Referat Vie

31
 EPIDEMIOLOGI PENYAKIT BERBASIS KESEHATAN LINGKUNGAN Oleh : Yovita Stevina Sutantio 0610002 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2011

Transcript of Referat Vie

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 1/31

 

EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT BERBASIS KESEHATANLINGKUNGAN

Oleh :

Yovita Stevina Sutantio

0610002

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

2011

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 2/31

 

BAB I

PENDAHULUAN

Semenjak umat manusia menghuni planet bumi, sebenarnya mereka sudah

seringkali menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya kematian yang

disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan yang ada disekeliling mereka seperti

 benda mati, mahkluk hidup, adat istiadat, kebiasaan dan lain-lain. Namun, karena

keterbatasan ilmu pengetahuan mereka pada saat itu, setiap kejadian yang luar 

  biasa dalam kehidupan mereka selalu diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat

mistik. Contoh wabah penyakit sampar yang berjangkit di suatu tempat dianggap

sebagai kutukan dan kemarahan dewa.

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.

Banyak penyakit dapat dicetuskan oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis

adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk di sekitar 

Minamata ( Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang

tercemar Mercury ( air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga

terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang

mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tresebut.dengan alasan tersebut,

interaksi antara manusia dan lingkungannya merupakan komponen penting dari

kesehatan masyarakat1.

Pengertian sehat menurut WHO adalah keadaan yang seimbang baik 

mental, sosial, fisik, tanpa adanya kecacatan2. Faktor-faktor yang

mempengaruhinya adalah yang pertama faktor agen atau disebut pula faktor 

  penyebab penyakit dimana faktor ini yang menjadi penyebab dari pada adaya

  penyakit, kedua faktor host, dalam hal ini adalah manusia sebagai objek dari

 pada penyakit, yang ke tiga adalah faktor lingkungan dimana lingkungan adalah

sebagai medianya1.

Faktor lingkungan sangat erat kaitannya dengan kesehatan manusia itu

sendiri. Dimana udara, air, tanah, hewan yang ada di lingkungan kita sendiri

merupakan faktor yang bisa menyebabkan penyakit ketika hal tersebut tidak di

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 3/31

 

kelola dengan baik dan akan menyebabkan adanya ke tidakseimbangan sehingga

hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penyakit1.

Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan

terbesar bagi masyarakat di Indonesia, dimana angka kesakitan ISPA pada seluruh

kelompok umur pada tahun 2000 sebesar 5 per 10.000 meningkat menjadi 21.7

  per 10.000 pada tahun 2006, sedangkan pada balita yang tadinya 16 per 10.000

  pada tahun 2000 meningkat menjadi 138.4 per 10.000 pada tahun 2006.

Demikian pula kasus pneumonia pada semua kelompok umur mengalami

 peningkatan dari tahun 2000, 2003 dan 2007 masing-masing 15.7, 24.4 dan 40

  per 10.0003. Ditinjau dari berbagai aspek upaya pencegahan untuk mengatasi

masalah lingkungan banyak faktor yang berperan, tidak hanya dilakukan oleh

sektor kesehatan saja, tetapi perlu dilakukan secara terintegrasi dengan

memberdayakan berbagai komponen masyarakat.

Jenis penyakit yang berbasis lingkungan diantanya pertama yang

disebabkan oleh virus diantaranya ISPA, TBC paru, Diare, Polio, Campak,

Cacingan dll. Ke dua yang disebabkan oleh hewan seperti Flu burung, pes, antrak 

dll. Ketiga yang disebabkan oleh vector nyamuk diantanya DBD, Chikungunya,

Malaria dll1.

Beberapa faktor penghambat yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit

tersebut adalah seperti pertama faktor kesadaran manusia terhadap kepentingan

kesehatan dan perlakuan terhadap lingkungannya. Kedua faktor kepadatan

 penduduk yang cukup padat sehingga faktor penyebarannnya akan sangat cepat.

Ketiga faktor kultur atau kebiasaan atau kepercayaan yang merugikan, misalnya

kebisaan tidak memakan ikan padahal ikan merupakan sumber makanan yang

cukup baik 1. 

Dalam upaya pemberatasan atau pencegahan penyakit-penyakit berbasis

lingkungan ini harus ditangani secara bersama-sama tidak bisa secara sendiri-

sendiri. Maka dari itu di perlukan promosi kesehatan melalui berbagai media, baik 

cetak, elektronik, atapun di pertemuan-pertemuan. Pengaturan lingkungan dengan

sistem management lingkungan yang cukup baik diharapakan lingkungan akan

sangat mendorong terciptanya lingkungan yang sehat, sehingga tidak menjadi

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 4/31

 

sumber penyakit bagi manusia. Diadakannnya perlindungan secara khusus

misalnya dengan adanya Imunisasi yang dilakuan secara rutin dan konsisten, serta

 pemulihan dan pelestarian lingkungan hidup1.

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 5/31

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Penyakit Berbasis Lingkungan

Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun,

menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat. Sebagai negara agraris yang

memasuki era industrialisasi membawa Indonesia ke dalam berbagai transisi,

yaitu transisi epidemiologi, demografi, dan lingkungan1.

Transisi lingkungan dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan

erat dengan "traditional hazard" akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti

air bersih, jamban keluarga, pengelolaan sampah, limbah, pemukiman yang sehat,

vektor penyakit, dan lain-lain. Di samping itu, mulai muncul "modern hazard"  

yang berupa pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi serta

 penerapan teknologi dalam pembangunan. Beban ganda (traditional  dan modern

hazard ) ini semakin diperburuk dengan adanya berbagai krisis yang sampai saat

ini belum dapat diatasi. Sementara itu, Indonesia juga sedang mengalami

"transformasi kesehatan" yang ditandai dengan peningkatan penyakit berbasis

lingkungan, yakni penyakit yang berkaitan dengan lingkungan fisik. Dengan

adanya perubahan cuaca dapat menyebabkan penyebaran penyakit berbasis

lingkungan ini cenderung meningkat bila tidak diambil langkah-langkah

antisipatif, sehingga masyarakat diharapkan senantiasa menjaga perilaku hidup

sehat dan menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya1.

Pengertian penyakit merupakan suatu kondisi potologis berupa kelainan

fungsi dan atau morfologi suatu organ dan atau jaringan tubuh. Sedangkan

 pegertian kesehatan adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya ( benda hidup,

mati, nyata, abstrak ) serta suasana yang terbentuk karena terjadi interaksi antara

elemen ± elemen di alam tersebut. Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu

kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang

disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang

memiliki potensi penyakit.

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 6/31

 

2.2. Jenis-jenis penyakit yang berbasis lingkungan

2.2.1 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan sekelompok penyakit kompleks

dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai

setiap lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1986). Menurut hasil lokakarya

ISPA II tahun 1988, ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung

dalam jangka waktu sampai 14 hari, dimana yang dimaksud dengan saluran

  pernafasan adalah organ dan hidung sampai alveoli beserta organ-organ

adneksanya (misalnya sinus paranasalis, ruang telinga tengah, pleura).

ISPA merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian

dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia. Dalam Pelita IV penyakit

tersebut mendapat prioritas tinggi dalam bidang kesehatan.

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah genus S treptokokus, S tafilokokus,

  Pneumokokus, Hemofilus, Bordatela, dan Korinebakterium. Sedangkan virus

 penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus,

 Pikornavirus, Mikoplasma,Herpesvirus, dan lain ± lain3.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan

kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dan 4 kematian yang

terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 ± 6 episode ISPA setiap tahunnya.

Data yang diperoleh dari kunjungan ke puskesmas mencapai 40 ± 60 % adalah

oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan ISPA adalah karena

 pneumonia dan pada bayi berumur kurang 2 bulan3.

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:

a.  Lingkungan

-  Kamar tidur / ruangan tidak berjendela / berventilasi

-  Kepadatan penghuni

-  Tidak ada lubang asap dapur 

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 7/31

 

 b.  Perilaku

-  Anak / balita tidur sekamar dengan penderita

-  Tidak menutup mulut ketika batuk 

-  Sering mengasuh (momong) anak sambil memasak 

-  Perokok aktif/pasif 

2.2.2  Diare

Diare dibagi atas diare akut dan kronik menurut World Health

Organization (WHO). Diare akut adalah bila terjadi buang air besar sebanyak 

3 kali atau lebih dalam sehari selama kurang dari 3 minggu. Sementara yang

dimaksud dengan diare kronik adalah bila terjadi perubahan frekuensi buang

air besar sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari selama lebih dari 3 minggu,

 pada umumnya disertai dengan malabsorbsi dan malnutrisi4.

Ditinjau dari sudut penyebab langsung dan penyebab tidak langsung

(dari faktor-faktor luar yang mempermudah terjadinya diare) dari diare, maka

dapat dibedakan sebagai berikut :

o  Infeksi:

  Infeksi BakteriInfeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama

diare. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri (V ibrio cholera, Eschercia

coli, S almonella, S higella, dll)

  Infeksi Virus, seperti :

Rotavirus, Enterovirus (  Echo V irus, Coxacie, Poliomyelitis),

Adenovirus, Astrovirus, dll

  Infeksi Parasit

Cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris, S trongyoides)

Protozoa (  Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas

hominis)

Jamur (Candida albicans)

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 8/31

 

o  Makanan:

  Keracunan makanan

Keracunan makanan bisa disebabkan oleh:

- Makanan itu sendiri beracun

- Makanan tersebut tercampur racun

- Makanan yang beracun ( Clostiridium botilinum, S taphylococcus)

  Sindrom Malabsorbsi

  Karbohidrat

Paling sering diare dikarenakan intolerasi laktosa ( laktosa

intolerance)

  Lemak 

Terutama lemak yang gugus kimianya  Long Chain trigliseride

(LCT) 

  Protein

Terutama golongan asam amino dan B Laktoglobulin

  Vitamin dan Mineral

Hipervitaminosis C

  Alergi, seperti:

Diare disebabkan karena usus alergi terhadap makanan : Cow¶s Milk 

 Protein S ensitive Enteropathy ( CMP S  E) 

o  Penggunaan Antibiotik 

Beberapa individu ada yang tidak tahan terhadap pemberian antibiotik.

Biasanya tidak diperlukan pengobatan tertentu. Diare akan berhenti

dengan sendirinya setelah pemberian antibiotik dihentikan.

o  Faktor Psikologis

Beberapa reaksi psikologis seperti rasa takut, cemas yang umumnya yang

dapat menimbulkan diare.

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 9/31

 

Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini

masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau

sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita

dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia

mengalami episode diare sebanyak 1,6 ± 2 kali per tahun4.

 

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka

kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu

 balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan K LB

(kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan

sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut,

terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan

 perilaku hidup tidak sehat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:

Lingkungan

-  Sumber air bersih (tidak terlindung, jarak dengan kakus < 10m)

-  Tidak ada jamban yang memenuhi syarat kesehatan

-  Makanan/minuman yang tidak bersih

Perilaku

-  Kebiasaan jajan sembarangan

-  Kebiasaan buang air besar sembarangan

-  Kebiasaan menggunakan susu botol bagi bayi yang masih menyusui

(cara mencuci botol dan penyajiannya)

-  Kebiasaan tidak cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan

sesudah buang air besar 

-  Kebiasaan cuci alat makan / minum, lalap sayuran, bahkan gosok gigi

dengan air kolam / sungai.

-  Bermain di tempat pembuangan limbah

-  Pembuangan air limbah yang tidak benar 

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 10/31

 

 

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 11/31

 

2.2.3  TB Paru

Penyakit tuberculosis merupakan penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacteium tuberculosis ) , meskipun terdapat

 berbagai spesies Mycobacterium, namun Mycobacterium tuberculosis merupakan

 penyebab utama dari tuberkulosis di seluruh dunia5. Jenis-jenis Mycobacterium:

y   Mycobacterium tuberculosis

Tahan asam dan tahan kering, sifatnya intracelluler dengan target cell

macrophage di paru-paru. Dan hampir selalu menyebabkan

Tuberculosis paru.

y  Mycobacterium bovis ( Type Bovinus / Bovine type)Menyebabkan TB ekstrapulmonal (TB mesenterium), biasanya

disebabkan karena minum susu mentah atau yang tidak di pasteurisasi.

Di Indonesia kasusnya jarang terjadi.

y   Mycobacterium avium (Type Aves / Avian type)

Menyebabkan TB pada unggas. Di Indonesia kasusnya lebih jarang

y   Mycobacterium leprae

Menyebabkan penyakit leprae (sifatnya kronik). Leprae ini termasuk 

 penyakit rakyat, yaitu penyakit kronik yang menyerang sebagian besar 

masyarakat sehingga mengganggu efisiensi kerja (produktivitas).

Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia.

Sepertiga dari penduduk dunia dianggap terinfeksi M. tuberculosis, dan

infeksi baru terjadi pada laju sekitar satu per detik. Proporsi orang yang menjadi

sakit TB setiap tahun stabil, tetapi karena pertumbuhan penduduk, jumlah mutlak 

kasus baru masih meningkat Pada tahun 2007 terdapat sekitar 13,7 juta kasus yang

diperkirakan aktif kronis,. 9,3 juta kasus baru, dan 1,8 juta kematian, terutama di

negara-negara berkembang6.

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 12/31

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:

Lingkungan

-  Kamar tidur / ruangan lain tidak berventilasi (jendela)

-  Rumah dan lingkungan kotor dan berdebu

-  Lantai rumah masih tanah

Perilaku

-  Tidur sekamar dengan penderita

-  Buang ludah / dahak sembarangan

-  Tidak menutup mulut waktu batuk 

-  Penggunaan alat makan/minum secara bersama dengan penderita

2.2.4  DBD

Demam berdarah merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh

infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk yang dikenal dengan sebutan  Aedes

 Aegypti serta   Aedes Albopictus  betina yang umumnya menyerang pada musim

 panas dan musim hujan7. 

Demam berdarah pada dekade terakhir ini telah menjadi masalahkesehatan utama masyarakat internasional. Demam berdarah ditemukan di

daerah tropis dan sub-tropis di seluruh dunia, terutama di daerah perkotaan dan

semi-perkotaan. Pertama kali diakui bahwa komplikasi Demam berdarah dengue

(DBD) berpotensi mematikan di Filipina dan Thailand pada tahun 1950 saat

terjadi wabah demam berdarah8.

 

Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2,

DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne

viruses (arboviruses). Virus ini adalah kelompok Flavivirus yang berukuran kecil

sekali yaitu 35-45 nm. Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai

daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak 

 berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga7.

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 13/31

 

Jumlah Penderita Demam Berdarah (orang) 

y  Provinsi di Sumatera

1 NAD 2222 Sumut 482

3 Riau 260

4 Sumbar 187

5 Jambi 39

6 Sumsel 470

7 Bangka Belitung 0

8 Bengkulu 21

9 Lampung 122

y  Provinsi di Jawa

1 Banten 519

2 DKI Jakarta 7682

3 Jabar 1844

4 Jateng 2316

5 DI.Yogyakarta 842

6 Jatim 2119

y  Provinsi di Bali

1 Bali 1774

y  Provinsi di Nusa Tenggara Barat

1 NTB 236

y  Provinsi di Nusa Tenggara Timur

1 NTT 128

y  Provinsi di Kalimantan

1 Kalbar 210

2 Kalteng 803 Kalsel 671

4 Kaltim 198

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 14/31

 

y  Provinsi di Sulawesi

1 Sulut 267

2 Gorontalo 1433 Sulteng 27

4 Sulbar 19

Provinsi di Maluku

1 Maluku Utara 3

Sumber : Departemen Kesehatan, 2005.

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:

Lingkungan

-  Adanya genangan-genangan air yang tertampung dan terbuka

-  Sinar matahari tidak masuk ke rumah

-  Banyak bergantungan pakaian

-  Sampah / barang bekas berserakan

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 15/31

 

Perilaku

-  Kebiasaan buang sampah / barang-barang bekas sembarangan

-  Kebiasaan tidak menguras bak mandi dan tidak menutup tempat

 penyimpanan air bersih

-  Kebiasaan menanam tanaman hidup di pot-pot air 

.2.2.5 Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabklan oleh parasit malaria

(Plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang

ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO 1981).

Parasit malaria yaitu terdiri atas beberapa spesies yaitu:

1.  Plasmodium falciparum

2.  Plasmodium vivax

3.  Plasmodium ovale

4.  Plasmodium malariae

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 16/31

 

Epidemiologi malaria, secara garis besar, menyangkut 3 hal utama yang saling

 berkaitan:

1.  Inang (HOST): manusia sebagai inang antara, dan nyamuk vektor sebagai

inang definitif parasit malaria.

2.  Penyebab penyakit (AGENT): parasit malaria ( Plasmodium).

3.  Lingkungan (ENVIRONMENT).

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:

Lingkungan

-  Ada genangan air / solokan / comberan / lagun

-  Banyak pepohonan / semak-semak yang rimbun / rindang sekitar 

rumah

-  Ventilasi rumah tidak berkasa

-  Kandang sapi, kerbau menempel atau berdekatan dengan rumah

Perilaku

-  Kebiasaan bergadang pada malam hari

-  Kebiasaan tidur tidak berkelambu

-  Kebiasaan tidak memasang / menyemprot obat nyamuk sebelum tidur 

-  Tidak peduli terhadap lingkungan yang kotor / kumur 

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 17/31

 

 

Program pemberantasan malaria dilaksanakan dengan sasaran:

1.  Kasus atau penderita yang diagnostik terbukti positif gejala klinis dan

 parasitnya dalam darah diberi pengobatan dan perawatan menurut SOP

atau protokol bakunya di puskesmas atau rumah sakit;

2.  Penduduk daerah endemik  diberikan penyuluhan kesehatan dan

dibagikan kelambu berinsektisida.

3.  Nyamuk vektornya dengan pengendalian vektor cara kimia, hayati atau

manajemen lingkungan, atau secara terpadu.

4.  Lingkungan dengan memodifiksi atau memanipulasi lingkungan

supaya tidak cocok lagi jadi habitat vektor vektor pindah tempat atau

 berkurang kepadatannya secara nyata.

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 18/31

 

 

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 19/31

 

 

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 20/31

 

 

Malaria terkonsentrasi di pulau-pulau Papua, Maluku, Nusa Tenggara,

Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Terkonsentrasi dengan frekuensi rendah

atau tidak ada di pulau Jawa dan Bali. Semua jenis parasit malaria manusia

ditemukan di Indonesia.. P. vivax dan P. falciparum adalah jenis yang paling

umum spesies malaria lazim di negara ini.

Selama era praeradikasi, situasi malaria di Indonesia buruk.. Kasus-kasus

malaria dan kematian diperkirakan sekitar 30 juta per tahun (di Jawa dan Bali

saja). Namun karena hasil dari kemajuan dalam program pemberantasan, Ankakejadian malaria di Pulau Jawa dan Bali di 1964 rendah.

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 21/31

 

2.2.6  Kecacingan

Ankilostomiasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama

di daerah subtropik dan tropic10

.

Di Indonesia angka prevalensi cacing ini masih cukup tinggi seperti yang

dilaporkan oleh Depkes dan beberapa peneliti.

Tingginya angka prevalensi ini erat hubungannya dengan beberapa faktor, yaitu:

1. Indonesia terletak di daerah iklim tropic, dimana hal ini merupakan tempat

yang ideal bagi perkembangan telur cacing.

2. Kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti kebiasaan buang air besar 

disembarang tempat dan tanpa alas kaki.

3. Sosial ekonomi

Spesies yang termasuk parasit pada manusia adalah :

a)   Ankilostoma Duodenale (Ankilostomiasis=cacing tambang)

 b)   Askaris lumbricoides (Ascariasis= cacing gelang)

c)   Enterobius vermicularis (Enterobiasis = cacing kremi)

d)  W uchereria bancrofti (Filariasis)

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:

Lingkungan

-  Lantai rumah / dapur masih tanah

-  Rumah dan lingkungan sangat kotor, becek 

-  Tidak ada kakus yang memenuhi syarat kesehatan

- Perilaku

-  Kuku penderita kotor 

-  Buang air besar sembarangan

-  Tidak cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB

-  Tidak menggunakan alas kaki

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 22/31

 

-  Kebiasaan makan lalap mentah yang tidak dicuci dulu dengan air 

 bersih.

-  Kebiasaan anak bermain ditempat kotor / becek 

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 23/31

 

2.2.7  Penyakit kulit

Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies. Penyebab

  penyakit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil yang bernama

sarcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus lapisan

tanduk kulit kita dan membuat terowongan dibawah kulit kita sambil bertelur.

Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui

  peralatan seperti baju, handuk, seprei, tikar, bantal, dan lain ± lain. Sedangkan

cara pencegahan penyakit ini dengan cara, antara lain :

1.  Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari

dengan sabun, dan menghindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk.

2.  Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela

agar sinar matahari dapat masuk.

Faktor ± faktor yang mermpengaruhi timbulnya penyakit :

a.  Lingkungan

-  Sumber air untuk mandi tidak memenuhi syarat kesehatan (baik secara

kontruski bangunan atau kualitas airnya)

-  Kondisi rumah, sampah tidak memenuhi syarat kesehatan

-  Tempat tidur yang jarang sekali dibersihkan, diganti spreinya-  Sumber air yang tercemar 

 b.  Perilaku

-  Frekuensi mandi setiap hari <2 kali

-  Pakaian sudah kotor dan bau masih di pakai

-  Kebiasaan mandi di empang / sungai

-  Kebiasaan mandi tidak pakai sabun

-  Menggunakan handuk / sabun secara bersamaan

-  Tidak selalu mencuci tangan sehabis memegang barang-barang yang

kotor 

-  Kebiasaan memanjangkan kuku tanpa dipelihara kebersihannya

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 24/31

 

 

2.2.8  Keracunan makanan

Faktor yang mempengaruhi timbulnya keracunan makanan :

1.  Makanan rusak atau kadaluarsa

2.  Pengolahan makanan yang tidak akurat

3.  Lingkungan

a.  Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat

 b.  Makanan yang sudah kadaluarsa/basi

c.  Makanan berprotein sangat tinggi, mentah,

d.  Peralayan makanan yang digunakan kotor/rusak 

e.  Makanan yang tercemar racum/jamur beracun

4.  Perilaku

a.  Memakan makanan yang sudah kadaluarsa/basi/berlendir 

 b.  Kebiasaan jajan sembarangan

c.  Makanan yang dimasak kurang dari 4 jam

d.  Kebiasaan mengolah makanan dan peralatan yang dipakai tidak 

 bersih/tidak memenuhi syarat kesehatan

e.  Tidak mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun

2.3. Epidemiologi Penyakit Berbasis Lingkungan

Lingkungan mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan

masyarakat. Namun tak dapat dipungkiri, di Indonesia sanitasi lingkungan, limbah

dan air bersih adalah masalah klasik yang belum teratasi. Apalagi dengan

terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di beberapa daerah belakangan ini,

malah makin memperburuk keadaan1.

Penyakit berbasis lingkungan merupakan kondisi patologis yang

mengakibatkan terjadinya kelainan baik secara morfologi maupun fisiologi yang

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 25/31

 

diakibatkan karena interaksi antar manusia maupun interaksi dengan hal - hal

yang berada di lingkungan sekitar yang berpotensi menimbulkan penyakit.

Menurut Pedoman Arah Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan Pada

Tahun 2008 menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit menular yang

 berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB paru, malaria, diare,

infeksi saluran pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis, Cacingan, Penyakit Kulit,

Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk.

Yang lebih memprihatinkan yaitu cakupan sanitasi di Indonesia saat ini

ternyata masih rendah. Cakupan jamban di pedesaan hanya 49 persen, sementara

di perkotaan 76,9 persen. Cakupan air bersih di pedesaan hanya 65,7 persen,

sedangkan di perkotaan 90,8 persen. Dan kualitas air yang memenuhi syarat

  bakteriologis baru 54,1 persen. Angka-angka ini, masih merupakan tantangan

yang besar bagi kita untuk dapat menanganinya.

Penyakit-penyakit berbasis lingkungan tersebut masih merupakan

 penyebab utama kematian. SKRT 1995 mengungkapkan peringkat dan besarnya

kontribusi penyakit-penyakit tersebut terhadap penyebab kematian. Penyakit

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menduduki peringkat kedua dan

menyumbangkan 15,7% kematian. Penyakit diare menduduki peringkat ketiga dan

menyumbangkan 9,6% kematian. Tuberkulosis menduduki peringkat keempat dan

menyumbangkan sekitar 7,4% kematian. Secara total, penyakit berbasis

lingkungan menyumbangkan sekitar 33% atau sepertiga dari total kematian

seluruh kelompok umur.

Pada kelompok Balita, pola penyebab kematian lebih tinggi lagi. Peringkat

  pertama diduduki oleh ISPA yang menyumbangkan 33% kematian. Peringkat

kedua diduduki oleh diare yang menyumbangkan 15,3% kematian. Sedang infeksi

  parasit menduduki peringkat keempat yang meyumbangkan 6,3%. Secara total,

  penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan 52,4% atau lebih dari

separuh dari total kematian balita.

Penyakit berbasis lingkungan masih tetap menjadi pola utama kesakitan

(morbiditas) masyarakat Indonesia. Hasil SKRT 1995 menunjukkan penyakit

ISPA, kulit, diare, dan tuberkulosis menyumbangkan secara kumulatif 44%. Pada

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 26/31

 

kelompok bayi dan balita, penyakit berbasis lingkungan tersebut menyumbangkan

lebih dari 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi serta balita Indonesia.

Penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi pola kesakitan dan

kematian di Indonesia, mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas

intervensi kesehatan lingkungan. Oleh sebab itu sangat penting untuk melakukan

 pencegahan terhadap sumber penyakit berbasis lingkungan

Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan

terbesar bagi masyarakat di Indonesia, dimana angka kesakitan ISPA pada seluruh

kelompok umur pada tahun 2000 sebesar 5 per 10.000 meningkat menjadi 21.7

 per 10.000 pada tahun 2006, sedangkan pada balita yang tadinya 16 per 10.000

  pada tahun 2000 meningkat menjadi 138.4 per 10.000 pada tahun 2006.

Demikian pula kasus pneumonia pada semua kelompok umur mengalami

 peningkatan dari tahun 2000, 2003 dan 2007 masing-masing 4.00, 24.4 dan 15.7

  per 10.000. Ditinjau dari berbagai aspek upaya pencegahan untuk mengatasi

masalah lingkungan banyak faktor yang berperan, tidak hanya dilakukan oleh

sektor kesehatan saja, tetapi perlu dilakukan secara terintegrasi dengan

memberdayakan berbagai komponen masyarakat.

2.4. Kesehatan Lingkungan Dalam Paradigma Sehat  

Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu

diketahui perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita

dapat melakukan intervensi secara cepat dan tepat.

Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 27/31

 

 

Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan menjadi

4 (empat) simpul, yakni :

Simpul 1: Sumber Penyakit  

Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent

  penyakit. Agent penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat

menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun

melalui perantara.

Beberapa contoh agent penyakit:

Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll

Agent Kimia : Logam berat (  Pb, Hg), air pollutants (I rritant: O3, N2O,

S O2, Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (  Asbestos, silicon) ,

 Pestisida, dll

Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll

Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi ,

Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karna dapat

memindahkan agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikena sebagai

media transmisi adalah:

- Udara

- Air 

- Makanan

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 28/31

 

- Binatang

- Manusia / secara langsung

Simpul 3: Penduduk 

Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:

- Perilaku

- Status gizi

- Pengetahuan

- dll

Disini, dapat disimpulkan bahwa faktor resiko baik dari segi lingkungan

maupun perilaku dari penduduk itu sendiri memiliki pernanan yang penting dalam

 penyebaran penyakit menular yang berbasis lingkungan ini.

Menteri Kesehatan RI pada 1998 yang lalu telah mengeluarkan kebijakan

tentang "Paradigma Sehat" sebagai acuan pembangunan kesehatan di Indonesia.

Dengan Paragdima baru ini maka orientasi pembangunan kesehatan di Indonesia

 bergeser dari kuratif rehabilitatif ke promotif dan preventif. Hal ini berarti bahwa

  pembangunan kesehatan memprioritaskan pada upaya-upaya promotif dan

 preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif.

Kesehatan lingkungan berangkat dari konsep konvensional dari

  pencegahan, termasuk dalam upaya pencegahan primer yang menekankan

  pencegahan secara dini kejadian suatu penyakit, ditujukan terutama kepada

  penghambatan perkembangbiakan dan penularan serta kontak manusia dengan

agent, vektor ataupun faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit (seperti

kuman patogen, vektor, dan polutan). Misalnya, penyediaan jamban saniter sangat

efektif memutuskan kontaminasi dan perkembangbiakan bakteri penyebab diare

terhadap sumber air atau makanan. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

cukup efektif memutuskan mata rantai infeksi bakteri. Demikian pula klorinasi air 

minum dapat mengurangi pemajanan kuman patogen. Ketiga upaya seperti

dicontohkan di atas dapat merupakan cara sederhana guna mengurangi risiko

timbulnya beberapa penyakit rakyat.

Beberapa studi yang dilakukan oleh Esrey dkk. (1985--1991) melaporkan

 bahwa intervensi air bersih dapat menurunkan insiden penyakit diare sekitar 17--

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 29/31

 

27%. Sedangkan beberapa studi yang dilakukan Esrey dan Daniel (1990) tentang

dampak penyediaan jamban terhadap penurunan prevalensi penyakit diare

menghasilkan angka yang konsisten, yaitu 22--24%. Demikian pula kajian oleh

Esrey dkk. (1985--1991) tentang intervensi kebiasaan mencuci tangan dapat

menurunkan prevalensi penyakit diare sebesar 33%. Jika ketiga upaya tersebut

dilakukan bersama-sama secara intensif, sangat mungkin sebagian besar penyakit

diare yang disebabkan oleh mikroba dapat dicegah.

Berdasarkan kajian tersebut di atas serta bila Departemen Kesehatan

konsisten dengan kebijakan barunya, yakni paradigma sehat, maka seyogyanya

kita merenungkan untuk kembali ke hal-hal yang sangat mendasar. Istilah lainnya

"Back to basic"  dengan memberikan penekanan dan porsi anggaran yang lebih

 besar untuk upaya-upaya promotif dan preventif. Karena, kalau orang sudah jatuh

sakit sebagai akibat dari lingkungan yang rusak, sedikit sekali yang dapat

dilakukan. Kalaupun ada, biayanya sangat besar.

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 30/31

 

BAB III 

KESIMPULAN

Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan

terbesar bagi masyarakat di Indonesia, jenis penyakit yang berbasis lingkungan

diantanya pertama yang disebabkan oleh virus diantaranya ISPA, TBC paru,

Diare, Polio, Campak, Cacingan dll. Ke dua yang disebabkan oleh binatang

seperti Flu burung, pes, Antrak dll. Ketiga yang disebabkan oleh vektor nyamuk 

diantanya DBD, Chikungunya, Malaria dll.

Beberapa faktor penghambat yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit

tersebut adalah seperti pertama faktor kesadaran manusia terhadap kepentingan

kesehatan dan perlakuan terhadap lingkungannya. Kedua faktor kepadatan

 penduduk yang cukup padat sehingga faktor penyebarannnya akan sangat cepat.

Ketiga faktor kultur atau kebiasaan atau kepercayaan yang merugikan, misalnya

kebisaan tidak memakan ikan padahal ikan merupakan sumber makanan yang

cukup baik.

Dalam upaya pemberatasan atau pencegahan penyakit-penyakit berbasis

lingkungan ini harus ditangani secara bersama-sama tidak bisa secara sendiri-

sendiri. Maka dari itu di perlukan promosi kesehatan melalui berbagai media, baik 

cetak, elektronik, atapun di pertemuan-pertemuan. Pengaturan lingkungan dengan

sistem management lingkungan yang cukup baik diharapakan lingkungan akan

sangat mendorong terciptanya lingkungan yang sehat, sehingga tidak menjadi

sumber penyakit bagi manusia. Diadakannnya perlindungan secara khusus

misalnya dengan adanya Imunisasi yang dilakuan secara rutin dan konsisten, serta

 pemulihan dan pelestarian lingkungan hidup.

5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 31/31

 

DAFTAR PUSTAKA

1.  Soedjajadi Keman. 2005. ³Kesehatan perumahan dan lingkungan

 pemukiman´.  J urnal Kesehatan  Lingkungan 2: 12-14.

2.  WHO. 2010. Health´. https://apps.who.int/aboutwho/en/definition.html. 8

Juni 2011.

3.  DCPP Publications. Acute Respiratory Infections in Children 2009.http://www.dcp2.org/pubs/DCP/25/. 8 Juni 2011.

4.  WHO. 2009. ³Diarrhoea´. http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/. 8Juni 2011

5.  Crofton, John. 2002. ´Tuberkulosis Klinis´. Jakarta: Widya Medika.

Hal. 75-81.

6.  World Health Organization (2009). "Epidemiology". Global tuberculosis 

control: epidemiology, strategy, financing . pp. 6±33.

ISBN 9789241563802.http://who.int/entity/tb/publications/global_rep

ort/2009/pdf/chapter1.pdf. Retrieved 8 June 2011.

7.  WHO. 2009. ´ Dengue haemorrhagic fever´. http://www.who.int/ 

mediacentre/factsheets/fs117/en/. 8 Juni 2011. 

8.   National Center for Biotechnology Information (NCBI). 2007. 

³Mosquito-borne Dengue Fever´. http://axisoflogic.com/artman/p

ublish /Article _25106.shtml.. 8 juni 2011. 

9.  Departemen Kesehatan,. 2006. ³Gambaran Penderita Demam Berdarah di 

Indonesia (Tahun 2005-2006)´ http://digilib-ampl.net/file/pdf/UO-

076-06.pdf.. 8 Juni 2011. 

10. T.H Rampengan. 1992.  I nfeksi Parasit dalam Penyakit Infeksi Tropik 

Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Hal. 82-8.

11. Subdirektorat Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan. 2006. ³Kumpulan

Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman . Jakarta :

Departemen Kesahatan RI.