Rbs Kab Cianjur

4
Kajian DAERAH RAWAN BENCANA SOSIAL DI KABUPATEN CIANJUR A. Gambaran Umum Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta di sebelah utara, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Secara administratif pemerintahan, Kabupaten Cianjur terdiri atas 26 kecamatan, terbagi menjadi 338 desa dan 6 kelurahan. Secara demografis, penduduk Kabupaten Cianjur berjumlah 1,931.480 jiwa terdiri atas laki-laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan sebanyak 949.676 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,48 persen. Pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian sebanyak 62,99%. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu sekitar 42,80%. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan asa yaitu sebesar 14,60 %. Letak Kabupaten Canjur dianggap strategis karena dilintasi jalur jalan negara antara Ibukota Republik Indonesia (Jakarta) dan Kota Bandung yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Cianjur memiliki lusas wilayah 350.148 ha, yang sebagian besar pengunaannya diperuntukan untuk lahan pertanian dan hutan produktif dan konservasi. Selain itu, Kabupaten Cianjur memiliki kawasan pantai yang jaraknya sekitar 120 km dari Ibukota Kabupaten. Kabupaten Cianjur beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1.000 sampai 4.000 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 150 per-tahun. Dengan iklim tropis tersebut menjadikan kondisi alam Kabupaten Cianjur subur dan mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya alam yang potensial sebagai modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan. B. Daerah Rawan Bencana Sosial di Kabupaten Cianjur 1. Kecamatan Cianjur Kecamatan Cianjur termasuk wilayah yang rawan terjadi bencana sosial, baik berupa konflik sosial horizontal antar kelompok masyarakat, maupun konflik vertikal antara masyarakat dengan pemerintah Kabupaten Cianjur. Secara sosial politik, kemungkinan bencana sosial dapat terjadi sebagai akibat dari 1

description

kajian daerah rawan bencana sosial kabupaten cianjur

Transcript of Rbs Kab Cianjur

Page 1: Rbs Kab Cianjur

Kajian DAERAH RAWAN BENCANA SOSIAL

DI KABUPATEN CIANJUR

A. Gambaran Umum Kabupaten Cianjur

Kabupaten Cianjur adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta di sebelah utara, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Secara administratif pemerintahan, Kabupaten Cianjur terdiri atas 26 kecamatan, terbagi menjadi 338 desa dan 6 kelurahan. Secara demografis, penduduk Kabupaten Cianjur berjumlah 1,931.480 jiwa terdiri atas laki-laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan sebanyak 949.676 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,48 persen. Pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian sebanyak 62,99%. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu sekitar 42,80%. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan asa yaitu sebesar 14,60 %. Letak Kabupaten Canjur dianggap strategis karena dilintasi jalur jalan negara antara Ibukota Republik Indonesia (Jakarta) dan Kota Bandung yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Cianjur memiliki lusas wilayah 350.148 ha, yang sebagian besar pengunaannya diperuntukan untuk lahan pertanian dan hutan produktif dan konservasi. Selain itu, Kabupaten Cianjur memiliki kawasan pantai yang jaraknya sekitar 120 km dari Ibukota Kabupaten. Kabupaten Cianjur beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1.000 sampai 4.000 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 150 per-tahun. Dengan iklim tropis tersebut menjadikan kondisi alam Kabupaten Cianjur subur dan mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya alam yang potensial sebagai modal dasar pembangunan dan potensi investasi yang menjanjikan.

B. Daerah Rawan Bencana Sosial di Kabupaten Cianjur

1. Kecamatan Cianjur

Kecamatan Cianjur termasuk wilayah yang rawan terjadi bencana sosial, baik berupa konflik sosial horizontal antar kelompok masyarakat, maupun konflik vertikal antara masyarakat dengan pemerintah Kabupaten Cianjur. Secara sosial politik, kemungkinan bencana sosial dapat terjadi sebagai akibat dari

1

Page 2: Rbs Kab Cianjur

kebijakan pemerintah daerah yang dianggap oleh masyarakat tidak berpihak pada rakyat, misalnya soal penertiban pedagang kaki lima (PKL), pengaturan trayek angkutan kota (angkot), dan penanganan premanisme.

Kecamatan Cianjur merupakan pusat pemerintahan dan Ibukota Kabupaten Cianjur, sehingga sering digunakan sebagai tempat atau lokasi demonstrasi yang ditujukan kepada pihak legislatif maupun eksekutif. Di Kecamatan Cianjur, juga banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang banyak melakukan kegiatan-kegiatan advokasi kepada masyarakat yang dianggap sebagai pihak yang dirugikan.

Kejadian lain yang dianggap berpotensi terjadinya konflik sosial, pada tahun 1999 pernah ada tawuran antar pelajar yang memakan korban jiwa 1 orang meninggal dunia, sehingga hal ini dapat memicu terjadinya konflik diwaktu yang akan datang, khususnya bagi pihak-pihak yang merasa diperlakukan tidak adil dalam penyelesaian kasus tersebut. Secara ekonomi, Kecamatan Cianjur menghadapi permasalahan pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan antara warga mampu dengan warga tidak mampu. Kesenjangan, kemiskinan, dan pengangguran dapat menjadi pemicu terjadinya konflik sosial, terutama antara warga mampu dengan warga yang tidak mampu, yang disebabkan oleh adanya kecemburuan sosial.

Masalah lain yang memungkinkan terjadinya konflik sosial di Kecamatan Cianjur yaitu adanya perbedaan keyakinan berupa perbedaan aliran-aliran antar penganut dalam satu agama (inter agama).

2. Kecamatan Cibeber

Kecamatan Ciberber termasuk salah satu wilayah di Kabupaten Cianjur yang rawan terjadinya bencana sosial berupa konflik sosial, khusus konflik sosial yang bersifat vertikal antara masyarakat dengan pemerintah, baik pemerintahan desa, kecamatan maupun pemerintah kabupaten. Di Kecamatan Cibeber, khususnya di Desa Sukamanah terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Pasir Bungur. Keberadaan tempat pembuangan sampah tersebut masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Kondisi seperti ini diangap rawan terjadinya konflik, terutama antara masyarakat yang pro dan kontra terhadap keberadaan TPA tersebut yang pengelolaanya dianggap tidak sesuai dengan yang telah direncanakan.

Faktor yang dapat memicu terjadinya konflik sosial di Desa Sukamanah Kecamatan Cibeber, adalah: (1) menurut masyarakat, bahwa pembangunan TPA Pasir Bungur dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencana awal, (2) sampah yang dibuang di TPA Pasir Bungur ternyata tidak bisa didaur

2

Page 3: Rbs Kab Cianjur

ulang (tidak ada alat pengolahan daur ulang), (3) timbulnya pencemaran lingkungan di sekitar TPA, baik pencemaran udara maupun pencemaran air yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat sekitar, dan (4) pemberian dana kompensasi bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi TPA yang akan terkena dampak pencemaran lingkungan, ternyata dianggap tidak sesuai dengan yang disepakati bersama masyarakat dan pemerintah.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya konflik sosial yang disebabkan oleh keberadaan TPA Pasir Bungur diantaranya adalah: (1) masyarakat bersama pemerintahan desa berusaha untuk selalu mengadakan pertemuan dengan instansi terkait (dinas pengelola sampah) untuk membahas permasalah dampak TPA tersebut, dan (2) menuntut kepada pemerintah agar pengelolaan TPA Pasir Bungur sesuai dengan yang telah disepakati dengan warga masyarakat, termasuk masalah pemberian kompensasi.

Kecamatan Cibeber juga rawan terjadi konflik sosial yang bernuansa keagamaan, khususnya di Kampung Ciparay Desa Selagedang dimana terdapat kelompok dengan keyakinan yang berbeda. Konflik sosial dapat terjadi antara pengikut Ahmadiyah Qodyani dengan kelompok keyakinan lain seperti pengikut Keyakinan Ahli Sunah Waljamaah. Konflik sosial antar kelompok keyakinan tersebut pernah terjadi, bermula pada saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada malam hari terjadi padam lampu (aliran listrik terhenti), yang dianggap sebagai perbuatan yang disengaja oleh orang yang yang berbeda keyakinan dengan orang-orang yang sedang mengadakan acara peringatan tersebut. Tuduhan tersebut didasarkan pada anggapan bahwa yang sedang piket di kantor PLN saat itu adalah orang Ahmadiyah.

3. Kecamatan Tanggeung

Kecamatan Tanggeung juga merupakan daerah yang rawan terjadinya konflik sosial, baik karena perbedaan politik, ekonomi, budaya maupun karena perbedaan keyakinan. Secara politik, di Kecamatan Tanggeung terdapat banyak pengikut partai politik yang sangat beragam. Kondisi seperti ini dapat menjadi penyebab konflik sosial di masyarakat apabila tidak disertai dengan kesadaran berpolitik, seperti tidak menerima kekalahan dalam pemilihan kepala desa (Pilkades). Kasus seperti ini pernah terjadi di Desa Pager Manah yang mengakibatkan tawuran massa antara kelompok pendukung yang menang dan kalah dalam Pilkades. Upaya untuk mencegah terjadinya konflik antar warga yang berbeda politik dilakukan dengan cara memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, menanamkan makna keragaman (perbedaan) kepentingan sebagai rahmat, dan

3

Page 4: Rbs Kab Cianjur

4

membangun komitmen antar elit politik di tingkat desa untuk menciptakan ketertiban dan keamanan lingkungan.

Secara ekonomi, di Kecamatan Tanggeung adanya kesenjangan antar warga masyarakat yang mampu dengan yang tidak mampu dapat menjadi penyebab konflik sosial yang dipicu oleh kecemburuan sosial ekonomi. Kondisi ekonomi juga dapat menimbulkan tindakan kriminal berupa pencurian, penipuan, dan penadahan. Selain itu kondisi ekonomi menjadi penyebab banyaknya warga masyarakat yang menjadi TKW di luar negeri, yang dapat menimbulkan kasus perceraian, perselingkuhan, keterlantaran keluarga, dan tindak kekerasan dalam rumah tangga KDRT).

Terkikisnya budaya lokal menyebabkan timbulnya potensi konflik yang berasal dari adanya panggung-panggung hiburan yang mengarah pada pornografi dan pornoaksi, misalnya pada arena pasar malam yang mengakibatkan adanya pergeseran nilai budaya. Di Kecamatan Tanggeung juga bisa terjadi konflik sosial yang penyebabnya bersumber dari perbedaan keyakinan dan praktek-praktek perdukunan seperti : adanya santet dan tenung, praktek-praktek penipuan yang berkedok perdukunan yang dapat melipatgandakan uang, ada juga seorang tokoh masyarakat yang dikultuskan, serta adanya pandangan di masyarakat yang beranggapan bahwa organisasi masyarakat keagamaan sebagai kelompok yang fanatik.

4. Kecamatan Sukaresmi

Kecamatan Sukaresmi termasuk wilayah di Kabupaten Cianjur yang rawan terjadinya konflik sosial, khususnya konflik sosial yang beruansa keagamaan antar umat beragama. Di Kecamatan Sukaresmi, tepatnya di Lembah Karmel pernah beredar isu penyebaran satu ajaran agama kepada warga masyarakat yang sudah memeluk agama tertentu. Isu tersebut sebenarnya dihembuskan oleh orang-orang yang sebenarnya bukan orang yang berasal dari Kecamatan Sukaresmi. Masyarakat di Kecamatan Sukaresmi cenderung masih rentan terhadap isu yang dihembuskan oleh provokator sehingga mudah dipengaruhi, terlebih yang berkaitan dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan keyakinan.

Secara ekonomi, di Kecamatan Sukaresmi adanya kesenjangan antar warga masyarakat yang secara ekonomi termasuk kaya dengan yang miskin dapat menjadi penyebab konflik sosial yang dipicu oleh kecemburuan sosial ekonomi. Di Kecamatan Sukaresmi banyak usia produktif yang menganggur, sementara di sisi lain, lapangan pekerjaan sangat terbatas. Kondisi ini dapat menjadi pemicu konflik sosial yang bersumber dari tindakan kriminalitas, seperti pencurian.