Referat Hernia Diafragmatika Fix

download Referat Hernia Diafragmatika Fix

of 18

description

dskdkadmklasmflkamfasmfklagagkmdsaklgmdlkmglkadmgmaopkoiwektiofjaeio

Transcript of Referat Hernia Diafragmatika Fix

BAB IPENDAHULUAN

Hernia berasal dari bahasa Latin, herniae yang berarti penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu. Diafragmatika adalah struktur muskulotendinous yang membatasi rongga toraks dan rongga abdomen.1 Hernia diafragmatika adalah masuknya organ-organ abdomen melalui defek (lubang) pada diafragma ke dalam rongga toraks.2Penyebab hernia diafragmatika yang sering dijumpai adalah bersifat bawaan, walaupun masih ditemui kelainan yang didapat. Secara umum terdapat tiga tipe dasar hernia diafragmatika yaitu hernia Bochdalek (melalui defek posterolateral), hernia Morgagni (melalui defek anterio retrosternal) dan hernia hiatus esofagus.2,3 Hernia Bockdalek paling banyak dijumpai pada bayi dan anak-anak. Pada dewasa sangat jarang (sekitar 10% dari semua kasus) dan sering terjadi misdiagnosis dengan pleuritis atau tuberkulosis paru. Kadang-kadang pada anak yang lebih besar juga sering diduga sebagai staphylococcal pneumonia. Insiden pasti hernia diafragma sulit diperkirakan karena separuhnya meninggal dalam kandungan atau meninggal saat neonatus belum dibawa ke pusat rujukan atau sebelum diagnosis ditegakkan Insiden hernia Bochdalek dilaporkan 1 : 2000-4000 kelahiran hidup dengan perbandingan jenis kelamin laki-laki : perempuan adalah 1,5 : 14. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, radiologik, dan laboratorium. Hernia Bochdalek memberikan gejala kardiopulmonal yang berat, seperti sesak nafas segera setelah lahir dengan mortalitas yang tinggi, 40-50% sebelum pemakaian dan 30 %, setelah pemakaian Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO). Pembedahan dilaksanakan setelah kondisi bayi stabil2,3,4.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Diafragma merupakan struktur muskulo tendineus yang terletak antara toraks dan abdomen dan berhubungan di sebelah dorsal dengan vertebrae L.I sampai dengan L.III, disebelah ventral dengan sternum di sebelah kaudal, dan di sebelah kiri dan kanan dengan lengkung iga. Diafragma ditembus oleh beberapa struktur. Hiatus aorta yang terletak di sebelah dorsal setinggi Th.XII dilalui aorta ductus thoracicus dan v.azigos. hiatus esophagus yang terletak di ventral hiatus aorta setinggi Th.X dilalui esophagus dan kedua n.vagus. Hiatus v.cava inferior dan cabang kecil n.frenikus1.Diafragma mendapat darah melalui kedua a.frenika dan a.intercostalis disertai disertai cabang terminal a.mammaria interna. Otot diafragma dipersarafi oleh n.frenikus yang berasal dari C.2-5. N.frenikus dapat terganggu sepanjang perjalanannya oleh trauma , tumor, atau proses radang yang mengakibatkan kelumpuhan diafragma ipsilateral yang pada foto rontgen member tanda diafragma letak tinggi1. Lubang hernia dapat terjadi di peritoneal (tipe Bochdalek) yang tersering ditemukan, anterolateral (tipe Morgagni) atau di esofageal hiatus hernia1. Foramen bochdalek merupakan celah sepanjang 2-3 cm di posterior diafragma setinggi costa 10 dan 11, tepat di atas glandula adrenal. Kadang-kadang defek ini meluas dari lateral dinding dada sampai ke hiatus esophagus. Kanalis pleuroparietalis ini secara normal tertutup oleh membran pleuroparietal pada kehamilan minggu ke-8 sampai ke-10. Kegagalan penutupan kanalis ini dapat menimbulkan terjadinya hernia Bochdalek. Hernia ini merupakan kelainan yang jarang terjadi. Mc Culley adalah orang pertama yang mendeskripsikan kelainan ini pada tahun 1754. Bochdalek pada 1848 menggambarkan secara detil aspek embriologi pada hernia ini yang merupakan defek tersering (80%).2.2 DefinisiHernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu lubang pada diafragma. Sesuai penjelasan sebelumnya terdapat tiga tipe dasar hernia diafragmatika kongenital yaitu hernia Bochdalek (posterolateral), hernia Morgagni (retrosternal atau anterior), dan hiatus hernia2.3 Etiologi dan KlasifikasiPenyebab pasti hernia masih belum diketahui. Hal ini sering dihubungkan dengan penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide, antiepileptik, atau defisiensi vitamin A selama kehamilan.

1. Hernia Diaphragmatica Posterolateral (BOCHDALEK)Hernia tipe Bochdalek adalah hernia diafragmatika dari membrane pleuroperitoneal untuk berkembang dan menutup sebelum usus kembali ke abdomen pada minggu ke 10 gestasi. Usus kemudian memasuki rongga pleural dan menyebabkan perkembangan paru yang buruk sehingga terjadi hipoplasia paru (penurunan jumlah alveoli per area paru). Hati dan limpa mungkin juga akan ikut masuk ke dalam rongga thoraks. Frekuensi hernia ini adalah 1:2000 kelahiran hidup dan umumnya bayi yang di diagnosis dengan hernia ini sebanyak 60% akan meninggal.Hernia ini paling sering mengenai foramen Bochdalek bagian kiri (90% terdapat pada bagian kiri diafragma). Mortalitas dari CDH (Congenital Diaphragmatic Hernia) secara langsung berhubungan dengan derajat hipoplasia pada bagian paru yang terkena hernia. Kematian disebabkn oleh hipertensi pulmonal yang menetap dan kegagalan kompensasi paru yang sehat.2. Hernia Diaphragmatica Retrosternal ( TIPE MORGAGNI)Pertama kali ditemukan pada 1769. Hernia Morgagni adalah hernia congenital yang jarang terjadi. Terjadi pada retrosternal atau di kedua sisi sternum (parasternal). Didapatkan kurang dari 2% dari semua defek diafragma. Hampir selalu asimtomatik, dapat muncul pada anak-anak yang sudah besar atau bahkan orang dewasa dengan gastrointestinal yang minimal. Ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan radiografi thorak rutin. Defek dari hernia morgagni dapat berisi hatiatau sebagian usus. Hernia ini dapat disertai dengan defek jantung, trisomy 1 atau omphalochele.3. Hernia EsophagealDua tipe dari hernia esophagus dikenal sebagai hernia hiatal dan paraesophageal. Hernia hiatal merujuk kepada hernia dari rongga perut ke rongga dada melalui hiatus esophagus. Hernia hiatal dapat disebabkan oleh factor congenital , traumatic atau iatrogenic. Kebanyakan menghilang saat penderita memasuki usia 2 tahun, akan tetapi semua bentuk hernia hiatal dapat menjadi penyebab peptic esofagitis karena refluks gastroesofageal.

2.4 PatofisiologiHernia diafragmatika dapat terjadi karena abnormalitas kongenital dan traumatik. Berdasarkan lokasi abnormalitasnya, hernia diafragmatik kongenital dapat dibedakan menjadi dua yaitu hernia morgagni dan hernia Bochdalek. Pada hernia morgagni defek terjadi pada bagian retrosternal yaitu di dekat xyphoid prosesus atau di bagian anterior dari diafragma. Disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membrane pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi. Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua. 2Hernia hiatus yaitu sebagai herniasi bagian lambung ke dalam dada melalui hiatus esofagus diafragma. Terdapat 2 jenis hernia hiatus yang sangat berbeda, bentuk yang paling sering adalah hernia hiatus direk (sliding) dengan perbatasan lambung-esofagus yang bergeser dalam rongga thoraks, terutama penderita dalam keadaan posisi berbaring. Kompentensi sfingter esofagus bagian bawah dapat rusak dan menyebabkan terjadinya esofangitis refluks. Kelainan ini sering bersifat asimtomatik dan di temukan secara kebetulan sewaktu pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya berbagai gangguan epigastrium, atau pemeriksaan rutin pada radiografi saluran gastrointestinal. 13Pada hernia hiatus paraesofageal (rolling hernia), bagian fundus lambung menggulung melewati hiatus, dan perbatasan gastro-esofagus tetap berada di bawah diafragma. Tidak di jumpai adanya insufisiensi mekanisme sfingter esofagus bagian bawah, dan akibatnya tidak terjadi asofangitis refluks. Penyulit pertama hernia para-esofageal adalah stranggulasi. 13 Gambar 3. Hernia Paraesophageal. (dikutip dari kepustakaan 4)

Gambar 4. Hiatal Hernia. (dikutip dari kepustakaan 4)

Pada hernia diafragmatika traumatika, banyak kasus yang mengenai diafragma kiri adalah akibat dari efek buttressing dari liver. Organ abdomen yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster, omentum, usus halus, kolon, lien, hepar. Juga dapat terjadi hernia inkarserata maupun strangulata dari usus yang mengalami herniasi ke rongga thorax ini. Hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum ke arah kontralateral. 12Sekitar 80-90% ruptur diafragma terjadi akibat kecelakaan sepeda motor. Mekanisme terjadi ruptur berhubungan dengan perbedaan tekanan yang timbul antara rongga pleura dan rongga peritonium. Trauma dari sisi lateral menyebabkan diafragma 3 kali lebih sering dibandingkan trauma dari sisi lainnya oleh karena langsung dapat menyebabkan robekan diafragma pada sisi ipsilateral. Trauma dari arah depan menyebabkan peningkatan tekan intra abdomen yang mendadak sehingga menyebabkan robekan radier yang panjang pada sisi posterolateral yang secara embriologis merupakan bagian terlemah. 1275 % ruptur diafragma terjadi di sisi kiri, dan pada beberapa kasus terjadi pada sisi kanan yang biasanya disebabkan oleh trauma yang hebat dan biasanya menyebabkan gangguan hemodinamik, hal ini disebabkan oleh karena letak hepar disebelah kanan yang sekaligus menjadi suatu proteksi. Pada trauma kendaraan bermotor arah trauma menentukan lokasi injury di Kanada dan Amerika Serikat biasanya yang terkena adalah sisi kiri khususnya pada pasien yang menyetir mobil, sedangkan pada penumpang biasanya yang terkena sisi kanan. 12Pada trauma tumpul biasanya menyebabkan robekan radier pada mediastinum dengan ukuran 5-I5 cm, paling sering pada sisi posterolateral, sebaliknya trauma tembus menyebabkan robekan linier yang kecil dengan ukuran kurang dari 2 cm dan bertahun-tahun kemudian menimbulkan pelebaran robekan dan terjadi herniasi. 12Berikut ini meknisme terjadinya ruptur diafragma: (I) robekan dari membran yang mengalami tarikan (stretching), (2) avulasi diafragma dari titik insersinya, (3) tekanan mendadak pada organ viscera yang diteruskan ke diafragma. 12Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Seperti diketahui diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.

2.4 Manifestasi klinikWalaupun hernia morgagni merupakan kelainan kongenital, hernia ini jarang bergejala sebelum usia dewasa. Sebaliknya hernia Bockdalek menyebabkan gangguan nafas segera setelah lahir sehingga memerlukan pembedahan darurat. Anak sesak terutama kalau tidur datar, dada tampak menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata. Perut kempis dan menunjukkkan gambaran scapoid. Pulsasi apek jantung bergeser sehingga kadang-kadang terletak d hemithoraks kanan. Bila anak didudukan dan diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang.Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna.Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan. Gejalanya berupa:- Gangguan pernafasan yang berat.- Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen).- Takipneu (laju pernafasan yang cepat).- Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris).- Takikardia (denyut jantung yang cepat).Secara klinis hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan kardiopulmoner karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum ke arah kontralateral. Pemeriksaan fisik didapatikan gerakan pernafasan yang tertinggal, perkusi pekak, fremitus menghilang, suara pernafasan menghilang dan mungkin terdengar bising usus pada hemitoraks yang mengalami gangguan. Kesulitan untuk menegakkan diagnosis hernia diafragma preoperative menyebabkan sering terjadinya kesalahan diagnosis dan untuk itu diperlukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis hernia diafragmatika. 2.5 Pemeriksaan PenunjangDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, yaitu:- Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris.- tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia.- bising usus terdengar di dada.- perut teraba kosong.- Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada.

Gambar Anteroposterior (AP) pada pasien dengan Hernia diafragmatika congenital menunjukkan herniasi di hemithirax kiri.

Foto Thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus didaerah thoraks. Kadang-kadang diperlukan fluoroskopi untuk membedakan antara paralisis diafragmatika dengan eventerasi. Bila perlu dapat pula dilakukan untuk membuktikan apakah kelainan itu eventerasi atau hernia biasa.2.6 Diagnosis Banding Pneumatokel akibat stafilokokus Malformasi kista adenomatoid paru Eventrasio Diafragmatika Paralisis diafragmaUntuk membedakan satu dengan yang lain harus dilakukan pemeriksaan foto dada dan fluoroskopi.Pada pneumomatokel dan malformasi kista adenomatoid, gambaran foto dada tidak menunjukkan adanya rongga dada berisi usus atau organ-organ viscera lain (biasanya 80% pada sisi kiri) yang bayangannya bersambung dengan bayangan usus dan organ visera dalam rongga perut. Pada foto abdomen tidak ditemui adanya marked excess of gas di bawah diafragma. Untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan foto dada dengan pemasangan NGT sebagai petunjuk adanya lambung di dalam rongga dada.Eventrasi diafragma merupakan duplikasi hernia diafragmatika bawaan sehingga bila hanya berdasarkan pemeriksaan fisik dan foto dada saja keduanya sering sukar dibedakan. Pemeriksaan foto dada hanya menunjukkan peninggian diafragma sedangkan pada pemeriksaan fluoroskopi mula-mula terlihat gerakan diafragma berkurang dan akhirnya menunjukkan gerakan paradoksal. Paralisis diafragma oleh karena trauma maupun bawaan, baik yang bersifat sementara atau menetap, pada pemeriksaan foto toraks terlihat letak diafragma yang makin lama makin meninggi, sedangkan bila dilakukan pemeriksaan fluoroskopi terlihat pergerakan diafragma berkurang yang pada akhirnya menunjukkan gambaran paradoksal.

2.7 PenatalaksanaanAnak ditidurkan dalam posisi duduk dan dipasang pipa nasogastrik yang dengan teratur dihisap. Diberikan antibiotika profilaksis dan selanjutnya anak dipersiapkan untuk operasi. Hendaknya perlu diingat bahwa biasanya (70%) kasus ini disertai dengan hipospadia paru.Pembedahan elektif perlu untuk mencegah penyulit. Tindakan darurat juga perlu jika dijumpai insufisiensi jantung paru pada neonatus. Reposisi hernia dan penutupan defek memberi hasil baik.

Tata laksana Hernia BochdalekKonseling prenatal dilakukan segera setelah diagnosis dibuat berdasarkan USG. Setelah melalui berbagai pemeriksaan tersebut, tim medis harus menjelaskan segala kemungkinan pilihan tata laksana kepada orang tua seperti terminasi kehamilan, meneruskan kehamilan dan melahirkan bayi tersebut di pusat pelayanan medis yang memadai termasuk prognosis dari kasus ini.Tata laksana hernia Bochdalek yang optimal harus memperhatikan berbagai hal yang terkait dengan kelainan bawaan ini.1. Proses persalinan dan unit perawatan intensif Neonates Bayi harus dilahirkan di pusat kesehatan yang memiliki sarana bedah anak dan perinatologi yangmemadai. Secara umum sarana yang diperlukan adalah intubasi endotrakeal dan pemakaian ventilator mekanik yang disesuaikan dengan derajat keparahan herniasi organ abdomen, (hindari pemakaian ventilasi dengan manual bagkarena lambung dan organ intestinal akan distensi oleh udara yang berakibat semakin tertekannya paru dan organ-organ intratorakal), pemasangan pipa nasogastrik untuk dekompresi, menghindari pemakaian tekanan inspirasi yang tinggi.2. Stabilisasi preoperativePada hernia diafragmatika terdapat paru yang hipoplastik, tidak atelektasis vaskularisasi arteriolar yang abnormal dan hipertensi pulmonal sehingga dipertimbangkan pembedahan ditunda atau dipersiapkan dahulu.Umur rata-rata untuk melakukan pembedahan adalah sekitar 72 jam. 3. Ventilasi mekanik konvensionalPemberian ventilasi mekanik harus mempertimbangkan faktor-faktor yang diketahui meningkatkan resistensi vaskuler pulmonal (hipoksia, asidosis, hipotensi dan hiperkarbia). Ventilasi dengan inspirasi bertekanan rendah dipilih karena menurunkan kemungkinan terjadinya pneumothorax kontralateral yang dapat meningkatkan ketidakstabilan sistem kardiorespirasi dan dekompensasi. Jika dengan ventilasi mekanik konvensional ini gagal maka dipakai strategi ventilasi yang lain yaitu high-frequency oscillatory ventilation (HFOV), gentle ventilation dan intratracheal pulmonary ventilation (ITPV). Selain strategi ventilasi juga dibutuhkan terapi pendukung untuk menunjang keberhasilan pembedahan dan memperbaiki prognosis.4. Extracorporeal Membrane Oxygenation (ECMO)Alat ECMO adalah perlengkapan paru buatan yang digunakan untuk mengembangkan sisa jaringan paru agar oksigenasi tetap adekuat selama pembedahan untuk mencegah gagal napas dan hipoksia berat. ECMO meningkatkan keberhasilan hidup bayi dengan hernia diafragmatika sebesar 42% pada era awal, menjadi sebesar 79% pada era sekarang ini. Waktu yang tepat untuk memberikan ECMO masih kotroversial.5. Pemberian surfaktanGagal nafas pada bayi dengan hernia diafragmatika dapat berhubungan dengan perkembangan paru yang abnormal dan defisiensi surfaktan. Studipostmortem menunjukkan adanya penurunan ekskresi surfaktan apoprotein A (SP-A) yang lebih berat pada sisi dengan hernia diafragmatikadibandingkan dengan sisi yang lain. Hal ini menunjukan adanya penundaan pematangan fungsional atau perkembangan dan sintesis SP-A. Analisis cairan amnion mendukung kenyataan tersebut. Surfaktan sebaiknya diberikan segera saat bayi menarik nafasnya untuk pertama kali.6. Terapi antenatalPemberian glukokortikoid antenatal untuk memperbaiki maturitas paru dan meningkatkan oksigenasi serta kemampuan paru. 7. Terapi pembedahan perinatalDavis dkk. mengungkapkan bahwa pembedahan yang dipersiapkan lebih dahulu diikuti dengan terapi ECMO memberikan hasil yang lebih baik. Waktu yang tepat untuk melakukan pembedahan belum diketahui dengan pasti, beberapa ahlimenganjurkan pembedahan dapat dilakukan 24 jam setelah bayi stabil, tetapi penundaan sampai 7-10 hari dapat juga ditoleransi. Banyak ahli bedah lebih menyukai operasi dikerjakan saat ekokardiografi menunjukkan tekanan arteri pulmonalis stabil dalam 24-48 jam. Drainase dengan chest tube diperlukan bila terdapat tension pneumothorax. Prinsip pembedahan adalah mengembalikan organ abdomen pada tempatnya.8. Transplantasi paruTransplantasi paru adalah salah satu teknik pembedahan dalam upaya mengurangi efek buruk distres pernapasan pada bayi dengan hernia Bochdalek akibat hipoplasia paru berat yang gagal dengan terapi suportif pernapasan, namun pengobatan ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.9. Perawatan pasca bedah Perawatan pasca bedah meliputi perawatan jangka pendek (segera setelah pembedahan) dan perawatan jangka panjang. Perawatan jangka pendek: Perawatan pasca bedah jangka pendek meliputi deteksi dan tata laksana komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan. Komplikasi yang mungkin timbul dapat berupa perdarahan, distres pernapasan, hipotermia, produksi urin yang menurun, infeksi dan obstruksi usus.Pengawasan yang dilakukan saat pasien masih dirawat di rumah sakit meliputi monitoring pernapasan, evaluasi neurologis, dan masalah pemberian makanan. Perawatan jangka panjang: Perawatan pasca bedah jangka panjang meliputi pemantauan tumbuh kembang pasien. Pertumbuhan kasus dipantau karena risiko terjadi gagal tumbuh besar akibat adanya penurunan asupan kalori sebagai akibat penyakit paru kronis, gastroesophageal refluk dan feeding yang buruk terutama pada pasien dengan defek neurologis yang berat.Teknik Operasi Posisi Supine. Lakukan irisan kocher atau subcostal kiri perdalam sampai membuka peritoneum Identifikai diafragma kemudian lakukan reposisi organ. Jahitan ruptur/robekan diafragmanya mulai dari posisi antero lateral sampai posteromedial sisi diafragma sampai diafragma intak. Luka operasi dijahit lapis demi lapisTehnik Operasi Hernia Hiatal 1. Nissen fundoplication (posterior) Lakukan insisi abdominal (midline) atau insisi thorakal Gastroesophageal junction dikembalikan ke posisi intraabdominal. Lakukan putaran 360 dari cardiac gaster yang mengelilingi esofagus intra abdominal. Hiatus di tutup2. Hemi Nissen (posterior) putaran 180 = TOUPET 3. Dor (anterior)3. Belsey Mark IV dilakukan thorakotomi kiri pada ICS 5 atau 6 untuk disseksi bebas dari esofagus distal. Bagian anterior dan lateral gaster diikatkan ke esofagus distal dengan 2 jalur jahitan yang akhirnya direkatkan ke diafragma. Crus diafragma di re-aproksimasi di posterior.

VIII. DIAGNOSIS BANDINGDiagnosis banding untuk hernia diafragmatik adalah pneumothorax dan kista paru kongenital. Diagnosis ini dikukuhkan oleh sinar-X dada dan abdomen yang menunjukkan adanya simpul usus terisi udara di dalam rongga pleura. Pemeriksaan abdomen diperlukan untuk mengesampingkan adanya pneumothorax dan kista paru kongenital yang memperlihatkan gambaran-gambaran yang sama dan menunjukkan penampakan radiologis yang sama. 21 PneumothoraxPneumothorax umumnya terdapat udara yang terkumpul di daerah perbatasan organ mediastinum seperti timus, aorta, arteri pulmonalis dan jantung. Pada beberapa kasus, udara cenderung berada sepanjang pembuluh darah besar dan jaringan lunak superior mediastinum dan leher. 21, 22Gambaran radiologi pneumothorax pada umumnya berupa:- Meningkatnya bayangan radiolusen dan avaskuler di daerah yang terkena.- Perdorongan mediastinum ke arah kontra lateral.- Meningkatnya ketajaman batas mediastinum, adanya double contour daerah diafragma. 21

Gambar 15 Pneumothorax (dikutip dari kepustakaan 22)

Kista paru kongenital Terbentuknya kista paru merupakan hiperinflasi udara ke dalam parenkim paru melalui suatu celah berupa klep akibat suatu peradangan kronis. Kista paru dapat pula disebabkan kelainan kongenital yang secara radiologik tidak dapat dibedakan dengan kista paru didapat (akibat peradangan). Gambaran radiologik memberi bayangan bulat berdinding tipis dengan ukuran bervariasi. Bila kista paru lebih dari satu dan tersebar di kedua paru dikenal sebagai paru polikistik. 21

Gambar 16. Kista Kongenital (dikutip dari kepustakaan 23)

DAFTAR PUSTAKA

1.Sjamsuhidajat R. Diafragma. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC. 512. Shanding B. Diaphragmatic hernia. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Nelson WE, Vaughan VC, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi keempat belas. Philadelphia: W.B. Saunders company, 2000. h. 1032-3.3.Steinhorn RH, Hollands CM. Congenital diaphragmatichernia. Diperoleh :http://www.emedicine.com/ ped/topic 2603.htm4.Hamid A, Putra IS, Semadi IN. Hernia Bochdalek. Sari Pediatri, Vol 7 No.4. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Subbagian Neonatologi FKUNUD-RS Sanglah. 2006. H 232-236Pediatric Surgery Update. Vol 26. 2006. Available from : http://home.coqui.net/titolugo/PSU26.htmlPrice S.A, Wilson L.M. Gangguan Esofagus. Dalam: Patofisiologi. Edisi 6. EGC. Huriawati hartanto. Page 413Congenital Diaphragmatic Hernia. Retrieved May 20, 2008, from http://www.chw.org/display/PPF/DocID/34373/Nav/1/router.asp