referat obat antianxietas

15
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN KASUS /REFARAT JULI 2013 LAPORAN KASUS : REFARAT: OBAT ANTIANSIETAS DISUSUN OLEH : A Ayu Faradiba C11109823 PEMBIMBING : dr. Nur Asyik SUPERVISOR : dr. Hawaidah, Sp.KJ (K) TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

description

obat antianxietas dibagi menjadi golongan yaitu golongan benzodiazepine dan dan golongan non benzodiazepin. obat antianxietas yang umum digunakan yaitu golongan benzodiazepine.

Transcript of referat obat antianxietas

Page 1: referat obat antianxietas

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS /REFARATJULI 2013

LAPORAN KASUS :

REFARAT:OBAT ANTIANSIETAS

DISUSUN OLEH :A Ayu Faradiba

C11109823

PEMBIMBING :dr. Nur Asyik

SUPERVISOR :dr. Hawaidah, Sp.KJ (K)

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: referat obat antianxietas

BAB I

PENDAHULUAN

Terapi obat dan terapi organik terhadap gangguan mental dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk memodifikasi atau mengkoreksi perilaku, pikiran, atau mood yang patologis dengan zat kimia atau cara fisik lainnya. Hubungan antara keadaan fisik dan otak sangat kompleks dan tidak dimengerti seluruhnya. Tetapi berbagai parameter perilaku normal dan abnormal seperti persepsi, afek dan kognisi mungkin dipengaruhi oleh perubahan fisik dalam sistem saraf pusat (seperti penyakit serebrovaskular, epilepsi, obat yang legal dan obat terlarang).[1]

Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup pasien.[1]

Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi, dan pikiran yang biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Sedangkan psikofarmakologi dalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme kerja serta farmakologi klinik dari psikotropik. Psikofarmakologi berkembang dengan pesat sejak ditemukannya reserpin dan klorpromazin yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatrik. Berbeda dengan antibiotik, pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Hal ini dapat dipahami, karena patofisiologi penyakit jiwa itu sendiri belum jelas. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa pasien sehingga lebih kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan baik. Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu antipsikosis, antiansietas, antidepresi, dan antimania.[1]

Obat anti ansietas terutama berguna utnuk simtomatik penyakit psikoneurosis (neurosis, keluhan subjektif tanpa gangguan somatik yang nyata dengan fungsi mental-kognitif tidak terganggu) dan berguna untuk terapi tambahan penyakit somatic dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan ketegengan mental. Ansietas didefinisikan sebagai perasaan khawatir atau ketakutan yang ditandai dengan gejala fisik seperti palpitasi, berkeringat dan tanda-tanda stress lainnya. Obat anti-ansietas mempunyai beberapa sinonim, antara lain psikoleptik, transquilizer minor dan anksioliktik.Obat antiansietas disebut anxiolitika yaitu obat yang dapat mengurang antiansietas dan patologik, ketegangan dan agitasi obat-obat ini tidak berpengaruh pada proses kognitif dan persepsi, efek otonomik dan ekstra piramidal tetapi menurunkan ambang kejang dan berpotensi untuk ketergantungan obat apabila digunakan dalam dosis tinggi dan jangka panjang.[1]

Page 3: referat obat antianxietas

BAB II

OBAT-OBAT ANTIANSIETAS

Antiansietas adalah obat – obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan dan juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan antiepileptic.[2]

Obat antiansietas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :1. Golongan Benzodiazepine2. Golongan Non-Benzodiazepin

Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan obat yang mendepresi system saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada pengobatan ansietas, namun penggunaannya saat ini telah ditinggalkan. Alasannya ialah antara lain golongan barbiturate dan meprobamat, lebih toksik pada takar lajak (overdoses).

Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam, dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih dianjurkan untuk pengobatan panic disorder.

Indikasi Penggunaan Butir – butir diagnostik sindrom ansietas :[2]

Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistikterhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax).

Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala : penurunan kemampuan kerja, hububngan sosial dan melakukan kegiatan rutin.

Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala – gejala berikut : Ketegangan motorik : 1. Kedutan otot atau rasa gemetar

2. Otot tegang/kaku/pegal linu3. tidak bisa diam4. mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas otonomik : 5. Nafas pendek/terasa berat6. jantung berdebar-debar 7. telapak tangan basah-dingin8. mulut kering9. kepala pusing/rasa melayang10. mual, mencret, perut tidak enak11. muka panas/badan menggigil12. buang air kecil lebih sering

Page 4: referat obat antianxietas

13. sukar menelan/rasa tersumbatKewaspadaan berlebihan : 14. Perasaan jadi peka/mudah ngiluPenangkapan berkurang : 15. Mudah terkejut/kaget

16. sulit konsentrasi pikiran17. sukar tidur18. mudah tersinggung.

1. Golongan Benzodiazepina. Mekanisme kerja

Sindrom ansietas disebabkan hiperaktivitas dari system limbic SSP yang terdiri dari dopaminergic, noradrenergic, serotoninnergic neurons yang dikendalikan oleh GABA-ergic neurons. Mayoritas neurotransmitter yang melakukan inhibisi di otak adalah asam amino GABA (gamma-aminobutyric acid A). Secara selektif reseptor GABA akan membiarkan ion Chlorida masuk ke dalam sel, sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron dam menghambat penglepasan transmisi neuronal. Secara umum obat – obat antiansietas ini bekerja di reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan efek pengikatan terhadap reseptor GABA tersebut.[1]

b. Cara PenggunaanPemilihan Obat[2]

Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti ansietas dan kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah dibandingkan dengan meprobamate atau fenobarbital.

Benzodiazepine sebagai “drug of choice” karena memiliki spesifisitas, potensi dan keamanannya.

Spectrum klinis benzodiazepine meliputi efek anti ansietas (lorazepam, clobazam, bromazepam), antikonvulsan, anti insomnia (nitrazepam/flurazepam), dan premedikasi tingkat operatif (midazolam).

Pengaturan Dosis[2]

Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai “steady state” dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari. Onset of action cepat dan langsung memberikan efek.

Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis minimal yang masih efektif (maintenance dose). Bila kambuh dinaikkan an bila efektif dipertahankan 4-8 minggu kemudian tapering off.

Page 5: referat obat antianxietas

Lama Pemberian[2]

Pada sindrom ansietas yang disebabkan faktor situasi eksternal, pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan.

Pemberian sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila timbul sindrom anxietas.

Penghentian selalu secara bertahap (stepwise) agar tidak menimbulkan gejala lepas obat (withdrawal symptoms)

c. Efek SampingEfek samping obat antiansietas dapat berupa :[2]

Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah)

Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll) Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika, oleh

karena “at therapeutic dose they have low re-inforcing properties”. Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat singkat.

Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala putus obat (rebound phenomena) : pasien menjadi irritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi, dll.

Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar Benzodiazepine dalam plasma. Untuk obat benzodiazepine dengan paruh waktu pendek lebih cepat dan hebat gejala putus obatnya dibandingkan dengan obat Benzodiazepine dengan waktu paruh panjang (misalnya, Clobazam sangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat).

Ketergantungan relatif lebih sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol (alkoholics), penyalahgunaan obat (drug-abus-ers), atau “unstable personalities”. Oleh karena itu obat Benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut.

Untuk mengurangi risiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.

d. KontraindikasiPasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma, myasthenia

gravis, chronic pulmonary insufficiency, chronic renal or hepatic disease.[1]

Derivat benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol, barbiturat atau fenotiazin karena berpotensi menghasilkan efek sedasi dan penekanan pusat pernapasan, sehingga berisiko timbulnya “respiratory failure”.

Page 6: referat obat antianxietas

e. Sediaan Obat Anti Ansietas Gol. Benzodiazepine :[2]

1. Diazepama. Nama dagang : Diazepam

Sediaan : Tab. 2-5 mgDosis anjuran : -

b. Nama dagang : LoviumSediaan : Tab. 2-5 mgDosis anjuran : oral 2-3 x 2-5 mg/hari

Injeksi 5-10 mg (im/iv)c. Nama dagang : Mentalium

Sediaan : Tab. 2-5-10 mgDosis anjuran : oral 2-3 x 2-5 mg/hari

Injeksi 5-10 mg (im/iv)d. Nama dagang : Stesolid

Sediaan : Tab. 2-5 mg Ampul 10 mg/2 cc Rectal tube 5 mg/2,5 cc

10 mg/2,5 cc Dosis anjuran : Rectal tube anak <10 kg/bb = 5 mg

anak >10 kg/bb = 10 mge. Nama dagang : Valdimex

Sediaan : Tab. 5 mg Ampul 10 mg/2 cc

Dosis anjuran : -f. Nama dagang : Trazep

Sediaan : Rectal tube 5 mg/2 ccDosis anjuran : -

g. Nama dagang : ValiumSediaan : Tab. 2-5 mg

Ampul 10 mg/ 2 ccDosis anjuran : -

2. Chlordiazepoxide a. Nama dagang : Cetabrium

Sediaan : Tab. 5-10 mgDosis anjuran : 2-3 x 5-10 mg/hari

b. Nama dagang : TensinylSediaan : Cap. 5 mg

Page 7: referat obat antianxietas

Dosis anjuran : -c. Nama dagang : Librium

Sediaan : Tab. 5-10 mgDosis anjuran : -

3. Lorazepam a. Nama dagang : Ativan

Sediaan : Tab. 0,5 – 1 - 2 mgDosis anjuran : 2-3 x 5-10 mg/hari

b. Nama dagang : RenaquilSediaan : Tab. 1 mgDosis anjuran : -

c. Nama dagang : MerlopamSediaan : Tab. 0,5 - 2 mgDosis anjuran : -

4. Clobazam a. Nama dagang : Frisium

Sediaan : Tab. 10 mgDosis anjuran : 2-3 x 10 mg/hari

b. Nama dagang : ClobazamSediaan : Tab. 10 mgDosis anjuran : -

c. Nama dagang : AsabiumSediaan : Tab. 10 mgDosis anjuran : -

d. Nama dagang : ClobiumSediaan : Tab. 10 mgDosis anjuran : -

e. Nama dagang : ProclozamSediaan : Tab. 10 mgDosis anjuran : -

5. Bromazepam a. Nama dagang : Lexotan

Sediaan : Tab. 1,5 – 3 – 6 mgDosis anjuran : 3 x 1,5 mg/hari

6. Alprazolama. Nama dagang : Alprazolam

Page 8: referat obat antianxietas

Sediaan : Tab. 0,25 – 0,5 - 1 mgDosis anjuran : 3 x 0,25 - 0,5 mg/hari

b. Nama dagang : Xanax XRSediaan : Tab. 0,25 - 1 mgDosis anjuran : 1 x 0,5 - 1 mg/hari

c. Nama dagang : AlganaxSediaan : Tab. 0,25 – 0,5 - 1 mgDosis anjuran : 3 x 0,25 - 0,5 mg/hari

d. Nama dagang : CalmletSediaan : Tab. 0,25 – 0,5 – 1 – 2 mgDosis anjuran : -

e. Nama dagang : FepraxSediaan : Tab. 0,25 – 0,5 - 1 mgDosis anjuran : -

f. Nama dagang : AtaraxSediaan : Tab. 0,5 mgDosis anjuran : -

g. Nama dagang : AlvizSediaan : Tab. 0,5 - 1 mgDosis anjuran : -

h. Nama dagang : ZypraxSediaan : Tab. 0,25 – 0,5 – 1 mgDosis anjuran : 3 x 0,25 - 0,5 mg/hari

2. Golongan Non-Benzodiazepine2.1 BUSPIRONE

Buspiron (BuSpar) diindikasi utnuk terapi gangguan ansietas, tidak seperti benzodiazepine dan barbiturat, buspirone tidak memiliki efek sedatif, hipnotik, relaksan otot, atau antikonvulsan. Buspiron memiliki potensi yang rendah untuk disalahgunakan dan tidak disertai fenomena purus zat atau hendaya kognitif.[3]

a. MekanismeBuspirone diabsorbsi dengan baik dari saluran gastrointestinal dan tidak

dipengaruhi asupan makanan. Obat ini mencapai kadar puncak plasma dalam 60 hingga 90 menit setelah pemberian oral. Waktu paruh yang pendek (2 hingga 11 jam) memerlukan dosis 3 kali sehari. Berlawanan dengan benzodiazepine dan barbiturat yang bekerja pada saluran ion klorida terkait—aminobutyric acid (GABA), buspirone tidak memiliki efek pada mekanisme reseptor ini. Buspirone lebih bekerja sebagai agonis atau agonis parsial pada reseptor serotonin 5-HTIA. Buspirone juga memiliki aktivitas pada reseptor 5-HT2 dan reseptor dopamine tipe

Page 9: referat obat antianxietas

2 (D2), meskipun makna efek pada reseptor ini tidak diketahui. Pada reseptor D2, obat ini memilikisifat agonis dan antagonis. Fakta bahwa buspirone memerlukan 2 hingga 3 minggu untuk menghasilkan efek terapeutik mengesankan bahwa apapun efek awalnya, efek terapeutik buspirone dapat meliputi modulasi beberapa neurotransmitter dan mekanisme intraneuronal.[3]

b. Efek SampingEfek samping buspirone yang paling lazim terjadi adalah sakit kepala, mual,

pusing, dan insomnia (jarang). Buspirone tidak disertai dengan sedasi. Beberapa orang dapat melaporkan adanya perasaan gelisah ringan, meskipun gejala ini dapat mencerminkan gangguan ansietas yang tidak diterapi secara utuh. Tidak ada kematian dialporkan akibat over dosis buspirone, dan dosis letal median (LD50) diperkirakan 160 hingga 550 kali dengan dosis harian yang dianjurkan. Buspirone harus digunakan dengan hati-hati pada orang dengan gangguan hati dan ginjal, perempuan hamil, dan ibu yang menyusui. Obat ini dapat digunakan dengan aman oleh lansia.[3]

c. Interaksi ObatPemberian buspirone dan haloperidol (haldol) bersamaan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi haloperidol di dalam darah. Buspirone sebaiknya tidak digunakan dengan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) utnuk menghindari episode hipertensif, dan diantara penghentian penggunaan MAOI dengan dimulainya terapi buspirone harus terdapat periode pembersihan selama 2 minggu. Erythromycin, itraconazole, nefazodone dan jus anggur dapat meningkatkan konsentrasi buspirone di dalam plasma.[3]

2.2 HYDROXYZINEHydroxyzine adalah antihistamin tua, awalnya disetujui untuk penggunaan

klinis oleh FDA pada tahun 1956. Obat ini memiliki sifat anxiolytic di samping sifat antihistamin dan juga berlisensi untuk pengobatan kecemasan dan ketegangan. Obat juga digunakan sebagai obat penenang sebelum anestesi atau untuk menginduksi sedasi setelah anestesi. Obat ini telah terbukti sama efektifnya dengan benzodiazepin dalam pengobatan gangguan kecemasan umum, sedangkan memiliki sedikit efek samping.[4]

Sediaan Obat Anti Ansietas Gol. Non-Benzodiazepine:[2]

1. Sulpiridea. Nama dagang : Dogmatil

Sediaan : Cap. 50 mgDosis anjuran : 2-3 x 50-100 mg/hari

Page 10: referat obat antianxietas

2. Buspironea. Nama dagang : Buspar

Sediaan : Cap. 10 mgDosis anjuran : 2-3 x 10 mg/hari

b. Nama dagang : Tran-QSediaan : Cap. 10 mgDosis anjuran : -

c. Nama dagang : XietySediaan : Cap. 10 mgDosis anjuran : -

3. Hydroxyzinea. Nama dagang : Iterax

Sediaan : Caplet 25 mgDosis anjuran : 3 x 25 mg/hari

Page 11: referat obat antianxietas

REFERENSI

1. Tanu, ian. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : FK UI. 2009. Hal 169-171

2. Muslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 3. Jakarta : PT Nuh Jaya. 2007. Hal 36-41.

3. Sadock, Benjamin. Sadock, Virginia. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta : EGC. 2010. Hal 484-485

4. Solanki, Gaurav. Anti Anxiety Drugs. India : Jodhpur National University. 2009