Referat Asi Esklusif

24
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013 REFERAT - IKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita di Indonesia sebesar 19 kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup, hampir Sebanyak 70% kematian balita saat ini disebabkan oleh malnutrisi, pneumonia, campak, diare, malaria, dan lain-lain. Keadaan ini menunjukan bahwa penyakit infeksi masih menjadi penyebab kematian utama pada balita padahal hampir setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit tersebut dengan pemberian ASI eksklusif, akan tetapi kurang dari satu dari tiga bayi di bawah usia enam bulan diberi ASI eksklusif dan hanya 41 persen anak usia 6-23 bulan menerima makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan praktek- praktek yang direkomendasikan tentang pengaturan waktu, frekuensi dan kualitas. Di Indonesia sendiri pemberian ASI baru mencapai 15,3 persen dan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat dari 10,3% menjadi 32,5% hal tersebut dikarenkan rendahnya kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah, termasuk di dalamnya kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat, akan pentingnya ASI padahal pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.0 1.

Transcript of Referat Asi Esklusif

Page 1: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita di Indonesia sebesar 19

kematian/1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi sebesar 34 kematian/1000

kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita sebesar 44 kematian/1000 kelahiran hidup, hampir

Sebanyak 70% kematian balita saat ini disebabkan oleh malnutrisi, pneumonia, campak, diare,

malaria, dan lain-lain. Keadaan ini menunjukan bahwa penyakit infeksi masih menjadi

penyebab kematian utama pada balita padahal hampir setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di

Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dari penyakit-penyakit tersebut

dengan pemberian ASI eksklusif, akan tetapi kurang dari satu dari tiga bayi di bawah usia

enam bulan diberi ASI eksklusif dan hanya 41 persen anak usia 6-23 bulan menerima

makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan praktek-praktek yang

direkomendasikan tentang pengaturan waktu, frekuensi dan kualitas. Di Indonesia sendiri

pemberian ASI baru mencapai 15,3 persen dan pemberian susu formula meningkat tiga kali

lipat dari 10,3% menjadi 32,5% hal tersebut dikarenkan rendahnya kesadaran masyarakat

dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah, termasuk di dalamnya

kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat, akan pentingnya ASI padahal

pemberian susu formula dapat meningkatkan resiko terjadinya asma dan alergi dan

menurunkan persentase kematian hingga 13 %1,2

B. Tujuan Penulisan

Referat ini bertujuan untuk menggali lebih lanjut dan membahas tentang asi eksklusif,

sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan tentang fungsi dan manfaat asi serta bagaimana

cara pemberian asi yang tepat kepada bayi

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.01.

Page 2: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Asi adalah Adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam

anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai makanan bayinya.

Sedangkan ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI saja sampai umur 6

bulan tanpa makanan minuman lain selain obat (jika sakit). Asi merupakan makanan terbaik

dan telah memenuhi kebutuhan bayi usia 0sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung

protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga

ASI dapat mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi. Selain itu, ASI juga mengandung

semua jenis asam lemak yang penting bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang

sehat, zat besi yang dapat mencegah bayi dari anemia, kolostrum yang kaya antibody4 .

2. Epidemiologi

Berdasarkan data The World Health Tahun 2005, angka kematian balita adalah 46 per 1000

kelahiran. Di negara berkembang sekitar 48% kematian bayi pada usia dibawah 2 bulan. Hal

ini disebabkan karena bayi tidak disusui secara eksklusif UNICEF menyebutkan bukti

ilmiah yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada Tahun 2006. Terungkap data bahwa bayi

yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama

kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui oleh ibunya

secara eksklusif. Banyaknya kasus kurang gizi atau penyakit lain pada anak-anak berusia

dibawah 2 tahu yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisasi

melalui pemberian ASI secara eksklusif. Karena itu, sudah sewajarnya ASI eksklusif dijadikan

prioritas program dinegara berkembang ini5.

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.02.

Page 3: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

3. Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan

pengeluaran ASI (oksitosin)8.

a. Produksi ASI(Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir

ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen,

progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi

untuk produksi ASI

Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar

karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan

menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada

proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang

timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi9.

1. Refleks Prolaktin, Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk

membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas

prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca

persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.03.

Page 4: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang

puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi

sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui

medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat

sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi

prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior

sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi

untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3

bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan

ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap

berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi

normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan

meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan

rangsangan puting susu.

2. Refleks Aliran (Let Down Reflek), Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh

hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise

posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran

darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari

sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke

sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut

bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,

mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-

faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/

pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi

a. Refleks Menangkap (Rooting Refleks ), Timbul saat bayi baru lahir tersentuh

pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan

papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.04.

Page 5: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

susu.

b. Refleks Menghisap (Sucking Refleks), Refleks ini timbul apabila langit-langit

mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian

besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang

berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI

keluar.

c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks), Refleks ini timbul apabila mulut bayi

terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

3. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan

rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar

hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan

berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran

oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada

duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh

hipofisis.

Gambar 2. Proses pengaliran ASI/ refleks oksitosin

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.05.

Page 6: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

4. Keunggulan Asi dan Manfaat Menyusui

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek

imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek

penundaan kehamilan6.

1.Aspek Gizi.

Manfaat Kolostrum

1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari

berbagai penyakit infeksi terutama diare.

2. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-

hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan

gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.

3. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat

dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama

kelahiran.

4. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam

kehijauan.

Komposisi ASI

ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung

enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.

ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan bayi/anak.

Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan

Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu

keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak

yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan

pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.06.

Page 7: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

mudah diserap.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI

Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi

sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan

pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan

pada retina mata.

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh

rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang

optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan

kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi

pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6

(asam linoleat).

2. Aspek Imunologik

ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A

tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran

pencernaan.

Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat

besi di saluran pencernaan.

Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus.

Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.

Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3

macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated

Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue

(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri

lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan.

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.07.

Page 8: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

3. Aspek Psikologik

Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi

ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang

terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada

akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.

Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada

kesatuan ibu-bayi tersebut.

Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai

rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan

puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu

yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan

Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan

system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.

Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3

point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3

point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

5. Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang

terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis

Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan

bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran

rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

7. Aspek Penundaan Kehamilan

Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat

digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.08.

Page 9: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

Amenorea Laktasi (MAL).

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ASI

1. Faktor penyebab berkurangnya ASI

a. Faktor Menyusui

Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi,

menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI

keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui .

b. Faktor Psikologi Ibu

Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak

mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan

berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat

berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam

meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.

c. Faktor Bayi

Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit, prematur,

dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya

menyebabkan produksi ASI akan berkurang.

d. Faktor Fisik Ibu

Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang

mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau

ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.

2. Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan

diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal

maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan

dari pengalaman hidup lainnya, hambatan utama tercapainya ASI ekslusif yang benar adalah

karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI ekslusif pada para ibu.

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.09.

Page 10: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menyusui7. Kehilangan

pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu

untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan bayi akan kehilangan sumber

makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai

ASI ekslusif terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian

atau nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan7.

2) Lingkungan

lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang

selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari

masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di

perkotaan, sudah terbiasa menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern

dan praktis. Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam

lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan susu formula

sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara

pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara Ekslusif di pengaruhi oleh lingkungan13.

3) Pengalaman

pengalaman wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita

dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita yang dalam keluarga

atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya

secara teratur maka akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai

dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam lingkungan

ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi, pengalaman cara

menyusui dan keyakinan akan kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman tersebut

mendorong wanita tersebut untuk menyusui dikemudian harinya dan sebaliknya13.

4) Dukungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar

dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan

keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga yang mempunyai

pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami.

Masih banyak suami yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.010.

Page 11: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

ibu dan bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI

(let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu7.

Gambar 1. Model determinan perilaku menyusui12.

WHO dalam community–based strategies for breastfeeding promotion and support in

developing countries pada tahun 2003 telah membuat justifikasi dan framework mengenai

faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI dapat dilihat pada gambar 1 di atas.

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.011.

Page 12: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

6. Langkah- langkah Menyusui

A. Posisi badan ibu dan badan bayi10.

1) Ibu berbaring atau duduk dengan santai

2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

3) Badan bayi menghadap kebadan ibu.

4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.

5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

6) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher

dan lengan bayi.

7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan

lengan ibu6.

B. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu10.

1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk

C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk

gunting), dibelakang areola (kalang payudara).

2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara:

a) Menyentuh pipi dengan putting susu

b) Menyentuh sisi mulut putting susu.

3) Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah kebawah.

4) Dengan cepat dekatkan bayi kepayudara ibu dengan cara menekan bahu belakng bayi

bukan bagian belakang kepala.

5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung

bayi.

6) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.

7) Usahakan sebagian areola masuk kemulut bayi, sehingga putting susu berada

diantara pertemuan langit-langit yang keras(palatum durum) dan langit-langit lunak

(paltum molle).

8) Lidah bayi akan menekan diding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga

ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalang payudara.

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.012.

Page 13: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu

dipegang atau disangga lagi.

10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan

maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi

telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.

11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengeluselus bayi

Gambar 3 posisi menyusui

C. Hambatan menyusui

1) Faktor Internal, Faktor internal sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui

bayi. Diantaranya adalah kurangnya pengetahuan yang terkait penyusunan.

Karena tidak mempunyai pengetahuan yang memadai, ibu tidak mengerti

tentang cara menyusui bayi yang tepat, manfaat ASI berbagi dampak yang

akan ditemui bila ibu tidak menyusui bayinya11.

2) Faktor eksternal, Faktor eksternal terkait segala sesuatu yang tidak akan terjadi

bila faktor internal dapat dipenuhioleh ibu, misalnya ASI belum keluar pada

hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, sehingga ibu berfikir untuk

memberikan susu formula (prelactal feeding) kepada bayi. Pada hari pertama,

bayi belum memerlukan cairan atau makanan, sehingga tidak tau belum

diperlukan pemberian cairan tertentu, apalagi susu formula, sebelum ASI

keluar11.

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.013.

Page 14: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

BAB IIIKESIMPULAN

1. ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI saja sampai umur 6 bulan

tanpa makanan minuman lain selain obat (jika sakit). Asi merupakan makanan terbaik dan

telah memenuhi kebutuhan bayi usia 0sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung

protein, lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

sehingga ASI dapat mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi.

2. Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi,

aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek

penundaan kehamilan

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI terdiri atas, faktor penyebab berkurangnya ASI

diantaranya : Faktor Menyusui , Faktor Psikologi Ibu , Faktor Bayi , Faktor Fisik Ibu dan

Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif diantaranya :

Pengetahuan, Lingkungan, Pengalaman, Dukungan keluarga.

4. Langkah- langkah Menyusui, Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan padaputing susu dan areola sekitarnya lalu Bayi diletakkan menghadap perut ibu

atau payudara lalu payudara dipegangin dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang

dibawah, jangan menekan putting susu atau areolanya saja bayi diberi rangsangan untuk

membuka mulut ( rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu

atau, Menyentuh sisi mulut bayi lalu setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala

bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi

5. Hambatan menyusui faktor internal dan external.

6. Pemberian ASI ekslusif merupakan makanan terbaik bagi bayi dengan pemberian ASI

secara Ekslusif akan mendapatkan banyak keuntungan untuk tubuh bayi, dikarenakan bayi

tidak akan mudah sakit dari segala macam penyakit terutama penyakit infeksi serta

dapatmengurangi tingkat kematian bayi secara signifikan.

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.014.

Page 15: Referat Asi Esklusif

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

REFERAT - IKA

DAFTAR PUSTAKA

1. Dwiharso. Christoforus Nata. 2010. Tingkat Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Masih

Rendah. http:// www.rri.co.id /index.php?option= com_conten t&task=view&id=4282.

Diakses Pada Tanggal 22 Desember 2012.

2. Assunnah, 2007. http://www.mail-archive.com/assunnah@ yahoogroups

com/msg25269/bahaya_susu_formula.pdf. Diakses pada tanggal 22 Desember 2012.

3. BPS-Statistics Indonesia and Macro International (2008): Indonesia Demographic and Health

Survey (IDHS 2007). Calverton, Maryland, USA: Macro International and Jakarta: BPS..

4. Suryoprajogo, M. 2009. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: Keyword.

5. Pusponegoro, H.D., Widodo, D.P., Ismael, S. (2006). Konsensus Penatalaksanaan Kejang

Demam. Jakarta.Unit Kerja Koordinasi Neurologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia.

6. Depkes RI. (2005). Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di

Puskesmas. Dit Gizi Masyarakat-Depkes RI, Jakarta.

7. Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-17)

8. Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11)

9. Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September 2009;

pukul 10:55 WIB sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-

laktasi.html botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6

September 2009; pukul 10:50 WIB..

10. Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta. (hlm:3-5)

11. Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)

12. World Health Organization. Community-Based strategies for Breastfeeding Promotion and

Support in Developing Countries. 2003

13. Haniarti, 2011. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Inisiasi

Menyusui Dini dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di Kota Parepare. Tesis Tidak

Diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar

Yogyakarta, 20 November 2012

dr. Kiswardjanu, Sp.A

Asi Eksklusif, Kepaniteraan Klinik Rumah Sakit Jogja Hal.015.