Reelozind, Screening Festival Film Indonesia- Australia · PDF fileFisip Juara Ketiga Lomba...

2
Reelozind, Screening Festival Film Indonesia- Australia Dikirim oleh prasetyaFISIP pada 02 October 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 792 Reelozind, festival film pendek Indonesia-Australia di FISIP Dilihat dari sisi geografis, Indonesia dan Australia dapat dikatakan sebagai tetangga dekat. Meski begitu, masih banyak masyarakat Indonesia dan Australia yang masih belum saling mengenal satu sama lain. Dengan adanya ReelOzInd!, yaitu festival dan kompetisi film pendek Australia-Indonesia ini diharapkan kedua negara dapat berbagi di bidang minat dan bakat serta kreativitas khususnya dunia perfilman. Screening beberapa film dari festival dan kompetisi film pendek ReelOzInd! ini diadakan pada Senin (02/10/17) di Auditorium Nuswantara FISIP UB. Acara ini menghadirkan beberapa pembicara seperti profesor di Sekolah Ilmu Sosial Universitas Western Australia sekaligus anggota komite penasihat untuk festival film ReelOzInd 2017 Prof. Krishna Sen, Co-Director Festival Film Reelozind Dr. Gaston, serta Mahesa Desaga salah satu pemenang pada Festival film ReelOzInd!. ReelOzInd! sendiri adalah sebuah festival dan kompetisi film pendek yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman dari kedua belah negara yaitu Australia dan Indonesia. Event ini memberikan wadah bagi masyarakat Australia dan Indonesia untuk saling bercerita melalui media kreatif yaitu film pendek. Selain itu event ini juga bertujuan untuk menghubungkan masyarakat dari latar belakang yang luas, mulai dari pelajar hingga penggiat pembuat film ke dalam sebuah kompetisi untuk menunjukkan bakat mereka terhadap masyarakat Australia dan Indonesia hingga ke masyarakat global. "Dengan saling mengenal apa yang ada di dekat kita (tetangga), maka kita bisa membuat film yang jujur. Karena film yang bagus adalah film yang jujur," ujarnya. Selain melakukan screening beberapa film dari kompetisi tersebut, juga terdapat diskusi dengan film maker dan film expert. Dari diskusi tersebut menghasilkan beberapa pembicaraan mengenai peran film pendek sebagai media literasi bagi masyarakat kedua negara serta beberapa nilai yang dapat dipahami oleh masyarakat kedua negara. [Nov/Humas Fisip UB/Humas UB] Artikel terkait Mengenal Sosok Komang Budi, Finalis Mawapres UB 2018 dari FISIP Awal dan Akhir Peradaban adalah Komunikasi

Transcript of Reelozind, Screening Festival Film Indonesia- Australia · PDF fileFisip Juara Ketiga Lomba...

Page 1: Reelozind, Screening Festival Film Indonesia- Australia · PDF fileFisip Juara Ketiga Lomba Menghias Tumpeng Peringati HUT Korpri KE-46 Mahasiswa FISIP Dikenalkan RRI Play FISIP Gelar

Reelozind, Screening Festival Film Indonesia-Australia

Dikirim oleh prasetyaFISIP pada 02 October 2017 | Komentar : 0 | Dilihat : 792

Reelozind, festival film pendek Indonesia-Australia di FISIP

Dilihat dari sisi geografis, Indonesia dan Australia dapat dikatakan sebagai tetangga dekat. Meski begitu, masih banyak masyarakat Indonesia dan Australia yang masih belum saling mengenal satu sama lain. Dengan adanya ReelOzInd!, yaitu festival dan kompetisi film pendek Australia-Indonesia ini diharapkan kedua negara dapat berbagi di bidang minat dan bakat serta kreativitas khususnya dunia perfilman.

Screening beberapa film dari festival dan kompetisi film pendek ReelOzInd! ini diadakan pada Senin (02/10/17) di Auditorium Nuswantara FISIP UB. Acara ini menghadirkan beberapa pembicara seperti profesor di Sekolah Ilmu Sosial Universitas Western Australia sekaligus anggota komite penasihat untuk festival film ReelOzInd 2017 Prof. Krishna Sen, Co-Director Festival Film Reelozind Dr. Gaston, serta Mahesa Desaga salah satu pemenang pada Festival film ReelOzInd!.

ReelOzInd! sendiri adalah sebuah festival dan kompetisi film pendek yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman dari kedua belah negara yaitu Australia dan Indonesia. Event ini memberikan wadah bagi masyarakat Australia dan Indonesia untuk saling bercerita melalui media kreatif yaitu film pendek. Selain itu event ini juga bertujuan untuk menghubungkan masyarakat dari latar belakang yang luas, mulai dari pelajar hingga penggiat pembuat film ke dalam sebuah kompetisi untuk menunjukkan bakat mereka terhadap masyarakat Australia dan Indonesia hingga ke masyarakat global.

"Dengan saling mengenal apa yang ada di dekat kita (tetangga), maka kita bisa membuat film yang jujur. Karena film yang bagus adalah film yang jujur," ujarnya.

Selain melakukan screening beberapa film dari kompetisi tersebut, juga terdapat diskusi dengan film maker dan film expert. Dari diskusi tersebut menghasilkan beberapa pembicaraan mengenai peran film pendek sebagai media literasi bagi masyarakat kedua negara serta beberapa nilai yang dapat dipahami oleh masyarakat kedua negara. [Nov/Humas Fisip UB/Humas UB]

        Artikel terkait

Mengenal Sosok Komang Budi, Finalis Mawapres UB 2018 dari FISIPAwal dan Akhir Peradaban adalah Komunikasi