Refer At

39
Pembimbing : dr. Rety Sugiarti, Sp. M BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2013 REFERAT ENDOFTALMITIS dan PANOFTALMITIS Di Susun Oleh : Danil Anugrah Jaya (2008730007)

Transcript of Refer At

Page 1: Refer At

Pembimbing : dr. Rety Sugiarti, Sp. M

dr. H. Mardisal Djamaan, Sp. M

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2013

REFERAT

ENDOFTALMITIS dan PANOFTALMITIS

Di Susun Oleh : Danil Anugrah Jaya (2008730007)

Page 2: Refer At

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Referat ini diajukan oleh:

Nama : Danil Anugrah Jaya (2008730007)

Program Studi : Pendidikan Dokter

Judul : “Endoftalmitis dan Panoftalmitis”

Persentasi : Mei 2013

Telah diketahui kebenarannya dan disahkan oleh pembimbing sebagai bagian

persyaratan yang diperlukan dalam menempuh masa kepaniteraan stase Mata,

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas

Muhammadiyah Jakarta.

Pembimbing

dr. Rety Sugiarti,Sp. M dr. H. Mardisal Djamaan, Sp. M

Danil Anugrah Jaya i2008730007

Page 3: Refer At

KATA PENGANTAR

 

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan referat ini yang berjudul:

“Endoftalmitis dan Panoftalmitis”

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan referat ini masih jauh dari

kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah

berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat

selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan

tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan referat ini.

Akhirnya penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca.

Banjar, Mei 2013

 

 

Penulis

Danil Anugrah Jaya ii2008730007

Page 4: Refer At

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

PENDAHULUAN...................................................................................................................1

ENDOFTALMITIS..................................................................................................................2

II.1. Definisi.........................................................................................................................2

II. 2. Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi.....................................................................2

II. 3. Diagnosis.....................................................................................................................3

II. 3. 1. Tanda dan Gejala Endoftalmitis...........................................................................4

II. 3. 2. Tes Diagnostik.....................................................................................................7

II. 4. Tatalaksana..................................................................................................................8

II. 5. Prognosis...................................................................................................................12

PANOFTALMITIS................................................................................................................13

III. 1. Definisi.....................................................................................................................13

III. 2. Etiologi.....................................................................................................................13

III. 3. Patogenesis...............................................................................................................14

III. 4. Diagnosis..................................................................................................................18

III. 5. Penatalaksanaan.......................................................................................................20

III. 6. Prognosis...................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................23

Danil Anugrah Jaya iii2008730007

Page 5: Refer At

Danil Anugrah Jaya iv2008730007

Page 6: Refer At

BAB I

PENDAHULUAN

Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang namun merupakan komplikasi yang

membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah

dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya mikroorganisme ke

dalam mata. Mikroorganisme ini menyebabkan infeksi intraokuler yang disebut

endoftalmitis. Dengan kejadian ini harapan pasien menjadi hilang dan kepercayaan terhadap

operasi menjadi sangat menurun.1,2

Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya ditandai

dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat pada COA. Visus

menurun bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis penglihatan menjadi jelek pada pasien-

pasien dengan endoftalmitis. 1,2

Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal, maka penting

untuk melakukan diagnosis sedini mungkin. Penelitian tentang endoftalmitis pada beberapa

tahun terakhir telah menunjukkan beberapa cara sebagai profilaksis yang terjadinya

endoftalmitis. Berikut akan diuraikan lebih jauh mengenai endoftalmitis.1

Danil Anugrah Jaya 12008730007

Page 7: Refer At

BAB II

ENDOFTALMITIS

II.1. Definisi

Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler, disertai

dengan terbentuknya abses di dalam badan kaca. Bila terjadi peradangan lanjut yang

mengenai ketiga dinding bola mata, maka keadaan ini disebut panoftalmitis.3,4

II. 2. Epidemiologi, Etiologi dan Patofisiologi

Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di Amerika

adalah 5-14% dari semua kasus endoftalmitis1. Sedangkan endoftalmitis yang disebabkan

oleh trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis yang disebabkan oleh reaksi antibody

terhadap pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 7-

31%. Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua kasus

endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan sekitar 5 per 10.000 pasien yang dirawat.3

Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu endoftalmitis yang

disebabkan oleh infeksi dan endoftalmitis yang disebabkan oleh imunologis atau auto

imun (non infeksi).1,3

Endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dapat bersifat:

a. Endogen

Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur ataupun parasit

dari fokus infeksi di dalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun

akibat penyakit sistemik lainnya, misalnya endocarditis.1,3

Danil Anugrah Jaya 22008730007

Page 8: Refer At

b. Eksogen

Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder /

komplikasi yang terjadi pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata,

reaksi terhadap benda asing dan trauma tembus bola mata.1,3 Bakteri gram

positive menyebabkan 56-90% dari seluruh kasus endoftalmitis.3 Beberapa kuman

penyebabnya dalah staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, dan

spesies streptococcus. Bakteri gram negatif seperti pseudomonas, escherichia coli

dan enterococcus dapat ditemukan dari trauma tembus bola mata.3

c. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan endoftalmitis unilakteral ataupun

bilateral yang merupakan reaksi uvea granulomaosa terhadap lensa yang

mengalami ruptur. Endoftalmitis fakoanafilaktik merupakan suatu penyakit

autoimun terhadap jaringan tubuh (lensa) sendiri, akibat jaringan tubuh tidak

mengenali jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul. Pada tubuh

terbentuk antibodi terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibodi yang

akan menimbulkan gejala endoftalmitis fakoanafilaktik.1

II. 3. Diagnosis

1. Endoftalmitis Supurativa

Dari luar tak tampak gejala-gejala peradangan. Gejala utama yang dirasakan oleh

penderita ialah penglihatan yang lekas hilang dan tidak kembali lagi, oleh karena koroid

yang sakit dan sudah rusak tidak dapat sembuh kembali.5

Pemeriksaan fokal : dibelakang lensa tampak warna kuning, didalam badan kaca.

Gambaran fundus tak terlihat sama sekali, karena tertutup oleh abses tadi.

Visus : O atau hanya persepsi cahaya dengan proyeksi buruk.5

Tensi intraokuler sangat rendah. Disertai gejala umum, seperti pada infeksi akut

lainnya, suhu badan yang tinggi, menggigil dan sebagainya.5

Danil Anugrah Jaya 32008730007

Page 9: Refer At

2. Endoftalmitis Septika

Selain peradangan koroid, juga terdapat peradangan dari iris dan badan siliar. Oleh

karenanya selain abses badan kaca, disertai pula gejala-gejala dari iridosiklitis, seperti

injeksi perikornea, kornea yang keruh, keratik presipitat, dicoa flare (+), mungkin ada

hipopion, nyeri tekan pada bola mata, sakit kepala dan sakit pada mata. Gerak mata masih

baik. Visus lenyap dan tidak kembali lagi, disebabkan koroid yang memberi makanan pada

batang dan kerucut di retina rusak sama sekali oleh degenerasi atau hanya persepsi cahaya

dengan proyeksi yang buruk.5

Gejala umum seperti pada penyakit infeksi akut yang lain, rasa sakit, demam, badan

lemah, mual dan muntah.5

Pus yang ada didalam badan kaca dan jaringan uvea, kemudian mengalami jaringan

organisasi jaringan fibrotik, yang disebut retinitis proliferans dan bila mengisut

menyebabkan ablasi retina. Tekanan intraokuler mula-mula dapat meninggi, kemudian

menurun. Tekanan yang tinggi dapat pula menyebabkan visus menjadi O, karena tekanan

pada nervus II.5

II. 3. 1. Tanda dan Gejala Endoftalmitis

Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan

objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

III. 3. 1. 1. SubjektifSecara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah.1,3,4

- Fotofobia

- Nyeri pada bola mata

Danil Anugrah Jaya 42008730007

Page 10: Refer At

- Penurunan tajam penglihatan

- Nyeri kepala

- Mata terasa bengkak

- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka.

Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai

dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya

kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu

di anamnesis mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya.

Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah

diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang

rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis

endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis,

infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis3. untuk endoftalmitis

fakoanafilaktik, dapat ditanyakan tentang adanya riwayat segala subjektif katarak

yang diderita pasien sebelumnya.

III. 3. 1. 2 ObjektifKelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang

terkena dan derajat infeksi/peradangan2. Pemeriksaan yang dilakukan adalah

pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat

berupa: 3

- Udem Palpebra Superior

- reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis

- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva

- Udem Kornea

- Kornea keruh

- keratik presipitat

- Bilik mata depan keruh

- Hipopion

- Kekeruhan vitreus

- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun hilang

Danil Anugrah Jaya 52008730007

Page 11: Refer At

sama sekali.

Danil Anugrah Jaya 62008730007

Page 12: Refer At

Gambar 1. Endoftalmitis post operasi katarak

endopthalmitis endogen (kelopak mata bengkak, kemosis, injeksi konjungtiva, , edema kornea, hypopion

Danil Anugrah Jaya 72008730007

Page 13: Refer At

Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan

masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca,

dengan proyeksi sinar yang baik.1

II. 3. 2. Tes DiagnostikMetode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat spesifik

untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan waktu 48 jam –

14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari cairan COA dan corpus vitreous.

Aspirasi korpus vitreum 0,5 – 1 ml korpus vitreum di bawah anestesi lokal melalui

sklerektomi pars plana dengan menggunakan jarum berukuran 20 sampai 23. Aspirat

harus diperiksa secara mikroskopis.4

Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh sebab

itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan

pemeriksaan USG mata.

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam bola

mata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi telah

mencapai retina.3

Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti kuman

penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang dapat menimbulkan

endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen. Pemeriksaan penunjang tersebut

dapat berupa3

o Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin.

o Foto rontgen thoraks

o USG jantung

o Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja

Danil Anugrah Jaya 82008730007

Page 14: Refer At

II. 4. Tatalaksana

Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan virulensi

mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin yang dapat

merusak retina, serta kemampuan multiplikasi yang cepat, juga jarak antara

ditegakkannya diagnosis sampai pada saat terapi diberikan. Oleh karena itu pengobatan

ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi untuk mengatasi proses inflamasi yang

terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat.

Teknik pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai

pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme spesifik

yang diduga secara intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang diketahui.

Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri, terapi obat-obatan secara

intraviteral merupakan langkah pertama yang diambil. Pemberian antibiotik dilakukan

secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan antibiotik yang sesuai segera

diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik yang dapat diberikan dapat berupa

antibiotik yang bekerja terhadapa membran set, seperti golongan penicilin, Cephalosporin

dengan antibiotik yang dapat menghambat sintesa protein dengan reseptor ribosomal,

seperti golongan Chloramphenicol, Aminoglycosida yang dapat terlihat pada tabel di

bawah ini3:

Danil Anugrah Jaya 92008730007

Page 15: Refer At

Tabel Dosis Antibiotik Okular

Antibiotik Sistemik (mg) Topikal (%) Subkonjungtiva(mg)

Intravitreal(mg)

PENICILINAmpicilin 150-200mg/kg/hr IV - 100 5Carbenicillin 400-600mg/kg/hr IV 10 100 0.5-2.0Dicloxacilin 0.124-0.5g/6j PO/IM - - -Metchicilin 1-2g/4j IV/IM 10 100 2Nafcilin 1-2g/4j IV/IM - - -Oxacilin 1-2g/4j IV/IM 6.6 100 0.5Penicilin G 2-4jtU/4-6j IV 0.1 50,000-1 jt IU -Piperacilin 200-500m/kg/hr IV/IM 5-10 - 1.5Ticarcilin 250-300mg/kg/hr 5-10 100-150 3CEPHALOSPORINCefamandole 0.5g/6j-2g/4j IM/IV - 12.5 -Cefazoline 0.25g/8jam-2g/4j IM/IV 5-10 50-100 0.5-2Cefatoxime 1g/8j-2g/4j IM/IV 5-10 100 0.4Cefsulodin 1-1.5g/6j IV - 100 -Ceftazidime 1-2g/8-12j IM/IV - 125 2Ceftriaxone 1-2G/12-24J IM/IV - 100 2Chepalothin 0.5g/6-2j IM/IV 5 50-125 2Moxalactam 1g/8j-2g/4j IM/IV 10 100 1.25-2AMINOGLIKSODAAmikacin 15mg/hrjarak 8-12j IM/IV 0.5-1.5 25 0.4Gentamicin 3-5mg/hrjarak8j IM/IV 0.3-1.5 10-40 0.2Netilmicin 4-6.5mg/hrjarak 8j IM/IV - - 0.25Tobramycin 3-5mg/hr jarak 8j IM/IV 0.3-1.5 20-40 0.2Neomycin - 0.3-3.3 - -MICELLANEOUS -Aztreonam 1g/8j-2g/j IV - 0.1 -Bacitracin - 10,000 U/ml - -Ciprofloxasin 250-750mg/12 j PO - 1 -Clindamycin 150-450mg/6j PO

150-900mg/8j IV/IM1-5 50-100 2

Chloramphenicol 0.25-0.75g/6j PO50mg/kg/hr IM/IV

- - TMP1.6

Cotrimoxazole 2.5-5mg/kg/6j IV TMP16SM280 - -Asam Fusidic 500mg PO/IV - - 0.5Imipenem 0.5-1.0g/6j IVAM - - -Metronidazole 7.5mg/kg/6j IV - - -Teicoplanin 200mg/hr IV/IM 5 67 0.75Vancomycin 1g/12j/V - 25 1

Danil Anugrah Jaya 102008730007

Page 16: Refer At

Antibiotik tersebut dapat diberikan secara tunggal ataupun kombinasi. Kombinasi

yang dianjurkan adalah gabunan antara golongan aminoglikosida. Pilihan kombinasi

tersebut merupakan yang terbaik, karena:

Toksisitas minimal terhadap retina dan jaringan ocular.

Kombinasi tersebut lebih memiliki arti klinis dibandingkan pemberian antibiotik

tunggal maupun kombinasi lainnya.

Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan intraokular yang

luas, karena kadang mikroorganisme sulit di identifikasi dari endoftalmitis.

Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila respon pasien setelah pemberian

antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak ada. Ataupun ditemukan faktor-faktor

predisposisi seperti, pasien sedang dalam pengobatan antibiotik spektrum luas dalam

jangka waktu lama, pasien menderita keganasan ataupun dalam keadaan imunitas yang

buruk. Obat-obatan yang dapat diberikan antara lain:

Tabel Dosis Antifungi Okular

Antibiotik Sistemik (mg) Topikal(%)

Subkonjungtiva(mg)

Intravitreal(mg)

Amtoferisin B 0.25-0.5 mg/kg/hr IV 0.1-5.0 0.75 0.005-0.01Econazol 30mg/kg/hr IV 200mg PO 1 5-10 -Clotrimazol 60-100mg/kg/hrPO 1 - -Fluconazol 50-400mg/kg/hrPO/IV - - 0.1Flucitosin 0.125-0.5g/6jPO/IM 1 - 0.1Itrakonazol 50-150mg/kg/hrPO - - 0.001Ketokonazol 200-1200mg/hrPO 1 - 0.54Terconazol - - 5 10

Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi yang

disertai eksudet dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini penting untuk

endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi, dimana prognosis

visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut. Sampai saat ini pemberian

kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi walaupun sudah banyak penelitian

menunjukkan hasil yang memuaskan dari pemberian Dexamethason dalam menghambat

Danil Anugrah Jaya 102008730007

Page 17: Refer At

reaksi inflamasi dan reaksi imun abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan

luas pada mata3. Dexamethason dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400ug

dan 1 mg secara intraokular sebagai profilaksis3.

Pemberian Sikloplegik dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi

aliran darah pada mata, mencegah dan melepas sineksia serta mengistirahatkan iris dan

benda siliar yang sedang mengalami infeksi.

Pada kasus yang berat dapat dilakukan Vitrektomi Pars Plana, yang bertujuan

untuk mengeluarkan organisme beserta produk toksin dan enzim proteolitiknya yang

berada dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik dan mengeluarkan membran

siklitik yang terbentuk, yang potensial menimbulkan ablasi, serta mengembalikan

kejernihan vitreous4.

Gambar 2. Ilustrasi dari vitrektomi

Danil Anugrah Jaya 112008730007

Page 18: Refer At

Gambar 3. Vitrektomi

II. 5. PrognosisDengan terapi yang optimal sekalipun, endoftalmitis memiliki prognosis yang

buruk. Endoftalmitis endogen lebih buruk daripada endoftalmitis eksogen. Karena

berhubungan dengan tipe organisme yang berhubungan (tingkat virulensi,

organisme, daya tahan tubuh penderita dan keterlambatan diagnosis).

Danil Anugrah Jaya 122008730007

Page 19: Refer At

BAB III

PANOFTALMITIS

III. 1. Definisi

Panoftalmitis ialah peradangan pada seluruh bola mata yang juga termasuk

sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi

yang masuk kedalam bola mata dapat melalui peredaran darah (secara endogen)

atau perforasi dari bola mata (secara eksogen), dan dapat pula merupakan

akibat tukak kornea perforasi.1

Panophthalmitis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan

oleh infeksi yang mempengaruhi semua struktur dari mata. Biasanya keadaan

ini terjadi pada pasien yang memiliki kekurangan dalam sistem kekebalan tubuh

untuk setiap penyakit yang kronis seperti diabetes atau infeksi oleh virus HIV ,

atau dapat pula sebagai akibat dari trauma atau operasi pada mata yang

menyebabkan terbentuknya jalur yang dapat membuat mikroba menembus ke

dalam bola mata.1,2

III. 2. EtiologiPanoftalmitis biasanya dapat disebabkan oleh masuknya organisme

piogenik kedalam mata melalui luka yang terdapat pada kornea yang terjadi

secara kebetulan atau merupakan akibat dari operasi atau akibat mengikuti

perforasi suatu ulkus kornea. Sebagian kecil, kemungkinan dapat disebabkan

oleh adanya metastasis alamiah dan terjadi dalam kondisi seperti pyaemia,

meningitis maupun septikaemia purpural.1

Pneumococcus merupakan suatu organisme yang paling sering

menyebabkan panoftalmitis, disamping itu dapat pula disebabkan oleh

Streptococcus, Staphylococcus dan E.coli. Selain itu, jamur (seperti Candida

Danil Anugrah Jaya 132008730007

Page 20: Refer At

albicans, Histoplasma, Cryptococcus, dll), parasit (seperti Toxoplasma, Toxocara,

dll), serta virus (sepert CMV, HIV, dll) juga dapat menyebabkan terjadinya

panoftalmitis. 2

III. 3. PatogenesisPada kasus panoftahlamitis atau peradangan supuratif pada isi bola mata

gejalanya yaitu terdapatnya nanah, palpebra yang bengkak, dan mata masih

dapat digerakkan apabila pus keluar karena perforasi, panas menjadi turun,

tidak terdapat gelisah, tetapi tekanan bola mata menjadi menurun, jaringan yang

kisut atau mengkerut, kemudian akan menjadi ptisis bulbi. Terjadinya

panofthalmitis biasanya dikarenakan infeksi eksogen, misalnya pascabedah

intraocular (terutama ekstraksi katarak), trauma tembus, atau tukak kornea

yang mengalami perforasi.3

Jika terjadi trauma penetrasi, maka korpus vitreum merupakan bagian

yang akan pertama kali terkena dan kemudian ke bagian lain seperti uvea dan

retina yang juga dapat ikut terkena. Sedangkan apabila pada kasus metastasis

peradangan dimulai dengan terjadinya emboli septik pada arteri retina dan atau

arteri choroid. Keadaan ini biasanya mengenai kedua mata. Bila pada kasus

perforasi ulkus kornea atau yang mengikuti infeksi pasca bedah intra-ocular,

peradangan dimulai dengan iridocyclitis dan apabila infeksi tidak terlalu

virulent, dapat dikontrol dengan pengobatan sedini mungkin. Tapi jika kuman

terlalu virulent, peradangan purulen akan berangsur-angsur menyebar ke

bagian uvea posterior dan mengenai seluruh jaringan uvea dan retina, akhirnya

terjadi pembentukan pus atau nanah dalam bola mata meskipun diobati.1

Infeksi endogen biasanya melalui hematogen dan merupakan penyulit

dari bakteremia atau septicemia. Dan sangat jarang terjadi adanya invasi infeksi

orbita ke dalam bola mata yang bersifat langsung.2

Danil Anugrah Jaya 142008730007

Page 21: Refer At

Bakteri

Bila panoftalmitis yang disebabkan karena bakteri, maka perjalanan

penyakitnya akan cepat dan berat.1

Pseudomonas

Bakteri batang gram negatif, bergerak, aerob; beberapa diantaranya

menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Bakteri ini merupakan

bakteri tipe ganas, merupakan patogen utama bagi manusia. Bisa

menghancurkan semua bagian termasuk kornea; sekret purulen,

berupa nanah biru kehijauan; mempunyai zat proteolitik yang dapat

menghancurkan fibrin; banyak sel-sel yang mati, terutama leukosit,

dan jaringan nekrosis.1

Staphylococcus

Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun

dalam rangkaian tak beraturan separti anggur. Bakteri ini mampu

menghasilkan substansi (eksotoksin, leukosidin, koagulase, dan

enterotoksin), substansi ini meningkatkan kemampuannya untuk

berlipat ganda dan menyebar secara luas ke dalam jaringan dan

menghasilakan sekret mucopurulen (kental berwarna kekuningan,

elastis). Permukaan Stafilokok ditutupi dengan substansi yang

dinamakan protein A, yang menghambat fagositosis. Bakteri

stafilokok yang telah difagostosis masih mampu bertahan dalam

jangka waktu lama. 1

Streptococcus

Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas

membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhan. Sekret

pseudo-membranacea, seolah-olah melekat pada konjungtiva tetapi

mudah diambil dan tidak mengakibatkan pedarahan; infeksi oleh

Danil Anugrah Jaya 152008730007

Page 22: Refer At

bakteri ini akan membentuk sekret, terdapatnya sel-sel lepas dan

jaringan nekrotik,sehingga terjadi defek pada konjungtiva. 1

Jamur

Bila panoftalmitis akibat jamur perjalanan penyakit akan berjalan

perlahan-lahan dan malahan gejala akan terlihat setelah beberapa minggu

setelah terjadinya infeksi. Candida albicans adalah salah satu jamur oportunis

yang terpenting. Lesi candida awal berwujud retinitis granulomatosa

nekrotikans fokal dengan atau tanpa koroiditis, yang ditandai lesi eksudatif

putih berjonjot yang berhubungan dengan sel-sel dalam badan kaca yang

menutupi lesi tersebut. Lesi ini bisa menyebar dan mengenai saraf optik dan

struktur mata lainnya. Jamur ini juga bisa menyebabkan endoftalmitis,

panoftalmitis, bercak Roth, papilitis, dan ablasi retina. Penyebaran ke badan

kaca dapat mengakibatkan terjadinya abses badan kaca. Juga bisa akan terjadi

uveitis anterior dengan sel-sel dan flare di dalam bilik mata depan, serta

hipopion. 1

Parasit

Toxoplasma gondii

Lesi okuler mungkin didapat inutero atau muncul sesudah

serangan infeksi sistemik akut. Toksoplasmosis adalah penyebab

retinokoroiditis paling umum pada manusia. Kucing peliharaan dan

spesies kucing lain berfungsi sebagai hospes definitif bagi parasit ini.

Wanita peka yang terkena penyakit ini selama kehamilan dapat

menularkan penyakit ini ke janin. Sumber infeksi pada manusia adalah

ookista di tanah atau lewat udara ikut debu, daging kurang matang yang

Danil Anugrah Jaya 162008730007

Page 23: Refer At

mengandung bradizoit (parasit bentuk kista), dan takizoit (bentuk

proliferatif), yang diteruskan melalui plasenta. 1

Tanda dan gejala infeksi parasit ini yaitu seperti melihat benda

mengambang, penglihatan kabur, atau fotofobia. Lesi okuler berupa

daerah-daerah retinokoroiditis fokal nekrotik keputih-putihan, kecil atau

besar, satu-satu atau mulipel. Lesi yang aktif dapat bersebelahan dengan

parut retina yang telah sembuh dan dikelilingi edem retina. Dapat terjadi

vaskulitis retina, yang menimbulkan perdarahan retina. Peradangan

berakibat terlihatnya sel-sel didalam vitreus dan eksudasi. Mungkin juga

akan menimbulkan edem pada makula kistoid. Iridosklitis sering

dijumpai pada pasien retinokoroiditis toksoplasmik. 1

Toxocara cati dan Toxocara canis

Toksokariasis okuler dapat terjadi tanpa manifestasi sistemik.

Anak-anak yang rentan terkena penyakit ini, berhubungan erat dengan

binatang peliharaan dan karena memakan kotoran yang terkontaminasi

ovum Toxocara. Telur yang termakan membentuk larva yang menembus

mukosa usus dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik, dan akhirnya

sampai di mata. 1

Tanda dan gejala larva Toxocara diam di retina dan mati,

menimbulkan reaksi radang hebat dan pembentukan antibodi Toxocara

setempat. Keluhan berupa penglihatan kabur, atau pupil keputihan. 1

Terdapat tiga presentasi klinik, yaitu endoftalmitis, granuloma

posterior lokal, dan granuloma posterior perifer dengan uveitis

intermediate. 1

Danil Anugrah Jaya 172008730007

Page 24: Refer At

Virus

Manifestasi okuler pada infeksi HIV adalah bintik ”cotton wool”,

peradarahan retina, sarcoma Kaposi pada permukaan mata dan adneksa,

dan kelainan neurooftalmologik pada penyakit intrakranial. Selain itu

sering terkena infeksi oportunistik. Retinopati sitomegalovirus adalah

penyakit yang membutakan dan merupakan infeksi okuler paling umum. 1

III. 4. Diagnosis

Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. 1

1. Anamnesis

Pada umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit kepala dan

kadang –kadang muntah, rasa nyeri , mata merah, kelopak mata bengkak atau

edem, serta terdapat penurunan tajam penglihatan. 1

2. Pemeriksaan Fisik.

Pada pemeriksaan, ditemukan congesti conjungtiva dengan injeksi ciliar

hebat. Chemosis conjungtiva selalu ada dan kornea tampak keruh. Kamera oculi

anterior sering menunjungkan pembentukan hypopion. Pupil mengecil dan

menetap. Sebuah reflek berwarna kuning terlihat pada pupil dengan illuminasi

oblique. Hal ini juga dapat terlihat pada eksudasi purulen dalam vitreus humor.

Terjadi peningkatan intra okuler. Proptosis derajat sedang serta gerakan bola

mata terbatas disebabkan peradangan pada kapsul Tenon’s (Tenonitis). 1

3. Pemeriksaan Penunjang

Danil Anugrah Jaya 182008730007

Page 25: Refer At

Pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp, sedangkan kausanya atau

penyebabnya ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskpik dan kultur.

Diagnosis laboratorium panoftalmitis secara integral berkaitan dengan

terapinya. Biasanya cairan badan kaca (corpus vitreum) diambil untuk contoh

pada waktu dikerjakan debridemen rongga badan kaca (vitrekomi). 1

Gambar 4. Mata dengan panopthalmitis

Gambar 5. Mata kiri dengan proptosis dan lid udem

Gambar 4. Mata dengan panopthalmitis, ditemukan kemosis dan kornea haze pada mata kiri

Danil Anugrah Jaya 192008730007

Page 26: Refer At

III. 5. Penatalaksanaan

Pada tahap awal, tepi luka, baik itu luka karena operasi atau kecelakaan,

harus di cauterisasi dengan asam carbolic murni. Pengobatan dengan antibiotik

dosis tinggi lokal dan sistemik harus segera dimulai, seperti Vancomycin dan

obat-obat sulfa, misalnya Trimethoprim-sulfamethoxazole. Deksametason Na

fosfat 1 mg, neomisina 3,5 mg, polimiksina B sulfat 6000 UI (kandungan tiap ml

tetes mata atau g salep mata). Jika peradangan terjadi pada segmen anterior bola

mata, pengobatan yang intensif dengan kompres hangat, atropin lokal dan

sulfonamide sistemik serta antibiotik sebaiknya diperiksa kemajuannya. Jika

penyebabnya jamur diberikan amfotererisin B150 mikrogram sub konjungtiva,

flusitosin, ketokonazol secara sistemik, dan vitrektomi.4

Penyebab parasit (toxoplasma) diberikan pyrimetamine, 25 mg peroral

per hari, sulfadiazine, 0,5 g per oral empat kali sehari selama 4 minggu. Selain itu

mg kalsium leukovorin per oral dua kali seminggu, dan urin harus tetap dijaga

agar tetap alkalis dengan minum satu sendok teh natrium bikarbonat setiap hari.

Alternatif lain clindamicyn, 300 mg per oral empat kali sehari, dengan

trisulfapyrimidine, 0,5-1 g peroral empat kali sehari. Antibiotik lain spiramycin

dan minocycline. Toksokakariasis okuler pengobatan dengan kortikosteroid

secara sistemik atau periokuler bila ada tanda reaksi radang intra okuler,

dipertimbangkan vitrektomi pada pasien dengan fibrosis vitreus nyata. 4

Sedangkan bila penyebabnya virus dapat diberikan sulfasetamid dan

antivirus (IDU). Apabila mata sudah tidak dapat diselamatkan lagi harus segera

dilakukan eviserasi. 4

Eviserasi

Adalah suatu tindakan operasi dimana isi bola mata dikeluarkan dan scleral cup

disingkirkan. Hal ini biasanya dilakukan pada kasus supurati intra-ocular

(panoftalmitis), perdarahan anterior staphyloma dan trauma penetrans pada

bola mata dengan keluarnya isi bola mata. 4

Danil Anugrah Jaya 202008730007

Page 27: Refer At

Anastesi

Anastesi umum dianjurkan pada anak-anak. Sedangkan pada orang dewasa

operasi dapat dilakukan dengan anastesi lokal dengan transquilizer sistemik.

Infiltrasi 4 ml, 2 % larutan lignocaine hydrochlor ke dalam jaringan retrobulber

akan mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri pada saat operasi. Infiltrasi

subkonjungtiva pada anastesi disekeliling kornea membantu memisahkan

conjungtiva dari bola mata dengan mudah. 4

Tindakan Operasi

Kulit kelopak mata disterilkan dengan larutan savlon dan conjungtiva diirigasi

dengan larutan garam fisiologis. Dan pada umumnya eye spekulum disisipkan

untuk membuka kelopak mata. Kemudian dilakukan irisan circum-corneal pada

conjungtiva bulbi yang mengelilingi limbus. Conjungtiva bulbi dengan kapsul

Tenon’s dipisahkan dari bola mata ke fornik. Lalu dibuat irisan sirkuler pada

sclero-cornea dan kornea terpisah. Pada bagian tepi scleral cup kemudian di

geser dengan forsep arteri dan isi bola mata dikeluarkan dengan scoop. 4

Hati-hati pada saat proses mengeluarkan semua jaringan uvea dari dalam

permukaan scleral cup, karena bagian portio pada sclera mungkin saja terkena. 4

Untuk memastikan agar tekanan tetap seimbang maka kelopak mata ditutup

dengan memasangan perban. 4

Setelah Operasi

Pemakaian pertama kali sebaiknya setelah 48 jam dan , setiap 24 jam selama 7

hari. Pasien sebaiknya meninggalkan rumah sakit pada hari ke-7. Mata buatan

mungkin akan menyesuaikan setelah 3-4 minggu. 4

Danil Anugrah Jaya 212008730007

Page 28: Refer At

III. 6. Prognosis

Prognosis untuk mata yang terinfeksi oleh staphylococcus epidermidis

keadaannya lebih baik, tetapi jika infeksinya karena Pseudomonas atau spesies

gram negatif lainnya prognosisnya tetap suram. Prognosis panoftalmitis sangat

buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit. 4

Danil Anugrah Jaya 222008730007

Page 29: Refer At

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S., Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006 :

177-178.

2. James, Bruce, dkk, Lecture Notes Oftalmologi, Edisi 9, Penerbit Erlangga,

Jakarta, 2006.

3. Ilyas, S., Atlas Ilmu Penyakit Mata, Sagung Seto, Jakarta, 2001: 53.

4. Vaugh, Daniel G., Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika, Jakarta, 2000:

155-165.

5. Radjamin, Tamin, R.K., dkk, Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press,

Surabaya, 1998: 85-92.

Danil Anugrah Jaya 232008730007