Referat Kel.2 (Rosasea).docx

17
Tinjauan Pustaka ROSASEA Oleh: Della Putri Yuwinanda Merlina Gusrini Muhammad Ikhwan Putra Elba Suci Pratiwi Pembimbing: dr. Dwi Astuti Candrakirana, Sp.KK KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KULIT & KELAMIN 1

Transcript of Referat Kel.2 (Rosasea).docx

Page 1: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

Tinjauan Pustaka

ROSASEA

Oleh:

Della Putri Yuwinanda

Merlina Gusrini

Muhammad Ikhwan

Putra Elba

Suci Pratiwi

Pembimbing:

dr. Dwi Astuti Candrakirana, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KULIT & KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RSUD ARIFIN ACHMAD

PEKANBARU 2012

1

Page 2: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

ABSTRACTROSASEA

Della Putri Yuwinanda1, Muhammad Ikhwan1, Merlina Gusrini1, Putra Elba1 Suci Pratiwi1, Dwi Astuti Candrakirana2

Rosacea is a chronic inflammatory condition of the facial skin affecting the blood vessels and pilosebaceous units. Some reports state that approximately 4% of rosacea patients are of African, Latino, or Asian descent. In a Swedish survey of people between 20 and 60 years of age, approximately 10% were thought to have rosacea, with a female-to-male ratio of 3:1. Rosacea is usually manifested as flushing in patients in their 20s, becomes troublesome to patients in their 30s, and may continue to progress thereafter. Morbidity associated with rosacea typically occurs in the fourth and fifth decades of life. Patients usually present with complaints of flushing and blushing and sensitive skin, and their skin may be especially irritated by topical preparations. Standard treatments approved by the FDA include azelaic acid, topical metronidazole, and oral tetracyclines, in particular minocycline and doxycycline. Key word: Rosasea,definition, epidemiology, sign and symptoms, treatment.

ABSTRAKROSASEA

Della Putri Yuwinanda1, Muhammad Ikhwan1, Merlina Gusrini1, Putra Elba1 Suci Pratiwi1, Dwi Astuti Candrakirana2

Rosasea adalah suatu kondisi peradangan kronik pada kulit wajah yang mempengaruhi pembuluh darah dan unit pilosebasea. Laporan dari beberapa Negara didaptkan bahwa sekitar 4% pasien rosasea adalah dari Afrika, Latin, atau maupun Asia. Survei di Swedia antara umur 20 dan 60 tahun, sekitar 10% yang diperkirakan menderita rosasea memiliki rasio perempuan dan laki-laki yaitu 3:1. Rosasea biasanya bermanifestasi seperti kemerahan pada pasien berusia 20-an tahun, dan gejala menjadi lebih mengganggu untuk pasien berusia 30-an tahun, dan akan terus berkembang setelahnya. Meskipun gejala bertambah dan berkurang selama jangka pendek, rosasea dapat berkembang seiring berjalannya waktu. Morbiditas oleh karena rosasea biasanya terjadi dalam dekade keempat dan kelima dari kehidupan. Pasien biasanya datang dengan keluhan kemerahan, kulit sensitif, dan kulit dapat  teriritasi oleh preparat topikal. Pengobatan standar dengan FDA  meliputi asam azelaic, metronidazol topikal, tetrasiklin oral, diminosiklin dan doksisiklin. Kata kunci: Rosasea, definisi, epidemiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan

1corresponding Author, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau 2Bagian Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl. Diponegoro No.1 Pekanbaru

ROSASEADella Putri Yuwinanda1, Muhammad Ikhwan1, Merlina Gusrini1, Putra Elba1

Suci Pratiwi1, Dwi Astuti Candrakirana2 Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

2

Page 3: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

Pendahuluan

Rosasea dikenal dengan akne rosasea, merupakan penyakit kulit kronis

pada daerah sentral wajah yang menonjol yang ditandai dengan kemerahan pada

kulit dan talangiektasi disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi

papul, eritema, telangiectasia, kekasaran kulit, papulopustular inflamasi

menyerupai jerawat dan edema.1

Rosasea sering diderita pada umur 30-40 tahun, namun dapat pula pada

remaja maupun orang tua. Umumnya wanita lebih sering terkena dari pada pria.

Ras kulit putih (Kaukasia) lebih banyak terkena dari pada kulit hitam (Negro) atau

berwarna (Polinesia).1

Penelitian yang dilakukan National Rosacea Society didapatkan lebih dari

76 persen pasien rosasea mengalami gangguan psikologis seperti penurunan rasa

percaya diri dan harga diri, dan 41 persen pasien tidak bersosialisasi. Di antara

pasien rosacea dengan gejala berat, 88 persen mengatakan gangguan tersebut telah

mempengaruhi interaksi profesional mereka dalam pekerjaan, dan 51 persen

mengatakan mereka bahkan kehilangan pekerjaan karena kondisi penyakit

mereka. Sedangkan penyebab dari rosacea tidak diketahui dan belum ada

pengobatan yang pasti, hanya bersifat simptomatis.2

Etiologi dan Patogenesis

Etiologi dari rosasea tidak diketahui. Ada beberapa faktor yang terlibat

dalam patogenesis terjadinya rosasea yakni pembuluh darah, paparan

iklim/musim, degenerasi matriks kulit, makanan dan obat-obatan,

mikroorganisme, ekspresi ferritin, reactive oxygen species (ROS), peningkatan

angiogenesis, dan disfungsi peptida antimikroba.3,4

1. Pembuluh darah

Peningkatan aliran darah ke pembuluh darah wajah dan peningkatan

jumlah pembuluh darah yang letaknya lebih dekat ke permukaan wajah diduga

menjadi faktor terjadinya eritema dan flushing. Selain itu, vasodilatasi dan respon

normal terhadap hipertermia lebih menonjol pada orang-orang dengan rosasea.3

2. Paparan iklim/musim

3

Page 4: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

Peran musim panas atau musim dingin, termasuk di dalamnya peran sinar

ultraviolet matahari yang dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah kulit

penyebab eritema persisten masih terus diselidiki karena belum jelas dan

bertentangan hasilnya.1

3. Degenerasi matriks kulit

Rosasea melibatkan adanya kerusakan endotel pembuluh darah dan

degenerasi matriks kulit. Tidak diketahui apakah kerusakan awal adalah pada

matriks kulit atau terletak pada pembuluh darah kulit yang menyebabkan

kebocoran pembuluh darah dan penundaan klirens protein serum, mediator

inflamasi, dan sisa-sisa metabolisme sehingga mengakibatkan degenerasi matriks

kulit.3

4. Makanan dan obat-obatan

Makanan pedas, alkohol, dan minuman panas dapat memicu flushing pada

penderita rosasea.1-3 Alkohol merupakan penyebab rosasea yang diutarakan sejak

zaman Shakespeare yang pernah ditulis dalam salah satu bukunya.1

Adanya peningkatan bradikinin yang dilepas oleh adrenalin pada saat

kemerahan kulit flushing menimbulkan dugaan adanya peran obat, baik sebagai

penyebab maupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosasea, seperti

amiodarone, steroid topikal, steroid hidung, dan vitamin B-6 dan B-12 dosis

tinggi.3

5. Mikroorganisme

Demodex folliculorum (tungau yang biasa hidup di folikel rambut

manusia) dahulu dianggap berperan pada etiologi rosasea, namun akhir-akhir ini

mulai ditinggalkan.3

6. Ekspresi ferritin

Besi mengkatalisis konversi hidrogen peroksida menjadi radikal bebas,

yang menyebabkan cedera jaringan dengan cara merusak membran sel, protein,

dan DNA. Pada tingkat sel, zat besi yang tidak dimetabolisme disimpan sebagai

ferritin. Dalam sebuah studi 2009, spesimen biopsi kulit dari pasien dengan

rosasea yang secara imunohistokimia dianalisis, dan jumlah sel-sel feritin-positif

secara signifikan lebih tinggi pada individu yang terkena dibandingkan dengan

subjek kontrol. Dengan demikian, peningkatan pelepasan besi bebas dari

4

Page 5: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

proteolisis feritin dapat mengakibatkan kerusakan oksidatif pada kulit, yang dapat

berkontribusi pada patogenesis rosasea.3

7. Reactive oxygen species (ROS)

Pada awal proses peradangan, ROS yang dilepas oleh neutrofil memiliki

peranan penting dalam peradangan pada rosasea. Radikal bebas, seperti anion

superoksida dan hidroksil radial, selain molekul reaktif lainnya, seperti molekul

oksigen, oksigen singlet, dan hidrogen peroksida, terdiri dari banyak ROS yang

bisa menyebabkan kerusakan jaringan oksidatif. Beberapa mekanisme

menjelaskan bagaimana ROS mengakibatkan peradangan kulit, terutama

deaktivasi pertahanan alami disebabkan oleh stres oksidan yang berlebihan dari

ROS, kimia dan modifikasi oksidatif protein dan lipid oleh ROS; perubahan

keseimbangan lipid pada pasien rosacea, yang, dalam proporsi normal akan

menekan pembentukan ROS, produksi sitokin dan mediator inflamasi lainnya oleh

keratinosit, fibroblas, dan sel endotel yang rusak akibat ROS, dan generasi ROS

oleh cathelicidins, yang ditemukan dalam jumlah yang lebih besar di kulit wajah

dari individu yang terkena.3

8. Angiogenesis dan ekspresi berlebihan dari vascular endothelial growth factor

(VEGF)

Studi yang dilakukan dengan menggunakan capillaroscopy video pada lesi

rosasea eritematotelangiektasia menunjukkan neoangiogenesis meningkat dan

pembesaran pembuluh darah. Studi imunohistokimia multipel menunjukkan

ekspresi VEGF meningkat pada endotel pembuluh darah pada kulit lesi

dibandingkan dengan yang non lesi pada pasien rosasea. Cuevas dkk

menggunakan dobesilat topikal, penghambat faktor pertumbuhan angiogenik,

untuk pengobatan rosasea eritematotelangiektasia dan melaporkan adanya

perbaikan dalam eritema dan telangiektasia setelah 2 minggu.3

9. Disfungsi Antimicrobial Peptides (AMPs)

AMPs adalah protein berat bermolekul kecil yang merupakan bagian dari

respon imun bawaan dan telah menunjukkan aktivitas antimikroba spektrum luas

terhadap bakteri, virus, dan jamur. AMPs dengan cepat dilepaskan jika terjadi

cedera dan atau infeksi kulit, dan juga terlibat dalam patogenesis penyakit

inflamasi pada kulit. Cathelicidins dan β-defensin adalah 2 terkenal jenis AMPs,

5

Page 6: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

yang telah terbukti dinyatakan dalam tingkat abnormal tinggi pada pasien dengan

rosasea.3

Secara khusus, bentuk peptida cathelicidin LL-37, selain bentuk proteolitik

olahan LL-37, telah ditemukan dalam jumlah signifikan yang berbeda pada pasien

rosasea dibandingkan dengan individu sehat. LL-37 diekspresikan oleh leukosit

polimorfonuklear dan limfosit. LL-37 berinteraksi dengan sel endotel dan

merangsang angiogenesis baik in vitro dan in vivo. Hal ini juga memodulasi

ekspresi VEGF. Injeksi LL-37 dan peptida baru yang berasal dari LL-37 ke tikus

menginduksi terjadinya inflamasi, eritema, dan telangiectasia. Oleh karena itu,

peneliti berhipotesis bahwa kelebihan cathelicidins ditambah dengan proses yang

abnormal dapat menyebabkan penyakit.3

Diagnosis

Tempat predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi,

dagu, kening dan alis. Kadang-kadang meluas ke leher bahkan pergelangan tangan

atau kaki. Lesi umumnya simetris.1

Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiektasia, papul, edema dan

pustul. Komedo tidak ditemukan dan bila ada merupakan kombinasi dengan akne

(komedo solaris, akne kosmetika).

Adanya eritema dan telangiektasia bersifat persisten pada setiap episode

dan merupakan gejala khas rosasea. Papul kemerahan pada rosasea tidak nyeri

berbeda dengan akne vulgaris dan hemisferikal. Pustul hanya ditemukan pada

20% penderita sedangkan udem dapat menghilang atau menetap antara episode

rosasea.1

Pada tahap awal atau stadium 1 rosasea dimulai dengan timbulnya eritem

tanpa sebab atau akibat sengatan matahari. Eritem ini menetap lalu diikuti

timbulnya beberapa telangiektasis. Pada stadium 2 diselingi episode akut yang

menyebabkan timbulnya papul, pustul dan udem, terjadilah eritem persisten dan

banyak telangiektasis, papul dan pustul. Pada stadium 3 terlihat eritema persisten

yang dalam, banyak telangiektasia, papul, pustul, nodul, dan edema.1

6

Page 7: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

Akne rosasea6

Pustular rosasea3

Diagnosis Banding

1. Akne Vulgaris

Akne vulgaris terjadi pada umur remaja, kulit seboroik, klinis komedo, papul,

pustul, nodus, kista. Tempat predileksi muka, leher, bahu, dada, dan punggung

bagian atas. Tidak ada telangiektasia.1

2. Dermatitis Seboroik

Terdapat sebore, skuama berminyak dan agak gatal. Tempat predileksi

retroaurikular, alis mata, sulkus nasolabial.1

3. Dermatitis Perioral

Terjadi pada wanita muda, tempat predileksi sekitar mulut dan dagu, polimorfi

tanpa telangiektasia dan keluhan gatal.1

7

Page 8: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

4. Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)

Meskipun SLE dapat menstimulasi terjadinya rosasea, namun klinis terlihat

eritema dan atrofi pada pipi dan hidung dengan batas tegas dan berbentuk

kupu-kupu.1

Pengobatan

1. Pengobatan sistemik

Obat-obat yang diberikan yaitu seperti tetrasiklin, dosis yang diberikan

4x250 mg selama 3-4 minggu sebelum makan, diturunkan perlahan-lahan dengan

dosis 250 mg/1-2hari, eritromisin(4x250 mg/hari), doksisiklin(50mg/hari), dan

minosiklin,dosis yang sama dengan dosis akne vulgaris, memberikan efek yang

baik karena efek antimikroba dan anti-inflamasinya. Kemudian dosis diturunkan

bila keadaan membaik.1,7,8

Isotretinoin (13-cis-retinoic acid) merupakan suatu retinoid sintetis

derivate dari retinol (Vitamin A) yang terutama digunakan peroral dalam terapi

akne vulgaris nodulokistik refraktori. Isotretinoin juga diberikan untuk penderita

rosasea yang resisten terhadap antibiotik, tetapi pemakaiannya perlu

dipertimbangkan karena dapat menyebabkan kelainan pada mata. Dosis

isotretinoin 0.5-1.0/kgBB. Penggunaannya harus diamati secara ketat.1,5,8,9

Metronidazol oral biasanya efektif untuk semua tipe rosasea, terutama

yang tidak respon terhadap tertasiklin, karena memiliki efek samping

metronidazol digunakan sebagai obat pilihan kedua dan tidak dianjurkan pada

wanita hamil. Dosis metronidazol 2x500 mg/hari diberikan selama 6 hari, efektif

baik stadium awal maupun lanjut.1,5,8

Kortikosteroid tidak boleh diberikan kecuali pada akne fulminans. Pada

keadaan ini kortikesteroid peroral dapat diberikan dalam jangka pendek. Dosis 1

mg/hari selama 1 minggu untuk menekan reaksi, kemudian diikuti dengan

pemberian isotretinoin.7,8

2. Pengobatan topikal

Antibiotik topikal kadang-kadang efektif seperti tetrasiklin, klindamisin

dan eritromisin, dalam bentuk salap 0.5-2.0%. Eritromisin lebih baik hasilnya

dibandingkan yang lainnya.1,5,7,8

8

Page 9: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

Metronidazol 0,75% gel atau krim aman dan efektif untuk lesi papul dan

pustul tetapi tidak mempengaruh eritema, telangiektasis atau flushing.7,8

Imidazol mempunyai efek anti inflamasi, pada bakteri gram positif dan

dapat ditoleransi dengan baik pada penderita rosasea dengan kulit yang sensitif.

Ketokonazol dalam bentuk krim dipakai 1-2kali/hari.1,5,8

Isotretinoin krim 0.2% juga dapat diberikan dan memberikan efek yang

baik. Antiparasit juga dapat diberikan untuk membunuh D. folikulorum, misalnya

lindane, krotamitone, atau benzoil benzoat. Pemberian kortikosteroid kekuatan

rendah (krim hidrokortison 1%) hanya dianjurkan pada stadium berat.1,5,8

3. Pengobatan non medikamentosa

Pasien rosasea memiliki dasar kulit yang rentan terhadap bahan kimia dan

cedera fisik, jadi hindari agen yang menyebabkan iritasi, seperti sabun, kosmetik,

parfum dan iritasi lainnya. Tabir surya dianjurkan pada penderita rosasea, karena

dapat menahan sinar UVA dan UVB dengan (sun protection factors) SPF 15 atau

lebih tinggi. Pasien harus diberikan edukasi tentang bagaimana penggunaan tabir

surya tersebut dan konseling penggunaan kosmetik. Massase fasial dahulu

dianjurkan dilakukan, namun hasilnya tidak jelas. Diet rokok, alkohol, kopi, pedas

dapat dilakukan untuk mengurangi rangsangan eritem. Bedah kulit, skalpel atau

dermabrasi dilakukan untuk rinofima dan bedah listrik untuk telangiektasis.1,5,7,8,10

Komplikasi dan prognosis

Komplikasi yang ditimbulkan oleh rosasea antara lain rinofima, inflamasi

ocular, dan rosasea limfadema. Umumnya persisten, berangsur bertambah berat

melalui episode akut. Namun adapula yang remisi secara spontan.1

Kesimpulan

Rosasea adalah suatu kondisi peradangan kronik pada kulit wajah yang

mempengaruhi pembuluh darah dan unit pilosebasea yang ditandai dengan

kemerahan pada kulit dan talangiektasi disertai episode peradangan yang

memunculkan erupsi papul, eritema, kekasaran kulit, papulopustular inflamasi

menyerupai jerawat dan edema. Diagnosis banding rosasea adalah akne vulgaris,

9

Page 10: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

dermatitis seboroik, dermatitis perioral dan SLE. Pengobatan yang diberikan yaitu

dengan antibiotik misalnya doksiklin dan metronidazol sebagai anti parasit.

Komplikasi dan prognosis yang ditimbulkan adalah Komplikasi yang

ditimbulkan oleh rosasea antara lain rinofima, inflamasi ocular, dan rosasea

limfadema. Umumnya persisten, berangsur bertambah berat melalui episode akut.

Namun adapula yang remisi secara spontan.

10

Page 11: Referat Kel.2 (Rosasea).docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima Dalam Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010: 253-263.

2. Rosacea. [cited 2012 June 14]. Available from: http://www.rosacea.org

3. Banasikowska AK. Rosacea. [updated 2011 May 31]. [cited 2012 June 6]. Available from: http://www.emedicine.medscape.com.

4. Crawford GH, Pelle MT, James WD. Rosacea: I. etiology, pathogenesis, and subtype classification. Journal of the American Academy of Dermatology. 2004 [cited 2012 June 6]; 51 (327-341) [about 15 p]. Available from: http://www.elsevier.com.

5. Orjuela P, Mendoza N. Rocacea. Pusat Dermatology Federico Lieras Acosta. [cited 2012 June 10]. Available from: http://med.javeriana.edu.co .

6. Rosacea symptoms and triggers. [cited 2012 June 14]. Available from: http://www.drnase.com

7. Barankin B, Freiman A. Dermo Notes- Clinical Dermatology Pocket Guide. PP:139-140(F.A Davis Company, Philadelphia, 2006).

8. Harahap M. Rosasea dan Akne Vulgaris. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipocrates. Jakarta.2000. hal 31-35.

9. Park H, Rosso JQD. Use of Oral Isotretinoin in The Management of Rosacea.

The Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology. 2011 [cited 2012 June

12]; 4 (54-61) [about 8 p]. Available from: http://www.jcadonline.com.

10. Culp B, Scheinfeld N. Rosacea: A Review. P & T. 2009. [cited 2012 June 12];

34 (38-45) [about 8 p]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov.

11