referat ileus paralitik.doc

download referat ileus paralitik.doc

of 30

Transcript of referat ileus paralitik.doc

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    1/30

    REFERAT

    ILEUS PARALITIK

    Disusun Oleh :

    KARINA

    20070310113

    Dokter Pembimbing :

    Dr. Gunawan Siswadi. Sp.B

    BAGIAN BEDAH

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    RS PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

    2012

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    2/30

    HALAMAN PENGESAHAN

    REFERAT

    ILEUS PARALITIK

    Disusun oleh :

    KARINA

    20070310113

    Telah dipresentasikan dan disetujui oleh pembimbing

    Di RSD Panembahan Senopati

    Pada tanggal january 2012

    Mengetahui

    Dokter Penguji

    Dr. Gunawan Siswadi. Sp.B

    RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

    2012

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    3/30

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum. Wr. Wb.

    Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT , beriring dengan

    shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW, sehingga penulisan referat yang berjudul Ileus

    Paralitik ini dapat selesai dengan lancar.

    Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

    1. Dr. Gunawan Siswadi. SpB dan dr. Suryo Hapsara Sp.B selaku dokter pembimbing

    Kepaniteraan Klinik bedah di RSD Panembahan Senopati

    2. Seluruh Perawat, dan Staf Bangsal serta Poliklinik bedah RSD Panembahan Senopati

    3. Teman-teman senasib seperjuangan Chandra, Bidayati, hafid, asa, Avri, Elga, Anti, agus,

    andra.

    Dalam penulisan presentasi kasus ini, penulis menyadari adanya kelemahan dan

    kekurangan. Atas bantuan, kritik, dan saran yang membangun, penulis mengucapkan terima

    kasih. Semoga presentasi kasus ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi

    penulis dan pembaca.

    Wassalamualaikum. Wr. Wb.

    Yogyakarta, january 2012

    Penulis

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    4/30

    BAB I

    ILEUS PARALITIK

    I.1. PENDAHULUAN

    Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu

    melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus paralitik ini bukan suatu

    penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan (operasi) yang

    berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi

    otot polos usus.

    Gerakan peristaltik merupakan suatu aktifitas otot polos usus yang terkoordinasi dengan

    baik, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keadaan otot polos usus, hormon-hormon

    intestinal, sistem saraf simpatik dan parasimpatik, keseimbangan elektrolit dan sebagainya.

    Ileus paralitik hampir selalu dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan ini

    biasanya hanya berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus pasca operasi bergantung pada

    lamanya operasi/ narcosis, seringnya manipulasi usus dan lamanya usus berkontak dengan udaraluar. Pencemaran peritoneum dengan asam lambung, isi kolon, enzim pankreas, darah, dan urin

    akan menimbulkan paralisis usus. Kelainan peritoneal seperti hematoma retroperitoneal, terlebih

    lagi bila disertai fraktur vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang berat. Demikian pula

    kelainan pada rongga dada seperti pneumonia paru bagian bawah, empiema dan infark miokard

    dapat disertai paralisis usus. Gangguan elektolit terutama hipokalemia merupakan penyebab

    yang cukup sering.(1)

    Total angka kejadian dari obstruksi usus yang disebabkan oleh mekanik dan non mekanik

    mencapai 1 kasus diantara 1000 orang.ileus akibat meconium tercatat 9-33 % dari obstruksi ileus

    pada kelahiran baru.(4)

    Tuj uan Penu l i s ana.

    Agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang Iliusn dan IliusParalitik

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    5/30

    b.

    Agar mahasiswa t ahu dan mengerti ten tang Etiologi IliusParalitik

    c.A g a r m a h a s i s w a t a h u d a n m e n g e r t i p a t o f i s i o l o g i I l i u s Paralitik

    d.

    A g a r m a h a s i s w a t a h u d a n m e n g e r t i t e n t a n gc a r a penanganan terhadap pasien dengan penyakit Ilius Paralitik

    BAB II

    PEMBAHASAN

    II.1. Definisi Ileus Paralitik

    Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu

    melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.(1)

    Ileus merupakan kondisi dimana terjadi kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltic usus

    tanpa adanya obstruksi mekanik.(2)

    II.2. Anatomi Usus (5)

    Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari

    pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki

    pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung

    proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin kebawah lambat laun garis

    tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.

    Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum. Pembagian ini agak tidak tepat

    dan didasarkan pada sedikit perubahan struktur, dan yang relatif lebih penting berdasarkan

    perbedaan fungsi. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada

    jejenum. Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita

    muskulofibrosa yang berorigo pada krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    6/30

    pada perbatasan duodenum dan jejenum. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum

    suspensorium (penggantung). Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga

    perlima terminalnya adalah ileum.. Jejenum terletak di region abdominalis media sebelah kiri,

    sedangkan ileum cenderung terletak di region abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada

    junctura denojejunalis dan ileum berakhir pada junctura ileocaecalis.

    Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan

    perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium usus

    halus. Pangkal lipatan yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding

    posterior abdomen sepanjang garis berjalan ke bawah dan ke kanan dari kiri vertebra lumbalis

    kedua ke daerah articulatio sacroiliaca kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan

    masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica superior antara kedua lapisan peritoneum yang

    memgbentuk messenterium.

    Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar

    1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih

    besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus

    semakin kecil.

    Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup

    ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau

    tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke

    sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid. Kolon

    ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio

    iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens membelok ke kiri,

    membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum menyilang abdomen

    pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli sinistra. Kolon

    transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah, membentuk fleksura koli

    sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon sigmoid mulai pada

    pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke

    bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di

    depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan

    oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus

    dasar pelvis. Disisni rektum melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum.

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    7/30

    Gambar 1. Sistem saluran pencernaan.

    II.2.1. Histologi(5)

    Dinding usus halus dibagi kedalam empat lapisan:

    1. Tunica Serosa. Tunica serosa atau lapisan peritoneum, tak lengkap di atas duodenum, hampir

    lengkap di dalam usus halus mesenterica, kekecualian pada sebagian kecil, tempat lembaran

    visera dan mesenterica peritoneum bersatu pada tepi usus.

    2. Tunica Muscularis. Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk tunica muscularis usus

    halus. Ia paling tebal di dalam duodenum dan berkurang tebalnya ke arah distal. Lapisan luarnya

    stratum longitudinale dan lapisan dalamnyastratum circulare. Yang terakhir membentuk massa

    dinding usus. Plexus myentericus saraf (Auerbach) dan saluran limfe terletak diantara kedua

    lapisan otot.

    3. Tela Submucosa. Tela submucosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang terletak diantara

    tunica muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang terletak di bawah mukosa.

    Dalam ruangan ini berjalan jalinan pembuluh darah halus dan pembuluh limfe. Di samping itu, di

    sini ditemukan neuroplexus meissner.

    4. Tunica Mucosa. Tunica mucosa usus halus, kecuali pars superior duodenum, tersusun dalam

    lipatan sirkular tumpang tindih yang berinterdigitasi secara transversa. Masing-masing lipatan ini

    ditutup dengan tonjolan, villi..

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    8/30

    Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat menambah luas permukaan dan

    membantu fungsi absorpsi yang merupakan fungsi utamanya:

    1. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang dinamakan valvula

    koniventes (lipatan kerckringi) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3 ampai 10 mm. Lipatan-

    lipatan ini nyata pada duodenum dan jejenum dan menghilang dekat pertengahan ileum. Adanya

    lipatan-lipatan ini menyerupai bulu pada radiogram.

    2. Vili merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya sekitar 4 atau 5

    juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Villi panjangnya 0,5 sampai 1 mm (dapat dilihat

    dengan mata telanjang) dan menyebabkan gambaran mukosa menyerupai beludru.

    3.Mikrovili merupakan tonjolan menyerupai jari-jari dengan panjang sekitar 1 pada permukaan

    luar setiap villus. Mikrovilli terlihat dengan mikroskop elektron dan tampak sebagai brush

    borderpada mikroskop cahaya.

    Bila lapisan permukaan usus halus ini rata, maka luas permukaannya hanyalah sekitar

    2.00 cm. Valvula koniventes, vili dan mikrovili bersama-sama menambah luas permukaan

    absorpsi sampai 2 juta cm, yaitu menigkat seribu kali lipat.

    Usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti juga bagian usus lainnya. Akan

    tetapi, ada beberapa gambaran yang khas pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus

    besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang dinamakan taenia koli. Taenia

    bersatu pada sigmoid distal, dengan demikian rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal

    yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, hal ini menyebabkan usus tertarik dan

    berkerut membentuk kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan melekat di

    sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus

    dan tidak mengandung villi atau rugae. Kriptus lieberkn (kelenjar intestinal) terletak lebih

    dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet daripada usus halus.

    II.2.2 Vaskularisasi(5)

    Pada usus halus, arteri mesentericus superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri

    seliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang sebagian atas duodenum

    adalah arteri pancreotico duodenalis superior, suatu cabang arteri gastroduoodenalis. Sedangkan

    separoh bawah duodenum diperdarahi oleh arteri pancreoticoduodenalis inferior, suatu cabang

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    9/30

    arteri mesenterica superior. Pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi jejenum dan ileum

    ini beranastomosis satu sama lain untuk membentuk serangkaian arkade. Bagian ileum yang

    terbawah juga diperdarahi oleh arteri ileocolica. Darah dikembalikan lewat vena messentericus

    superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.

    Pada usus besar, arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan

    (sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon transversum) : (1) ileokolika, (2)

    kolika dekstra, (3) kolika media, dan arteria mesenterika inferior memperdarahi bagian kiri

    (sepertiga distal kolon transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal

    rektum) : (1) kolika sinistra, (2) sigmoidalis, (3) rektalis superior.

    II.2.3. Pembuluh Limfe(5)

    Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan limfe ke atas melalui

    nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi lymphatici gastroduodenalis dan kemudian ke

    nodi lymphatici coeliacus: dan ke bawah, melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi

    lyphatici mesentericus superior sekitar pangkal arteri mesenterica superior.

    Pembuluh limfe jejenum dan ileum berjalan melalui banyak nodi lymphatici

    mesentericus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici mesentericus suprior, yang terletak sekitar

    pangkal arteri mesentericus superior.

    Pembuluh limfe sekum berjalan melewati banyak nodi lymphatici mesentericus dan

    akhirnya mencapai nodi lymphatici mesentericus superior.

    Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang terletak di

    sepanjang perjalanan arteri vena kolika. Untuk kolon ascendens dan dua pertiga dari kolon

    transversum cairan limfenya akan masuk ke nodi limphatici mesentericus superior, sedangkan

    yang berasal dari sepertiga distal kolon transversum dan kolon descendens akan masuk ke nodi

    limphatici mesentericus inferior.

    II.2.4. Persarafan Usus(5)

    Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari pleksus

    mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk jejenum dan ileum berasal

    dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari pleksus mesentericus superior.

    Rangsangan parasimpatis merangasang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    10/30

    simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan

    nyeri, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang

    menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan

    muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.

    Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter

    eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar. Sekum, appendiks dan kolon ascendens

    dipersarafi oleh serabut saraf simpatis dan parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf

    mesentericus superior. Pada kolon transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan

    saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior

    dan inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal kolon

    transversum; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan

    pada kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis dari pleksus saraf mesentericus

    inferior dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Perangsangan simpatis menyebabkan

    penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan

    perangsangan parasimpatis mempunyai efek berlawanan.

    II.2.4.1. Kontrol saraf terhadap fungsi gastrointestinal(7)

    Sistem gastrointestinal memiliki sistem persarafan sendiri yang disebut sistem saraf

    enterik. Sistem ini seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esophagus dan memanjang

    sampai ke anus. Jumlah neuron pada sistem enterik ini sekitar 100 juta, hampir sama dengan

    jumlah keseluruhan pada medulla spinalis; hal ini menunjukkan pentingnya sistem enterik untuk

    mengatur fungsi gastrointestinal.

    Sistem enterik terutama terdiri atas dua pleksus, satu pleksus bagian luar yang terletak

    diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular, disebut pleksus Mienterikus atau pleksus

    auerbach, dan pleksus bagian dalam, disebut pleksus submukosa atau pleksus Meissner, yang

    terletak di dalam submukosa. Pleksus Mienterikus terutama mengatur pergerakan gastrointestinal

    dan pleksus submukosa terutama mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal.

    Kedua pleksus tersebut berhubungan dengan serat-serat simpatis dan parasimpatis.

    Walaupun sistem saraf enterik dapat berfungsi dengan sendirinya, tidak bergantung pada saraf-

    saraf ekstrinsik ini, perangsangan oleh sistem parasimpatis dan simpatis dapat mengaktifakan

    atau menghambat fungsi gastrointestinal lebih lanjut.

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    11/30

    Ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epithelium gastrointestinal atau dinding

    usus dan kemudian mengirimkan serat-serat afferent ke kedua sistem enterik juga ke ganglia

    prevertebral dari sistem saraf simpatis, beberapa berjalan melalui saraf simpatis ke medulla

    spinalis dan yang lainnya berjalan melalui saraf vagus ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini

    mengadakan refleks-refleks local di dalam usus itu sendiri dan refleks-refleks lain yang disiarkan

    kembali ke usus baik dari ganglia prevertebral maupun dari daerah basal sistem saraf pusat.

    II.2.4.2. Pengaturan otonom traktus gastrointestinal(7)

    Persarafan parasimpatis. Persarafan parasimpatis ke usus dibagi atas divisi cranial dan

    divisi sacral. Kecuali untuk beberapa serat parasimpatis di regio mulut dan faring dari saluran

    pencernaan, parasimpatis divisi cranial hampir seluruhnya berasal dari saraf vagus. Saraf ini

    member inervasi yang luas pada esophagus, lambung pankreas dan sedikit ke usus sampai

    separuh pertama bagian usus besar. Parasimpatis sacral berasal dari segmen sacral medulla

    spinalis kedua, ketiga dan keempat dari medulla spinalis serta berjalan melalui saraf pelvis ke

    separuh bagian distal usus besar. Area sigmoid, rectum dan anus dari usus besar diperkirakan

    mendapat persarafan parasimpatis yang lebih baik daripada bagian usus yang lain.

    Persarafan simpatis. Serat-serat simpatis yang berjalan ke traktus gastrointestinal

    berasal dari medulla spinalis antara segmen T-5 dan L-2. Sebagian besar preganglionik yang

    mempersarafi usus, sesudah meninggalkan medulla , memasuki rantai simpatis dan berjalan

    melalui rantai ke ganglia yang letaknya jauh, seperti ganglion seliakus dan berbagai ganglion

    mesenterikus. Ujung-ujung saraf simpatis mensekresikan norepineprin.

    Pada umunya, perangsangan sistem saraf simpatis menghambat aktivitas dalam traktus

    gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh

    sistem parasimpatis.

    II.2.4.3. Refleks-refleks gastrointestinal(7)

    1. Refleks-refleks yang seluruhnya terjadi di dalam sistem saraf enterik. Refleks-refleks

    tersebut mengatur sekresi gastrointestinal, peristaltic, kontraksi campuran, efek

    penghambatan local dan sebagainya.

    2. Refleks-refleks dari usus ke ganglia simpatis prevertebral dan kemudian kembali ke

    traktus gastrointestinal. Refleks ini mengirim sinyal untuk jarak yang jauh dalam

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    12/30

    traktus gastrointestinal, seperti sinyal dari lambung untuk menyebabkan pengosongan

    kolon (refleks gastrokolik), sinyal dari kolon dan usus halus untuk menghambat

    motilitas lambung dan sekresi lambung (refleks enterogastrik) dan refleks dari kolon

    untuk menghambat pengosongan isi ileum ke dalam kolon (refleks kolonoileal).

    3. Refleks-refleks dari usus ke medulla spinalis atau batang otak dan kemudian kembali

    ke traktus gastrointestinal. Meliputi refleks mengatur aktifitas motorik dan sekresi

    lambung, refleks nyeri yang menimbulkan hambatan umum pada seluruh traktus

    gastrointestinal dan refleks defekasi.(7)

    II.3. Fisiologi Usus(5)

    Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan-bahan nutrisi

    dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida,

    dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja

    enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang

    lebih sederhana. Adanya bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan

    memberikan pH optimal untuk kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dari hati membantu proses

    pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan lebih luas bagi

    kerja lipase pankreas.

    Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah enzim dalam getah usus (sukus

    enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan

    zat-zat makanan sambil diabsorpsi.

    Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental

    dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus

    halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,

    dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan

    yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.

    Dalam proses motilitas terjadi dua gerakan yaitu:

    1. Gerakan propulsif yaitu gerakan mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan sehingga

    berpindah tempat ke segmen berikutnya, dimana gerakan ini pada setiap segmen akan berbeda

    tingkat kecepatannya sesuai dengan fungsi dari regio saluran pencernaan, contohnya gerakan

    propulsif yang mendorong makanan melalui esofagus berlangsung cepat tapi sebaliknya di usus

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    13/30

    halus tempat utama berlangsungnya pencernaan dan penyerapan makanan bergerak sangat

    lambat.

    2. Gerakan mencampur, gerakan ini mempunyai 2 fungsi yaitu mencampur makanan dengan

    getah pencernaan dan mempermudah penyerapan pada usus.

    Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein

    (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah

    dan limfe untuk digunakan oleh sesl-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga

    diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang

    sebagian kurang dimengerti.

    Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrodrolisa oleh enzim lipase pankreas ; hasilnya

    bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian memasuki membran sel

    secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami disagregasi, melepaskan garam empedu yang

    kembali ke dalam lumen usus dan asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian

    membentuk kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid, dan apoprotein

    untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki lakteal. Asam lemak kecil

    dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam empedu diabsorpsi ke

    dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari kumpulan 5 gram garam empedu yang

    memasuki kantung empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang

    6 kali dalam 24 jam.

    Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses proteolisis. Enzim

    protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin, dan

    endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan proses pencernaan protein, menghasilkan asam

    amino dan 2 sampai 6 residu peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke

    dalam sel untuk diabsorpsi.

    Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati menjadi maltosa

    (atau isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida ini, bersama dengan

    disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa,

    galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase, maltase, dan isimaltase untuk pemecahan

    disakarida terletak di dalam mikrovili brush border sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi

    monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka berdifusi ke dalam

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    14/30

    mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa, galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera

    disbsorpsi ke dalam darah porta.

    Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan duodenum

    menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi. Air secara osmotik dan

    secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif. Natrium dan khlorida diabsorpsi dengan

    pemasangan zat telarut organik atau secara transport aktif. Bikarbonat diabsorpsi secara

    pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum dan

    jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium diabsorpsi secara

    difusi pasif.

    Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi

    usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah

    hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang

    menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.

    Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta

    mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan

    elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml

    diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 liter/hari.

    Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,

    meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi

    segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan,

    kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan

    segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai

    empat kali sehari, terjadi dengan defekasi.

    Sepertiga berat feses kering adalah bakterri; 10-10/gram. Anaerob > aerob.

    Bakteroides paling umum, Escherichia coli berikutnya. Sumber penting vitamin K. Gas kolon

    berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon

    dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat

    yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari.(5)

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    15/30

    Fungsi motorik pada saluran pencernaan tergantung pada kontraksi sel otot polos dan

    integrasi dan modulasi oleh saraf enterik dan ekstrinsik. Kontraksi yang terjadi sepanjang saluran

    pencernaan dikendalikan oleh myogenic, mekanisme saraf dan kimia. Kekacauan mekanisme

    yang mengatur fungsi motorik pencernaan ini dapat menyebabkan motilitas usus berubah.

    1. Neurogenik. Modulator motilitas gastrointestinal meliputi sistem saraf pusat (SSP), saraf

    otonom, dan sistem saraf enterik (ENS). ENS merupakan cabang bebas dari sistem saraf

    perifer, terdiri dari sekitar 100 juta neuron dibagi dalam dua pleksus ganglion (Gambar

    22-2). Pleksus myenteric yang lebih besar, juga dikenal sebagai pleksus Auerbach,

    terletak di antara lapisan otot longitudinal dan sirkular dari externa muskularis; pleksus

    ini berisi neuron yang bertanggung jawab atas motilitas gastrointestinal dan regulasi

    output enzimatik dari organ-organ yang berdekatan. Pleksus submukosa yang lebih kecil

    disebut sebagai pleksus Meissner's. ENS berhubungan langsung dengan usus sel otot

    polos, tetapi juga memainkan peran penting dalam fungsi aferen visceral.

    2. Myogenic mekanisme kontrol termasuk faktor yang terlibat dalam mengatur aktivitas

    listrik yang dihasilkan oleh sel otot polos pada saluran pencernaan. Sebuah komponen

    penting dari sistem kontrol myogenic adalah kegiatan pacu listrik yang berasal dari sel-

    sel interstisial dari Cajal (ICC). ICC membentuk sistem alat pacu jantung nonneural

    terletak di antara lapisan otot sirkuler dan longitudinal dari usus kecil. Yang mana-mana

    gelombang lambat dari usus kecil, biasanya disebut sebagai aktivitas kontrol listrik

    (ECA) dan potensi perintis (PP), berasal dari jaringan ICC berhubungan dengan pleksus

    Auerbach. Selain menghasilkan alat pacu jantung kegiatan, ICC tampaknya berfungsi

    sebagai perantara antara neurogenik (ENS) dan myogenic sistem kontrol karena mereka

    secara luas dipersarafi dan berada di dekat sel otot polos gastrointestinal.

    3. Kimia kontrol mengacu pada pengamatan kontraksi otot polos gastrointestinal selama

    periode depolarisasi dari membran potensial, hanya terjadi jika ada neurotransmiter

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    16/30

    seperti asetilkolin. Jarak terjadinya kontraksi tergantung dari banyaknya panjang dari

    segmen yang menunjukkan aktivitas kontrol listrik dan panjang segmen neurokimia

    bersebelahan yang diaktifkan

    4. kontrol saraf ekstrinsik dari fungsi motorik gastrointestinal dapat dibagi lagi menjadi

    aliran parasimpatis kranial dan sakral dan pasokan torakolumbalis simpatik. Saraf kranial

    terutama melalui saraf vagus, yang mempersarafi saluran pencernaan dari lambung ke

    usus besar kanan dan terdiri dari serat preganglionik kolinergik yang bersinaps dengan

    ENS. Pasokan serat simpatis ke perut dan usus kecil muncul dari tingkat T5 sampai T10

    dari kolom intermediolateral sumsum tulang belakang. The celiac prevertebral,

    mesenterika superior, dan mesenterika inferior ganglia simpatis memainkan peran

    penting dalam integrasi impuls aferen antara usus dan SSP. (9)

    II.4. Etiologi Ileus Paralitik

    Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada: (1) proses intraabdominal seperti

    pembedahan perut dan saluran cerna atau iritasi dari peritoneal (peritonitis, pankreatitis,

    perdarahan); (2) sakit berat seperti pneumonia, gangguan pernafasan yang memerlukan intubasi,

    sepsis atau infeksi berat, uremia, dibetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit

    (hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia); dan (3) obat-obatan yang

    mempengaruhi motilitas usus (opioid, antikolinergik, fenotiazine). Setelah pembedahan, usus

    halus biasanya pertama kali yang kembali normal (beberapa jam), diikuti lambung (24-48 jam)

    dan kolon (48-72 jam).(2)

    Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya obstruksi usus

    mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk mengangkut isi usus. Kurangnya

    tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan akumulasi gas dan cairan dalam usus.

    Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah keadaan yang paling

    umum untuk terjadinya ileus. Memang, ileus merupakan konsekuensi yang diharapkan dari

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    17/30

    pembedahan perut. Fisiologisnya ileus kembali normal spontan dalam 2-3 hari, setelah motilitas

    sigmoid kembali normal. Ileus yang berlangsung selama lebih dari 3 hari setelah operasi dapat

    disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi. Sering, ileus terjadi setelah operasi

    intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah pembedahan retroperitoneal dan extra-

    abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi

    reseksi usus dikaitkan dengan jangka waktu yang lebih singkat daripada reseksi kolon ileus

    terbuka.

    Konsekuensi klinis ileus pasca operasi dapat mendalam. Pasien dengan ileus merasa

    tidak nyaman dan sakit, dan akan meningkatkan risiko komplikasi paru. Ileus juga meningkatkan

    katabolisme karena gizi buruk. Secara keseluruhan, ileus meningkatkan biaya perawatan medis

    karena memperpanjang rawat inap di rumah sakit.

    (2)

    Beberapa penyebab terjadinya ileus:

    Trauma abdomen

    Pembedahan perut (laparatomy)

    Serum elektrolit abnormalitas

    1. Hipokalemia

    2. Hiponatremia

    3. Hipomagnesemia

    4. Hipermagensemia

    Infeksi, inflamasi atau iritasi (empedu, darah)

    1. Intrathorak

    1. Pneumonia

    2. Lower lobus tulang rusukpatah

    3. Infark miokard

    2. Intrapelvic (misalnyapenyakit radang panggul )

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Renal/Potassium/Hypklm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhXraKotuWisf273eGN3qV7UK4QRghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Renal/Sodium/Hypntrm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjNT2FJXhsfs1hYh3jduDYUabzxqwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Renal/Magnesium/Hypmgnsm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiKeCXOkZqQB1KuSEFEBziSKiWgtAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Lung/ID/Pnmn.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiL_yQBlIQT08uoyYquWjlsJxK9Wghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Ortho/Fracture/Frctr.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjSPVCnitCo2U4UnB-CLJb8AuKJLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/CV/CAD/ActCrnrySyndrm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiu47bXO-ONisFxm1PpOUjFj2OjiAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Gyn/ID/PlvcInflmtryDs.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhickrNHdmYs8NXts8DNc2xpk_GS0Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Renal/Sodium/Hypntrm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjNT2FJXhsfs1hYh3jduDYUabzxqwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Renal/Magnesium/Hypmgnsm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiKeCXOkZqQB1KuSEFEBziSKiWgtAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Lung/ID/Pnmn.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiL_yQBlIQT08uoyYquWjlsJxK9Wghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Ortho/Fracture/Frctr.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjSPVCnitCo2U4UnB-CLJb8AuKJLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/CV/CAD/ActCrnrySyndrm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiu47bXO-ONisFxm1PpOUjFj2OjiAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Gyn/ID/PlvcInflmtryDs.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhickrNHdmYs8NXts8DNc2xpk_GS0Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Renal/Potassium/Hypklm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhXraKotuWisf273eGN3qV7UK4QRg
  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    18/30

    3. Rongga perut

    1. Radang usus buntu

    2. Divertikulitis

    3. Nefrolisiasis

    4. Kolesistitis

    5. Pankreatitis

    6. Perforasi ulkus duodenum

    Iskemia usus

    1. Mesenterika emboli, trombosis iskemia

    Cedera tulang

    1. Patah tulang rusuk

    2. Vertebral Retak(misalnya kompresi lumbalisRetak)

    Pengobatan

    1. Narkotika

    2. Fenotiazin

    3. Diltiazem atau verapamil

    4. Clozapine

    5. Obat Anticholinergic (9)

    II.5. Patofisiologi

    Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya sistem saraf

    simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus gastrointestinal, menimbulkan

    banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan oleh sistem parasimpatis. Sistem

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/Apndcts.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgSDzvCVS_0rxmkHCp_T8gm9FelfQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/GI/ID/Dvrtclts.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhiliABR2cesEkn8MlkN4n2r9XgPwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Urology/Renal/Nphrlths.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgW9-lAVDDQbPWD6fBwrwLzl18smQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/ActChlcysts.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhnAguZRkNksKGT-_R7EjXlGdnAdghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/GI/Pancreas/ActPncrts.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiQF8NOHwuFQIUBYFFhP6ET44AtTwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/GI/PUD/PptcUlcrDs.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjqT_npLq3SBBtwedfMyPjvEaAw5Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Surgery/CV/MsntrcIschm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhi91FM4-ueXsNtgNEviegc5vl_5Gghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Ortho/Fracture/Frctr.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjSPVCnitCo2U4UnB-CLJb8AuKJLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Ortho/Fracture/Frctr.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjSPVCnitCo2U4UnB-CLJb8AuKJLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Ortho/Fracture/Frctr.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjSPVCnitCo2U4UnB-CLJb8AuKJLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Ortho/Fracture/Frctr.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjSPVCnitCo2U4UnB-CLJb8AuKJLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Pharm/Analgesic/NrctcAnlgsc.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhi7UdPYbL0u_ZxgLbqeDKskCNsznwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/CV/Pharm/Dltzm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhgkfL1HeKa7c7bbwVfgB0Z9sg3eAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/CV/Pharm/Vrpml.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgS2CE01XD4tLTBpulPfJzc1wZ4uQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/CV/Pharm/Vrpml.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgS2CE01XD4tLTBpulPfJzc1wZ4uQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Psych/Pharm/Clzpn.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiLWE-C6zQyTbgM81oJ8I27hIrZVAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Neuro/Pharm/AntchlnrgcMdctn.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjBMD53490zsxiWxrY0PaqrEGq6Fwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/Apndcts.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgSDzvCVS_0rxmkHCp_T8gm9FelfQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/GI/ID/Dvrtclts.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhiliABR2cesEkn8MlkN4n2r9XgPwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Urology/Renal/Nphrlths.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgW9-lAVDDQbPWD6fBwrwLzl18smQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Surgery/GI/ActChlcysts.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhnAguZRkNksKGT-_R7EjXlGdnAdghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/GI/Pancreas/ActPncrts.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiQF8NOHwuFQIUBYFFhP6ET44AtTwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/GI/PUD/PptcUlcrDs.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjqT_npLq3SBBtwedfMyPjvEaAw5Ahttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Surgery/CV/MsntrcIschm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhi91FM4-ueXsNtgNEviegc5vl_5Gghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Ortho/Fracture/Frctr.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjSPVCnitCo2U4UnB-CLJb8AuKJLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Ortho/Fracture/Frctr.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjSPVCnitCo2U4UnB-CLJb8AuKJLwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Pharm/Analgesic/NrctcAnlgsc.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhi7UdPYbL0u_ZxgLbqeDKskCNsznwhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/CV/Pharm/Dltzm.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhhgkfL1HeKa7c7bbwVfgB0Z9sg3eAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/CV/Pharm/Vrpml.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhgS2CE01XD4tLTBpulPfJzc1wZ4uQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Psych/Pharm/Clzpn.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhiLWE-C6zQyTbgM81oJ8I27hIrZVAhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.fpnotebook.com/Neuro/Pharm/AntchlnrgcMdctn.htm&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjBMD53490zsxiWxrY0PaqrEGq6Fw
  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    19/30

    simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara: (1) pada tahap yang kecil melalui

    pengaruh langsung norepineprin pada otot polos (kecuali muskularis mukosa, dimana ia

    merangsangnya), dan (2) pada tahap yang besar melalui pengaruh inhibitorik dari noreepineprin

    pada neuron-neuron sistem saraf enterik. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis

    dapat menghambat pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal. (7)

    Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik akan

    menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal, namun tidak

    semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat saraf parasimpatis bersifat eksitatorik, beberapa

    neuron bersifat inhibitorik, ujung seratnya mensekresikan suatu transmitter inhibitor,

    kemungkinan peptide intestinal vasoaktif dan beberapa peptide lainnya.

    Menurut beberapa hipotesis, ileus pasca operasi dimediasi melalui aktivasi hambat busur

    refleks tulang belakang. Secara anatomis, 3 refleks berbeda yang terlibat: ultrashort refleks

    terbatas pada dinding usus, refleks pendek yang melibatkan ganglia prevertebral, dan refleks

    panjang melibatkan sumsum tulang belakang. Refleks panjang yang paling signifikan.

    Respon stres bedah mengarah ke generasi sistemik endokrin dan mediator inflamasi yang juga

    mempromosikan perkembangan ileus. (9)

    Penyakit/ keadaan yang menimbulkan ileus paralitik dapat diklasifikasikan seperti yang

    tercantum dibawah ini:

    Kausa Ileus Paralitik

    Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan timbal, kolik ureter, iritasi

    persarafan splanknikus, pankreatitis.

    Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia), uremia, komplikasi DM,

    penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multiple

    Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin, antihistamin.

    Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik berat lainnya.

    Iskemia Usus.

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    20/30

    Neurogenik

    - Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada operasi

    abdominal.

    - Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan neurotransmitter

    asetilkolin.(8)

    Hormonal

    Kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum terutama

    sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam lemak danmonogliserida di dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek yang kuat dalam

    meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi mengeluarkan empedu kedalam usus

    halus dimana empedu kemudian memainkan peranan penting dalam mengemulsikan

    substansi lemak sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi. Kolesistokinin juga

    menghambat motilitas lambung secara sedang. Oleh karena itu disaat bersamaan dimana

    hormon ini menyebabkan pengosongan kandung empedu, hormon ini juga menghambat

    pengosongan makanan dari lambung untuk memberi waktu yang adekuat supaya terjadi

    pencernaan lemak di traktus gastrointestinal bagian atas.

    Hormon lainnya seperti sekretin dan peptide penghambat asam lambung juga memiliki

    fungsi yang sama seperti kolesistokinin namun sekretin berperan sebagai respons dari

    getah asam lambung dan petida penghambat asam lambung sebagai respons terhadap

    asam lemak dan asam amino. (7)

    Inflamasi

    - Makrofag: melepaskan proinflammatory cytokines (NO).

    - prostaglandin inhibisi kontraksi otot polos usus.

    Farmakologi

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    21/30

    Opioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari pleksus

    mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos usus dan menghambat

    gerak peristaltik terkoordianasi yang diperlukan untuk gerakan propulsi. (8)

    - Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang mempersarafi otot polos

    usus.(8)

    II.6. Manifestasi Klinik

    Ileus adinamik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya gerakan usus yang

    disebabkan oleh penghambatan neuromuscular dengan aktifitas simpatik yang berlebihan.

    Sangat umum, terjadi setelah semua prosedur abdomen, gerakan usus akan kembali

    normal pada: usus kecil 24 jam, lambung 48 jam, kolon 3-5 hari. (4)

    Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung ( abdominal distention),

    anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan

    perut kembung pada ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung

    pada ileus obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak

    disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani

    dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali.

    Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak

    ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila

    penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran

    peritonitis.(1)

    II.7. Diagnosa

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    22/30

    Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupasilentabdomen yaitu bising

    usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus

    atau besar.

    Anamnesa

    Pada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus, rasa mual dan

    dapat disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan tidak bisa BAB ataupun flatus,

    rasa tidak nyaman diperut tanpa disertai nyeri.

    Pemeriksaan fisik

    - Inspeksi

    Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan

    turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya

    distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Pada pasien yang kurus tidak

    terlihat gerakan peristaltik.

    - Palpasi

    Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri

    tekan, yang mencakup defence muscular involunter atau rebound dan

    pembengkakan atau massa yang abnormal untuk mengetahui penyebab ileus.

    - Perkusi

    Hipertimpani

    - Auskultasi

    Bising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan borborigmi

    Pemeriksaan penunjang

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    23/30

    Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit. Pemeriksaan

    yang penting untuk dimintakan adalah leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah dan

    amylase. Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan diagnosis. Pada ileus

    paralitik akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus besar. Air fluid level ditemukan

    berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air fluid level pada ileus

    obstruktif yang memberikan gambaran stepladder (seperti anak tangga). Apabila dengan

    pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan, dapat dilakukan foto abdomen dengan

    mempergunakan kontras.

    II.8. Penatalaksanaan

    Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya berupa

    dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa dan penyakit primer

    dan pemberiaan nutrisi yang adekuat. (1) Prognosis biasanya baik, keberhasilan dekompresi kolon

    dari ileus telah dicapai oleh kolonoskopi berulang.(3) Beberapa obat-obatan jenis penyekat

    simpatik (simpatolitik) atau parasimpatomimetik pernah dicoba, ternyata hasilnya tidak

    konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga

    rectal tube). Pemberian cairan, koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya

    diberikan sesuai dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa

    obat yang dapat dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat

    untuk ileus paralitik pascaoperasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus

    paralitik karena obat-obatan.(1) Neostigmin juga efektif dalam kasus ileus kolon yang tidak

    berespon setelah pengobatan konservatif.(3)

    1. Konservatif

    Penderita dirawat di rumah sakit.

    Penderita dipuasakan

    Kontrol status airway, breathingand circulation.

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    24/30

    Dekompresi dengan nasogastrictube.

    Intravenousfluidsandelectrolyte

    Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

    2. Farmakologis

    Antibiotikbroadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.

    Analgesik apabila nyeri.

    Prokinetik: Metaklopromide, cisapride

    Parasimpatis stimulasi: bethanecol, neostigmin

    Simpatis blokade: alpha 2 adrenergik antagonis

    3. Operatif

    Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.

    Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis

    sekunder atau rupture usus.

    Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan

    dengan hasil explorasi melalui laparotomi.

    o Pintas usus : ileostomi, kolostomi.

    o Reseksi usus dengan anastomosis

    o Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.(9)

    II.9. Diagnosis banding

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    25/30

    Masalah lain yang perlu dipertimbangkan

    umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi, juga disebut sebagai sindrom Ogilvie, dan obstruksi

    usus mekanik.

    Pseudo-obstructionPseudo-obstruksi(6)

    Pseudo-obstruksi didefinisikan sebagai penyakit akut, ditanda dengan distensii dari usus

    besar. Seperti ileus, itu terjadi didefinisikan karena tidak adanya gangguan mekanik. Beberapa

    teks dan artikel cenderung menggunakan ileus sinonim dengan pseudo-obstruksi. Namun, kedua

    kondisi itu adalah hal yang berbeda. Pseudo-obstruksi ini jelas terbatas pada usus besar saja,

    sedangkan ileus melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Usus besar kanan terlibat dalam

    klasik pseudo-obstruksi, yang biasanya terjadi pada pasien yang terbaring lama di tempat tidur

    dengan gambaran penyakit ekstraintestinal serius atau pada pasien trauma. Agen farmakologis,

    aerophagia, sepsis, dan perbedaan elektrolit juga dapat berkontribusi untuk kondisi ini.Kondisi

    kronis pada pseudo-obstruksi usus juga diamati pada pasien dengan penyakit kolagen-

    vaskular, miopati viseral, atau neuropati. Bentuk kronis dari pseudo-obstruksi melibatkan

    dismotilitas baik dari usus besar dan kecil. Dismotilitas ini disebabkan hilangnya kompleks

    motorik yang berpindah dan bakteri berlebih. semua hal ini bermanifestai klinik sebagai

    obstruksi usus kecil.

    Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan tanda perut kembung tanpa rasa sakit, namun

    pasien bisa juga mempunyai gejala mirip obstruksi. Radiografi dari foto polos abdomen

    mengungkapkan adanya keadaan yang terisolasi, dilatasi usus proksimal yang membesar, seperti

    yang ditunjukkan pada gambar di bawah, dan pencitraan kontras membedakan ini dari obstruksi

    mekanik.

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    26/30

    Ogilvie pseudo-obstruksi pada pasien dengan infeksi . Perhatikan besar dilatasi kolon,

    terutama kolon kanan dan sekum.

    Distensi kolon dapat mengakibatkan perforasi caecum, terutama jika diameter caecum melebihi

    12 cm. Tingkat kematian untuk pseudo-obstruksi adalah 50% jika pasien berkembang menjadi

    nekrosis iskemik dan perforasi.

    Perawatan awal meliputi hidrasi, pemasangan NGT dan rectal tube, koreksi

    ketidakseimbangan elektrolit, dan penghentian obat yang menghambat motilitas usus.

    Dekompresi melalui kolonoskopi cukup efektif dalam mengurangi pseudo-obstruksi.

    Neostigmine intravena mungkin juga efektif, menghasilkan perbaikan pseudo-obstruksi dalam

    waktu 10-30 menit. Dosis 2,5 mg dari neostigmine diinfuskan perlahan-lahan selama 3 menit

    dengan pengawasan jantung untuk mengamati efek bradikardi. Jika terjadi bradikardia, atropin

    harus diberikan. Laparotomi dan reseksi usus untuk peritonitis dan iskemia merupakan jalan

    terakhir.

    Obstruksi Mekanik

    Obstruksi mekanik usus dapat disebabkan oleh adhesi, volvulus , hernia, intususepsi ,

    benda asing, atau neoplasma. Pasien datang dengan nyeri kram perut berat yang paroksismal.

    Pemeriksaan fisik ditemukan borborygmi bertepatan dengan kram perut. Pada pasien yang kurus,

    gelombang peristaltik dapat divisualisasikan. Dengan auskultasi dapat terdengar suara bernada

    tinggi, denting suara bersamaan dengan aliran peristaltic. Jika obstruksi total, pasien

    http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/2966-overview&prev=/search%3Fq%3Dileus%2Bparalytic%26hl%3Did&rurl=translate.google.com&usg=ALkJrhgEaQKzwvUNcdvDPTGRo2DLVljTlghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/197322-overview&prev=/search%3Fq%3Dileus%2Bparalytic%26hl%3Did&rurl=translate.google.com&usg=ALkJrhjdWp1QcLSjMYFcX3dTEkHW6t4x1Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview&prev=/search%3Fq%3Dileus%2Bparalytic%26hl%3Did&rurl=translate.google.com&usg=ALkJrhhPRBsSEunkYAVCZ8SI2qU5TQ-57ghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/2966-overview&prev=/search%3Fq%3Dileus%2Bparalytic%26hl%3Did&rurl=translate.google.com&usg=ALkJrhgEaQKzwvUNcdvDPTGRo2DLVljTlghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/197322-overview&prev=/search%3Fq%3Dileus%2Bparalytic%26hl%3Did&rurl=translate.google.com&usg=ALkJrhjdWp1QcLSjMYFcX3dTEkHW6t4x1Qhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview&prev=/search%3Fq%3Dileus%2Bparalytic%26hl%3Did&rurl=translate.google.com&usg=ALkJrhhPRBsSEunkYAVCZ8SI2qU5TQ-57g
  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    27/30

    mengeluhkan tidak bisa BAB. Muntah mungkin terjadi tapi bisa juga tidak jika katup ileocecal

    kompeten dalam mencegah refluks. Tanda peritoneal terlihat nyata jika pasien mengalami

    strangulasi dan perforasi.

    Menegakkan diagnosis dari obstruksi usus mekanik dapat dibantu dengan pencitraan endoskopi

    menggunakan kontras.

    Obstruksi mekanik usus disebabkan oleh karsinoma kolon kiri. Perhatikan tidak adanya

    gas usus sepanjang usus besar.(6)

    Tabel berikut menyajikan perbedaan antara ileus, pseudo-obstruksi, dan obstruksi mekanis.

    Tabel. Karakteristik ileus, Pseudo-obstruksi, dan Mekanik Sumbatan. (6)

    Ileus Pseudo-obstruksi Mekanikal Obstruksi

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    28/30

    Gejala sakit perut,

    kembung, mual,

    muntah, konstipasi

    nyeri kram perut, konstipasi,

    obstipasi, mual, muntah,

    anoreksia

    nyeri kram perut,

    konstipasi, obstipasi, mual,

    muntah, anoreksia

    Temuan

    Pemeriksaan

    Fisik

    Silent abdomen,

    kembung, timpani

    Borborygmi, timpani,

    gelombang peristaltik,

    bising usus hiperaktif atau

    hipoaktif, distensi, nyeri

    terlokalisasi

    Borborygmi, timpani,

    gelombang peristaltik, bising

    usus hiperaktif ayau

    hipoaktif, distensi, nyeri

    terlokalisasi

    Gambaran

    Radiografi

    dilatasi usus kecil

    dan besar,

    diafragma

    meninggi

    dilatasi usus besar yang

    terlokalisir, diafragma

    meninggi

    Bow-shaped loops in ladder

    pattern, berkurangnya gas

    kolon di distal, diafragma

    agak tinggi, air fluid level.

    Tabel. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.(6)

    Macam

    ileus

    Nyeri Usus Distensi Muntah

    borborigmi

    Bising usus Ketegangan

    abdomenObstruksi

    simple

    tinggi

    ++

    (kolik)

    + +++ Meningkat -

    Obstruksi

    simple

    +++

    (Kolik)

    +++ +

    Lambat, fekal

    Meningkat -

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    29/30

    rendah

    Obstruksi

    strangulasi

    ++++

    (terus-

    menerus,

    terlokalisir)

    ++ +++ Tak tentu

    biasanya

    meningkat

    +

    Paralitik + ++++ + Menurun -

    Oklusi

    vaskuler

    +++++ +++ +++ Menurun +

    II.10. Prognosis

    Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada penyebab ileus itu sendiri. Bila ileus hasil

    dari operasi perut, kondisi ini biasanya bersifat sementara dan berlangsung sekitar 24-72 jam.

    Prognosis memburuk pada kasus-kasus tetentu dimana kematian jaringan usus terjadi; operasi

    menjadi perlu untuk menghapus jaringan nekrotik. Bila penyebab primer dari ileus cepat

    tertangani maka prognosis menjadi lebih baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. GawatAbdomen.Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor:Sjamsuhidajat, R. dan De Jong,Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal:181-192.1.

  • 7/27/2019 referat ileus paralitik.doc

    30/30

    Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor:Vargas,J., Windle, W.L., Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S.http://www.emedicine.com . Last Updated, June 29, 2004. 1.

    Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera,F.,Mechaber, A.J., and Katz, J.http://www.emedicine.com. LastUpdated, June 14,

    2004.1.

    Leaper, D.J., Peel, A.L.G., McLatchie, G.R., and Kurup,V.:Gastrointestinal disease. InOxford handbook of clinical surgery Makalah Ilius Paralitik IKP REG IV BKelompok 10Editor by McLatchie, G.R., and Leape, D. 2nd Edition. London:OxfordUniversity Press, 2002. p: 214-296.

    Hebra, A., and Miller, M.: Intestinal Volvulus. Editor: DuBois, J.J.,Konop,R., Li, B.UK., Schwarz, S. and Altschuler, S. http://www.emedicine,com. Last

    Updated: February 25, 2004.

    Chahine, A.A.: Intussusception. Editor: Nazer, H., Windle, M.L., Li,B.UK.,Schwarz, S. and Altschuler, S.http://www.emedicine,com .Last Updated: June10, 2004.

    Shukia, P.C.: Volvulus. Editor: DuBois, J.J., Konop, R., Piccoli,D.,Schwarz, S. and Altschuler, S. http://www.emedicine.com . LastUpdated:May 18, 2005.

    Price, S.A. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit .Editor:

    Price, S.A., McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya,Caroline. Jakarta:EGC, 1994.

    http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/