Referat Vie
-
Upload
yovita-stevina-sutantio -
Category
Documents
-
view
259 -
download
1
Transcript of Referat Vie
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 1/31
EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT BERBASIS KESEHATANLINGKUNGAN
Oleh :
Yovita Stevina Sutantio
0610002
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2011
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 2/31
BAB I
PENDAHULUAN
Semenjak umat manusia menghuni planet bumi, sebenarnya mereka sudah
seringkali menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya kematian yang
disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan yang ada disekeliling mereka seperti
benda mati, mahkluk hidup, adat istiadat, kebiasaan dan lain-lain. Namun, karena
keterbatasan ilmu pengetahuan mereka pada saat itu, setiap kejadian yang luar
biasa dalam kehidupan mereka selalu diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat
mistik. Contoh wabah penyakit sampar yang berjangkit di suatu tempat dianggap
sebagai kutukan dan kemarahan dewa.
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Banyak penyakit dapat dicetuskan oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis
adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk di sekitar
Minamata ( Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang
tercemar Mercury ( air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga
terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tresebut.dengan alasan tersebut,
interaksi antara manusia dan lingkungannya merupakan komponen penting dari
kesehatan masyarakat1.
Pengertian sehat menurut WHO adalah keadaan yang seimbang baik
mental, sosial, fisik, tanpa adanya kecacatan2. Faktor-faktor yang
mempengaruhinya adalah yang pertama faktor agen atau disebut pula faktor
penyebab penyakit dimana faktor ini yang menjadi penyebab dari pada adaya
penyakit, kedua faktor host, dalam hal ini adalah manusia sebagai objek dari
pada penyakit, yang ke tiga adalah faktor lingkungan dimana lingkungan adalah
sebagai medianya1.
Faktor lingkungan sangat erat kaitannya dengan kesehatan manusia itu
sendiri. Dimana udara, air, tanah, hewan yang ada di lingkungan kita sendiri
merupakan faktor yang bisa menyebabkan penyakit ketika hal tersebut tidak di
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 3/31
kelola dengan baik dan akan menyebabkan adanya ke tidakseimbangan sehingga
hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penyakit1.
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan
terbesar bagi masyarakat di Indonesia, dimana angka kesakitan ISPA pada seluruh
kelompok umur pada tahun 2000 sebesar 5 per 10.000 meningkat menjadi 21.7
per 10.000 pada tahun 2006, sedangkan pada balita yang tadinya 16 per 10.000
pada tahun 2000 meningkat menjadi 138.4 per 10.000 pada tahun 2006.
Demikian pula kasus pneumonia pada semua kelompok umur mengalami
peningkatan dari tahun 2000, 2003 dan 2007 masing-masing 15.7, 24.4 dan 40
per 10.0003. Ditinjau dari berbagai aspek upaya pencegahan untuk mengatasi
masalah lingkungan banyak faktor yang berperan, tidak hanya dilakukan oleh
sektor kesehatan saja, tetapi perlu dilakukan secara terintegrasi dengan
memberdayakan berbagai komponen masyarakat.
Jenis penyakit yang berbasis lingkungan diantanya pertama yang
disebabkan oleh virus diantaranya ISPA, TBC paru, Diare, Polio, Campak,
Cacingan dll. Ke dua yang disebabkan oleh hewan seperti Flu burung, pes, antrak
dll. Ketiga yang disebabkan oleh vector nyamuk diantanya DBD, Chikungunya,
Malaria dll1.
Beberapa faktor penghambat yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit
tersebut adalah seperti pertama faktor kesadaran manusia terhadap kepentingan
kesehatan dan perlakuan terhadap lingkungannya. Kedua faktor kepadatan
penduduk yang cukup padat sehingga faktor penyebarannnya akan sangat cepat.
Ketiga faktor kultur atau kebiasaan atau kepercayaan yang merugikan, misalnya
kebisaan tidak memakan ikan padahal ikan merupakan sumber makanan yang
cukup baik 1.
Dalam upaya pemberatasan atau pencegahan penyakit-penyakit berbasis
lingkungan ini harus ditangani secara bersama-sama tidak bisa secara sendiri-
sendiri. Maka dari itu di perlukan promosi kesehatan melalui berbagai media, baik
cetak, elektronik, atapun di pertemuan-pertemuan. Pengaturan lingkungan dengan
sistem management lingkungan yang cukup baik diharapakan lingkungan akan
sangat mendorong terciptanya lingkungan yang sehat, sehingga tidak menjadi
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 4/31
sumber penyakit bagi manusia. Diadakannnya perlindungan secara khusus
misalnya dengan adanya Imunisasi yang dilakuan secara rutin dan konsisten, serta
pemulihan dan pelestarian lingkungan hidup1.
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 5/31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Penyakit Berbasis Lingkungan
Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun,
menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat. Sebagai negara agraris yang
memasuki era industrialisasi membawa Indonesia ke dalam berbagai transisi,
yaitu transisi epidemiologi, demografi, dan lingkungan1.
Transisi lingkungan dapat dilihat dengan adanya masalah yang berkaitan
erat dengan "traditional hazard" akibat belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti
air bersih, jamban keluarga, pengelolaan sampah, limbah, pemukiman yang sehat,
vektor penyakit, dan lain-lain. Di samping itu, mulai muncul "modern hazard"
yang berupa pencemaran air, udara, dan tanah sebagai akibat industrialisasi serta
penerapan teknologi dalam pembangunan. Beban ganda (traditional dan modern
hazard ) ini semakin diperburuk dengan adanya berbagai krisis yang sampai saat
ini belum dapat diatasi. Sementara itu, Indonesia juga sedang mengalami
"transformasi kesehatan" yang ditandai dengan peningkatan penyakit berbasis
lingkungan, yakni penyakit yang berkaitan dengan lingkungan fisik. Dengan
adanya perubahan cuaca dapat menyebabkan penyebaran penyakit berbasis
lingkungan ini cenderung meningkat bila tidak diambil langkah-langkah
antisipatif, sehingga masyarakat diharapkan senantiasa menjaga perilaku hidup
sehat dan menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya1.
Pengertian penyakit merupakan suatu kondisi potologis berupa kelainan
fungsi dan atau morfologi suatu organ dan atau jaringan tubuh. Sedangkan
pegertian kesehatan adalah segala sesuatu yang ada di sekitarnya ( benda hidup,
mati, nyata, abstrak ) serta suasana yang terbentuk karena terjadi interaksi antara
elemen ± elemen di alam tersebut. Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu
kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang
disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang
memiliki potensi penyakit.
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 6/31
2.2. Jenis-jenis penyakit yang berbasis lingkungan
2.2.1 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan sekelompok penyakit kompleks
dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai
setiap lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1986). Menurut hasil lokakarya
ISPA II tahun 1988, ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung
dalam jangka waktu sampai 14 hari, dimana yang dimaksud dengan saluran
pernafasan adalah organ dan hidung sampai alveoli beserta organ-organ
adneksanya (misalnya sinus paranasalis, ruang telinga tengah, pleura).
ISPA merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian
dan angka kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia. Dalam Pelita IV penyakit
tersebut mendapat prioritas tinggi dalam bidang kesehatan.
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah genus S treptokokus, S tafilokokus,
Pneumokokus, Hemofilus, Bordatela, dan Korinebakterium. Sedangkan virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma,Herpesvirus, dan lain ± lain3.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dan 4 kematian yang
terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3 ± 6 episode ISPA setiap tahunnya.
Data yang diperoleh dari kunjungan ke puskesmas mencapai 40 ± 60 % adalah
oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan ISPA adalah karena
pneumonia dan pada bayi berumur kurang 2 bulan3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:
a. Lingkungan
- Kamar tidur / ruangan tidak berjendela / berventilasi
- Kepadatan penghuni
- Tidak ada lubang asap dapur
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 7/31
b. Perilaku
- Anak / balita tidur sekamar dengan penderita
- Tidak menutup mulut ketika batuk
- Sering mengasuh (momong) anak sambil memasak
- Perokok aktif/pasif
2.2.2 Diare
Diare dibagi atas diare akut dan kronik menurut World Health
Organization (WHO). Diare akut adalah bila terjadi buang air besar sebanyak
3 kali atau lebih dalam sehari selama kurang dari 3 minggu. Sementara yang
dimaksud dengan diare kronik adalah bila terjadi perubahan frekuensi buang
air besar sebanyak 3 kali atau lebih dalam sehari selama lebih dari 3 minggu,
pada umumnya disertai dengan malabsorbsi dan malnutrisi4.
Ditinjau dari sudut penyebab langsung dan penyebab tidak langsung
(dari faktor-faktor luar yang mempermudah terjadinya diare) dari diare, maka
dapat dibedakan sebagai berikut :
o Infeksi:
Infeksi BakteriInfeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama
diare. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri (V ibrio cholera, Eschercia
coli, S almonella, S higella, dll)
Infeksi Virus, seperti :
Rotavirus, Enterovirus ( Echo V irus, Coxacie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Astrovirus, dll
Infeksi Parasit
Cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris, S trongyoides)
Protozoa ( Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis)
Jamur (Candida albicans)
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 8/31
o Makanan:
Keracunan makanan
Keracunan makanan bisa disebabkan oleh:
- Makanan itu sendiri beracun
- Makanan tersebut tercampur racun
- Makanan yang beracun ( Clostiridium botilinum, S taphylococcus)
Sindrom Malabsorbsi
Karbohidrat
Paling sering diare dikarenakan intolerasi laktosa ( laktosa
intolerance)
Lemak
Terutama lemak yang gugus kimianya Long Chain trigliseride
(LCT)
Protein
Terutama golongan asam amino dan B Laktoglobulin
Vitamin dan Mineral
Hipervitaminosis C
Alergi, seperti:
Diare disebabkan karena usus alergi terhadap makanan : Cow¶s Milk
Protein S ensitive Enteropathy ( CMP S E)
o Penggunaan Antibiotik
Beberapa individu ada yang tidak tahan terhadap pemberian antibiotik.
Biasanya tidak diperlukan pengobatan tertentu. Diare akan berhenti
dengan sendirinya setelah pemberian antibiotik dihentikan.
o Faktor Psikologis
Beberapa reaksi psikologis seperti rasa takut, cemas yang umumnya yang
dapat menimbulkan diare.
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 9/31
Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini
masih tinggi. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau
sekitar 460 balita setiap harinya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita
dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia
mengalami episode diare sebanyak 1,6 ± 2 kali per tahun4.
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, angka
kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita 75 per 100 ribu
balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan K LB
(kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan
sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut,
terutama disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan
perilaku hidup tidak sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:
Lingkungan
- Sumber air bersih (tidak terlindung, jarak dengan kakus < 10m)
- Tidak ada jamban yang memenuhi syarat kesehatan
- Makanan/minuman yang tidak bersih
Perilaku
- Kebiasaan jajan sembarangan
- Kebiasaan buang air besar sembarangan
- Kebiasaan menggunakan susu botol bagi bayi yang masih menyusui
(cara mencuci botol dan penyajiannya)
- Kebiasaan tidak cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar
- Kebiasaan cuci alat makan / minum, lalap sayuran, bahkan gosok gigi
dengan air kolam / sungai.
- Bermain di tempat pembuangan limbah
- Pembuangan air limbah yang tidak benar
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 11/31
2.2.3 TB Paru
Penyakit tuberculosis merupakan penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacteium tuberculosis ) , meskipun terdapat
berbagai spesies Mycobacterium, namun Mycobacterium tuberculosis merupakan
penyebab utama dari tuberkulosis di seluruh dunia5. Jenis-jenis Mycobacterium:
y Mycobacterium tuberculosis
Tahan asam dan tahan kering, sifatnya intracelluler dengan target cell
macrophage di paru-paru. Dan hampir selalu menyebabkan
Tuberculosis paru.
y Mycobacterium bovis ( Type Bovinus / Bovine type)Menyebabkan TB ekstrapulmonal (TB mesenterium), biasanya
disebabkan karena minum susu mentah atau yang tidak di pasteurisasi.
Di Indonesia kasusnya jarang terjadi.
y Mycobacterium avium (Type Aves / Avian type)
Menyebabkan TB pada unggas. Di Indonesia kasusnya lebih jarang
y Mycobacterium leprae
Menyebabkan penyakit leprae (sifatnya kronik). Leprae ini termasuk
penyakit rakyat, yaitu penyakit kronik yang menyerang sebagian besar
masyarakat sehingga mengganggu efisiensi kerja (produktivitas).
Indonesia menduduki peringkat ke 3 di dunia.
Sepertiga dari penduduk dunia dianggap terinfeksi M. tuberculosis, dan
infeksi baru terjadi pada laju sekitar satu per detik. Proporsi orang yang menjadi
sakit TB setiap tahun stabil, tetapi karena pertumbuhan penduduk, jumlah mutlak
kasus baru masih meningkat Pada tahun 2007 terdapat sekitar 13,7 juta kasus yang
diperkirakan aktif kronis,. 9,3 juta kasus baru, dan 1,8 juta kematian, terutama di
negara-negara berkembang6.
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 12/31
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:
Lingkungan
- Kamar tidur / ruangan lain tidak berventilasi (jendela)
- Rumah dan lingkungan kotor dan berdebu
- Lantai rumah masih tanah
Perilaku
- Tidur sekamar dengan penderita
- Buang ludah / dahak sembarangan
- Tidak menutup mulut waktu batuk
- Penggunaan alat makan/minum secara bersama dengan penderita
2.2.4 DBD
Demam berdarah merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk yang dikenal dengan sebutan Aedes
Aegypti serta Aedes Albopictus betina yang umumnya menyerang pada musim
panas dan musim hujan7.
Demam berdarah pada dekade terakhir ini telah menjadi masalahkesehatan utama masyarakat internasional. Demam berdarah ditemukan di
daerah tropis dan sub-tropis di seluruh dunia, terutama di daerah perkotaan dan
semi-perkotaan. Pertama kali diakui bahwa komplikasi Demam berdarah dengue
(DBD) berpotensi mematikan di Filipina dan Thailand pada tahun 1950 saat
terjadi wabah demam berdarah8.
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2,
DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne
viruses (arboviruses). Virus ini adalah kelompok Flavivirus yang berukuran kecil
sekali yaitu 35-45 nm. Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak
berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga7.
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 13/31
Jumlah Penderita Demam Berdarah (orang)
y Provinsi di Sumatera
1 NAD 2222 Sumut 482
3 Riau 260
4 Sumbar 187
5 Jambi 39
6 Sumsel 470
7 Bangka Belitung 0
8 Bengkulu 21
9 Lampung 122
y Provinsi di Jawa
1 Banten 519
2 DKI Jakarta 7682
3 Jabar 1844
4 Jateng 2316
5 DI.Yogyakarta 842
6 Jatim 2119
y Provinsi di Bali
1 Bali 1774
y Provinsi di Nusa Tenggara Barat
1 NTB 236
y Provinsi di Nusa Tenggara Timur
1 NTT 128
y Provinsi di Kalimantan
1 Kalbar 210
2 Kalteng 803 Kalsel 671
4 Kaltim 198
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 14/31
y Provinsi di Sulawesi
1 Sulut 267
2 Gorontalo 1433 Sulteng 27
4 Sulbar 19
Provinsi di Maluku
1 Maluku Utara 3
Sumber : Departemen Kesehatan, 2005.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:
Lingkungan
- Adanya genangan-genangan air yang tertampung dan terbuka
- Sinar matahari tidak masuk ke rumah
- Banyak bergantungan pakaian
- Sampah / barang bekas berserakan
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 15/31
Perilaku
- Kebiasaan buang sampah / barang-barang bekas sembarangan
- Kebiasaan tidak menguras bak mandi dan tidak menutup tempat
penyimpanan air bersih
- Kebiasaan menanam tanaman hidup di pot-pot air
.2.2.5 Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabklan oleh parasit malaria
(Plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang
ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO 1981).
Parasit malaria yaitu terdiri atas beberapa spesies yaitu:
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium ovale
4. Plasmodium malariae
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 16/31
Epidemiologi malaria, secara garis besar, menyangkut 3 hal utama yang saling
berkaitan:
1. Inang (HOST): manusia sebagai inang antara, dan nyamuk vektor sebagai
inang definitif parasit malaria.
2. Penyebab penyakit (AGENT): parasit malaria ( Plasmodium).
3. Lingkungan (ENVIRONMENT).
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:
Lingkungan
- Ada genangan air / solokan / comberan / lagun
- Banyak pepohonan / semak-semak yang rimbun / rindang sekitar
rumah
- Ventilasi rumah tidak berkasa
- Kandang sapi, kerbau menempel atau berdekatan dengan rumah
Perilaku
- Kebiasaan bergadang pada malam hari
- Kebiasaan tidur tidak berkelambu
- Kebiasaan tidak memasang / menyemprot obat nyamuk sebelum tidur
- Tidak peduli terhadap lingkungan yang kotor / kumur
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 17/31
Program pemberantasan malaria dilaksanakan dengan sasaran:
1. Kasus atau penderita yang diagnostik terbukti positif gejala klinis dan
parasitnya dalam darah diberi pengobatan dan perawatan menurut SOP
atau protokol bakunya di puskesmas atau rumah sakit;
2. Penduduk daerah endemik diberikan penyuluhan kesehatan dan
dibagikan kelambu berinsektisida.
3. Nyamuk vektornya dengan pengendalian vektor cara kimia, hayati atau
manajemen lingkungan, atau secara terpadu.
4. Lingkungan dengan memodifiksi atau memanipulasi lingkungan
supaya tidak cocok lagi jadi habitat vektor vektor pindah tempat atau
berkurang kepadatannya secara nyata.
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 20/31
Malaria terkonsentrasi di pulau-pulau Papua, Maluku, Nusa Tenggara,
Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Terkonsentrasi dengan frekuensi rendah
atau tidak ada di pulau Jawa dan Bali. Semua jenis parasit malaria manusia
ditemukan di Indonesia.. P. vivax dan P. falciparum adalah jenis yang paling
umum spesies malaria lazim di negara ini.
Selama era praeradikasi, situasi malaria di Indonesia buruk.. Kasus-kasus
malaria dan kematian diperkirakan sekitar 30 juta per tahun (di Jawa dan Bali
saja). Namun karena hasil dari kemajuan dalam program pemberantasan, Ankakejadian malaria di Pulau Jawa dan Bali di 1964 rendah.
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 21/31
2.2.6 Kecacingan
Ankilostomiasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama
di daerah subtropik dan tropic10
.
Di Indonesia angka prevalensi cacing ini masih cukup tinggi seperti yang
dilaporkan oleh Depkes dan beberapa peneliti.
Tingginya angka prevalensi ini erat hubungannya dengan beberapa faktor, yaitu:
1. Indonesia terletak di daerah iklim tropic, dimana hal ini merupakan tempat
yang ideal bagi perkembangan telur cacing.
2. Kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti kebiasaan buang air besar
disembarang tempat dan tanpa alas kaki.
3. Sosial ekonomi
Spesies yang termasuk parasit pada manusia adalah :
a) Ankilostoma Duodenale (Ankilostomiasis=cacing tambang)
b) Askaris lumbricoides (Ascariasis= cacing gelang)
c) Enterobius vermicularis (Enterobiasis = cacing kremi)
d) W uchereria bancrofti (Filariasis)
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit:
Lingkungan
- Lantai rumah / dapur masih tanah
- Rumah dan lingkungan sangat kotor, becek
- Tidak ada kakus yang memenuhi syarat kesehatan
- Perilaku
- Kuku penderita kotor
- Buang air besar sembarangan
- Tidak cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB
- Tidak menggunakan alas kaki
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 22/31
- Kebiasaan makan lalap mentah yang tidak dicuci dulu dengan air
bersih.
- Kebiasaan anak bermain ditempat kotor / becek
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 23/31
2.2.7 Penyakit kulit
Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies. Penyebab
penyakit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil yang bernama
sarcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus lapisan
tanduk kulit kita dan membuat terowongan dibawah kulit kita sambil bertelur.
Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui
peralatan seperti baju, handuk, seprei, tikar, bantal, dan lain ± lain. Sedangkan
cara pencegahan penyakit ini dengan cara, antara lain :
1. Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari
dengan sabun, dan menghindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk.
2. Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela
agar sinar matahari dapat masuk.
Faktor ± faktor yang mermpengaruhi timbulnya penyakit :
a. Lingkungan
- Sumber air untuk mandi tidak memenuhi syarat kesehatan (baik secara
kontruski bangunan atau kualitas airnya)
- Kondisi rumah, sampah tidak memenuhi syarat kesehatan
- Tempat tidur yang jarang sekali dibersihkan, diganti spreinya- Sumber air yang tercemar
b. Perilaku
- Frekuensi mandi setiap hari <2 kali
- Pakaian sudah kotor dan bau masih di pakai
- Kebiasaan mandi di empang / sungai
- Kebiasaan mandi tidak pakai sabun
- Menggunakan handuk / sabun secara bersamaan
- Tidak selalu mencuci tangan sehabis memegang barang-barang yang
kotor
- Kebiasaan memanjangkan kuku tanpa dipelihara kebersihannya
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 24/31
2.2.8 Keracunan makanan
Faktor yang mempengaruhi timbulnya keracunan makanan :
1. Makanan rusak atau kadaluarsa
2. Pengolahan makanan yang tidak akurat
3. Lingkungan
a. Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat
b. Makanan yang sudah kadaluarsa/basi
c. Makanan berprotein sangat tinggi, mentah,
d. Peralayan makanan yang digunakan kotor/rusak
e. Makanan yang tercemar racum/jamur beracun
4. Perilaku
a. Memakan makanan yang sudah kadaluarsa/basi/berlendir
b. Kebiasaan jajan sembarangan
c. Makanan yang dimasak kurang dari 4 jam
d. Kebiasaan mengolah makanan dan peralatan yang dipakai tidak
bersih/tidak memenuhi syarat kesehatan
e. Tidak mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun
2.3. Epidemiologi Penyakit Berbasis Lingkungan
Lingkungan mempunyai pengaruh paling besar terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Namun tak dapat dipungkiri, di Indonesia sanitasi lingkungan, limbah
dan air bersih adalah masalah klasik yang belum teratasi. Apalagi dengan
terjadinya bencana banjir dan tanah longsor di beberapa daerah belakangan ini,
malah makin memperburuk keadaan1.
Penyakit berbasis lingkungan merupakan kondisi patologis yang
mengakibatkan terjadinya kelainan baik secara morfologi maupun fisiologi yang
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 25/31
diakibatkan karena interaksi antar manusia maupun interaksi dengan hal - hal
yang berada di lingkungan sekitar yang berpotensi menimbulkan penyakit.
Menurut Pedoman Arah Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan Pada
Tahun 2008 menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit menular yang
berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB paru, malaria, diare,
infeksi saluran pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis, Cacingan, Penyakit Kulit,
Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk.
Yang lebih memprihatinkan yaitu cakupan sanitasi di Indonesia saat ini
ternyata masih rendah. Cakupan jamban di pedesaan hanya 49 persen, sementara
di perkotaan 76,9 persen. Cakupan air bersih di pedesaan hanya 65,7 persen,
sedangkan di perkotaan 90,8 persen. Dan kualitas air yang memenuhi syarat
bakteriologis baru 54,1 persen. Angka-angka ini, masih merupakan tantangan
yang besar bagi kita untuk dapat menanganinya.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan tersebut masih merupakan
penyebab utama kematian. SKRT 1995 mengungkapkan peringkat dan besarnya
kontribusi penyakit-penyakit tersebut terhadap penyebab kematian. Penyakit
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menduduki peringkat kedua dan
menyumbangkan 15,7% kematian. Penyakit diare menduduki peringkat ketiga dan
menyumbangkan 9,6% kematian. Tuberkulosis menduduki peringkat keempat dan
menyumbangkan sekitar 7,4% kematian. Secara total, penyakit berbasis
lingkungan menyumbangkan sekitar 33% atau sepertiga dari total kematian
seluruh kelompok umur.
Pada kelompok Balita, pola penyebab kematian lebih tinggi lagi. Peringkat
pertama diduduki oleh ISPA yang menyumbangkan 33% kematian. Peringkat
kedua diduduki oleh diare yang menyumbangkan 15,3% kematian. Sedang infeksi
parasit menduduki peringkat keempat yang meyumbangkan 6,3%. Secara total,
penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbangkan 52,4% atau lebih dari
separuh dari total kematian balita.
Penyakit berbasis lingkungan masih tetap menjadi pola utama kesakitan
(morbiditas) masyarakat Indonesia. Hasil SKRT 1995 menunjukkan penyakit
ISPA, kulit, diare, dan tuberkulosis menyumbangkan secara kumulatif 44%. Pada
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 26/31
kelompok bayi dan balita, penyakit berbasis lingkungan tersebut menyumbangkan
lebih dari 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi serta balita Indonesia.
Penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi pola kesakitan dan
kematian di Indonesia, mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas
intervensi kesehatan lingkungan. Oleh sebab itu sangat penting untuk melakukan
pencegahan terhadap sumber penyakit berbasis lingkungan
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan
terbesar bagi masyarakat di Indonesia, dimana angka kesakitan ISPA pada seluruh
kelompok umur pada tahun 2000 sebesar 5 per 10.000 meningkat menjadi 21.7
per 10.000 pada tahun 2006, sedangkan pada balita yang tadinya 16 per 10.000
pada tahun 2000 meningkat menjadi 138.4 per 10.000 pada tahun 2006.
Demikian pula kasus pneumonia pada semua kelompok umur mengalami
peningkatan dari tahun 2000, 2003 dan 2007 masing-masing 4.00, 24.4 dan 15.7
per 10.000. Ditinjau dari berbagai aspek upaya pencegahan untuk mengatasi
masalah lingkungan banyak faktor yang berperan, tidak hanya dilakukan oleh
sektor kesehatan saja, tetapi perlu dilakukan secara terintegrasi dengan
memberdayakan berbagai komponen masyarakat.
2.4. Kesehatan Lingkungan Dalam Paradigma Sehat
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu
diketahui perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita
dapat melakukan intervensi secara cepat dan tepat.
Patogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 27/31
Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan menjadi
4 (empat) simpul, yakni :
Simpul 1: Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent
penyakit. Agent penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat
menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun
melalui perantara.
Beberapa contoh agent penyakit:
Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll
Agent Kimia : Logam berat ( Pb, Hg), air pollutants (I rritant: O3, N2O,
S O2, Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt ( Asbestos, silicon) ,
Pestisida, dll
Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll
Simpul 2: Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi ,
Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karna dapat
memindahkan agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikena sebagai
media transmisi adalah:
- Udara
- Air
- Makanan
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 28/31
- Binatang
- Manusia / secara langsung
Simpul 3: Penduduk
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:
- Perilaku
- Status gizi
- Pengetahuan
- dll
Disini, dapat disimpulkan bahwa faktor resiko baik dari segi lingkungan
maupun perilaku dari penduduk itu sendiri memiliki pernanan yang penting dalam
penyebaran penyakit menular yang berbasis lingkungan ini.
Menteri Kesehatan RI pada 1998 yang lalu telah mengeluarkan kebijakan
tentang "Paradigma Sehat" sebagai acuan pembangunan kesehatan di Indonesia.
Dengan Paragdima baru ini maka orientasi pembangunan kesehatan di Indonesia
bergeser dari kuratif rehabilitatif ke promotif dan preventif. Hal ini berarti bahwa
pembangunan kesehatan memprioritaskan pada upaya-upaya promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif.
Kesehatan lingkungan berangkat dari konsep konvensional dari
pencegahan, termasuk dalam upaya pencegahan primer yang menekankan
pencegahan secara dini kejadian suatu penyakit, ditujukan terutama kepada
penghambatan perkembangbiakan dan penularan serta kontak manusia dengan
agent, vektor ataupun faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit (seperti
kuman patogen, vektor, dan polutan). Misalnya, penyediaan jamban saniter sangat
efektif memutuskan kontaminasi dan perkembangbiakan bakteri penyebab diare
terhadap sumber air atau makanan. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
cukup efektif memutuskan mata rantai infeksi bakteri. Demikian pula klorinasi air
minum dapat mengurangi pemajanan kuman patogen. Ketiga upaya seperti
dicontohkan di atas dapat merupakan cara sederhana guna mengurangi risiko
timbulnya beberapa penyakit rakyat.
Beberapa studi yang dilakukan oleh Esrey dkk. (1985--1991) melaporkan
bahwa intervensi air bersih dapat menurunkan insiden penyakit diare sekitar 17--
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 29/31
27%. Sedangkan beberapa studi yang dilakukan Esrey dan Daniel (1990) tentang
dampak penyediaan jamban terhadap penurunan prevalensi penyakit diare
menghasilkan angka yang konsisten, yaitu 22--24%. Demikian pula kajian oleh
Esrey dkk. (1985--1991) tentang intervensi kebiasaan mencuci tangan dapat
menurunkan prevalensi penyakit diare sebesar 33%. Jika ketiga upaya tersebut
dilakukan bersama-sama secara intensif, sangat mungkin sebagian besar penyakit
diare yang disebabkan oleh mikroba dapat dicegah.
Berdasarkan kajian tersebut di atas serta bila Departemen Kesehatan
konsisten dengan kebijakan barunya, yakni paradigma sehat, maka seyogyanya
kita merenungkan untuk kembali ke hal-hal yang sangat mendasar. Istilah lainnya
"Back to basic" dengan memberikan penekanan dan porsi anggaran yang lebih
besar untuk upaya-upaya promotif dan preventif. Karena, kalau orang sudah jatuh
sakit sebagai akibat dari lingkungan yang rusak, sedikit sekali yang dapat
dilakukan. Kalaupun ada, biayanya sangat besar.
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 30/31
BAB III
KESIMPULAN
Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan
terbesar bagi masyarakat di Indonesia, jenis penyakit yang berbasis lingkungan
diantanya pertama yang disebabkan oleh virus diantaranya ISPA, TBC paru,
Diare, Polio, Campak, Cacingan dll. Ke dua yang disebabkan oleh binatang
seperti Flu burung, pes, Antrak dll. Ketiga yang disebabkan oleh vektor nyamuk
diantanya DBD, Chikungunya, Malaria dll.
Beberapa faktor penghambat yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit
tersebut adalah seperti pertama faktor kesadaran manusia terhadap kepentingan
kesehatan dan perlakuan terhadap lingkungannya. Kedua faktor kepadatan
penduduk yang cukup padat sehingga faktor penyebarannnya akan sangat cepat.
Ketiga faktor kultur atau kebiasaan atau kepercayaan yang merugikan, misalnya
kebisaan tidak memakan ikan padahal ikan merupakan sumber makanan yang
cukup baik.
Dalam upaya pemberatasan atau pencegahan penyakit-penyakit berbasis
lingkungan ini harus ditangani secara bersama-sama tidak bisa secara sendiri-
sendiri. Maka dari itu di perlukan promosi kesehatan melalui berbagai media, baik
cetak, elektronik, atapun di pertemuan-pertemuan. Pengaturan lingkungan dengan
sistem management lingkungan yang cukup baik diharapakan lingkungan akan
sangat mendorong terciptanya lingkungan yang sehat, sehingga tidak menjadi
sumber penyakit bagi manusia. Diadakannnya perlindungan secara khusus
misalnya dengan adanya Imunisasi yang dilakuan secara rutin dan konsisten, serta
pemulihan dan pelestarian lingkungan hidup.
5/8/2018 Referat Vie - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-vie 31/31
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedjajadi Keman. 2005. ³Kesehatan perumahan dan lingkungan
pemukiman´. J urnal Kesehatan Lingkungan 2: 12-14.
2. WHO. 2010. Health´. https://apps.who.int/aboutwho/en/definition.html. 8
Juni 2011.
3. DCPP Publications. Acute Respiratory Infections in Children 2009.http://www.dcp2.org/pubs/DCP/25/. 8 Juni 2011.
4. WHO. 2009. ³Diarrhoea´. http://www.who.int/topics/diarrhoea/en/. 8Juni 2011
5. Crofton, John. 2002. ´Tuberkulosis Klinis´. Jakarta: Widya Medika.
Hal. 75-81.
6. World Health Organization (2009). "Epidemiology". Global tuberculosis
control: epidemiology, strategy, financing . pp. 6±33.
ISBN 9789241563802.http://who.int/entity/tb/publications/global_rep
ort/2009/pdf/chapter1.pdf. Retrieved 8 June 2011.
7. WHO. 2009. ´ Dengue haemorrhagic fever´. http://www.who.int/
mediacentre/factsheets/fs117/en/. 8 Juni 2011.
8. National Center for Biotechnology Information (NCBI). 2007.
³Mosquito-borne Dengue Fever´. http://axisoflogic.com/artman/p
ublish /Article _25106.shtml.. 8 juni 2011.
9. Departemen Kesehatan,. 2006. ³Gambaran Penderita Demam Berdarah di
Indonesia (Tahun 2005-2006)´ http://digilib-ampl.net/file/pdf/UO-
076-06.pdf.. 8 Juni 2011.
10. T.H Rampengan. 1992. I nfeksi Parasit dalam Penyakit Infeksi Tropik
Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Hal. 82-8.
11. Subdirektorat Sanitasi Makanan dan Bahan Pangan. 2006. ³Kumpulan
Modul Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman . Jakarta :
Departemen Kesahatan RI.