Reaksi Silang
Transcript of Reaksi Silang
Reaksi silang (Crossmatch) Pengertian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donornya
yang akan di transfusikan.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pelaksanaan transfusi darah.
Uji crossmatch ini penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang kemungkinan
terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Tujuannya adalah
1. untuk melihat apakah darah dari pendonor cocok dengan penerima (resipien).
2. untuk konfirmasi golongan darah.
3. untuk mencari tahu atau apakah darah donor akan ditranfusikan itu nantinya akan dilawan oleh
serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan
sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya
reaksi hemolytic transfusi yang biasanya membahayakan pasien.
Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah reaksi hemolitik darah bila darah
didonorkan dan supaya darah yang ditrafusikan itu benar-benar ada manfaatnya bagi kesembuhan
pasien.
Crossmatch mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. Konfirmasi jenis ABO dan Rh (kurang dari 5 menit).
2. Mendeteksi antibodi pada golongan darah lain.
3. Mendeteksi antibody dengan titer rendah atau tidak terjadi aglutinasi mudah. Yang dua terakhir
memerlukan sedikitnya 45 menit.
Prinsip crossmatch ada dua yaitu Mayor dan Minor, yang penjelasnya sebagai berikut :
• Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor. Maksudnya apakah sel
donor itu akan dihancurkan oleh antibody dalam serum pasien.
• Minor crossmatch adalah serum donor dicampur dengan sel penerima. Yang dengan maksud
apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor. Mayor Crossmatch merupakan tindakan
terakhir untuk melindungi keselamatan penerima darah.
Jika pada raksi tersebut golongan darah A,B dan O penerima dan donor sama, baik mayor maupun
minor test tidak bereaksi berarti cocok. Jika berlainan, misalnya donor golongan darah O dan
penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi atau juga bisa sebaliknya
berarti tidak cocok.
Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibody kelas IgM yang kuat
biasanya menggumpalkan erythrosit yang mengandung antigen yang relevam secara nyata, tetapi
antibody yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan
eryhtrosit walaupun antibody itu kuat.
Cara pemeriksaan Laboratorium :
Uji silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eryhtrosit. Sel dan serum
kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada
permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita mengandung antibodi
dengan eryhtrosit donor maka terjadi gumpalan. reaksi silang (crossmatch) mempunyai 3 bagian
penyaringan untuk penyarian donor darah ke pasien agar tidak terjadi perlawanan-perlawanan saat
didalam tubuh setelah darah ditranfusikan.
Interprestasi Hasil pemeriksaan :
a) bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi eritrosit,
maka diartikan bahwa darah donor sesual dengan darah resipien sehingga transfusi darah boleh
dilakukan; bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi, tanpa memperhatikan basil crossmatch
minor, diartikan bahwa darah donor tidak sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah
tidak dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor itu
b) bila crossmatch mayor tidak menghasilkan aglutinasi, sedangkan dengan crossmatch minor terjadi
aglutinasi, maka crossmatch minor harus diulangi dengan menggunakan serum donor yang
diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini ternyata tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi
darah masih dapat dilakukan dengan menggunakan darah donor tersebut, hal ini disesuaikan dengan
keadaan pada waktu transfusi dilakukan, yaitu serum darah donor akan mengalami pengaan dalam
aliran darah resipien. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang diencerkan menghasilkan
aglutinasi, maka darah donor
itu tidak dapat ditransfusikan.