JUMAT, 2 DESEMBER 2011 Menghidupkan Tawang dengan Keroncong · ragam alat musik keroncong seperti...

1
P ERTAMINA dinobatkan sebagai perusahaan dengan kategori favourite fuel pilihan pembaca dalam ajang Auto Bild Award 2011. Penghargaan diserahkan oleh Soni Riharto, Editor in Chief Auto Bild Indonesia kepada Vice President Fuel Retail Marketing Pertamina, B Trikora Putra di Hotel Kempinski, Selasa (15/11). Dalam kesempatan ini Trikora Putra menyampaikan terima kasih kepada pembaca Auto Bild yang telah memilih Pertamina sebagai perusahaan penyedia bahan bakar favorit. “Dengan penghargaan ini, kami akan menjaga kepercayaan konsumen Pertamina, agar selalu tetap dicintai dan diminati konsumen otomotif, “ujarnya, Auto Bild Award. merupakan gelaran tahunan sebagai apresiasi terhadap dunia otomotif Nasional. Fokus utama diarahkan pada penghargaan mobil-mobil terbaik tahun ini. Untuk tahun ini kategori ditambah menjadi 25 kelas. “Dua kelas yang bertambah ini merupakan wujud improvisasi kami dalam mengakomodasi evolusi pasar,” ucap Soni Riharto, Editor in Chief Auto Bild Indonesia. Selain kategori mobil, terdapat juga 8 Special Award yang diberikan kepada mobil, ATPM, klub, atau perorangan. Para peraih Special Award ini dinilai mampu memenuhi kriteria khusus atau menjadi inspirasi bagi insan otomotif nasional. Tak hanya penilaian berdasarkan keputusan juri dari redaksi, keterlibatan pembaca juga disertakan dalam mencari produk terpopuler, yang dibagi menjadi 12 kategori dimana Pertamina mendapatkan kategori favourite fuel. “Semuanya murni hasil voting yang dilakukan pembaca melalui situs www. autobildindonesia.com,” ujar Soni. Penghargaan ini menurut Trikora Putra sebagai tantangan bagi Pertamina untuk terus mempertahankan kepercayaan konsumen. “Kita melihat ini penghargaan yang objektif kepada Pertamina, karena murni pilihan pembaca majalah Auto Bild dengan segmentasinya jelas. Ini menjadi nilai tambah bagi Pertamina, yang dipercaya oleh masyarakat untuk mempertahankan produk bahan bakarnya baik dar sisi mutu dan harga yang kompetitif,” pungkasnya. (S-25) BBM Pertamina Favorit Pembaca Auto Bild DOK PERTAMINA PENGHARGAAN AUTO BILD: Vice President Fuel Retail Marketing PT Pertamina (Persero) Basuki Trikora Putra (kanan) menerima penghargaan favorite fuel dalam Auto Bild Award. Akhmad Sapuan S AYU-SAYUP terde- ngar lagu-lagu di era 60-an yang dibawakan sekelompok pemusik di Stasiun Tawang, Kota Se- marang. Pada mulanya banyak penumpang kereta api yang penasaran siapa yang mem- bawakan lagu-lagu jadul itu. Tapi penumpang yang sering singgah di Semarang tentu sudah terbiasa mendengar hiburan lagu-lagu lawas dari para pengamen itu. Seperti suasana malam itu, sekitar pukul 19.30 WIB ketika ratusan orang antre membeli karcis atau menunggu keda- tangan kereta api baik yang berangkat ke Jakarta, Ban- dung maupun Surabaya, suara merdu penyanyi yang menye- nandungkan beraneka ragam lagu dengan diiringi musik keroncong berkumandang dari bagian tengah peron. Suasana Stasiun Tawang, Semarang, terasa berbeda de- ngan stasiun lain yang ada di Indonesia. Para calon penum- pang yang duduk sembari menunggu kedatangan kereta api menjadi terhanyut suasana. Tidak sedikit tangan atau kaki calon penumpang bergoyang mengikuti irama musik rancak. Bahkan muncul senandung- senandung kecil di antara pe- numpang, terdengar mengikuti penyanyi yang mengalunkan lagu kenangan era tahun 60-an hingga 80-an. Di depan panggung kecil yang berisikan tujuh anak muda memainkan beraneka ragam alat musik keroncong seperti biola, kendang, ukulele, Menghidupkan Tawang dengan Keroncong Di tengah hiruk pikuk orang yang datang dan pergi, musik keroncong di Stasiun Tawang mampu menghilangkan rasa penat. ASAL USUL PULAU Komodo, yang kini cukup populer karena dalam hitungan sementara masuk tujuh keajaiban dunia baru, memiliki asal usul yang cukup menarik. Warga yang berdiam di seki- tar Pulau Komodo meyakini bahwa dulu komodo merupa- kan naga raksasa dengan lidah api yang menakutkan. Menurut cerita dari pen- duduk di sekitar Pulau Komo- do, dahulu ada sepasang suami istri yang melahirkan dua anak kembar, salah satunya komodo yang biasa disebut buaya. Pada awal 1910, muncul laporan dari gugus satuan tempur armada kapal Belan- da yang bermarkas di Flores, yang menyebutkan bahwa ada makhluk misterius yang diduga naga dan mendiami sebuah pulau kecil di wilayah Kepulauan Sunda Lesser--yang kini disebut gugusan Kepu- lauan Flores, NTT. Laporan warga sekitar me- nyebutkan panjang makhluk tersebut 7 meter, bertubuh besar, dan mulut menyembur- kan api. Laporan itu kemudian dibuktikan Letnan Steyn van Hensbroek. Dia mempersen- jatai diri dan berkunjung ke Pulau Komodo. Steyn berhasil menembak empat komodo, kemudian diadakan riset tentang satwa purba itu. Keempat satwa terse- but masing-masing memiliki panjang 3,3 meter dan 3,5 meter ditambah dua anak komodo yang panjangnya kurang dari 1 meter. Bentuknya mirip kadal. Temuan itu diabadikan dalam bentuk dokumen foto oleh Peter A Ouwens, Direktur Zoo- logical Museum and Botanical Gardens Bogor, Jawa Barat. Ouwens kemudian melaku- kan riset dan menyimpulkan bahwa komodo bukanlah naga penyembur api. Hasil peneli- tian tersebut dipublikasikan di surat kabar terbitan 1912. Ouwens pun menamai kadal raksasa itu Varanus komodoensis untuk mengganti nama sebe- lumnya, komodo dragon. Sejak 1915, pemerintah Belanda su- dah mengeluarkan proteksi ter- hadap satwa langka di wilayah konservasi Pulau Komodo. (Nda/N-3) Komodo JUMAT, 2 DESEMBER 2011 9 N USA NTARA tambur, bas, selo, tambore dan gitar. Di depan mereka terda- pat kotak kardus bertuliskan ‘Saweran’ yang sudah penuh dengan uang. Beberapa orang yang melintas tidak segan me- lemparkan uang recehan dari Rp500 hingga Rp2.000. Ada juga calon penumpang di situ yang sengaja memesan lagu dan memberikan imbalan uang lebih besar. Di sela-sela suara informasi dari petugas kereta api yang memberitahukan kedatang- an kereta, alunan lagu sedikit terputus. Namun, kemudian suasana kembali hidup. Tanpa terasa puluhan lagu yang di- bawakan telah mengantarkan ratusan orang untuk menaiki kereta api dan meninggalkan Kota Semarang. “Kami di sini hanya mengamen dan kebetulan Sta- siun Tawang memberikan fasi- litas tempat manggung, listrik, dan gudang untuk menyimpan peralatan,” kata pemimpin kelompok keroncong Tawang Musik, Hendi K, kemarin. Kelompok musik ini sudah dua tahun menghibur para pe- numpang kereta api di Stasiun Tawang. Meskipun tidak ada kontrak bayaran dari PT KAI, keberadaan mereka cukup menghibur dan mengubah suasana stasiun menjadi lebih rileks. Tujuh awak pemusik yang selalu tampil rapi dengan seragam batik yakni Ratno, Gunawan, Kusnadi, Wawan Pelang, Santo, Hardi, dan Pri- hadi selalu kompak dan padu dalam memainkan berbagai alat musik keroncong. Musik dan lagu-lagu yang dilantunkan benar-benar mem- buat stasiun terasa lebih nya- man di tengah-tengah keramai- an orang dan suara gemuruh kereta. Kelompok musik yang bermarkas di Sumur Adem, Bangetayu Kulon, Kecamatan Genuk, Semarang mulai mang- gung pukul 09.00 hingga pukul 21.30 WIB. Pendapatan yang diperoleh dalam sehari rata-rata Rp60 ribu, dan harus dibagi lima hingga tujuh pemain. “Kalau lagi baik nasibnya juga bisa mendapatkan lebih. Bahkan tidak sedikit penum- pang yang tertarik kemudian menanggap untuk berbagai acara. Seperti acara perkawin- an, sunatan, atau acara lainnya kontraknya Rp2,5 juta per hari,” ungkap Hendi. Ketekunan dan kesetiaan mengamen di stasiun, menjadi- kan kelompok ini makin dike- nal orang. Order untuk pentas berdatangan meskipun tidak mengganggu kegiatan rutin, sehingga dapat mengambil hikmah dari sebuah perjalanan bermusik. Pengamen Ambarawa Kehadiran hiburan musik MI/AKHMAD SAPUAN MUSIK STASIUN KERETA API: Kelompok Musik Keroncong Tawang menghibur penumpang di Stasiun Tawang, Semarang. Mereka mengubah suasana stasiun menjadi lebih rileks dengan tembang-tembang kenangan era 60 hingga 80-an. segar tidak hanya di Stasiun Tawang. Di tempat lain seperti Stasiun William I atau yang sekarang dikenal dengan nama Stasiun Ambarawa, Kabupaten Semarang terdapat kelompok musik yang manggung dari pagi hingga sore. Mereka menghibur para pe- ngunjung museum kereta api Ambarawa. Peralatan musik yang diusung kelompok pe- muda Ambarawa ini mulai dari galon air mineral, tong sampah, kulintang, angklung yang dipadu dengan peralatan musik modern. Para pengunjung museum tidak hanya disuguhi aneka koleksi peralatan kereta api. Mereka juga bisa bergoyang mengikuti irama yang rancak. Pemusik Ambarawa ini telah memikat pemilik hotel bintang lima di Semarang. Dari keterangan humas hotel tersebut, pemusik asal Am- barawa ini pernah mengisi hiburan untuk pembukaan acara pameran. Tidak jauh berbeda dengan kelompok musik Tawang, pen- dapatan kelompok pengamen Ambarawa ini mengandal- kan saweran pengunjung. Na- mun tidak sedikit pula mereka mendapatkan order untuk menghibur di sebuah acara de- ngan bayaran lebih besar. “Kalau nasib baik sehari bisa mendapatkan Rp100 ribu. Tetapi tak jarang hanya Rp50 ribu, dan itu harus dibagi untuk 10 sampai 12 orang pemusik,” kata Andi, salah satu personel grup musik Ambarawa. (N-3) achmad_sapuan@ mediaindonesia.com MI/RAMDANI

Transcript of JUMAT, 2 DESEMBER 2011 Menghidupkan Tawang dengan Keroncong · ragam alat musik keroncong seperti...

PERTAMINA dinobatkan sebagai perusahaan dengan kategori favourite fuel pilihan pembaca dalam ajang Auto

Bild Award 2011. Penghargaan diserahkan oleh Soni Riharto, Editor in Chief Auto Bild Indonesia kepada Vice President Fuel Retail Marketing Pertamina, B Trikora Putra di Hotel Kempinski, Selasa (15/11). Dalam kesempatan ini Trikora Putra menyampaikan terima kasih kepada pembaca Auto Bild yang telah memilih Pertamina sebagai perusahaan penyedia bahan bakar favorit. “Dengan penghargaan ini, kami akan menjaga kepercayaan konsumen Pertamina, agar selalu tetap dicintai dan diminati konsumen otomotif, “ujarnya,

Auto Bild Award. merupakan

gelaran tahunan sebagai apresiasi terhadap dunia otomotif Nasional. Fokus utama diarahkan pada penghargaan mobil-mobil terbaik tahun ini. Untuk tahun ini kategori ditambah menjadi 25 kelas. “Dua kelas yang bertambah ini merupakan wujud improvisasi kami dalam mengakomodasi evolusi pasar,” ucap Soni Riharto, Editor in Chief Auto Bild Indonesia.

Selain kategori mobil, terdapat juga 8 Special Award yang diberikan kepada mobil, ATPM, klub, atau perorangan. Para peraih Special Award ini dinilai mampu memenuhi kriteria khusus atau menjadi inspirasi bagi insan otomotif nasional.

Tak hanya penilaian berdasarkan keputusan juri dari redaksi, keterlibatan pembaca juga disertakan

dalam mencari produk terpopuler, yang dibagi menjadi 12 kategori dimana Pertamina mendapatkan kategori favourite fuel. “Semuanya murni hasil voting yang dilakukan pembaca melalui situs www.autobildindonesia.com,” ujar Soni.

Penghargaan ini menurut Trikora Putra sebagai tantangan bagi Pertamina untuk terus mempertahankan kepercayaan konsumen. “Kita melihat ini penghargaan yang objektif kepada Pertamina, karena murni pilihan pembaca majalah Auto Bild dengan segmentasinya jelas. Ini menjadi nilai tambah bagi Pertamina, yang dipercaya oleh masyarakat untuk mempertahankan produk bahan bakarnya baik dar sisi mutu dan harga yang kompetitif,” pungkasnya. (S-25)

BBM Pertamina Favorit Pembaca Auto Bild

DOK PERTAMINA

PENGHARGAAN AUTO BILD: Vice President Fuel Retail Marketing PT Pertamina (Persero) Basuki Trikora Putra (kanan) menerima penghargaan favorite fuel dalam Auto Bild Award.

Akhmad Sapuan

SAYU-SAYUP terde-ngar lagu-lagu di era 60-an yang dibawakan sekelompok pemusik

di Stasiun Tawang, Kota Se-marang. Pada mulanya banyak penumpang kereta api yang penasaran siapa yang mem-bawakan lagu-lagu jadul itu. Tapi penumpang yang sering singgah di Semarang tentu sudah terbiasa mendengar hiburan lagu-lagu lawas dari para pengamen itu.

Seperti suasana malam itu, sekitar pukul 19.30 WIB ketika ratusan orang antre membeli karcis atau menunggu keda-tangan kereta api baik yang berangkat ke Jakarta, Ban-dung maupun Surabaya, suara merdu penyanyi yang menye-nandungkan beraneka ragam lagu dengan diiringi musik keroncong berkumandang dari bagian tengah peron.

Suasana Stasiun Tawang, Semarang, terasa berbeda de-ngan stasiun lain yang ada di Indonesia. Para calon penum-pang yang duduk sembari menunggu kedatangan kereta api menjadi terhanyut suasana. Tidak sedikit tangan atau kaki calon penumpang bergoyang mengikuti irama musik rancak. Bahkan muncul senandung-senandung kecil di antara pe-numpang, terdengar mengikuti penyanyi yang mengalunkan lagu kenangan era tahun 60-an hingga 80-an.

Di depan panggung kecil yang berisikan tujuh anak muda memainkan beraneka ragam alat musik keroncong seperti biola, kendang, ukulele,

Menghidupkan Tawang dengan Keroncong Di tengah hiruk pikuk orang yang datang dan pergi, musik keroncong di Stasiun Tawang

mampu menghilangkan rasa penat.

ASAL USUL

PULAU Komodo, yang kini cukup populer karena dalam hitungan sementara masuk tujuh keajaiban dunia baru, memiliki asal usul yang cukup menarik.

Warga yang berdiam di seki-tar Pulau Komodo meyakini bahwa dulu komodo merupa-kan naga raksasa dengan lidah api yang menakutkan.

Menurut cerita dari pen-duduk di sekitar Pulau Komo-do, dahulu ada sepasang suami istri yang melahirkan dua anak kembar, salah satunya komodo yang biasa disebut buaya.

Pada awal 1910, muncul laporan dari gugus satuan tempur armada kapal Belan-da yang bermarkas di Flores, yang menyebutkan bahwa

ada makhluk misterius yang diduga naga dan mendiami sebuah pulau kecil di wilayah Kepulauan Sunda Lesser--yang kini disebut gugusan Kepu-lauan Flores, NTT.

Laporan warga sekitar me-nyebutkan panjang makhluk tersebut 7 meter, bertubuh besar, dan mulut menyembur-kan api. Laporan itu kemudian dibuktikan Letnan Steyn van Hensbroek. Dia mempersen-jatai diri dan berkunjung ke Pulau Komodo.

Steyn berhasil menembak empat komodo, kemudian diadakan riset tentang satwa purba itu. Keempat satwa terse-but masing-masing memiliki panjang 3,3 meter dan 3,5 meter ditambah dua anak komodo

yang panjangnya kurang dari 1 meter. Bentuknya mirip kadal. Temuan itu diabadikan dalam bentuk dokumen foto oleh Peter A Ouwens, Direktur Zoo-logical Museum and Botanical Gardens Bogor, Jawa Barat.

Ouwens kemudian melaku-kan riset dan menyimpulkan bahwa komodo bukanlah naga penyembur api. Hasil peneli-tian tersebut dipublikasikan di surat kabar terbitan 1912. Ouwens pun menamai kadal raksasa itu Varanus komodoensis untuk mengganti nama sebe-lumnya, komodo dragon. Sejak 1915, pemerintah Belanda su-dah mengeluarkan proteksi ter-hadap satwa langka di wilayah konservasi Pulau Komodo. (Nda/N-3)

Komodo

JUMAT, 2 DESEMBER 2011 9NUSANTARA

tambur, bas, selo, tambore dan gitar. Di depan mereka terda-pat kotak kardus bertuliskan ‘Saweran’ yang sudah penuh dengan uang. Beberapa orang yang melintas tidak segan me-lemparkan uang recehan dari Rp500 hingga Rp2.000.

Ada juga calon penumpang di situ yang sengaja memesan lagu dan memberikan imbalan uang lebih besar.

Di sela-sela suara informasi dari petugas kereta api yang memberitahukan kedatang-an kereta, alunan lagu sedikit terputus. Namun, kemudian

suasana kembali hidup. Tanpa terasa puluhan lagu yang di-bawakan telah mengantarkan ratusan orang untuk menaiki kereta api dan meninggalkan Kota Semarang.

“ K a m i d i s i n i h a n y a mengamen dan kebetulan Sta-siun Tawang memberikan fasi-litas tempat manggung, listrik, dan gudang untuk menyimpan peralatan,” kata pemimpin kelompok keroncong Tawang Musik, Hendi K, kemarin.

Kelompok musik ini sudah dua tahun menghibur para pe-numpang kereta api di Stasiun

Tawang. Meskipun tidak ada kontrak bayaran dari PT KAI, keberadaan mereka cukup menghibur dan mengubah suasana stasiun menjadi lebih rileks.

Tujuh awak pemusik yang selalu tampil rapi dengan seragam batik yakni Ratno, Gunawan, Kusnadi, Wawan Pelang, Santo, Hardi, dan Pri-hadi selalu kompak dan padu dalam memainkan berbagai alat musik keroncong.

Musik dan lagu-lagu yang dilantunkan benar-benar mem-buat stasiun terasa lebih nya-

man di tengah-tengah keramai-an orang dan suara gemuruh kereta.

Kelompok musik yang bermarkas di Sumur Adem, Bangetayu Kulon, Kecamatan Genuk, Semarang mulai mang-gung pukul 09.00 hingga pukul 21.30 WIB.

Pendapatan yang diperoleh dalam sehari rata-rata Rp60 ribu, dan harus dibagi lima hingga tujuh pemain.

“Kalau lagi baik nasibnya juga bisa mendapatkan lebih. Bahkan tidak sedikit penum-pang yang tertarik kemudian

menanggap untuk berbagai acara. Seperti acara perkawin-an, sunatan, atau acara lainnya kontraknya Rp2,5 juta per hari,” ungkap Hendi.

Ketekunan dan kesetiaan mengamen di stasiun, menjadi-kan kelompok ini makin dike-nal orang. Order untuk pentas berdatangan meskipun tidak mengganggu kegiatan rutin, sehingga dapat mengambil hikmah dari sebuah perjalanan bermusik.

Pengamen AmbarawaKehadiran hiburan musik

MI/AKHMAD SAPUAN

MUSIK STASIUN KERETA API: Kelompok Musik Keroncong Tawang menghibur penumpang di Stasiun Tawang, Semarang. Mereka mengubah suasana stasiun menjadi lebih rileks dengan tembang-tembang kenangan era 60 hingga 80-an.

segar tidak hanya di Stasiun Tawang. Di tempat lain seperti Stasiun William I atau yang sekarang dikenal dengan nama Stasiun Ambarawa, Kabupaten Semarang terdapat kelompok musik yang manggung dari pagi hingga sore.

Mereka menghibur para pe-ngunjung museum kereta api Ambarawa. Peralatan musik yang diusung kelompok pe-muda Ambarawa ini mulai dari galon air mineral, tong sampah, kulintang, angklung yang dipadu dengan peralatan musik modern.

Para pengunjung museum tidak hanya disuguhi aneka koleksi peralatan kereta api. Mereka juga bisa bergoyang mengikuti irama yang rancak.

Pemusik Ambarawa ini telah memikat pemilik hotel bintang lima di Semarang.

Dari keterangan humas hotel tersebut, pemusik asal Am-barawa ini pernah mengisi hiburan untuk pembukaan acara pameran.

Tidak jauh berbeda dengan kelompok musik Tawang, pen-dapatan kelompok pengamen Ambarawa ini mengandal-kan saweran pengunjung. Na-mun tidak sedikit pula mereka mendapatkan order untuk menghibur di sebuah acara de-ngan bayaran lebih besar.

“Kalau nasib baik sehari bisa mendapatkan Rp100 ribu. Tetapi tak jarang hanya Rp50 ribu, dan itu harus dibagi untuk 10 sampai 12 orang pemusik,” kata Andi, salah satu personel grup musik Ambarawa. (N-3)

[email protected]

MI/RAMDANI