reaksi kimia

18
TINJAUAN PUSTAKA Tablet Effervescent Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan serbuk yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, et al., 1992). Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara pengempaan bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa obat-obat tertentu (Banker dan Anderson, 1986). Bahan dasar pada pembuatan effervescent adalah asam sitrat, asam tartarat, natium bikarbonat, sukrosa. Asam sitrat dam asam tartarat berperan dalam perubahan warna menjadi larutan kuning jernih. Kedua asam tersebut mempengaruhi perubahan warna pada minuman effervescent (Wahyuningsi, D., 2004). Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat. Kerugian

Transcript of reaksi kimia

Page 1: reaksi kimia

TINJAUAN PUSTAKA

Tablet Effervescent

Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan serbuk yang

menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang

dihasilkan saat pelarutan Effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat

memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) (Lieberman, et al., 1992).

Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan

cara pengempaan bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik, seperti

asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke

dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat

sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas

karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung dalam

waktu satu menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih,

tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat

membantu memperbaiki rasa obat-obat tertentu

(Banker dan Anderson, 1986).

Bahan dasar pada pembuatan effervescent adalah asam sitrat, asam tartarat,

natium bikarbonat, sukrosa. Asam sitrat dam asam tartarat berperan dalam

perubahan warna menjadi larutan kuning jernih. Kedua asam tersebut

mempengaruhi perubahan warna pada minuman effervescent

(Wahyuningsi, D., 2004).

Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah penyiapan

larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat. Kerugian

Page 2: reaksi kimia

tablet effervescent adalah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil

secara kimia. Bahkan kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin

sudah cukup untuk memulai reaktivitas effervescent. Kelembaban udara

di sekitar tablet setelah wadahnya dibuka juga dapat menyebabkan penurunan

kualitas yang cepat dari produk, setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu

tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran alumunium

kedap udara atau kemasan padat dalam tabung silindris dengan ruang udara yang

minimum. Alasan lain untuk kemasan adalah kenyataan bahwa tablet biasanya

telah dikempa sehingga cukup mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent

dalam waktu yang cepat (Banker dan Anderson, 1994).

Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan tambahan untuk tablet

effervescent yang akan membedakan dengan tablet biasa adalah sifat menyerap air

(higroskopis) bahan tambahan. Bentuk bahan tambahan dengan sedikit atau tidak

menyerap air dianjurkan dapat lebih stabil untuk dipakai pada effervescent. Akan

tetapi sedikit air juga dibutuhkan dalam proses granulasi. Bahan tambahan yang

umum digunakan dalam pembuatan tablet effervescent agar lebih stabil yaitu asam

sitrat. Asam sitrat bersifat menyerap air (higroskopis) sehingga harus dijaga dari

masuknya udara terutama bila disimpan dalam ruang dengan kelembaban udara

yang tinggi. (Wikipedia1, 2010).

Reaksinya adalah sebagai berikut :

H3C6H5O7 . H2O + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2

Asam sitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbondioksida

H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2

Asam Tartarat Na-Bikarbonat Na-Tartarat Air Karbondioksida

Page 3: reaksi kimia

Reaksi di atas tidak dikehendaki terjadi sebelum effervescent dilarutkan,

oleh karena itu kadar air bahan baku dan kelembaban lingkungan perlu

dikendalikan tetap rendah untuk mencegah ketidakstabilan produk. Pengendalian

akan berlangsung terus secara cepat karena hasil reaksi adalah air. Kelarutan dari

bahan baku merupakan salah satu hal yang penting dalam pembuatan tablet

effervescent. Jika kelarutannya kurang baik, maka reaksi tidak akan terjadi dan

tablet tidak larut dengan cepat (Lieberman, et al., 1992).

Tinjauan Umum Tanaman Jahe

Klasifikasi ilmiah tanama jahe :

Kerajaan : Tumbuhan Filium : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Zingiber Species : Zingiber officinale

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu dari sejumlah temuan dari

family Zingiberaceae yang menempati posisi penting dalam perekonomian

masyarakat indonesia, karena perannya dalam bebrbagai aspek kegunaan,

perdagangan, kehidupan, adat kebiasaan dan kepercayaan. Jahe juga merupakan

komoditas yang sudah ada sejak ribuan tahun yang digunakan sebagai bagian dari

ramuan rempah-rempah yang diperdagangkan secara luas didunia.

Penggunaan komoditas jahe terus berkembang, baik jumlah, jenis, kegunaan

maupun nilai ekonominya (Kadin Indonesia, 2007).

Daerah asal jahe tidak diketahui dengan pasti, kemungkinan bersal dari

daerah tropis di Asia, seperti India dan Cina. Keberadaan jahe di Indonesia telah

diketahui sejak abad ke-13, dimana Marcopolo pada masa perjalanannya tahun

Page 4: reaksi kimia

1271-1297 menemukan jahe tumbuh di Cina, Sumatera dan Malabar

(Purseglove et al., 1981).

Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna

rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :

1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak.

Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung

dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa dikonsumsi baik saat

berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe

olahan.

2. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit.

Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini

selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih

besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping

seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk

diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

3. Jahe merah. Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe

putih kecil. sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua,

dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil,

sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan

(Wikipedia2, 2010).

Jahe segar merupakan jahe yang baru dipanen dan belum mengalami

perubahan struktur maupun bentuknya. Setelah jahe dipanen dan dicuci dengan air

penyemprot yang bertekanan, kemudian dihamparkan dan dikering anginkan pada

Page 5: reaksi kimia

hamparan dengan sirkulasi udara. Adapun syarat mutu pada jahe segar dapat

dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Syarat Mutu Jahe Segar (SNI– 01–7087–2005)

No Karakteristik Syarat 1. Kesegaran jahe Segar 2. Rimpang bertunas Tidak ada 3. Kenampakan irisan melintang Cerah 4. Bentuk rimpang Utuh 5. Serangga hidup Bebas

Keterangan: Kesegaran: Jahe dinyatakan segar apabila kulit jahe tampak halus, mengkilat dan

tidak keriput.

Bentuk rimpang: Rimpang jahe segar dinyatakan utuh bila cabang-cabang dari

rimpang jahe tidak ada yang patah, dengan maksimum 2 penampang

patah pada pangkalnya.

Rimpang bertunas: Jahe segar dinyatakan mempunyai rimpang bertunas apabila

salah satu atau beberapa ujung dari rimpang telah bertunas.

Kenampakan irisan melintang: Jahe segar bila diiris melintang pada salah satu

rimpangnya maka penampangnya berwarna cerah khas jahe segar

(Standar Nasional Indonesia, 2005).

Jahe kering adalah jahe yang diawetkan melalui proses pengeringan baik

pengeringan menggunakan tenaga surya maupun dengan pengeringan buatan.

Jahe kering dalam perdagangan dapat disajikan dalam bentuk dikuliti, tanpa

dikuliti dan setengah dikuliti. Adapun syarat mutu jahe kering dapat dilihat pada

tabel 2 berikut ini.

Page 6: reaksi kimia

Tabel 2. Syarat Mutu Jahe Kering

(Sesuai SNI 01-3393-1994) Karakteristik

Syarat Mutu Cara Pengujian

Bau dan rasa Khas Organoleptik Kadar air, % (bobot/bobot), maks

12,0 SP-SMP-7-1975 (ISO R 939-1969 (E))

Kadar Minyak ,(ml/100g),min 1,5 SP-SMP-37-1975 Kadar abu, % (bobot/bobot), maks

8,0 SP-SMP-35-1975 (ISO R 929-1969 (E))

Berjamur dan berserangga Tak ada Organoleptik Benda asing,% (bobot/bobot), maks

2,0 SP-SMP-32-1975 (ISO R 937-1969 (E))

(Wikipedia2, 2010).

Jahe memiliki aroma yang khas dan memiliki peran berkhasiat mencegah dan

mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk kendaraan atau pada wanita

yang hamil muda. Juga merangsang nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu

mengeluarkan gas usus serta membantu fungsi jantung. Dalam pengobatan tradisional

Asia, jahe dipakai untuk mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit radang sendi

tulang seperti arthritis. Akan tetapi jahe memiliki aroma dan rasa yang kurang disukai

sebagian orang karena memilki rasa seperti jamu dan sulit larut dalam air, tetapi

dengan penambahan asam sitrat dan sodium bikarbonat dapat mimicu rasa menjadi

lebih disukai dan mempercepat larut dalam air. Karena asam sitrat sangat mudah larut

dalam air dan dapat memicu rasa menjadi lebih disukai, sodium bikarbonat juga

sumber utama penghasil karbondioksida yang larut sempurna dalam air dan dapat

memberikan efek sparkling (rasa seperti air soda) memiliki rasa yang enak

(Wikipedia2, 2010).

Komposisi Kimia Jahe

Menurut Ketaren dan Djatmiko (1980) dalam Khairani (2002), jahe kering

mengandung oleoresin yang terdiri dari gingerol, zingiberol, shogaol, dan

zingeberen sekitar 0,5-5,3%. Menurut Burkill (1953) dalam Khairani (2002),

Page 7: reaksi kimia

kandungan oleoresin dalam jahe segar 0,4-3,1%, tergantung umur panen dan

tumbuhnya. Semakin tua umur umbi akar jahe semakin besar kandungan

oleoresinnya. Terdapat persenyawaan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan

rasa pedas dan zingiberol sekitar 0,04% di dalam oleoresin

(Whiteley et al., 1951 dalam Khairani 2002).

Minyak atsiri pada jahe menimbukan aroma khas, sedangkan cita rasa jahe

yang pedas dan agak pahit dipengaruhi oleh oleoresin yang merupakan komponen

jahe. Komposisi kimia jahe dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah)

Komponen Jumlah Jahe segar Jahe kering

Energi (KJ) 184 1424 Protein (g) 1,5 9,1 Karbohidrat (g) 1 6 Lemak (g) 10,1 70,8 Kalsium (mg) 21 116 Fosfor (mg) 39 148 Besi (mg) 4,3 4,7 Vitamin A (SI) 3,7 147 Vitamin C (mg) 4 - Serat kasar (g) 7,53 5,9

Sumber : Koswara (1995).

Minyak Atsiri

Minyak atsiri biasa disebut minyak eteris, minyak menguap atau essensial

oil, secara umum didefenisikan sebagai persenyawaan organik yang mudah

menguap pada suhu kamar tanpa mengalamai dekomposisi. Tidak larut dalam air,

mempunyai rasa getir dan mempunyai aroma yang khas menurut tanaman yang

menghasilkannya (Paimin, 1991).

Page 8: reaksi kimia

Kandungan rhizoma jahe ditentukan oleh umur panen dan jenis jahe. Pada

umur panen muda kandungan atsirinya tinggi. Sedangkan pada umur tua,

kandungan minyak atsirinya makin menurun meskipun baunya menyengat.

Kegunaan minyak atsiri adalah sebagai bahan baku minuman ringan (Ginger Ale),

industri farmasi seperti parfum dan kosmetik serta penyedap. Minyak atsiri

merupakan pemberi aroma yang khas pada jahe, komponen utama pada minyak

atsiri menyebabkan bau harum yaitu zingeberen (C12H24) dan zengiberol

(C15H26O) (Herman, 1985).

Oleoresin

Oleoresin adalah salah satu snyawa yang dikandung jahe yang biasa

diambil. Oleoresin merupakan komponen pemberi rasa pedas dan pahit yang khas

pada jahe. Sifat pedas ini tergantung pada umur panen. Semakin tua umurnya

semakin pedas dan pahit. Oleoresin mengandung komponen-komponen pemberi

rasa pedas yaitu ginger ale sebagai komponen utama, shagaol dan zingeron dalam

jumlah relative sedikit (Purseglove, et al., 1981).

Oleoresin jahe terbuat dari ekstraksi tepung jahe kering berukuran 30-60

mesh, bentuknya berupa cairan pekat berwarna coklat tua dengan kandungan

minyak oleoresin diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik

tertentu seperti etanol, aseton, diklorida, isopropenol, dan heksan. Oleoresin

termasuk minyak tak menguap sehingga cara mengekstraknya pun pada keadaan

hampa udara. Komponen dalam oleoresin adalah zingerol, zingerone, resin,

minyak atsiri dan masih banyak kandungan di dalamnya (Paimin dan Muhananto,

2000).

Page 9: reaksi kimia

Ekstraksi zingero yang menyebabkan rasa pedas, dalam bentuk murni,

sulit dilakukan karena senyawa ini mudah bereaksi dengan pelarut. Pemanasan

dengan menggunakan larutan NaOH menyebabkan rusaknya

komponen sehingga rasa pedas pun hilang. Ekstrasi dilakukan dengan

pelarutan eter, disusul dengan penambahan NaOH sehingga menghasilkan

zingerone (Paimin dan Murhananto, 2000).

Shogaol merupakan homolog dari zingerone dengan rumus kimia

C17H24O3

Adapun manfaat secara pharmakologi antara lain adalah sebagai

karminatif (peluruh kentut), anti muntah, pereda kejang, anti pengerasan

pembuluh darah, peluruh keringat, anti inflamasi, anti mikroba dan parasit, anti

piretik, anti rematik, serta merangsang pengeluaran getah lambung dan getah

. Selain itu, oleoresin juga mengandung minyak atsiri dan resin yang

komponennya belum dapat diidentifikasi (Paimin dan Muhananto, 2000).

Manfaat Jahe

Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan

rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai

minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri

jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng

dan sirup.

Dewasa ini para petani cabe menggunakan jahe sebagai pestisida alami.

Dalam perdagangan jahe dijual dalam bentuk segar, kering, jahe bubuk dan

awetan jahe. Disamping itu terdapat hasil olahan jahe seperti: minyak atsiri dan

koresin yang diperoleh dengan cara penyulingan yang berguna sebagai bahan

pencampur dalam minuman beralkohol, es krim, campuran sosis dan ain-lain.

Page 10: reaksi kimia

empedu. Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat

jahe, antara lain :

• Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon

adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih

cepat dan lancar dan memperingan kerja jantung memompa darah.

• Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu

protease dan lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak..

• Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah.

Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan

serangan jantung. Gingerol juga diduga membantu menurunkan kadar

kolesterol.

• Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu senyawa kimia

yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual.

Termasuk mual akibat mabok perjalanan.

• Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu

mengeluarkan angin.

• Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak

yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh

(Koswara, 1995).

Pembuatan Tablet Effervescent

Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent dibagi menjadi dua

tahap yaitu :

Page 11: reaksi kimia

1. Proses pencampuran

Proses pencampuran ini bertujuan untuk mendapatkan massa tablet yang

homogen. Tujuan ini dapat dicapai bila sifat partikel penyusun campuran dan

faktor lainnya yang mempengaruhi proses pencampuran adalah sama. Sifat fisis

dari partikel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah ukuran, bentuk,

densitas dan kelembaban partikel, sedangkan faktor lainnya adalah kadar partikel.

Pada proses pencampuran ini bahan-bahan yang dicampurkan meliputi sumber

karbonat, sumber asam, bahan pengikat, bahan pengisi, bahan pelincir, bahan cita

rasa dan bila perlu ditambahkan pewarna (Wikipedia3, 2004).

2. Proses pencetakan tablet

Pada prinsipnya, tablet dapat dibuat melalui kempa langsung atau

granulasi, baik granulasi basah atau granulasi kering. Untuk menentukan metoda

pembuatannya apakah dibuat kempa langsung atau granulasi sangat tergantung

pada dosis dan sifat zat aktifnya. Dibandingkan dengan metoda granulasi, metoda

kempa langsung dinilai lebih menguntungkan dalam hal penghematan waktu,

peralatan, ruangan maupun energi yang dibutuhkan. Namun demikian, untuk

metoda kempa langsung ini semua komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi,

pengikat dan penghancur harus memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik.

Pada proses pengempaan untuk zat aktif dengan dosis kecil hal ini tidak akan

menjadi masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Tetapi untuk zat aktif

dengan dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik diperlukan

bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitas

(Wikipedia3, 2004).

Page 12: reaksi kimia

Bahan Penstabil

Gula Sukrosa

Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam

pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, dan kelapa kopyor.

sukrosa adalah gula yang memiliki harga murah dan diproduksi dalam jumlah

besar. Secara komersial gula pasir dibuat melalui proses penyulingan dan

kristalisasi (Almatsier, 2001).

Winarno (1997) menjelaskan bahwa sukrosa merupakan disakarida yang

terdiri dari monosakarida glukosa dan fruktosa. Untuk industri-industri makanan

biasa digunakan dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam jumlah banyak

digunakan bentuk cairan sukrosa (sirup). Pada pembuatan sirup sukrosa dilarutkan

dalam air dan dipanaskan, sebagian sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan

fruktosa, yang disebut gula invert.

Sukrosa mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, berbentuk kristal

dan mempunyai rasa manis sehingga sukrosa yang ditambahkan sebagai pemanis

terutama untuk meningkatkan cita rasa. Disamping itu juga digunakan sebagai

pengawet karena tekanan osmosanya yang tinggi sehingga menyebabkan

terjadinya plasmolisis yang mengakibatkan kematian bagi mikroba

(Buckle, et al., 1987).

Bahan Pengisi

Maltodekstrin

Maltodekstrin terbuat dari hidrolisis pati dengan asam atau enzim.

Kelompok polimer utama yang menyusun maltodekstrin seperti halnya pati adalah

amilosa dan amilo pektin, sedangkan lipid, protein, fosfor, abu, dan air merupakan

Page 13: reaksi kimia

komponen penyusun lain dalam jumlah kecil. Maltodekstrin mempunyai

Dekstrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Semakin tinggi nilai DE maka produk

akan semakin manis. Maltodekstrin digunakan pada produk yang berbentuk cair

untuk memberi mouthfeel pada produk pengisi pada saat pengeringan dan sebagai

bahan pengental (Fardinatri, 2007).

Acryl

Suatu senyawa akrilik biasanya merupakan α, β-unsaturated senyawa

karbonil : mengandung karbon-karbon ikatan rangkap dan karbon-oksigen ikatan

rangkap, dipisahkan oleh karbon-karbon ikatan tunggal. Acryl berfunggsi sebagai

pelicir sekaligus adsorban pada pembuatan tablet. Pelicir berfungsi untuk

melancarkan masuk dan keluarnya bahan pada tempat cetakan tablet sehingga

banyak bahan yang masuk seragam serta berat tablet cetakan pertama dan

selanjutnya tetap seragam (Wikipedia4, 2010).

Bahan Tambahan

Sumber Asam

Asam dapat menurunkan pH makanan sehingga menghambat

pertumbuhan bakteri-bakteri pembusuk. Asam dapat dibagi menjadi 3 golongan,

yaitu: (1) asam alami yang umumnya asam organik yang berasal dari buah-buahan

misalnya asam tartarat, asam sitrat dan asam malat; (2) asam yang dihasilkan

melalui proses fermentasi, misalnya asam asetat dan asam laktat; (3) asam-asam

sintetik, misalnya asam malat dan asam fosfat (Winarno dan Jenie, 1983).

Asam sitrat merupakan asam yang umum digunakan sebagai asam

makanan dan harganya relatif murah. Asam ini memiliki kelarutan yang tinggi,

mempunyai kekuatan asam yang tinggi dan tersedia dalam bentuk granular,

Page 14: reaksi kimia

anhidrous dan bentuk monohidrat. Selain itu, tersedia juga dalam bentuk serbuk.

Asam ini sangat higroskopis, oleh karena itu penanganan dan penyimpanannya

memerlukan perhatian khusus (Lieberman, et al., 1992).

Asam sitrat sangat mudah larut dalam air dan mempunyai pengaruh

terhadap aroma dan dapat mengikat logam. Asam sitrat biasanya ditambahkan

pada sirup, jam, jelli yang bertujuan untuk mengurangi rasa manis, memperbaiki

tekstur dan sebagai pengawet. Asam sitrat juga digunakan untuk menurunkan pH

dalam pengolahan bahan makanan dan memberi rasa asam

(Purba dan Rusmarilin, 1989).

Asam sitrat termasuk dalam golongan flavor enhancer atau bahan pemicu

rasa. Bahan pemicu rasa merupakan bahan tambahan yang diberikan pada suatu

produk pangan untuk memberikan nilai lebih pada rasa, sesuai dengan karateristik

produk pangan yang dihasilkan. Biasanya, bahan pemicu rasa hanya ditambahkan

dalam jumlah kecil. Asam sitrat sebagai bahan pemicu rasa, banyak digunakan

dalam industri, terutama industri makanan karena memiliki tingkat kelarutan yang

tinggi, memberikan rasa asam yang enak dan tidak bersifat racun

(Alhafidz, 2010).

Asam sitrat mempunyai efek yang baik terhadap aroma dan dapat

mengkelat logam. Sebagai pengkelat logam, asam sitrat dapat mengikat atau

mencekram logam-logam bivalen seperti Mn, Mg, Fe yang sangat dibutuhkan

sabagai katalis reaksi biologis (Buckle, at al., 1987)

Asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7 adalah asam trikarboksilat

berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat merupakan asam organik kuat

yang memiliki sifat-sifat kimia antara lain mudah larut dalam air, kelarutannya

Page 15: reaksi kimia

dalam alkohol sedang, dan sedikit larut dalam eter

(Branen, et al., 1990).

Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan atau zat

pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau

menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat

mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet. Derajat

keasaman rendah pada buffer yang dihasilkannya mempermudah proses

pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah

untuk memberikan rasa asam karena asam dapat mengintensifkan penerimaan

rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+

(Winarno, 2002).

Sodium Bikarbonat

Sodium bikarbonat merupan sumber utama penghasil karbondioksida

dalam sistem effervescent. Sodium bikarbonat larut sempurna dalam air,

nonhigroskopik, harganya murah. Dalam makanan sodium bikarbonat sering pula

digunakan sebagai soda kue atau baking soda (Liberman et.al, 1992).

Sodium bikarbonat juga dikenal sebagai abu soda. Basa ini dapat

digunakan sebagai bahan pembuatan effervescent Sodium bikarbonat banyak

digunakan dalam industri laundry, tetapi dapat pula digunakan dalam pembuatan

tablet effervescent. Basa ini larut dalam air, dengan pH 10.1 pada konsentrasi 2

persen (Liberman et al., 1992).

Natrium bikabonat merupakan bagian terbesar sumber karbonat dengan

kelarutan yang sangat baik di dalam air, higroskopis serta tersedia secara

komersial mulai dari bentuk bubuk sampai granular dan NaHCO3 dapat

Page 16: reaksi kimia

menguapkan air dari bahan dan juga dapat menstabilkan asam yang bersifat

higroskopis sehingga dapat menyerap air (Wikipedia3, 2004).

Reaksi NaHCO3 dalam air (Winarno, 2002) adalah sebagai berikut :

NaHCO3 Na+ + HCO3-

HCO3- + H2O H2CO3 + OH-

HCO3- CO3

= + H+

Perbadingan antara asam dan NaHCO3 harus diperhatikan agar tidak

menimbulkan rasa seperti sabun atau rasa asam yang pahit. Soda kue aktivitas

cepat terbuat dari dua masam asam, yaitu asam tartarat dan garam asam K-tartrat

yang mudah larut dalam air. Karena itu pelepasan CO2 lebih cepat

(Winarno, 2002).

Tahap-tahap Pembuatan Tablet Effervescent Jahe

Sortasi

Sortasi dilakukan dengan memilih rimpang jahe yang cukup tua, masih

segar dan tidak rusak, lalu dicuci dengan air bersih, juga dapat digunakan air yang

mengandung klor atau detergen (Frazier dan Westholff, 1977).

Blanching

Secara umum tujuan blanching adalah menonaktifkan enzim. Disamping

itu juga menaikkan temperatur jaringan, untuk membersihkan bahan, dan untuk

melayukan bahan sehingga memudahkan perlakuan berikutnya. Dan yang paling

penting dalam blanching adalah mikroba (Purba dan Rusmarilin, 1985).

Blanching dilakukan terutama menginantifkan enzim-enzim didalam

bahan pangan, diantara enzim yang paling tahan panas dalam proses pengolahan

seperti dalam sayuran dan buah-buahan. Perlakuan blanching praktis selalu

Page 17: reaksi kimia

dilakukan karena jika bahan pangan dibekukan tidak dapat menghambat

kaeaktifan enzim secara sempurna. Blanching dipengaruhi panas yang diberikan

sehingga dapat mematikan mikrobia dan blanching biasanya dipanaskan pada

suhu 820C-930C selam 3-5 menit (Winarno, et al., 1980).

Penghancuran dan Penyaringan

Penghancuran bertujuan untuk mengeluarkan sari buah keampas atau serat

buah, sedangkan penyaringan bertujuan untuk memisahkan ampas dari sari buah.

Penghancuran dilakukan dengan menggunakan blender dengan penambahan air

perbandingan buah : air adalah 1 : 2, tergantung dari tinggi rendahnya aroma buah

(Astawan dan Astawan, 1991).

Adapun tujuan ekstrasi dari buah ini adalah untuk mengambil sari atau

cairan dari dalam buah yang akan diteliti. Oleh sebab itu buah yang akan

diblanching kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender dan disaring

menggunakan kain saring (Satuhu, 1996).

Penambahan Bahan Aditif dan Pengeringan

Pada umumnya sebelum tabletasi dilakukan, bahan obat atau bahan

pembantu yan diperlukan digranulasi, artinya partikel-partikel serbuk diubah

manjadi butiran granulat. Dalam hal ini diperoleh butiran, dimana partikel serbuk

memiliki daya lekat. Disamping itu daya alirnya akan menjadi lebih baik. Dengan

daya alir tersebut, pengisian ruang cetak dapat berlangsung secara kontinyu dan

homogen (Voight, 1995).

Page 18: reaksi kimia

Pengeringan merupakan suatu metode untuk menghilangkan sebagian dari

suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan bantuan energi matahari

atau energi panas lainnya (Earle, 1982).

Pengemasan

Setelah pencampuran dan tabletasi selesai, produk tablet effervescent

segera dikemas dengan kemasan primer yang hermetis (kedap uap air dan kedap

gas), misalnya dengan aluminium foil berlapis polietilen supaya dapat dikelim

(sealing). Setelah dikemas dengan kemasan primer, penyimpanan produk

effervescent dapat dilakukan pada ruangan bersuhu dan ber-RH normal

(Liberman et al., 1992).