Referat Mata Ika, Danik
-
Upload
ika-maya-sandy -
Category
Documents
-
view
641 -
download
5
Transcript of Referat Mata Ika, Danik
REFRAT TRAUMA PALPEBRA
Oleh: Ika Maya Sandy dan Danik Anggraini
1.1 PENDAHULUAN
Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat
menyebabkan laserasi kelopak mata. Bahkan benda tumpul yang
tampaknya tidak berbahaya di tempat kerja dapat menyebabkan laserasi
kelopak mata.1
Cedera yang melibatkan kelopak mata dan daerah periorbital umum-
nya terjadi setelah trauma tumpul atau penetrasi pada wajah. Luka
tersebut dapat bervariasi dari lecet kulit sederhana sampai kasus yang
lebih kompleks yang menyebabkan kehilangan jaringan yang luas serta
fraktur tulang-tulang wajah. Pada saat awal pemeriksaan yang menjadi pri-
oritas utama adalah memperhatikan faktor yang mengancam jiwa secara
sistemik. Setelah kondisi yang dapat mengancam jiwa stabil, perhatian
dapat diarahkan ke luka yang spesifik pada adnexa okular. Pada proses
pengembalian struktur dan fungsi harus tetap mengarah pada prinsip-
prinsip estetika dasar yang menjadi perhatian utama dari ahli bedah
rekonstruksi.2
Kejadian cedera mata dalam trauma kraniofasial tinggi, berkisar
antara 15 dan 60% dalam berbagai penelitian.2
1
1.2 ANATOMI
1.2.1 PALPEBRA
Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung yang menutupi mata.
Palpebra superior sangat tipis sedangkan palpebra inferior sedikit lebih
tebal. Muskulus orbicularis berfungsi sebagai sfingter pada kelopak mata.
Muskulus ini diinervasi oleh cabang temporal dan zygomatic dari syaraf
wajah. Otot ini dibagi menjadi tiga bagian: pretarsal, preseptal, dan
preorbital.3
Gambar 1.1 Palpebra potongan sagital
Septum orbita merupakan lembaran tipis yang merupakan jaringan
ikat pada kedua kelopak mata atas dan bawah. Bagian ini berasal dari
2
periosteum dari orbital rims. Pada palpebra superior, septum meluas ke
inferior mencapai aponeurosis levator tepat di atas perbatasan tarsal
superior. Pada palpebra inferior, septum meluas ke superior untuk sam-
pai ke perbatasan tarsal inferior. Septum berfungsi sebagai penghalang
antara orbita dan kulit kelopak mata. Bagian anterior orbital fat terletak di
profundus dari septum orbital. Pada palpebra superior, lemak
preaponeurotic terletak antara septum dan aponeurosis levator.3
Aponeurosis levator pada palpebra superior merupakan tendon
dari muskulus levator palpebrae superior. Levator ini berasal dari
periorbita yang merupakan bagian posterior dari orbita dan berjalan di
anterior superior dari muskulus rektus superior. Muskulus ini berubah
menjadi tendon sekitar 15 mm di atas tarsal plate superior kemuadian
serat dari muskulus ini berhubungan dengan serat dari orbicularis oculi
membentuk lipatan palpebra superior. Serat juga meluas ke tarsus
inferior untuk memungkinkan elevasi palpebra. Muller's sympathetic
muscle muncul dari serat-serat levator dan masuk ke dalam perbatasan
tarsal superior.3
Fascia capsulopalpebral pada palpebra inferior analog dengan
aponeurosis levator pada palpebra superior. Bagian ini berasal dari
muskulus rektus inferior dan menempel ke perbatasan tarsal inferior.
Muskulus tarsal inferior palpebra inferior sama dengan muskulus Muller
pada palpebra superior. Fascia capsulopalpebral dan muskulus tarsal in-
ferior disebut sebagai retraktor palpebra inferior. Mereka berfungsi untuk
menarik palpebra lebih ke inferior dan posterior dengan melirik ke bawah.
3
Tarsal plate terbuat dari jaringan berserat padat yang membentuk
struktur dari kelopak mata. Ukuran tebalnya sekitar 1mm dan panjang
horisontalnya 25mm. Secara vertikal, tarsus superior berukuran sekitar
10mm sedangkan tarsus inferior biasanya berukuran 5mm. Setiap tarsus
mengandung sekitar 30 kelenjar Meibo. Konjungtiva palpebral adalah
selaput lendir tipis transparan yang melapisi permukaan belakang
masing-masing kelopak mata. Konjungtiva palpebral melekat pada Tarsal
plate dan tidak memerlukan penjahitan jika tarsus tersebut diperbaiki.3
Margo palpebra dibagi menjadi bagian ciliary dan bagian lakrimal.
Bagian ciliary merupakan bagian bantalan yang memanjang dari sudut
kantus lateral ke punctum lakrimal. Bagian lakrimal meluas dari punctum
ke sudut kantus medial. Di bagian ciliary, bulu mata menonjol dari tepi
anterior margin. Margo palpebra (dari depan ke belakang) terdiri dari:
(1)Anterior Lid Margin; (2) Cilia; (3) Intermarginal space; (4) Gray line =
peralihan antara kulit dan mukosa (penting untuk insisi); (5) Muara Glan-
dula Meibom; (6) Posterior Lid Margin.3
1.2.2 SISTEM LAKRIMALIS
Kelenjar lakrimal terletak di kuadran superolateral anterior dari
orbita di fosa lakrimalis. Air mata mencapai hidung karena adanya tarikan
ke dalam punctum dari canaliculi oleh tekanan negatif. Tekanan ini
dihasilkan oleh kontraksi otot-otot orbiculalis oculi preseptal saat
berkedip. Sistem lakrimal ekskretoris terdiri dari canaliculi superior dan
inferior, sakus lakrimalis, dan duktus nasolacrimalis. Canaliculi terdiri dari
4
bagian vertikal yang pendek, bagian horizontal, dan area gabungan yang
dikenal sebagai common canaliculus. Bagian vertikal yang pendek
biasanya berukuran sekitar 2mm sedangkan bagian horizontal berukuran
6-8mm. Sakus lakrimalis dibagi menjadi fundus dan corpus. Fundus
terletak bagian atas canaliculis (4mm) dan corpus terletak bagian bawah
canaliculis (10mm). Duktus nasolacrimal berjalan di kanal tulang sepan-
jang 12-15mm ke arah inferior dan posterior sebelum bermuara ke
meatus inferior.3
Gambar 1.2 Sistem lakrimalis
1.3 BATASAN
Berbagai mekanisme trauma seperti kecelakaan mobil, perkelahian,
gigitan binatang, dan berbagai mekanisme lain dapat merusak kelopak
5
mata dan sistem drainase air mata.4 Sedangakan yang disebut sebagai
laserasi kelopak mata merupakan rudapaksa pada kelopak mata akibat
benda tajam yang mengakibatkan luka robek/laserasi.5
1.4 KLASIFIKASI
Kerusakan pada kelopak mata diklasifikasikan berdasarkan ukuran
dan lokasi:6
Untuk pasien muda (tight lids)
o Small - 25-35%
o Medium - 35-45%
o Large - > 55%
Untuk pasien yang lebih tua (lax lids)
o Small - 35-45%
o Medium - 45-55%
o Large - > 65%
Kerusakan khas mungkin melibatkan 50% dari bagian tengah
kelopak mata atas. Keterlibatan margin kelopak mata harus diperhatikan.
Jika margin kelopak mata terhindar, penutupan dengan flap lokal atau skin
graft mungkin sudah cukup. Setelah margin terlibat, perbaikan bedah harus
mengembalikan integritas dari margin kelopak mata.6
1.5 PATOFISIOLOGI
1.5.1 TRAUMA TUMPUL
6
Echimosis dan edema termasuk dalam manifestasi klinis trauma
tumpul. Pasien membutuhkan evaluasi biomikroskopik dan pemeriksaan
fundus dengan pupil yang dilebarkan untuk menyingkirkan permasalahan
yang terkain kelainan intraokular. CT scan di perlukan untuk mengetahui
adanya fraktur.7
Gambar 1.3 Echimosis dan edema akibat trauma tumpul
1.5.2 TRAUMA TAJAM
Pengetahuan yang mendetail tentang anatomi palpebra
membantu dokter ahli bedah untuk memperbaiki trauma tajam palpebra.
Secara umum, penanganan trauma tajam palpebra tergantung
kedalaman dan lokasi cedera.7
1.5.3 LASERASI YANG TIDAK MELIBATKAN MARGO PALPEBRA
Laserasi pada palpebra superficial hanya terdapat pada kulit dan
otot orbicularis biasanya hanya memerlukan jahitan pada kulitnya saja.
7
Untuk menghindari sikatrik yang tidak di kehendaki, harus mengikuti
prinsip dasar tindakan bedah plastik. Hal ini termasuk debridemant luka
yang sifatnya konservatif, menggunakan benang dengan ukuran yang
kecil. Menyatukan tepi luka sesegera mungkin dan melakukan
pengangkatan jahitan. Adanya lemak orbita di dalam luka menyatakan
bahwa septum orbita telah terkena. Bila terdapat benda asing di daerah
superfisial harus dicari sebelum laserasi pada palbebra di jahit.
Melakukan irigasi untuk menghilangkan kontaminasi material di dalam
luka. Prolaps lemak orbita pada palpebra superior merupakan indikasi
untuk melakukan eksplorasi, laserasi pada otot levator atau aponeurosis
harus dengan hati-hati melakukan perbaikan untuk menghindari ptosis
post operasi.7
Gambar 1.4 Laserasi palpebra tanpa melibatkan margo palpebra
1.5.4 LASERASI PADA MARGO PALPEBRA
Laserasi pada margo palpebra memerlukan jahitan untuk
menghindari tepi luka yang tidak baik. Banyak teknik – teknik sudah
8
diperkenalkan tapi pada prinsip pentingnya adalah aproksimasi tarsal
harus dibuat dalam garis lurus.
Gambar 1.5 Laserasi pada margo palpebra
1.5.5 TRAUMA PADA JARINGAN LUNAK KANTUS
Trauma pada medial atau lateral kantus pada umumnya
disebabkan oleh adanya tarikan horizontal pada palpebra menyebabkan
avulsi dari palpebra pada titik lemah medius atau lateral dari tendon
kantus. Avulsi dari tendon kantus medial harus dicurigai bila terjadi di
sekitar medial tendon kantus dan telekantus. Harus diperhatikan juga
posterior dari tendon sampai dengan posterior kelenjar lakrimalis.
Penanganan avulsi dari tendon medial kantus tergantung pada jenis
avulsinya. Jika pada bagian atas atau bagian bawah terjadi avulsi tetapi
pada bagian posterior masih intake avulsi dapat di jahit. Jika terdapat
avulsi pada posterior tetapi tidak ada fracture pada nasoorbital tendon
yang mengalami avulsi harus di lakukan wirering melalui lubang kecil di
dalam kelenjar lakrimal ipisi lateral posterior. Jika avulsi tendon disertai
9
dengan fraktur nasoorbital, wirering transnasal atau platting diperlukan
setelah reduksi dari fraktur.7
1.5.6 GIGITAN ANJING DAN MANUSIA
Robekan dan trauma remuk terjadi sekunder dari gigitan anjing
atau manusia. Laserasi palpebra pada sebagian kulit luar dan kulit
secara menyeluruh, avulsi kantus, laserasi kanalikulus paling sering
terjadi. Trauma pada wajah dan intracranial mungkin dapat terjadi
terutama pada bayi.
Irigasi dan penutupan luka secara dini harus segera dilakukan dan
kemungkinan terjadinya tetanus dan rabies harus dipikirkan serta
memerlukan observasi, direkomendasikan untuk pemberian antibiotik.7
Gambar 1.6 Laserasi akibat gigitan anjing
1.5.7 LUKA BAKAR PADA PALPEBRA
Pada umumnya luka bakar pada aplpebra terjadi pada pasien-
pasien yang mengalami luka bakar yang luas. Sering terjadi pada pasien
10
dengan keadaan setengah sadar atau di bawah pengaruh sedatif yang
berat dan memerlukan perlindungan pada mata untuk mencegah
ekspose kornea, ulserasi dan infeksi. Pemberian antibiotik tetes dan
salep serta pelembab. Evaluasi secara rutin pada palpebra merupakan
penanganan dini pada pasien-pasien tersebut.7
1.6 PENATLAKSANAAN
1.6.1 EVALUASI PREOPERATIVE DAN PENDEKATAN DIAGNOSTIK
A. Stabilisasi Sistemik
Evaluasi luka periorbital dimulai setelah pasien trauma telah stabil
dan cedera yang mengancam hidup ditangani. Peran dokter mata dalam
evaluasi dan manajemen adalah sangat penting - harus ada komunikasi
yang baik antara tim trauma dan dokter mata.2
B. Riwayat Penyakit
Sebuah riwayat penyakit yang lengkap diperoleh untuk
menentukan waktu kejadian dan mekanisme cedera. Untuk anak-anak,
harus dipertimbangkan kemungkinan adanya kekerasan pada anak
sebagai penyebab cedera mata dan periorbital. Adanya anamnesa ten-
tang partikel proyektil berkecepatan tinggi mungkin memerlukan studi
pencitraan yang tepat untuk menentukan adanya benda asing intraokuler
atau intraorbital. Gigitan hewan dan gigitan manusia harus diberi perha-
tian khusus dan dikelola sesuai dengan pemberian antibiotik yang tepat.
Pada bagian yang cedera diperiksa dengan hati-hati untuk setiap
11
jaringan yang hilang, dan setiap jaringan yang teramputasi yang
ditemukan di lokasi kejadian diawetkan dan ditempatkan pada es secepat
mungkin. Dalam kebanyakan kasus jaringan ini dapat dijahit kembali ke
lokasi anatomi yang tepat.2
C. Pemeriksaan Oftalmologi
Penilaian ketajaman visual adalah wajib dan dilakukan sebelum
setiap upaya rekonstruksi. Periksa keadaan pupil, jika didapatkan
kerusakan relatif pada afferent pupillary, potensi hasil visual akan buruk
dan harus didiskusikan dengan pasien sebelum dilakukan bedah rekon-
struksi. Otot-otot luar mata dievaluasi dan jika didapatkan adanya
diplopia harus tercatat sebelum operasi. Pemeriksaan eksternal meliputi
penilaian lengkap tulang tulang wajah, dengan penekanan khusus pada
wilayah periorbital. Palpasi yang jelas menunjukkan adanya krepitasi,
atau unstable bone memerlukan evaluasi radiologi. Pengukuran baseline
proyeksi bola mata didokumentasikan dengan exophthalmometry Hertel
karena enophthalmos merupakan sequela lambat yang umum terjadi
pada trauma orbital. Posisi kelopak mata, fungsi otot orbicularis, dan
setiap bukti lagophthalmos dicatat. Pengukuran jarak intercanthal dan
evaluasi integritas dari tendon canthal juga dilakukan, karena dapat ter-
jadi dehiscence tendon traumatis dan telecanthus.2
D. Evaluasi Laboratorium dan Radiografi
Biasanya, evaluasi laboratorium yang tepat dilakukan oleh tim
ruang gawat darurat. Hitung darah lengkap dan analisis kimia serum
12
seringkali diperlukan untuk tujuan anestesi. Pemeriksaan faal hemostasis
dapat membantu dalam kasus-kasus tertentu, dan pemeriksaan kimia
darah untuk alkohol dan zat-zat beracun lainnya diperlukan dalam beber-
apa kasus. Ketika kecurigaan klinis patah tulang orbital tinggi, pencitraan
yang sesuai dengan orbita, terutama computed tomography, harus
diusulkan. Ultrasonografi bola mata, otot luar mata, saraf optik, dan orbita
kadang-kadang bisa menjadi pemeriksaan tambahan yang penting.2
E. Profilaksis Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan hal yang utama. Data riwayat
imunisasi tetanus lengkap harus diperoleh dan akan dilakukan
manajemen yang tepat pada pasien tidak mendapat imunisasi atau tidak
tahu tentang riwayat imunisasinya. Jika diketahui atau dicurigai adanya
gigitan hewan, semua informasi tentang bagian yang cedera , pemilik
hewan, dan setiap perilaku hewan yang abnormal harus diperoleh dan
departemen perawatan hewan setempat diberitahu. Ikuti protokol standar
rabies.2
Gigitan kucing, dan bahkan luka yang disebabkan oleh cakar
kucing, merupakan resiko tinggi infeksi. Profilaksis yang sesuai termasuk
penisilin VK (phenoxymethylpenicillin) 500mg sehari selama 5-7hari.
Pada pasien alergi penisilin maka dapat diberikan tetrasiklin. Luka gigitan
manusia memerlukan pemberian antibiotik yang tepat, seperti penisilin.2
F. Timing of Repair
13
Waktu perbaikan ini ditentukan oleh beberapa faktor. Setiap upaya
harus dilakukan untuk merekonstruksi jaringan terluka sesegera mungkin
setelah pasien telah sepenuhnya dievaluasi dan data pemeriksaan pe-
nunjang tambahan telah diperoleh. Jika terpaksa dilakukan penundaan
perbaikan, maka penting untuk selalu menjaga jaringan agar selalu
dalam kondisi lembab.2
1.6.2 ANESTESI
Pemilihan anestesi untuk perbaikan luka adnexal tergantung pada
beberapa faktor. Umur pasien sangat penting karena hampir semua anak
memerlukan anestesi umum untuk mencapai hasil rekonstruksi terbaik.
Luka besar dengan kerusakan jaringan lunak yang luas dan keterlibatan
osseous terbaik jika dilakukan dengan anatesi umum. Meskipun dengan
menggunakan anestesi umum, infiltrasi lokal epinefrin (adrenalin) sangat
penting untuk hemostasis. Mayoritas cedera dewasa dapat diperbaiki
dengan anestesi infiltrasi atau regional lokal lidokain 1-2% (lignocaine)
dengan 1:100000 epinefrin. Anestesi infiltrasi dapat menyebabkan
distorsi jaringan yang signifikan; ini dapat diminimalkan dengan
penggunaan asam hyaluronic (hyaluronidase), yang memfasilitasi
penyebaran cairan anestesi.2
1.6.3 TEKNIK UMUM
Teknik-teknik rekonstruksi kelopak mata dan orbital setelah
trauma sangat banyak dan beragam, yang digunakan sangat tergantung
pada sejauh mana cedera dan struktur adnexal spesifik yang terlibat.
14
Pendekatan yang umum adalah untuk mengatasi setiap struktur anatomi
secara independen dan menghormati prioritas yang tepat, pertama seba-
gai pelindung mata, kemudian fungsinya, dan akhirnya kosmetik. Dalam
banyak kasus, sejumlah teknik rekonstruksi digabungkan untuk mencapai
hasil yang maksimal.8
Beberapa metode dapat dipergunakan untuk melakukan
rekontruksi defek palpebra pilihan ahli bedah tergantung pada umur
pasien,karakter palpebra, ukuran dan posisi defek serta pengalaman ahli
bedah.7
Prioritas pada rekontruksi palpebra adalah :7
Pekembangan tepi palpebra yang stabil
Lebar palpebra secara vertical yang adekuat
Penutupan palpebra yang adekuat
Halus dan terjadi epitelisasi pada permukaan internal palpebra
Baik secara kosmetik dan simetris
Prinsip –prinsip rekonstruksi palpebra :7
Rekonstruksi anterior atau posterior lamella palpebra dengan graft.
Tegangan yang maksimum secara horizontal dan ketegangan yang
minimum secara vertical.
Mempertahankan bentuk anatomi dari kantus kemiripan jaringan
defek yang sempit.
Memilh teknik yang simple pada saat rekonstruksi.
Jangan membuat defek bila tidak dapat di tutup.
Mintalah konsultasi pada sub spesialis bila diperlukan.
15
Penatalaksanaan trauma palpebra termasuk :7
Menggali riwayat
Mencatat ketajaman penglihatan
Mengevaluasi bola mata
Mengetahui secara detail tentang palpebra & anatomi mata.
Memastikan posisi yang terbaik dalam penanganan
Linberg JV. Oculoplastic and Orbital Emergencies Norwalk, CT :
Appleton & Lange,1990
1.6.4 TEKNIK SPESIFIK
A. Partial-Thickness Eyelid Injuries
Partial-thickness eyelid injuries, laserasi kelopak mata dangkal
yang tidak melibatkan margin palpebra dan yang sejajar dengan garis
kulit dapat distabilkan dengan skin tape. Laserasi yang lebih besar dan
tegak lurus dengan garis kulit memerlukan pendekatan yang lebih hati-
hati dan eversi ke tepi kulit. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan
benang ukuran 6-0 atau 7-0 yang absorbable atau nonabsorbable. Jika
ketebalan penuh dari otot orbicularis terlibat, harus diperbaiki secara
terpisah. Penetrasi ke septum orbital dengan cedera pada aponeurosis
levator, luka tersebut harus diperbaiki.2
B. Eyelid Margin Lacerations
16
Jenis trauma adnexa membutuhkan pendekatan kelopak mata
yang paling teliti, yang harus tepat untuk menghindari notching kelopak
mata dan malposisi margin palpebra. Semua bagian tarsal yang iregular
di tepi luka harus dibuang untuk memungkinkan pendekatan tarsal-ke-
tarsal yang lebih baik pada margin palpebra yang diperbaiki. Hal ini
dilakukan sepanjang ketinggian vertikal seluruh tarsus untuk mencegah
tarsal buckling, meskipun laserasi primer mungkin hanya melibatkan
tarsus marginal. Perbaikan dimulai dengan penempatan benang 6-0
pada bidang kelenjar meibom di margin palpebra, kira-kira 2mm dari tepi
luka dan dengan kedalaman 2mm. Dulunya, sering dilakukan penjahitan
margin menggunakan benang nonabsorbable. Namun, Jeffrey P, George
C dan Robert AG telah secara rutin menggunakan jahitan dengan meng-
gunakan benang absorbable dan belum mengalami komplikasi dari
penyerapan jahitan yang prematur.2
17
Gambar 1.7 Teknik penjahitan pada laserasi yang melibatkan margin
palpebra
Pentupan margo palpebra dapat dilakukan dengan 2 atau 3 jahitan
untuk mensejajarkan tepi luka. Untuk menghindari kerusakan pada epitel
kornea jahitan tarsal tidak boleh meluas sampai dipermukaan
konjungtiva, terutama pada palpebra superior. Penutupan tepi palpebra
harus menghasilkan tepi luka yang baik.7
18
A. Tepi dari palpebra, jahit dengan jahitan matras vertikal,
benang melewati orificium kelenjar meibom.
B. Jahitan plat tarsal dengan 2 atau 3 jahitan terputus.
C. Jahitan pada tepi palpebra dengan matras vertical.
D. Pentupan kulit
C. Eyelid Injuries with Tissue Loss
Luka kelopak mata yang mengakibatkan kehilangan jaringan
memberikan tantangan rekonstruksi yang lebih sulit. Ini adalah kewajiban
bagi ahli bedah untuk mengevaluasi pasien dengan trauma kelopak
mata, untuk menentukan tidak hanya apakah dan berapa banyak dari
kelopak mata yang hilang tetapi juga lapisan kelopak mata tidak ada.
Dalam evaluasi pasien, sangat penting untuk mempertimbangkan
kelopak mata sebagai struktur yang memiliki lamela anterior dan
posterior, kulit dan muskulus orbicularis akan menjadi lamela anterior,
sedangkan tarsus dan konjungtiva menjadi lamela posterior. Jika full-
thickness loss of eyelid tissue mengarah ke lagophthalmos dan eksposur
19
kornea, pelumasan agresif dengan salep antibiotik harus diberikan atau
dilakukan tarsorrhaphy sementara sampai perbaikan pasti dapat dicapai.2
D. Full-Thickness Eyelid Lacerations
Full-thickness lacerations yang tidak melibatkan margin kelopak
mata mungkin terkait dengan kerusakan internal yang signifikan dari
struktur palpebra dan perforasi bola mata. Pada penanganan cedera ini
memerlukan pemeriksaan lapis demi lapis pada luka untuk menilai
integritas dari septum orbita, otot levator dan aponeurosis levator,
konjungtiva, otot rektus, dan bola mata.2
Jika lamela posterior kelopak mata terlibat dalam full-thickness
eyelid injury tetapi dapat direapproximat tanpa menimbulakan
ketegangan kulit yang tidak semestinya, maka langsung dapat diperbaiki.
Tarsal alignment dapat dicapai melalui jahitan dalam. Jeffrey P, George
C dan Robert AG lebih suka melakukan penjahitan menggunakan
polyglactin (Vicryl) ukuran 6-0 atau 7-0, namun, Dexon, silk, dan kromik
dapat pula digunakan untuk penutupan tarsal.2
E. Cedera pada Sistem Lakrimalis
a. Kanalikulus Superior
Cedera pada daerah ini jarang menimbulkan gejala bila fungsi
kanalikuli inferior masih normal. Oleh karena itu cedera daerah ini
tidak memerlukan metode khusus apapun untuk memperbaiki
20
kanalikuli superior, karena potensi drainasinya lebih rendah jika
dibandingkan dengan kanalikuli inferior.9
b. Kanalikulus Inferior
Perbaikan cedera pada kanalikulus inferior masih dalam perde-
batan. Bukan suatu hal yang sulit untuk menyatukan kembali dua sisi
kanalikulus yang terputus, namun tidak mudah untuk memastikan
patensi anastomosis kanalikulus ini setelah beberapa bulan kemu-
dian. Berbagai jenis stent telah digunakan, namun pengunaan stent
itu sendiri merangsang timbulnya fibrosis.9
Gambar 1.8 Larerasi pada kanaliculus inferior
Gambar 1.9 Pemasangan stent dengan menggunakan silicone stent
21
Selama operasi sebuah silicone tube halus (stent) diletakkan di
saluran lakrimalis untuk menjaga bukaan pada sistem drainase air
mata. Stent ini kemudian akan dilepas. Jika operasi ini tidak
sepenuhnya berhasil gejala dapat diselesaikan dengan menggunakan
sebuah tabung Jones Lester.10
Gambar 1.10 Penggunaan Lester Jones Tube
c. Common Canaliculus
Jika terjadi cedera pada common canaliculus, maka harus di-
lakukan perbaikan atau dibuka sampai sakus lakrimalis, lakukan in-
tubasi kanalikulus dan dakriosistorinostomi.9
d. Sakus Lakrimais
Jika terjadi cedera pada sakus lakrimalis, maka dakriosistorinostomi
harus dilakukan.9
22
1.7 KOMPLIKASI
A. Akibat kegagalan dalam memperbaiki laserasi khususnya jika
melibatkan margin palpebra, dapat berupa:11
Epifora kronis
Konjungtivitis kronis, konjungtivitis bakterial
Exposure keratitis
Abrasi kornea berulang
Entropion/ ektropion sikatrikal
B. Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi
penutupan luka, dapat berupa:11
Jaringan parut
Fibrosis
Deformitas palpebra sikatrikal
C. Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau karena
penutupan luka yang tertunda.11
D. Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem nasolacrimal.11
1.8 PROGNOSIS
Prognosis sangat tergantung pada luasnya laserasi atau kerusakan
palpebra serta lokasi dan ketebalan jaringan yang rusak.11
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Edsel I. Laceration, Eyelid (serial online). Last update Feb/23/2010.
[cited Jan/20/2011,06.18]. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1212531-overview
2. Jeffrey P, George C, Robert AG. Eyelid Trauma and
Reconstruction Techniques (serial online). Last update Dec/29/2010.
[cited Jan/20/2011,06.17]. Available from: URL:
http://medtextfree.wordpress.com/2010/12/29/chapter-94-eyelid-
trauma-and-reconstruction-techniques/
3. Francis B, Quinn. Anatomy of the Ocular Adnexa and Orbit, In:
Orbital Trauma (serial online). Last update Jun/03/1998. [cited
Jan/20/2011,06.20]. Available from: URL:
http://www.utmb.edu/otoref/grnds/orbital-trauma.html
4. Robert G. Reconstructive Surgery (serial online). Last update
Marc/03/2008. [cited Jan/20/2011,06.20]. Available from: URL:
http://www.drfante.com/reconstructive_surgery.html
5. Rowena GH, Harijo W, Ratna,D. Laserasi Kelopak Mata, Dalam:
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Mata Edisi
III. Surabaya: RSU DR. Soetomo; 2006. p.147
6. Mounir B. Eyelid Reconstruction, Upper Eyelid (serial online). Last
update Jan/29/2010. [cited Jan/20/2011,06.24]. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1282054-overview
24
7. American Academy of Ophthalmology. Orbit, Eyelids, and Lacrimal
System. San Fransisco: The Eye M.D Association; 2006.
8. Sharma V., Benger R., Martin P.A. Techniques of periocular
reconstruction. Indian: J Ophthalmol ; 2006. p.149-158.
9. J R O Collin. Repaired of Eyelid Injuries, In: A Manual of Systematic
Eyelid Surgery. United States of Amarica: Churchill Livingstone;
1989. p.99-108
10. Maria S. Watering eyes (Epiphora) (serial online). Last update
Jan/29/2010. [cited Jan/20/2011,01.26]. Available from: URL:
http://www.faceandeye.co.uk/eye/wateringeyes2.html
11. Graham M, Paul EM. Eyelid: Trauma – Repair (serial online). Last
update Jan/16/2010. [cited Jan/24/2011,02.24]. Available from: URL:
http://www.vetstream.com/equis/Content/Technique/teq00106
25