Refer Atin

67
BAB I PENDAHULUAN Dalam Ilmu Penyakit Mata, maka keadaan darurat ialah bila terdapat keadaan dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau akan terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. terancamnya mata untuk menjadi buta dapat diakibatkan oleh penyakit atau kelainan mata dan trauma mata. biasanya penderita meminta pertolongan seorang dokter dengan keluhan- keluhan yang dapat memberikan pengarahan pada kemungkinan berat atau ringannya penderitaan si pasien. Keluhan yang biasa diberikan oleh pasien dengan kelainan mata ialah mata merah, mata sakit, mata lelah, lihat ganda, tajam penglihatan menurun, pandangan tertutup, adanya kilatan lampu pada lapang pandangan dan sakit kepala. tidak semua mata yang merah akan terancam menjadi buta, demikian pula tidak semua penglihatan yang kurang, berarti dalam keadaan darurat atau memerlukan tindakan cepat. 5 Kegawatdaruratan (emergency) di bidang oftalmologi (penyakit mata) berdasarkan penyebab diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: 10 1. Trauma 2. Non- Trauma

description

mata

Transcript of Refer Atin

43

BAB IPENDAHULUAN

Dalam Ilmu Penyakit Mata, maka keadaan darurat ialah bila terdapat keadaan dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau akan terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. terancamnya mata untuk menjadi buta dapat diakibatkan oleh penyakit atau kelainan mata dan trauma mata. biasanya penderita meminta pertolongan seorang dokter dengan keluhan- keluhan yang dapat memberikan pengarahan pada kemungkinan berat atau ringannya penderitaan si pasien. Keluhan yang biasa diberikan oleh pasien dengan kelainan mata ialah mata merah, mata sakit, mata lelah, lihat ganda, tajam penglihatan menurun, pandangan tertutup, adanya kilatan lampu pada lapang pandangan dan sakit kepala. tidak semua mata yang merah akan terancam menjadi buta, demikian pula tidak semua penglihatan yang kurang, berarti dalam keadaan darurat atau memerlukan tindakan cepat.5Kegawatdaruratan (emergency) di bidang oftalmologi (penyakit mata) berdasarkan penyebab diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:101. Trauma

2. Non- TraumaKegawatdaruratan (emergency) di bidang oftalmologi (penyakit mata) berdasarkan keadaan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu:101. Gawat Darurat (Emergency)

2. Sangat Mendesak (Very Urgent)

3. Mendesak (Urgent)

KeadaanGawat Darurat (Emergency)

Sangat Mendesak (Very Urgent)

Mendesak (Urgent)

PenglihatanKehilangan penglihatan mendadakMata buram mendadakMeta merah mendadak

EvaluasiTindakan harus sudah diberikan dalam beberapa menit (segera)diagnosis dan pengobatan sudah harus diberikan dalam satu atau beberapa jamdiagnosis dan pengobatan sudah harus diberikan dalam satu hari

Penyakit 1. Oklusi arteri retina sentral

2. Luka bakar kimia1. Dakriosistitis akut

2. Laserasi palpebra

3. Konjungtivitis gonore

4. Skleritis5. Trauma tumpul

6. Erosi kornea

7. Laserasi kornea

8. Benda asing kornea

9. Descemetokel

10. Ulkus kornea11. Ulkus kornea sentral

12. Ulkus kornea marginal13. Hifema14. Iritis akut15. Endoftalmitis

16. endoftalmitis fakoanafilaktik17. Glaucoma akut kongestif18. Fakogenik glaucoma

19. Ablasi retina akut

20. Selulitis orbita

21. Trombosis sinus kavernosus

22. Trauma radiasi

23. Trauma tembus bolamata

24. Benda asing magnetic intra okuler1. Defisiensi Vitamin A

2. Trakoma3. Oftalmia Simpatika4. Katarak Congenital5. Glaucoma Congenital6. Glaucoma Simpleks7. Perdarahan Badan Kaca8. Retinoblastoma9. Hipertensi Maligna10. Toksemia Gravidarum11. Diabetic Retinopati12. Neuritis Optic13. Eksoftalmus Akut14. Tumor Intra Orbita15. Strabismus16. Leukemia Pada Mata17. Rabdomiosarkoma

18. Mukormikosis19. Perdarahan Retrobulbar20. Fistel Arteriovena21. Eksoftalmus Goiter22. Ambliopia

Tabel 1.1 Klasifikasi Kegawatdaruratan Penyakit Mata

Sumber: Ilyas, Sidarta. 2009. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata.Pada referat ini akan dibahas kelainan mata dan penyakit mata yang termasuk ke dalam kedaruratan mata.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Oklusi Arteri Retina Sentral

a) DefinisiSumbatan pada arteri sentralis retina10b) Epidemiologi:

Sering terjadi pada usia tua atau usia pertengahan. Tempat tersumbatnya arteri sentralis retina biasanya di daerah lamina kribrosa. 10c) EtiologiPenyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri, thrombus dan emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. 10d) PatofisiologiEmboli adalah penyebab tersering dari CRAO. Emboli dapat berasal dari perkapuran yang berasal dari penyakit emboli jantung. Penyebab spasme pembuluh darah antara lain pada migraine, keracunan alcohol, tembakau, kina atau timah hitam. Perlambatan pembuluh datah retina terjadi pada peninggian TIO, stenosis aorta atau arteri karotis. 10Secara oftalmoskopis, retina superficial mengalami pengeruhan kecuali di foveola yang memperlihatkan bercak merah cherry (cherry red spot). Cherry red spot adalah pigmen koroid dan RPE yang dilihat melalui daerah foveola. 10e) Manifestasi klinis

Keluhasn pasien dengan CRAO dimulai dengan penglihatan kabur yang hilang timbul tanpa disertai rasa sakit dan kemudian gelap menetap. Penurunan visus mendadak biasanya disebabkan oleh emboli. Reaksi pupil menjadi lemah dengan pupil anisokor. Ketajaman penglihatan berkisar antara hitung jari dan persepsi cahaya.10

Gambar 2.1 Oklusi Arteri Retina SentralSumber: E.W., Rimm, W. 2003. Chemicals Injuries of The Eye.f) Penatalaksanaan

Terapi yang diberikan:

Masase bola mata Parasentese Vasodilator O2 hiperbarik

Pengobatan dini dapat dengan menurunkan TIO, selain dengan masase bola mata bisa juga dengan asetazolamid atau parasentese bilik mata depan.10g) Prognosis

Prognosis dari Oklusi arteri retina sentral ini bergantung pada lama dan letak penyumbatan pembuluh darah. Kadang- kadang masih terdapat tajam penglihatan yang normal dangan lapang pandangan yang sempit. Retina bersifat lebih tahan terhadap hipoksi disbanding dengan otak. Pernah didaptkan hasil yang baik sesudah pengobatan cepat pada penyakit ini. Penyulit yang dapat timbul adalah glaukoma neovaskular.102.2 Luka Bakar Kimia BasaSecara umum trauma kimia yang dapat memberikan kerusakan pada mata dikenal dalam bentuk trauma alkali dan trauma asam. 20a) EtiologiAlkali (basa) ( Amoniak, NaOH, Ca(OH)2b) Klasifikasi

Klasifikasi umum yang dipakai pada trauma kimia yakni Ralph, Hughes, Thoft dan DUA. Kunci atau elemen penting yang menentukan perluasan trauma kimia mata dan prognosis yakni: 20a. Total area epitel kornea yang mengalami trauma kimia

b. Area defek epitel konjungtiva

c. Derajat atau number of clock hours dari limbus yang mengalami iskemik

d. Area dan derajat ketebalan dari opaksitas atau pengapuran kornea

e. Peningkatan tekanan intara ocular (TIO)

f. Menurunnya atau hilangnya kejernihan lensa

Dua elemen terakhir menyatakan secara tidak langsung kerusakan struktur mata lebih dalam.10Penyulit jangka panjang dari trauma kimia adalah glaucoma sudut tertutup, pembentukan jaringan parut kornea, simblefaron, enteropion, dan keratitis sika. Semakin banyak jaringan epitel perilimbus dan pembuluh darah sclera maupun konjungtiva yang rusak, semakin buruk prognosisnya.20

Tabel 2.1 Klasifikasi trauma menurut ThoftSumber: Ilyas, Sidarta. 2009. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata.Trauma kimia pada mata menurut Hughes diklasifikasi menjadi 4 stadium, yaitu:18 Stadium I

Pada stadium ini terjadi iskemia limbus yang minimal atau tidak ada Stadium II

Pada stadium II sudah terjadi iskemia yang kurang dari 2 kuadran limbus.

Stadium III

Pada stadium III terjadi iskemia yang lebih dari 3 kuadran limbus, kornea tampak keruh dan pupil masih tampak.

Stadium IV

Pada stadium IV sudah terjadi iskemia pada seluruh limbus, seluruh permukaan epitel konjungtiva dan bilik mata depan, seluruh kornea keruh dan pupil tidak tampak/tidak bisa di evaluasi.

Tabel 2.2 Klasifikasi trauma kimia menurut DUASumber: Garg,A. et al. 2009. Clinical Diagnosis and Management of Occular Trauma.c) Patofisiologi

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat melakukan penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar namun apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.10Alkali (pH tinggi) ( disosiasi asam lemak membrane sel ( mukopolisakarida jaringan hilang dan terjadi penggumpalan sel kornea ( kornea bengkak dan mati ( ulkus kornea dan perforasi kornea ( gangguan persepsi penglihatan.10Alkali (pH tinggi) ( disosiasi asam lemak membrane sel ( mukopolisakarida jaringan hilang dan terjadi penggumpalan sel kornea ( kornea bengkak dan mati ( alkali masuk ke bilik mata depan, gangguan fungsi badan siliar ( susunan cairan mata berubah, glukosa dan askorbat berkurang (gangguan pembentukan kolagen jaringan kornea ( gangguan persepsi penglihatan.10d) Manifestasi Klinis10Kornea

Membran sel rusak

Terjadi kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan epitel lensa

Tekanan intra okuler meninggi

Hipotoni akan terjdi bila kerusakan pada badan silier

Kornea keruh dalam beberapa menit

Pada Kelopak

Margo palpebra rusak

Kerusakan pada kelenjar air mata, sehingga mata menjadi kering

Konjunctiva

Sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang.

Lensa

Lensa keruhe) Diagnosis BandingBeberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata, terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis, konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-lain. 20f) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri.Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang.Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia mencakup: 20Penatalaksanaan Emergencya. IrigasiMerupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit 2000 ml dalam 30 menit.Makin lama makin baik.Jika perlu dapat diberikan anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik.Irigasi dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.b. Double eversi pada kelopak mataDilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

c. Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-epitelisasi pada kornea.

d. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan).Penatalaksanaan MedikamentosaTrauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obat-obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus kornea.

a. Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mgb. Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior. Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.c. Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gram.d. Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral asetazolamid (diamox) 500 mg.e. Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).f. Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari. Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah trauma.20 Pembedahana. Pembedahan Segera

Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea. Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal. Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis

b. Pembedahan LanjutPembedahan Lanjutpada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan simblefaron.

Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.

Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.

Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi. Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.g) Komplikasi

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara lain : 10 Simblefaron, adalah. Dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.

Kornea keruh, edema, neovaskuler Sindroma mata kering Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pHcairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik. Glaukoma sudut tertutup Entropion dan phthisis bulbih) Prognosis

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut.Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran cooked fish eye dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan. Prognosis keratoplasti pada kelainan kornea tidak begitu baik.10

Gambar 2.2 Cooked Fish Eye AppearanceSumber: E.W., Rimm, W. 2003. Chemicals Injuries of The Eye.2.3 Luka Bakar Kimia Asama) EtiologiAsam ( HCl, H2SO4b) Patofisiologi

Asam (pH rendah) ( merusak dan memutus ikatan intramolekul protein sehingga terjadi koagulasi kornea dan konjungtiva bulbi ( kekeruhan pada kornea ( asam masuk ke bilik mata depan, iritis dan katarak ( gangguan persepsi penglihatan.10c) Manifestasi Klinis

Konjungtiva bulbi hiperemi dan perdarahan

Tekanan Intra Okuler meningkat

Tukak kornea

Gambar 2.3 Trauma AsamSumber: E.W., Rimm, W. 2003. Chemicals Injuries of The Eye.d) Diagnosis BandingDiagnosis banding dari trauma kimia asam adalah trauma kimia basa.Perbedaannya terdapat pada kerusakan yang ditimbulkan, kemampuan penetrasi pada organ mata, mekanisme terjadinya kerusakan pada mata, derajat kerusakan dan prognosisnya.6e) Penatalaksanaan

Lakukan irigasi dengan air selama 30 menit sebanyak 2000 ml; lebih lama lebih baik.

Periksa dengan kertas lakmus; pH normal air mata 7,3.

Lakukan debridemen (pengeluaran benda asing).

Berikan antibiotika untuk mencegah infeksi.

Berikan Steroid untuk menekan peradangan.

Kolagenase inhibitor untuk menghalangi efek kolagenase.

Vitamin C untuk pembentukan kolagen.

Verban pada mata dan air mata buatan.

Keratoplastif) Prognosis

Pada trauma asam berat yang merusak badan siliar akan terjadi penurunan kadar askorbat dalam cairan mata dan kornea, pada keadaan ini prognosis menjadi lebih jelek.102.4 Dakriosistitis Akuta) DefinisiPeradangan akut pada sakus lakrimal.6b) Manifestasi Klinis

Badan hangat, sakit kepala. terdapat pembengkakan di daerah kantus internus bagian bawah atau di atas daerah sakus lakrimal. Lelopak mata edema dan merah. 6c) Penatalaksanaan

Di atas sakus lakrimal diberikan kompres hangat, antibiotic secara sistemik. Nalgetik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Dilakukan pembedahan bila tidak terjadi penyembuhan yang cepat.102.5 Laserasi PalpebraTrauma tajam atau tumpul yang keras dapat merusak palpebra secara luas sehingga terjadi laserasi.9a) Manifestasi Klinis

Laserasi palpebra yang luas berupa avulse palpebra dengan atau tanpa hilangnya jaringan dapat berakibat masalah pada tindakan rekonstruksi jaringan. 9b) Penatalaksanaan

Penutupan segera bola mata yang tidak terlindung oleh palpebra.102.6 Konjungtivitis Gonorea) DefinisiRadang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan secret purulen. 9b) Manifestasi Klinis

Pada stadium infiltrative ditemukan palpebra dan konjungtiva yang kaku dan sakit. palpebra edema dan kaku sehingga sukar dibuka. Terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik dan menebal. Pada stadium supuratif terdapat secret yang kental.

c) PenatalaksanaanSekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan air atau dengan garam fisiologik setian 15 menit. diberikan salep penisilin setiap 15 menit. Antibiotik sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.102.7 Skleritisa) Manifestasi Klinis

Bentuk klinik skleritis tidak seragam karena dapat berbentuk difus, nodul dan nekrosis. Pada sclera akan tampak benjolan yang sakit bila ditekan. Pada keadaan berat dapat timbul uveitis atau keratitis sklerotikan. Dapat sakit pada pergerakan bola mata.

b) Penatalaksanaan

Steroid dapat diberikan secara topika;, sistemik, subkonjungtiva atau pun retrobulbar. Antiinflamasi yang diberikan bersama dengan steroid. Dilakukan transplantasi sclera bila terjadi perlunakan sclera.102.8 Trauma Tumpula) DefinisiTrauma pada mata dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan mata.15b) Manifestasi Klinis1 edema kornea

rupture sclera

perdarahan subkonjungtiva

prolaps uvea

Gambar 2.4 Trauma TumpulSumber: Rahman, Aulia. 2009. Trauma Tumpul Okuli.c) Penatalaksanaan analgetik

rupture sclera ( tidak terdapat proyeksi sinar ( pengangkatan bola mata

prolaps uvea ( reposisi dan pemotongan jaringan badan siliar bila diperlukan

peningkatan TIO ( acetazolamide

edema kornea ( larutan hiperosmotik102.9 Erosi Korneaa) DefinisiKeadaan terlepasnya epitel kornea yang disebabkan oleh trauma tumpul ataupun tajam pada kornea.20b) Manifestasi Klinis

Ditemukan adanya riwayat trauma. Setiap mengedip atau pergerakkan akan timbul rasa sakit yang sangat pada mata. Terjadi lakrimasi dan fotofobia, blefarospasme dan tajam pengkihatan menurun karena ad defek pada epitel kornea. 20c) Penatalaksanaan

Pada erosi kornea yang tanpa penyulit akan dapat sembuh sendiri akibat serbukan aktif epitel konjungtiva dan kornea di sekitar erosi. Diberikan siklopegik untuk mengurangi rasa nyeri dan mata diistirahatkan. Antibiotik tetes diberikan untuk mencegah infeksi sekunder. Bebat tekan untuk mempercepat proses reepitelisasi.. tidak diperbolehkan pemberian steroid karena akkan dapat menghambat pertumbuhan epitel.102.10 Laserasi Korneaa) Manifestasi Klinis

Pada setiap kemungkinan laserasi kornea diperlukan riwayat yang lengkap dari penyebab trauma. Dengan riwayat yang baik dapat disimpulkan kemungkinan hal yang terjadi pada jaringan kornea atau bola mata akibat trauma tersebut dan kemungkinana penyulit yang dapat terjadi. 20Bila laserasi disertai dengan perforasi kornea maka biasanya disertai dengan prolaps jaringan intraokular di tempat perforasi. Jaringan tidak prolaps hanya bila perforasi kecil. Akibat prolaps atau terjepitnya jaringan iris maka pupil akan terlihat lonjong. 10Bila terdapat laserasi dengan perforasi luas maka pemeriksaan bagian lain bola mata akan lebih sukar. Bila dilakukan pemeriksaan jaringan intraokular mudah prolaps akibat dari manipulasi pemeriksaan.b) Penatalaksanaan

Bila terjadi laserasi sebagian yang diakibatkan benda tajam dan bersih seperti kaca atau pisau yang tidak menembus kornea, tidak perlu dilakukan pembedahan. Pada penderita hanya diberikan bebat tekan dengan antibiotik untuk beberapa hari. 10Bila terdapat laserasi yang tidak teratur tanpa perforasi tidak perlu dilakukan pembedahan. Bila keadaan ini mengancam akan perforasi atau terdapat decemetokel sebaiknya direncanakan untuk keratoplasti tembus. Bila hal ini tidak mungkin maka dianjurkan diberi lensa kontak lembek atau flep konjungtiva sebagai pelindung. 10Bila laserasi kornea dengan perforasi kecil, bersih dengan bentuk susunan jaringan intraokular normal tidak perlu dilakukan pembedahan. Penderita diberi bebat tekan atau lensa kontak lembek atau flep konjungtiva. 10Bila laserasi dengan perforasi luas maka pertolongan pertama yang dilakukan adalah : 10 Menutup kedua mata dengan kasa steril

Memberi kapsul antibiotik spektrum luas

ATS

Pembedahan dilakukan bila perlengkapan bedah sudah memadai

Pembedahan dilakukan dengan anastesi umum. Bila dilakukan dengan anastesi lokal akan berbahaya karena dapat terjadi perdarahan retrobulbar pada waktu penyuntikan obat anastetika. Anastesi umum dilakukan dengan induksi cepat yang mencegah tekanan intraokular naik. Pada anastesi umum hindari pemakaian obat anastesi yang meninggikan tekanan bola mata, seperti suksinil, ketalar, dan lain-lain. Bila tekanan intraokular naik pada waktu pembiusan dengan bola mata terbuka atau laserasi dengan perforasi maka dapat terjadi prolaps jaringan intraokular. 102.11 Benda Asing KorneaBenda asing yang terdapat pada kornea dapat terdiri atas satu atau beberapa buah. Benda asing yang terdapat pada kornea dapat berasal dari gurinda atau pecahan besi yang diketuk dengan martil. Sering saat datangnya benda tersebut tidak disadari atau tidak diduga oleh penderita, sehingga tidak segera memberikan keluhan atau meminta pertolongan. Keadaan ini dapat berlanjut dengan terbentuknya karat di sekitar logam yang tertanam pada bola mata. 10a) Manifestasi Klinis

Terdapatnya rasa pedas dan sakit pada mata merupakan gejala dini benda asing pada kornea. Keluhan ini mungkin terjadi akibat sudah terdapatnya keratitis atau tukak pada mata tersebut. Perasaan sakit ini disertai dengan keluarnya air mata yang banyak (epifora).Di sekitar limbus terlihat pelebaran pembuluh darah perikorneal atau disebut sebagai suatu injeksi siliar. Pada kornea terlihat adanya benda asing. Terjadi miosis pupil akibat refleks perasaan sakit pada kornea. 10b) Penatalaksanaan

Kadang-kadang sesudah diberikan obat anastesi topikal, benda asing ini dapat dikeluarkan dengan memakai kapas yang digosokkan di atasnya. Bila tidak dapat dikeluarkan dengan kapas, maka dikeluarkan dengan ujung jarum suntik. Mengeluarkan benda asing dilakukan dengan menggunakan loupe. 10Cincin karat di sekitar benda asing dikeluarkan untuk mencegah reaksi radang pada karat logam. Mengeluarkan karat logam kadang sukar sehingga untuk mengeluarkan perlu dilakukan di depan slitlamp. Bila mungkin benda asing pada kornea dikeluarkan seluruhnya pada satu saat tindakan. 10Diberi sikoplegik topikal untuk mengurangi rasa sakit dan menghilangkan gejala siklitis yang dapat terjadi. Antibiotik spektrum luas dalam bentuk tetes atau salep diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.

Bebat tekan diberikan selama 8-48 jam untuk mempercepat pertumbuhan epitel. Bebat tekan juga akan mengurangi rasa sakit karena defek epitel tidak terganggu akibat kedipan. 10Hati-hati dalam memberi steroid karena dapat terjadi infeksi sekunder dan sangat berbahaya bila terdapat virus herpes simplek. Obat anastesi lokal harus diberikan dengan berhati-hati karena dapat mengakibatkan keratitis dan adiksi terhadap obat ini. Untuk menghilangkan rasa sakit dapat diberi kodein, aspirin, dan obat analgetika lainnya. 102.12 Descemetokela) DefinisiPenonjolan membrane descement di permukaan kornea. 10b) Manifestasi Klinis

Sebelum terjadi descementokel terdapat riwayat keratitis yang berjalan progresif ataupun ulkus kornea. 10c) Penatalaksanaan

Dapat digunakan lensa kontak hidrofilik bila descementokel kecil. Sering diperlukan tindakan menggantin kornea yang hilang dengan melakukan pencangkokan kornea atau keratoplasti tembus. 102.13 Ulkus KorneaTerbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk tukak pada kornea, yaitu sentral dan marginal atau perifer. Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan Moraxella lacunata.13Selain karena radang dan infeksi, penyebab lain tukak kornea ialah defisiensi vitamin A, lagoftalmus akibat paresis saraf VII, lesi saraf V atau neurotrofik dan ulkus Mooren. 13Pada tukak kornea yang disebabkan jamur dan bakteri akan terdapat defek epitel yang dikelilingi leukosit polimorfonuklear. Bila infeksi disebabkan virus, akan terlihat reaksi hipersensitivitas di sekitarnya. 13Bentuk tukak marginal dapat fokal, multifokal atau difus yang disertai dengan masuknya pembuluh darah ke dalamnya. Perjalanan penyakit tukak kornea dapat progresif, regresi atau membentuk jaringan parut. Pada proses kornea yang progresif dapat terlihat infiltrat sel leukosit dan limfosit yang memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk. Pada pembentukan jaringan parut akan terdapat epitel, jaringan kolagen baru dan fibroblas. 13a) Manifestasi Klinis

Tukak kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan yang merusak epitel kornea. Pada mulanya mata akan terasa pedih dan sakit disertai fotofobia. Biasanya kokus Gram positif, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumonie akan memberikan gambaran tukak yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada tukak yang supuratif. Daerah kornea yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang. 13Kadang-kadang di dalam bilik mata depan ditemukan hipopion. Bila tukak disebabkan Pseudomonas maka tukak akan terlihat melebar dengan cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan tukak. 13Bila tukak terbentuk dendrit akan terlihat hipoestesi pada kornea. Tukak yang berjalan cepat dapat membentuk descemetokel atau terjadi perforasi kornea yang akan membuat suatu bentuk lekoma adheren. Bila proses pada tukak berkurang maka akan terlihat berkurangnya rasa sakit, fotofobia, berkurang infiltrat pada tukak dan defek epitel kornea menjadi bertambah kecil. 13

Gambar 2.5 Ulkus KorneaSumber: Lubis, R.R. 2007. Ulkus Kornea.b) Penatalaksanaan

Pengobatan pada tukak kornea bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan antibiotika, mengurangi reaksi radang dengan steroid. 10Secara umum, tukak diobati sebagai berikut :

Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator

Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari

Perhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder

Debridement sangat membantu penyembuhan

Diberi antibiotika yang sesuai penyebab. Biasanya diberi lokal kecuali keadaan berat.

Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tenang kecuali penyebabnya Pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu. Pada tukak kornea dilakukan pembedahan atau keratoplasti bila dengan pengobatan tidak sembuh dan terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan. 132.14 Hifemaa) DefinisiKeadaan dimana di dalam bilik mata depan ditemukan darah. 10b) Manifestasi Klinis

Kadang ditemukan kelainan berupa defek epitel kornea, edema kornea, imbibisi kornea. Pada iris dapat terjadi iridodialisis atau robekan iris. Dapat terjadi dislokasi lensa atau bahkan luksasi lensa. 10c) Penatalaksanaan

Tidur dengan kepala sedikit terangkat. Kedua mata ditutup untuk mengistirahatkan mata. bila pasien gelisah dapat diberikan sedative dan analgetik bila ad nyeri. Bila terjadi peninggian TIO dapat diberikan acetazolamide. Pembedahan dilakukan bila terdapat tanda- tanda imbibisi kornea, glakuoma dan hifema penuh dengan drah berwarna hitam. 102.15 Iritis Akuta) DefinisiPeradangan iris yang dapat berakhir menjadi uveitis menahun. 10b) Manifestasi Klinis

Mata terasa sakit, merah dan fotofobi. Terdapat gangguan otot akomodasi sehingga terjadi kesukaran dalam melihat jarak dekat, terdapat flare di bilik mata depanmbila akut dapat terjadi hifema atau hipopion. 10c) Penatalaksanaan

Dapat diberikan steroid siklopegik dan antibiotic spesifik terhadap kuman penyebab bila diketahui. 102.16 Endoftalmitisa) DefinisiPeradangan supuratif pada jaringan introkular yang di dalam hal ini termasuk abses badan kaca. 10b) Manifestasi Klinis

Keluhan utama adlah mata sakit. Dapat disertai dengan penurunan tajam penglihatan, edema palpebra, konjungtiva kemotik dengan kekeruhan kornea ringan. Dapat terjadi flare pada bilik mata depan atau pun hipopion. Badan kaca keruh atau dapat juga menjadi abses. 10c) Penatalaksanaan

Untuk pengobatan diberikan antibiotikaa, siklopegik dan pemberian kortikosteroid secara hati- hati. 102.17 Endoftalmitis Anafilaktika) DefinisiEndoftalmitis akibat antigen klensa terjadi stelah pembedahan lensa atau trauma lensa yang menyebabkan uveitis. 10b) Manifestasi Klinis

Terdapat riwayat trauma atau pembedahan lens abeberapa hari atau minggu sebelumnya. Terdapat keluhan mata sakit, silau, merah dan sukar berakomodasi. Terdapat injeksi konjungtiva, perikornea atau siliar. Dapat terjadi edem kornea dengan keratik presipitat besar. Dapat terlihat sinekia posterior dan hipopion dan terjadi peningkatan TIO. 10c) Penatalaksanaan

Dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan lensa dengan terlebih dahulu dengan menormalkan TIO. Stelah pembedahan diberikan steroid dan antibiotic. 102.18 Glaukoma Akut KongestifGlaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peningkatan tekanan intraokular, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandang mata. 10Dikenal dengan glaukoma primer dan sekunder selain daripada glaukoma kongenital. 10Glaukoma primer dikenal bentuk dewasa, infantil, dan juvenil. Bentuk dewasa dikenal 2 bentuk, yaitu glaukoma simpleks dan glaukoma sudut sempit (tertutup). Glaukoma akut kongestif terdapat pada 10% penderita glaukoma primer. 10Glaukoma sudut tertutup merupakan glaukoma dengan sudut bilik mata yang sempit. Penyakit ini bersifat bilateral dan herediter. Pada glaukoma sudut tertutup primer mudah terjadi glaukoma akut kongestif. Pada glaukoma sudut tertutup dengan bilik mata depan yang sangat dangkal bila pupil melebar atau terjadi kontraksi iris maka pangkal iris akan menutup sudut bilik mata yang akan mengganggu pengaliran keluar cairan mata. 10Kadang-kadang pada penderita dengan kelainan ini akan ditemukan kornea berukuran lebih kecil daripada normal dan ditemukan kelainan refraksi hipermetropia. Glaukoma akut kongestif biasanya disebabkan karena blokade pupil, iris plateu, dan rubeosis iridis. 10a) Manifestasi Klinis

Penyakit ini biasanya terdapat pada penderita berusia lebih dari 40 tahun. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala bagian mata yang mendapat serangan glaukoma akut. 10Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah yang kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut kongestif. 10Tajam penglihatan sangat menurun. Terdapat hallo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat. 10Tekanan bola mata yang sangat tinggi. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat normal. Biasanya serangan akut ini diprovokasi dengan melebarnya pupil atau bila penderita di tempat yang gelap. 10Serangan dapat mengenai kedua mata pada suatu saat. Biasanya bila tidak terdapat serangan pada kedua mata, maka mata yang lain mendapat serangan sesudah 2-5 tahun kemudian. Bila serangan sudah berulang kali atau serangan terlalu lama maka akan terjadi perlengketan antara pangkal iris dan kornea atau goniosinekia. 10b) Penatalaksanaan

Pengobatan harus segera dilakukan dengan tujuan menurunkan tekanan bola mata dengan memberikan obat topikal atau sistemik. Bila tekanan sudah menjadi normal dan mata sudah dalam keadaan tenang maka pada glaukoma akut kongestif dilakukan pembedahan. 10Pengobatan topikal, miotika pilokarpin 2% setiap 10 menit. Pada blokade pupil pemberian miotika sesungguhnya akan menambah penutupan pengaliran cairan mata. Keadaan ini tidak demikian karena miotika akan membuka sudut bilik mata dan meregangkan iris. 10Pengobatan sistemik diberi IV karena penderita sering mual :

Acetazolamid 50 mg IV disusul dengan 4 jam peros sesudah rasa mual negatif

Manitol 1,5-2 mg/kgBB dalam 20%

Urea IV 1 gr/kgBB hati-hati bila terdapat kelainan hati dan ginjal

Gliserol 1 gr/kgBB larutan 50%

Anastesi retrobulbar xilokain 2% dapat mengurangi produksi cairan mata selain mengurangi rasa sakit. Rasa sakit yang sangat dapat dikurangi dengan pemberian morfin 50 mg subkutis. 10Biasanya dengan pengobatan di atas tekanan bola mata akan turun sesudah 30 menit atau beberapa jam kemudian. Mata sebelahnya yang tidak mengalami serangan akut, karena juga mempunyai sudut yang sempit, diberi miotika untuk mencegah serangan akut. 10Tindakan pembedahan harus dilakukan pada mata yang mengalami serangan akut, karena pada suatu saat mata ini akan menderita serangan kembali. Tindakan pembedahan dilakukan bila : 10 Tekanan bola mata sudah terkontrol dengan baik

Mata tidak dalam keadaan meradang, jadi sudah tenang seluruhnya

Persiapan untuk pembedahan sudah cukup

Tindakan bedah pada glaukoma sempit adalah :

Iridektomi bila serangan belum merubah susunan sudut

Filtrasi bila serangan sudah berulang atau sudah terdapat kelainan sudut

Perawatan pada mata yang tidak mendapat serangan dilakukan sebagai berikut :

Miotika, bila mata sebelahnya masih dalam serangan akut

Iridektomi dilakukan bila mata yang mendapat serangan akut tidak dalam keadaan akut lagi2.19 Fakogenik Glaucomaa) DefinisiGlaukoma yang disebabkan oleh katarak intumesen atau glaucoma fakomortik, glaucoma fakolitik, dan dislokasi lensa. 10b) Manifestasi Klinis

Gambaran klinik sama dengan glaucoma sudut sempit primer. 10c) Penatalaksanaan

Diberikan miotikum, acetazolamid dan manitol iv. Bila tekanan tetap tidak dapat terkontrol maka dilakukan pembedahan. 102.20 Ablasi Retina AkutAblasi retina merupakan keadaan lepasnya retina yang diikuti dengan penimbunan ciran pada ruang potensial antara retina dengan sel pigmen epitel koroid. Insiden ablasi retina regtomatogenosa 1/10.000.2Ablasi terdapat pada mata yang mempunyai faktor predisposisi untuk terjadinya ablasi retina. Faktor predisposisi ini berupa degenerasi retina perifer dan adanya kelainan vitroretinal yang menyertainya.2Lepasnya retina dapat terjadi akibat eksudasi, tarikan dan terdapatnya robekan pada retina. Apabila karena suatu sebab terjadi gerakan pada badan kaca maka akan terjadi terikan yang menyebabkan robekan pada retina. Sering ablasi retina dihubungkan dengan trauma dan miopia. Ablasi retina pada kedua mata biasanya terdapat pada kira-kira 12-30 % penderita ablasi retina.2Riwayat trauma bukan merupakan faktor penyebab utama untuk timbulnya ablasi retina. Trauma merupakan faktor tambahan saja pada mata yang mempunyai faktor predisposisi untuk terjadinya ablasi retina. Pada ablasi retina bagian luar retina yang tadinya mendapat nutrisi dari pembuluh darah koriokapiler tidak lagi mendapat nutrisi yang baik dari koroid. Akibatnya akan terjadi degenerasi dan atrofi sel reseptor retina. Pada waktu degenerasi retina terjadi kompensasi sel epitel pigmen yang melakukan serbukan sel ke daerah degenerasi. Akibat reaksi kompensasi akan terlihat sel epitel pigmen di depan retina.2Akibat gangguan nutrisi ini akan terjadi penghancuran sel kerucut dan sel batang retina. Bila degenerasi berlangsung lama, sel pigmen akan bermigrasi ke dalam cairan subretina dan ke dalam sel reseptor kerucut dan batang. Pada percobaan binatang terlihat terjadi degenrasi sel dalam waktu 2-3 minggu sesudah ablasi retina. Pada manusia degenerasi makula sistoid terjadi 5-6 minggu sesudah ablasi retina.3a) Manifestasi Klinis

Pada ablasi retina dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat. Bila penderita datang pada saat makula sudah lepas sesungguhnya keadaan ini sudah lanjut.3

Gambar 2.6 Ablasi Retina AkutSumber: Anurogo, Dito. 2011. Tips Praktis Mengenali Ablasio Retina. Sering penderita tidak cepat meminta pertolongan pada ablasi retina karena ablasi mulainya terjadi di bagian perifer retina. Bila ablasi masih di perifer dan tidak mengganggu penglihatan kadang-kadang penderita belum merasa keadaan matanya gawat.3Pada ablasi retina, lapang pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasi retina. Penderita akan mengeluh penglihatan seperti ada asap. Pada lapang pandang terlihat adanya pijaran api seperti halilintar kecil atau fotofobia.3

Gambar 2.7 Ablasi Retina AkutSumber: Deasy. 2011. Penyakit Mata-Ablasiob) Penatalaksanaan

Mata diberi sikoplegik. Pembedahan harus segera dilakukan bila lepasnya makula baru 2 hari, ablasi mengancam terangkatnya makula, dan robek retina besar.2Pembedahan tidak terlalu akut bila ablasi lama dan makula lepas, ablasi lama yang tidak mengancam makula lutea. Pembedahan bertujuan melekatkan kembali retina yang lepas dengan diatermi tanpa atau dengan mengeluarkan cairan subretina, implan yang diletakkan pada kantung sklera sesudah dilakukan reseksi sklera, dan band yang merupakan ikatan melingkar pada bola mata.32.21 Selulitis Orbitaa) DefinisiPeradangan jaringan ikat yang terdapat di dalam rongga orbita.10b) Manifestasi Klinis

Badan tersa panas. Tajam penglihatan menurun atau penglihatan ganda. Palpebra dan konjungtiva bulbi merah. Palpebra bengkak, konjungtiva kemotik disertai eksoftalmus. Nyeri pergerakan mata, malese dan keadaan umum jelek. 10c) Penatalaksanaan

Penderita harus beristirahat toral. Diberikan antibiotic spesifik dengan dosis tinggi dan mengeluarkan abses. 102.22 Trombosis Sinus KavernosusBiasanya trombosis sinus kavernosus bersifat aseptik dan disebabkan oleh trauma kepala yang mengakibatkan fraktur fossa kranii anterior dan media atau dapat juga akibat penyulit pada bedah saraf. Bila penyebabnya suatu infeksi biasanya berasal dari penyebaran suatu infeksi di tempat lain ke dalam sinus kavernosus melalui peredaran darah. Sumber infeksi dapat berasal dari suatu infeksi ringan pada kulit atau infeksi muka, rongga orbita, rongga mulut, dan rongga hidung. Infeksi hidung dan muka memerlukan perawatan khusus karena cabang angular vena fasial beranastomose dengan vena oftalmik dalam rongga orbita. Pembuluh darah ini masuk langsung ke dalam sinus kavernosus. 10Bakteri yang sering menjadi penyebab adalah Sterptococcus. Gejala klinik timbul akibat penyumbatan vena yang menghalangi jalannya pembuluh darah balik orbita. Bila terdapat infeksi rongga orbita maka akan terjadi proptosis (eksoftalmus), sedang gejala oftalmoplegia disebabkan kelumpuhan saraf ke III, IV, dan VI yang melalui sinus kavernosus. 10a) Manifestasi Klinis

Perjalanan penyakit biasanya subakut. Badan terasa panas, sakit kepala, demam, dan kadang-kadang muntah dan mual. Penderita terlihat sakit berat. Gejala mulai dengan sakit di sekitar mata disertai lakrimasi dan fotofobia. Tajam penglihatan menurun. Pergerakan mata terganggu atau terjadi oftalmoplegi. 10Mata merah, kelopak mata bengkak dan eksoftalmus bola mata. Kornea dapat menjadi keruh akibat eksoftalmus atau akibat hipestesi yang terjadi. Gejala biasanya mulai pada satu mata yang kemudian disusul pada mata yang lain. Timbulnya gejala pada mata yang lain terjadi dalam waktu 24-48 jam. 10b) Penatalaksanaan10 Penderita harus istirahat total

Antibiotika dosis tinggi untuk mencegah kematian, penisilin atau sefalostin IV

Gentamycin 120 mg/hari (30 mg setiap 6 jam)

Bila tidak muntah kloramfenikol per os

Bila tidak ada perbaikan sesudah 48 jam, mungkin terdapat resistensi kuman terhadap antibiotik yang dipakai ( antibiotik alternatif

2.23 Trauma RadiasiMata mendapat akibat buruk dari radiasi karena mata terletak di permukaan badan atau kepala. Bila sinar masuk ke dalam mata maka akan dapat terjadi akibat-akibat buruk daripada sinar pada mata karena terdapatnya kemampuan memfokuskan sinar oleh mata. Tenaga sinar yang masuk ke dalam mata akan bertambah sebesar 100.000 kali. Kemampuan mata untuk menaikkan tenaga sinar ini akan menambah akibat buruk sinar pada jaringan intraokular. 10Di dalam alam kita mengenal gelombang elektromagnetik. Gelombang ini ada yang dapat terlihat dan ada yang tidak dapat dilihat. Gelombang sinar yang dapat terlihat mempunyai panjang gelombang antara 400-800 nM. 10Perlindungan mata terhadap sinar yang terlihat ialah dengan berkedip atau secara refleks dengan terjadinya miosis. Gelombang sinar yang tidak terlihat yang bergelombang panjang dan pendek menembus jaringan dengan mudah. 10a) Manifestasi Klinis

Akan terdapat keluhan fotofobia, blefarospasme, lakrimasi pada jam pertama sesudah kontak dengan sinar ini. Keluhan ini dapat timbul sesudah beberapa jam terkena sinar. Terdapat infiltrat kecil pada kornea berupa keratitis interpalpebra. Keratitits ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea10b) Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi, kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar ini. Steroid sistemik dan lokal diberikan untuk mencegah terbentuknya jaringan parut pada makula atau mengurangi gejala radang yang timbul. 102.24 Trauma Tembus Bola MataPerforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata karena pada keadaan ini kuman akan mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat mengakibatkan kerusakan susunan anatomik dan fungsional jaringan intraokular. Trauma tembus pada bola mata dapat dengan atau tanpa masuknya benda asing intraokular. Bila bersamaan dengan trauma tembus terdapat benda asing intraokular maka benda asing tersebut akan memberikan akibat buruk di dalam bola mata seperti siderosis, kalkosis, dan oftalmia simpatika. 10a) Manifestasi Klinis

Tajam penglihatan akan menurun akibat terdapatnya kekeruhan media penglihatan secara langsung atau tidak langsung akibat trauma tembus tersebut. 10Bila terdapat perforasi kornea akan terlihat bilik mata yang dangkal. Jaringan uvea akan menempel pada kornea atau malahan akan terlihat jaringan iris yang prolaps keluar. Akibat perlengketan iris dengan bibir luka kornea akan terdapat bentuk pupil yang lonjong atau terjadi perubahan bentuk pupil. Kadang-kadang terdapat hifema, hal ini menunjukkan terjadinya ruptur iris atau badan siliar oleh trauma tembus tersebut. Tekanan bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar melalui luka tembus dan malahan badan kaca dapat keluar. 10b) Penatalaksanaan

Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat dan harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya infeksi, siderosis, kalkosis, dan oftalmia simpatika. 10Pertimbangan tindakan bertujuan mempertahankan bola mata dan mempertahankan penglihatan. Pada setiap keadaan harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau masih ada proyeksi penglihatan. 10Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada tindakan sebaiknya dipertimbangkan bahaya mengeluarkan benda dibanding dengan keuntungan melakukan enukleasi pada mata tersebut. Pada penderita diberikan antibiotik spektrum luas, analgetik, dan sedativa. Dilakukan pembedahan pada luka yang terbuka. 102.25 Defisiensi Vitamin Aa) Manifestasi Klinis

Xerosis epitel, kekeringan khas pada konjungtiva bulbi yang terdapat pada celah palpebra. Xerosis disertai dengan pnegerasan dan penebalan epitel. Keratomalasia dan ulkus kornea yang disertai dengan defisiensi protein. selain itu juga terdapat gejala sistemik yang berupa retardasi mental, terhambatnya perkembangan tubuh, apatia, kulit kering, dan keratinisasi mukosa. 10b) Penatalaksanaan

Pemberian vitamin A dan keratoplasti pada kerusakan kornea akibat defisiensi vitamin A. 102.26 Trakoma

a) DefinisiKonjungtivitis folikular kronik yang disebabkan klamidia trakoma. 10b) Manifestasi Klinis

Mata tersa silau, gatal, dan berair. Folikel limfoid pad konjungtiva tarsal, parut pada konjungtiva, panus vascular di daerah limbus atas, folikel parut atau limbusnya, cekungan Herbert. 10c) Penatalaksanaan

Tetrasiklin salep mata, sulfonamide peros bila terdapat penyulit, dan menjaga hygiene untuk mencegah penyebaran. 102.27 Oftalmia simpatika

a) DefinisiPerdangan uvea granulomatosa pada kedua mata yang didahului oleh trauma tembus yang mengenai badan siliar atau bagian uvea lain atau terdapatnya benda asing dalam mata sesudah trauma. 10b) Manifestasi Klinis

Terdapatnya kesukaran melihat dekat atau berakomodasi,, gejala uveitis anterior seperti fotofobi, mata merah dan perasaan nyeri pada mata. Pada kornea terlihat keratitik presipitat yang besar. Cairan bilik mata keruh atau terjadi hipopion. Pada retina terjadi focus- focus koroiditis yang disertai dengan edema kornea. 10c) Penatalaksanaan

Steroid dosis tinggi, kadang juga diberikan steroid topical sesudah pengobatan steroid sistemik. Siklopegik dan serum antiinflamasi juga diberikan pada kelainan ini. 102.28 Katarak Congenitala) Manifestasi Klinis

Pada pupil terdapat bercak keputihan atau leukokoriaKatarak congenital ini sering bersamaan dengan mikroftalmus, nistagmus, dysplasia fovea dan strabismus. Selain itu, kelainan mata yang menyertainya adalah hiperplastik persisten vitreous primer, aniridia, retrolental fibroplasti. 10b) PenatalaksanaanDilakukan pembedahan lensa dan pada monocular katarak setelah pembedahan dapat diberikan lensa kontak. Pembedahan dilakukan sebelum bayi berumur 4 bulan. 102.29 Glaukoma Congenital

a) DefinisiKeadaan tingginya tekanan bola mata akibat terdapat gangguan perkembangan embriologik segmen depan bola mata. 10b) Manifestasi Klinis

Gejala dapat terlihat pada bulan pertama atau sebelum berumur 1 tahun. Terdapat epifora, blefarospasme, dan fotofobia. Bayi akan menghindari sinar kemudian bila ini dibiarkan akan terjadi kekeruhan kornea. terjadi pembesaran bola mata yang disebut dengan buftalmos. 10c) Penatalaksanaan

Diberikan miotik yang tidak terus menerus, diberikan sebelum pembedahan. 102.30 Glaukoma Simpleks

a) DefinisiGlaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata yang terbuka. 10b) Manifestasi Klinis

Ditemukan adanya tekanan bola mata lebih dari 20mmHg. Terdapat atrofi papil saraf optic dengan ekskavasi glaukomatosa. dan terdapat gangguan fungsi saraf optic maka akan terlihat gangguan atau penyempitan lapangan pandangan. 10c) Penatalaksanaan

Diberikan pilokarpin dan bila tekanan bola mata tidak dapat terkontrol maka dilakukan pembedahan. 102.31 Perdarahan Badan Kaca

a) Manifestasi Klinis

Penglihatan tiba- tiba gelap atau lapang pandangan ditutup oleh sesuatu sehingga mengganggu penglihatan.. Bila masih terdapat penglihatan sinar, berarti masih ada bagian retina yang berfungsi normal. 10b) Penatalaksanaan

Pasien dirawat di RS untuk melihat progresivitas perdarahan. Perawatan dilakukan selama 5 hari. penderita dianjurkan tidur dengan bantal yang lebih tinggi. Bila terjadi kesulitan dalam absorbs perdarahan dan timbul penylit perdarahan badan kaca dapat direncanakan vitrektomi. 102.32 Retinoblastoma

a) DefinisiTumor retina yang terdiri dari sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak. 10b) Manifestasi Klinis

Leukokorea, strabismus, mata merah, warna iris yang tidak normal, tumor yang besar akan mengisi ruang badan kaca. terdapat gejala seperti glaucoma, katark, dan ablasi retina massif. tumor juga dapat tersebar luas di dalam bola mata sehingga bola mata menjadi besar. 10c) PenatalaksanaanPengobatan konservatif seperti radioterapi, korio, dan koagulasi dilakukan untuk tumor yang kecil. Sedangkan untuk tumor yang telah besar dilakukan enukleasi dan eksenterasi orbita. 102.33 Hipertensi Maligna

a) DefinisiHipertensi yang berat dan berjalan secara akut. 10b) Manifestasi Klinis

Tajam penglihatn kedua mata mundur. Pembuluh darah arteri melebar, Terjadi penyumbatan arteri atau vena, terlihat edema retina dengan eksudat lipid. 10c) Penatalaksanaan

Diberikan obat- obatan anti hipertensi. 102.34 Toksemia Gravidaruma) Manifestasi Klinis

Pupil dapat midriasi atau [un miosis. Gangguan penglihatan akibat edem retina, edema papil saraf optic, atau edem lobus oksipital. 10b) Penatalaksanaan

Dapat diberikan morfin, steroid atau ACTH untuk memperbaiki penglihatan. Vitamin yang diberikan bersama dengan vasodilatasi. 102.35 Diabetik Retinopati

a) Manifestasi Klinis

Tajam penglihatan menurun pelan- pelan, mikronerismata pada bagian sentral yang terdapat reflex sinar, eksudat kekuningan yang bergabung menjadi satu besar dan ireguler pada retina. 10b) Penatalaksanaan

Diabetes mellitus harus terkontrol, dan dilakukan fotokoagulasi xenon atau laser. 102.36 Neuritis Optic

a) DefinisiPeradangan saraf optic. 10b) Manifestasi Klinis

Terdapat rasa sakit bila mata digerakkan, tajam penglihatan menurun, defek aferen pupil. Papil saraf optic terlihat normal atau edem dan juga dapat terjadi perdarahan papil. terdapat skotoma sentral. 10c) Penatalaksanaan

Diberikan steroid yang diduga mampu menekan gejala keradangan dan memperpendek periode akut. 102.37 Eksoftalmus Akut

a) DefinisiKeadaan bola mata yang menonjol keluar sehingga kelopak mata sukar atau tidak dapat menutup bola mata. 10b) Manifestasi KlinisPenglihatan akan silau akibat kornea yang meradang. Plpebra tidak dapat menutup dengan sempurna. Dan terjadi mata kering yang beresiko terjadi keratitis. 10c) Penatalaksanaan

Pengobatan disesuaikan dengan penyebabnya. pada mata yang eksoftalmus diberi air mata buatan dan bila tidur diberikan salep mata karena mata sering terbuka. Talsorafi dilakukan untuk menutup bola mata sementara. 102.38 Strabismus

a) DefinisiKeadaan kedudukan bola mata yang tidak normal. 10b) Manifestasi Klinis

Keadan bola mata dapat esotropia atau eksotropia atau deviasa vertical. 10c) Penatalaksanaan

Pengobatan sulit dilakukan untuk membuat mata menjadi lurus kembali. Dilakukan latihan, pemberian kacamata bila terdapat kelainan refraksi, tindakan pembedahan pada otot yang mengakibatkan kedudukan bola mata yang tidak normal. 102.39 Leukimia pada Mataa) Manifestasi Klinis

Eksoftalmus,, pembesaran kelenjar lakrimal, pada palpebra dan konjungtiva terdapat benjolan keras yang berwarna kemerahan dan tidak nyeri. Terdapat tanda iritis, hipopion, eksudat pada retina pembuluh darah vena berkelok kelok dan stadium lanjut warna koroid sama dengan warna retina. 10b) PenatalaksanaanPengobatan ditujukan untuk leukemia dan tidak perlulu dilakukan eksisi local. 102.40 Rabdomiosarkoma

a) Manifestasi Klinis

Eksoftalmus progresif,kelenjar preaurikuler dan servikal membesar, teraba benjolam di daerah palpebra dengan edem palpebra. ptosis, konjungtiva bulbi teraba benjolan, tanda- tanda neuritis optic, dapat disertai keluhan pilek serta keluar darah dari hidung. 10b) Penatalaksanaan

Dilakukan terapi radiasi, kemoterapi dan pembedahan. 102.41 Mukormikosis

a) DefinisiRadang supuratif pada intraorbita yang dapat mengakibatkan eksoftalmus pada mata beserta penyulit lainnya. 10b) Manifestasi Klinis

Mata tersa sakit disertai dengan sakit kepala. Tajam penglihatan menurun, oftamoplegia dengan ptosis bersama eksoftalmus. 10c) Penatalaksanaan

Keadaan umum diperbaiki, penyakit sistemik diobati, diberika amfoterisin iv, dan dilakukan pembedahan. 102.42 Perdarahan Retrobulbar

a) Manifestasi Klinis

Terjadi setelah trauma, perdarah berat yang dapat menyebabkan hambatan pengaliran darah, beberapa jam setelah trauma terlihat penyebaran darah disertai edem palpebra dan konjungtiva bulbi. penglihatan sangat terganggu dengan gangguan yang menetap. 10b) Penatalaksanaan

Perdarahan dapat berhenti sendiri. pengeluaran darah atau dekompresi dilakukan segera pada keadaan tajam penglihatan terganggu. 102.43 Eksoftalmus Goitera) Manifestasi Klinis

Mata pedas seperti kelilipan, merah, lelah, berarir, terasa kering, melihat ganda dan fotofobi. terdapat kelainan palpebra seperti dalrymple, stelwag, mobius, Clifford, von grafe. 10b) Penatalaksanaan

Tetes mata dan perlindungan terhadap mata yang terbuka seperti pemakaian kacamata. Steroid dalam dosis tinggi Plpebra yang bengkak dianjurkan tidur dengan bantal yang ditinggikan atau diberi diuretic. Keluhan diplopia diatasi dengan menutup salah satu mata secra bergantian. dan dilakukan pembedahan.102.44 Ambliopia

a) DefinisiKeadaan berkurangnya tajam penglihatan namun tidak disertai kelainan mata dan tidak dapat diperbaiki dengan kacamata. 10b) Manifestasi Klinis

Tajam penglihatan akan berkurang dengan bertambah terangnya kartu tes pemeriksaan tajam penglihatan. 10c) Penatalaksanaan

Pengobatan ambliopia ini adalah dengan membebat mata yang baik, pebalisasi, latihan ortopik, mengobati juling yang terjadi, kacamata, dan pembedahan.10BAB IIIPENUTUP

Dalam Ilmu Penyakit Mata kadang- kadang kita menemukan penyakit atau kelainan mata yang memerlukan pengobatan atau tindakan segera. Bila kita berhadapan dengan keadaan ini maka sesungguhnya kita berhadapan dengan mata dalam keadaan gawat. Mata gawat dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu pertama mata gawat dimana pada keadaan gawat ini tindakan yang harus diberikan harus sesegera mungkin yaitu dalm beberapa menit, kedua mata sangat mendesak dimana pada keadaan ini diagnosis dan pengobatan harus diberikan dalam satu atau beberapa jam, dan yang ketiga adalah keadaan mata mendesak dimana pada keadaan ini bila mungkin pengobatan diberikan dalam waktu satu hari.Bila kita berhadapan dengan seorang pasien, untuk mengetahui keadaan matanya gawat atau tidak, maka diperlukan pemeriksaan yang mengarah pada setiap kemungkinan penyakit, seperti riwayat penyakit pasien yang sedang dan sudah diderita, pemeriksaan fisik umum, dan pemeriksaan khusus mata.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alfredo. 2011. Trauma Tumpul. http://pakarmataku.com/traumatumpul.html2. Anurogo, Dito. 2011. Tips Praktis Mengenali Ablasio Retina. http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=200804112129563. Deasy. 2011. Penyakit Mata-Ablasio. http://www.karismaoptik.com/ablasio/4. E.W., Rimm, W. 2003. Chemicals Injuries of The Eye.5. Effendy, N., Wikatmono, F., Hasan, M.H., Suteresna, N. 2008. Implementasi dan Perancangan Sistem Pakar untuk Diagnosa Penyakit Mata pada Manusia Berbasis Premograman CLIPS. Yogyakarta : UPN Yogyakarta.6. Garg,A. et al. 2009. Clinical Diagnosis and Management of Occular Trauma. Jaype USA: Brothers Medical Publishers.7. Harianto, Jarot. 1998. Ophtahalmia Sympathica. Sumatra : RS Pertamina Lap. Rantau Aceh Timur.8. Ilyas, Sidarta. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI press

9. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta : FKUI press 10. Ilyas, Sidarta. 2009. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI press11. James, B., Chew, C., Bron, A. 2007. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta : Erlangga Medical Series.12. Japardi, Iskandar. 2002. Nervus Abducen (N VI). Sumatra : FK USU.13. Lubis, R.R. 2007. Ulkus Mooren. Sumatra : FK USU.14. Prabowo, Dimaz. 2011. Trauma Alkali. http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/trauma-alkali.html15. Rahman, Aulia. 2009. Trauma Tumpul Okuli. Pekanbaru : FK Universitas Riau.16. Saleh, T., Pradiptya, V. 2008. Penggunaan Sodium Hyaluronat 0,1% Topikal sebagai Terapi Tambahan pada Luka Kornea Akibat Trauma Kimia Asam. Surabaya : RSUD dr. Soetomo.17. Sneijder, Sheren Meazza. 2009. Ulkus Kornea. http://sherenmeazzasneijder.blogspot.com/2009/12/ulkus-kornea.html18. Susila, Niti et al. Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata FK19. Tim Penyusun. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Mata. Surabaya : RSUD dr. Soetomo. 20. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE.2000. Oftalmologi Umum.Jakarta: Widya medika.