Referat Vit E -- Stroke

download Referat Vit E -- Stroke

of 19

Transcript of Referat Vit E -- Stroke

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Telah diketahui secara umum bahwa vitamin sangat bermanfaat bagi tubuh, utamanya dalam hal menjaga kesehatan kulit. Juga sebagai zat yang berperan penting dalam menangkal radikal bebas, disamping juga sangat berperan sekali dalam metabolisme tutuh. Walaupun demikian dari beberapa penelitian ternyata vitamin E ini juga membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan kita.1 Sejak dulu vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang bisa melawan penyakit, radikal bebas serta membantu reproduksi normal manusia. Vitamin E adalah antioksidan larut lemak yang terkenal mampu menghambat peroksidasi lipid dan memelihara membran sel. Pereoksidasi lipid berperan penting dalam atherogenesis, sebuah proses di arteri. Peneliti di Harvard Medical School, Boston, dan INSERM di Paris menemukan bahwa suplemen vitamin E dapat meningkatkan risiko beberapa jenis stroke.1 Haemorrhagic stroke (stroke pendarahan) adalah tipe stroke paling jarang dan terjadi bila pembuluh yang memasok darah ke otak pecah sehingga menyebabkan kerusakan otak. Peneliti menemukan bahwa vitamin E

meningkatkan risiko stroke ini sebesar 22 persen. Tapi penelitian ini juga menemukan bahwa vitamin E ternyata bisa mengurangi risiko stroke iskemik, yaitu tipe paling umum dari stroke, sebesar 10 persen. Dibutuhkan penelitian lebih

1

lanjut untuk menemukan mekanisme aksi serta batas aman mengkonsumsi vitamin E.1

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin mengetahui dan mengulas tentang efek vitamin E terhadap jenis stroke.

C. TUJUAN Tujuan umum : Untuk memperoleh informasi mengenai vitamin E dan efeknya terhadap jenis stroke. Tujuan khusus:

Untuk mengetahui segala hal tentang Vitamin E Untuk mengetahui faktor resiko dan patofisiologi terjadinya

Stroke.

D. MANFAAT

Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan informasi serta gambaran yang jelas tentang efek vitamin E terhadap jenis stroke.

Penulis mengharapkan penulisan ini bisa membantu pembelajaran para mahasiswa kedokteran dalam bidang ilmu penyakit saraf.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. VITAMIN E 1. Sifat Kimia Vitamin E Vitamin E merupakan suatu zat penyapu radikal bebas lipofilik dan antioksidan paling banyak di alam. Vitamin E terdiri dari struktur tokoferol, dengan berbagai gugus metil melekat padanya dan sebuah rantai sisi fitil. Di antara struktur tersebut -tokoferol adalah antioksidan yang paling kuat.2 Vitamin E berada di dalam lapisan fosfolipid membran sel dan berfungsi melindungi asam lemak jenuh ganda dan komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas dengan memutuskan rantai peroksidase lipid dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus OH pada cincinnya ke radikal bebas, sehingga terbentuk radikal vitamin E yang stabil dan tidak merusak. Vitamin E berfungsi sebagai pelindung terhadap peroksidasi lipid di dalam membran.2 Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak. Nama lain dari vitamin E tokoferol, keaktifan vitamin E dalam beberapa senyawa tokoferol berbeda. Dikenal -; -; dan - tokoferol menunjukkan keaktifan vitamin E yang paling tinggi. Struktur kimia tokoferol adalah sebagai berikut. Alfa tokoferol alam memutar bidang polarisasi ke kanan, sedangkan alfa-

3

tokoferol buatan adalah resemik (DL). Tokoferol lainnya (beta, gama, dan delta) kurang penting karena potensi hayatinya rendah.2 2. Fungsi Fisiologi dan Farmakokinetik Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid. Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat melindungi aksi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas Radikal peroksil bereaksi 1000 kali lebih cepat dengan vitamin E daripada asam lemak tidak jenuh, dan membentuk radikal tokoferoksil.2 Selanjutnya radikal tokoferoksil berinteraksi dengan lain antioksidan seperti vitamin C, yang akan membentuk kembali tokoferol. Vitamin E misalnya paling penting untuk melindungi membran sel darah merah yang kaya akan asam lemak tidak jenuh ganda dari kerusakan akibat oksidasi. Vitamin E dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat vitamin E radikal yang terbentuk pada proses pemutusan reaksi radikal bebas oleh vitamin E menjadi vitamin E bebas yang berfungsi kembali sebagai antioksidan. Asam askorbat dengan cepat mengelimasi oksigen radikal dan mencegah proses oksidatif.3 Vitamin E berinteraksi secara langsung dengan radikal peroksi lipid sehingga atom hidrogen lainnya berkurang dan menjadi tokoferil quinon teroksidasi sempurna. Vitamin E mengendalikan peroksida lipid dengan menyumbangkan hidrogen kedalam reaksi, menyekat aktivitas tambahan yang dilakukan oleh peroksida, sehingga memutus reaksi berantai dan bersifat membatasi kerusakan. Vitamin E radikal dapat mengalami regenerasi dengan adanya vitamin C atau gluthathion yang merupakan antioksidan enzimatis.2

4

Selain itu vitamin E melindungi lipoprotein dalam sirkulasi LDL teroksidasi yang ternyata memegang peranan penting dalam menyebabkan aterosklerosis. LDL teroksidasi lebih mudah diambil oleh makropag dibandingkan LDL yang tidak teroksidasi, selanjutnya membentuk sel busa (foam cells) yang berpengaruh buruk pada sel endotel, dan mungkin dapat menyebabkan vasokonstriksi. Vitamin E dosis besar (1600 mg/hari) melindungi LDL dari oksidasi. Di samping efek antioksidannya, efek langsung terhadap endotel pembuluh darah, sel otot polos, atau pembekuan darah diduga ikut berperan. Vitamin E mengatur proliferasi sel otot polos pembuluh darah, menyebabkan vasodilitasi dan menghambat baik aktivasi trombosit maupun adhesi leukosit. 4 Vitamin E juga melindungi -kroten dari oksidasi, fungsi utama vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan mudah memberikan hidrogen dari gugus hidroksil (OH) pada struktur cincin ke radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul-molekul reaktif dan dapat merusak, yang mempunyai elektron tidak berpasangan. Beberapa zat yang terdapat pada makanan misalnya selenium, asam amino yang mengandung sulfur, koenzim Q dapat mengantikan vitamin E.2

3. Efek Kimia Vitamin E Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan mudah memberikan hidrogen dari gugus hidroksil (OH) pada struktur cincin ke radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul-molekul reaktif dan dapat merusak, yang mempunyai elektron tidak berpasangan.4

5

Antioksidan adalah senyawa kimia yang memiliki kemampuan untuk memberikan hidrogen radikal. Sebagai akibatnya, senyawa tersebut mampu mengubah sifat radikal menjadi nonradikal dan terjadi perubahan oksidasi radikal oleh antioksidan. Struktur molekul antioksidan bukan hanya memiliki kemampuan melepas atom hidrogen tetapi juga mengubah radikal menjadi reaktivitas rendah sehingga tidak terjadi reaksi dengan lemak. Antioksidan terdiri atas antioksidan endogen yang berupa enzim dan antioksidan eksogenus yang berupa vitamin. Beberapa antioksidan penting dalam mekanisme untuk menghambat kerusakan oksidatif akibat radikal bebas, diantaranya gluthasion peroksidase, vitamin C dan E.4 Adanya penghambatan radikal bebas oleh vitamin C, E dan enzim antioksidan endogen yaitu pertama radikal bebas akan ditangkap oleh vitamin E, akan tetapi vitamin E kemudian berubah menjadi vitamin E yang bersifat radikal sehingga memerlukan pertolongan vitamin C. Selain itu radikal bebas juga akan dinetralisir oleh enzim antioksidan di dalam tubuh. Adanya suatu radikal yang masuk, pertama kali akan dinetralisir oleh vitamin E, kemudian vitamin C dan dilanjutkan oleh mekanisme oksidatif dari dalam tubuh yang dilakukan oleh enzim. Vitamin E sebagai antioksidan dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas. Pertama vitamin E akan menangkap radikal bebas, namun vitamin E kemudian berubah menjadi vitamin E radikal sehingga memerlukan pertolongan vitamin C. Vitamin C bersama-sama dengan Vitamin E dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat vitamin E radikal yang terbentuk pada proses pemutusan reaksi radikal bebas oleh vitamin E menjadi vitamin E bebas yang

6

berfungsi kembali sebagai antioksidan. Asam askorbat dengan cepat mengelimasi oksigen radikal dan mencegah proses oksidatif. Vitamin C dalam eritrosit melindungi vitamin E melalui mekanisme pengembalian secara langsung. Secara in vitro, vitamin C berfungsi sebagai koantioksidan pada regenerasi bentuk radikal vitamin E menjadi vitamin E tereduksi. Asam askorbat masuk sirkulasi untuk didistribusikan ke sel-sel tubuh.3 Pada penelitian yang dilakukan terhadap manusia yang merokok dengan tujuan untuk menentukan efek vitamin E baik secara sendiri-sendiri maupun kombinasi terhadap kadar lipid peroksidasi secara in vivo ditemukan bahwa pemberian vitamin E secara sendiri-sendiri dapat mereduksi lipid peroksidasi dengan kadar yang sama. Sedangkan pemberian vitamin C dan vitamin E dengan cara kombinasi juga memberikan efek yang sama tidak lebih besar dari pada pemberian secara sendiri-sendiri.5

4. Efek Vitamin E Terhadap fragilitas osmotik eritrosit. Vitamin E merupakan antioksidan pemecah rantai utama dan terdapat pada cairan ekstrasel dan garis pertahanan pertama melawan peroksidasi membran fosfolipid yang disebabkan oleh stres oksidatif. Penelitian terhadap kadar MDA Plasma dan fragilitas eritrosit pada tikus jantan yang diberikan vitamin E dan minuman suplemen atau kombinasinya dapat menurunkan fragilitas eritosit dan kadar MDA.6

7

B. STROKE 1. Definisi Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.7

2. Epidemiologi Insiden stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa, diperkirakan terdapat 100-200 kasus stroke baru per 10.000 penduduk per tahun.8 Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per tahun, dengan 4.8 juta penderita stroke yang bertahan hidup.9 Rasio insiden pria dan wanita adalah 1.25 pada kelompok usia 55-64 tahun, 1.50 pada kelompok usia 65-74 tahun, 1.07 pada kelompok usia 75-84 tahun dan 0.76 pada kelompok usia diatas 85 tahun.10

3. Klasifikasi Stroke Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas patologi anatomi (lesi), stadium dan lokasi (sistem pembuluh darah).11

8

1) Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya: a) Stroke iskemik i) Transient Ischemic Attack (TIA) ii) Trombosis serebri iii) Emboli serebri b) Stroke hemoragik i) Perdarahan intraserebral ii) Perdarahan subarakhnoid 2) Berdasarkan stadium: a) Transient Ischemic Attack (TIA) b) Stroke in evolution c) Completed stroke 3) Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah): a) Tipe karotis b) Tipe vertebrobasiler

4. Faktor Resiko Faktor resiko untuk terjadinya stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan kemungkinannya untuk dimodifikasi atau tidak (nonmodifiable, modifiable, atau potentially modifiable) dan bukti yang kuat (well documented atau less well documented).9

9

1. Non modifiable risk factors : a. Usia b. Jenis kelamin c. Berat badan lahir rendah d. Ras/etnis e. genetik 2. Modifiable risk factors a. Well-documented and modifiable risk factors o o o o o o o o o o o Hipertensi Paparan asap rokok Diabetes Atrial fibrilasi dan beberapa kondisi jantung tertentu Dislipidemia Stenosis arteri karotis Sickle cell disease Terapi hormonal pasca menopause Diet yang buruk Inaktivitas fisik Obesitas b. Less well-documented and modifiable risk factors

10

o o o o o oo

Sindroma metabolik Penyalahgunaan alkohol Penggunaan kontrasepsi oral Sleep-disordered breathing Nyeri kepala migren Hiperhomosisteinemia Peningkatan lipoprotein Peningkatan lipoprotein-associated phospholipase Hypercoagulability Inflamasi Infeksi

o o o o

5. Patofisiologi a. Patofisiologi Stroke Iskemik Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap12 Tahap 1 : a. Penurunan aliran darah b. Pengurangan O2 c. Kegagalan energi d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion Tahap 2 : a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion b. Spreading depression

11

Tahap 3 : Inflamasi Tahap 4 : Apoptosis

Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan permeabilitas patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi,

hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh radikal bebas.13

12

Gambar 1. Mekanisme seluler pada iskemik SSP akut.

b. Patofisiologi Stroke Hemoragik

Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih 20 % adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral. Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum, dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan

13

rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar.14 Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis.14 Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah, sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM).14

14

BAB III PEMBAHASAN

Banyak penelitian yang mecari efek dari vitamin E pada sebagian besar kasus kardiovaskular yang dilakukan pada dua dekade terakhir, tetapi hampir tidak ditemukan efek yang signifikan. Vitamin E dilaporkan tidak memiliki efek terhadap stroke total. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat efek yang menguntungkan dari vitamin E pada kasus stroke iskemik, tetapi menunjukkan efek merugikan pada kasus stroke hemoragik. Tampak resiko stroke hemoragik yang meningkat pada penelitian yang dilakukan pada perokok pria dengan konsumsi vitamin E 50mg/hari, sedangkan tidak ditemukan peningkatan resiko stroke hemoragik pada penelitian yang dilakukan pada perempuan sehat yang mengkonsumsi vitamin E 600 IU/ 2 hari. Pada penelitian ini ditemukan bahwa vitamin E meningkatkan resiko stroke hemoragik sebesar 22% dan mengurangi resiko stroke iskemik sebesar 10%.15 Penjelasan mekanisme patofisiologi dari penelitian ini belum ditentukan. Penelitian menunjukkan bahwa alpha tocopherol menghambat agregasi platelet dan adhesi in vitro, tetapi belum jelas bahwa efek terhadap fungsi platelet ini bisa mengganggu pada individual normal pada dosis tertentu. Hasil pada penelitian yang dilakukan pada wanita yang mngkonsumsi vitamin E memperlihatkan pengurangan resiko venous tromboembolism dan hipotesis lain bahwa vitamin E

15

menghalangi aktivasi vitamin K dalam proses pembekuan darah. Beberapa peneliti setuju bahwa fungsi antioksidan dan penghambat peroksidasi lipid dari vitamin E memainkan peran penting pada atherogenesis, tetapi dosis Vitamin E yang tepat untuk fungsi antioksidan dan penghambat peroksidasi lipid masih belum jelas.15 Kecenderungan untuk perdarahan apakah terbatas pada cavitas intrakranial masih belum jelas, atau mungkin ini adalah fitur utama pada pengobatan dengan vitamin E.15 Data menunjukkan Vitamin E bermanfaat dalam mengurangi resiko stroke iskemik dan meningkatkan resiko stroke hemoragik. Jangan lupa bahwa strategi pencegahan yang lain memiliki efek yang jauh lebih kuat pada pencegahan stroke, seperti pengobatan antihipertensi atau anti kolesterol, dan gaya hidup yang sehat seperti tidak merokok, mempertahankan berat badan yang normal, konsumsi alkohol yang tidak berlebihan, dan olahraga yang cukup. Karena efek dan resiko kematian yang diakibatkan oleh stroke hemoragik lebih besar dan berbahaya, dan penggunaan suplemen vitamin E akan mmperbesar resiko kematian, maka penggunaan Vitamin E pada stroke harus diawasi dengan ketat.15

16

BAB IV KESIMPULAN

1. Vitamin E adalah antioksidan larut lemak yang terkenal mampu menghambat

peroksidasi lipid dan memelihara membran sel. Pereoksidasi lipid berperan penting dalam atherogenesis 2. Penelitian menemukan bahwa vitamin E dapat meningkatkan risiko stroke dengan jenis haemorrhagic hingga 22 persen. Satu dari 1.250 orang yang mengkonsumsi vitamin E dapat berisiko terkena jenis stroke ini. Namun, tidak dijelaskan pada level berapa vitamin ini berbahaya. Haemorrhagic adalah kasus yang jarang ditemukan. Stroke ini terjadi saat pembuluh yang menyuplai darah ke otak pecah dan menyebabkan kerusakan otak. 3. Hasil penelitian menunjukkan vitamin E dapat mengurangi risiko stroke jenis ischaemic hingga 10 persen. Berbeda dengan haemorrhagic, ischaemic adalah salah satu jenis stroke yang sering terjadi. Sebanyak 70 persen kasus stroke yang terjadi adalah stroke jenis ini, stroke yang terjadi saat penggumpalan menghambat suplai darah ke otak. 4. Bagaimanapun juga, dengan penurunan resiko stroke iskemik yang rendah dengan peningkatan stroke hemoragik yang tinggi dan akibat yang lebih

17

berbahaya dari stroke hemoragik, penggunaan vitamin E harus diawasi dengan ketat.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Nur, Arif, M. A. 2010. Efek Ganda Vitamin E terhadap Stroke. http://arifnma.com/2010/11/12/efek-ganda-vitamin-e-terhadap-stroke/

2.

Hariyatmi. 2004. Kemampuan Vitamin E Sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas Pada Lanjut Usia. Jurnal MIPA. 14 (1): 52 60

3.

Pavlovic V, Cekic S, Rankovic G & Stoiljkovic N. 2005. Antioxidant and Pro-oxidant Effect of Ascocbic Acid. Acta Medica Medianae. 44 (1): 6569

4.

May J, Qu Z & Mendirat ta S. 1998. Protection and Recycling of alfaTocopherol in Human Erythrocytes by Intra Cellular Ascorbic Acid. .Arch. Biochem. Biophys. 349(2): 281-289.

5.

Huang H., Appel, L.J., Crot, K. D., Miller, E. R., Mori, T. A. & Puddley, I. B. (2002), Effects of vitamin C and E on in vivo lipid peroxidation: results of randomized controlled trial. Am J Clin Nutr, 76, 549-555.

6.

Lautan J. 1997. Radikal Bebas pada Eritrosit dan Lekosit. Kopertis WilayahI dpk Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Medan: Cermin Dunia Kedokteran (116): 49-52.

7.

Kelompok Studi Serebrovaskuler PERDOSSI, 2004. Guideline Stroke 2004, Jakarta.

18

8.

Medicastore,

2007.

Stroke

Mengancam

Usia

Produktif.

http://www.medicastore. com/stroke/9.

Gilroy, J., 2000. Basic Neurology. 3rd Ed. McGraw-hills Companies, New York.

10. Aliah, A., Kuswara, F.F., Limoa, R.A., Wuysang, 2007. Gangguan

Peredaran darah Otak, dalam: Kapita Selekta Neurologi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 11. Misbach, J., 1999. Stroke, Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen, Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 12. Sutan, S.S., Ridwan, A., Syafar, H.M., 2008. Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di RSUD Sulawesi Tenggara Kota Kendari tahun 2007. Euthical Digest vol.5 no 48 Februari 2008. 13. Lumbantobing, S.M., 2001. Neurogeriatri, Jakarta: Edisi 1, Badan Penerbit FK-UI. 14. Caplan, L.R., 2000. Caplans Stroke ; A Clinical Approach, Heinemann: Boston Butterwoth.15. Schurks, M., dkk. 2010. Effects of Vitamin E on Stroke Subtypes: Meta-

analysis

of

Randomised

Controlled

Trials.

http://www.bmj.com/content/341/bmj.c5702.full

19