Referat Asi Esklusif
-
Upload
rendra-dananjaya -
Category
Documents
-
view
297 -
download
24
Transcript of Referat Asi Esklusif
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita di Indonesia sebesar 19
kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup, hampir
Sebanyak 70% kematian balita saat ini disebabkan oleh malnutrisi, pneumonia, campak, diare,
malaria, dan lain-lain. Keadaan ini menunjukan bahwa penyakit infeksi masih menjadi
penyebab kematian utama pada balita padahal hampir setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di
Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit tersebut
dengan pemberian ASI eksklusif, akan tetapi kurang dari satu dari tiga bayi di bawah usia
enam bulan diberi ASI eksklusif dan hanya 41 persen anak usia 6-23 bulan menerima
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan praktek-praktek yang
direkomendasikan tentang pengaturan waktu, frekuensi dan kualitas. Di Indonesia sendiri
pemberian ASI baru mencapai 15,3 persen dan pemberian susu formula meningkat tiga kali
lipat dari 10,3% menjadi 32,5% hal tersebut dikarenkan rendahnya kesadaran masyarakat
dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah, termasuk di dalamnya
kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat, akan pentingnya ASI padahal
pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko terjadinya asma dan alergi dan
menurunkan persentase kematian hingga 13 %1,2
B. Tujuan Penulisan
Referat ini bertujuan untuk menggali lebih lanjut dan membahas tentang asi eksklusif,
sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan tentang fungsi dan manfaat asi serta bagaimana
cara pemberian asi yang tepat kepada bayi
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Asi adalah Adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai makanan bayinya.
Sedangkan ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI saja sampai umur 6
bulan tanpa makanan minuman lain selain obat (jika sakit). Asi merupakan makanan terbaik
dan telah memenuhi kebutuhan bayi usia 0sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung
protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga
ASI dapat mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi. Selain itu, ASI juga mengandung
semua jenis asam lemak yang penting bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang
sehat, zat besi yang dapat mencegah bayi dari anemia, kolostrum yang kaya antibody4 .
2. Epidemiologi
Berdasarkan data The World Health Tahun 2005, angka kematian balita adalah 46 per 1000
kelahiran. Di negara berkembang sekitar 48% kematian bayi pada usia dibawah 2 bulan. Hal
ini disebabkan karena bayi tidak disusui secara eksklusif UNICEF menyebutkan bukti
ilmiah yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada Tahun 2006. Terungkap data bahwa bayi
yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama
kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui oleh ibunya
secara eksklusif. Banyaknya kasus kurang gizi atau penyakit lain pada anak-anak berusia
dibawah 2 tahu yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisasi
melalui pemberian ASI secara eksklusif. Karena itu, sudah sewajarnya ASI eksklusif dijadikan
prioritas program dinegara berkembang ini5.
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
3. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan
pengeluaran ASI (oksitosin)8.
a. Produksi ASI(Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir
ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen,
progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi
untuk produksi ASI
Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar
karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan
menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada
proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang
timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi9.
1. Refleks Prolaktin, Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas
prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.03.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang
puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui
medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi
prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3
bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan
ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan
meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan
rangsangan puting susu.
2. Refleks Aliran (Let Down Reflek), Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh
hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise
posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari
sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke
sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut
bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-
faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/
pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
a. Refleks Menangkap (Rooting Refleks ), Timbul saat bayi baru lahir tersentuh
pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan
papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
susu.
b. Refleks Menghisap (Sucking Refleks), Refleks ini timbul apabila langit-langit
mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian
besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang
berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI
keluar.
c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks), Refleks ini timbul apabila mulut bayi
terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
3. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar
hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran
oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada
duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh
hipofisis.
Gambar 2. Proses pengaliran ASI/ refleks oksitosin
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
4. Keunggulan Asi dan Manfaat Menyusui
Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek
imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek
penundaan kehamilan6.
1.Aspek Gizi.
Manfaat Kolostrum
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama diare.
2. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-
hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
3. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat
dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran.
4. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam
kehijauan.
Komposisi ASI
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan
Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak
yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan
pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
mudah diserap.
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi
sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan
pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan
pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh
rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang
optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan
kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi
pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6
(asam linoleat).
2. Aspek Imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A
tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran
pencernaan.
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat
besi di saluran pencernaan.
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus.
Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3
macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated
Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri
lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.07.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
3. Aspek Psikologik
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi
ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang
terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada
akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut.
Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan
puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu
yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan
system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3
point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3
point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang
terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan
bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran
rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.08.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
Amenorea Laktasi (MAL).
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ASI
1. Faktor penyebab berkurangnya ASI
a. Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi,
menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI
keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui .
b. Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak
mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan
berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat
berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam
meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
c. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit, prematur,
dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya
menyebabkan produksi ASI akan berkurang.
d. Faktor Fisik Ibu
Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang
mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau
ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.
2. Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan
diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal
maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan
dari pengalaman hidup lainnya, hambatan utama tercapainya ASI ekslusif yang benar adalah
karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI ekslusif pada para ibu.
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.09.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menyusui7. Kehilangan
pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu
untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bayi akan kehilangan sumber
makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai
ASI ekslusif terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian
atau nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan7.
2) Lingkungan
lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang
selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di
perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern
dan praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam
lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan susu formula
sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara
pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara Ekslusif di pengaruhi oleh lingkungan13.
3) Pengalaman
pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita
dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam keluarga
atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya
secara teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai
dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam lingkungan
ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi, pengalaman cara
menyusui dan keyakinan akan kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman tersebut
mendorong wanita tersebut untuk menyusui dikemudian harinya dan sebaliknya13.
4) Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar
dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan
keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga yang mempunyai
pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami.
Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.010.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI
(let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu7.
Gambar 1. Model determinan perilaku menyusui12.
WHO dalam community–based strategies for breastfeeding promotion and support in
developing countries pada tahun 2003 telah membuat justifikasi dan framework mengenai
faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI dapat dilihat pada gambar 1 di atas.
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.011.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
6. Langkah- langkah Menyusui
A. Posisi badan ibu dan badan bayi10.
1) Ibu berbaring atau duduk dengan santai
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
3) Badan bayi menghadap kebadan ibu.
4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher
dan lengan bayi.
7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan
lengan ibu6.
B. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu10.
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk
C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk
gunting), dibelakang areola (kalang payudara).
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara:
a) Menyentuh pipi dengan putting susu
b) Menyentuh sisi mulut putting susu.
3) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah kebawah.
4) Dengan cepat dekatkan bayi kepayudara ibu dengan cara menekan bahu belakng bayi
bukan bagian belakang kepala.
5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung
bayi.
6) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.
7) Usahakan sebagian areola masuk kemulut bayi, sehingga putting susu berada
diantara pertemuan langit-langit yang keras(palatum durum) dan langit-langit lunak
(paltum molle).
8) Lidah bayi akan menekan diding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga
ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara.
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.012.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi
telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengeluselus bayi
Gambar 3 posisi menyusui
C. Hambatan menyusui
1) Faktor Internal, Faktor internal sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui
bayi. Diantaranya adalah kurangnya pengetahuan yang terkait penyusunan.
Karena tidak mempunyai pengetahuan yang memadai, ibu tidak mengerti
tentang cara menyusui bayi yang tepat, manfaat ASI berbagi dampak yang
akan ditemui bila ibu tidak menyusui bayinya11.
2) Faktor eksternal, Faktor eksternal terkait segala sesuatu yang tidak akan terjadi
bila faktor internal dapat dipenuhioleh ibu, misalnya ASI belum keluar pada
hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, sehingga ibu berfikir untuk
memberikan susu formula (prelactal feeding) kepada bayi. Pada hari pertama,
bayi belum memerlukan cairan atau makanan, sehingga tidak tau belum
diperlukan pemberian cairan tertentu, apalagi susu formula, sebelum ASI
keluar11.
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.013.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
BAB IIIKESIMPULAN
1. ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan
tanpa makanan minuman lain selain obat (jika sakit). Asi merupakan makanan terbaik dan
telah memenuhi kebutuhan bayi usia 0sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung
protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
sehingga ASI dapat mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi.
2. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi,
aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek
penundaan kehamilan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI terdiri atas, faktor penyebab berkurangnya ASI
diantaranya : Faktor Menyusui , Faktor Psikologi Ibu , Faktor Bayi , Faktor Fisik Ibu dan
Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif diantaranya :
Pengetahuan, Lingkungan, Pengalaman, Dukungan keluarga.
4. Langkah- langkah Menyusui, Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan padaputing susu dan areola sekitarnya lalu Bayi diletakkan menghadap perut ibu
atau payudara lalu payudara dipegangin dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah, jangan menekan putting susu atau areolanya saja bayi diberi rangsangan untuk
membuka mulut ( rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu
atau, Menyentuh sisi mulut bayi lalu setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala
bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi
5. Hambatan menyusui faktor internal dan external.
6. Pemberian ASI ekslusif merupakan makanan terbaik bagi bayi dengan pemberian ASI
secara Ekslusif akan mendapatkan banyak keuntungan untuk tubuh bayi, dikarenakan bayi
tidak akan mudah sakit dari segala macam penyakit terutama penyakit infeksi serta
dapatmengurangi tingkat kematian bayi secara signifikan.
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.014.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013
REFERAT - IKA
DAFTAR PUSTAKA
1. Dwiharso. Christoforus Nata. 2010. Tingkat Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Masih
Rendah. http:// www.rri.co.id /index.php?option= com_conten t&task=view&id=4282.
Diakses Pada Tanggal 22 Desember 2012.
2. Assunnah, 2007. http://www.mail-archive.com/assunnah@ yahoogroups
com/msg25269/bahaya_susu_formula.pdf. Diakses pada tanggal 22 Desember 2012.
3. BPS-Statistics Indonesia and Macro International (2008): Indonesia Demographic and Health
Survey (IDHS 2007). Calverton, Maryland, USA: Macro International and Jakarta: BPS..
4. Suryoprajogo, M. 2009. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: Keyword.
5. Pusponegoro, H.D., Widodo, D.P., Ismael, S. (2006). Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Jakarta.Unit Kerja Koordinasi Neurologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di
Puskesmas. Dit Gizi Masyarakat-Depkes RI, Jakarta.
7. Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-17)
8. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11)
9. Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September 2009;
pukul 10:55 WIB sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-
laktasi.html botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6
September 2009; pukul 10:50 WIB..
10. Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)
11. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)
12. World Health Organization. Community-Based strategies for Breastfeeding Promotion and
Support in Developing Countries. 2003
13. Haniarti, 2011. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Inisiasi
Menyusui Dini dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di Kota Parepare. Tesis Tidak
Diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar
Yogyakarta, 20 November 2012
dr. Kiswardjanu, Sp.A
Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.015.