‘Rasa’ Nusantara Musik Keroncong - Persentuhan Budaya

1
‘RASA’ NUSANTARA MUSIK KERONCONG: Persentuhan Budaya Kajian Perspektif Oleh: Mohammad Tsaqibul Fikri/14211125 [email protected] ‘Rasa’ musikal sebagai karakterisasi dan pembeda estetis dari jenis musik lainnya menjadi hal yang prinsip dalam musik keroncong. Lagu-lagu keroncong dengan rasangeroncongi menjadi fokus sasaran topik tulisan ini. Buaya keroncong mampu menilai ‘rasa’ ngeroncongi, sedangkan orang awam menganggap jika alat musiknya keroncong; dapat dikatakan lagu yang dibawakan secara otomatis memil iki ‘rasa’ keroncong. Lebih jauh lagi, jika ‘rasa’ ngeroncongi saat ini hanya berlaku sebagai ide musikal semata. Pada dasarnya keroncong dianggap sebagai ide gagasan dari pecampuran musik local genius masyarakat Indonesia, yakni gaya musik Nusantara dengan peninggalan gaya musik Portugis. Karawitan Jawa dan Gambang Kromong Betawi memberikan citarasa Nusantara pada musik keroncong. Terlepas dari gaya portugis yang semakin menghilang dari bentuk awalnya, keroncong mengalami persentuhan budaya dengan musik Nusantara. Instrumen ukulele cak dan cuk digarap imbal seperti bonang atau gambang kromong dan saron. Gitar akustik digarap nacah mencincang seperti garap saron pada gamelan wayang. Intrumen cello bethot dimainkan seperti kendang, sehingga teknik permainannya tidak terbatas pada petikan saja, permainan tepukan telapak tangan pada papan resonator instrumen cello oleh pemainnya juga akan menimbulkan warna suara seperti kendang ciblon. Intstrumen contra bass atau double bass kadang digarap seperti intrumen slenthem dan sebagai pengganti gong. Biola berfungsi seperti rebab atau tehyan, sedangkan flute berfungsi seperti suling. Dampak dari ‘garap’ ini menjadikan keroncong memiliki cita’rasa’ Nusantara dan mulai menghilangkan kePortugisannya. Persentuhan budaya tersebut tidak terlepas dari pemain-pemain keroncong yang ternyata adalah seorang pengrawit. Ketrampilan dan ide musikal bercampur menjadi kebiasaan gaya baru. Persentuhan budaya keroncong ini juga memunculkan gaya baru yakni jenis ‘keroncong inkulturasi. Sajian keroncong inkulturasi mensyaratkan adanya penambahan alat musik daerah pada komposisi lagunya. Gaya lagu keroncong inkulturasi juga menyesuaikan suasana serta tema daerah; seperti cengkok maupun pola tabuhan lagu keroncongnya, namun perlu ditegaskan bahwa; prinsip dari musik keroncong adalah ‘rasa’ ngeroncongi.

description

‘RASA’ NUSANTARA MUSIK KERONCONG - Persentuhan Budaya

Transcript of ‘Rasa’ Nusantara Musik Keroncong - Persentuhan Budaya

Page 1: ‘Rasa’ Nusantara Musik Keroncong - Persentuhan Budaya

‘RASA’ NUSANTARA MUSIK KERONCONG: Persentuhan Budaya

Kajian Perspektif

Oleh: Mohammad Tsaqibul Fikri/14211125

[email protected]

‘Rasa’ musikal sebagai karakterisasi dan pembeda estetis dari jenis musik lainnya menjadi hal yang prinsip dalam musik keroncong. Lagu-lagu keroncong dengan ‘rasa’ ngeroncongi menjadi fokus sasaran topik tulisan ini. Buaya keroncong mampu menilai ‘rasa’ ngeroncongi, sedangkan orang awam menganggap jika alat musiknya keroncong; dapat dikatakan lagu yang dibawakan secara otomatis memiliki ‘rasa’ keroncong. Lebih jauh lagi, jika ‘rasa’ ngeroncongi saat ini hanya berlaku sebagai ide musikal semata.

Pada dasarnya keroncong dianggap sebagai ide gagasan dari pecampuran musik – local genius masyarakat Indonesia, yakni gaya musik Nusantara dengan peninggalan gaya musik Portugis. Karawitan Jawa dan Gambang Kromong Betawi memberikan citarasa Nusantara pada musik keroncong. Terlepas dari gaya portugis yang semakin menghilang dari bentuk awalnya, keroncong mengalami persentuhan budaya dengan musik Nusantara.

Instrumen ukulele – cak dan cuk digarap imbal seperti bonang atau gambang kromong dan saron. Gitar akustik digarap nacah – mencincang seperti garap saron pada gamelan wayang. Intrumen cello bethot dimainkan seperti kendang, sehingga teknik permainannya tidak terbatas pada petikan saja, permainan tepukan telapak tangan pada papan resonator instrumen cello oleh pemainnya juga akan menimbulkan warna suara seperti kendang ciblon. Intstrumen contra bass atau double bass kadang digarap seperti intrumen slenthem dan sebagai pengganti gong. Biola berfungsi seperti rebab atau tehyan, sedangkan flute berfungsi seperti suling. Dampak dari ‘garap’ ini menjadikan keroncong memiliki cita’rasa’ Nusantara dan mulai menghilangkan kePortugisannya.

Persentuhan budaya tersebut tidak terlepas dari pemain-pemain keroncong yang ternyata adalah seorang pengrawit. Ketrampilan dan ide musikal bercampur menjadi kebiasaan gaya baru. Persentuhan budaya keroncong ini juga memunculkan gaya baru yakni jenis ‘keroncong inkulturasi’. Sajian keroncong inkulturasi mensyaratkan adanya penambahan alat musik daerah pada komposisi lagunya. Gaya lagu keroncong inkulturasi juga menyesuaikan suasana serta tema daerah; seperti cengkok maupun pola tabuhan lagu keroncongnya, namun perlu ditegaskan bahwa; prinsip dari musik keroncong adalah ‘rasa’ ngeroncongi.