Referat-Skizofrenia

48
REFERAT Skizofrenia Disusun oleh : Mentari Effendi 110 2009 169 Pembimbing : Dr. Prasila Darwin, Sp. KJ

description

referat

Transcript of Referat-Skizofrenia

Page 1: Referat-Skizofrenia

REFERATSkizofrenia

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RS JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA

NOVEMBER 2015

Disusun oleh :

Mentari Effendi 110 2009 169

Pembimbing :

Dr. Prasila Darwin, Sp. KJ

Page 2: Referat-Skizofrenia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat

yang diberikannya, sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam menyusun referat ini, penulis banyak

menghadapi kesulitan-kesulitan baik dari penelitian sumber data maupun penyusunan kata

yang tepat. Namun, karena beberapa bantuan dari beberapa sumber, maka penulis dapat

menghadapi berbagai kesulitan yang ada sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik.

Demikian kata pengantar ini saya buat sedemikian rupa. Mohon maaf apabila ada kesalahan

kata dan Terima Kasih.

Jakarta, November 2015

1

Page 3: Referat-Skizofrenia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 2

DAFTAR ISI ................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4

BAB III PENUTUP ................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 30

2

Page 4: Referat-Skizofrenia

BAB I PENDAHULUAN

Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia

adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan

indsutrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya

menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu

adalah gangguan jiwa skizofrenia.

Gangguan jiwa merupakan gangguan pada pikiran, perasaan, atau perilaku yang

mengakibatkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Skizofrenia adalah

sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai

perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang

kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata

atau sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas

intelektual biasanya tidak terganggu.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk

di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul

pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Onset pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun

dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila

dibandingkan dengan perempuan. Onset setelah umur 40 tahun jarang terjadi.1

3

Page 5: Referat-Skizofrenia

BAB II PEMBAHASAN

Definisi

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “shizein” yang berarti “terpisah” atau

“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau

ketidakserasian antara afeksi, kognitif, dan perilaku. Secara umum, gejala skizofrenia dapat

dibagi menjadi tiga golongan, yaitu gejala positif, gejala negatif, dan gangguan dalam

hubungan interpersonal.

Skizofrenia adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan mental

dengan karakter abnormalitas dalam persepsi atau gangguan mengenai realitas. Abnormalitas

persepsi dapat berupa gangguan komunikasi sosial yang nyata. Sering terjadi pada dewasa

muda, ditegakkan melalui pengalaman pasien dan dilakukan observasi tingkah laku, serta

tidak dibutuhkan adanya pemeriksaan laboratorium.

Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi

penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan

pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang

fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(inappropriate) atau tumpul (blunted), kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu

dapat berkembang kemudian.

Skizofrenia merupakan suatu gangguan psikotik yang kronik, sering mereda, namun

hilang timbul dengan manifestasi klinis yang amat luas variasinya. Menurut Eugen Bleuler,

skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau

disharmoni atara proses pikir, perasaan, dan perbuatan.

Epidemiologi

John McGrath PhD dari Pusat Penelitian Kesehatan Mental Queensland, Wacol,

Australia, dalam simposium bertema Psychosis Round the World, yang membahas data

terbaru epidemiologi skizofrenia, memberikan presentasi sistematik untuk memandang

kejadian skizofrenia. Ia mengatakan, kejadian skizofrenia pada pria lebih besar daripada

4

Page 6: Referat-Skizofrenia

wanita. Kejadian tahunan berjumlah 15,2% per 100.000 penduduk, kejadian pada imigran

dibanding penduduk asli sekitar 4,7%, kejadian pada pria 1,4% lebih besar dibandingkan

wanita. Di indonesia, menurut dr.Irmasyah, hampir 70% mereka yang dirawat di bagian

psikiatri karena skizofrenia. Angka di masyarakat berkisar 1-2% dari seluruh penduduk

pernah mengalami skizofrenia dalam hidup mereka.2

Etiologi

Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosis yang sering dijumpai sejak dulu.

Meskipun demikian pengetahuan tentang faktor penyebab dan patogenesisnya masih minim

diketahui. Adapun beberapa faktor etiologi yang mendasari terjadinya skizofrenia, antara

lain:

Genetik

Dapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan timbulnya

skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita

skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri

adalah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua yang

menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi

kembar dua telur (heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu ttelur (monozigot) 61-86%.

Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan skizofrenia

(bukan penyakit itu sendiri) melalui gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin

juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi

manifestasi skizofrenia atau tidak.

Endokrin

Dahulu dikira bahwa skizofrenia mungkin disebabkan oleh gangguan endokrin. Teori

ini dikemukakan karena skizofrenia sering timbul pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau

puerperium dan waktu klimakterium. Tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.

Metabolisme

Ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh gangguan

metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung

5

Page 7: Referat-Skizofrenia

extremitas agak sianotik, nafsu makan berkurang dan berat menurun. Hipotesis ini tidak

dibenarkan oleh banyak sarjana. Belakangan ini teori metabolisme mendapat perhatian lagi

karena penelitian dengan memakai obat halusinogenik, seperti meskalin dan asam lisergik

diethilamide (LSD-25). Obat-obat ini dapat menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan

gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversibel. Mungkin skizofrenia disebabkan oleh suatu inborn

error of metabolism, tetapi hubungan terakhir belum ditemukan.

Teori-teori tersebut di atas ini dapat dimasukkan ke dalam kelompok teori

somatogenik, yaitu teori yang mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan badaniah.

Kelompok teori lain adalah teori psikogenik, yaitu skizofrenia diaggap sebagai suatu

gangguan fungsional dan penyebab utama adalah konflik, stress psikologis dan hubungan

antarmanusia yang mengecewakan.

Kemudian muncil teori lain yang menganggap skizofrenia sebagai suatu sindrom yang

dapat disebabkan oleh bermacam-macam penyebab, antara lain keturunan, pendidikan yang

salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badani seperti lues otakm atherosclerosis otak dan

penyakit lain yang belum diketahui.

Akhirnya timbul pendapat bahwa skizofrenia itu suatu gangguan psikosomatis, gejala-

gejala pada badan hanya sekunder karena gangguan dasar yang psikogenik, atau merupakan

manifestasi somatic dari gangguan psikogenik. Tetapi pada skizofrenia justru kesukarannya

adalah untuk menentukan mana yang primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan

penyebab dan mana yang hanya akibat saja.

Neurokimia

Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh overaktivitas pada

jaras dopamine mesolimbik. Hal ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin, yang kerjanya

meningkatkan pelepasan dopamine, dapat menginduksi psikosis yang mirip skizofrenia; dan

obat antipsikotik (terutama antipsikotik generasi pertama atau antipsikotik tipikal/klasik)

bekerja dengan memblok reseptor dopamine, terutama reseptor D2.2,3

Pemeriksaan Fisik

1. Status fisik

Sifat keluhan pasien penting untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya suatu

pemeriksaan fisik lengkap. Gejala fisik seperti nyeri kepala dan palpitasi memerlukan

6

Page 8: Referat-Skizofrenia

pemeriksaan medis yang menyeluruh untuk menentukan bagian dari proses somatik. Bila

ada, yang berperan menyebabkan penderitaan tersebut. Hal yang sama dapat digunakan

pada gejala mental misalnya depresi, ansietas, halusinasi, dan waham kejar, yang bisa

jadi merupakan ekspresi dan proses somatik. Terkadang keadaan menyebabkan kita perlu

menunda pemeriksaan medis lengkap. Misalnya, pasien dengan waham atau panik dapat

menunjukkan perlawanan sikap bertahan atau keduanya. Pada keadaan ini, riwayat medis

harus diperoleh dari anggota keluarga bila memungkinkan. Namun, kecauali ada alasan

mendesak untuk melanjutkan pemeriksaan fisik, hal itu sebaiknya ditunda sampai pasien

menurut.

Pemeriksaan Neurologis

Selama proses anamnesis pada kasus tersebut, tingkat kesadaran dan atensi pasien

terhadap detil pemeriksaan, pemahaman, ekspresi wajah, cara bicara, postur, dan cara

berjalan perlu diperhatikan. Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk dua tujuan. Tujuan

pertama dicapai melalui pemeriksaan neurologis rutin, yaitu terutama dirancang untuk

mengungkap asimetri fungsi motorik, persepsi, dan refleks pada kedua sisi tubuh yang

disebabkan oleh penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua tercapai dengan mencari untuk

memperoleh tanda yang selama ini dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau penyakit

lobus frontal. Tanda ini meliputi refleks mengisap, mencucur, palmomental, dan refleks

genggam serta menetapnya respons terhadap ketukan di dahi. Sayangnya, kecuali refleks

genggam, tanda seperti itu tidak berkaitan erat dengan patologi otak yang mendasari.2

2. Status mental

Deskripsi umum

o Penampilan

Postur, pembawaan, pakaian, dan kerapihan. Penampilan pasien skizofrenia dapat

berkisar dari orang yang sangat berantakan, menjerit-jerit, dan teragitasihingga

orang yang terobsesi tampil rapi, sangat pendiam, dan imobil.

o Perilaku dan aktivitas psikomotor yang nyata

Kategori ini merujuk pada aspek kuantitatif dan kualitatif dari perilaku motorik

pasien. Termasuk diantaranya adalah manerisme, tik, gerakan tubuh, kedutan,

perilaku streotipik, ekopraksia, hiperaktivitas, agitasi, sikap melawan, fleksibilitas,

rigiditas, gaya berjalan, dan kegesitan.

7

Page 9: Referat-Skizofrenia

o Sikap terhadap pemeriksa

Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan sebagai kooperatif,

bersahabat, penuh perhatian, tertarik, balk-blakan, seduktif, defensif, merendahkan,

kebingungan, apatis, bermusuhan, suka melucu, menyenangkan, suka mengelak,

atau berhati-hati.

Mood dan afek

Mood didefinisikan sebagai emosi menetap dan telah meresap yang mewarnai

persepsi orang tersebut terhadap dunia.

Afek didefinisikan sebagai responsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat dari

ekspresi wajah pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku ekspresif.

Kakteristik gaya bicara

Pasien dapat digambarkan sebagai banyak bicara, cerewet, fasihm pendiam, tidak

spontan, atau terespons normal terhadap petunjuk dari pewawancara. Gaya bicara

dapat cepat atau lambat, tertekan, tertahan, emosional, dramatis, monoton, keras,

berbisik, cadel, terputus-putus, atau bergumam. Gangguan bicara, contohnya gagap,

dimasukkan dalam bagian ini.

Persepsi

Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau lingkungannya,

dapat dialami oleh seseorang. Sistem sensorik yang terlibat (contohnya: auditorik,

visual, olfaktorik, atau taktil) dan isi ilusi atau halusinasi tersebut harus dijelaskan.

Halusinasi senestik

Halusinasi senestik merupakan sensasi tak berdasar akan adanya keadaan organ tubuh

yang terganggu. Contoh halusinasi senestik mencakup sensasi terbakar pada otak,

sensasi terdorong pada pembuluh darah, serta sensasi tertusuk pada sumsum tulang.

Ilusi

Sebagaimana dibedakan dari halusinasi, ilusi merupakan distorsi citra yang nyata,

sementara halusinasi tidak didasarkan pada citra atau sensasi yang nyata. Ilusi dapat

terjadi pada pasien skizofrenik selama fase aktif, namun dapat pula terjadi dalam fase

prodromal dan selama periode remisi.

Isi pikir dan kecenderungan mental

o Proses pikir (bentuk pemikiran)

Pasien dapat memiliki ide yang sangat banyak atau justru miskin ide. Dapat terjadi

proses pikir yang cepat, yang bila berlangsung sangat ekstrim, disebut flight of

8

Page 10: Referat-Skizofrenia

ideas. Seorang pasien juga dapat menunjukkan cara berpikir yang lambat atau

tertahan. Gangguan kontinuitas pikir meliputi pernyataan yang bersifat tangensial,

sirkumstansial, meracau, suka mengelak, atau perseveratif.

Bloking adalah suatu interupsi pada jalan pemikiran sebelum suatu ide selesai

diungkapkan. Sirkumstansial mengisyaratkan hilangnya kemampuan berpikir yang

mengarah ke tujuan dalam mengemukakan suatu ide, pasien menyertakan banyak

detail yang tidak relevan dan komentar tambahan namun pada akhirnya mampu ke

ide semula. Tangensialitas merupakan suatu gangguan berupa hilangnya benang

merah pembicaraan pada seorang pasien dan kemudian ia mengikuti pikiran

tangensial yang dirangsang oleh berbagai stimulus eksternal atau internal yang

tidak relevan dan tidak pernah kembali ke ide semula. Gangguan proses pikir dapat

tercermin dari word salad (hubungan antarpemikiran yang tidak dapat dipahami

atau inkoheren), clang association (asosiasi berdasarkan rima), punning (asosiasi

berdasarkan makna ganda), dan neologisme (kata-kata baru yang diciptakan oleh

pasien melalui kombinasi atau pemadatan kata-kata lain).

o Isi pikir

Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi, obsesi, kompulsi, fobia, rencana,

niat, ide berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala hipokondriakal,

dan kecenderungan antisosial tertentu.

Sensorium dan kognisi

Pemeriksaan ini berusaha mengkaji fungsi organik otak dan inteligensi pasien,

kemampuan berpikir abstrak, serta derajat tilikan dan daya nilai.

o Kesadaran

Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan organik pada

otak.

o Orientasi dan memori

Ganggaun orientasi biasanya dibagi berdasarkan waktu, tempat, dan orang.

o Konsentrasi dan perhatian

Konsentrasi pasien terganggu karena berbagai allasan. Gangguan kognitif, ansietas,

depresi, dan stimulus internal, seperti halusinasi auditorik, semuanya dapat

berperan menyebabkan gangguan konsentrasi.

o Membaca dan menulis

o Kemampuan visuospasial

9

Page 11: Referat-Skizofrenia

Pasien diminta untuk menyalin suatu gambar, misalnya bagian depan jam dinding

atau segilima bertumpuk.

o Pikiran abstrak

Kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien mungkin memiliki gangguan

dalam membuat konsep atau menangani ide.

o Informasi dan inteligensi

Impulsivitas, Kekerasan, Bunuh diri, dan Pembunuhan

Pasien mungkin tidak dapat mengendalikan impuls akibat suatu gangguan kognitif

atau psikotik atau merupakan hasil suatu defek karakter yang kronik, seperti yang

dijumpai pada gangguan kepribadian.

Perilaku kekerasan lazim dijumpai di antara pasien skizofrenik yang tidak diobati.

Waham yang bersifat kejar, episode kekerasan sebelumnya, dan defisit neurologis

merupakan faktor resiko perilaku kekerasan atau impulsif.

Kurang lebih 50 persen pasien skizofrenik mencoba bunuh diri, dan 10 sampai 15

persen pasien skizofrenia meninggal akibat bunuh diri. Mungkin faktor yang paling

tidak diperhitungkan yang terlibat dalam kasus bunuh diri pasien ini adalah depresi

yang salah diagnosis sebagai afek mendatar atau efek samping obat. Faktor pemicu

lain untuk bunuh diri mencakup perasaan kehampaan absolut, kebutuhan melarikan

diri dari penyiksaan mental, atau halusinasi auditorik yang memerintahkan pasien

mebunuh diri sendiri.

Saat seorang pasien skizofrenik benar-benar melakukan pembunuhan, hal itu mungkin

dilakukan dengan alasan yang aneh atau tak disangka-sangka yang didasarkan pada

halusinasi atau waham.

Daya nilai dan tilikan

Daya nilai : aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial. Dapatkah

pasien meramalkan apa yang akan dilakukannya dalam situasi imajiner. Contohnya:

apa yang akan pasien lakukan ketika ia mencium asap dalam suasana gedung bioskop

yang penuh sesak?

Tilikan: tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya. Pasien dapat

menunjukkan penyangkalan total akan penyakitnya atau mungkin menunjukkan

sedikit kesadaran kalau dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, faktor eksternal,

atau bahkan faktor organik. Mereka mungking menyadari dirinya sakit, namun

menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang asing atau misterius dalam dirinya.

10

Page 12: Referat-Skizofrenia

Realiabilitas

Kesan psikiater tentang sejauh mana pasien dapat dipercaya dan kemampuan untuk

melaporkan keadaanya secara akurat. Contohnya, bila pasien terbuka mengenai

penyalahgunaan obat tertentu secara aktif mengenai keadaan yang menurut pasien

dapat berpengaruh buruk (mislnya, bermasalah dengan hukum), psikiater dapat

memperkirakan bahwa realiabilitas pasien adalah baik.2,3

3. Pemeriksaan tambahan

Tes psikologis: tes inteligensi, tes kepribadian, tes ketangkasan atau bakat, dan tes

neuropsikologis.

Tes inteligensi

Dapat ditentukan HI (hasil bagi inteligensi) atau IQ (Intelligence Quotient) sebagai

suatu cara numerik untuk menyatakan taraf inteligensi. Rumusnya sebagai berikut:

Umur mental

HI= ------------------------- x 100

Umur kalender

Umur mental didapat dari tes inteligensi. Umur kalender diambil paling tinggi 15

(biarpun sebenarnya lebih), karena tes inteligensi yang ada sekarang sukar untuk

mengukur perbedaan inteligensi di atas umur 15 tahun.

Tes kepribadian

Tes kepribadian lebih sukar dibuat, dipakai dan dinilai sehingga reliabilitas dan

validitas kurang dari tes inteligensi. Hal ini disebabkan antara lain karena begitu

banyaknya sifat kepribadian manusia dan sukarnya mencari parameter atau indikatro

yang tepat dan dapat diukur untuk suatu sifat kepribadian tertentu. Kepribadian adalah

keseluruhan perilaku manusia atau perannya dalam hubungan antar manusia,

pribadinya dapat dibedakan dari pribadi lain. Peran ini bukan saja perilaku yang nyata,

tetapi juga sikap internal, kecenderungan bertindak dan hambatan. Kepribadian dapat

dievaluasi dengan cara observasi, wawancara, atau melalui daftar pertanyaan, tes

melengkapi kalimat atau tes proyeksi.

11

Page 13: Referat-Skizofrenia

Tes neuropsikologis

Tes neuropsikologis merupakan tes yang mempelajari hubungan antara otak dan

perilaku dengan menggunakan prosedur tes yang terstandarisasi dan objektif. Tes ini

menguji kemampuan kognitif. Tujuan tes neuropsikologis adalah identifikasi,

kuantifikasi, dan deskripsi perubahan kognitif dan perilaku yang disebabkan oleh

disfungsi otak. Dalam hal ini, ranah (domain) yang dievaluasi adalah kemampuan

berbahasa, memori, penalaran dan pertimbangan intelektual, fungsi visual-motor,

fungsi sensori-perseptual, dan fungsi motorik.2,3

Pemeriksaan Penunjang

Meskipun pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan penunjang, tetapi

peranannya penting dalam menjelaskan dan menkuantifikasi disfungsi neurofisiologis,

memilih pengobatan, dan memonitor respon klinis. Hasil pemeriksaan laboratorik harus dapat

diintegrasikan dengan data riwayat penyakit, wawancara dan pemeriksaan psikiatrik untuk

memperoleh gambaran komprehensif tentang diagnosis dan pengobatan yang diperlukan oleh

pasien.

Sampai saat ini belum ada konsensus mengenai tes apa saja yang digunakan sebagai

penyaring, tetapi beberapa tes berikut patut untuk dipertimbangkan:

1. Pemeriksaan darah lengkap

2. Elektrolit serum

3. Glukosa darah

4. Tes fungsi hepar

5. Tes fungsi ginjal

6. Kalsium serum

7. Uji fungsi tiroid

8. Pemeriksaan penyaring untuk sifilis (VDRL dan TPHA)

9. Tes urin untuk obat terlarang.2,3

12

Page 14: Referat-Skizofrenia

Gambaran klinis

Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada

dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam

fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang “ringan”. Selama

periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan “aneh”. Gejala-gejala

penyakit biasanya terlihat lebih jelas oleh orang lain. Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan

teman karena ia tidak berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang

aneh. Pemikiran dan pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat

dimengerti. Mereka mungkin mempunyai keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi.

Penampilan dan kebiasaan-kebiasaan mereka mengalami kemunduran serta afek mereka

terlihat tumpul. Meskipun mereka dapat mempertahankan inteligensia yang mendekati

normal, sebagian besar performa uji kognitifnya buruk. Pasien dapat menderita anhedonia

yaitu ketidakmampuan merasakan rasa senang. Pasien juga mengalami deteorisasi yaitu

perburukan yang terjadi secara berangsur-angsur.

Gejala Positif dan Negatif

Gejala positif mencakup waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar

atu menumpul, miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat diri, kurang

motivasi, anhedonia, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan Pikiran

- Gangguan proses pikir

Pasien biasanya mengalami gangguan proses pikir. Pikiran mereka sering tidak dapat

dimengerti oleh orang lain dann terlihat tidak logis. Tanda-tandanya adalah:

1. Asosiasi longgar: ide pasien sering tidak menyambung. Ide tersebut seolah dapat

melompat dari satu topik ke topik lain yang tak berhubungan sehingga

membingungkan pendengar. Gangguan ini sering terjadi misalnya di pertengahan

kalimat sehingga pembicaraan sering tidak koheren.

2. Pemasukan berlebihan: arus pikiran pasien secara terus-menerus mengalami gangguan

karena pikirannya sering dimasuki informasi yang tidak relevan.

3. Neologisme: pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka meungkin

mengandung arti simbolik)

13

Page 15: Referat-Skizofrenia

4. Terhambat: pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat) dan

disambung kembali beberapa saat kemudian, biasanya dengan topik lain. Ini dapat

menunjukkan bahwa ada interupsi.

5. Klang asosiasi: pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-kata

yang baru saja diucapkan dan bukan isi pikirannya.

6. Ekolalia: pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja diucapkan

oleh seseorang.

7. Konkritisasi: pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk

kemampuan berpikir abstraknya.

8. Alogia: pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disengaja (miskin pembicaraan)

atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit ide yang disamapaikan

(miskin isi pembicaraan).

- Gangguan isi pikir

1. Waham: suatu kepercayaan palsu yang menetap yang taksesuai dengan fakta dan

kepercayaan tersebut mungkin “aneh” atau bisa pula “tidak aneh” tetapi sangat tidak

mungkin dan tetap dipertahankam meskipun telah diperlihaykan bukti-bukti yang

jelas untuk mengkoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan

beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin

akut skizofrenia semakin sering ditemui waham disorganisasi atau waham tidak

sistematis:

a. Waham kejar

b. Waham kebesaran

c. Waham rujukan

d. Waham penyiaran pikiran

e. Waham penyisipan pikiran

2. Tilikan

Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak

menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhaap pengobatan, meskipun gangguan

yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.

Gangguan Persepsi

- Halusinasi

Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa juga

berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan. Halusinasi pendengaran dapat pula

14

Page 16: Referat-Skizofrenia

berupa komentar tentang pasien atau peristiwa-peristiwa sekitar pasien. Komentar-

komentar tersebut dapat berbentuk ancaman atau perintah-perintah langsung ditujukan

kepada pasien (halusinasi komando). Suara-suara sering diterima pasien sebagai sesuatu

yang berasal dari luar kepala pasien dan kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiran-

pikiran mereka sendiri berbicara keras. Suara-suara cukup nyata menurut pasien kecuali

pada fase awal skizofrenia.

- Ilusi dan depersonalisasi

Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya misinterpretasi

panca indera terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap diri

sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya

dunia terlihat tidak nyata.

Gangguan Perilaku

Salah satu gangguan aktivitas motorik pada skizofrenia adalah gejala katatonik yang

dapat berupa stupor atauh gaduh gelisah. Paien dengan stupor tidak bergerak, tidak

berbicara, dan tidak berespons, meskipun ia sepenuhnya sadar. Sedangkan pasien dengan

katatonik gaduh gelisah menunjukkan aktivitas motorik yang tidak terkendali. Kedua keadaan

ini kadang-kadang terjadi bergantian. Pada stupor katatonik juga bisa didapati fleksibilitas

serea dan katalepsi. Gejala katalepsi adalah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk

waktu yang lama. Sedangkan fleksibilitas serea adalah bila anggota badan dibengkokkan

terasa suatu tahanan seperti pada lilin atau malam dan posisi itu dipertahankan agak lama.

Gangguan perilaku lain adalah stereotipi dan manerisme. Berulang-ulang melakukan

suatu gerakan atau mengambil sikap badan tertentu disebut stereotipi. Misalnya, menarik-

narik rambutnya, atau tiap kali bila mau menyuap nasi mengetuk piring dulu beberapa kali.

Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan

dinamakan verbigrasi, kata atau kalimat diulang-ulangi, hal ini sering juga terdapat pada

gangguan otak orgnaik. Manerisme adalah stereotipi tertentu pada skizofrenia, yang dapat

dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya berjalan.

Gangguan Afek

Kedangkalan respons emosi, misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap

hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri sepertti keadaan keluarganya dan masa depannya.

15

Page 17: Referat-Skizofrenia

Perasaan halus sudah hilang. Parathimi, apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan

gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah. Paramimi, penderita merasa senang

dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi dan paramimi bersama-sama dinamakan

incongruity of affect dalam bahasa inggris dan inadequat dalam bahasa belanda.

Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,

misalnya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi mulutnya

seperti tertawa.semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia.

Gangguan afek dan emosi lain adalah:

Emosi berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti pada penderita sedang

bersandiwara.

Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk mengadakan

hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu sering kita tidak dapat merasakan

perasaan penderita. Karena terpecah-belahnya kepribadian, maka dual hal yang berlawanan

mungkin timbul bersama-sama, misalnya mencintai dan membenci satu orang yang sama;

menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi afektif.1-3

Diagnosis

Adanya halusinasi atau waham tidak mutlak untuk diagnosis skizofrenia; gangguan

pada pasien didiagnosis sebagai skizofrenia apabila pasien menunjukkan dua gejala yang

terdaftar sebagai gejala 3 sampai 5 pada kriteria A (1.waham 2. Halusinasi 3. Bicara kacau 4.

Perilaku yang sangat kacau/katatonik 5. Gejala negatif, yaitu: afek medatar, alogia, atau

anhedonia). Hanya dibutuhkan satu gejala kriteria A bila wahamnya bizare atau halusinasinya

terdiri atas suara yang terus-menerus memberi komentar terhadap perilaku atau pikiran

pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap-cakap. Kriteria B membutuhkan

adanya hendaya fungsi, meski tidak memburuk, yang tampak selama fase aktif penyakit.

Gejala harus berlangsung selama paling tidak 6 bulan dan diagnosis gangguan skizoafektif

atau gangguan mood harus disingkirkan. Setidaknya salah satu hal ini harus ada:

1. Gema pikiran (thought echo)

2. Waham kendali, pengaruh, atau pasivitas

3. Suara-suara halusinasi yang terus-menerus mengomentari perilaku pasien atau saling

mendiskusikan pasien, atau suara halusinasi lain yang berasal dari bagian tubuh tertentu; dan

16

Page 18: Referat-Skizofrenia

4. Waham persisten jenis lain yang secara budaya tidak sesuai dan sangat tidak masuk akal.

Diagnosis juga dapat ditegakkan bila setidaknya dua hal berikut ada:

1. Halusinasi persisten dalam modalitas apapun, bila terjadi setiap hari selama sekurangnya 1

bulan, atau bila disertai waham

2. Neologisme, kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan menggabungkan

suku kata atau dari kata-kata lain.

3. Perilaku katatonik, seperti eksitasi, postur atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme,

dan stupor

4. Gejala negatif, seperti apatis yang nyata, miskin isi pembicaraan, dan respons emosional

tumpul serta ganjil (harus ditegaskan bahwa hal ini bukan disebabkan depresi atau

pengobatan antipsikotik).

Jenis – Jenis Skizofrenia

a. Tipe paranoid

Skizofrenia tipe ini ditandai dengan preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau

halusinasi auditorik yang sering serta tidak adanya perilaku spesifik yang sugestif untuk

tipe hebrefrenik atau katatonik. Secara klasik, skizofrenia tipe paranoid terutama ditandai

dengan adanya waham kejar atau kebesaran. Pasien skizofrenia paranoid biasanya

mengalami episode pertama penyakit pada usia yang lebih tua dibanding pasien

skizofrenia hebefrenik dan katatonik. Pasien yang skizofrenianya terjadi pada akhir usia

20-an atau 30-an biasanya telah memiliki kehidupan sosial yang mapan yang dapat

membantu mengatasi penyakitnya, dan sumber ego pasien paranoid cenderung lebih

besar dibanding pasien skizofrenia hebefrenik atau katatonik. Pasien skizofrenia paranoid

menunjukkna regresi kemampuan mental, respons emosional, dan perilaku yang lebih

ringan dibandingkan pasien skizofrenia tipe lain. Pasien skizofrenia paranoid biasanya

tegang, mudah curiga, berjaga-jaga, berhati-hati, dan terkadang bersikap bermusuhan

atau agresif, namun mereka kadang-kadang dapat mengendalikan diri mereka secara

adekuat pada situasi sosial. Inteligensi mereka dalam area yang tidak dipengaruhi

psikosisnya cenderung tetap utuh.

b. Tipe disorganized

17

Page 19: Referat-Skizofrenia

Skizofrenia tipe disorganized (sebelumnya disebut hebefrenik) ditandai dengan regresi

nyata ke perilaku primitif, tak terinhibisi, dan kacau serta dengan tidak adanya gejala

yang memenuhi kriteria tipe katatonik. Onset subtipe ini biasanya dini, sebelum usia 25

tahun. Pasien hebefrenik biasanya aktif namun dalam sikap yang nonkonstruktif dan tak

bertujuan. Gangguan pikir menonjol dan kontal dengan realitas buruk. Penampilan

pribadi dan perilaku sosial berantakan, respons emosional mereka tidak sesuai dan tawa

mereka sering meledak tanpa alasan jelas. Seringai atau meringis yang tak pantas lazim

dijumpai pada pasien inim yang perilakunya paling baik dideskripsikan sebagai konyol

atau tolol.

c. Tipe katatonik

Pasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk katatonia:

- Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap lingkungan atau

orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya.

- Negativsme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-

usaha untuk menggerakkan fisiknya.

- Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rigid.

- Postur katatonik yaitu pasein mempertahankan posisi yang tak biasa atau aneh.

- Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat

mengancam jiwanya (misalnya, karena kelelahan).

d. Tipe tak terinci

Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif yang menonjol

(misalnya: kebingungan, inkoheren) atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat

digolongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi pasca

skizofrenia.

e. Tipe residual

Pasien dalam keadaan remmsi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejala-

gejala residual (penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak serasi, perilaku eksentrik,

asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis).

f. Skizofrenia simpleks

Skizofrenia simpleks adalah sulatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinka karena

bergantung pada pemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari

gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa adanya riwayat halusinasi,

waham atau manifestasi lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya, dan

disertai degan perubahan-perubahan yang bermakna pada perilaku perorangan, yang

18

Page 20: Referat-Skizofrenia

bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan, dan penarikan diri

secara sosial.1,3

Patofisiologi

Neurobiologi

Terdapat peningkatan jumlah penelitian yang mengindikasikan adanya peran

patofisiologis area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal, serebelum, dan

ganglia basalis. Keempat area ini saling terhubung sehingga disfungsi satu area dapat

melibatkan proses patologi primer di tempat lain. Pencitraan otak manusia hidup dan

pemeriksaan neuropatologi jaringan otak postmortem menyatakan sistem limbik sebagai

lokasi potensial proses patologi primer pada setidaknya beberapa, bahkan mungkin sebagian

besar, pasien skizofrenia.

Dua are yang menjadi subjek penelitian aktif adalh waktu ketika suatu lesi

neuropatologi terlihat di otak serta interaksi lesi tersebut dengan stresor sosial dan

lingkungan. Dasar penampakan abnormalitas otak mungkin terletak pada pembentukan

abnormal atau pada degenerasi neuron setelah pembentukan. Namun, fakta bahwa kembar

monozigotik memiliki angka kejadian bersama sebesar 50% menyiratkan adanya interaksi

yang masih sangat sedikit diketahui antara lingkungan dan timbulnya skizofrenia. Di

lainppihak, faktor yang mengatur ekspresi gen baru mulai dipahami. Meski kembar

monozigotik mempunyai informasi genetik yang sama, regulasi gen yang berbeda sepanjang

hidup mungkin menyebabkan salah satu kembar monozigotik mengalami skizofrenia,

sementara kembarannya tidak.

Neuroanatomik, Neurofungsional, dan Neurokognitif

CT-scan dan MRI secara konsisten menunjukkan peningkatan volume ventrikel

lateral dan ketiga pada pasien skizofrenia. Studi ini umumnya juga menunjukkan

pengurangan volume otak secara keseluruhan pasien skizofrenia dan pengurangan tertentu

dalam ukuran dari struktur lobus temporal medial, seperti amigdala dan hipokampus. Selain

itu, penelitian telah melaporkan penurunan ukuran dari thalamus dan kelainan pada garis

tengah daerah perkembangan. Tak satu pun dari perubahan ini spesifik untuk skizofrenia,

meskipun beberapa telah terbukti ada pada pasien dengan episode penyakit pertama dan tidak

menggunakan obat sebelumnya.

19

Page 21: Referat-Skizofrenia

Teknik fungsional neuroimaging, seperti tomografi emisi positron (PET), menunjukkan

secara in vivo pengukuran metabolisme glukosa regional atau aliran darah otak, dimana keduanya

mencerminkan aktivitas neuron regional. Sebagian besar penelitian telah mendeteksi perubahan

aktivitas di korteks prefrontal, struktur ganglia basalis, daerah temporo-limbik, dan thalamus,

menunjukkan fungsi sirkuit cortico-striato-thalamo-kortikal yang terganggu. Penurunan aktivitas

dalam korteks prefrontal pada pasien skizofrenia sering diamati selama tugas aktivasi kognitif dan

memori kerja. Selama halusinasi pendengaran aktif, aktivasi abnormal thalamus, striatum, limbik, dan

daerah paralimbik telah terdeteksi. Pasien skizofrenia yang menampilkan kelainan pada bagian

prefrontal, thalamic, dan cerebellar, menunjukkan gangguan dalam sirkuit pontine-cerebellar-

thalamic-frontal.

Neurokimia

Penemuan menunjukkan bahwa disregulasi dopamin yang kompleks terjadi dengan

aktivitas hiperdopaminergik dalam proyeksi mesencephalic ke striatum limbik dan aktivitas

hipodopaminergik di neokorteks. Bukti dari kegiatan hiperdopaminergik termasuk hubungan

antara efektivitas dopamin reseptor yang mengikat obat dan pengurangan gejala positif serta

peningkatan reseptor D2 dalam studi postmortem dan PET.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa berbagai gejala positif berhubungan dengan

kelainan dalam penyimpanan dopamin presynaptic, pelepasan, transportasi, dan reuptake

dalam sistem mesolimbik. Hipo-aktivitas dari sistem dopamin ditunjukkan dari penemuan

penurunan onset dopamin pada pasien dengan gejala negatif, dan dalam beberapa penelitian

agonis dopamin telah terbukti memperbaiki gejala negatif. Pencitraan fungsional juga

menunjukkan bahwa hipo-frontalitas akan lebih parah pada pasien dengan gejala negatif.

Serotonergik, glutamatergic, dan sistem neurotransmitter lainnya (misalnya, gamma-

aminobutyric acid [GABA]) telah diselidiki pada skizofrenia, terutama mengacu pada

interaksi dengan sistem dopaminergik.. Dalam studi tentang sistem GABAergic, penurunan

dekarboksilase asam glutamat, enzim GABA-sintesis, telah diamati dalam korteks prefrontal

pada pasien skizofrenia, dan perubahan dalam subtipe neuron GABAergic telah dilaporkan.

Sistem opioid juga telah dianggap sebagai kandidat yang berpotensial yang terlibat

dalam skizofrenia, didasarkan terutama pada kesamaan antara efek farmakologis dari

terjadinya tanda opioid dan kejiwaan. Hipotesis telah diusulkan pada peningkatan maupun

penurunan level dari berbagai peptide opioid sebagai faktor yang mendasari sebagai

20

Page 22: Referat-Skizofrenia

penyebab gejala skizofrenia. Namun, penelitian klinis berdasarkan hipotesis sering

menghasilkan hasil variable atau bermacam-macam.5

Differential Diagnose

Gangguan Psikotik Lain

Gejala psikotik pada skizofrenia dapat identik dengan gangguan skizofreniform,

gangguan psikotik singkat, gangguan skizoafektif, dan gangguan waham. Gangguan

skizofreniform berbeda dari skizofrenia berupa gejala yang berdurasi setidaknya 1 bulan tapi

kurang dari 6 bulan. Gangguan psikotik singkat merupakan diagnosis yang sesuai bila gejala

berlangsung setidaknya 1 hari tapi kurang dari 1 bulan dan bila pasien tidak kembali ke

keadaan fungsi pramorbidnya dalam waktu tersebut. Jika suatu sindrom manik atau depresif

terjadi bersamaan dengan gejala utama skizofrenia, gangguan skizoafektif adalah diagnosis

yang tepat. Waham nonbizar yang timbul selama sekurangnya 1 bulan tanpa gejala

skizofrenia lain atau gangguan mood patut didiagnosis sebagai gangguan waham.

Gangguan Kepribadian

Berbagai gangguan kepribadian mungkin memiliki sebagian gambaran yang sama

dengan skizofrenia. Gangguan kepribadian skizotipal, skizoid, dan ambang adalah gangguan

kepribadian dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif yang

parah dapat menyamarkan suatu proses skizofrenik yang mendasari. Tak seperti skizofrenia,

gangguan kepribadian memiliki gejala ringan dan riwayat terjadi seumur hidup pasien.

Gangguan ini juga tidak memiliki tanggal awitan yang dapat diidentifikasi.

Gangguan Waham

Konsep utama mengenai penyebab gangguan waham adalah perbedaanya dengan

skizofrenia dan gangguan mood. Gangguan waham lebih jarang daripada skizofrenia maupun

gangguan mood, onsetnya lebih lambat daripada skizofrenia dan dominasi perempuan kurang

nyata daripada gangguan mood. 3

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Waham.3

21

Page 23: Referat-Skizofrenia

A. Waham tidak bizar ( melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata, seperti

merasa diikuti, diracuni, terinfeksi, dicintai dari jauh, atau dikhianati pasangan atau

kekasih, atau menderita suatu penyakit) sekurang-kurangnya 1 bulan.

B. Kriteria A skizofrenia tidak terpenuhi. Catatan: halusinasi taktil dan olfaktori dapat

terjadi gangguan waham jika sesuai dengan tema waham.

C. Berbeda dengan dampak waham atau hasil akhirnya, fungsi tidak terganggu secara nyata

dan perilaku tidak secara jelas, aneh, atau bizar.

D. Jika episode mood telah terjadi bersamaan dengan waham, durasi totalnya singkat

dibandingkan durasi periode waham.

E. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis suatu zat secara langsung (c/o:

penyalahgunaan, suatu obat) atau kondisi medis umum.

Jenis-jenis waham.3

Waham erotomaniaPada tipe waham ini, orang lain, biasanya dengan status lebih

tinggi, jatuh cinta kepada dirinya.

Waham kebesaran

Pada tipe waham ini, terdapat kekuatan, pengetahuan,

penghargaan, identitas yang berlebihan atau hubungan khusus

terhadap orang yang terkenal atau dewa.

Waham cemburuPada tipe waham ini, pasangan seksual seseorang dianggap tidak

setia.

Waham kejarPada tipe waham ini, orang (atau seseorang yang dekat) dianggap

diperlakukan dengan kasar.

Waham somatikPada tipe waham ini, orang mempunyai beberapa cacat fisik atau

kondisi medis umum.

Waham campuranPada tipe waham ini ciri khas lebih dari satu tipe di atas tetapi tidak

ada tema yang menonjol.

Penatalaksanaan

Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan

kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran mental.

22

Page 24: Referat-Skizofrenia

Farmakoterapi

Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah untuk mengendalikan

gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat antipsikotik mencakup dua kelas utama:

antagonis reseptor dopamin, dan antagonis serotonin-dopamin.

Antagonis Reseptor Dopamin

Antagonis reseptor dopamin efektif dalam penanganan skizofrenia, terutama terhadap

gejala positif. Obat-obatan ini memiliki dua kekurangan utama. Pertama, hanya presentase

kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat memulihkan fungsi mental normal secara

bermakna. Kedua, antagonis reseptor dopamin dikaitkan dengan efek samping yang

mengganggu dan serius. Efek yang paling sering mengganggu aalah akatisia adan gejala lir-

parkinsonian berupa rigiditas dan tremor. Efek potensial serius mencakup diskinesia tarda

dan sindrom neuroleptik maligna.

Antagonis Serotonin-Dopamin

SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal ayng minimal atau tidak ada, berinteraksi

dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding antipsikotik standar, dan

mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamat. Obat ini juga menghasilkan efek

samping neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam

menangani gejala negatif skizofrenia. Obat yang juga disebut sebagai obat antipsikotik

atipikal ini tampaknya efektif untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas

dibanding agen antipsikotik antagonis reseptor dopamin yang tipikal. Golongan ini

setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala positif skizofrenia, secara unik

efektif untuk gejala negatif, dan lebih sedikit, bila ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapin,

sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan antagonis

reseptor dopamin, sebagai obat lini pertama untuk penanganan skizofrenia.

Pada kasus sukar disembuhkan, klozapin digunakan sebagai agen antipsikotik, pada

subtipe manik, kombinasi untuk menstabilkan mood ditambah penggunaan antipsikotik. Pada

banyak pengobatan, kombinasi ini digunakan mengobati keadaan skizofrenia.2,3,6

Kategori obat: Antipsikotik – memperbaiki psikosis dan kelakuan agresif.4

23

Page 25: Referat-Skizofrenia

Nama Obat

Haloperidol

(Haldol)

Untuk manajemen psikosis. Juga untuk saraf motor dan suara pada anak

dan orang dewasa. Mekanisme tidak secara jelas ditentukan, tetapi

diseleksi oleh competively blocking postsynaptic dopamine (D2)

reseptor dalam sistem mesolimbic dopaminergic; meningkatnya

dopamine turnover untuk efek tranquilizing. Dengan terapi subkronik,

depolarization dan D2 postsynaptic dapat memblokir aksi antipsikotik.

Risperidone

(Risperdal)

Monoaminergic selective mengikat lawan reseptor D2 dopamine

selama 20 menit, lebih rendah afinitasnya dibandingkan reseptor 5-

HT2. Juga mengikat reseptor alpha1-adrenergic dengan afinitas lebih

rendah dari H1-histaminergic dan reseptor alpha2-adrenergic.

Memperbaiki gejala negatif pada psikosis dan menurunkan kejadian

pada efek ekstrpiramidal.

Olanzapine

(Zyprexa)

Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang melintasi sistem

reseptor (seperti serotonin, dopamine, kolinergik, muskarinik, alpha

adrenergik, histamine). Efek antipsikotik dari perlawanan dopamine

dan reseptor serotonin tipe-2. Diindikasikan untuk pengobatan psikosis

dan gangguan bipolar.

Clozapine

(Clozaril)

Reseptor D2 dan reseptor D1 memblokir aktifitas, tetapi nonadrenolitik,

antikolinergik, antihistamin, dan reaksi arousal menghambat efek

signifikan. Tepatnya antiserotonin. Resiko terbatasnya penggunaan

agranulositosis pada pasien nonresponsive atau agen neuroleptik klasik

tidak bertoleransi.

Quetiapine

(Seroquel)

Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka panjang. Mampu

melawan efek dopamine dan serotonin. Perbaikan lebih awal

antipsikotik termasuk efek antikolinergik dan kurangnya distonia,

parkinsonism, dan tardive diskinesia.

Aripiprazole

(Abilify)

Memperbaiki gejala positif dan negatif skizofrenia. Mekanisme

kerjanya belum diketahui, tetapi hipotesisnya berbeda dari antipsikotik

lainnya. Aripiprazole menimbulkan partial dopamine (D2) dan

serotonin (5HT1A) agonis, dan antagonis serotonin (5HT2A).

Nama Obat Sediaan Dosis Anjuran

24

Page 26: Referat-Skizofrenia

Haloperidol (Haldol) Tab. 2 – 5 mg 5 – 15 mg/hari

Risperidone

(Risperdal)Tab. 1 – 2 – 3 mg 2 – 6 mg/hari

Olanzapine (Zyprexa) Tab. 5 – 10 mg 10 – 20 mg/hari

Clozapine (Clozaril) Tab. 25 – 100 mg 25 – 100 mg/hari

Quetiapine (Seroquel) Tab. 25 – 100 mg

200 mg50 – 400 mg/hari

Aripiprazole (Abilify) Tab. 10 – 15 mg 10 – 15 mg/hari

Profil Efek Samping

Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa:

Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja

psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).

Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering, kesulitan

miksi&defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan

irama jantung).

Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akathisia, sindrom parkinson: tremor,

bradikinesia, rigiditas).

Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (jaundice), hematologik

(agranulocytosis), biasanya pada pemakaian panjang.

Efek samping ini ada yang dapat di tolerir pasien, ada yang lambat, ada yang sampai

membutuhkan obat simptomatik untuk meringankan penderitaan pasien.

Efek samping dapat juga irreversible : Tardive dyskinesia (gerakan berulang involunter

pada: lidah, wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu tidur gejala

tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi pemeliharaan)

dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti-psikosis.

Pada penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang, secara periodik harus dilakukan

pemeriksaan laboratorium: darah rutin, urin lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, untuk deteksi

dini perubahan akibat efek samping obat.

25

Page 27: Referat-Skizofrenia

Obat anti-psikosis hampir tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat overdosis atau

untuk bunuh diri. Namun demikian untuk menghindari akibat yang kurang menguntungkan

sebaiknya dilakukan “lacage lambung” bila obat belum lama dimakan.

Interaksi Obat

Antipsikosis + antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat (hati-hati

pada pasien dengan hipertrofi prostat, glaukoma, ileus, penyakit jantung).

Antipsikosis + antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan

gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat.

Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan

kejang meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebih besar. Yang paling

minimal menurunkan ambang kejang adalah antipsikosis Haloperidol.

Antipsikosis + antasida = efektivitas obat antipsikosis menurn disebabkan gangguan

absorpsi.

Terapi Psikososial

- Pelatihan keterampilan sosial

Peatihan keterampilan sosial kadang-kadang disebut sebagai terapi keterampilan

perilaku. Terapi ini secara langsung dapat mendukung dan berguna untuk pasien bersama

dengan terapi farmakologis. Selain gejala yang biasa tampak pada pasien skizofrenia,

beberapa gejala yang paling jelas terlihat melibatkan hubungan orang tersebut dengan

orang lain, termasuk kontak mata yang buruk, keterlambatan respons yang tidak lazim,

ekspresi wajah yang aneh, kurangnya spontanitas dalam situasi sosial, serta persepsi

yang tidak akurat atau kurangnya persepsi emosi pada orang lain. Pelatihan keterampilan

perilaku diarahkan ke perilaku ini melalui penggunaan video tape berisi orang lain dan si

pasien, bermain drama dalam terapi, dan tugas pekerjaan rumah untuk keterampilan

khusus yang dipraktekkan.

- Terapi kelompok

Terapi kelompok untuk oragn dengan skizofrenia umumnya berfokus pada

rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok dapat berorientasi

perilaku, psikodinamis atau berorientasi tilikan, atau suportif.

- Terapi perilaku kognitif

26

Page 28: Referat-Skizofrenia

Terapi perilaku kognitif telah digunakan pada pasien skizofrenia untuk

memperbaiki distorsi kognitif, mengurangi distraktibilitas, serta mengoreksi kesalahan

daya nilai. Terdapat laporan adanya waham dan halusinasi yang membaik pada sejumlah

pasien yang menggunakan metode ini. Pasien yang mungkin memperoleh manfaat dari

terapi ini umumnya aalah yang memiliki tilikan terhadap penyakitnya.

- Psikoterapi individual

Pada psikoterapi pada pasien skizofrenia, amat penting untuk membangun

hubungan terapeutik sehingga pasien merasa aman. Reliabilitas terapis, jarak emosional

antaraterapis dengan pasien, serta ketulusan terapis sebagaimana yang diartikan oleh

pasien, semuanya mempengaruhi pengalaman terapeutik. Psikoterapi untuk pasien

skizofrenia sebaiknya dipertimbangkan untuk dilakukan dalamm jangka waktu dekade,

dan bukannya beberapa sesi, bulan, atau bahakan tahun. Beberapa klinisi dan peneliti

menekankan bahwa kemampuan pasien skizofrenia utnuk membentuk aliansi terapeutik

dengan terapis dapat meramalkan hasil akhir. Pasien skizofrenia yang mampu

membentuk aliansi terapeutik yang baik cenderung bertahan dalam psikoterapi, terapi

patuh pada pengobatan, serta memiliki hasil akhir yang baik pada evaluasi tindak lanjut 2

tahun. Tipe psikoterapi fleksibel yang disebut terapi personal merupakan bentuk

penanganan individual untuk pasien skizofrenia yang baru-baru ini terbentuk. Tujuannya

adalah meningkatkan penyesuaian personal dan sosial serta mencegah terjadinya relaps.

Terapi ini merupakan metode pilihan menggunakan keterampilan sosial dan latihan

relaksasi, psikoedukasi, refleksi diri, kesadaran diri, serta eksplorasi kerentanan individu

terhadap stress. 2,3

Komplikasi

Beberapa individu yang mengalami skizofrenia dapat terkena stroke dan mengalami

kerusakan otak, yang tidak disadarinya. Kurangnya kesadaran tentang skizofrenia dan

penyakit manik-depresi merupakan keadaan biasa dialami penderita yang tidak

memperhatikan pengobatannya. Terdapat pula komplikasi sosial, dimana penderita

dikucilkan oleh masyarakat. Setelah itu dapat juga menjadi korban kekerasan dan melukai

diri sendiri. Pada komplikasi depresi, penderita dapat melakukan tindakan bunuh diri.

Disamping bunuh diri karena depresi dan halusinasi, penderita skizofrenia yang tadinya tidak

merokok, banyak menjadi perokok berat ini diperkirakan karena faktor obat, yang memblok

satu reseptor dalam otak (nikotin). Reseptor nikotin yang menimbulkan rasa senang, pikiran

27

Page 29: Referat-Skizofrenia

jernih, mudah menangkap sesuatu. Akibatnya penderita skizofrenia mencari kompensasi

dengan mengambil nikotin dari luar, dari rokok. Dan resiko dari perokok memperpendek

usia, karena adanya penyakit saluran pernapasan, kanker, jantung, dan penyakit fisik lainnya.

Kemudian, dengan penggunaan antipsikotik, ada tekanan terhadap hormon estrogen,

testosteron, dan hormon-hormon tersebut memproteksi tulang sehingga dapat terjadi

osteoporosis.4

Prognosis

Sejumlah studi menunjukkan bahwa selama periode 5 sampai 10 tahun setelah rawat

inap psikiatrik yang pertama untuk skizofrenia, hanya sekitar 10-20% persen yang dapat

dideskripsikan memiliki hasil akhir yang baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan

memiliki hasil akhir yang buruk, dengan rawat inap berulang, eksaserbasi gejala, episode

gangguan mood mayor, dan percobaan bunuh diri. Namun, skizofrenia tidak selalu memiliki

perjalanan penyakit yang memburuk dan sejumlah faktor dikaitkan dengan prognosis yang

baik. Angka pemulihan yang dilaporkan berkisar dari 10-60%, dan taksiran yang masuk akal

adalah bahwa 20-30% pasien terus mengalami gejala sedang, dan 40-60% pasien tetap

mengalami hendaya secara signifikan akibat gangguan tersebut selama hidup mereka.3

Pencegahan

Mengingat belum bisa diketahui penyebab pastinya, jadi skizofrenia tidak bisa

dicegah. Lantaran pencegahannya sulit, maka deteksi dan pengendalian dini penting,

terutama bila sudah ditemukan adanya gejala. Dengan pengobatan dini, bila telah didiagnosis

dapat membuat penderita normal kembali, serta mencegah terjadinya gejala skizofrenia

berkelanjutan.4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

28

Page 30: Referat-Skizofrenia

Skizofrenia adalah diagnosis kejiwaan yang menggambarkan gangguan mental dengan

karakter abnormalitas dalam persepsi atau gangguan mengenai realitas. Adapun beberapa

faktor etiologi yang mendasari terjadinya skizofrenia, antara lain genetik, metabolisme,

neurokimia. Pada Skizofrenia terdapat gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif

mencakup waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar atu menumpul,

miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat diri, kurang motivasi,

anhedonia, dan penarikan diri secara sosial. Indikasi pemberian obat antipsikotik pada

skizofrenia adalah untuk mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Obat

antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis reseptor dopamin, dan antagonis

serotonin-dopamin. Mengingat belum bisa diketahui penyebab pastinya, jadi skizofrenia tidak

bisa dicegah. Lantaran pencegahannya sulit, maka deteksi dan pengendalian dini penting,

terutama bila sudah ditemukan adanya gejala. Dengan pengobatan dini, bila telah didiagnosis

dapat membuat penderita normal kembali, serta mencegah terjadinya gejala skizofrenia

berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

29

Page 31: Referat-Skizofrenia

1. Amir N. Skizofrenia. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G, penyunting. Buku ajar

psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2010.h.170-94.

2. Amir N. Skizofrenia. Semijurnal farmasi & kedokteran Feb 2006;24:31-40.

3. Muttaqin H, Sihombing RNE, penyunting. Skizofrenia. Dalam: Sadock BJ, Sadock

VA. Kaplan & sadock’s concise textbook of clinical psychiatry. Edisi ke-2. Jakarta:

EGC; 2010.h.147-75.

4. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga

University Press; 2009.h.195-277.

5. Sobell JL, Mikesell MJ, Mcmurray CT. Genetics and etiopathophysiology of

schizophrenia. Mayo Clin Proc Oct 2005;77:1068-82.

6. Safitri A, penyunting. Obat antipsikosis. Dalam: Neal MJ. Medical pharmacology at a

glance. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.60-1.

30