Referat Skizofrenia Rskj Dharma Graha
description
Transcript of Referat Skizofrenia Rskj Dharma Graha
Skizofrenia
BAB I
PENDAHULUANSkizofrenia sering dianggap sebagai gangguan jiwa kronik yang tidak dapat
disembuhkan. Anggapan tersebut keliru, karena dengan pengobatan yang baik banyak
penderita dapat kembali ke masyarakat dan berfungsi optimal. Salah satu kendala
dalam mengobati skizofrenia secara optimal adalah keterlambatan penderita datang
ke klinik pengobatan, kendala lain dimana pasien membutuhkan biaya pengobatan
yang cukup tinggi dan dalam jangka waktu yang lama. Karena bersifat menahun
maka skizofrenia dapat menyebabkan masalah ekonomi yang berlangsung lama bagi
keluarga pasien.
Merupakan suatu gangguan psikiatrik yang bersifat kronik, berat, dan
merupakan salah satu gangguan jiwa akibat adanya kerusakan pada otak. Skizofrenia
pada umumnya ditandai dengan adanya penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik yang manifestasinya dapat berupa gejala positif, gejala afek, dan
disfungsi kognitif.5
Gejala-gejala skizofrenia biasanya mulai muncul pada usia remaja akhir atau
dewasa muda. Menurut WHO, skizofrenia merupakan salah satu dari 10 kasus
penyakit yang menyebabkan disabilitas pada kelompok usia 15-44 tahun.3
Banyak orang malu mendatangi psikiater atau dokter spesialis kesehatan jiwa.
Takut dikira orang gila atau punya keluarga gila. Alasan itu masuk akal, lantaran ada
pandangan di sebagian masyarakat bahwa seorang psikiater adalah dokter bagi orang
sakit jiwa. Celakanya, masyarakat juga menganggap orang sakit jiwa itu hanya gila
(psikosis).
Kita yang sehat jiwa bisa meningkatkan taraf kesehatan jiwa kita (promosi)
dengan bantuan seorang psikiater. Dengan taraf kesehatan jiwa lebih tinggi, kita lebih
tahan dalam menghadapi stres (ketegangan), sehingga tidak mudah menjadi distres
(sakit).
Stresor psikososial (stres psikososial, tekanan jiwa maupun sosial) yang berat
dapat menimbulkan gangguan, baik mental maupun fisik. Seperti pengakuan seorang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 1
Skizofrenia
ibu rumah tangga, setiap membayangkan besok anaknya bangun minta uang sekolah,
uang transpor, dan harus membiayai kebutuhan dapur yang tidak sedikit, maka dia
mengalami distres berupa sulit tidur, selalu tegang, ketakutan, dengan beberapa gejala
fisik yang muncul.
Pada dasarnya, ketika seseorang dilahirkan, jiwanya sehat. Kemudian, dalam
perkembangannya, ada kondisi seseorang tidak terlatih menata emosi. Ringan-
beratnya gangguan jiwa tadi bergantung pada besarnya gangguan keseimbangan pada
ketiga unsur jiwa-raganya, yaitu perasaan dengan ungkapannya (alat cerna), kemauan
dengan tindakannya (alat gerak), dan pikiran dengan pernyataannya (alat nalar).
Menurut dr. Tb. Erwin Kusuma SpKJ, psikiater Klinik Prorevital, Jakarta, di
sebuah media, bila seseorang mengalami stres, gangguan pertamanya terjadi pada
pikiran (untuk jiwa), cara berpikir dan alat nalar (untuk raga), yakni otak. Apabila
gangguannya baru di alat nalar, stresnya masih ringan.
Kalau gangguan juga menimpa alat gerak, stresnya sudah lebih berat. Kalau
sampai menangis segala, artinya sudah sampai mengganggu perasaan, stresnya sudah
sangat berat.
Supaya kuat menghadapi stres, idealnya sejak kecil seseorang secara bertahap
sudah berlatih menghadapi stres, agar fisik dan mentalnya siap. Seperti ketika orang
memasuki pendidikan ketentaraan, fisik dan mentalnya ditempa agar nantinya bisa
diandalkan. "Gemblengan itu mesti bertahap. Kalau sekaligus, nanti dia teler. Anak
pun begitu. Secara bertahap, dia perlu terus dihadapkan dengan stres agar bisa terus
berkembang," kata dr Erwin.
Masyarakat awan mengenal istilah bukan (belum) gila dengan istilah: kentir,
gebleg, sableng, nggong, OTM (otak miring) dan sebagainya. Padahal dalam banyak
kasus kondisi tersebut adalah gangguan skizofrenia yang tidak dalam kondisi
manifest. Diperlukan ahli yang khusus dalam bidang ini, yaitu dokter spesialis
kedokteran jiwa (psikiater) untuk menentukannya.
Skizofrenia bukan merupakan kutukan dan tidak perlu dianggap memalukan.
Dengan pengobatan dini (dalam tahun pertama setelah serangan pertama) yang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 2
Skizofrenia
memadai, sepertiga penderita akan sembuh total, sepertiga lain bisa kembali ke
masyarakat meski masih memiliki sedikit disfungsi dan perlu pengobatan lanjut.
Sedangkan sisanya menuju kemunduran mental sehingga harus menghuni rumah sakit
jiwa. Karenanya, penting untuk mengenal gejala dini skizofrenia.
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang berprevalensi tinggi,
dengan populasi terbanyak pada usia produktif, dan yang paling banyak
membutuhkan perawatan inap (75%). Pada penderita skizofrenia dapat dijumpai
hendaya yang nyata pada taraf kemampuan merawat diri, yang selanjutnya akan
menimbulkan berbagai kesulitan dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun
kehidupan sosial dari penderitaannya.
Lebih jauh lagi, mereka cenderung menggantungkan sebagian besar dari
aspek kehidupannya kepada pihak lain yang peduli terhadapnya, baik dalam
hubungannya sebagai keluarga maupun relasi lainnya. Penderita skizofrenia juga
sering diperlakukan sebagai “orang terbuang” oleh masyarakat pada umumnya, yang
terkesan seolah-olah ada perilaku negatif dan penolakan masyarakat terhadap mereka.
Suatu langkah penting yang perlu diambil dalam usaha deteksi dan
penanggulangan pasien dengan skizofrenia adalah dengan peran serta masyarakat
serta peran keluarga yang diterapkan sedini mungkin, agar skizofrenia tidak menjadi
beban bagi pasien maupun masyarakat dan keluarga yang terkait.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 3
Skizofrenia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISISkizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “SCHIZEIN” yang berarti “Terpisah”
atau “Pecah”, dan “Phren” yang artinya “Jiwa”. Menurut Eugene Bleuler, skizofrenia
adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah adanya keretakan atau disharmoni
antara proses pikir, perasaan, dan perbuatan. Skizofrenia merupakan suatu gangguan
psikotik yang kronis, sering mereda, namun hilang timbul dengan manifestasi klinis
yang amat luas variasinya. Secara umum, symptom skizofrenia dapat dibagi menjadi
3 golongan, yaitu: symptom positif, symptom negatif, gangguan dalam hubungan
interpersonal.1,2
Dalam DSM IV dan DSM IV – TR, skizofrenia didefinisikan sebagai
sekelompok ciri dari gejala positif dan negatif; kemampuan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau hubungan antar pribadi dan menunjukan terus gejala-gejala ini selama
paling tidak 6 bulan. Sebagai tambahan, gangguan skizoafektif dan gangguan afek
dengan gejala psikotik tidak didefinisikan sebagai skizofrenia dan juga skizofrenia
tidak disebabkan oleh karena efek langsung karena psikologi dari zat atau kondisi
medis.3,4
Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya kelainan
psikopatologi yang bervariasi, yang mempengaruhi pikiran, persepsi, emosi, gerakan
dan perilaku. Merupakan gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya
perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi
normal. Sering kali diikuti dengan delusi (waham/keyakinan yang salah) dan
halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). 5
II. 2. EPIDEMIOLOGI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 4
Skizofrenia
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mencari penyebab skizofrenia
dan diketahui bahwa faktor genetik memegang peranan penting dalam terjadinya
skizofrenia. Bukti adanya peran genetik tersebut dapat dilihat dari beberapa penelitian
seperti studi keluarga, studi anak kembar, dan anak angkat. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa resiko menderita skizofrenia pada saudara kandung (full siblings)
14,2%; saudara sepupu (half siblings) 7,1%; orang tua 9,2%; anak-anak 16,4%;
kembar dizigot 14,5%; kembar monozigot 46,1%; dan pada anak-anak yang kedua
orang tuanya menderita skizofrenia, risiko sebesar 39,2%. 1
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association
(APA) tahun 1995 menyebutkan satu persen populasi penduduk dunia menderita
skizofrenia. 6
Tidak ada perbedaan gender dalam insidensi skizofrenia, meskipun onsetnya
lebih cepat pada pria yaitu puncaknya pada usia 15 – 25 tahun sedangkan pada wanita
antara 23-25 tahun. Sebagian besar (75 persen) penderita skizofrenia mulai
mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko
tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat
disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap
penyesuaian diri. Prognosis wanita lebih baik daripada pria karena adanya gejala
negative yang lebih menonjol pada wanita. 50% penderita skizofrenia pernah
mencoba bunuh diri dan 10-20% diantaranya meninggal dalam usahanya tersebut.
faktor yang memperberat percobaan bunuh diri tersebut antara lain adanya depresi,
usia muda, serta fungsi premorbid yang baik (sebelum sakit pasien adalah orang
memiliki kehidupan yang baik, umumnya berpendidikan dan berkeluarga baik,
biasanya adalah seorang sarjana). Orang yang tidak memiliki rumah (homelessness),
sepertiga sampai dua pertiganya memiliki risiko menderita skizofrenia. 1
Tahun 1988, Mednick dkk dalam penelitian epidemiologi melaporkan
penemuan yang menarik, yaitu hubungan antara skizofrenia dengan infeksi virus
dalam kandungan. Laporannya didasarkan atas epidemi virus influenza pada tahun
1957 di Kota Helsinki. 1,5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 5
Skizofrenia
Epidemi ini sangat spesial mengingat pertama, terjadinya dalam kurun waktu
yang pendek, dimulai pada tanggal 8 Oktober dan berakhir 5 minggu kemudian pada
14 November. Kedua, epidemi ini sangat menyebar. Hampir dua pertiga penduduk
kota ini terkena infeksi dalam berbagai tingkatan. Kondisi ini memungkinkan
dilakukannya evaluasi efek jangka panjang.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada
pada trimester dua dalam kandungan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk
menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa
lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat
meningkatkan risiko menderita skizofrenia.
Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang
menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan
neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti
berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan perhatian, membedakan rangsang
suara yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai
pada penderita skizofrenia. 3
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan
dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat
dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak atau terpengaruh zat-zat yang
memengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah
berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi,
kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh, dan gangguan emosi. 4,2
II. 3. ETIOLOGI & PATOFISIOLOGIII. 3. 1. Hipotesis Etiologi 1
1. Stress – Diathesis Model
Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor
lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu
kerentanan spesifik (diathesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 6
Skizofrenia
lingkungan yang menimbulkan stress, memungkinkan perkembangan
skizofrenia.
Semakin besar kerentanan seseorang, maka stressor kecilpun dapat
menyebabkan menjadi skizofrenia. Semakin kecil kerentanan, maka butuh
stressor yang besar untuk membuatnya menjadi penderita skizofrenia.
Sehingga secara teoritis, seseorang tanpa diathesis tidak akan berkembang
menjadi skizofrenia, walaupun sebesar apapun stressornya.
2. Neurobiologi
Penelitian menunjukan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan
adanya kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun, sampai kini belum
diketahui bagaimana hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu
dengan munculnya symptomp skizofrenia.
Terdapat beberapa area tertentu dalam otak, yang berperan dalam
membuat seseorang menjadi patologis, yaitu: sistem limbik, korteks frontal,
cerebellum, dan ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan,
sehingga disfungsi p ada satu area mungkin melibatkan proses patologis
primer pada area yang lain. 2 hal yang menjadi sasaran penelitian, waktu
dimana kerusakan neuropatologis muncul pada otak, dan interaksi pada
kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan dan sosial.
a. Lobus Frontal
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 7
Skizofrenia
Fungsi: Proses belajar, memori kerja, abstraksi, dan alasan.
Jika terjadi gangguan akan mengakibatkan: berkurangnya kemampuan
memecahkan masalah, hilangnya rasa sosial dan moral, implisif, dan regresi.
b. Lobus Temporal
Fungsi: Diskriminasi bunyi, perilaku verbal, dan bicara.
Jika terjadi gangguan akan mengakibatkan: amnesia, demensia, halusinasi
yang kronik (peningkatan aliran darah di daerah lobus temporal kiri), waham
(peningkatan darah di lobus temporomedial kiri dan penurunan aliran darah di
daerah temporolateral kiri), disorganisasi verbal akibat menurunnya aktivitas
di daerah temporal superior kiri.
c. Sistim limbik
Fungsi: Perhatian, flight of idea, memori, dan daya ingat.
Jika terjadi gangguan akan mengakibatkan: gangguan daya ingat, memori, dan
disorientasi.
d. Lobus Oksipital
Fungsi: Diskriminasi visual dan diskriminasi beberapa aspek memori.
Jika terjadi gangguan akan mengakibatkan: disorientasi.
Berikut adalah penelitian Computed Tomography (CT) otak dan
penelitian post mortem yang mengungkapkan perbedaan-perbedaan otak penderita
skizofrenia dari otak normal walaupun belum ditemukan pola yang konsisten.
Penelitian aliran darah, glukografi, dan Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
mengungkapkan turunnya aktivitas lobus frontal pada beberapa individu penderita
skizofrenia. Status hiperdopaminergik yang khas untuk traktus mesolimbik (area
tegmentalis ventralis di otak tengah ke berbagai struktur limbik) menjadi penjelasan
patofisiologis yang
paling luas diterima
skizofrenia.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 8
Skizofrenia
Sumber: http://www.forumsains.com/artikel/mengenal-penyakit-
skizofrenia-salah-satu-gangguan-psikosis-fungsional/
3. Dopamin – Hypothesis
Menurut hipotesa ini, Schizophrenia terjadi akibat dari peningkatan
aktifitas neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan
akibat dari meningkatnya pelepasan dopamin, terlalu banyaknya reseptor
dopamin, turunnya nilai ambang, atau hipersensitifitas reseptor dopamin, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan
observasi bahwa :
- Ada korelasi antara efektivitaas dan potensi suatu obat antipsikotik
dengan kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor
dopamin D2.
- Obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik seperti amfetamin
dapat menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.
Jalur-Jalur Dopamin 4
a. Nigrostriatal pathway
Jalur nigrostriatal adalah jalur saraf yang menghubungkan substansia
nigra dengan striatum. Jalur ini merupakan salah satu dari empat jalur
dopamin yang utama didalam otak.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 9
Skizofrenia
Kehilangan neuron-neuron dopamin dalam substansia nigra adalah salah
satu dari penyebab penyakit Parkinson. Gejala penyakit biasa belum muncul
sampai terjadi kehilangan 70-80% fungsi dopamin.
Jalur ini juga terlibat dalam terjadi diskinesia Tardif, yng merupakan
salah satu efek samping obat-obat antipsikotik. Obat-obat ini (terutama obat-
obat antipsikotik lama) menghalangi reseptor dopamin D2 pada banyak jalur
di otak.
b. Mesocortical pathway
Jalur mesokortikal adalah suatu jalur saraf yang menghubungkan
tegmentum ventra ke korteks, terutama lobus frontalis.
Fungsi kognif normal dari korteks prefrontal dorsolateral (bagian dari
lobus frontalis) dan diperkirakan terlibat dalam respon motivasi dan emosional.
Jalur ini diperkirakan berhubungan dengan gejala-gejala negatif dari
skizofrenia
c. Tuberoinfundibular pathway
Jalur tuberoinfundibular mengarah kepada neurodopamin pada nukleus
arquatus dari hipotalamus dari mediobasal yang menghubungkan eminensia
media. Kerja antipsikotik bekerja dengan cara menghalangi dopamin di jalur
ini sehingga menyebabkan hormon prolaktin meningkat di dalam darah
( hiperprolaktinemia).
d. Mesolimbic pathway
Jalur mesolimbik menghubungkan tegmentum sentral di otak tengah
dengan nukleus arquatus. Jalur ini diduga terlibat di dalam terbentuknya
perasaan- perasaan yang berhubungan dengan kenikmatan dan nafsu. Jalur ini
merupakan salah satu target utama dari pengobatan antipsikotik.
Pada penyakit parkinson kehilanagan neuron-neuron dopamin terjadi lebih cepat di
jalur nigrostriatal dan karena defisit neuron belum menimbulkan gejala sampai
terjadi kehilangan 80-90%, angka kehilangan neuron pada jalur ini bersifat
asimptomatik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 10
Skizofrenia
4. Neurotransmitter 4,5
- Serotonin
Serotonin telah banyak perhatian dalam penelitian skizofrenia sejak
penelitian yang membuat bahwa serotonin-dopamin antagonists (SDA)
contohnya: clozopine, risperidone, sertindole mempunyai hubungan aktivitas
serotonin yang poten. Secara khusus antagonis dari serotonin 5-HT2 reseptor
telah dianggap penting dalam mengurangi gejalah-gejala psikotik dan
mengurangi pertumbuhan kelainan-kelainan yang berhubungan dengan D2
antagonis.
- Norepinephrine
Peningkatan jumlah data mengatakan bahwa sistem noradrenegic
memodulasi sistem dopaminegik dengan cara sistem noradrenegic yang
abnormal mempredisposisikan pasien untuk relaps lebih sering.
- GABA
Beberapa data secara konsisten dengan hipotesis bahwa beberapa pasien
dengan skizofrenia mempunyai kekurangan neuron GABA pada hipokampus.
- Glutamate
Memproduksi sindrom akut yang mirip dengan skizofrenia.
- Neuropeptida
Dua neuropeptida, cholecystokinin dan neurotensin ditemukan didaerah
otak yang berimplikasi pada skizofrenia.
5. Neuropathologi 1,3
- Sistem Limbik
Karena perannya dalam mengontrol emosi, sistem limbik telah
dihipotesiskan terlibat dalam dasar patologi terjadinya skizofrenia.
- Ganglia basalis dan serebelum
Penelitian neuropatologis pada ganglia basalis telah menghasilkan
berbagai laporan yang tidak meyakinkan tentang hilangnya sel atau penurunan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 11
Skizofrenia
volume globus palidus dan substansia nigra. Sebaliknya banyak penelitian telah
menunjukkan suatu peningkatan jumlah reseptor D2 di dalam kaudatus
putamen, dan nukleus accumbens, tetapi pertanyaan adalah apakah peningkatan
tersebut sekunder karena pasien telah mendapatkan medikasi antipsikotik.
II. 3. 2. Neuroimaging 1,2
Sebelum adanya teknologi penelitian otak, penelitian skizofrenia tergantung pada
pengukuran aktivitas otak dari jauh. Sebagai contohnya pengukuran neurotransmitter
di cairan serebrospinalis plasma atau urin pada pasien hidup atau pemeriksaaan
langsung otak yang telah meninggal.
1. Tomografi Komputer
Penelitian awal yang menggunakan tomografi komputer (CT / computed
tomography) pada populasi skizorfrentik mungkin telah menghasilkan data yang
paling awal dan paling meyakinkan bahwa skizofrenia dapat dipercaya sebagai
penyakit otak. Pasien skizofrenik mempunyai pembesaran ventrikel lateral dan
vertikel ketiga dan suatu derajat penurunan volume kortikal.
Penelitian CT lainnya telah melaporkan asimetrisasi sereberal yang abnormal,
penurunan volume serebelum dan perubahan densitas otak pada pasien
skizofrenik. Pengunaan CT dalam diagnosis skizofrenia adalah terbatas.
2. Pencitraan Resonansi Magnetik
Pencitraan resonansi magnetic (MRI / Magnetic resonance imaging) telah
menghasilkan beberapa laporan bahwa volume kompeks hipokampus-amigdala
dan girus parahipokampus adalah menurun pada pasien skizofrenik. Satu
penelitian terakhir menemukan suatu penurunan spesifik dari daerah otak tersebut
di hemisfer kiri dan bukan di hemisfer kanan, walaupun penelitian lain telah
menemukan penurunan volume bilateral.
REGIO OTAK KELAINAN YANG DITEMUKAN
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 12
Skizofrenia
Serebrum Pengurangan volume korteks serebral
dan kelainan waktu relaksasi
Serebellum Inkonklusif
Ventrikel Pelebaran ventrikel lateral dan
ventrikel 3
Lobus temporal Kelainan waktu relaksasi dan
pengurangan volume gray matter
Girus temporal superior Lebih kecil, terutama sisi kiri
Struktur temporal mesial Kelainan waktu relaksasi dan
mengecilnya amigdala-hipokampus-
parahipokampus terutama sisi kiri;
hubungan antara ukuran hipokampus
dan aktivitas korteks prefrontal
Lobus frontal Mengecilnya dan kelainan waktu
relaksasi; penurunan fosfolipid turn
over
Nukleus kaudatus Dapat lebih kecil atau lebih besar
Talamus Lebih kecil
Septum pelusidum Membesar dan peningkatan kavum
septum pelusidum
Korpus kalosum
Girus singulat
Lebih tebal atau lebih tipis atau lebih
panjang atau perubahan bentuk atau
normal
Lebih kecil pada ke-2 sisi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 13
Skizofrenia
3. Spektroskopi Resonasi Magnetik
Spektroskopi resonasi magnetik (MRS / magnetic resonance spectroscopy)
adalah suatu teknik yang memungkinkan pengukuran konsentrasi molekul spesifik
MRS bertujuan untuk mengukur konsentrasi molekul misalnya ATP. Pada
Skizofren : tingkat fosfomonoester & fosfat inorganik lbh rendah & fosfodiester
dan ATP lebih tinggi.
4. Tomografi Emisi Positron
Menggunakan tomografi emisi positron (PET / positron emission
tomography) untuk mempelajari skizofrenia telah dilaporkan sedikit kesimpulan
yang jelas dan dapat diambil saat ini. Sebagian besar penelitian dengan PET telah
mengukur pengunaan glukosa atau aliran darah serebral, dan temuan positif telah
menyimpulkan hipoaktivitas di lobus frontalis, gangguan aktivitas daerah otak.
EEG : peningkatan kepekaan terhadap prosedur aktivasi
peningkatan aktivitas teta dan delta
aktivitas epileptiform yang lebih dr biasanya, menyebabkan epilepsi parsial
kompleks
penurunan aktivitas alfa lobus temporalis
ketidakmampuan menyaring suara2 yang tidak relevan & sangat sensitif
terhadap suara latar, menyebabkan halusinasi auditorik
II. 3. 3. Psikoneuroimunologi 1,2
Sejumlah kelainan imunologis telah dihubungkan pada pasien skizofrenik.
Kelainan tersebut adalah penurunan produksi Interleukin-2 sel T, penurunan jumlah
dan responsivitas limfosit perifer, kelainan pada reaktivitas seluler dan humoral
terhadap neuron, dan adanya antibody yang diarahkan ke otak (antibrain antibodies).
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 14
Skizofrenia
Data dapat diinterpretasikan secara bervariasi mewakili suatu virus neurotoksik atau
suatu gangguan autoimun endogen. Penelitian yang dilakukan dengan sangat cermat
yang mencari adanya bukti – bukti infeksi neurotoksik pada skizofrenia telah
menghasilkan hasil yang negative, walaupun data epidemiologis menunjukkan
tingginya insidensi skizofrenia setelah pemaparan prenatal dengan influenza selama
beberapa episode penyakit. Data lain yang mendukung suatu hipotesis viral adalah
peningkatan jumlah anomali fisik saat lahir, peningkatan angka kehamilan dan
komplikasi kelahiran, musiman kelahiran yang konsisten dengan infeksi viral,
kumpulan geografis kasus dewasa, dan musiman perawatan dirumah sakit. Namun
demikian, ketidakmampuan untuk mendeteksi bukti – bukti genetik infeksi virus
menurunkan kepentingan dari semua data secara tidak langsung tersebut.
Kemungkinan adanya antibody otak autoimun memiliki beberapa data yang
menunjangnya; tetapi, proses patofisiologisnya, jika ada, kemungkinan menjelaskan
hanya sekumpulan kecil populasi skizofrenik.
II. 3. 4. Psikoneuroendokrinologi 1,4
Banyak laporan menggambarkan perbedaan neuroendokrin antara kelompok
pasien dan kelompok subjek kontrol normal. Sebagai contohnya, tes supresi
deksametason telah dilaporkan abnormal pada berbagai subkelompok pasien
skizofrenik, walaupun nilai praktis atau nilai prediktif dari tes ini pada skizofrenik
telah dipertanyakan. Tetapi, satu laporan yang dilakukan secara cermat telah
menghubungkan nonsupresi persisten pada tes supresi deksametason pada skizofrenia
dengan hasil jangka panjang yang buruk.
Beberapa data menunjukkan penurunan konsentrasi leutinizing hormone-
follicle stimulating hormone (LH/FSH), kemungkinan dihubungkan dengan onset
usia dan lamanya penyakit. Dua kelainan tambahan yang dilaporkan adalah
penumpulan pelepasan prolaktin dan hormone pertumbuhan terhadap stimulasi
gonadotropin-relasing hormone (GnRH) atau thyrotropin-releasing hormone (TRH)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 15
Skizofrenia
dan suatu penumpulan pelepasan hormone pertumbuhan terhadap stimulasi
apomorfin yang mungkin dikorelasikan dengan adanya gejala negative.
II. 3. 5. Faktor Genetika 1,5
Berbagai macam penelitian telah dengan kuat menyatakan suatu komponen
genetik terhadap penurunan skizofrenia. Penelitian klasik awal tentang genetika dari
skizofrenia, dilakukan pada tahun 1930-an, menemukan bahwa seseorang
kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga menderita
skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah berhubungan
dengan dekatnya hubungan persaudaraan tersebut (sebagai contohnya, sanak saudara
derajat pertama atau derajat kedua). Kembar monozigot memiliki angka kesesuaian
yang tertinggi. Penelitian pada kembar monozigot yang diadopsi menunjukkan bahwa
kembar yang diasuh oleh orangtua angkat mempunyai skizofrenia dengan
kemungkinan yang sama besarnya seperti saudara kembarnya yang dibesarkan oleh
orangtua kandungnya. Temuan tersebut menyatakan bahwa pengaruh genetik
melebihi pengaruh lingkungan. Untuk mendukung lebih lanjut dasar genetika adalah
pengamatan bahwa semakin parah skizofrenia, semakin mungkin kembar adalah
sama – sama menderita gangguan. satu penelitian yang mendukung stress-diathesis
model menunjukkan bahwa kembar monozigot yang diadopsi yang kemudian
menderita skizofrenia kemungkinan telah diadopsi oleh keluarga yang telah
mengalami gangguan psikis.
Banyak hubungan antara tempat kromosom tertentu dan skizofrenia telah
dilaporkan didalam literature sejak penerapan luas teknik biologi molekuler. Lebih
dari setengah kromosom telah dihubungkan dengan skizofrenia dalam berbagai
laporan tersebut, tetapi lengan panjang kromosom 5,11, dan 18; lengan pendek
kromosom 19; dan kromosom X adalah yang paling banyak dilibatkan. Kromosom
6,8, dan 22 juga telah dilibatkan. Literatur adalah pedoman terbaik sebagai dasar
genetic heterogen yang potensial untuk skizofrenia.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 16
Skizofrenia
Populasi Prevalensi (%)
Populasi umum 1,0
Bukan saudara kembar pasien skizofrenik 8,0
Anak dengan satu orang tua
skizofrenik
12,0
Kembar dizigot pasien skizofrenik 12,0
Anak dari kedua orang tua skizofrenik 40,0
Kembar monozigot pasien skizofrenik 47,0
II. 3. 6. Faktor Psikososial 2,3
Jika skizofrenia merupakan penyakit otak maka kemungkinan penyakit ini
sejalan dengan penyakit dari organ lain (misalnya infark miokard dan diabetes) yang
perjalanannya dipengaruhi oleh stress psikososial. Juga sejalan dengan penyakit
kronis lain (misal PPOK), terapi obat saja jarang mendapat perbaikan klinis yang
maksimal.
Jadi, klinisi harus mempertimbangkan faktor psikologis yang mempengaruhi
skizofrenia. Walaupun, secara historis, telah diperdebatkan bahwa faktor psikososial
secara langsung dan kausatif berhubungan dengan perkembangan skizofrenia,
pandangan awal tersebut tidak boleh menghalangi klinis modern untuk menggunakan
teori dan pedoman relevan dari pengamatan dan hipotesis masa lalu.
II. 3. 7. Teori-Teori Terbentuknya Skizofrenia: 1,6
1. TEORI PSIKOANALITIK
Sigmund Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan karena
fiksasi dalam perkembangan yang terjadi lebih awal yang menyebabkan
perkembangan neurosis. Freud juga mendalilkan bahwa adanya defek ego
juga berperan dalam gejala skizofrenia. Disintegrasi ego merupakan suatu
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 17
Skizofrenia
pengembalian ke waktu dimana ego masih belum ditegakkan atau baru mulai
ditegakkan. Jadi, konflik intrapsikis yang disebabkan yang disebabkan dari
fiksasi awal dan defek ego, yang mungkin telah disebabkan oleh hubungan
objek awal yang buruk, merupakan bahan bakar gejala psikotik.
Pusat teori Freud adalah suatu “decanthexis” objek dan suatu regresi
dalam respon terhadap frustasi dan konflik dengan orang lain. Banyak
gagasan Freud tentang skizofrenia diwarnai oleh tidak adanya keterlibatan
dirinya secara intensif dengan pasien skizofrenik.
Pandangan psikoanalisis umum tentang skizofrenia menghipotesiskan
bahwa defek ego mempengaruhi interpretasi kenyataan dan pengendalian
dorongan – dorongan dari dalam (inner drives), seperti seks dan agresi.
Gangguan terjadi akibat penyimpangan hubungan timbal balik antara bayi dan
ibunya. Seperti yang dijelaskan oleh Margaret Mahler, anak – anak tidak
mampu untuk berpisah dan berkembang melebihi kedekatan dan
ketergantungan lengkap yang menandai hubungan ibu-anak dalam fase oral
perkembangan.
Orang skizofrenik tidak pernah mencapai ketetapan objek, yang
ditandai oleh suatu perasaan identitas yang pasti dan yang disebabkan
perlekatan erat dengan ibunya selama masa bayi. Paul Fedem menyimpulkan
bahwa gangguan mendasar pada skizofrenia adalah ketidakmampuan awal
pasien untuk mencapai perbedaan diri dan objek. Beberapa ahli psikoanalisis
menghipotesiskan bahwa defek dalam fungsi ego yang belum sempurna
memungkinkan permusuhan dan agresi yang hebat sehingga menganggu
hubungan ibu-bayi, yang menyebabkan suatu organisasi kepribadian menjadi
rentan terhadap stress. Onset gejala selama masa remaja terjadi pada suatu
saat jika orang memerlukan suatu ego yang kuat untuk berfungsi secara
mandiri, untuk berpisah dari orang tua, untuk mengidentifikasi kewajiban,
untuk mengendalikan dorongan intermal yang meningkat dan untuk mengatasi
stimulasi eksternal yang kuat.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 18
Skizofrenia
Teori psioanalitik juga mendalilkan bahwa berbagai gejala skizofrenia
mempunyai arti simbolik bagi pasien individual. Sebagai contohnya, fantasi
tentang dunia yang akan berakhir mungkin menyatakan suatu perasaan bahwa
dunia internal seseorang telah mengalami kerusakan. Perasaan kebesaran
dapat mencerminkan narsisme yang direaktivasi, dimana orang percaya bahwa
mereka adalah maha kuasa. Halusinasi mungkin menggantikan
ketidakmampuan pasien untuk menghadap kenyataan objektif dan mungkin
mencerminkan harapan atau ketakutan dari dalam diri manusia. Waham,
serupa dengan halusinasi adalah usaha regresi dan pengganti untuk
menciptakan suatu kenyataan baru atau untuk mengekspresikan rasa takut atau
dorongan yang tersembunyi.
Terlepas tentang model teoritis mana yang dipilih, semua pendekatan
psikodinamis bekerja dari dasar pikiran bahwa gejala psikotik mempunyai arti
pada skizofrenia. Sebagai contohnya, pasien mungkin menjadi kebesaran
setelah terjadi suatu kerusakan pada harga diri mereka. Demikian juga, semua
teori menyadari bahwa hubungan manusia mungkin menakutkan bagi
seseorang yang menderita skizofrenia. Walaupun penelitian pada manfaat
psikoterapi pada skizofrenia menunjukkan hasil yang bercampur, orang yang
prihatin yang menawarkan perasaan kasihan manusiawi dan perlindungan dari
dunia yang membingungkan harus menjadi inti dari seluruh rencana
pengobatan. Penelitian follow up jangka panjang menemukan bahwa beberapa
pasien yang menutupi episode psikotik mungkin tidak mendapatkan manfaat
dari psikoterapi eksplorasi, tetapi mereka yang mampu mengintegrasikan
pengalaman psikotik ke dalam kehidupan mereka mungkin akan mendapatkan
manfaat dari pendekatan berorientasi tilikan.
2. TEORI BELAJAR
Menurut ahlinya, anak anak yang kemudian menderita skizofrenia
mempelajari reaksi dan cara berpikir yang irasional dengan meniru orang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 19
Skizofrenia
tuanya yang mungkin memiliki masalah emosionalnya sendiri yang bermakna.
Hubungan interpersonal yang buruk dari orang skizofrenia juga berkembang
karena dipelajarinya model yang buruk selama anak anak.
3. TEORI TENTANG KELUARGA
Tidak ada bukti bukti yang menyatakan bahwa pola keluarga spesifik
memainkan peranan kausatif dalam perkembangan skizofrenia. Hal tersebut
merupakan titik penting yang dimengerti oleh klinisi, karena banyak orang tua
dari anak skizofren masih memendam kemarahan terhadap psikiatrik
komunitas, yang untuk waktu lama membicarakan hubungan antara keluarga
yang disfungsional dengan perkembangan skizofrenia.
4. TEORI IKATAN GANDA
Konsep ikatan ganda ( double bind) dirumuskan oleh Gregory Bateson
untuk menggambarkan suatu keluarga hipotetik dimana anak anak
mendapatkan pesan yang bertentangan dari orang tuanya tentang perilaku,
sikap dan perasaan anaknya.
Dalam hipotesis tersebut, anak menarik diri ke dalam keadaan psikotik
mereksa sendiri untuk meloloskan diri dari kebingungan ikatan ganda yang
tidak dapat dipecahkan.
5. TEORI SOSIAL
Beberapa ahli teori telah menyatakan bahwa industrialisasi dan
urbanisasi terlibat sebagai penyebab skizofrenia. Walaupun beberapa data
mendukung teori tersebut, stress sekarang dianggap menimbulkan efek utama
dalam menemukan onset dan keparahan penyakit.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 20
Skizofrenia
II. 4. GEJALA DAN TANDA 2,3,5
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi cara otak menerima
dan menafsirkan informasi.
Gejala-gejalanya dapat dibagi menjadi tiga kompleks gejala, yaitu:
a. Khayalan atau halusinasi seperti mendengar atau melihat sesuatu yang tidak
didengar atau dilihat oleh orang lain, walaupun tanpa sesuatu atau siapa
disekelilingnya
b. Pemikiran yang kacau, tidak terarah dan tidak menentu, menyebabkan
percakapan sukar difahami, termasuk perilaku aneh dan afek yang tidak serasi
c. Gejala negatif, termasuk ekspresi dan pengalaman afek yang terbatas, miskin
ide, hilangnya pengendalian diri.7
Gejala positif
- halusinasi
- waham
- thought withdrawal
- thought insertion
- thought broadcasting
- perilaku yang aneh “katatonik”
- asosiasi longgar hingga inkoherensia
- sirkumtansial atau tangensialitas
- neologisme
- clang asosiasi
Gejala negatif
- autistik
- abulia
- anhedonia
- social withdrawal
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 21
Skizofrenia
- perawatan diri yang buruk
- kemiskinan isi pikir
- blocking
Gejala afek
- afek yang terbatas
- tumpul
- datar
- inappropriate
Gejala disfungsi kognitif
- ketidakmampuan dalam memusatkan perhatian
- ketidakmampuan dalam mengingat informasi baru, mempelajari hal-hal baru
dan mengingat kembali informasi yang telah mereka dapat sebelumnya
- ketidakmampuan dalam memproses informasi dan merespons berbagai
informasi dengan baik
- ketidakmampuan dalam berpikir secara kritis, merencanakan,
mengorganisasikan, mengurutkan, berpikir secara abstrak, dan memecahkan
suatu masalah dengan baik (fungsi eksekutif)
- ketidakmampuan untuk memulai suatu pembicaraan
Diantara gejala positif, negatif, afek dan disfungsi kognitif, sesungguhnya
disfungsi kognitif merupakan bagian dari gejala utama skizofrenia.
Kurang lebih 85% pada penderita skizofrenia mempunyai masalah dalam
fungsi kognitifnya. Salah satu gejala kognitif awal pada skizofrenia adalah kesulitan
memusatkan perhatian, kesulitan dalam mengingat informasi dan mempelajari hal-hal
baru, serta perlambatan motorik visual yang terjadi sebelum onset gejala psikotik.
Perkembangan lebih lanjut, penderita skizofernia mungkin tidak mampu memilah
hal-hal apa yang relevan dan yang tidak relevan untuk dikemukakan pada suatu
situasi dan kondisi.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 22
Skizofrenia
Mereka juga tidak dapat menghubungkan isi pikirannya ke dalam suatu
kerangka berpikir yang logik dan koheren, akibatnya pikiran-pikiran mereka menjadi
terdisorganisasi dan terpecah-pecah. Hal ini sering disebut sebagai “thought
disorder”. Sebuah percakapan dapat menjadi begitu sulit untuk dimengerti dan
dipahami. Dalam perjalanan gangguan skizofrenia selanjutnya, fungsi eksekutif akan
terganggu, akibatnya mereka sering terisolasi dari masyarakat yang menganggap hal
ini sebagai sesuatu yang tidak wajar atau aneh-aneh. 5,6,7
II. 5. DIAGNOSIS SKIZOFRENIA 1
Berikut akan dipaparkan kriteria Diagnostik Skizofrenia menurut KRITERIA
DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual - IV).
A. Khas / Karakteristik : 2 gejala berikut atau lebih dari yang berikut ini, masing-
masing ditemukan pada bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan :
(gejala tahap aktif psikosis)
a. Delusi / waham : satu gejala ini sudah cukup bila wahamnya bizarre
b. Halusinasi : satu gejala ini sudah cukup bila halusinasi berupa pendengaran/
bisikan yang terus mengomentari perilaku dan pikiran pasien, atau beberapa
orang terdengar membicarakan pasien
c. Disorganized speech (bicara kacau, sering ngelantur atau inkoheren, tidak
nyambung)
d. Perilaku kacau atau katatonik
e. Gejala negatif : misal
a. Emosi mendatar, dingin, tak hangat, acuh
b. Alogia : diam seribu bahasa
c. Avolition : malas, tak ada aksi/kerja
Hanya 1 gejala kriteria A yang diperlukan jika waham kacau atau halusinasi
terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku / pikiran pasien /
dau atau lebih suara yang saling bercakap.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 23
Skizofrenia
B. Disfungsi Sosial/Okupasional : untuk jangka waktu yang cukup lama, salah satu
area fungsi sosial/okuparsional terganggu, yaitu:
1. pekerjaan
2. hubungan interpersonal
3. perawatan diri tidak yang memadai
(atau bila onset pada anak – anak atau remaja, gagal mencapai tingkat pencapaian
interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan )
C. Lamanya Gangguan : sedikitnya 6 bulan terus menerus; Periode 6 bulan ini harus
termasuk paling kurang 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati) gejala yang
memenuhi kriteria A (gejala fase aktif) dan dapat termasuk perode gejala
prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau residual ini, tanda dari
gangguan mungkin dimanifestasikan oleh hanya gejala negative atau dua atau
lebih gejala yang tercantum pada kriteria A yang timbul dalam bentuk yang
kurang jelas (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yag tidak
lazim)
D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan skizoafektif
dan gangguan mood dengan ciri psikotik, disingkirkan karena salah satu dari (1)
tidak ada episode Depresi Mayor, Manik, atau campuran yang terjadi secara
bersamaan dengan gejala fase aktif, atau (2) jika episode mood terjadi selama
gejala fase aktif, durasi seluruhnya relative singkat dibandingkan durasii periode
aktif dan residual.
E. Penyingkiran zat / KMU : gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari
zat (misalnya penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan gangguan pervasif : jika terdapat adanya riwayat gangguan
autistik / gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosa tambahan skizofren
dibuat hanya jika waham / halusinasi yang menonjol juga ditemukan sekurang-
kurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil)
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 24
Skizofrenia
G. Perjalanan Penyakit Skizofrenia :
Setelah episode serangan skizofrenia yang pertama, pasien skizofrenia akan
memiliki periode pemulihan yang bertahap, yang dapat memakan waktu yang
lama untuk menuju pada periode fungsi dasar yang relatif normal. Dalam periode
pemulihan menuju keadaan relative normal tersebut, kekambuhan (relaps)
biasanya terjadi. Masing-masing relaps akan diikuti oleh pemburukan lebih lanjut
pada fungsi dasar pasien. Semakin sering relaps, semakin sulit kembali ke fungsi
dasar semula. Pada akhirnya, pasien skizofrenia menyadari adanya kesulitan atau
kegagalan untuk kembali ke fungsi dasar semulanya, dan keadaan inilah yang
membuat pasien menyimpulkan bahwa kehancuran yang bermakna pada
kehidupannya telah terjadi akibat gangguan ini.
Tipe Paranoid :
A. Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang berulang
kali.
B. Gejala berikut tidak menonjol : bicara yang kacau, perilaku yang kacau atau
katatonik, afek yang mendatar atau tidak wajar (inappropriate)
Tipe Disorganisasi / Kacau :
A. Semua gejala berikut menonjol :
1. bicara kacau
2. perilaku kacau
3. afek tidak memadai/wajar atau mendatar
B. Tidak memenuhi kriteria untuk type katatonik
Tipe Katatonik : Didominasi oleh sedikitnya dua gejala berikut
1. immobilitas motorik : sebagai katapleksi (termasuk waxy flexibility) atau stupor
2. aktivitas motorik yang berlebihan, tak bertujuan dan tidak berkaitan dengan stimuli
external
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 25
Skizofrenia
3. negativisme yang mencolok (resistensi tanpa motif terhadap semua instruksi, atau
mempertahankan posisi tubuh secara kaku terhadap usaha untuk mengubahnya), atau
mutisme (diam seribu bahasa)
4. kejanggalan dalam gerakan-gerakan sadar, misalnya posturing (secara sadar
mengambil posisi tubuh yang tidak wajar atau bizarre), gerakan-gerakan stereotipik,
mannerisme yang mencolok, atau senyum yang tak wajar (prominent grimacing)
5. ekolalia (latah) atau ekopraksia (latah gerakan)
Tipe Tak Tergolongkan
Ada gejala-gejala A tetapi tidak memenuhi kritera untuk tipe paranoid, disorganisasi
maupun katatonik.
Tipe Residual
Tidak dijumpai delusi, halusinasi, bicara yang kacau, dan perilaku yang amat kacau
atau katatonia.
Secara kontinu menunjukkan adanya gangguan, misal : gejala-gejala negatif,
atau adanya 2-3 gejala type A dalam derajat lebih lemah, misal odd beliefs, unusual
perceptual experiences
Akut Delusional Psikosis
Latent Skizofrenia : bila pasien tidak memenuhi kritera yang jelas untuk skizofrenia;
mencakup misalnya kasus-kasus borderline skizoid dan gangguan kepribadian
skizotipal. Pasien-pasien ini sekali-sekali menunjukkan perilaku yang ganjil, atau
kelainan pikiran, tapi tidak secara konsisten menunjukkan gejala-gejala psikotik. Pada
waktu yang lalu sindroma ini disebut juga Borderline skizofrenia.
Oneiroid : individu berada seolah dalam mimpi, tidak sepenuhnya sadar akan waktu
dan tempat (disorientasi waktu dan tempat). Istilah ini digunakan dalam oneiroid
schizophrenia dalam mana pasien sangat asyik terlibat dalam halusinasinya sehingga
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 26
Skizofrenia
seolah terlepas dari keterlibatan dengan dunia nyata. Bila terjadi keadaan ini, dokter
harus hati-hati sekali memeriksa pasien untuk kemungkinan sebab-sebab medis-fisik
atau kondisi neurologis sebagai penyebab gejala tersebut.
Paraphrenia : digunakan untuk menggambarkan salah satu gejala skizofrenia tipe
paranoid, atau untuk menunjukkan perjalanan penyakit yang deterioratif (makin
parah) atau adanya sistem waham yang sistematis. Istilah yang dianjurkan tidak
digunakan lagi.
Pseudoneurotic Schizophrenia :
Kadang-kadang pasien yang biasanya menunjukkan gejala-gejala ansietas, fobia,
obsesi dan kompulsi kemudian mengembangkan gejala kelainan pikiran dan psikosis.
Secara khas pasien menunjukkan pananxiety, panphobia, panambivalence dan
kadang2 sexualitas yang kacau. Berbeda dengan pasien gangguan cemas, pasien
pseudoneurotic menunjukkan free-floating anxiety yang jarang berkurang. Dalam
klinik pasien jarang menjadi amat parah atau amat psikotik. Kondisi ini dalam DSM-
IV-TR akan didiagnosis sebagai gangguan kepribadian ambang.
Simple Schizophrenia (Skizofrenia simplex; simple deteriorative Disorder) :
Tanda khas : hilangnya secara lambat laun ambisi dan dorongan kehendak pasien.
Pasien tidak psikotik secara overt, juga tidak menunjukkan gejala delusi dan
halusinasi yang menetap. Gejala utama adalah penarikan diri dari situasi terkait
lingkungan sosial dan kerja.
Depresi Pasca-Skizofrenia
Gejalanya dapat mirip dengan gejala-gejala tahap residual skizofrenia atau efek
samping daripada obat-obat antipsikotik yang umum digunakan, istilah lain : post
schizophrenic depression (ICD-X), merupakan hasil akhir episode skizofrenia. Ini
terjadi pada sekitar 25 % pasien dengan skizofrenia dan makin sering berhubungan
dengan risiko bunuh diri.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 27
Skizofrenia
Skizofrenia Onset Dini (Early-Onset)
Sebagian pasien mulai mendapat skizofrenia pada masa kanak-kanak, kadang-kadang
sulit dibedakan dengan retardasi mental atau gangguan autistik. Diagnosis
berdasarkan gejala-gejala yang sama dengan skizofrenia pada orang dewasa. Mulanya
biasanya perlahan (insidious), cenderung berjalan kronis dan prognosisnya tidak baik.
Skizofrenia Onset Lanjut (Late-Onset).
Mulanya sesudah usia 45 tahun. Lebih sering menyerang wanita dan biasanya gejala
paranoid lebih menonjol. Prognosis biasanya baik dan respons baik terhadap
antipsikotika.
Kriteria diagnosis skizofrenia berdasarkan PPDGJ III:
Persyaratan yang normal untuk diagnosis Skizofren ialah harus ada sedikitnya
1 gejala yang amat jelas ( dan biasanya 2 gejala/ lebih apabila gejala- gejala tersebut
kurang jelas), yaitu:
Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang/ bergema dalam
kepalanya
Thought insertion/ withdrawal = isi pikiran asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya ( insertion) / isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya(withdrawal).
Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga oang lain/
umum mengethuinya.
Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
Delusion of influence= waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh sesuatu
kekuatan tertentu dari luar.
Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 28
Skizofrenia
Delusional perseption= pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik/mukjizat
Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar terus-menerus terhadap perilaku pasien
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara)
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satyu bagian tubuh
waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama/ politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
( misalnya: mampu mengendalikan cuaca/ komunikasi dengan makhluk asing
dari dunia lain.)
Atau paling sedikit 2 gejala dari kelompok ini:
o Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan ( over-valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-
minggu/ berbulan-bulan terus menerus
o Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
( interpolation), yang berakibat inkoheresi atau pembicaraan yang idak
relevan/ neologisme
o Perilaku katatonik seperi keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), flexibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
o Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respon
emosional yang tumpul/ tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi/ medikasi
neuroleptika
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 29
Skizofrenia
Adanya gejala – gejala khas diatas telah berlangsung selama kurun waktu 1 bulan/
lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisen dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan dairi
secara social.
Jenis-jenis Skizofrenia
- F20.0 Skizofrenia Paranoid
- Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
- sebagai tambahan :
o halusinasi dan/atau waham harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual , atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion
of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas;
o gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan , serta
gejala katatonik secara relative tidak nyata/tidak menonjol
- F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 30
Skizofrenia
- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia
- Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).
- Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa
gambaran yang khas berikut ini
- Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama
2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas
berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak bertanggung
jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada
kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan
hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal
(shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan
(gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum
sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner),
tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara
bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan
ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses
pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak
menentu (rambling) dan inkoherens
- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak
menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations,
dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang
serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan
tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud
(empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan
bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya,
makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 31
Skizofrenia
- F20.2 Skizofrenia Katatonik
- Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
- satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran
klinisnya :
a) stupor (amat berkurangnya reaktivitas terhadap lingkungan
dan gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme
b) gaduh-gelisah
c) menampilkan posisi tubuh tertentu
d) negativism
e) rigiditas
f) waxy flexibility
g) gejala lin seperti “command automatism” (kepatuhan
secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-
kata serta kalimat-kalimat.
- pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda
sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala lainnya.
penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan
petunjuk diagnostic untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat
dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolic, atau alcohol dan
obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
- F20.3 Skizofrenia TakTerinci/Undifferentiated
- Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia
- Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,
katatonik.’
- Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia
- F20.4 Depresi Pasca-skizofrenia
- diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 32
Skizofrenia
a) pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini
b) beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada
c) gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi
paling sedikit kriteria untuk episode depresif dan telah ada
dalam kurun waktu paing sedikit 2 minggu
- apabila pasien tidak lagi menunjukan gejala skizofrenia, diagnosis
menjadi Episode Depresif. Bila gejala skizofrenia masih jelas dan
menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtype skizofrenia
yang sesuai.
- F20.5 Skizofrenia Residual
- Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus
di penuhi semua:
- Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya
perlambatan psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul,
sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas
atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk, seperti
ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh,
perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.
- Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau
yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia
- Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah
sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari
skizofrenia
- Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya,
depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas
negatif tersebut.
- F20.6 Skizofrenia simpleks
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 33
Skizofrenia
- Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung
pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif
dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa
didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode
psikotik. Dan (2) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku
pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri
secara sosial.
- Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibanding dengan sub
type skizofrenia lainnya.
- F20.8 Skizofrenia lainnya
- F20.9 Skizofrenia YTT
Kriteria lain untuk Diagnosis Skizofrenia :
A. Kurt Schneider
B. Gabriel Langfeldt
C. New Heaven Schizophrenia Index
D. Flexible System
E. Research Diagnostic Criteria
F. St. Louis Criteria
G. Present State Examination
H. Tsuang & Winokur Criteria
Skizofrenia Tahap Awal 3,4,5 Adalah amat penting untuk mengenal Penyakit Skizofrenia sedini mungkin,
karena akan mencegah penyakit itu menjadi kronis berkepanjangan sebagai akibat
deteksi yang terlambat. Perilaku pasien psikosis atau skizofrenia sering
membingungkan. Perilaku kekerasan bahkan membuat lingkungan ketakutan, karena
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 34
Skizofrenia
itu perlu dimengerti secara baik.
Perilaku Individu Dengan Potensi Kekerasan (Risk for Violent Acts)
Ekspresi wajah yang marah
Nada suara yang marah/geram
Suara yang keras
Isyarat agresif
Agresi fisik terhadap benda-benda (memukul tembok)
Mengancam orang lain
Sedang mabok alkohol atau terlibat penggunaan NAPZA
Waham (keyakinan tak berdasar bahwa seseorang menguasai (mengendalikan)
pikirannya
Waham kejaran (keyakinan tak berdasar bahwa diri pasien sedang dikejar.
Diikuti)
Waham (keyakinan salah) berkaitan dengan hilangnya kendali
Halusinasi akustik (bisikan suara-suara) yang bersifat instruksi
Tanda-Tanda Prodromal Skizofrenia (Tahap Awal)
Perilaku aneh yang mencolok
Ekspresi perasaan yang tidak wajar, hampa; tak ada perasaan
Pembicaraan sukar diikuti/dimengerti
Bicara atau pikiran/pendapat yang kurang/sedikit sekali; pendiam; miskin
pikiran
Tercekam/terkuasai oleh suatu ide yang ganjil
Ide-ide rujukan; segala sesuatu mempunyai makna khusus; kode-kode tertentu;
symbol-simbol khusus; arti spesial
Perasaan yang menetap tentang ketidak-nyataan
Benda-benda, hal-hal yang biasa terasa berubah penampilannya, warnanya,
bunyinya, atau baunya.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 35
Skizofrenia
Ciri-ciri Skizotipal
Tanda-tanda Peringatan Dini Skizofrenia
Kemunduran dalam kerapihan/perawatan diri
Sering murung, depresi
Perilaku yang sukar untuk dimengerti, bizarre, tak masuk akal
Pernyataan irasional
Tidur berlebihan atau tidak dapat tidur
Menarik diri dari peergaulan social, mengisolasi diri, menyendiri
Kepribadian dasar berubah/berganti
Rasa permusuhan yang tidak diharapkan; tanpa sebab
Kemunduran dalam hubungan social
Terlalu aktif atau tidak aktif, atau aktif-inaktif silih berganti
Tidak mampu berkonsentrasi, atau menghadapi problema yang kecil sekalipun
Terlalu dicekam oleh agama atau kepercayaan tertentu
Menulis berlebihan tanpa arti
Tidak menunjukkan arah/sikap yang tegas (indifference)
Selalu drop-outs dari aktivitasnya, atau dari keterlibatan dalam hidupnya
secara umum
Minat akademis atau atletik makin menurun
Sering lupa dengan barang-barangnya, hal-hal tentang dirinya
Berlebihan sekali dalam reaksinya terhadap kritik
Tak mampu menyatakan kesenangan (joy)
Tidak dapat menangis, atau menangis selalu/berlebihan
Ketawa yang tidak wajar, tak nyambung
Sangat peka terhadap rangsangan (sinar, bunyi, warna, tekstur)
Sering berpindah-pindah untuk pelarian, atau melakukan perjalanan-perjalanan
yang dadakan.
Menyalahgunakan obat atau alkohol
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 36
Skizofrenia
Selalu pingsan, tersengal-sengal
Sering mengambil posisi tubuh yang aneh
Menolak untuk menyentuh orang atau benda-benda, pakai sarung tangan
Mencukur rambut kepala atau tubuhnya
Memotong dirinya, mengancam melakukan mutilasi diri
Menatap tanpa berkedip, atau selalu berkedip
Memandang secara mendatar/flat; reptile-like gaze
Keras kepala, kaku
Penggunaan kata-kata atau struktur bahasa yang aneh
Peka dan merasa tersinggung/marah kalau disentuh/disinggung orang lain
Gejala-gejala Peringatan Dini akan Kemungkinan Relapse:
Susah tidur malam hari.
Merasa sulit berkonsentrasi.
Lebih sering lupa dari biasanya.
Merasa gugup dan cemas selalu.
Mendengar suara-suara atau melihat bayangan-bayangan.
Merasa takut terhadap orang, tempat-tempat atau hal yang biasanya tidak apa-
apa.
Mempunyai pikiran bahwa orang-orang membicarakan atau menertawakan.
Sering menarik diri dari pergaulan dan berdiam diri di kamar saja.
II. 6. DIAGNOSA BANDING 3,4,5
1. Medis dan neurologis:
Akibat zat: amfetamin, alkaloid beladonna, kokain, halusinosis
alkohol,dan sebagainya
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 37
Skizofrenia
Epilepsi: terutama epilepsi Lobus temporal
Neoplasma, penyakit serebrovaskuler/trauma terutama frontalis dan
limbik
Kondisi lain:AIDS,ensefalitis herpes, porfiria intermiten akut,def.B12,
keracunan monoksida
2. Psikiatrik
Psikosis atipikal
Gangguan akustik
Gangguan psikotik singkat
Gangguan delusional
Gangguan buatan dengan tanda dan gejala psikosis yg menonjol
Berpura – pura
Gangguan mood
Masa remaja normal
Gangguan obsesi kompulsif
Gangguan kepribadian-skizotipal, skizoid, ambang, paranoid
Gangguan skizoafektif
Gangguan skizofreniform
Gangguan Skizoafektif:
Diagnosis bila ada Skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat
bersamaan (simultan) atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam
1 episode penyakit yang sama dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria, baik skizofrenia ataupun episode manik-depresif.
--Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofren dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
II. 7. PENATALAKSANAAN 7
1. Perawatan di RS
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 38
Skizofrenia
Wajib bila pasien menunjukkan gejala homocide (membunuh) dan suicide (bunuh
diri).
2. Terapi somatik
- Obat antipsikotik (neuroleptik)
- Terapi elektrokonvulsif (ECT) pada pasien katatonik & tidak dapat memakai
antipsikotik
3. Terapi psikososial
- Terapi perilaku
- Terapi berorientasi keluarga
- Terapi kelompok
- Psiko terapi individual
TERAPI SOMATIKAntipsikotik, dibagi menjadi 2:
1. Antipsikotik tipikal
Merupakan antagonis reseptor dopamin yang biasanya bekerja menghambat
dopamin pasca sinaps secara kompetitif dengan menduduki reseptor dopamine
(Dopamine D2 receptor antagonists), khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal.
Antipsikotik tipikal dibagi menjadi 3 golongan:
Phenothiazine :
Rantai Aliphatic: Chlorpromazine (Largactil) 150-500 mg/hari
o Antipsikosis tipikal potensi rendah
o 1952 à ansietas, halusinasi, delusi
o Indikasi lain:
--Hiccup resisten & berat
--Nausea/emesis
--Preanestesi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 39
Skizofrenia
Rantai Piperazine: Perphenazine (Trilafon), Trifluoperazine
(Stelazine), Fluphenazine (Anatensol), Fl.Decanoate
Rantai Piperidine: Thioridazine (Melleril)
Butyrophenone : Haloperidol (Haldol, Serenace,dll)
Diphenyl-butyl-piperidine : Pimozide (Orap)
Obat-obat golongan ini biasanya bekerja efektif pada pasien - pasien skizofren
dengan gejala-gejala positif dan tidak dapat mengatasi gejala2 negatif.
ES: - extrapiramidal syndrome (akathisia, parkinsonism-like syndrome, diskinesia
tardif, neuroleptik malignant syndrome) , agranulositosis, gangguan
endokrinologi (amenorrhoe, ginekomastia).
2. Antipsikotik nontipikal
Merupakan Serotonin-Dopamin Antagonis yang bekerja menduduki reseptor
dopamin dan serotonin. Selain berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga
efektif terhadap Serotonin 5 HT2 reseptors. SDA memiliki efek samping
ekstrapiramidal minimal atau tidak ada sama sekali.
Antipsikotik atipikal dibagi menjadi 3 golongan:
a) Benzamide: Sulpiride (Dogmatil)
b) Dibenzodiazepine: Clozapine (Clozaril),
Clozapine:
o Antipsikotik atipikal
o Pertama kali ditemukanà tahun 1950-an
o Dikenalkanà 1970an
o Antagonis kuat D4, antagonis reseptor serotoninergik
o Bekerja baik pada gejala mayor dan minor
o LINI KEDUA à Resistant schizophrenia
o Indikasi lain:
--Demensia Lewy-body
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 40
Skizofrenia
--episode resisten akut mania
--Insomnia
--kelainan kepribadian schizoid
o KI: Epilepsi tidak terkontrol, penyakit mieloproliferatif,
agranulositosis
o Fluvoxamine (Luvox, antidepresan, SSRI) menghambat
metabolisme clozapine
o ES: Agranulositosis, konstipasi, sedasi, tremor, hiperglikemi,
diabetes, takikardi, hipersalivasi, postural hipotensi
o Resiko gejala ekstrapiramidal lebih kecil dibandingkan tipikal
antipsikotik
o Efek sinergis dengan benzodiazepin
o Jika terjadi agranulositosià monitoring lab. Darah
1 minggu/x u/ 6 bulan pertama, 2 minggu/x u/ 6 bulan berikutnya, 1
bulan/x untuk 1 tahun setelahnya jika tidak ditemukan masalah.
Quetiapine (Seroquel)
Olanzapine ( Zyprexa)
o Antipsikotik atipikal
o Indikasi : -- Skizofrenia
-- Gangguan Bipolar
o Afinitas : 5HT2, reseptor serotonin lebih besar daripada D2
o Efek sedatif lebih besar
o ES : lebih minimal, BB naik, akatisia, hiperglikemia, postural
hipotensi
c) Benzisoxazole: Risperidon (Risperdal), Aripiprazole (Abilify)
Risperidon
o Antipsikosis atipikal
o Fokusà reseptor serotonin tipe 2 (5HT2) & D2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 41
Skizofrenia
o LINI PERTAMA à gejala (+) dan (-)
o Indikasi:
-- Schizophrenia remaja (13-17 tahun) & dewasa
-- Gangguan bipolar
-- Sindroma Tourette
o Efek Samping
Prolaktinoma
Akatisia
BB naik
Disfungsi seksual
Hiperglikemia
Diskinesia tardive
<< reseptor dopamin tipikal
Efek samping neurologik dan endokrinologi juga lebih sedikit dibanding
antipsikotik tipikal. SDA selain mengurangi gejala positif juga dapat mengurangi
gejala negatif.
3. Terapi tambahan: lithium, antikonvulsan (karbamazepin, valproat),
benzodiazepin
4. ECT (Electro-Convulsive Therapy)
Prinsip terapeutik :
Tentukan gejala sasaran yang akan diobati
Dalam penggunaan obat antipsikosis yang ingin dicapai adalah “optimal
response with minimal side effects”
Antipsikotik yang telah bekerja baik di masa lalu pada pasien harus dipakai
lagi
Lama minimal percobaan antipsikotik 4 – 6 minggu pada dosis adekuat
Pemakaian lebih dari satu antipsikotik jarang diindikasikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 42
Skizofrenia
Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mengendalikan gejala selama episode psikotik
Cara Penggunaan :
Dalam terapi psikosis, dikenal “efek primer” dan “efek sekunder”. Efek klinis
terhadap “target syndrome” disebut efek primer, sedangkan efek sampingnya
disebut efek sekunder. Efek sekunder biasanya muncul lebih dahulu dibanding
efek primer. Misalnya pada sindrom psikosis dengan gaduh gelisah diberikan
Cholrpromazine, dengan efek sekunder yang sedative memperbaiki
kegelisahan dan gangguan tidur (efek sekunder mucul lebih cepat) dan pada
penggunaan lebih lanjut akan memperbaiki gejala psikosis utama secara
sedikit demi sedikit.
Chlorpromazine dan Thioridazone yang memiliki efek samping sedative kuat
terutama digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh,
gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan dan perilaku.
Sedangkan Trifluperazine, Fluphenazine, dan haloperidol yang efek samping
sedatifnya lemah digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala positif
yang dominan.
Jika pada penggunaan Haloperidol menyebabkan timbulnya gejala
ekstrapiramidal pada pasien yang rentan perlu diganti dengan Thioridazine.
Untuk pasien psikosis yang sampai timbul tardive dyskinesia (gerakan
berulang involunter pada: lidah,wajah,mulut,rahang,anggota gerak, dimana
waktu tidur gejala tersebut hilang), obat antipsikosis yang tanpa efek samping
ekstrapiramidal adalah clozapine.
Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis
yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan
obat antipsikosis lain (sebaiknya golongan yang tidak sama), dengan dosis
ekuivalennya, dimana profil efek sampingnya belum tentu sama.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 43
Skizofrenia
Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya, jenis obat
antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
Apabila gejala negative lebih menonjol dari gejala positif, pilihan obat
antipsikosis atipikal perlu dipertimbangkan. Khususnya pada pasien yang
tidak dapat mentolelir efek samping ekstrapiramidal atau mempunyai resiko
medic dengan adanya gejala ekstrapiramidal (neuroleptic induced medical
complication
Pengaturan Dosis:
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
onset efek primer (efek klinis) : Sekitar 2-4 minggu
onset efek sekunder (efek samping) : Sekitar 2-6 jam
waktu paruh: 12-14 jam (pemberian obat 1-2 x perhari)
Dosis pagi dan malam dapat dibedakan untuk mengurangi dampak dari efek
samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
mengganggu kualitas hidup pasien.
TERAPI PSIKOSOSIAL1. Terapi perilaku :
Latihan ketrampilan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, &
komunikasi interpersonal
2. Terapi berorientasi keluarga
Proses pemulihan
3. Terapi kelompok
Memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.
Menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan tes realitas pasien
skizofrenia
4. Psikoterapi individual
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 44
Skizofrenia
Pasien skizofrenia perlu membentuk ikatan terapeutik dengan ahli terapi agar
pasien percaya dan patuh dengan medikasinya.
Peran keluarga Dalam Terapi Skizofrenia 4,5
Problem yang harus dihadapi keluarga pasien skizofrenia :
- Penarikan diri dari pergaulan sosial
- Tidak adanya motivasi (dorongan kehendak, inisiatif/pasif)
- Kelainan pikir (waham dan halusinasi)
- Ketergantungan yang kronis (semua harus dibantu orang lain)
- Konflik dalam keluarga (tentang pasien)
- Pengelolaan keadaan murung dan niat bunuh diri
- Pasien menolak obat/ terapi/ medikasi
- Perilaku berlebihan, tak wajar, termasuk minum alkohol, seks
- Perilaku kekerasan/ violence
Untuk menanganinya, maka keluarga harus:
1. Penanganan harus tertuju, jelas, realistis dan konsisten, sabar dan tegas.
2. Mengusahakan lingkungan yang damai, tenang, bebas dari ketegangan baik
bagi pasien maupun anggota keluarga lainnya demi mengurangi serangan dan
kekambuhan akut.
3. Membuat keteraturan jadwal aktivitas bagi pasien (mandi, makan, minum
obat, dan kegiatan harian lainnya) dan menghindari aktivitas mendadak, serta
diberikan penegasan kepada pasien bahwa jadwal / aturan yang ada dibuat
demi kebaikan bersama sehingga semuanya (keluarga dan pasien) wajib
mematuhinya.
4. Penggunaan bahasa dan kalimat yang berhati-hati dalam berkomunikasi
dengan pasien.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 45
Skizofrenia
II. 8. PROGNOSIS 1
PROGNOSIS BAIK PROGNOSIS BURUK
Onset > tua usia mudaFaktor pencetus jelas Tidak ada faktor pencetusAkut Insidius (perlahan-lahan)Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan,
premorbid yang baik
Riwayat sosial, seksual, dan pekerjaan,
premorbid yang burukGejala gangguan mood (terutama
depresif)
Perilaku menarik diri (autistic)
Menikah Tidak menikah, bercerai, atau janda/dudaRiwayat keluarga dengan gangguan
mood
Riwayat keluarga dengan gangguan
skizofreniaFaktor pendukung baik (keluarga) BurukGejala positif Gejala negatif
Tanda & gejala neurologis
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 46
Skizofrenia
BAB III
KESIMPULAN
- Sekitar 1% penduduk dunia akan terkena skizofrenia pada suatu waktu dalam
hidupnya.
- Diagnosis dibuat berdasarkan gejala yang terdapat selama 6 bulan pada seseorang
(kriteria DSM-IV) atau lebih dari 1 bulan (kriteria PPDGJ III), 25% pasien
sembuh tuntas, 50% membaik dalam 10 tahun, 25% selalu menunjukkan gejala.
- Terapi skizofrenia sedini mungkin dengan menggunakan antipsikotik (70%
efektif), support groups, program psikoedukasi (kursus skizofrenia untuk pasien
dan keluarga), dan terapi total (holistik)
- Makin dini pasien dikenal dan ditanggulangi, makin baik hasil penyembuhan
- Intervensi psikososial membantu meningkatkan kualitas hidup penderita
skizofrenia dan mendukung terpai farmakologi sehingga didapatkan hasil terapi
yang lebih optimal.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 47
Skizofrenia
DAFTAR PUSTAKA
1. Buchanan R.W., Carpenter W.T., Schizophrenia: Introduction and Overview, In:
Kaplan & Sadock’s; Comprehensive Textbook of Psychiatry, 7th ed.,
Philadelphia.:2000:1096-1109.
2. Triemble M.R., Schizophrenia, In: Biological Psychiatry, 2nd ed., John Wiley & Sons
Ltd.: 1996:183-225.
3. Andreasen N.C., Black D.W., Introductory Textbook of Psychiatry, 3nd ed.,
Washington: American Psychiatric Publishing, Inc.: 2001: 133-135, 211-249.
4. Friedrich R.M., The Friedrich-Lively Instrument to Assess the Impact of
Schizophrenia on Sibling, 2002, www.PubMed.com.
5. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik : Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Cetakan pertama, 1993,
p:105.
6. Saddock B.J., Schizophrenia, In: Kaplan & Saddock’s. Synopsis of Psychiatry, 10th
ed. Philadelphia: Lippincontt Wiliam & Wilkins: 200: 500-502.
7. Dr. Rusdi Maslim., SpKj.:Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi ke-tiga,
Desember 2001:p:14.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RSKJ Dharma GrahaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPeriode 30 Juli – 1 September 2012 48