referat fraktur suprakondiler

31
REFERAT FRAKTUR SUPRAKONDILER HUMERUS Disusun Oleh: R. Eldha Chrismaya (08700048) Pembimbing: dr. Soeprijanto T. Pribadi Sp.OT KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAH RSUD dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO 1 | Page

description

suprakondiler

Transcript of referat fraktur suprakondiler

Page 1: referat fraktur suprakondiler

REFERAT

FRAKTUR SUPRAKONDILER HUMERUS

Disusun Oleh:

R. Eldha Chrismaya (08700048)

Pembimbing:

dr. Soeprijanto T. Pribadi Sp.OT

KEPANITERAAN KLINIK SMF BEDAH

RSUD dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

MOJOKERTO

1 | P a g e

Page 2: referat fraktur suprakondiler

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Anak-anak adalah berbeda dengan dewasa. Hal ini sangat penting diketahui bahwa

keberhasilan diagnostik dan terapi penyakit ortopedik pada kelompok usia ini berbeda, karena

sistem skeletal pada anak-anak baik secara anatomis, biomekanis, dan fisiologi berbeda

dengan dewasa. Adanya growth plate (atau fisis) pada tulang anak-anak merupakan satu

perbedaan yang besar. Growth plate tersusun atas kartilago. Ia bisa menjadi bagian terlemah

pada tulang anak-anak terhadap suatu trauma. Cidera pada growth plate dapat menyebabkan

deformitas. Akan tetapi adanya growth plate juga membantu remodeling yang lebih baik dari

suatu fraktur yang bukan pada growth plate tersebut

Fraktur suprakondiler humeri adalah fraktur yang terjadi pada bagian distal tulang

humerus setinggi kondilus humeri, yang melewati fossa olekrani. Fraktur ini sering terjadi

pada anak, yaitu sekitar 65% dari seluruh kasus patah tulang lengan atas. Fraktur

suprakondiler humeri terutama dengan derajat III (‘displace’) sering menimbulkan

komplikasi pada saraf maupun vaskuler setelah terjadinya fraktur maupun setelah

penanganan fraktur.

Rodriguez (1992) pada penelitiannya terhadap 120 anak dengan fraktur suprakondiler

humeri derajat III yang dikelola dengan traksi skeletal atas kepala mendapatkan 68 anak

(56% s) dengan hasil sangat baik, 40 anak (34%) baik, 4 (3,5%) kurang baik dan 8 (6,5%)

sangat jelek. Cubitus varus tampak pada 4 kasus.

2 | P a g e

Page 3: referat fraktur suprakondiler

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1. Apa definisi dan klasifikasi fraktur suprakondiler humerus ?

1.2.2. Bagaimana etiologi dan patofisiologi fraktur suprakondiler humerus ?

1.2.3. Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan fraktur suprakondiler humerus ?

1.3. TUJUAN

1.3.1. Mengetahui definisi dan klasifikasi fraktur suprakondiler humerus.

1.3.2. Mengetahui etiologi dan patofisiologi fraktur suprakondiler humerus.

1.3.3. Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan fraktur suprakondiler humerus.

3 | P a g e

Page 4: referat fraktur suprakondiler

Anatomi :

Humerus adalah tulang lengan panjang yang kokoh, yang membentang dari bahu ke

siku. Anatomi humerus terutama terkait dengan poros, ujung atas dan ujung bawah. Ujung

atas membentuk sendi bahu bulat dan berartikulasi dengan glenoid rongga. Ujung bawah

tidak teratur dalam bentuk karena untuk mendukung berbagai gerakan, seperti siku menekuk

(fleksi), rotasi (pronasi dan supinasi ). ujung bawahjuga disebut kondilus humeri,

berartikulasi dengan radius tulang serta tulang ulna untuk membentuk sendi siku. Beberapa

otot-otot penting lengan berasal baik atau melampirkan pada poros tulang humerus, seperti

brachalis, trisep, dan sebagainya, yang memberikan gerakan pada siku dan sendi

bahu (Orthopedmapia, 2011). Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung

atas), korpus, dan ujung bawah.

1. Kaput

Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi

dengan rongga glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu.

Dibawahnya terdapat bagian yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar

ujung atas dibawah leher anatomik terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor

dan disebelah depan terdapat sebuah benjolan lebih kecil yaitu Tuberositas Minor.

Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus intertuberkularis) yang membuat

4 | P a g e

Page 5: referat fraktur suprakondiler

tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher chirurgis yang mudah terjadi

fraktur.

2. Korpus

Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah

lateral batang, tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima

insersi otot deltoid). Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang,  batang, dari

sebelah medial ke sebelah lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf

muskulo-spiralis sehingga disebut celah spiralis atau radialis.

3.Ujung Bawah

Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama

tulang lengan bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk

gelendong-benang  tempat persendian dengan ulna dan disebelah luar etrdapat kapitulum

yang bersendi dengan radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat

epikondil yaitu epikondil lateral dan medial. (Pearce, Evelyn C, 1997)

Fraktur humerus distal dapat berupa fraktur humerus suprakondilaris atau fraktur

humerus condylar. Sebuah fraktur humerus suprakondilaris berada di persimpangan Kondilus

(ujung bawah) dan poros, dan patah tulang siku yang paling umum pada anak-anak. Sebuah

fraktur condylar adalah fraktur humerusparah yang umumnya  terjadi karena

cedera kecepatan tinggi, seperti kecelakaan mobil atau jatuh dari ketinggian. Kecelakaan

seperti ini sering mengakibatkan siku tidak stabil bahkan setelah operasi dan sering

memerlukan suatu operasi siku pengganti untuk mendapatkan kembali fungsi

siku (Orthopedmapia, 2011).

5 | P a g e

Page 6: referat fraktur suprakondiler

Definisi :

Menurut Mansjore Arif et al (2000), fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan

tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan

fraktur (patah tulang) menurut Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) adalah terputusnya

kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Fraktur suprakondiler humerus sendiri adalah fraktur yang terjadi pada 1/3 distal

humerus tepat proksimal troklea dan capitulum humeri. Garis fraktur berjalan melalui apeks

coronoid dan fossa olecranon, biasanya berupa fraktur transversal. Merupakan fraktur yang

sering terjadi pada anak-anak. Pada orang dewasa, garis fraktur terletak sedikit lebih

proksimal daripada fraktur suprakondiler pada anak dengan garis fraktur kominutif, spiral

disertai angulasi. (Sander M.A., 2010)

6 | P a g e

Page 7: referat fraktur suprakondiler

Epidemiology :

Fraktur ini sering terjadi pada anak-anak, yaitu sekitar 65 % dariseluruh kasus patah

tulang lengan atas. Mayoritas fraktur suprakondiler padaanak-anak terjadi pada usia 3 – 10

tahun, dengan puncak kejadiannya padausia 5 dan 7 tahun. Dan biasanya paling sering

ditemukan pada anak laki –laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 2 : 1.

Fraktur columna tunggal relatif jarang terjadi dan hanya mencakup 3-5% dari

keseluruhan jenis patah tulang humerus distal. Fraktur columnalateral lebih umum terjadi

daripada patah tulang columna medial. Patah tulang jenis ini merupakan presentasi dari

pemanjangan distal columna masing-masing, termasuk sebagian dari permukaan artikular. Ini

digambarkan sebagai tinggi atau rendah, tergantung pada sejauh mana proksimal dari garis

fraktur dan tingkat keterlibatan permukaan sendi. Milch mendeskripsikan fraktur jenis ini

sebagai patah tulang kondilus medial atau lateral(Noffsinger M.A., 2012).

Fraktur bicolumna adalah jenis fraktur humerus distal yang lebih umum terjadi. Pada

beberapa penelitian, fraktur bicolumna terhitung menyumbang sekitar 70% dari keseluruhan

jenis patah tulang humerus distal pada orang dewasa. Patah tulang jenis ini melibatkan

gangguan dari columna medial dan lateral yang menyebabkan terganggunya segitiga humeri

dan mengakibatkan pemisahan dari permukaan artikular dari poros humerus. (Noffsinger

M.A., 2012).

7 | P a g e

Page 8: referat fraktur suprakondiler

Etiologi :

Secara historis, mekanisme terjadinya fraktur suprakondiler humerus telah diterima

sebagai terjadinya beban aksial pada siku, dengan olekranon yang bertindak sebagai pasak

pemisahan columna medial dan lateral humerus distal. Namun, pada

penelitianmekanikterbaru yang dilakukan pada mayat telah menunjukkan bahwa

supracondylar (bicolumn) fraktur lebih mungkin terjadidengan siku tertekuk di atas 90°

denganpola fraktur yang dihasilkan berkaitan dengan tingkat fleksisiku serta arah dan

besarnya gaya yang diberikan (Noffsinger M.A., 2012).

Pergeseran posterior 

Menunjukkan cedera yang luas, biasanya akibat jatuh pada tangan yang terlentang.

Humerus patah tepat di atas kondilus. Fragmendistal terdesak ke belakang (karena lengan

bawah biasanya dalam pronasi) dan terpuntir ke dalam. Ujung fragmen proksimal yang

bergerigi menyodok jaringanlunak ke bagian anterior, kadang-kadang mencederai arteri

brakialis atau saraf medianus.

Pergeseran anterior 

Merupakan fraktur yang jauh lebih jarang terjadi dan diperkirakan terjadi akibat adanya

benturan benturan langsung (misalnya, jatuh pada siku) saat siku dalam keadaan fleksi.

8 | P a g e

Page 9: referat fraktur suprakondiler

Patofisiologi :

Daerah suprakondiler humeri merupakan daerah yang relatif lemah pada ekstremitas

atas. Di daerah ini terdapat titik lemah, dimana tulang humerus menjadi pipih

disebabkan adanya fossa olecranon di bagian posterior dan fossa coronoid di bagian

anterior. Maka mudah dimengerti daerah ini merupakan titik lemah bila ada trauma

didaerah siku. Terlebih pada anak-anak sering dijumpai fraktur di daerah ini.

Bila terjadi oklusi a. brachialis dapat menimbulkan komplikasi serius yang disebut

dengan Volkmann’s Ischemia. A. brachialis terperangkap dan kingking pada daerah

fraktur.

Selanjutnya a. brachialis sering mengalami kontusio dengan atau tanpa robekan

intima.

9 | P a g e

Page 10: referat fraktur suprakondiler

Klasifikasi :

Ada 2 mekanisme terjadinya fraktur yang menyebabkan dua macam jenis fraktur

suprakondiler yang terjadi:

1. Tipe Ekstensi (sering terjadi pada 99% kasus). Bila melibatkan sendi, fraktur suprakondiler

tipe ekstensi diklasifikasikan sebagai: fraktur transkondiler atau interkondiler. Fraktur

terjadi akibat hyperextension injury (outstreched hand) gaya diteruskan melalui elbow

joint, sehingga terjadi fraktur proksimal terhadap elbow joint. Fragmen ujung proksimal

terdorong melalui periosteum sisi anterior di mana m. brachialis terdapat, ke arah a.

brachialis dan n. medianus. Fragmen ini mungkin menembus kulit sehingga terjadi fraktur

terbuka(Sander M.A., 2010).

2. Tipe fleksi (jarang terjadi). Trauma terjadi akibat trauma langsung pada aspek posterior

elbow dengan posisi fleksi. Hal ini menyebabkan fragmen proksimal menembus tendon

triceps dan kulit(Sander M.A., 2010).

Klasifikasi fraktur suprakondiler humeri tipe fleksi dan tipe ekstensi dibuat atas dasar

derajat displacement:

Tipe I            : undisplaced

Tipe II           : partially displaced

Tipe III          : completely displaced

10 | P a g e

Page 11: referat fraktur suprakondiler

Modifikasi Wilkins untuk klasifikasi Gartland :

Tipe I : undisplaced

Tipe IIA : cortex posterior intact dan terdapat angulasi saja

Tipe IIB : cortex posterior intact, terdapat angulasi dan rotasi

Tipe IIIA : displace komplit, tidak ada kontak cortical, posteromedial

Tipe IIIB : displace komplit, tidak ada kontak cortical, posterolateral

11 | P a g e

Page 12: referat fraktur suprakondiler

Manifestasi Klinisnya :

Ciri-ciri adanya fraktur biasanya ditandai dengan gejala :

Bengkak (swelling) pada sendi siku

Deformitas pada sendi siku

Sakit (pain)

Denyut nadi arteri Radialis yang berkurang (pulsellessness)

Pucat (pallor)

Rassa semutan (paresthesia, baal)

Kelumpuhan (paralisis)

Pada fraktur suprakondiler humerus, biasanya terlihat adanya siku yang membengkak

dan membuat pasien kesakitan sehingga pasien ragu-ragu untuk memindah-mindahkan

tangannya. Siku mungkin terlihat mengalami angulasi dan ekstremitas atas mengalami

pemendekan. Dalam beberapa kasus terdapat luka terbuka pada 30% dari jenis patah tulang

ini. Riwayat pasien dengan fraktur suprakondiler humerusmengalami trauma energi tinggi

atau jatuh dari ketinggian yang signifikan (Noffsinger M.A., 2012).

12 | P a g e

Page 13: referat fraktur suprakondiler

Diagnosa dan Pemeriksaan Penunjang :

A. Anamnesis

Biasanya pasien datang dengan suatu trauma (traumatik, fraktur), baik yang hebat

maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota

gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di

daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Pasien biasanya datang karena

adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau datang dengan

gejala-gejala lain (Subagyo H. 2013).

Pada pasien anak yang masih sangat kecil sering terdapat kesulitan untuk mendapatkan

anamnesa, terutama jika tidak ada saksi yang melihat saat terjadinya trauma. Jika orang tua

pasien ada, biasanya anamnesa mengenai saat jatuh, jatuh setelah berjalan atau jatuh setelah

belajar melangkah bisa didapatkan(Subagyo H. 2013).

13 | P a g e

Page 14: referat fraktur suprakondiler

B. Pemeriksaan Fisik

Dalam pemeriksaan fisik, ada beberapa hal yang umumnya dapat terlihat pada fraktur

suprakondiler humerus :

1. Tipe ekstensi

sendi siku dalam posisi ekstensi daerah siku tampak bengkak

tonjolan fragmen di bawah subkutis.

2. Tipe fleksi

posisi siku fleksi (semifleksi), dengan siku yang bengkak dengan sudut jinjing

yang berubah.

3. Gangguan sirkulasi perifer dan lesi pada saraf tepi warna kulit, palpasi pulsasi,

temperatur, waktu dari capilarry refill memerlukan tindakan reduksi fraktur segera.

4. N. Medianus (28 - 60%) tidak dapat oposisi ibu jari dengan jari lain.

“Okay” Sign

5. Cabang N. Medianus N. Interosseus anterior  ketidakmampuan jari I dan II untuk

melakukan fleksi (pointing sign).

14 | P a g e

Page 15: referat fraktur suprakondiler

Pointing Sign

6. N. Radialis (26 - 61%) tidak mampu melakukan ekstensi ibu jari dan ekstensi jari

lainnya pada sendi metakarpofalangeal.

Wrist Drop

7. N. Ulnaris (11 - 15%) tidak bisa abduksi dan aduksi jari - jari.

Pasien diminta menahan kertas diantara ibu jari dan jari telunjuk sedang

pemeriksa berusaha untuk menarik kertas tersebut; flexi ibu jari sendi interphalangeal

yang keras menandakan kelemahan m. adduktor pollicis dan m. interosseus dorsalis 1

akibat kompensasi dari m. flexor pollicis longus dan disebut “Froment’s sign”.

15 | P a g e

Page 16: referat fraktur suprakondiler

Frontmen Sign

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan

sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan

kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan

lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi

untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. pemeriksaan

penunjang dengan radiologi proyeksi AP/LAT, untuk melihat tipe ekstensi atau fleksi.

Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan

pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang

harus dibaca pada x-ray:

Bayangan jaringan lunak.

Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga

rotasi.

Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

16 | P a g e

Page 17: referat fraktur suprakondiler

Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:

Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain

tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang

kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga

mengalaminya.

Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di

ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.

Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.

Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari

tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

2. Pemeriksaan Laboratorium :

Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan

osteoblastik dalam membentuk tulang.

Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat

Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan

tulang.

3. Pemeriksaan Lain :

Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: untuk mengetahui

ada/tidaknya mikroorganisme penyebab infeksi.

Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan

diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.

17 | P a g e

Page 18: referat fraktur suprakondiler

Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

Arthroscopy: untuk mengetahui jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma

yang berlebihan.

Indium Imaging: untuk mengetahui adanya infeksi pada tulang.

MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

18 | P a g e

Page 19: referat fraktur suprakondiler

Penatalaksanaan :

A. Terapi koservatif 

Indikasi :

pada anak undisplaced/ minimally dispaced fractures

fraktur sangat kominutif pada pasien dengan lebih tua dengankapasitas fungsi yang

terbatas.

Prinsipnya adalahreposisi dan immobilisasiPada undisplaced fracture hanya

dilakukan immobilisasi dengan elbowfleksi selama tiga minggu. Pada pasien dengan

pembengkakan tidak hebat dilakukan reposisi dalam narkose umum. Bila reposisi

berhasil, dalam 1 minggu lakukan foto rontgen ulang.

Gips dapat dipertahankan dalam waktu 3 minggu atau diganti denganmitela (agar

pasien bisa melatih gerakan fleksi ekstensi dalam mitela).Umumnya penyembuhan fraktur

suprakondiler ini berlangsung cepatdan tanpa gangguan.

19 | P a g e

Page 20: referat fraktur suprakondiler

B. Operasi

Operasi dilakukan apabila reposisi gagal, atau bila terdapat gejala Volkmann

Ischemia ataulesi saraf tepi, dapat dilakukan tindakan reposisi terbuka secaraoperatif.

Indikasi Operasi :

Displaced fracture

Fraktur disertai cedera vaskular 

Fraktur terbuka

Pada penderita dewasa kebanyakan patah di daerah suprakondiler sering kali

menghasilkan fragmen distal yang komunitif dengan garispatahnya berbentuk T atau

Y. Untuk menanggulangi hal ini lebih baikdilakukan tindakan operasi yaitu reposisi

terbuka dan fiksasi fragmenfraktur dengan fiksasi yang rigid.

20 | P a g e

Page 21: referat fraktur suprakondiler

Komplikasi :

1. Pembentukan lepuh kulit

Pembengkakan sendi siku terjadi karena gangguan drainase atau mungkin juga

karena verban yang terlalu kuat.

2. Maserasi kulit pada daerah antekubiti

Komplikasi ini terjadi karena setelah reposisi, dilakukan fleksi akut pada sendi siku

yang menyebabkan tekanan pada kulit.

3. Iskemik Volkmann

Iskemik Volkmann terutama terjadi pada fraktur suprakondiler humeri tipe ekstensi,

fraktur antebraki (fraktur ulna dan radius) dan dislokasi sendi siku. Iskemik terjadi karena

adanya obstruksi sirkulasi vena karena verban yang terlalu ketat, penekanan gips atau

fleksi akut sendi siku. Disamping itu terjadi pula obstruksi pembuluh darah arteri yang

menyebabkan iskemik otot dan saraf lengan bawah.

Arteri brakialis terjepit pada daerah fraktur dan penjepitan hanya dapat dihilangkan

dengan reduksi fraktur baik secara tertutup maupun terbuka.

21 | P a g e

Page 22: referat fraktur suprakondiler

4. Mal union cubiti varus (Gunstock deformity)

Pada mal union cubiti varus siku berbentuk seperti huruf 0, secara fungsi baik,

namun secara kosmetik kurang baik. Perlu dilakukan koreksi dengan operasi meluruskan

siku dengan teknik French osteotomy.

22 | P a g e

Page 23: referat fraktur suprakondiler

Prognosis

Prognosis baik telah meningkat secara dramatis selama 30 tahun terakhir karena

perkembangan teknik bedah dan instrumentasi. Namun, pasien yang mengalami cedera

fraktur suprakondiler humerus, sikunya mungkin tidak akan pernah menjadi normal sehingga

pasien harus diedukasi tentang keadaan ini. Tujuan dari terapi fraktur suprakondiler humerus

adalah untuk memberikan siku nyaman yang fungsinyamendekati keadaan senormal

mungkin. Sebagian besar aktivitas sehari-hari memerlukan fleksi antara sudut 30-130° yang

memungkinkan pasiem untuk makan dan menjaga kebersihan pribadi. Kompensasi untuk

kurangnya extensi akan lebih mudah daripada mengkompensasi kurangnya fleksi, dan

kompensasi untuk kurangnya pronasi akan lebih mudah daripada mengkompensasi

kurangnya supinasi (Noffsinger M.A., 2012).

Kemampuan gerak akhir yang dicapai pasca terapi terkait dengan tingkat energi trauma

awal dan stabilitaskesuksesanpemulihan yang memungkinkan untuk melakukan range of

motion awal. Trauma energi tinggi (misalnya, luka tembak, luka menyamping, cedera akibat

kecelakaan kendaraan bermotor) menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan lunak yang

23 | P a g e

Page 24: referat fraktur suprakondiler

lebih banyak dan peningkatan jaringan parut, yang cenderung

menyebabkanterbatasnyaambang gerak tangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rilis

kapsul yang dilakukan pada saat fiksasi awal untuk trauma energi tinggi fraktur humerus

distal bisa meningkatkan jangkauan gerakjangka panjang. Kemampuan fleksi biasanya

kembali paling awal dalam kurun waktu 2-4 bulan, dan kemampuan ekstensi akhir dapat

berkembang sampai 12 bulan setelah cedera. Penggunaan splints ekstensi dinamis guna

memperoleh ekstensi akhir telah terbukti menunjukkan beberapa keuntungan bagi pasien

(Noffsinger M.A., 2012).

Umumnya pada trauma energirendah, hasil terapi yang sukses bisa mengembalikansudut

gerak dengan rentang 15-140° dengan supinasi dan pronasi penuh sertatanpa adanya rasa

sakit atau rasa sakit yang minimal. Pada trauma energi tinggi, hasil terapi yang serupa lebih

sulit untuk didapatkan. Nyeri yangberhubungan dengan aktivitas bisa dijumpai pada 25%

pasien yang menariknya tidak muncul karena korelasi langsung dengan jumlah energi awal

saat terjadinya trauma atau dengan kisaran akhir gerakan (Noffsinger M.A., 2012).gnosis

24 | P a g e

Page 25: referat fraktur suprakondiler

Daftar Pustaka

Mezi M., 2014. OPEN fraktur Suprakondiler humerus, diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014 darihttp://memesil.blogspot.com/2014/03/open-fraktur-suprakondiler-humerus.html

Noffsinger M.A., 2012. Supracondylar Humerus Fractures Treatment & Management, diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014 dari http://emedicine.medscape.com/article/1269576-overview

Rasjad, C. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi Ed. ke-3. Jakarta: Yarsif Watampone.

Sander M.A., 2010. Fraktur Suprakondiler Humerus, diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014 darihttp://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/20/fraktur-suprakondiler-humerus/

Subagyo H., 2013. Fraktur Supracondylair Humeri Pada Anak, diunduh pada tanggal 16 Agustus 2014 darihttp://www.ahlibedahtulang.com/artikel-187-FRACTURE%20SUPRACONDYLAIR%20HUMERI%20PADA%20ANAK.html

25 | P a g e