbullah hifema (bila

banyak mengandung sel darah merah) dan hipopion (yang terkumpul banyak mengandung sel

darah putihnya). Elemen-elemen radang yang mengandung fibrin yang menempel pada pupil

dapat juga mengalami organisasi, sehingga melekatkan ujung iris pada lensa. Perlekatan ini

disebut sinekia posterior. Bila seluruh iris menempel pada lensa, disebut seklusio pupil sehingga

cairan yang dari kamera okuli posterior tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke kamera okuli

anterior, iris terdorong ke depan, disebut iris bombe dan menyebabkan sudut kamera okuli

anterior menyempit, dan timbullah glaukoma sekunder.

Perlekatan-perlekatan iris pada lens menyebabkan bentuk pupil tidak teratur. Pupil dapat

pula diisi oleh sel-sel radang yang menyebabkan organisasi jaringan dan terjadi oklusi pupil.

Peradangan badan siliar dapat pula menyebabkan kekeruhan pada badan kaca, yang tampak

seperti kekeruhan karena debu. Dengan adanya peradangan ini maka metabolisme pada lensa

terganggu dan dapat mengakibatkan katarak. Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan badan

kaca pun dapat mengakibatkan organisasi jaringan yang tampak sebagai membrana yang terdiri

dari jaringan ikat dengan neurovaskularisasi dari retina yang disebut retinitis proloferans. Pada

kasus yang lebih lanjut lagi dapat mengakibatkan ablasi retina.

Page 8: Referat Zyad - Uveitis

GEJALA KLINIS dan PEMERIKSAAN FISIK

Keluhan pasien dengan uveitis anterior adalah mata sakit, mata merah, fotofobia,

penglihatan turun ringan dengan mata berair. Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis

dapat terjadi akibat ikut meradangnya otot-otot akomodasi. Pupil kecil akibat peradangan otot

sfingter pupil dan terdapatnya edema iris. Pada proses akut dapat terjadi miopisi akibat

rangsangan badan siliar dan edema lensa. Pada pemeriksaan slit lamp dapat terlihat flare di bilik

mata depan dan bila terjadi inflamasi berat dapat terlihat hifema atau hipopion. Pada uveitis non-

granulomatosa dapat terlihat presipitat halus pada dataran belakang kornea. Pada uveitis

granulomatosa dapat terlihat presipitat besar atau mutton fat noduli Koeppe (penimbunan sel

pada tepi pupil) atau noduli Busacca (penimbunan sel pada permukaan iris).

IV. UVEITIS INTERMEDIATE

Uveitis intermediate disebut juga siklitis, uveitis perifer atau pars planitis adalah

peradangan intraokular terbanyak kedua. Tanda uveitis intermediet yang terpenting yaitu adanya

peradangan vitreus. Uveitis intermediet biasanya bilateral dan cenderung mengenai pasien

remaja akhir atau dewasa muda. Pria lebih banyak yang terkena dibandingkan wanita. Gejala-

gejala yang khas meliputi floaters dan penglihatan kabur. Nyeri, fotofobia dan mata merah

biasanya tidak ada atau hanya sedikit. Temuan pemeriksaan yang menyolok adalah vitritis

seringkali disertai dengan kondensat vitreus yang melayang bebas seperti bola salju (snowballs)

atau menyelimuti pars plana dan corpus ciliare seperti gundukan salju (snow-banking).

Peradangan bilik mata depan minimal tetapi jika sangat jelas peradangan ini lebih tepat disebut

panuveitis. Penyebab uveitis intermediate tidak diketahui pada sebagian besar pasien, tetapi

sarkoidosis dan multipel sklerosis berperan pada 10-20% kasus. Komplikasi uveitis intermediate

yang tersering adalah edema makula kistoid, vaskulitis retina dan neovaskularisasi pada diskus

optikus.

Page 9: Referat Zyad - Uveitis

V. UVEITIS POSTERIOR

Uveitis posterior adalah peradangan yang mengenai uvea bagian posterior yang meliputi

retinitis, koroiditis, vaskulitis retina dan papilitis yang bisa terjadi sendiri-sendiri atau secara

bersamaan. Gejala yang timbul adalah floaters, kehilangan lapang pandang atau scotoma,

penurunan tajam penglihatan. Sedangkan pada koroiditis aktif pada makula atau papillomacular

bundle menyebabkan kehilangan penglihatan sentral dan dapat terjadi ablasio retina.

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

Pemeriksaan fisik tidak jauh berbeda dengan gejala yang dapat timbul pada uveitis, hasil

pemeriksaan yang didapat bervariasi tergantung dari lokasi, penyebab dan patogenesis dari

proses inflamasi yang terjadi. Pemeriksaan jaringan mata yang menyeluruh dapat memberikan

hasil yang sangat membantu dalam penentuan diagnosis.

Konjungtiva

Didapatkan injeksi siliar (injeksi perilimbal, kemerahan sirkumkorneal akibat dilatasi

pembuluh-pembuluh darah limbus, merupakan karakteristik dari uveitis anterior) atau nodul

(pada sarkoidosis).

Kornea,

Ditemukan adanya presipitat keratik, merupakan kumpulan sel-sel mediator inflamasi pada

permukaan endotel kornea. Presipitat tersebut tampak berupa deposit putih halus. Presipitat

keratik berukuran kecil umumnya ditemukan pada uveitis non-granulomatosa, sedangkan

presipitat berukuran besar biasanya ditemukan pada uveitis granulomatosa, yang dikenal dengan

”mutton fat”.

Page 10: Referat Zyad - Uveitis

Presipitat Keratik

Presipitat keratik awal biasanya berwarna putih dan akan menjadi lebih berpigmen dan mengkerut seiring dengan berjalannya waktu. Selain itu, pada kornea dapat timbul gambaran dendrit epitel, ”geographic ulcers” atau terdapat skar pada stroma pada kasus keratouveitis pada herpes.

Mekanisme inflamasi yang terjadi pada tingkat seluler akan menimbulkan gambaran ”cells” dan ”flare” pada aqueous humor.

Cells and Flare

Pada kasus-kasus uveitis anterior yang berat, dapat terjadi penimbunan fibrin dan/atau

pembentukan hipopion.

Hipopion

Page 11: Referat Zyad - Uveitis

Iris

Ditemukan sinekia anterior yaitu iris melekat pada kornea maupun sinekia posterior yaitu

iris melekat pada lensa. Bila proses berlanjut terus maka akan timbul ”pupillary block”, ”iris

bombé” dan/atau glaukoma sudut tertutup.

Iris Bombé

Terdapat nodul yang terdiri atas kelompok sel-sel putih tampak di tepian pupil iris (Nodul

Koeppe bila timbul pada batas pupil, dan Nodul Bussaca bila timbul pada stroma iris) atau

terdapat granuloma yang nyata.hal ini terhadi pada uveitis granulomatosa. Adanya atrofi iris

pada beberapa bagian saja merupakan ciri khas pada penyakit herpes. Pada pemeriksaan pupil,

akan didapatkan pupil yang miosis.

Lensa

Pemeriksaan yang mungkin didapat adalah adanya katarak. Katarak merupakan komplikasi

yang sering timbul dalam klinis pasien uveitis. Katarak biasanya terjadi pada uveitis yang telah

berlangsung lama atau pada uveitis dengan pemakaian kortikosteroid jangka panjang. Pada

vitreous humor, akan tampak gambaran ”snowball opacities”, berupa infiltrasi sel-sel, yang pada

umumnya terlihat pada uveitis intermediate dan sarkoidosis. Selain itu, juga tampak adanya

traksi pada retina, atau pembentukan membran siklitik dibelakang lensa.

Koeppe’s NodulesBussaca’s Nodules

Page 12: Referat Zyad - Uveitis

Manifestasi uveitis posterior yang dapat ditemukan pada pemeriksaan, antara lain :

”Disc eccema”

Edema makula

Vaskulitis retina

Eksudat perivaskular

Retinitis atau koroiditis fokal atau difus

Eksudat pars plana (”snowbanking”)

Pelepasan retina

Atrofi retinokoroidal

Neovaskularisasi retina dan koroid.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memastikan etiologi , sehingga, sebelum

dilakukan pemeriksaan laboratorium, sebaiknya dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

baik agar dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah. Pemeriksaan laboratorium pada

umumnya tidak diperlukan untuk uveitis anterior, terutama jika jenisnya non-granulomatosa dan

jelas sensitif terhadap terapi non-spesifik.

Pada uveitis anterior maupun posterior yang tidak responsif terhadap terapi, atau bila uveitis

yang terjadi bilateral atau granulomatosa atau rekuren, maka harus ditentukan diagnosis

etiologinya. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

LED Foto Rontgen Thorax Titer Lyme Tes Mantoux ANA (Antinuclear Antibody) RPR (Rapid Plasma Reagin) VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) PPD (Purified Protein Derivative) ELISA HLA B27 Fluorescein angiography Lumbal Pungsi

Page 13: Referat Zyad - Uveitis

Kultur vitreous CT-scan dan MRI otak

Hampir semua pemeriksaan penunjang pada uveitis merupakan pemeriksaan laboratorium

khusus yang akan dilakukan hanya dengan alasan dan indikasi yang jelas. Dengan indikasi yang

jelas, maka pemeriksaan tersebut baru akan bernilai diagnostik. Tidak ada aturan pasti yang

menentukan pemakaian pemeriksaan-pemeriksaan tersebut. Kuncinya adalah dengan

memaksimalkan kemampuan anamnesis, penilaian keseluruhan sistem tubuh dan pemeriksaan

fisik secara umum dan oftalmologik sehingga dapat ditentukan indikasi pemeriksaan penunjang

yang diperlukan.

DIAGNOSIS

Uveitis sering berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya, oleh sebab itu, ada baiknya

dilakukan anamnesis yang komprehensif serta pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada setiap

pasien dengan inflamasi intraokuler. Pemeriksaan yang menyeluruh tersebut dapat membantu

dalam penentuan diagnosis yang tepat sehingga faktor penyebab dapat ditangani dengan baik.

Anamnesis

Riwayat penyakit sekarang; meliputi onset, gejala yang timbul, perjalanan penyakit dan

gejalanya serta perawatan yang telah didapat.

Riwayat penyakit mata sebelumnya; apakah ada episode penyakit dengan gejala yang sama

sebelumnya, terapi dan respon terapi yang telah didapat, riwayat trauma atau operasi pada

mata sebelumnya.

Riwayat penyakit lain sebelumnya; riwayat penyakit-penyakit sistemik (terutama

sarkoidosis, juvenile rhematoid arthritis, AIDS, tuberkulosis, dan sifilis), riwayat

penggunaan obat-obatan (terutama obat-obatan imunosupresif).

Riwayat sosial; meliputi pola diet sehari-hari, pola seksual dan penggunaan obat-obatan

terlarang.

Data demografik; seperti: usia, ras dan jenis kelamin.

Riwayat geograf; seperti: tempat lahir, lingkungan tempat tinggal, dan apakah sehabis

melakukan perjalanan ke luar kota atau luar negeri.

Page 14: Referat Zyad - Uveitis

Riwayat penyakit keluarga; penyakit-penyakit sistemik yang menular dalam keluarga

(seperti: tuberkulosis), riwayat menderita uveitis dalam keluarga.

Tinjauan sistemik :

- Umum : demam, berat badan, malaise, keringat malam

- Rheumatologi : arthralgia, low back pain, joint stiffness

- Dermatologi : rash, alpecia, vitiligo, gigitan serangga

- Neurologi : tinitus, sakit kepala, meningismus, parestesia, paralisis

- Respiratori : sesak nafas, batuk, dan produksi sputum

- Gastrointstinal : diare, melena

- Genitourinaria : disuria, ulkus genitalia, balanitis

Pemeriksaan Fisik

Evaluasi tanda-tanda vital, periksa ketajaman penglihatan, periksa gerakan bola mata,

periksa setiap jaringan bola mata dengan slit lamp, lakukan pemeriksaan funduskopi, dan ukur

tekanan bola mata.

DIAGNOSA BANDING

NO TANDA KONJUNGTIVITIS

AKUT

IRIDOSKLITIS

AKUT

GLAUKOMA

AKUT

KERATITIS

1. Sakit Tidak atau hanya

sedikit

Sedang, trauma

mengenai mata

dan yang diurus

oleh N.II

Hebat, diseluruh

bulbus okuli dan

yang diurus oleh

N.V, injeksi

konjungtiva dan

episklera

Sedikit

2. Injeksi Injeksi konjungtiva Terutama injeksi

perikornea

Injeksi

konjungtiva,

perikornea dan

episklera

Injeksi

perikornea

Page 15: Referat Zyad - Uveitis

3. Pupil Normal Miosis irreguler Lebar,lonjong Normal,

miosis

4. Reflek

cahaya

Normal Berkurang Berkurang sampai

tidak ada

Kuat

5. Media

refraksi

Jernih Kornea keruh

(kreatik prespitat

dan edema),

COA:sel radang,

pupil:oklusio,

lensa:katarak,

badan kaca:sel

radang

Kornea keruh

karena oedema,

lensa:katarak

stadium lanjut,

COA dangkal

Kornea keruh

karena adanya

infiltrat, COA

normal

6. Visus Baik Sedang Buruk Berkurang

7. Timbulnya Perlahan Perlahan Tiba-tiba Perlahan

8. Gejala

sistemik

Tidak ada Sedikit Muntah-muntah -

9. Pemeriksaan

sekret

Ditemukan kuman

penyebab

Tidak ditemukan

kuman penyebab

Tidak ditemukan

kuman penyebab

Tidak

ditemukan

kuman

penyebab

10. TIO Normal N,tinggi,turun Tinggi sekali Normal

PENATALAKSANAAN

Page 16: Referat Zyad - Uveitis

Tujuan utama penatalaksanaan uveitis adalah mengobati proses inflamasi pada mata secara

efektif serta meminimalkan komplikasi yang mungkin timbul baik dari penyakitnya itu sendiri

maupun dari terapi yang diberikan. Agar tujuan pengobatan dapat dicapai, maka diperlukan

pemeriksaan yang baik, karena, beberapa kondisi memerlukan tindakan tertentu seperti

pemberian obat kortikosteroid, sedangkan pada kondisi lain tidak dianjurkan karena penggunaan

kortikosteroid jangka panjang akan menyebabkan pembentukan katarak dan meningkatkan

tekanan intraokuler.

Mydriatic dan Cycloplegic

Pengobatan topikal ini digunakan untuk mengatasi spasme siliare yang biasanya muncul

pada uveitis anterior akut dan untuk melepaskan sinekia posterior yang terbentuk dan/atau

mencegah perkembangan sinekia baru.

Obat-obatan yang bersifat long acting seperti homatropine, scopolamine atau atropine,

digunakan untuk mengatasi spasme siliare; sedangkan obat-obatan yang durasi kerjanya lebih

singkat seperti tropicamide atau cyclopentolate digunakan untuk mencegah pembentukan sinekia

posterior pada pasien yang memnderita iridocyclitis kronik serta mengurangi gejala fotofobia.

Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan terapi primer pada pasien uveitis. Kortikosteroid menekan kerja

sistem imun serta memiliki efek anti-inflamasi melalui beberapa mekanisme. Kortikosteroid

dapat diberikan secara topikal, melalui injeksi periokular atau intravitreal atau diberikan secara

sistemik.

Pemberian secara topikal diutamakan pada pasien dengan uveitis anterior. Penetrasi menuju

segmen posterior pada pemberian topikal sangat buruk, kecuali bila pasien tersebut pseudofakia

atau afakia. Secara umum, kortikosteroid yang dianjurkan pada pemberian topikal adalah

prednisolon asetat.

Pemberian kortikosteroid melalui periokular paling baik digunakan untuk pasien dengan

uveitis intermediate, uveitits posterior atau terdapat edema makula, terutama bila unilateral.

Terapi ini juga dapat digunakan pada pasien dengan uveitis anterior berat yang tidak responsif

terhadap pengobatan topikal. penyuntikan biasanya dilakukan melalui kapsul sub-Tenon atau

Page 17: Referat Zyad - Uveitis

secara trans-septal dengan anestesi lokal. Obat yang diberikan biasanya yang kerja panjang

seperti methylprednisolone asetat setiap 3-4 minggu hingga efek yang diinginkan tercapai.

Tindakan ini tidak boleh dilakukan pada uveitis akibat infeksi dan harus berhati-hati pada pasien

dengan riwayat peningkatan tekanan intraokular.

Jalur sistemik digunakan pada pasien dengan uveitis posterior berat atau panuveitis,

terutama jika bilateral, atau pada kasus-kasus uveitis anterior berat yang tidak responsif terhadap

pengibatan topikal maupun injeksi periokular. Diawali dengan dosis besar (1-2mg/kgBB/hari)

dan kemudian diturunkan secara bertahap setelah 2-3 minggu.

AINS (Anti Inflamasi Non-Steroid)

AINS tidak mengambil peranan penting dalam pengobatan uveitis. AINS dalam

perjalanannya akan digunakan sebagai terapi ajuvan pada penggunaan kortikosteroid.

Terapi Imunosupresif

Terapi imunosupresif telah secara umum digunakan pada pasien dengan uveitis berat dan

mengancam penglihatan yang tidak responsif terhadap terapi kortikosteroid yang adekuat atau

pada pasien yang mengalami efek samping berat terhadap kortikosteroid. Namun, terdapat

penelitian yang mengatakan bahwa terapi ini lebih baik serta mengurangi angka morbiditas jika

dibandingkan dengan penggunaan kortikosteroid jangka panjang (penggunaan kortikosteroid

lebih dari 6 bulan dengan dosis lebih dari 10 mg/hari). Indikasi awal penggunaan terapi

imunosupresif ini antara lain pada sindrome Behçet, sindrome Vogt-Kayanagi-Harada, uveitis

simpatik dan nekrosis sklerouveitis.

Sediaan yang sering digunakan adalah antimetabolit, yaitu, methotrexate, azathriopine dan

mycophenolate; Alkylating agents, yaitu, cyclophosphamide dan chlorambucil; serta sel-T

inhibitor, yaitu, cyclosporine dan tacrolimus.

Antimetabolit digunakan pada uveitis non-infeksi yang kronis, seperti iridocyclitis pada

JRA, panuveitis, sarkoidosis serta scleritis. Dosis yang diberikan adalah 7,5-25mg/hari baik

secara oral, subkutan maupun intramuskular. Pada uveitis simpatika, sindrom Behçet, sindrom

Page 18: Referat Zyad - Uveitis

VKH dan uveitis intermediate, Azhatriopine biasanya diberikan sebesar 1-3mg/kgBB/hari.

Mycophenolate biasanya diberikan 2x1 gram pada pasien yang intoleran terhadap methotrexate

atau azhatriopine.

Cyclophosphamide dan chlorambucil biasanya digunakan pada uveitis simpatika,

intermediate serta sindrom Behçet. Dosis cyclophosphamide adalah 1-3 mg/kgBB/hari,

sedangkan cjlorambucil adalah 0,1-0,2mh/kgBB/hari.

Efek primer dari sel-T inhibitor adalah menginhibisi aktivasi sel-T, namun, mekanisme pastinya

masih diperdebatkan. Pegobatan ini biasanya dikombinasi dengan pemberian kortikosteroid.

Terapi imunosupresif ini memiliki efek samping yang mengancam nyawa. Efek samping

paling berat adalah toksisitasnya terhadap ginjal dan hepar, supresi sumsum tulang dan efek

teratogenik. Sehingga, diperlukan pengawasan yang ketat, seperti pemeriksaan darah lengkap

serta fungsi hati selama perawatan

Terapi terbaru

Saat ini sedang dipelajari pengobatan uveitis dengan Sitokin inhibitor. Pengobatan ini

dipelajari untuk setiap tipe uveitis. Penelitian lain, yaitu penyuntikan immunoglobulin dan

interferon secara intravena menunjukkan efek yang baik terhadap beberapa pasien uveitis.

Terdapat percobaan pengobatan dengan implantasi intravitreal yang menempatkan kortikosteroid

fluocinolone asetat secara langsung ke dalam mata. Terapi ini diharapkan dapat memberikan

efek yang konsisten pada intraokular tanpa efek samping sistemik.

KOMPLIKASI

Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior perifer, yang menghalangi aqueous

humor keluar di sudut kamera anterior sehingga timbul glaukoma. Sinekia posterior dapat

menimbulkan glaukoma dengan memungkinkan berkumpulnya aqueous humor dibelakang iris,

sehingga menonjol iris ke depan. Pelebaran pupil sejak dini dan terus menerus dapat mengurangi

kemungkinan timbulnya sinekia posterior. Beta blocker topikal dapat digunakan pada glaukoma

akibat uveitis. Pada kasus berat, inhibitor anhidrase karbonik sistemik sangat membantu. Obat ini

juga bekerja mengurangi produksi aqueous humor.

Page 19: Referat Zyad - Uveitis

Uveitis yang kronis dapat mengakibatkan hiposekresi dari aqueous humor, yang berakibat

menurunnya suplai nutrisi ke struktur segmen anterior, terjadu formasi membran siklitik, dan

pelepasan korpus siliaris.

Gangguan metabolisme lensa dapat menimbulkan katarak. Katarak sering timbul pada

uveitis menahun. Operasi katarak sebaiknya dilakukan 3-4 bulan setelah uveitis tenang.

Prognosis operasi katarak pada kasus demikian tergantung pada penyebab uveitis.

Ablasio retina dapat timbul akibat traksi atau tarikan pada retina oleh benang-benang

vitreus. Edema kistoid makula dan degenerasi makula dapat terjadi pada uveitis anterior yang

beepanjangan. Kortikosteroid sistemik atau periokular dapat digunakan untuk terapi edema

makular, jika tidak berhasil, maka dapat digunakan terapi imunosupresif. Berkurangnya

penglihatan hingga kebutaan juga merupakan salah satu komplikasi dari uveitis.

PROGNOSIS

Uveitis merupakan kondisi penyakit yang berpotensi dalam menimbulkan kebutaan. Uveitis

juga dapat berakhir dengan komplikasi yang serius pada mata. Dengan pengobatan yang adekuat,

serangan uveitis non-granulomatosa umumnya berlangsung beberapa hari sampai minggu,

namun, pasien akan sering mengalami kekambuhan. Uveitis granulomatosa berlangsung

berbulan-bulan sampai tahunan, kadang-kadang dengan remisi dan eksaserbasi, dan dapat

menimbulkan kerusakan permanen dengan penurunan penglihatan yang nyata walau dengan

pengobatan yang terbaik sekali.

DAFTAR PUSTAKA

Sinekia Anterior Sinekia Posterior

Page 20: Referat Zyad - Uveitis

Vaughan, D. G.; Asbury, T. Oftalmologi Umum edisi 14. Widya Medika. Jakarta: 2000.

Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto.

Jakarta:2002

Ilyas, Sidarta Prof.dr, Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Indonesia Edisi Ke 3

Jakarta: 2008

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15GambaranKlinisUveitis93.pdf/

15GambaranKlinisUveitis93.html

http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?

id=&iddtl=870&idktg=16&idobat=&UID=20070808155304202.51.237.211

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/15PenatalaksanaanUveitis087.pdf/

15PenatalaksanaanUveitis087.html

“Iritis dan Uveitis” http://emedicine.medscape.com/article/798323-overview