Referat Bahaya Napza

35
BAB I PENDAHULUAN Penyalahgunaan obat merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian yang sebenarnya dapat dicegah. NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, termasuk zat alami atau sintetis yang apabila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). NAPZA merupakan zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa bagian tubuh bagi orang yang mengkonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010). Penggunaan NAPZA mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikis, sehingga menimbulkan masalah kepribadian dan perubahan perilaku dalam kehidupan sosial dan okupasionalnya. Karena apabila dikonsumsi dapat menimbulkan gejala-gejala seperti jantung berdebar, euphoria, halusinasi/khalayan, mampu membius atau mengurangi kerja susunan syaraf pusat, yang berdampak perilaku hiperaktif, rasa gembira (elasi), harga diri meningkat, bicara ngelantur, serta dapat menimbulkan ketergantungan. Angka resmi menyebutkan jumlah penyalahgunaan sebesar 0,065% dari jumlah 1

description

Referat Bahaya Napza

Transcript of Referat Bahaya Napza

Page 1: Referat Bahaya Napza

BAB I

PENDAHULUAN

Penyalahgunaan obat merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian

yang sebenarnya dapat dicegah. NAPZA merupakan singkatan dari narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya, termasuk zat alami atau sintetis yang apabila

dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan

ketergantungan (BNN, 2004).

NAPZA merupakan zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa

bagian tubuh bagi orang yang mengkonsumsinya. Manfaat maupun risiko

penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara

menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi

(Kemenkes RI, 2010).

Penggunaan NAPZA mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikis,

sehingga menimbulkan masalah kepribadian dan perubahan perilaku dalam

kehidupan sosial dan okupasionalnya. Karena apabila dikonsumsi dapat

menimbulkan gejala-gejala seperti jantung berdebar, euphoria,

halusinasi/khalayan, mampu membius atau mengurangi kerja susunan syaraf

pusat, yang berdampak perilaku hiperaktif, rasa gembira (elasi), harga diri

meningkat, bicara ngelantur, serta dapat menimbulkan ketergantungan. Angka

resmi menyebutkan jumlah penyalahgunaan sebesar 0,065% dari jumlah

penduduk 200 juta atau sama dengan 130.000 orang (BAKOLAK

INPRES6/71.1995). Kenyataan tersebut diperkuat dengan penelitian yang telah

dilakukan (Hawari,D.et.al, 1998) dimana menyebutkan bahwa angka sebenarnya

adalah 10 kali lipat angka resmi. Permasalahan gangguan kesehatan fisik dapat

dilihat dari penelitian yang dilakukan dr. Dadang Hawari, yang mana

menyebutkan bahwa angka kematian sebesar 17,16%; kelainan paru-paru 53,57%;

kelainan fungsi lever 55,10%; Hepatitis C 56,63%; HIV/AIDS 33,33%. Dari

penggunaan narkoba tersebut, ternyata juga menimbulkan penyakit lain yang jauh

mematikan yaitu HIV/AIDS. Penyakit ini menjadi salah satu penyebab kematian

yang tinggi, karena sampai sekarang belum ditemukan obat penawar penyakit

yang menyerang sistem imun tubuh manusia ini. Salah satu pemicu penyebab

1

Page 2: Referat Bahaya Napza

penularan penyakit HIV/AIDS dikalangan pengguna narkoba adalah penggunaan

jarum suntik bersama oleh sekelompok pecandu, dimana mereka tidak

memperhatikan kesterilan dari jarum-jarum yang digunakan.

Penyalahgunaan terhadap suatu jenis obat – obatan berbahaya, selain

menimbulkan efek yang dapat menyebabkan ketegangan jiwa atau gangguan

emosional secara abnormal, dapat juga merusak perkembangan syaraf otak dan

tubuh serta mengganggu lingkungan sosial. Selain itu, dapat menimbulkan efek

menenangkan yang dapat menurunkan kecemasan hingga menyebabkan tidur,

tergantung dosis/takaran obat yang digunakan (Kusromaniah, 2000).

2

Page 3: Referat Bahaya Napza

BAB II

ISI

2.1. PENGERTIAN

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) merupakan

bahan atau zat yang bila dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara oral

atau diminum, dihirup, maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, suasana

hati atau perasaan dan perilaku seseorang. NAPZA dapat menimbulkan

ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis (Depkes RI, 2003).

Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 3 tahun 2015). Beberapa

yang termasuk jenis narkotika adalah :

- Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko),

opium, morfin, kokain, ekgonina, tanaman ganja,dan damar ganja

- Garam-garam dan turunan-turunan dari morfin dan kokain, serta

campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan

tersebut di atas.

Psikotropika merupakan obat atau zat baik alamiah maupun sintetis

bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan

perilaku (Undang-Undang No. 3 tahun 2015). Zat yang termasuk psikotropika

antara lain sedatin (pil BK), Rohypnoi, Magadon, Valium, Mandarax,

Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metilfenidat, Fenobarbital,

Flunitrazepam, Ekstasi, shabu-shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dan

lain-lain (Depkes, 2003).

Zat adiktif lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun

sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfin atau kokain yang dapat

mengganggu sistim saraf pusat, seperti : Alkohol yang mengandung ethyl

etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon) yang

menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang

3

Page 4: Referat Bahaya Napza

beralkohol atau obat anastetik jika aromanya dihisap, contoh : lem/perekat,

aseton, ether, dan lain-lain (Wulan, 2000).

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa

jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga

menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial

(Sadock, 2002).

Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi

ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA

yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau

diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal symptom). Oleh

karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya

dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara

“normal” (Sadock, 2002).

2.2. JENIS DAN PENGGOLONGAN

Macam-macam NAPZA antara lain :

1. Narkotika

Narkotika berarti obat bius yang diambil dari bahasa inggris

“Narcotics” , yang sama artinya dengan kata “Narcosis” dalam bahasa

Yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Pengertian narkotika

secara umum merupakan suatu zat yang menimbulkan perubahan

perasaan, suasana pengamatan atau penglihatan karena zat tersebut

mempengaruhi susunan saraf pusat (Depkes, 2003).

Menurut proses pembuatannya narkotik berasal dari alam, semi

sintetik dan sintetik.

a. Narkotika alam terdiri dari :

1) Opium

Diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum, getahnya

bila dikeringkan akan menjadi opium mentah. Efek samping yang

ditimbulkan :

- Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara

- Kerusakan penglihatan pada malam hari

4

Page 5: Referat Bahaya Napza

- Mengalami kerusakan pada liver dan ginjal

- Peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan

penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan

hasrat dalam hubungan sex

- Kebingungan dalam identitas seksual

- Kematian karena overdosis

Gejala intoksitasi (keracunan) opium : konstraksi pupil (atau

dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat) dan satu atau

lebih tanda berikut, yang berkembang selama atau segera setelah

pemakaian opium, yaitu:

- Mengantuk atau koma

- Bicara pelo

- Gangguan atensi atau daya ingat

- Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna

secara klinis, misalnya: euforia awal diikuti oleh apatis,

disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, gangguan

pertimbangaan, gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang

berkembang selama atau segera setelah pemakaian opium

2) Kokain

Diperoleh dari daun tumbuhan Erythroxylon Coca dalam

peredaran mempunyai efek stimulansia yang disebut kokain.

Gejala intoksitasi kokain, antara lain :

- Agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku

seksual yang impulsif

- Kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas

psikomotor : takikardia, hipertensi, midriasis

Gejala putus penggunaan zat kokain antara lain :

Setelah menghentikan pemakaian kokain atau setelah

intoksikasi akut terjadi depresi pascaintoksikasi (crash) yang

ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas,

kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi. Pada

pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus kokain

5

Page 6: Referat Bahaya Napza

menghilang dalam waktu 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala

putus kokain bisa berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai

puncaknya pada dua sampai empat hari. Gejala putus kokain juga

dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang

mengalami putus kokain seringkali berusaha mengobati sendiri

gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas

seperti diazepam (valium) (Depkes, 2003; Wulan, 2000).

3) Canabis

Diperoleh dari tanaman Perdu Cannabis sativa (ganja) yang

mengandung tanaman aktif yang bersifat adiktif (Wulan, 2000).

b. Narkotika semi sintetik

Dibuat dari alkaloid opium yang mempunyai inti Phenanthren

dan diproses secara kimiawi menjadi suatu bahan obat yang berkhasiat

sebagai narkotik, contoh : Heroin, Codein, Oxymorphon, dan lain-lain

(Wulan, 2000).

c. Narkotika Sintetik

Dibuat dengan suatu proses kimia dengan menggunakan bahan

baku kimia sehingga diperoleh suatu hasil baru yang mempunyai efek

narkotik, contoh : Petidine, Nisentil, Leritine, dan lain-lain ( Wulan,

2000).

Penggolongan Narkotika menurut undang-undang RI No. 35 tahun 2009

adalah :

a. Narkotika golongan I

Narkotika hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi

sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Beberapa narkotika yang

termasuk dalam golongan I misalnya tanaman Papaver somniferum L,

Opium, tanaman koka (daun koka, kokain merah), heroin, morfin, dan

ganja.

b. Narkotika golongan II

6

Page 7: Referat Bahaya Napza

Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi

mengakibatkan ketergantungan. Beberapa narkotika yang termasuk

kedalam golongan II, misalnya Alfasetilmetadol, Benzetidin, Betametadol.

c. Narkotika golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

ketergantungan. Beberapa narkotika yang termasuk ke dalam golongan III

misalnya Asetildihidrokodeina, Dokstropropoksifena, Dihidroko-deina,

Etilmorfin, dan lain-lain. Narkotika untuk pengobatan, terdiri dari opium

obat, codein, petidin, fenobarbital.

2. Psikotropika

Psikotropika didefinisikan sebagai zat atau obat bukan narkotik

tetapi berkhasiat psikoaktif berupa perubahan aktifitas mental atau tingkah

laku melalui pengaruhnya pada susunan syaraf pusat serta dapat

menyebabkan efek ketergantungan (Undang-Undang No. 3 tahun 2015).

Dalam artian lain psikotropika atau obat adalah setiap zat yang jika masuk

organisme hidup dapat mengadakan atau menyebabkan perubahan atau

mempengaruhi hidup. Psikotropika dibedakan menjadi 4 golongan yaitu

(Wulan, 2000) :

a. Psikotropika Golongan I

Adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh :

LSD, MDMA, dan Masealin.

b. Psikotropika Golongan II

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan

dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan,

contoh : amfetamin.

7

Page 8: Referat Bahaya Napza

c. Psikotropika Golongan III

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan,

contoh : kelompok hipnotik Sedatif (Barbiturat).

d. Psikotropika Golongan IV

Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi dan atauuntuktujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan,

contoh : Diazepam, Nitrazepam.

Pengaruh penggunaan psikotropika terhadap susunan syaraf pusat

dapat dikelompokkan menjadi :

- Depressant, yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi

aktivitas susunan syaraf pusat, contohnya antara lain : Sedatin (Pil

KB), Rohypnol, Mogadon, Valium, Mandrax.

- Stimulant, yaitu yang bekerja mengaktifkan kerja susunan syaraf

pusat, contohnya : Amphetamine dan turunannya (Ecstacy).

- Halusinogen, yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan

halusinasi atau khayalan, contoh : Lysergid Acid Diethylamide

(LSD).

3. Bahan Berbahaya

Bahan adiktif merupakan zat-zat yang tidak termasuk dalam narkotika dan

psikotropika, tetapi memiliki daya adiktif atau dapat menimbulkan

ketergantungan. Adapun zat suatu benda yang termasuk dalam kategori bahan

adiktif adalah:

a. Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan

susunan syaraf pusat. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika

atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh

manusia.

Jenis Minuman Keras dibagi menjadi 3 Golongan :

8

Page 9: Referat Bahaya Napza

a) Golongan A : minuman keras yang berkadar ethanol 1% -5%,

contohnya : bir bintang, green sand dan lain-lain.

b) Golongan B : minuman keras yang berkadar ethanol 5% -20%,

contohnya : anggur malaga dan lain-lain.

c) Golongan C : minuman keras yang berkadar ethanol 20% -50%,

contohnya: brandy, wisky, jenever dan lain-lain.

b. Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut)

Mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada

berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas

mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus

cat kuku, bensin.

c. Tembakau

Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di

masyarakat, missal : rokok.

Tanda dan gejala dari penyalahgunaan obat akan dijelaskan pada

tabel (Maramis, 1995) :

9

Page 10: Referat Bahaya Napza

Obat yang

dipakai

Gejala Bahaya

Menghirup lem Tindakan

kekerasan,

kelihatan mabuk,

roman muka

kosong atau

seperti mimpi

Kerusakan paru –

paru, otak, hati,

mati karena

kekurangan nafas,

tercekik, anemia

Heroin, morfin,

kodein

Stupor,

mengantuk, mata

berair, nafsu

makan hilang

Adiksi, infeksi,

kematian.

Obat batuk yang

mengandung

kodein dan opium

Kelihatan mabuk,

kurang koordinasi,

kebingungan,

gatal - gatal

Adiksi

marijuana Lekas mengantuk,

suka melamun,

pupil melebar,

kurang koordinasi,

mengidam

manisan, nafsu

makan bertambah

Adiksi

Halusinogen

(LSD, DMT)

Halusinasi,

inkoherensi,

muntah.

Cenderung ada

keinginan untui

bunuh diri,

perilaku tidak

dapat diprediksi,

kerusakan otak

Stimulant :

amfetamin

Agresif, bicara

cepat, bingung,

nafsu makan

berkurang,

kelelahan, mulut

kering, gemetar,

insomnia.

Halusinasi,

psikosa

10

Page 11: Referat Bahaya Napza

2.3. TAHAP PEMAKAIAN

Beberapa tahapan pemakaian NAPZA adalah sebagai berikut (Tom, 2009) :

1. Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental)

Fase coba-coba seringnya dipengaruhi oleh rasa ingin tahu yang besar dan

dorongan teman sepergaulan atau peer grup.

2. Tahap pemakaian sosial

Pemakaian NAPZA untuk pergaulan sosial biasa dilakukan pada saat

perkumpulan acara pada komunitas tertentu. Sebagian besar anggota

komunitas biasnya mendapat NAPZA secara gratis atau dibeli dengan

murah.

3. Tahap pemakaian situasional.

Tahap pemakaian karena situasi tertentu, misalnya pada situasi kesepian

atau stres. Pemakaian NAPZA sebagai bagian dari cara mengatasi

masalah. Pada tahap ini, pemakai berusaha memperoleh NAPZA secara

aktif.

4. Tahap habituasi (kebiasaan).

Tahap ini disebut juga dengan tahap penyalahgunaan NAPZA. Pada tahap

ini, pemakai menggunakan NAPZA secara teratur dan telah terjadi

perubahan pada faal tubuh dan gaya hidup pemakai. Narkoba mulai

menjadi bagian dari kehidupannya. Pemakai akan membentuk komunitas

bersama teman pecandu. Mereka juga berubah menjadi sangat sensitif,

mudah tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi.

5. Tahap ketergantungan

11

Page 12: Referat Bahaya Napza

Pada tahap ini pemakai selalu berusaha agar selalu memperoleh NAPZA

dengan berbagai cara, bahkan berbohong, menipu, atau mencuri menjadi

kebiasaannya. Ia sudah tidak dapat mengendalikan penggunaannya.

NAPZA telah menjadi pusat kehidupannya. Pada tahap ketergantungan,

tubuh memerlukan sejumlah takaran zat yang dipakai, agar ia dapat

berfungsi normal. Selama pasokan NAPZA cukup, ia tampak sehat,

meskipun sebenarnya sakit. Akan tetapi, jika pemakaiannya dikurangi atau

dihentikan, akan timbul gejala sakit. Hal ini disebut gejala putus zat

(sakaw). Gejalanya bergantung pada jenis zat yang digunakan. Orang pun

mencoba mencampur berbagai jenis NAPZA agar dapat merasakan

pengaruh zat yang diinginkan, dengan risiko meningkatnya kerusakan

organ-organ tubuh.

Gejala lainnya yang juga muncul pada ketergantungan adalah toleransi,

yaitu suatu keadaan di mana jumlah NAPZA yang dikonsumsi tidak lagi

cukup untuk menghasilkan pengaruh yang sama seperti yang dialami

sebelumnya. Oleh karena itu, jumlah yang diperlukan meningkat. Jika

jumlah NAPZA yang dipakai berlebihan (overdosis), dapat terjadi

kematian.

2.4. FAKTOR RESIKO

Menurut Warninghoff (2009), faktor risiko yang menyebabkan

penyalahgunaan NAPZA antara lain adalah lingkungan keluarga, pergaulan

(teman sebaya), serta karakteristik individu, namun secara umum, faktor-

faktor risiko dapat diringkas menjadi :

1. Faktor Individu

a. Kepribadian beresiko tinggi : mudah kecewa, cenderung agresif,

kurang PD, selalu menuntut, sifat antisosial, memiliki gangguan jiwa

(cemas, depresi, apatis), kurang religius, serta penilaian terhadap diri

yang negatif.

b. Motivasi tertentu : memuaskan rasa ingin tahu, dan mendapat

pengalaman baru, agar diterima kelompok tertentu, melarikan diri dr

sesuatu, meyakini hal tersebut sebagai suatu modernitas.

12

Page 13: Referat Bahaya Napza

2. Faktor Zat

Kemudahan memperoleh zat.

3. Faktor lingkungan

a. Lingkungan keluarga : keluarga yang tidak harmonis, komunikasi

antara orang tua dan anak yang kurang efektif, terlalu permisif, terlalu

otoriter.

b. Lingkungan sekolah : sekolah kurang disiplin, adanya murid

pengguna.

c. Lingkungan teman sebaya : tekanan kelompok sebaya yang sangat

kuat, ancaman fisik dari pengedar.

d. Lingkungan masyarakat luas : situasi politik, ekonomi, keadaan sosial

yg kurang mendukung, dan belum adanya hukuman yang

menyebabkan pengguna jera.

2.5. DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA memiliki dampak yang luas antara lain :

1. Bagi diri sendiri.

Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya fungsi

otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan),

overdosis (OD), yang dapat menyebabkan kematian karena terhentinya

pernapasan dan perdarahan otak, kekambuhan, gangguan perilaku (mental

sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi

dan hukum. Sementara itu, dari segi efek dan dampak yang ditimbulkan

pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)

golongan/jenis: 1) Upper yaitu jenis narkoba yang membuat si pemakai

menjadi aktif seperti sabu-sabu, ekstasi dan amfetamin, 2) Downer yang

merupakan golongan narkoba yang dapat membuat orang yang memakai

jenis narkoba itu jadi tenang dengan sifatnya yang menenangkan/sedatif

seperti obat tidur (hipnotik) dan obat anti rasa cemas, dan 3) Halusinogen

adalah napza yang beracun karena lebih menonjol sifat racunnya

dibandingkan dengan kegunaan medis.

2. Bagi keluarga.

13

Page 14: Referat Bahaya Napza

Penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga dapat mengakibatkan

suasana nyaman dan tentram dalam keluarga terganggu. Dimana orang tua

akan merasa malu karena memilki anak pecandu, merasa bersalah, dan

berusaha menutupi perbuatan anak mereka. Stres keluarga meningkat,

merasa putus asa karena pengeluaran yang meningkat akibat pemakaian

narkoba ataupun melihat anak yang harus berulangkali dirawat atau

bahkan menjadi penghuni di rumah tahanan maupun lembaga

pemasyarakatan. Bagi pendidikan atau sekolah, NAPZA akan merusak

disiplin dan motivasi yang sangat tinggi untuk proses belajar.

Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan kejahatan dan perilaku

asosial lain yang menganggu suasana tertib dan aman, rusaknya barang-

barang sekolah dan meningkatnya perkelahian.

3. Bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan terciptanya hubungan

pengedar narkoba dengan korbannya sehingga terbentuk pasar gelap

perdagangan NAPZA yang sangat sulit diputuskan mata rantainya.

Selain itu dampak penyalahgunaan narkoba (NAPZA) dapat pula dibagi

menjadi dua :

1. Dampak Fisik

Organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem syaraf

pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti

jantung, paru-paru, hati, ginjal dan panca indera. Tetapi sebenarnya

penyalahgunaan NAPZA membahayakan seluruh tubuh. Sudah terlalu

banyak kasus kematian terjadi akibat pemakaian NAPZA, terutama karena

pemakaian berlebih (over dosis) dan kematian karena AIDS (akibat

pemakaian NAPZA melalui jarum suntik bersama dengan orang yang

sudah terinfeksi HIV). Juga banyak remaja meninggal karena penyakit,

kecelakaan dan perkelahian akibat pengaruh NAPZA.

2. Dampak psikologis atau kejiwaan dan sosial

Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat

berpikir dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilakunya

14

Page 15: Referat Bahaya Napza

dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Berbagai gangguan psikis atau

kejiwaan yang sering dialami oleh mereka yang menyalahgunakan

NAPZA antara lain rasa tertekan, cemas, ketakutan, ingin bunuh diri,

kasar, marah, agresif, dll. Gangguan jiwa ini bisa sementara tetapi juga

bisa selamanya. Gangguan psikologis yang paling jelas adalah pengguna

tidak bisa mengendalikan diri untuk terus menerus menggunakan NAPZA

(Martono, 2006).

2.6. UPAYA PENCEGAHAN DAN SOLUSI PENYALAHGUNAAN

NAPZA

Upaya pencegahan meliputi 3 hal :

1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan

NAPZA dan melakukan intervensi. Upaya ini terutama dilakukan untuk

mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan

NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak

menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak

berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang

anak dapat diatasi dengan baik.

2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi

menggunakan NAPZA.

3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA (Kamil,

2004).

Yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga untuk mencegah

penyalahgunaan NAPZA :

1. Mengasuh anak dengan baik.

- penuh kasih sayang

- penanaman disiplin yang baik

- ajarkan membedakan yang baik dan buruk

- mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab

- mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau

mencapai prestasi tertentu.

15

Page 16: Referat Bahaya Napza

2. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabatHal ini membuat anak rindu

untuk pulang ke rumah.

3. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.

4. Orang tua menjadi contoh yang baik.Orang tua yang merokok akan

menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.

5. Kembangkan komunikasi yang baikKomunikasi dua arah, bersikap

terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak.

6. Memperkuat kehidupan beragama.Yang diutamakan bukan hanya ritual

keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam

agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.

7. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat

berdiskusi dengan anak (Loewana dkk, 2001).

Yang dilakukan di lingkungan sekolah untuk pencegahan penyalahgunaan

NAPZA :

1. Upaya terhadap siswa :

- Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat

penyalahgunaan NAPZA.

- Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan

penyalahgunaan NAPZA di sekolah.

- Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan

yang positif untuk tetap menghidari dari pemakaian NAPZA dan

merokok.

- Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa

( ekstrakurikuler ).

- Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling. Membantu siswa yang

telah menyalahgunakan NAPZA untuk bisa menghentikannya.

- Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari.

2. Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah :

- Razia dengan cara sidak

- Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan

sekolah

16

Page 17: Referat Bahaya Napza

- Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru

- Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.

- Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan

pulang sekolah.

3. Upaya untuk membina lingkungan sekolah :

- Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina

hubungan yang harmonis antara pendidik dan anak didik.

- Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah

- Sikap keteladanan guru amat penting

- Meningkatkan pengawasan anak sejak masuk sampai pulang sekolah.

Yang dilakukan di lingkungan masyarakat untuk mencegah penyalahguanaan

NAPZA:

1. Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat tinggal, sehingga

masalah yang terjadi di lingkungan dapat diselesaikan secara bersama-

sama.

2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyalahguanaan

NAPZA sehingga masyarakat dapat menyadarinya.

3. Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan dengan NAPZA.

4. Melibatkan semua unsur dalam masyarakat dalam melaksanakan

pencegahan dan penanggulangan penyalahguanaan NAPZA (BNN, 2002).

2.7. REHABILITASI NAPZA

Rehabilitasi NAPZA adalah rehabilitasi yang meliputi pembinaan fisik,

mental, sosial, pelatihan keterampilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut

bagi para mantan pengguna NAPZA agar mampu berperan aktif dalam

kehidupan bermasyarakat. Rehabilitasi NAPZA merupakan suatu bentuk

terapi dimana klien dengan ketergantungan NAPZA ditempatkan dalam suatu

institusi tertutup selama beberapa waktu untuk mengedukasi pengguna yang

berusaha untuk mengubah perilakunya, mampu mengantisipasi dan mengatasi

masalah relaps (kambuh) (BNN, 2006).

17

Page 18: Referat Bahaya Napza

Model-model Pelayanan Rehabilitasi NAPZA Berdasarkan

KEPMENKES No.996/MENKES/SK/VIII/2002, pelayanan rehabilitasi

meliputi:

1. Pelayanan Medik

a. Detoksifikasi

Detoksifikasi adalah suatu proses dimana seorang individu yang

ketergantungan fisik terhadap zat psikoaktif (khususnya Opioida),

dilakukan pelepasan zat psikoaktif (opioida) tersebut secara tiba-tiba

(abrupt) atau secara sedikit demi sedikit (gradual).

b. Terapi Maintenance

Terapi maintenance (rumatan) adalah pelayanan pasca detoksifikasi

dengan tanpa komplikasi medik.

2. Terapi Psikososial

Dapat dilakukan melalui pendekatan Non Medis, misalnya Sosial, Agama,

Spiritual, Therapeutic Community, Twelve Steps, dan alternatif lain.

Metode ini diperlukan tindak lanjut dari sektor terkait seperti Departemen

Sosial, Departemen Agama atau pusat-pusat yang mengembangkan

metode tersebut. Pelaksanaan metode apapun, harus tetap berkoordinasi

bersama dokter puskesmas Kecamatan setempat atau dokter rumah sakit

terdekat untuk menanggulangi masalah kesehatan fisik dan mental yang

mungkin dan atau dapat terjadi selama proses rehabilitasi.

3. Rujukan

Pasien penyalahguna dan ketergantungan NAPZA dengan komplikasi

medis fisik dirujuk ke Rumah Sakit Umum Kabupaten / Kota atau Rumah

Sakit Umum Provinsi. Pasien penyalahguna dan ketergantungan NAPZA

dengan komplikasi medis psikiatris dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa atau

bagian psikiatri Rumah Sakit Umum terdekat.

Model-model pelayanan rehabilitasi NAPZA (Sutarti, 2008)

1. Model pelayanan dan rehabilitasi medis

a. Metadon

18

Page 19: Referat Bahaya Napza

Metadon adalah zat opioid sintetik berbentuk cair yang

diberikan lewat mulut. Metadon merupakan obat yang paling sering

digunakan untuk terapi substitusi bagi ketergantungan opioid.

Bentuk terapi ini telah diteliti secara luas sebagai terapi modalitas.

Pada pasien dengan pengguna heroin yang memakai rehabilitasi

dengan Metadon, maka dosis Metadon dosis tinggi dinilai lebih

efektif daripada dosisnya rendah atau menengah. Dosis Metadon

yang tinggi akan diturunkan secara bertahap.

Terapi rumatan Metadon diikuti perbaikan kesehatan secara

substansial dan insiden efek samping rendah. Hampir ¾ pasien

yang mengikuti terapi Metadon berespon baik Meski demikian,

tidak semua pengguna dengan ketergantungn opioid dapat diberi

terapi substitusi Metadon. Bagi mereka yang tidak dapat

menggunakan metode ini, tersedia banyak pendekatan lainnya dan

menggugah mereka tetap berada dalam terapi.

b. Burprenorfin

Burprenorfin adalah obat yang diberikan oleh dokter.

Burprenorfin tidak diabsorbsi dengan baik jika ditelan, karena itu

cara penggunaannya adalah sublingual (diletakkan di bawah lidah).

2. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan bimbingan

individu dan kelompok

Terapi ini merupakan terapi konvensional untuk pasien

ketergantungan NAPZA yang tidak menjalani rawat inap dan dapat

dilakukan secara individual maupun kelompok. Program ini didesain

dengan kegiatan yang bervariasi seperti edukasi keterampilan,

meningkatkan sosialisasi, pertemuan yang bersifat vokasional, edukasi

moral dan spiritual, serta terapi 12 langkah (the 12 steps recopvery

program).

3. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan Therapeutic

Community

a. Pengertian

19

Page 20: Referat Bahaya Napza

Therapeutic Community (TC) adalah sebuah kelompok yang terdiri

dari individu dengan masalah yang sama, tinggal di tempat yang

sama, memiliki seperangkat peraturan, filosofi, norma dan nilai,

serta kultural yang disetujui, dipahami dan dianut bersama.

Kesemuanya dijalankan demi pemulihan diri masing-masing.

b. Tujuan TC

Klien dapat mengolah subkultur yang dianut pengguna ke arah

kultur masyarakat luas (mainstream society), menuju kehidupan

yang sehat dan produktif, meskipun pengguna sendiri mempunyai

beberapa nilai untuk mempertahankan pemulihannya.

c. Cardinal Rules

No Drugs, No Sex, and No Violence

d. Filosofi TC

Program TC berlandaskan pada filosofi dan slogan-slogan tertentu,

baik yang tertulis maupun tidak tertulis

4. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan agama

Ada berbagai macam pusat rehabilitasi dengan pendekatan

agama, misalnya Pondok Pesantren dengan pendekatan nilainilai

agama Islam dimana kegiatan utamanya adalah berdzikir. Beda halnya

di Thailand dimana para biksu Budha merawat klien yang mengalami

ketergantungan opioida di kuil, antara lain kuil Budha Tan Kraborg.

Para pendeta ini juga telah dilatih dalam memberi konseling kepada

klien.

5. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan Narcotic

Anonymus

Suatu program recovery yang dijalankan seorang pecandu

berdasarkan prinsip 12 langkah. Langkah-langkah ini harus dijalankan

lebih dari satu kali. Setelah selesai mengerjakan seluruh langkah yang

ada, seorang pecandu harus menjalankan kembali langkah pertama.

Karena banyak hal baru yang terjadi dan timbul sehingga seorang

pecandu harus menjalankan recorvery-nya seumur hidup.

6. Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan terpadu

20

Page 21: Referat Bahaya Napza

Suatu pelayanan rehabilitasi dengan memadukan konsep dari

berbagai pendekatan dan bidang ilmu yang mendukung sehingga dapat

memfasilitasi korban NAPZA dalam mengatasi masalahnya dari aspek

bio, psiko, sosial, dan spiritual. Tahapan kegiatan pelayanan dan

rehabilitasi sosial bagi korban penyalahguna Narkoba dilaksanakan

sesuai Standar Minimal dan Pedoman Pelayanan dan Rehabilitasi

Sosial Penyalahgunaan Narkoba yang disusun BNN.

21

Page 22: Referat Bahaya Napza

BAB III

KESIMPULAN

1. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya) merupakan

bahan atau zat yang bila dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara

oral atau diminum, dihirup, maupun disuntikkan dapat mengubah pikiran,

suasana hati atau perasaan dan perilaku seseorang. NAPZA dapat

menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis (Depkes RI,

2003).

2. Tahapan pemakaian NAPZA biasanya dimulai dari tahap pemakaian coba-

coba (eksperimental), tahap pemakaian sosial, tahap pemakaian

situasional, tahap habituasi (kebiasaan), dan tahap ketergantungan.

3. Menurut Warninghoff (2009), faktor risiko yang menyebabkan

penyalahgunaan NAPZA antara lain adalah faktor individu, faktor

kemudahan memperoleh zat, serta faktor lingkungan (keluarga, sekolah,

teman sebaya, masyarakat luas).

4. Penyalahgunaan narkoba (NAPZA) dapat berdampak pada fisik,

psikologis atau kejiwaan, dan sosial.

5. Upaya pencegahan meliputi 3 hal :

- Pencegahan primer yaitu mengenali remaja resiko tinggi

penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi.

- Pencegahan Sekunder yaitu mengobati dan intervensi agar tidak lagi

menggunakan NAPZA.

- Pencegahan Tersier yaitu merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.

6. Model-model Pelayanan Rehabilitasi NAPZA Berdasarkan KEPMENKES

No.996/MENKES/SK/VIII/2002, pelayanan rehabilitasi meliputi:

- Pelayanan Medik berupa detoksifikasi dan maintenance

- Terapi Psikososial

- Rujukan

22

Page 23: Referat Bahaya Napza

DAFTAR PUSTAKA

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2002. Kebijakan dan Strategi Badan Narkotika Nasional dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Jakarta: BNN.

Badan Narkotika Nasional. 2006. Gambaran Penyalahguna NAPZA Tahun 2001‐2004, diakses melalui http://www.bnn.go.id pada tanggal 12 Juni 2015.

Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN Depkes. 2003. Informasi Kesehatan Remaja. : Jakarta,.

Kamil, Oktavery. 2004. Pencegahan HIV/AIDS pada Kelompok Pengguna Narkoba Suntik. Tesis. FISIP-UI

Knight, B., 1996. Forensic Pathology. Oxford University Press Inc., New York.

Loewana, Satya. Lusi Margiyani, dkk. 2001. Petunjuk Praktis Bagi Keluarga Untuk Mencegah Penyalahgunaan Narkoba. Yogyakarta : Media Pressindo

Martono, L.J., 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba di Sekolah. Jakarta : PT. Rosda Karya

Sadock Benjamin, Sadock Virginia. 2002. Substance Related Disorders. Dari: Kaplan & Sadock Synopsis of Psychiatry Behavioral Science/Clinical Psychiatry 9th edition, Lippingcott Williams & Wilkins, h. 380-435.

Sutarti, 2008, Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA, diakses melalui http://www.bkkbn.go.id pada tanggal 12 juni 2015.

Tom Kus, Tedi. 2009. Bahaya NAPZA Bagi Pelajar. Bandung :Yayasan Al-Ghifari, h.20-57.

Warninghoff JC, Bayer O, Straube A, Ferarri U. 2009. Treatment and Rehabilitation in Substance Related disorders, Review Article on: British Psychiatry Journal.

Wulan, Chusnul. 2000. Upaya Polwiltabes Semarang Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba di Semarang.

23