Referat Anes New Banget 1

30
BAB I PENDAHULUAN Transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (resipien) yang diberikan secara intravena melalui pembuluh darah (NIH, 2012). Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama berdasarkan sumbernya yaitu transfuse allogenic dan transfuse autologus. Transfusi darah allogenic adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3 hari ditansferkan kembali ke pasien (Adias dkk, 2010). Tujuan dari transfusi darah adalah meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen, memperbaiki volume darah, memperbaiki cukup kekebalan dan memperbaiki masalah pembekuan. Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan modern, karena dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Kehilangan darah sebanyak 10-15% volume darah pada bayi dan anak, karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka diberi dengan pengganti cairan berupa kristaloid dan koloid, 1

description

hhh

Transcript of Referat Anes New Banget 1

Page 1: Referat Anes New Banget 1

BAB I

PENDAHULUAN

Transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat

(donor) ke orang sakit (resipien) yang diberikan secara intravena melalui

pembuluh darah (NIH, 2012). Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2

golongan utama berdasarkan sumbernya yaitu transfuse allogenic dan transfuse

autologus. Transfusi darah allogenic adalah darah yang disimpan untuk transfusi

berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang

disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari

sebelumnya, dan setelah 3 hari ditansferkan kembali ke pasien (Adias dkk, 2010).

Tujuan dari transfusi darah adalah meningkatkan kemampuan darah dalam

mengangkut oksigen, memperbaiki volume darah, memperbaiki cukup kekebalan

dan memperbaiki masalah pembekuan.

Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan

modern, karena dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.Kehilangan darah sebanyak 10-15% volume darah pada

bayi dan anak, karena tidak memberatkan kompensasi badan, maka diberi dengan

pengganti cairan berupa kristaloid dan koloid, sedangkan di atas 15% perlu

transfusi darah, karena ada gangguan pengangkutan okksigen. Sedangkan pada

orang dewasa, transfusi mulai dilakukan ketika terjadi kehilangan darah di atas

20%, bahkan hal ini juga dapat menimbulkan gangguan faktor pembekuan darah.

Transfusi darah dilakukan untuk mengatasi kondisi yang dapat

menyebabkan morbiditas dan mortalitas, akan tetapi tentu saja diperlukan

ketepatan penggunaan darah dan produk darah. Agar transfusi darah benar-benar

mengatasi kondisi yang dapat membawa kepada morbiditas dan mortilitas yang

signifikan yang tidak dapat dicegah atau diatasi dengan cara lain. Banyak hal yang

harus diperhatikan dan dipersiapkan sehingga tranfusi dapat dilaksanakan secara

optimal. Oleh karena itu, salah satu tugas besar dimasa yang akan datang adalah

meningkatkan pemahaman akan penggunaan tranfusi darah sehingga

penatalaksanaannya sesuai dengan indikasi.

1

Page 2: Referat Anes New Banget 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah dan Komponen Darah

Darah terdiri dari 2 komponen yaitu komponen korpuskuler dan

komponen cairan.Komponen korpuskuler adalah unsur padat darah yaitu

eritrosit, leukosit, trombosit.Ketiga jenis sel darah ini memiliki masa hidup

terbatas dan secara berkala akan diperbarui dengan sel darah yang baru.

Komponen cairan darah adalah plasma darah.Plasma menempati lebih dari

50% volume darah. Plasma terdiri dari air (90%), protein plasma dan elektrolit.

Protein plasma yang penting diantaranya adalah albumin, berbagai fraksi

globulin serta protein untuk faktor pembekuan dan fibrinolisis(NIH, 2012).

2.1.1 Eritrosit

Eritrosit dibentuk melaui suatu proses pematangan yang terdiri atas

beberapa tahap, yaitu pembelahan dan perubahan-perubahan morfologi sel-sel

berinti mulai dari proeritroblas sampai ortokromatik eritroblas, disusul

kemudian oleh pembentukan eritrosit tidak berinti yang disebut retikulosit dan

akhirnya menjadi eritrosit.aktivitas eritropoetik diatur oleh hormon

eritropoetin, yang dihasilkan oleh gabungan faktor ginjal dengan protein

plasma. Rangsangan untuk produksi eritropoetin adalah tekanan oksigen dalam

jaringan ginjal. Kadar oksigen dalam jaringan ditentukan antara lain oleh aliran

darah, kadar hemoglobin, saturasi oksigen hemoglobin, dan afinitas oksigen

terhadap hemoglobin. Segala keadaan yang menurunkan oksigenasi ginjal,

misalnya kadar hemoglobin yang rendah, gangguan pelepasan oksigen oleh

hemoglobin, gangguan pertukaran oksigen pada pernapasan, dan hambatan

aliran darah dapat meningkatkan kadar eritropoetin apabila fungsi ginjal

adekuat (Nurrachmat, 2010).

Zat yang dibutuhkan untuk eritropoesis adalah:

1. Logam: besi, mangan, kobalt.

2. Vitamin: B12, folat, C, E, B6, tiamin, riboflavin, asam pantotenat.

3. Asam amino

2

Page 3: Referat Anes New Banget 1

4. Hormon: eritropoetin, androgen, tiroksin.

Fungsi utama eritrosit yaitu membawa oksigen dari paru-paru ke

jaringan tubuh dan transfer karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.

Transfer oksigen berlangsung melalui hemoglobin. Membran eritrosit

merupakan lapisan lipid bipolar yang mengandung protein struktural, kontraktil

dan enzim dalam jumlah banyak, serta antigen permukaan (Nurrachmat, 2010).

Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta-6,1 juta sel/ul darah,

sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta-5,4 juta sel/ul darah. Eritrosit yang

tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK, gagal jantung

kongestif, preeklamsi, dll. Sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan

pada anemia, leukimia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti lupus, dll

(Mulyatno, 2011)..

2.1.2 Leukosit

Leukosit dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu fagosit dan non

fagosit. Granulosit yang mencakup tiga jenis sel, neutrofil, eosinofil, dan

basofil, bersama-sama dengan monosit merupakan fagosit. Limfosit

membentuk populasi imunosit. Normal hanya sel fagosit matang dan limfosit

yang ditemukan dalam darah tepi (Nurrachmat, 2010).

Fungsi umum leukosit sangat berbeda dengan eritrosit. Leukosit

umumnya berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing yang

selalu dipandang mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi

kelangsungan hidup individu. Pada orang dewasa darah tepi mempunyai

jumlah leukosit berkisar antara 4500-11000 sel/mm3 (Nurrachmat, 2010).

2.1.3 Trombosit

Trombosit disebut juga platelet atau keping darah. Trombosit berasal

dari megakariosit yang berada dalam sumsum tulang. Dalam pematangannya,

megakariosit ini pecah menjadi 3000-4000 serpihan sel, yang disebut sebagai

trombosit. Regulasi trombosit di darah tepi dilakukan oleh mekanisme kontrol

bahan humoral yang disebut trombopoetin yang menyebabkan konsentrasi

trombosit di sirkulasi konstan. Bila jumlah trombosit menurun, tubuh akan

3

Page 4: Referat Anes New Banget 1

mengeluarkan trombopoetin lebih banyak untuk merangsang trombopoesis

(Nurrachmat, 2010).

Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis

selama respon hemostatik normal terhadap luka vaskular. Trombosit ikut serta

dalam usasha menutup luka, sehingga tubuh tidak mengalami kehilangan darah

dan terlindung dari penyusupan benda atau sel asing. Umur trombosit setelah

pecah dari sel asalnya dan masuk ke dalam darah adalah antara 8-14 hari.

Jumlah trombosit normal adalah 150000-450000/mm3 dengan rata-rata

250000/mm3 (Nurrachmat, 2010).

2.1.4 Plasma Darah

Pada dasarnya plasma darah adalah larutan air yang mengandung

albumin, bahan pembekuan darah, hormon, berbagai jenis protein, hormon,

berbagai jenis garam (Mallo, 2011)..

2.2 Fungsi Darah

Peran penting darah adalah (NIH, 2012):

1. Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O2), yang dibawa dari

paru-paru dan diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa

pembakaran (CO2) dari jaringan untuk dibuang keluar melalui paru-paru.

Fungsi pertukaran O2 dan CO2 ini dilakukan oleh hemoglobin, yang

terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma ikut berfungsi sebagai

sarana transportasi dengan mengikat berbagai materi yang bebas dalam

plasma, untuk metabolisme organ-organ tubuh.

2. Sebagai organ pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam

menahan invasi berbagai jenis mikroba pathogen dan antigen asing.

Mekanisme pertahanan ini dilakukan oleh leukosit (granulosit dan

limfosit) serta protein plasma khusus (immunoglobulin).

3. Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme

homeostasis) sebagai upaya untuk mempertahankan volume darah

apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah. Fungsi ini dilakukan

4

Page 5: Referat Anes New Banget 1

oleh mekanisme fibrinolisis, khususnya jika terjadi aktifitas homeostasis

yang berlebihan.

2.3 Definisi Transfusi Darah

Transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat

(donor) ke orang sakit (resipien) yang diberikan secara intravena melalui

pembuluh darah (NIH, 2012). Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2

golongan utama berdasarkan sumbernya yaitu transfuse allogenic dan transfuse

autologus. Transfusi darah allogenic adalah darah yang disimpan untuk transfusi

berasal dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang

disimpan berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari

sebelumnya, dan setelah 3 hari ditansferkan kembali ke pasien (Adias dkk, 2010)..

2.4 Jenis Transfusi Darah

Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Transfusi Autologus

2. Transfusi Allogenic

Transfusi autologus adalah transfusi darah dimana darah yang disimpan

berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya.

Transfusi autologus dapat menurunkan angka kejadian dari komplikasi transfusi

darah seperti peningkatan infeksi pasca bedah, penurunan massa sel dan

kegagalan multiorgan. Risiko terbesar yang dapat dialami pada transfusi autologus

adalah kontaminasi bakteri dari unit autologus (Adias dkk, 2010).

Transfusi autologus diindikasikan pada operasi elektif, pasien dengan

golongan darah atau kompleks antibodi sel darah merah yang langka, dan pada

beberapa paham agama yang mengharuskan transfusi darah berasal dari tubuh

donor sendiri (Adias dkk, 2010).

Terdapat 3 teknik utama pada transfusi autologus yaitu:

1. Predeposit autologus donation (PAD)

2. Acute Normovolaemic Haemodilution (ANH)

3. Perioperative Cell Salvage (PCS)

5

Page 6: Referat Anes New Banget 1

Predeposit autologus donation (PAD) dilakukan kepada pasien yang

membutuhkan darah selama atau setelah pembedahan. Transfusi dilakukan

selambat-lambatnya dua minggu sebelum pembedahan berlangsung. Darah

kemudian disimpan pada suhu 4-6°C (Adias dkk, 2010).

Acute normovolemic hemodilution (ANH) biasanya dilakukan pada pasien

yang akan menjalani operasi bypass jantung (kehilangan darah ≥3 unit). Sebelum

operasi berlangsung pasien harus dipastikan tidak mengalami anemia. 48 jam

sebelum operasi berlangsung, ¼ darah pasien akan dikeluarkan dan digantikan

dengan cairan koloid. Salah satu tujuan ANH adalah mengurangi visikositas darah

(peningkatan laju aliran darah, pengurangan beban kerja jantung dan peningkatan

oksigenasi ke jaringan tubuh), penurunan risiko trobosis, peningkatan perfusi

darah (Adias dkk, 2010).

Perioperative Cell Salvage (PCS) dibagi menjadi 2 yaitu intra operative

blood salvage dan post operative blood salvage.

Pada intra operative blood salvage darah dikumpulan dan ditransfusikan kembali

kepada pasien selama operasi berlangsung. Teknik ini banyak diaplikasikan pada

pasien yang menjalani operasi jantung, orthopedik, transplantasi hepar.

Kekurangan prosedur ini adalah dapat terjadi kontaminasi bakteri dari luka

operasi. Sedangkan pada post operative blood salvage darah diambil dan

ditransfusikan kembali kepada pasien segera setelah operasi berlangsung (Adias

dkk, 2010).

Transfusi Allogenic adalah transfusi darah dimana darah yang disimpan

dan ditransfusikan berasal dari orang lain (Marcucci dkk, 2011). Beberapa risiko

seperti reaksi imunologi dan infeksi dapat terjadi pada transfusi allogenic

(Marcucci dkk, 2011).

2.4.1 Transfusi Whole Blood

Setiap unit kantong Whole Blood mengandung 450ml darah dan 63ml

larutan antikoagulan.Ini artinya setiap 1 unit whole blood berisi 510

6

Page 7: Referat Anes New Banget 1

mL.Mengandung hematocrit sebesar 36-40%.Dapat tahan hingga 21-49

hari jika disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 1-5oC.Namun

apabila telah dikeluarkan dari lemari pendingin, darah tersebut harus

digunakan dalam waktu 4 jam. Transfusi darah lengkap digunakan untuk

penggantian volum kehilangan darah (>15-20%). Saat akan dilakukan

transfusi, harus dilakukan pemeriksaan golongan darah ABO, cross match

dan agen-agen infeksi, sebab transfusi darah lengkap ini ssangat

memungkinkan terjadinya penularan penyakit, termasuk HIV dan

Hepatitis. Pada resipien perlu diperhatikan adanya reaksi febriss dan

hemolitik. Pemberian darah lengkap 10ml/kgBB akan meningkatkan

hematokrit 5% (WHO).

2.4.2 Transfusi Sel Darah Merah (SDM)

SDM diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma sekitar 250 mL

dari whole blood. Satu unit SDM dapat meningkatkan kadar hemoglobin 1

g per dL (10 g per L) dan 3% hematokrit. Transfusi SDM digunakan untuk

mengobati perdarahan dan meningkatkan penghantaran oksigen ke

jaringan.Transfusi RBC harus didasarkan pada kondisi klinis pasien atau

pada kehilangan darah akut yang lebih dari 1.500 mL atau 30% volume

darah.Penelitian terbarumerekomendasikan transfusi RBC dilakukan pada

saat tingkat hemoglobin antara 7-9 g per dL (Sharma, et.al, 2011).

2.4.3 Transfusi Plasma

Plasma mengandung semua faktor koagulasi.Sediaan plasma terdiri dari

plasma cair, plasma kering, dan fresh frozen plasma.Plasma cair diperoleh

dari pemisahan plasma dari whole blood pada pembuatan PRC.Plasma

kering diperoleh dengan mengeringkan plasma beku. Fresh frozen plasma

diperoleh dengan cara pemisahan plasma dari darah dan langsung

dibekukan pada suhu -60ºC. Transfusi plasma dianjurkan pada pasien

dengan perdarahan aktif dan sebelum prosedur invasif atau pada

pembedahan bila pasien tidak mempunyai faktor pembekuan.Fresh frozen

7

Page 8: Referat Anes New Banget 1

plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan),

terutama faktor V dan VII. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan

masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa.

Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan

terlebih dahulu sesuai suhu tubuh(Sharma, et.al, 2011).

2.4.4 Transfusi Trombosit

Transfusi trombosit dapat diindikasikan untuk mencegah perdarahan pada

pasien dengan trombositopenia atau pada pasien dengan gangguan fungsi

trombosit.Kontraindikasi untuk transfusi trombosit meliputi trombotik

trombositopenik purpura dan heparin-induced trombositopenia.Karena

transfusi trombosit pada pasien dalam kondisi ini dapat mengakibatkan

thrombosis lebih lanjut.Satu unit kantong trombosit dapat meningkatkan

jumlah trombosit pada orang dewasa sebanyak 30-60x103 per microliter,

sedangkan pada anak-anak dapat meningkatkan 50-100x103 per

microliter(Sharma, et.al, 2011).

2.4.5 Kriopresipitat

Kriopresipitat dibuat dengan mencairkan FFP dan kemudian dilakukan

pengumpulan presipitan atau endapan seperti faktor VIII, faktor

pembekuan XIII, faktor Von Willbrand, fibrinogen.Kriopresipitat

digunakan dalam kasus-kasus hypofibrinogenemia.Setiap unit

kriopresipitat akan meningkatkan tingkat fibrinogen 5-10 mg per dL (0,15-

0,29 umol per L), Tujuan pemeberian kriopresipitat adalah untuk menjaga

tingkat fibrinogen minimal (100 mg per dL)(Sharma, et.al, 2011).

2.5 Tujuan Transfusi Darah

Tujuan transfusi darah adalah sebagai berikut:

3. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen

4. Memperbaiki volume darah

5. Memperbaiki kekebalan

8

Page 9: Referat Anes New Banget 1

6. Memperbaiki masalah pembekuan.

2.6 Indikasi Transfusi Darah

Transfusi darah umumnya >50% diberikan pada saat perioperatif dengan

tujuan untuk menaikkan kapasitas pengangkutan oksigen dan volume

intravaskuler.Dalam pedoman WHO disebutkan bahwa transfusi tidak boleh

diberikan tanpa indikasi kuat dan hanya boleh diberikan berupa komponen darah

pengganti yang hilang/kurang. Maka saat ini, transfusi daraah cenderung

diberikan sesuai dengan komponen darah yang dibutuhkan, misalnya kebutuhan

akan sel darah merah, granulosit, trombosit, dan plasma darah yang mengandung

protein dan faktor-faktor pembekuan. Indikasi transfusi darah dan komponen-

konponennya adalah :

1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume

dengan cairan.

2. Anemia kronis.

3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.

4. Plasma loss atau hipoalbuminemia.

5. Kehilangan sampai 30% EBV umumnya dapat diatasi dengan cairan

elektrolit saja. Kehilangan lebih daripada itu, setelah diberi cairan

elektrolit perlu dilanjutkan dengan transfusi jika Hb<8 gr/dl.

Indikasi Transfusi Komponen Darah:

Komponen Darah Indikasi Transfusi

Eritrosit 1. Transfusi sel darah merah hampir selalu

diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7

g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi

dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau

penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka

batas kadar Hb yang lebih rendah dapat

diterima. (Rekomendasi A)

9

Page 10: Referat Anes New Banget 1

2. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada

kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan hipoksia

atau hipoksemia yang bermakna secara klinis

dan laboratorium. (Rekomendasi C)

3. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10

g/dl, kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya

penyakit yang membutuhkan kapasitas transport

oksigen lebih tinggi (contoh: penyakit paru

obstruktif kronik berat dan penyakit jantung

iskemik berat). (Rekomendasi A)

4. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia

dilakukan pada kadar Hb ≤11 g/dL; bila tidak

ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7

g/dL (seperti pada anemia bayi prematur). Jika

terdapat penyakit jantung atau paru atau yang

sedang membutuhkan suplementasi oksigen

batas untuk memberi transfusi adalah Hb ≤13

g/dL. (Rekomendasi C)

Trombosit 1. Mengatasi perdarahan pada pasien dengan

trombositopenia bila hitung trombosit

<50.000/uL, bila terdapat perdarahan

mikrovaskular difus batasnya menjadi

<100.000/uL. Pada kasus DHF dan DIC supaya

merujuk pada penatalaksanaan masing-masing.

(Rekomendasi C)

2. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit

<50.000/uL pada pasien yang akan menjalani

operasi, prosedur invasif lainnya atau sesudah

transfusi masif. (Rekomendasi C)

3. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang

mengalami perdarahan. (Rekomendasi C)

10

Page 11: Referat Anes New Banget 1

Fresh Frozen Plasma

= FFP

1. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)

dan faktor inhibitor koagulasi baik yang didapat

atau bawaan bila tidak tersedia konsentrat faktor

spesifik atau kombinasi. (Rekomendasi C)

2. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin

bila terdapat perdarahan yang mengancam

nyawa. (Rekomendasi C)

3. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi

yang abnormal setelah transfusi masif atau

operasi pintasan jantung atau pada pasien

dengan penyakit hati. (Rekomendasi C)

Kriopresipitat 1. Profilaksis pada pasien dengan defisiensi

fibrinogen yang akan menjalani prosedur

invasif dan terapi pada pasien yang mengalami

perdarahan. (Rekomendasi C)

2. Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von

Willebrand yang mengalami perdarahan atau

yang tidak responsif terhadap pemberian

desmopresin asetat atau akan menjalani operasi.

(Rekomendasi C)

2.7KomplikasiTransfusi Darah

Pada beberapa keadaan tertentu, transfusi mungkin merupakan satu-

satunya jalan untuk menyelamatkan hidup seseorang, namun bagaimanapun

sebelum memberikan produk darah kepada seseorang, penting sekali untuk

mengetahui risiko-risiko apa yang dapat terjadi dalam melakukan tindakan

transfusi darah. Keamanan dan efektivitas transfusi darah ditentukan oleh dua

faktor, yaitu:

1. Penyediaan darah dan produk darah yang aman, diberikan sesuai

dengan kebutuhan.

2. Ketepatan penggunaan darah dan produk darah secara klinis.

11

Page 12: Referat Anes New Banget 1

Komplikasi ini dapat dibagi berdasarkan komponen darah (WHO):

Transfusi sel darah merah:

1. Dapat menyebabkan risiko reaksi hemolitik yang serius.

2. Komponen darah ini dapat menjadi tempat penyebaran agen-agen

infeksius, termasuk HIV, Hepatitis B, Hepatitis C, Sifilis, malaria, dan

penyakit Chagas pada resipien.

3. Macam-macam darah ini dapat terkntaminasi dengan bakteri yang sangat

berbahaya bila disimpan dalam tempat yang tidak aman, atau

penyimpanan yang salah.

Transfusi Plasma

1. Plasma dapat menjadi tempat penyebaran infeksi paling berbahaya di

seluruh komponen darah

2. Plasma dapat juga menyebabkan reaksi transfuse

3. Belum ada indikasi klinis yang jelas untuk dilakukannya transfusi plasma,

risiko yang ditimbulkan sangat mungkin terjadi.

Transfusi Trombosit

1. Dapat menyebabkan reaksi febril non hemolitik dan urtikaria meskipun

kedua reaksi tidak biasa ditemukan

2. Reaksi ditimbulkan dari transfusi yang lebih dari satu macam komponen.

3. Kontaminasi bakteri hanya sebesar 1% dari 1 unit kantong darah.

Transfusi Fresh Frozen Plasma

1. Pada proses transfusi yang dilakukan dalam waktu yang singkat maka

perlu diperhatikan akan adanya reaksi alergi akut yang tidak biasa.

2. Reaksi anafilaktik muncul pada keadaan yang parah.

Risiko transfusi darah sebagai akibat langsung dari transfusi merupakan

bagian situasi klinis yang kompleks, meskipun hal ini jarang sekali terjadi.Risiko

yang terjadi mungkin tidak sesuai dengan keunntungannya.Risiko transfusi darah

12

Page 13: Referat Anes New Banget 1

dibedakan atas reaksi cepat, lambat, penularan penyakit infeksi dan risiko

transfusi masif.

1. Reaksi Akut

Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam

setelah transfusi. Reaksi hemolitik akut ini terjadi disebabkan oleh destruksi

imun pada saat transfusi sel darah merah yang diserang oleh antibody

resipien.Antibody ini diproduksi untuk melawan antigen dari kelompok darah

ABO atau alloantibody terhadap antigen sel darah merah setelah pernah

terpapar sebeumnya pada transfusi sebelumnya atau pada kondisi kehamilan.

Reaksi akut dapat dibagi menjadi 3 kategoris yaitu ringan, sedang-berat

dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan

timbulnya pruritus, urtikaria dan ruam. Reaksi ringan disebabkan oleh

hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala

gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dyspnea ringan dan nyeri kepala. Pada

pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit,

urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya

disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi

non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi

pirogen dan/atau bakteri. Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan

gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di sekitar tempat masuknya infus, napas

pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda

kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20% tekanan darah sistolik),

takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas.

Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri,

syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.

2. Reaksi Lambat

- Reaksi hemolitik lambat

Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala

dan tanda demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik

lambat yang berat dan mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan

13

Page 14: Referat Anes New Banget 1

DIC jarang terjadi. Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan

laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma pasien dan pemilihan

sel darah kompatibel dengan antibodi tersebut.

- Purpura pasca transfusi

Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial

membahayakan pada transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal ini

disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik

trombosit pada resipien. Lebih banyak terjadi pada wanita. Gejala dan

tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia berat

akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila hitung trombosit

<100.000/uL. Penatalaksanaan penting terutama bila hitung trombosit

≤50.000/uL dan perdarahan yang tidak terlihat dengan hitung trombosit

20.000/uL. Pencegahan dilakukan dengan memberikan trombosit yang

kompatibel dengan antibodi pasien.

3. Penularan Infeksi

- Hepatitis virus

Penularan virus hepatitis merupakan salah satu bahaya/ resiko besar pada

transfusi darah. Diperkirakan 5-10 % resipien transfusi darah

menunjukkan kenaikan kadar enzim transaminase, yang merupakan bukti

infeksi virus hepatitis. Sekitar 90% kejadian hepatitis pasca transfusi

disebabkan oleh virus hepatitis non A non B. Meski sekarang ini sebagian

besar hepatitis pasca transfusi ini dapat dicegah melalui seleksi donor yang

baik dan ketat, serta penapisan virus hepatitis B dan C, kasus tertular

masih tetap terjadi. Perkiraan resiko penularan hepatitis B sekitar 1 dari

200.000 dan hepatitis C lebih besar yaitu sekitar 1:10.000.

- AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome)

Penularan retrovirus HIV telah diketahui dapat terjadi melalui transfusi

darah, yaitu dengan rasio 1:670.000, meski telah diupayakan penyaringan

donor yang baik dan ketat.

- Infeksi CMV

14

Page 15: Referat Anes New Banget 1

Penularan CMV terutama berbahaya bagi neonatus yang lahir premature

atau pasien dengan imunodefisiensi. Biasanya virus ini menetap di leukosit

danor, hingga penyingkiran leukosit merupakan cara efektif mencegah atau

mengurangi kemungkinan infeksi virus ini. Transfusi sel darah merah

rendah leukosit merupakan hal terbaik mencegah CMV ini.

4. Risiko Transfusi Masif

Transfusi massif adalah transfusi sejumlah darah yang telah disimpan, dengan

volume darah yanglebih besar daripada volume darah resipien dalam waktu 24

jam. Pada keadaan ini dapat terjadi hipotermia bila darah yang digunakan

tidak dihangatkan, hiperkalemia, hipokalsemia dan kelainan koagulasi karena

terjadi pengenceran dari trombosit dan factor- factor pembekuan. Penggunaan

darah simpan dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya beberapa

komplikasi diantaranya adalah kelainan jantung, asidosis, kegagalan

hemostatik, acute lung injury.

Secara singkat komplikasi yang ditimbulkan dari transfusi darah terdapat pada

tabel di bawah ini:

Komplikasi non infeksi seriustransfusi

Akut:

1. Reaksi hemolitik akut

2. Reaksi alergi

3. Reaksi anafilaksis

4. Masalah pembekuan pada transfusi massif

5. Reaksi febris non hemolitik

6. Mistransfusi ( kesalahan transfusi komponen darah kepada resipien yang salah

7. Kontaminasi bakteri pada darah

8. Overload

9. Acute lung injury

10. Urtikaria

Lambat:

15

Page 16: Referat Anes New Banget 1

1. Reaksi hemolitik lambat

2. Overload besi

3. Microchimerism

4. Kelebihan atau kekurangan transfuse

5. Purpura setelah transfusi

6. Imunomodulasi yang disebabkan oleh transfusi

7. Transfusion-associated graft-versus-host-disease

Komplikasi infeksi serius transfusi

Komplikasi Perkiraan risiko

Virus Hepatitis B

Virus Hepatitis C

Virus limfotropik-T

HIV

Penyakit Creutzfeldt-Jacob

HHV

Malaria

Influenza

1: 350.000

1:1.800.000

1:2.000.000

1:2.300.000

Jarang

Jarang

Jarang

jarang

2.8 Penanggulangan Reaksi Transfusi

1.Hentikan transfusi darah tersebut.

2.Naikkan tekanan darah dengan koloid, kristaloid, jika perlu tambahkan

vasokonstriktor, inotropic.

3.Berikan oksigen hingga saturasi mencapai 100%.

4.Diuretika manitol 50mg atau furosemide 9lasix) 10-20mg.

5.Berikan antihistamin

6.Steroid dosis tinggi.

16

Page 17: Referat Anes New Banget 1

7.Jika perlu lakukan transfusi tukar.

8.Periksa analisis gas dan pH darah.

BAB III

KESIMPULAN

Transfusi darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat

(donor) ke orang sakit (resipien) yang diberikan secara intravena melalui

pembuluh darah.Transfusi darah dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan utama

17

Page 18: Referat Anes New Banget 1

berdasarkan sumbernya yaitu transfuse allogenic dan transfuse autologus. Tujuan

dari transfusi darah adalah Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut

oksigen, memperbaiki volume darah, memperbaiki kekebalan, dan memperbaiki

masalah pembekuan.

Untuk mencegah risiko-risiko yang terjadi akibat ketidakamanan dan

ketidaktepatan transfusi darah, maka transfusi darah harus dilakukan berdasarkan

indikasi kuat dan hanya boleh diberikan berupa komponen darah pengganti yang

hilang atau yang kurang. Selain itu, pada proses transfusi darah dapat terjadi

komplikasi-komplikasi, seperti reaksi hemolitik, infeksi baik itu virus, bakteri,

dan parasite, demam, urtikaria, anafilaksis, edema paru non-kardial, purpura,

intoksikasi sitrat, hyperkalemia, dan asidosis.

DAFTAR PUSTAKA

Adias T.C., Jeremiah, Z., Uko, E., Osaro, E., 2010. Autologous blood transfusion. In: South African of Journal Surgery. Diunduh dari www.researchgate.net/... Autologous _ blood _ transfusion .../00b7d51bac42 ... pada tanggal 13 Maret 2015.

18

Page 19: Referat Anes New Banget 1

Latief, S. A., Suryadi, K. A., Dachlan, M. R. 2007. Transfusi Darah pada Pembedahan DalamAnestesiologi.Edisi ke-2. Jakarta: FKUI;2007; pg.141- 53.

Mallo, P. Y., Shompie, R. 2011.Rancang Bangun Alat Ukur Kadar Hemoglobin dan Oksigen Dalam Darah dengan Sensor Oximeter Secara Non-Invasive. In: T. Elektro Fakultas Teknik UNSRAT. Diunduh dari ejournal.unsrat.ac.id/index.php/elekdankom/.../446 pada tanggal 12 Maret 2015.

Marcucci, C., Madjdpour, C. 2011.Allogeneic blood transfusions: benefit, risks and clinical indications in countries with a low or high human development index. In: Department of Anesthesiology, University Hospital Lausanne. Diunduh darihttp://bmb.oxfordjournals.org/content/70/1/15.longpada tanggal 13 Maret 2015.

Mulyatno, K. C. 2011. Pemeriksaan Darah Lengkap. Diunduh dari http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/PEMERIKSAAN%20DARAH%20LENGKAP.pdf pada tanggal 12 Maret 2015.

National Institute of Health. 2012. Blood Transfusion. In: National Heart, Lung, and Blood Institute. Diunduh dari http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/bt/. Pada tanggal 12 Maret 2015

Nurrachmat, H. 2010. Perbedaan Jumlah Eritrosit, Leukosit dan Trombosit Pada Pemberian Antikoagulan Edta Konvensional dengan Edta Vacuitainer. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/12759/1/2005FK3603.pdf pada tanggal 12 Maret 2015.

Sharma, S., Poonam, S., Lisa, N., Tyler. 2011. Transfusion of Blood and Blood Products: Indications and Complication. In: Creighton University School of Medicine, Omaha, Nebraska. Diunduh dari http://www.aafp.org/afp/2011/0315/p719.html. Pada tanggal 12 Maret 2015

19